Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian jalan
4. Pengelompokan Jalan
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan
jalan khusus.
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas
umum; Pengaturan jalan umum meliputi pengaturan jalan secara
umum, pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi,
pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan
kota.
7. Kelas jalan.
8. Bagian-Bagian Jalan
Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik
jalan, dan ruang pengawasan jalan.
Daerah manfaat jalan (Damaja)
Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya. Yang dimaksud dengan ruang manfaat jalan adalah
suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas
badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan
jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan
bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan
terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan
dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.
Tabel 1.
No. Diskripsi Arteri Kolektor Lokal
Sekunder Sekunder
1. Damija (m) 25-35 15-24 8-15
2. Kecepatan 30 20 10
(Km/Jam)
3. Spasi (m) 100-1.500 300-500 50-250
4. Fungsi Daerah dan Kota dan Lokal
pelayanan kecamatan regional
(antar desa)
5. Penggunaan Komersil/ Komersil/ Permukiman
lahan campuran dan lingkungan dan
pusat kota dan khusus lingkungan
tradisional
6. Angkutan Bis, minibus, Mikrolet,
umum mikrolet helicak, dan
bajaj.
7. Fasilitas -Pohon -trotoar -pohon
pelindung (strip -lampu lalu pelindung
stress), lintas - taman parkir
KETENTUAN TEKNIK
Penyesuaian dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut
Letak Jalur Tanaman
Hal-hal yang dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam jalan
agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik
jalan adalah sebagai berikut :
1) Pembersihan lahan
Jenis jenis tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi
jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur
pejalan kaki (trotoar).
Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus
memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan
lebar jalur tanaman.
(2). Pada jalur tengah (median).
Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar
minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 - 6.00 meter
Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya
terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan ("U -
turn"), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan.
Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang
diturunkan.
(3). Pada daerah tikunqan.
Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman,
antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas
samping di tikungan.
1. JENIS TPKPU
Tempat perhentian kendaraan penumpang umum (TPKPU) terdiri dari
halte dan tempat perhentian bus.
Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang
umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan
penumpang yang dilengkapi dengan bangunan.
Tempat perhentian bus (bus stop) adalah tempat untuk
menurunkan dan/atau menaikkan penumpang
(selanjutnya disebut TPB).
2. TUJUAN TPKPU
Tujuan perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum
(TPKPU) adalah :
1. menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas;
2. menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum
3. menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau
menurunkan penumpang;
4. memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda
angkutan umum atau bus.
3. KETENTUAN UMUM
Persyaratan umum tempat perhentian kendaraan penumpang
umum adalah :
1). berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;
2). terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan
(kaki);
5. FASILITAS TPKPU
1. Fasilitas utama
Halte
1) identitas halte berupa nama dan/ atau nomor
2) rambu petunjuk
3) papan informasi trayek
4) lampu penerangan
5) tempat duduk
TPB
1) rambu petunjuk
2) papan informasi trayek
3) identifikasi TPB berupa nama dan/atau nomor
2. Fasilitas tambahan
a. telepon umum
b. tempat sampah
c. pagar
d. papan iklan/pengumuman. Pada persimpangan, penempatan
fasilitas tambahan itu tidak boleh mengganggu ruang bebas pandang.
6. TATA LETAK
Tata letak halte dan/atau TPB terhadap ruang lalu lintas
3. halte yang sama dengan butir (1), tetapi tidak dilengkapi dengan
teluk bus(Gambar 3.10 );
2. KETENTUAN UMUM
Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
1) Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin,
aman dari lalu lintas yang lain dan lancar.
2) Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan
daerah yang satu dengan yang lain.
3) Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain harus
dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun
dengan marka penyeberangan, atau tempat penyeberangan yang tidak
sebidang. Jalur pejalan kaki yang memotong jalur lalu lintas berupa
penyeberangan (Zebra Cross), marka jalan dengan lampu pengatur
lalu lintas (Pelican Cross), jembatan penyeberangan dan terowongan.
4) Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di perkotaan
atau pada tempat-tempat dimana volume pejalan kaki memenuhi
syarat atau ketentuanketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut.
4. TEKNIS
1. Jalur Pejalan Kaki
1) Lebar dan alinyemen jalur pejalan kaki harus leluasa, minimal bila
dua orang pejalan kaki berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus
turun ke jalur lalu lintas kendaraan.
2) Lebar minimum jalur pejalan kaki adalah 1,50 meter.
3) Maksimum arus pejalan kaki adalah 50 pejalan kaki/menit.
4) Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan
kaki maka jalur harus diperkeras, dan apabila mempunyai perbedaan
tinggi dengan sekitarnya harus diben pembatas (dapat berupa kerb
atau batas penghalang/barrier).
5) Perkerasan dapat dibuat dan blok beton, beton, perkerasan aspal,
atau plesteran. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan
melintang 2 - 4 % supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan
memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan dan
disarankan kemiringan maksimum adalah 10 %.
6) Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah, bila patok rambu lalu
lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya
ditempatkan pada jalurtersebut.
7). Lebar minimum jalur pejalan kaki diambil dari lebar yang
dibutuhkan untuk pergerakan 2 orang pejalan kaki secara
bergandengan atau 2 orang pejalan kaki yang berpapasan tanpa
terjadinya persinggungan. Lebar absolut minimum jalur pejalan kaki
ditentukan 2 x 75 cm + jarak antara dengan bangunan-bangunan di
sampingnya, yaitu (2 x 15 cm) = 1,80m. Dalam keadaan ideal untuk
mendapatkan lebar minimum dipakai rumus sebagai
berikut :
2. Trotoar
1). Trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume
pejalan kaki lebih dari 300 orang per 12 jam (jam 6.00 - jam 18.00)
dan volume lalu lintas lebih dan 1000 kendaraan per 12 jam (jam 6.00
-jam 18.00).
2). Ruang bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman
bebas tidak kurang dari satu meter dan permukaan trotoar. Kebebasan
samping tidak kurang dan 0,3 meter. Perencanaan pemasangan
utilitas selain harus memenuhi ruang bebas trotoar juga harus
Keterangan :
Lebar minimum digunakan pada jembatan dengan panjang 50 meter
atau lebih pada daerah terowongan dimana volume lalu-lintas pejalan
kaki (300 - 500 orang per 12 jam).
3. Fasilitas Penyeberangan
• Penyeberangan Sebidang
a) Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar,
maka fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan
dan trotoar.
b) Untuk penyeberangan dengan Zebra cross dan Pelikan cross
sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.
c) Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan
ditempatkan tegak lurus sumbu jalan.
1. Dasar-dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan adalah seperti
tertera pada tabel 3 berikut :
Catatan :
1) Arus penyeberang jalan dan arus lalu-lintas adalah rata-rata arus
lalu-lintas pada jam-jam sibuk
2) Lebar jalan merupakan faktor penentu untuk perlu atau tidaknya
dipasang lapak tunggu
8. PARKIR
Penempatannya.
(a) Parkir pada teluk jalan.
- Sejajar atau
memanjang atau
paralel.
- Menyudut 60°, 45°,
30°
- Menyudut dengan
extra lajur.
- Tegak lurus 90°
adalah fasilitas parkir diluar badan jalan berupa gedung parkir atau
taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri
sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum.
Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum
dilakukan dengan memperhatikan :
a) Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
b) Keselamatan dan kelancaran lalu lintas
c) Kelestarian lingkungan
d) Kemudahan bagi pengguna jasa
Pembangunan fasilitas parkir untuk umum harus
memperhatikan :
a) keselamatan dan kelancaran lalu lintas
b) mudah dijangkau oleh pengguna jasa
c) bila berupa gedung parkir, harus memenuhi persyaratan kontruksi
sesuai perundang-undangan yang berlaku.
d) Apabila berupa taman parkir harus memenuhi batas-batas tertentu
e) Memperhatikan sirkulasi dan posisi kendaraan yang dinyatakan
dengan rambu atau marka jalan.
Penempatan parkir.
Dalam menelaah penempatan parkir perlu diketahui berapa
kebutuhan parkir yang dipergunakan dalam satu area dan penyebab
kebutuhannya. Kemudian perlu dilakukan penghitungan-penghitungan
kendaraan yang diparkir dalam area tersebut. Penghitungan tersebut
seyogyanya ditunjukkan dengan :
(a) Penghitungan-penghitungan waktu.
(b) Tabulasi dengan angka.
(c) Grafik-grafik dengan angka.
(d) Alternatif bentuk parkir yang efektif tidak mengganggu kamtibcar
lantas.
2. FUNGSI
Beberapa fungsi dari Lampu Penerangan Jalan antara lain :
- untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara,
khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.
- memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang
hari.
- untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.
- untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.
8. LAIN-LAIN
a. Dasar perencanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
• Volume lalu-lintas baik kendaraan maupun lingkungan yang
berinteferensi seperti pejalan kaki, sepeda, dll.
• Tipikal potongan melintang jalan, situasi ("lay-out") jalan dan
persimpangan jalan.
• Geometrik jalan seperti alinemen horizontal dan vertikal, dll.
• Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi
pantulan cahaya lampu penerangan.
• Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data
fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik.
d. Kualitas Penerangan
Kualitas penerangan pada suatu jalan menurut klasifikasi fungsi jalan
ditentukan seperti tabel di bawah ini :
b. Gambaran umum
perencanaan dan
penempatan lampu
penerangan jalan adalah
sebagai berikut :
d. Penataan
Penempatan Lampu
Penerangan Jalan
Penataaan / pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur sebagai
berikut :
c. Terowongan
Kuat penerangan pada terowongan harus cukup dan memberi
kenyamanan baik untuk penglihatan siang maupun malam hari.
Adapun kriteria penerangan terowongan adalah seperti yang
ditentukan pada tabel di bawah ini.
a. Tiang Lampu
dengan Lengan
Tunggal
Tikungan/Lengkung Horizontal
1) Pengertian
1) Pengertian.
a. Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda-roda pada suatu
sumbu yang menekan jalan.
b. Barang umum adalah bahan atau benda selain dari bahan
berbahaya,barang khusus, peti kemas dan alat berat.
JALAN TOL
• Gar - ≤ 450
du Keluar kendaraan per jam
- Jumlah Gardu per Gardu
Tol
- Kapasitas
Sistem Terbuka - ≤ 500
kendaraan per jam
- Kapasitas
Sistem Tertutup - ≤ 300
• Gardu kendaraan per jam
Masuk
• Gardu
Keluar
- 30 menit per
siklus pengamatan
- Patroli
Kendaraan Derek
- Setiap
Gerbang masuk
MARKA JALAN
Sebagaimana telah dijelaskan pada pasal 19 s/d 26 PP Nomor
43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan, maka sesuai pasal
27 ketentuan marka jalan mengenai bentuk, ukuran, warna,tatacara
penempatan, persyaratan, penggunaan dan penghapusan dijelaskan
dalam Kepmenhub.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan
atau diatas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
berbentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalulintas
dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu
jalan.
Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap
sumbu jalan.
Marka serong adalah tanda yang bembentuk tanda yang
membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian
marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan
suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu
lintas kendaraan.
Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu
untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk
TEKNOLOGI
Persimpangan
Merupakan titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan
bertemu dan dimana lintasan-lintasan kendaraan berpotongan. Lalu
lintas pada masing-masing kaki persimpangan menggunakan ruang
jalan pada persimpangan secara bersama- sama dengan lalu lintasnya.
Oleh karena itu persimpangan adalah faktor yang sangat penting
dalam menentukan kapasitas dari suatu jaringan jalan secara
• Jenis-jenis persimpangan
(a) Persimpangan lengkap, yaitu persimpangan dimana garis tengah
(as jalan) dari masing- masing jalan yang bersimpangan membentuk
sudut 90 derajat. Persimpangan semacam ini tidak banyak
menimbulkan permasalahan dibidang lalu lintas. Kerugiannya adalah
rata-rata kendaraan yang melewati berkecepatan tinggi.
(b) Persimpangan bentuk T, yaitu persimpangan dimana sudut antara
garis tengah kedua jalan yang bertemu tidak lebih dari 10 derajat,
dihitung dari titik temu.
1. KEMACETAN
DAFTAR PUSTAKA