You are on page 1of 105

NORMA-NORMA DAN STANDAR

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun


2004 Tentang Jalan

1. Pengertian jalan

Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional


mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan
melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah,
membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan
pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang
dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.

Ada beberapa pengertian jalan yang didapat dari berbagai literature


diantaranya sebagai berikut :
• Jalan adalah suatau prasarana perhubungan darat dalam
bentuk apapun meliputi segala bagiannya termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan untuk
manusia.
• Jalan adalah serangkaian simpul atau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas hingga membentuk satu
kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan
lalu lintas dan angkutan jalan.
• Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;
(menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2004 Tentang Jalan).

1 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


2. Fungsi Jalan
Adapun peranan jalan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan yaitu:
 Jalan sebagai bagian prasarana transportasi
mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa
merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
 Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan
jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik
Indonesia.
Peranan jalan dan jaringan jalan adalah memeberikan akses ke
rumah dan mobilitas pergerakan. Prasarana jalan digunakan untuk
melayani lalulintas sarana angkutan yang menyangkut barang dan
orang/penumpang dari tempat asal ke tempat tujuan. Prasarana jalan
berfungsi sebagai sektor pendorong berkembangnya sektor-sektor lain
sebagai pendukung atau penghubung pada jenjang kota.

3. Karakteristik Prasarana Jalan.


Prasarana jalan meliputi luas jalan, persimpangan dan terminal
serta jaringan jalan. Karakteristik jalan dicakup potongan melintang,
kapasitas, kecepatan rencana dan kelas jalan.

4. Pengelompokan Jalan
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan
jalan khusus.
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas
umum; Pengaturan jalan umum meliputi pengaturan jalan secara
umum, pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi,
pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan
kota.

2 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan
arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
 Jalan arteri
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
 Jalan kolektor
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
 Jalan lokal
jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
 Jalan lingkungan
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
 Jalan nasional
merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
 Jalan provinsi
jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota,
atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
 Jalan kabupaten
jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan

3 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
 Jalan kota
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
 Jalan desa
jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

5. Sistem Jaringan Jalan


Macam sistem Jaringan jalan (Menurut Peranan Pelayanan Jasa
Distribusi) dapat dibagi yaitu:
• Sistem jaringan jalan primer
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer adalah
sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan
lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan
perkotaan.
Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai
jangkauan pelayanan nasional, wilayah, dan lokal.
• Sistem jaringan jalan sekunder
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

6. Klasifikasi Jalan menurut peranannya (Menurut


Peraturan Pemerintah (43) 1993).
1. Jalan arteri primer.
(a) Kecepatan rencana min 60 km/ jam.

4 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


(b) Lebar badan jalan min 8 m.
(c) Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
(d) Lalu lintas jalan jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
ulang- alik lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.
(e) Jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan persimpangan dengan
pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan
kapasitas jalan.
(f) Tidak terputus walaupun memasuki kota.
(g) Persyaratan tehnis jalan ditetapkan oleh Menteri.
2. Jalan kolektor primer.
(a) Kecepatan rencana min 40 km/jam.
(b) Lebar badan jalan min 7 m.
(c) Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
(d) Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi
kecepatan rencana dan kapasitas jalan.
(e) Tidak terputus walaupun memasuki kota.
3. Jalan lokal primer.
(a) Kecepatan rencana min 19 km/jam.
(b) Lebar min 6 m.
(c) Tidak terputus walaupun melalui desa.
4. Jalan arteri sekunder.
(a) Kecepatan rencana min 19 km/jam.
(b) Lebar badan jalan min 8 m.
(c) Kapasitas sama atau lebih besar dari volume rata-rata.
(d) Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
(e) Persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi
kecepatan dan kapasitas jalan.
5. Jalan kolektor sekunder.
(a) Kecepatan rencana min 19 km/jam.
(b) Lebar badan jalan min 7 m.
6. Jalan lokal sekunder.
(a) Kecepatan rencana min 10 km/jam.

5 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


(b) Lebar badan jalan min 5 m.
(c) Persyaratan tehnis diperuntukkan bagi kendaraan roda 3 atau
lebih.
(d) Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda 3 atau
lebih.
Jalan arteri meliputi jalan arteri primer dan arteri sekunder.
Jalan arteri primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat
nasional, sedangkan jalan arteri sekunder merupakan jalan arteri
dalam skala perkotaan.
Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala
wilayah, sedangkan jalan kolektor sekunder dalam skala perkotaan;
Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat
mengumpulkan angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan
utama
dan sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk
diteruskan ke angkutan setempat.
Jalan lokal meliputi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder.
Jalan lokal primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat
lokal sedangkan jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan;
Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan
masyarakat setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rendah, dan frekuensi ulang-alik yang tinggi.
Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan
lingkungan sekunder. Jalan lingkungan primer merupakan jalan
lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan
perdesaan di wilayah kabupaten, sedangkan jalan lingkungan sekunder
merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di
lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan
perkotaan.

6 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Gambar : Model Jaringan jalan

Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan


usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan
sendiri. Yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan
di dalam kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan,
jalan inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri, dan jalan di
kawasan permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah.
Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan
prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya,
jalan sedang, dan jalan kecil.
Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas
menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa
adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang
milik jalan.
Dengan kata lain, Jalan bebas hambatan (freeway) adalah
jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan
menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara
penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi
dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah
dan dilengkapi dengan median.

7 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas
menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan
dilengkapi
dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah.
Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas
jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling
sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 7
(tujuh) meter.
Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu
lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan
lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah) meter.

7. Kelas jalan.

Didalam Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.
43 Tahun 1993 telah dirumuskan klasifikasi jalan sebagai berikut :

1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan


bermotor termasuk muatan dengan ukuran tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.
2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.
3. Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.

8 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


4. Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
5. Jalan kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
9.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton.

Dari pembagian kelas terlihat bahwa jalan arteri dapat berupa


kelas I, II, dan III A dan jalan kolektor dapat berupa kelas III A dan III
B dan jalan lokal hanya berupa kelas III C. Penentuan kelas ini
tergantung dari jenis kendaraan berat yang melewatinya. Pergerakan
kendaraan berat juga dibatasi pada jalan tertentu saja.

8. Bagian-Bagian Jalan
Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik
jalan, dan ruang pengawasan jalan.
 Daerah manfaat jalan (Damaja)
Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya. Yang dimaksud dengan ruang manfaat jalan adalah
suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas
badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan
jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan
bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan
terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan
dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

 Daerah milik jalan (Damija)


Meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
ruang manfaat jalan. Yang dimaksud dengan ruang milik jalan (right of

9 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


way) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang
masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda
batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk
keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan
datang.

 Daerah pengawasan jalan (Dawasja)


Merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di
bawah pengawasan penyelenggara jalan. Yang dimaksud dengan
ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar
ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara
jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi
bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak
mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh
pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya.

Tabel 1.
No. Diskripsi Arteri Kolektor Lokal
Sekunder Sekunder
1. Damija (m) 25-35 15-24 8-15
2. Kecepatan 30 20 10
(Km/Jam)
3. Spasi (m) 100-1.500 300-500 50-250
4. Fungsi Daerah dan Kota dan Lokal
pelayanan kecamatan regional
(antar desa)
5. Penggunaan Komersil/ Komersil/ Permukiman
lahan campuran dan lingkungan dan
pusat kota dan khusus lingkungan
tradisional
6. Angkutan Bis, minibus, Mikrolet,
umum mikrolet helicak, dan
bajaj.
7. Fasilitas -Pohon -trotoar -pohon
pelindung (strip -lampu lalu pelindung
stress), lintas - taman parkir

10 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


-sempadan -curb parkir -pedestrian
bangunan yang pada tempat area
memadai, tertentu -lalu lintas
-parkir sangat -jaringan satu arah,
terbatas dan utilitas di kecuali pada
disarankan tidak bawah jalan tempat
ada parkir di -lalu lintas sempit.
tepi jalan, satu atau dua
-jaringan utilitas arah
di bawah jalan
-Boulevard
-lalu lintas dua
arah
-Rambu lalu
lintas
Sumber : UNDP (United Nation Development Program)
Jakarta Short Team Transportation Improvement Project (JSTTIP)
PP No. 26 tahun 1985

4. STANDAR PERENCANAAN LANSEKAP JALAN

Menurut buku Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan


No.033/TBM/1996, berikut merupakan standar perencanaan lansekap
jalan :
1. Lansekap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang
terbentuk pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen
lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai
panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap
buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap
jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan
persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi
kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan
Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi
keamanan.
2. Elemen lansekap adalah segala sesuatu yang berwujud benda,
suara, warna dan suasana yang merupakan pembentuk lansekap, baik
yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

11 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Elemen lansekap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda
hidup dan benda mati; sedangkan yang dimaksud dengan benda hidup
ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah,
pasir, batu dan elemen-elemen Iainnya yang berbentuk padat maupun
cair.
3. Tajuk merupakan keseluruhan bentuk dan kelebaran maksimal
tertentu dari ranting dan daun suatu tanaman.
4. Bentuk Massa ialah suatu bentuk yang merupakan kelompok, baik
untuk kelompok tanaman dan/atau kelompok daun yang padat.
5. Struktur Tanaman ialah bentuk tanaman yang terlihat secara
keseluruhan.
6. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen
lansekap Iainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). Sering
disebut jalur hijau karena dominasi elemen Iansekapnya adalah
tanaman yang pada umumnya
berwarna hijau.
7. Tanaman Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan
percabangan yang tingginya Iebih dari 2 meter dan dapat memberikan
keteduhan dan menahan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki.
8. Tanaman Pengarah, Penahan dan Pemecah Angin adalah jenis
tanaman yang berfungsi sebagai pengarah, penahan dan pemecah
angin; dan dapat berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan
suatu komposisi membentuk kelompok.
9. Tanaman Pembatas, Pengarah dan Pembentuk Pandangan adalah
jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai
pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi
pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan
tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda
sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.

12 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


10. Tanaman Penyerap Polusi Udara dan Kebisingan adalah jenis
tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun
yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan
bermotor dan dapat mengurangi kebisingan.

 KETENTUAN TEKNIK
Penyesuaian dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut
Letak Jalur Tanaman
Hal-hal yang dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam jalan
agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik
jalan adalah sebagai berikut :
1) Pembersihan lahan
Jenis jenis tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi
jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur
pejalan kaki (trotoar).
Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus
memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan
lebar jalur tanaman.
(2). Pada jalur tengah (median).
Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar
minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 - 6.00 meter
Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya
terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan ("U -
turn"), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan.
Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang
diturunkan.
(3). Pada daerah tikunqan.
Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman,
antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas
samping di tikungan.

13 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan
berwarna terang dengan ketinggian maximal 0.80 meter sangat
disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.
(4). Pada daerah persimpanqan.
Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan
lansekapjalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus
terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada
daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakannya harus
memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang
maupun persimpangan tidak sebidang.

 Pemilihan Jenis Tanaman dan Lokasi


Penempatannya Pada jalur Tanaman Tepi dan Median
1) Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur
tengah (median) disesuaikan dengan potongan melintang standar
tergantung pada kiasifikasi fungsi jalan yang bersangkutan.
(a).Jalan Arteri Primer
(b).Jalan Kolektor Primer
(c).Jalan Arteri Sekunder
2) Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan
ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman
lansekap jalan, maka untuk menentukan pemilihan jenis
tanamannya ada 2 (dua) hal lain yang perlu diperhatikan yaitu
fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Dari contoh-
contoh berikut ini diharapkan dapat memberikan kemudahan
dalam pemilihan jenis tanaman lansekap jalan, dan disarankan
agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai
oleh burung-burung, serta rendah evapotranspirasinya

 Fungsi, Persyaratan, Contoh Bentuk & Jenis


Pada Jalur Tanaman Tepi
1.Peneduh

14 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


- Ditempatkan pada jalur tanaman ( minimal 1,5 m)
- Percabangan 2 m di atas tanah.
- Bentuk percabangan batang tidak merunduk.
- Bermassa daun padat.
- Ditanam secara berbaris.
- Kiara Payung (Filicium decipiens)
- Tanjung (Mimusops elengi)
- Angsana (Ptherocarphus indicus)
2. Penyerap
Polusi Udara
- Terdiri dari pohon, perdu/semak.
- Memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara.
- Jarak tanam rapat.
- Bermassa daun padat.
- Angsana (Ptherocarphus indicus)
- Akasia daun besar (Accasia mangium)
- Oleander (Nerium oleander)
- Bogenvil (Bougenvillea Sp)
- Teh-tehan pangkas (Acalypha sp)
 Pemilihan Jenis Tanaman pada Daerah Tikungan
Penentuan jenis tanaman ditentukan dengan melihat bentuk
tikungan dan mengetahui luas daerah bebas samping di tikungan.
Disarankan, agar baik pada awal tikungan maupun di daerah bebas
samping digunakan tanaman dengan ketinggian < 0.80 meter, supaya
dapat mengarahkan tetapi tidak menutupi pandangan pengemudi
kendaraan.
 Pada Persimpangan
Beberapa hal penting yang, perlu dipertimbangkan dalam penyelesaian
Lansekap Jalan pada persimpangan, antara lain :
1) Daerah Bebas Pandanq di mulut Persimpanqan
Pada mulut persimpangan harus ada daerah terbuka agar tidak
menghalangi pandangan pengemudi sehingga akan memberikan rasa

15 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


aman. Untuk daerah bebas pandang ini ada ketentuan mengenai letak
tanaman yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan bentuk
persimpangannya.
 Pemilihan jenis Tanaman pada Persimpanqan

Penataan lansekap pada persimpangan akan merupakan ciri dari


persimpangan itu atau lokasi setempat. Ada yang menempatkan jam
kota, ornamen-ornamen seperti patung, air mancur, gapura, atau
tanaman yang spesifik. Penempatan dan pemilihan bentuk / desain
semua benda-benda ini harus disesuaikan dengan ketentuan
geometrik pada persimpangan dan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
(a) Daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanami tanaman
yang menghalangi pandangan pengemudi. Sebaiknya digunakan
tanaman rendah berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian < 0.80
meter, dan jenisnya merupakan berbunga atau berstruktur indah,
misalnya :
- Ixora stricata ( soka berwarna-warni )
- Lantana camara ( lantana )
- Duranta sp ( pangkas kuning ).
(b) Bila pada persimpangan ada pulau lalu lintas atau kanal yang
dimungkinkan untuk ditanami, sebaiknya digunakan tanaman perdu
rendah dengan pertimbangan agar tidak mengganggu penyeberang
jalan dan tidak menghalangi pandangan pengemudi kendaraan.
(c) Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai
tanaman pengarah, digunakan
Contoh : - Oreodoxa regia - palem raja
- Areca Catechu - pinang jambe
- Borassus Flabellifer - lontar (siwalan)
- Tanaman pohon bercabang > 2 meter
Contoh : - Khaya Sinegalensis - Khaya
- Lagerstromea Loudonii - bungur
- Mimusops Elengi - tanjung.

16 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


KOMPONEN-KOMPONEN

1. RAMBU-RAMBU LALU LINTAS

Menurut Petunjuk Perambuan Sementara Selama Pelaksanaan


Pekerjaan Jalan No. 003/T/Bnkt/1990.
Secara umum pengertian rambu-rambu lalu lintas adalah tanda-
tanda, alat, benda yang digunakan untuk menyampaikan pesan
sebagai piranti pengaturan lalu litnas jalan raya. Berdasarkan jenis
pesan yang disampaikan, rambu lalu lintas dapat dikelompokkan
menjadi rambu-rambu seperti berikut :
a. Rambu peringatan.
Rambu yang memperingatkan adanya bahaya agar para
pengemudi berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya. Misalnya: -
Menunjukkan adanya lintasan kereta api, atau adanya simpangan
berbahaya bagi para pengemudi.
b. Rambu Petunjuk.
Rambu yang memberikan petunjuk atau keterangan kepada
pengemudi atau pemakai jalan lainnya, tentang arah yang harus
ditempuh atau letak kota yang akan dituju lengkap dengan nama dan
arah dimana kita itu berada.
c. Rambu larangan dan perintah.
Rambu ini untuk melarang/memerintah semua jenis lalu lintas
tertentu untuk memakai jalan, jurusan atau tempat-tempat tertentu:
Misalnya: - Dilarang berhenti.
- Kendaraan harus lewat jalur tertentu.
- Semua kendaraan dilarang lewat.
- Dan lain-lain.
Menurut cara pemasangan dan sifat pesan yang akan
disampaikan maka secara garis besar sistem perambuan dapat
dikelompokkan atas:
1. Rambu tetap.
2. Rambu tidak tetap.

17 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Yang dimaksud dengan rambu tetap adalah semua jenis rambu yang
ditetapkan menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan tersebut di
atas yang dipasang secara tetap dan Rambu Tidak Tetap adalah rambu
yang dipasang dan berlaku hanya beberapa waktu, dapat ditempatkan
sewaktu waktu dan dapat dipindah-pindahkan.

Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : Km 61


Tahun 1993 Tentang Rambu-Rambu Lalu lintas Di Jalan.
Rambu-rambu lalu lintas dijalan yang selanjutnya disebut rambu
adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf,
angka, kalimat dan atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan,
larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan. Berdasarkan
jenis pesan yang disampaikan, rambu lalu lintas dapat dikelompokkan
menjadi rambu-rambu seperti berikut :
1) Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada
jalan didepan pamakai jalan.
2) Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai
jalan.
3) Rambu perintah adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan.
4) Rambu petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota,
tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.
Papan tambahan adalah papan yang dipasang dibawah daun
rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu.
Papan Tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang
diperlukan untuk menyatakan:
 Hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu
 Jarak-jarak dan jenis kendaraan tertentu

18 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


 Perihal lainnya sebagai hasil manajemen rekayasa lalu
lintas. Warna dasarnya putih dengan tulisan dan bingkai warna
hitam.
Papan tambahan tidak boleh menyatakan sesuatu keterangan
yang tidak berkaitan dengan rambunya sendiri.
Rambu berlaku sesuai arah lalu lintas yang bersangkutan dengan
lokasi penempatan harus mempertimbangkan :
a) Kondisi jalan dan lingkungan
b) Kondisi lalu lintas
c) Aspek keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas
Rambu sesuai dengan fungsinya dikelompokkan menjadi 4
(empat) jenis :
a) Rambu peringatan, digunakan untuk :
 memberi peringatan untuk kemungkinan ada bahaya atau
tempat berbahaya dibagian jalan didepannya,
 Ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 m atau
pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan
memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaaan jalan
yang disebabkan oleg faktor geografis, geometris, permukaan
jalan, dan ketepatan rencana jalan.
 Dapat dilengkapi pula dengan papan tambahan.
 Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan
lambang atau tulisan berwarna hitam.
 Rambu ini lazimnya ditempatkan pada pelintasan sebidang
dengan kereta api,
 Bentuk rambu ini adalah bujur sangkar dan atau empat
persegi panjang yang semua titik sudutnya dibulatkan.
b) Rambu Larangan digunakan untuik menyatakan perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh pemakai jalan dengan ketentuan sebagai
berikut :

19 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


 Ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan
dimulai
 Dapat dilengkapi dengan papan tambahan
 Sebagai petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat
ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak
sebelum titik larangan dimulai.
 Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang
atau tulisan berwarna hitam atau merah.
 Bentuk rambu ini dapat berupa :
(a) Segi delapan sama sisi
(b) Segi tiga sama sisi
(c) Silang dengan ujung-ujungnya diruncingkan
(d) Lingkaran empat persegi panjang. Dengan ukuran-ukuran
tertentu
c) Rambu Perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib
dilakukan oleh pemakai jalan dengan penempatannya sebagai berikut:
 Ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban
dimulai
 Dapat dilengkapi dengan papan tambahan
 Dimaksudkan untuk memberi petunjuk pendahuluan
kepada pemakai jalan dan ditempatkan pada jarak yang layak
sebelum titik kewajiban dimulai.
 Warna dasar berwarna biru dengan lambang atau tulisan
berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas
akhir perintah.
d) Rambu Petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai
jurusan, jalan, situasi, tempat, pengaturan, fasilitas dll bagi pemakai
jalan dengan ketentuan sebagai berikut :
 Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya
guna sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan
dan kondisi lalu lintas.

20 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


 Dapat pula digunakan papan tambahan atau dicantumkan
pada rambu itu sendiri.
 Rambu ini dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara
rambu dan obyek yang dinyatakan pada rambu tersebut dapat
dinyatakan dengan papan tambahan.
 Rambu petunjuk dapat menunjukkan :
(a) Tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi
jalan dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus
dinyatakan dengan warna dasar biru.
(b) Petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota,
daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan
dinyatakann dengan warna dasar hijau dengan lambang dan
tulisan warna putih.
(c) Khusus rambu yang menunjukkan jurusan kawasan dan obyek
wisata dinyatakan dengan warna dasar cokelat dengan lambang
dan tulisan warna putih.
Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang dipasang tidak
tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu.
Penggunaannya dapat dibuat dalam bentuk“portabel dan atau
variabel”, ditempatkan pada keadaan darurat, kegiatan tertentu,
kecelakaan lalu lintas, kebakaran, uji coba pengaturan lalu lintas,
survey lalu lintas dan perbaikan jalan atau jembatan.
Penempatan rambu adalah sebagai berikut :
 Disebelah kiri menurut arah lalu lintas, diluar jarak
tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas
kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan
kaki, dan dapat dilihat secara jelas oleh pemakai jalan.
 Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi
dan kondisi lalu lintas, rambu dapat ditempatkan disebelah kanan
atau diatas daerah manfaat jalan.
 Pembinaan dan pengawasan teknis sesuai dengan lingkup
tanggung jawab sama dengan penjelasan pada Marka Jalan.

21 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Menurut Petunjuk Perambuan Sementara Selama Pelaksanaan
Pekerjaan Jalan No. 003/T/Bnkt/1990.
1). Perambuan Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan
1. Persyaratan Rambu
Rambu tidak tetap dalam penggunaannya harus memenuhi syarat-
syarat antara lain:
 Mudah dipasang
 Mudah dipindahkan
 Mudah diangkut
 Tidak mudah rusak
 Dapat berfungsi baik pada siang maupun malam hari.
2. Pesan Rambu.
Pesan-pesan rambu antara lain harus menarik peraatian, mudah
dibaca, mudah dimengerti serta efektif, baik pada siang maupun
malam hari. Penempatan harus baik dan terencana harus diusahakan
agar pengemudi dapat dengan leluasa mengambil langkah-langkah
tertentu terhadap apa yang diinformasikan oleh suatu rambu tentang
hambatan maupun situasi dihadapan pengemudi secara cepat dan
tepat, guna keselamatan dan kelancaran lalu lintas.
3. Desain
• Ukuran
Rambu dapat dibuat menurut empat macam ukuran yaitu kecil,
normal, sedang dan besar (lihat tabel No. 4). Untuk rambu tidak tetap
ini, sebaiknya digunakan rambu-rambu ukuran normal untuk jalan
jalan yang mempunyai kecepatan rencana dibawah 80 km/jam,
sedangkan rambu ukuran besar digunakan pada jalan untuk kecepatan
lebih besar dari 80 km/jam.
• Jenis
Jenis rambu untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan jalan antara lain
meliputi:
 Rambu

22 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Ketentuan mengenai rambu tidak tetap ini sebagian besar dijabarkan
dari ketentuan yang termuat di dalam peraturan perambuan No. KM.
170/IJPhb/75 untuk rambu tetap yang pada pokoknya dapat dan
mudah untuk dipindah-pindahkan dan selanjutnya disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan.

 Tanda dengan Lampu Lalu Lintas


Tanda lampu untuk keperluan perbaikan jalan dapat berupa lampu
kedip atau lampu tanpa kedip. Lampu kedip diberikan untuk tanda
peringatan dan atau pengarah lampu tanpa kedip untuk menyatakan
perintah atau larangan. Lampu-lampu ini digunakan untuk keperluan
pada malam hari.
 Kerucut lalu lintas dan tiang pengarah
Kerucut lalu lintas digunakan sebagai tanda peringatan dan pengarah
atau pembatas, sedangkan tiang pengarah sesuai dengan namanya
hanya sebagai pengarah atau dapat juga berfungsi sebagai pembatas.
 Barikade

23 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Barikade digunakan sebagai tanda penutup jalur lalu lintas yang tidak
diperkenankan untuk dilalui.
• Warna
 Ketentuan mengenai warna rambu tidak tetap pada
dasarnya mengikuti ketentuan-ketentuan warna untuk rambu
yang ada. Ketentuan mengenai rambu atau tanda-tanda lainnya
dapat dilihat pada lampiran yang ada.
 Kerucut lalu lintas (traffic cone) warna dasar jingga
dengan atau tanpa strip/garisputih.
 Barikade, warna dasar jingga bergaris hitam. 2.3.4.
Bahan-Bahan tergantung dari ketentuan yang disyaratkan. Dapat
dipergunakan bahan-bahan berupa kayu, metal atau plastik.

2) Penempatan Rambu Dan Pengaturan Lalu Lintas


• Penempatan
Rambu-rambu lalu lintas dapat ditempatkan di sebelah kiri atau
kanan jalur lalu lintas. Rambu-rambu yang ditempatkan pada sisi
jalan, jarak sisi rambu bagian terbawah sampai ke permukaan jalur
kendaraan minimum 175 cm dan jarak bagian rambu terdekat dengan
tepi jalur lalu lintas adalah 60 cm. Rambu-rambu yang ditempatkan di
atas permukaan jalur lalu lintas, jarak sisi rambu bagian terbawah
sampai ke permukaan jalur lalu lintas minimum 45 cm.
• Pengaturan Lalu Lintas.
Dengan mempertimbangkan kapasitas jalan, kelancaran lalu
lintas, keselamatan pekerja maupun pemakai jalan make pengaturan
lalu lintas perlu dilakukan pada lokasi dimana pekerjaan sedang
berlangsung. Pengaturan ini juga dihubungkan dengan ciri-ciri
pekerjaan konstruksi jalan yang meliputi jenis pekerjaan dan kondisi
lalu lintas. Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan yaitu banyaknya
macam pekerjaan yang ditangani oleh suatu proyek, tergantung dari
sifat penanganannya. Misalnya: Penanganan dalam pekerjaan
pemeliharaan mempunyai cara yang berbeda dengan pekerjaan

24 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


peningkatan jalan. Yang dimaksud dengan kondisi lalu lintas di sini
adalah volume lalu lintas yang dikaitkan dengan kecepatan.
Pengaturan rambu dengan volume/kecepatan lalu lintas yang tinggi
akan berbeda dengan pengaturan dengan volume/kecepatan lalu lintas
rendah.
• Cara Penanganan.
Pengaturan Perambuan pada dasarnya dibedakan berdasarkan
skala pekerjaan. Untuk pekerjaan dengan skala relatif kecil, rambu-
rambu dapat dibuat dari bahan-bahan yang cukup murah dan
sederhana, untuk keperluan tanda di malam hari dapat digunakan
lampu isyarat seperti misalnya yang memakai (sesuai kebutuhan)
misal dengan lampu minyak atau lentera lainnya. Pekerjaan-pekerjaan
yang mempunyai skala yang cukup besar dapat menggunakan rambu-
rambu yang lebih canggih misal, rambu terbuat dari bahan logam atau
plastik yang sudah dibentuk, konstruksi dibuat lebih kuat dan untuk
keperluan pekerjaan malam hari dengan digunakan lampu-lampu
isyarat ac/dc.
• Jenis Perlengkapan Lain adalah meliputi:
Bendera.
Bendera merupakan tanda untuk menunjukkan adanya kegiatan
pekerjaan jalan yang digunakan sebagai tanda pada siang hari (untuk
malam hari digunakan isyarat lampu). Bendera juga dapat digunakan
petugas untuk mengatur lalu lintas (pengemudi) untuk berhati-hati
selain mematuhi wilayah kerja.
 Tanda "Berhenti/Jalan" dipergunakan oleh petugas untuk
mengatur arus lalu lintas.
Bendera ditempatkan sebelum lokasi pelaksanaan pekerjaan
dipasang di atas ujung daun rambu atau dipegang oleh petugas.

2. Tempat perhentian kendaraan penumpang umum


(TPKPU)

25 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan DaratNomor :
271/Hk.105/Drjd/96 Tentang Pedoman Teknis Perekayasanaan
Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum Direktur Jenderal
Perhubungan Darat,

1. JENIS TPKPU
Tempat perhentian kendaraan penumpang umum (TPKPU) terdiri dari
halte dan tempat perhentian bus.
 Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang
umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan
penumpang yang dilengkapi dengan bangunan.
 Tempat perhentian bus (bus stop) adalah tempat untuk
menurunkan dan/atau menaikkan penumpang
(selanjutnya disebut TPB).

2. TUJUAN TPKPU
Tujuan perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum
(TPKPU) adalah :
1. menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas;
2. menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum
3. menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau
menurunkan penumpang;
4. memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda
angkutan umum atau bus.

3. KETENTUAN UMUM
Persyaratan umum tempat perhentian kendaraan penumpang
umum adalah :
1). berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;
2). terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan
(kaki);

26 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


3). diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman;
4). dilengkapi dengan rambu petunjuk;
5). tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.

5. FASILITAS TPKPU
1. Fasilitas utama
 Halte
1) identitas halte berupa nama dan/ atau nomor
2) rambu petunjuk
3) papan informasi trayek
4) lampu penerangan
5) tempat duduk
 TPB
1) rambu petunjuk
2) papan informasi trayek
3) identifikasi TPB berupa nama dan/atau nomor
2. Fasilitas tambahan
a. telepon umum
b. tempat sampah
c. pagar
d. papan iklan/pengumuman. Pada persimpangan, penempatan
fasilitas tambahan itu tidak boleh mengganggu ruang bebas pandang.

6. TATA LETAK
Tata letak halte dan/atau TPB terhadap ruang lalu lintas

27 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


a. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki
adalah 100 meter.
b. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau
bergantung pada panjang antrean.
c. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang
membutuhkan ketenangan adalah 100 meter.
d. Peletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu
antara sesudah persimpangan (farside) dan sebelum persimpangan
(nearside).
Teluk bus (bus bay) adalah bagian perkerasan jalan tertentu
yang diperlebar dan diperuntukkan sebagai TPKPU.
Pengelompokan tempat perhentian kendaraan penumpang
umum berdasarkan tingkat pemakaian, ketersediaan lahan, dan
kondisi lingkungan adalah sebagai berikut :
1. halte yang terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dan dilengkapi
dengan teluk bus (Gambar 3.8);

28 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


2. TPB yang terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dan dilengkapi
dengan teluk bus (Gambar 3.9);

3. halte yang sama dengan butir (1), tetapi tidak dilengkapi dengan
teluk bus(Gambar 3.10 );

29 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


3. halte yang sama dengan butir (1), tetapi tidak dilengkapi dengan
teluk bus(Gambar 3.10 );

30 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


4. TPB yang sama dengan butir (2), tetapi tidak dilengkapi dengan
teluk bus(Gambar 3.11 );

31 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


5. halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan
teluk bus(Gambar 3.12 );

32 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


6. TPB yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan teluk
bus (Gambar 3.13 );

33 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


7. halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan tidak dilengkapi
dengan teluk bus serta mempunyai tingkat pemakaian tinggi (Gambar
3.14);

34 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


8. TPB yang tidak terpadu dengan trotoar, dan tidak dilengkapi dengan
teluk bus dan mempunyai tingkat pemakaian rendah (Gambar 3.15);

35 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


9. halte pada lebar jalan yang terbatas (< 5,75 m), tetapi mempunyai
tingkat permintaan tinggi (Gambar 3.16);

36 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


10. pada lahan terbatas yang tidak memungkinkan membuat teluk
bus, hanya disediakan TPB dan rambu larangan menyalip (Gambar
3.17).

37 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


1. Halte
Halte dirancang dapat menampung penumpang angkutan umum 20
orang per halte pada kondisi biasa (penumpang dapat menunggu
dengan nyaman).

38 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


39 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
40 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
41 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
42 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
43 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
44 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
7. FASILITAS PEJALAN KAKI

Menurut Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Perencanaan


Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Jalan No.: 011/T/Bt/1995.
1. PENGERTIAN
 Fasilitas Pejalan Kaki
Semua bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki guna
memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat
meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
 Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk pejalan kaki
guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat
meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki
tersebut.
 Pelican Crossing
Adalah fasilitas penyeberangan pejalan kaki yang dilengkapi dengan
lampu lalu lintas untuk menyeberang jalan dengan aman dan nyaman.
 Arus Pejalan Kaki
Adalah jumlah pejalan kaki yang melewati suatu titik tertentu,
biasanya dinyatakan dengan jumlah pejalan kaki per satuan waktu
(pejalan kaki/menit).
 Non Trotoar
Yang dimaksud dengan non trotoar adalah jalur pejalan kaki yang
dibangun pada prasarana umum lainnya diluar jalur; seperti pada
taman, di perumahan dan lain-lain.
 Lapak Tunggu

45 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Adalah tempat dimana penyeberang jalan dapat berhenti untuk
sementara dalam menunggu kesempatan menyeberang.
 Klasifikasi Jalan Tipe II Kelas I
Adalah standar tertinggi bagi jalan dengan 4 jalur atau lebih,
memberikan pelayanan angkutan cepat bagi angkutan antar kota atau
dalam kota, dengan kontrol.
 Klasifikasi Jalan Tipe II kelas II
Adalah standar tertinggi bagi jalan dengan 2 atau 4 jalur dalam
melayani angkutan cepat antar kota dan dalam kota, terutama untuk
persimpangan tanpa lampu lalu-lintas.
 Klasifikasi Jalan Tipe II Kelas III
Adalah standar menengah bagi jalan dengan 2 jalur untuk melayani
angkutan dalam distrik dengan kecepatan sedang, untuk
persimpangan tanpa lampu lalu -
lintas.

2. KETENTUAN UMUM
Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
1) Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin,
aman dari lalu lintas yang lain dan lancar.
2) Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan
daerah yang satu dengan yang lain.
3) Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain harus
dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun
dengan marka penyeberangan, atau tempat penyeberangan yang tidak
sebidang. Jalur pejalan kaki yang memotong jalur lalu lintas berupa
penyeberangan (Zebra Cross), marka jalan dengan lampu pengatur
lalu lintas (Pelican Cross), jembatan penyeberangan dan terowongan.
4) Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di perkotaan
atau pada tempat-tempat dimana volume pejalan kaki memenuhi
syarat atau ketentuanketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut.

46 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


5) Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa dad jalur
lalu lintas yang lainnya, sehingga keamanan pejalan kaki lebih
terjamin.
6) Dilengkapi dengan rambu atau pelengkap jalan lainnya, sehingga
pejalan kaki leluasa untuk berjalan, terutama bagi pejalan kaki yang
tuna daksa.
7) Perencanaan jalur pejalan kaki dapat sejajar, tidak sejajar atau
memotong jalur lalu lintas yang ada.
8) Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila
hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air serta
disarankan untuk dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh.
9) Untuk menjaga keamanan dan keleluasaan pejalan kaki, harus
dipasang kerb jalan sehingga fasilitas pejalan kaki lebih tinggi dari
permukan jalan.

3. FASILITAS PEJALAN KAKI


Fasilitas Pejalan kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai berikut :
 Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi dimana
pemasangan fasilitas tersebut memberikan manfaat yang
maksimal, baik dad segi keamanan, kenyamanan ataupun
kelancaran perjalanan bagi pemakainya.
 Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan
kendaraan dan jumlah kecelakaan harus digunakan sebagai
faktor dasar dalam pemilihan fasilitas pejalan kaki yang
memadai.
 Pada lokasi-lokasi/kawasan yang terdapat sarana dan prasarana
umum.
 Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau
pada suatu kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan
pejalan kaki dan biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu
lintas serta memenuhi syaratsyarat atau ketentuanketentuan
untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat tersebut

47 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


antara lain : Daerah-daerah industri, Pusat perbelanjaan, Pusat
perkantoran, Sekolah, Terminal bus, Perumahan dan Pusat
hiburan.
 Fasilitas pejalan kaki yang formal terdiri dari beberapa jenis
sebagai berikut :
(1) Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :
 Trotoar
Yang dimaksud dengan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang
terletak pada Daerah Milik Jalan, diberi lapisan permukaan, diberi
elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada
umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.
Trotoar dapat dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi
luar jalur lalu lintas. Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan,
akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila keadaan
topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.
(2) Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase
terbuka atau di atas saluran drainase yang telah ditutup dengan plat
beton yang memenuhi syarat.
(3) Trotoar pada pemberhentian bus harus ditempatkan berdampingan
/sejajar dengan jalur bus. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau
dibelakang Halte.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993
Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
trotoar, memenuhi persyaratan lebar sesuai dengan kondisi lokasi atau
jumlah pejalan kaki yang melalui dan memiliki ruang bebas diatasnya
sekurangnya 2,50 m dari permukaaan trotoar.

48 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


b) Penyeberangan seperti:
• Jembatan Penyeberangan
Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
(1) Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross
dan Pelikan Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.
(2) Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya kecelakaan yang
melibatkan pejalan kaki cukup tinggi.
(3) Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan
kaki yang tinggi.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993
Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,
Jembatan penyeberangan; memiliki lebar sekurang-kurangnaya 2,00
m dan tinggi jembatan sekurangnya 5,00 m dari atas permukaan
jalan.
• zebra cross
Zebra Cross dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas,
kecepatan lalu lintas dan arus pejalan kaki yang relatif rendah.

49 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


(2) Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup,
agar tundaan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas
penyeberangan masih dalam batas yang aman.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993
Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,
zebra cross atau dinyatakan dengan marka berupa 2 garis utuh
melintang jalur lalu lintas dan/atau rambu perintah yang menyatakan
tempat penyeberangan pejalan kaki.
• Pelican Cross
Pelican Crossing harus dipasang pada lokasi-lokasi sebagai berikut :
(1) Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus penyeberang tinggi
(2) Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat persimpangan.
(3) Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican cross
dapat dipasang menjadi satu kesatuan dengan rambu lalu lintas
(traffic signal).
• Terowongan
Pembangunan terowongan disarankan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
(1) Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross
dan Pelikan Cross serta Jembatan penyeberangan tidak
memungkinkan untuk dipakai.
(2) Bila kondisi lahannya memungkinkan untuk dibangunnya
terowongan.
(3) Arus lalu lintas dan arus pejalan kaki cukup tinggi.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993
Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,
terowongan penyeberangan, memiliki lebar sekurang-kurangnya 2,00
m dan tinggi bagian sekurangnya 3,00 m dari lantai dilengkapi dengan
lampu penerangan.
• Non Trotoar
Fasilitas pejalan kaki ini bila menjadi satu kesatuan dengan
trotoar harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut Elevasinya

50 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


harus sama atau bentuk pertemuannya harus dibuat sedemikan rupa
sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
(2) Pelengkap Jalur Pejalan kaki yang terdiri dari :
• Lapak tunggu
(1) Lapak tunggu harus dipasang pada jalur lalu lintas yang lebar,
dimana penyeberang jalan sulit untuk menyeberang dengan aman.
(2) Lebar lapak tunggu minimum adalah 1,20 meter.
(3) Lapak tunggu harus di cat dengan cat yang memantulkan cahaya
(reflective).
• Rambu
(1) Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah
terlihat dengan jelas dan tidak merintangi pejalan kaki.
(2) Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, diluar
jarak tertentu dari tepi paling luar jalur pejalan kaki.
(3) Pemasangan rambu harus bersifat tetap dan kokoh serta terlihat
jelas pada malam hari.
• Marka
(1) Marka jalan hanya ditempatkan pada jalur pejalan kaki yang
memotong jalan berupa zebra cross dan Pelikan cross.
(2) Marka jalan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah terlihat
dengan jelas bagi pemakai jalan yang bersangkutan.
(3) Pemasangan marka harus bersifat tetap dan kokoh serta tidak
menimbulkan licin pada permukaan jalan dan terlihat jelas pada
malam hari.
• Lampu lalu lintas
(1) Lampu lalu-lintas ditempatkan pada jalur pejalan kaki yang
memotong jalan
(2) Pemasangan lampu lalu-lintas harus bersifat tetap dan kokoh
(3) Penempatan lampu lalu-lintas sedemikian rupa sehingga terlihat
jelas oleh lalu-lintas kendaraan
(4) Cahaya lampu lalu-lintas harus cukup terang sehingga dapat dilihat
dengan jelas pada siang dan malam hari

51 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


• Bangunan pelengkap
Bangunan Pelengkap harus cukup kuat sesuai dengan fungsinya
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki.

4. TEKNIS
1. Jalur Pejalan Kaki
1) Lebar dan alinyemen jalur pejalan kaki harus leluasa, minimal bila
dua orang pejalan kaki berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus
turun ke jalur lalu lintas kendaraan.
2) Lebar minimum jalur pejalan kaki adalah 1,50 meter.
3) Maksimum arus pejalan kaki adalah 50 pejalan kaki/menit.
4) Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan
kaki maka jalur harus diperkeras, dan apabila mempunyai perbedaan
tinggi dengan sekitarnya harus diben pembatas (dapat berupa kerb
atau batas penghalang/barrier).
5) Perkerasan dapat dibuat dan blok beton, beton, perkerasan aspal,
atau plesteran. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan
melintang 2 - 4 % supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan
memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan dan
disarankan kemiringan maksimum adalah 10 %.
6) Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah, bila patok rambu lalu
lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya
ditempatkan pada jalurtersebut.
7). Lebar minimum jalur pejalan kaki diambil dari lebar yang
dibutuhkan untuk pergerakan 2 orang pejalan kaki secara
bergandengan atau 2 orang pejalan kaki yang berpapasan tanpa
terjadinya persinggungan. Lebar absolut minimum jalur pejalan kaki
ditentukan 2 x 75 cm + jarak antara dengan bangunan-bangunan di
sampingnya, yaitu (2 x 15 cm) = 1,80m. Dalam keadaan ideal untuk
mendapatkan lebar minimum dipakai rumus sebagai
berikut :

52 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Dimana :
LT = Lebar total jalur pejalan kaki
Lp = Lebar jalur pejalan kaki yang diperlukan sesuai dengan tingkat
kenyamanan yang diinginkan.
Lh = Lebar tambahan akibat halangan bangunan-bangunan yang ada
disampingnya ditentukan tabel 1.
8) Besarnya penambahan lebar dapat dilihat pada tabel 1.

2. Trotoar
1). Trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume
pejalan kaki lebih dari 300 orang per 12 jam (jam 6.00 - jam 18.00)
dan volume lalu lintas lebih dan 1000 kendaraan per 12 jam (jam 6.00
-jam 18.00).
2). Ruang bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman
bebas tidak kurang dari satu meter dan permukaan trotoar. Kebebasan
samping tidak kurang dan 0,3 meter. Perencanaan pemasangan
utilitas selain harus memenuhi ruang bebas trotoar juga harus

53 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


memenuhi ketentuan-ketentuan dalam buku petunjuk pelaksanaan
pemasangan utilitas.
3. Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada.
Lebar minimum trotoar sebaiknya seperti yang tercantum dalam tabel
2 sesuai dengan klasifikasi jalan.

Keterangan :
Lebar minimum digunakan pada jembatan dengan panjang 50 meter
atau lebih pada daerah terowongan dimana volume lalu-lintas pejalan
kaki (300 - 500 orang per 12 jam).

3. Fasilitas Penyeberangan
• Penyeberangan Sebidang
a) Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar,
maka fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan
dan trotoar.
b) Untuk penyeberangan dengan Zebra cross dan Pelikan cross
sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.
c) Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan
ditempatkan tegak lurus sumbu jalan.
1. Dasar-dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan adalah seperti
tertera pada tabel 3 berikut :

54 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Dimana :
P = Arus lalu-lintas penyeberang jalan yang menyeberang jalur lalu
lintas sepanjang 100 meter, dinyatakan dengan pejalan kaki/jam;
V = Arus lalu-Iintas dua arah per jam, dinyatakan dalam
kendaraan/jam

Catatan :
1) Arus penyeberang jalan dan arus lalu-lintas adalah rata-rata arus
lalu-lintas pada jam-jam sibuk
2) Lebar jalan merupakan faktor penentu untuk perlu atau tidaknya
dipasang lapak tunggu

55 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


• Penyeberangan Tidak Sebidang
Mengingat biaya konstruksi jembatan penyeberangan atau
terowongan cukup mahal, maka fasilitas penyeberangan ini sangat
tepat dibangun bila volume pejalan kaki yang menyeberang jalur lalu-
Iintas pada jam sibuk sangat tinggi. Penyeberangan jenis ini diuraikan
dalam buku lain.

8. PARKIR

Parkir adalah keadan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak


bersifat sementara. Kendaraan menggunakan jalan umum tentu
dengan maksud tertentu. Ia bergerak atas kehendak dan kemauan
manusia sehubungan dengan kegiatan manusia tsb. Jadi lalu lintas
adalah fungsi kegiatan. Hal ini menjelaskan dan memberi petunjuk
mengapa di sejumlah kota terdapat sedemikian banyak lalulintas,
banyak kegitan manusia terpusat di kota. Hal demikian juga
menjelaskan mengapa ada lalu lintas hubungan antarkota serta antara
kota dan daerah pinggiran, ada kegiatan yang menimbulkan lalulintas
timbal balik.

Kita tahu bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus


menerus. Pada suatu saat ia harus berhenti untuk sementara atau
berhenti cukup lama yang disebut parkir. Tempat parkir ini harus ada
pada saat akhir atau tujuan perjalanan sudah dicapai.

Luas yang dibutuhkan untuk pelataran parkir bergantung pada


dua hal pokok, yaitu ukuran kendaraan yang diperkirakan parkir dan
sudut parkir. Sudut parkir yang digunakan umumnya adalah 0 0, 300,
450, 600,dan 900 .

56 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menangani parkir.
• Penempatannya.
• Ukurannya.
• Bagaimana pelaksanaan.
• Keuntungan.
• Kerugian.

Penempatannya.
(a) Parkir pada teluk jalan.
- Sejajar atau
memanjang atau
paralel.
- Menyudut 60°, 45°,
30°
- Menyudut dengan
extra lajur.
- Tegak lurus 90°

(b) Parkir pada lajur jalan.


- Sejajar.
- Memanjang.
(c) Parkir di tanggul tengah jalan.
- Satu lajur parkir tegak lurus,
- Dua lajur parkir tegak lurus.
- Satu lajur parkir menyudut.
- Dua lajur parkir menyudut.

57 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


(d) Parkir diluar jalan.
- Parkir pada area khusus pelataran parkir.
- Parkir pada bangunan ( garasi susun) bertingkat.
(e) Parkir dibawah tanah.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat. Hal ini terutama
disebabkan situasi area parkir yangsangat buruk sehingga masyarakat
merasa terganggu, arus lalu lintas terganggu sehingga menimbulkan
kemacetan. Faktor penyebab misalnya:
- Jalan yang sempit dengan komposisi parkir yang tidak sesuai.
- Adanya zebra cross.
- Adanya halte.
- Naik turunnya barang didaerah tersebut, dll.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 1993

Tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum, Fasilitas parkir untuk umum

adalah fasilitas parkir diluar badan jalan berupa gedung parkir atau
taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri
sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum.
Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum
dilakukan dengan memperhatikan :
a) Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
b) Keselamatan dan kelancaran lalu lintas
c) Kelestarian lingkungan
d) Kemudahan bagi pengguna jasa
Pembangunan fasilitas parkir untuk umum harus
memperhatikan :
a) keselamatan dan kelancaran lalu lintas
b) mudah dijangkau oleh pengguna jasa
c) bila berupa gedung parkir, harus memenuhi persyaratan kontruksi
sesuai perundang-undangan yang berlaku.
d) Apabila berupa taman parkir harus memenuhi batas-batas tertentu
e) Memperhatikan sirkulasi dan posisi kendaraan yang dinyatakan
dengan rambu atau marka jalan.

58 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


f) Setiap lokasi yang digunakan untuk parkir kendaraan diberi tanda
berupa huruf atau angkja yang memberikan kemudahan bagi
pengguna jasa untuk menemukan kendarannya.

Penempatan parkir.
Dalam menelaah penempatan parkir perlu diketahui berapa
kebutuhan parkir yang dipergunakan dalam satu area dan penyebab
kebutuhannya. Kemudian perlu dilakukan penghitungan-penghitungan
kendaraan yang diparkir dalam area tersebut. Penghitungan tersebut
seyogyanya ditunjukkan dengan :
(a) Penghitungan-penghitungan waktu.
(b) Tabulasi dengan angka.
(c) Grafik-grafik dengan angka.
(d) Alternatif bentuk parkir yang efektif tidak mengganggu kamtibcar
lantas.

9. LAMPU PENERANGAN JALAN

Menurut Peraturan Pemerintah tentang Spesifikasi Lampu Penerangan


Jalan Perkotaan No. 12/S/Bnkt/ 1991,
1. PENGERTIAN
Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan
pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan
dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk
menerangi jalan maupun ling kungan di sekitar jalan yang diperlukan
termasuk persimpangan jalan (intersection), jalan layang
(interchange, overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah
(underpass, terowongan). Lampu penerangan yang dimaksud adalah
suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya (lampu/luminer),
elemen-elemen optik (pemantul/reflector, pembias/refractor,
penyebar/diffuser). Elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber

59 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


tenaga/power supply. dll.), struktur penopang yang terdiri dari lengan
penopang, tiang penopang vertikal dan pondasi tiang lampu.

2. FUNGSI
Beberapa fungsi dari Lampu Penerangan Jalan antara lain :
- untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara,
khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.
- memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang
hari.
- untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.
- untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.

3. SATUAN PENERANGAN SISTEM INTERNASIONAL


Satuan penerangan sistem internasional yang digunakan adalah
sbb :
• Tingkat/Kuat Penerangan (Iluminasi - Lux), didefinisikan
sebagai sejumlah arus cahaya yang jatuh pada suatu
permukaan seluas 1 (satu) meter persegi sejauh 1 (satu) meter
dari sumber cahaya 1 (satu) lumen.
• Intensitas Cahaya adalah arus cahaya yang dipancarkan oleh
sumber cahaya dalam satu kerucut ("cone") cahaya, dinyatakan
dengan satuan unit Candela.
• Luminasi adalah permukaan benda yang
mengeluarkan/memantulkan intensitas cahaya yang tampak
pada satuan luas permukaan benda tersebut, dinyatakan dalam
Candela per meter persegi (Cd/m2).
• Lumen adalah unit pengukuran dari besarnya cahaya (arus
cahaya).

4. PERBANDINGAN KEMERATAAN PENCAHAYAAN (UNIFORMITY


RATIO)

60 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Uniformity Ratio adalah perbandingan harga antara nilai
minimum dengan nilai rata-rata atau nilai maksimumnya dari suatu
besaran kuat penerangan atau luminasi pada suatu permukaan jalan.
Uniformity Ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan/luminasi
adalah 3 (tiga) kali nilai kuat penerangan/luminasi pada suatu titik dari
penerangan minimum pada permukaan/perkerasan jalan.

5. PANDANGAN SILAU DAN PANDANGAN SILHOUTTE


• Pandangan Silau adalah pandangan yang terjadi ketika suatu
cahaya/sinar terang masuk di dalam area
pandangan/penglihatan pengendara yang dapat mengakibatkan
ketidak nyamanan pandangan bahkan ketidak mampuan
pandangan jika cahaya tersebut datang secara tiba-tiba.
• Pandangan Silhoutte adalah pandangan yang terjadi pada
suatu kondisi dimana obvek yang gelap berada di latar belakang
yang sangat terang, seperti pada kondisi lengkung alinvemen
vertikal yang cembung, persimpangan yang luas, pantulan dari
perkerasan yang basah, dll. Kedua pandangan ini harus
diperhatikan dalam perencanaan penempatan/pemasangan
lampu penerangan jalan kota.

6. SISTEM PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN JALAN


Sistem penempatan lampu penerangan adalah susunan
penempatan/penataan lampu yang satu terhadap lampu yang lain.
Sistem penempatan ada 2 (dua) sistem, yaitu
• Sistem Penempatan Menerus
Sistem penempatan menerus adalah sistem penempatan lampu
penerangan jalan yang menerus/kontinyu di sepanjang
jalan/jembatan.
• Sistem Penempatan Parsial (setempat)

61 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Sistem penempatan parsial adalah sistem penempatan lampu
penerangan jalan pada suatu daerah-daerah tertentu atau pada suatu
panjang jarak tertentu sesuai dengan keperluannya.

7. TIANG PENOPANG LAMPU


Jenis-jenis tiang penopang lampu penerangan ditinjau dari fungsi dan
penempatannya terbagi menjadi :
• Tiang Penopang Lampu Kaku
Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Kaku adalah tiang yang
direncanakan kaku/tegar sehingga kuat untuk menahan benturan.
Penempatan tiang ini terbatas, kecuali jika tersedia ruang bebas yang
cukup lebar atau dikombinasikan dengan bangunan pengaman jalan.
• Tiang Penopang Lampu Mudah Patah
Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Mudah Patah adalah
tiang yang direncanakan jika tertabrak tidak akan memberikan
kerusakan yang fatal. Penempatan tiang ini sangat luas karena dapat
dietakkan pada daerah-daerah ruang bebas yang sempit.

8. LAIN-LAIN
a. Dasar perencanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
• Volume lalu-lintas baik kendaraan maupun lingkungan yang
berinteferensi seperti pejalan kaki, sepeda, dll.
• Tipikal potongan melintang jalan, situasi ("lay-out") jalan dan
persimpangan jalan.
• Geometrik jalan seperti alinemen horizontal dan vertikal, dll.
• Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi
pantulan cahaya lampu penerangan.
• Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data
fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik.

62 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


• Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dll. agar
perencanaan lampu penerangan efektif dan ekonomis.
• Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan
pengembangan daerah sekitarnya
• Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.
b. Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam
membuat desain /merencanakan lampu penerangan jalan, antara lain:
• Lebar daerah milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.
• Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan)
tajam.
• Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange. tempat
parkir, dll.
• jalan jalan berpohon.
• Jalan jalan yang mempunyai nilai sejarah untuk keperluan nilai
estetis.
• Jalan jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk
pemasangan lampu di bagian median.
• Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah
(tero-wongan).
• Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak
berinteferensi dengan jalannya.
 Kriteria Perencanaan dan Kriteria Penempatan
1. Kriteria Perencanaan
a. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan
sedernikian rupa sehingga dapat memberikan :
- penerangan yang merata
- keamanan dan kenvamanan bagi pengendara
- arah dan petunjuk (guide) yang jelas
Pada sistem penempatan parsial. lampu penerangan jalan harus
memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara sehingga
efek kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat dikurangi.

63 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


b. Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan
efektifitas dan nilai ekonomi lampu. yaitu - nilai efektifitas
(lumen/watt) lampu yang tinggi
umur rencana yang panjang
c. Perbandingan Kemerataan Pencahayaan (Uniformity Ratio)

d. Kualitas Penerangan
Kualitas penerangan pada suatu jalan menurut klasifikasi fungsi jalan
ditentukan seperti tabel di bawah ini :

64 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


2. Kriteria Penempatan
a. Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan
adalah sebagai
berikut :

b. Gambaran umum
perencanaan dan
penempatan lampu
penerangan jalan adalah
sebagai berikut :

65 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


c.Besaran-besaran
Kriteria Penempatan

d. Penataan
Penempatan Lampu
Penerangan Jalan
Penataaan / pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur sebagai
berikut :

66 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Catatan :
Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10
meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur
setiap arah) perlu di pertimbangkan dengan pemilihan penempatan
lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut di atas dan
pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan Iampu penerangan
jalan direncanakan sendiri- sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.

3. Kriteria-Kriteria Tambahan Pada Hal-hal Khusus


a. Tempat Parkir
Kuat penerangan pada daerah tempat parkir ditentukan seperti tabel
di bawah ini :

67 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


b. Rambu-rambu lalu-lintas
Kuat penerangan untuk rambu-rambu lalu-lintas pada suatu jalan
ditentukan
seperti tabel di bawah ini :

c. Terowongan
Kuat penerangan pada terowongan harus cukup dan memberi
kenyamanan baik untuk penglihatan siang maupun malam hari.
Adapun kriteria penerangan terowongan adalah seperti yang
ditentukan pada tabel di bawah ini.

68 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


4. Bentuk/Dimensi dan Struktur Lampu Penerangan Jalan
1. Lampu Penerangan Jalan berdasarkan Jenis sumber cahaya
a. Lampu Merkuri b. Lampu Sodium

2. Lampu Penerangan Jalan berdasarkan bentuk tiang

a. Tiang Lampu
dengan Lengan
Tunggal

Tiang lampu ini pada


umumnya diletakkan
pada sisi Kiri atau
Kanan jalan.

69 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


b. Tiang Lampu dengan
Lengan Ganda
Tiang lampu ini khusus
diletakkan di bagian
tengah/Median jalan,
dengan catatan jika kondisi
jalan yang akan diterangi
masih mampu dilayani oleh
satu tiang.

e. Tiang Lampu Tegak


(Tanpa Lengan)
Tiang lampu ini terutama
diperlukan untuk menopang
lampu menara, yang pada umumnya
ditempatkan di persimpangan-
persimpangan jalan ataupun tempat-
tempat yang luas seperti interchange,
tempat parkir, dll.

d. Lampu Tanpa Tiang

70 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Larnpu Tanpa Tiang adalah lampu yang diletakkan pada dinding
ataupun langit-langit suatu konstruksi seperti di bawah konstruksi
jembatan, di bawah konstruksi jalan layang atau di dinding maupun di
langit-langit terowongan, dll.

5. PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN JALAN


 Identifikasi
Identifikasi yang dimaksud adalah simbol-simbol yang digunakan
untuk mengenali istilah/gambar/tanda dalam perencanaan lampu
penerangan jalan Adapun beberapa identifikasi yang diberikan adalah
sebagai berikut :

71 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


 Gambaran umum penempatan lampu penerangan
jalan berdasarkan pemilihan letaknya
1. Tipikal Lampu Penerangan Secara Umum

2. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Satu Arah

72 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


3. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Dua Arah

 Penataan/Penempatan Lampu Penerangan Jalan


pada Kondisi Khusus.

73 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


a.Pada

Tikungan/Lengkung Horizontal

74 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


b. Pada
Tikungan/Lengkung
Vertikal

75 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


76 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
77 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya
10. ANGKUTAN BARANG DAN ANGKUTAN UMUM

Standar Kendaraan Umum


Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 68 Tahun 1993 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di jalan dengan Kendaraan Umum

1) Pengertian

78 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


a. Kendaraan sewa adalah setiap mobil penumpang yang
disewakan/diborongkan untuk angkutan orang tidak dalam
trayek, baik dengan atau tanpa pengemudi.
b. Angkutan antar kota adalah angkutan dari satu kota ke kota lain
dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam
trayek tetap dan teratur.
c. Angkutan lintas batas negara adalah angkutan dari satu kota ke
kota lain yang melewati lintas batas Negara dengan
menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek tetap
dan teratur.
d. Angkutan pedesaan adalah angkutan dari satu tempat ketempat
lain dalam satu wilayah kabupaten dengan menggunakan mobil
bus umum dan atau mobil penumpang umum yang terikat
dalam trayek tetap dan teratur.
e. Angkutan taksi adalah angkutan yang merupakan pelayanan dari
pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.
f. Angkutan sewa adalah angkutan dengan menggunakan
kendaraan sewa yang melayani angkutan dari pintu ke pintu
dengan atau tanpa pengemudi dalam wilayah operasi yang tidak
terbatas.
g. Angkutan pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan
mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda khusus untuk
mengangkut wisatawan ke dan dari daerah tujan wisata.

Pelayanan angkutan dengan kendaraan umum dilakukan dalam


trayek tetap dan teratur dan angkutan tidak dalam tidak trayek yaitu :
a. pelayanan dalam trayek tetap dan teratur dilaksanakan dalam
jaringan trayek :
1. Trayek antar kota antar propinsi, yaitu trayek yang melalui
lebih dari satu propinsi. Izinnya oleh Ditjen Hubdat

79 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


2. Trayek antar kota dalam propinsi, yaitu trayek melalui lebih
dari satu daerah tk II dalam satu propionsi. Izinnya dari
Gubernur TK I
3. Trayek kota, yaitu trayek yang seluruhnya berada pada satu
daerah TK II atau trayek di wilayah DKI Jakarta. Izinya dari
Gubernur atas usul Bupati/walikotamadya TK II.
4. Trayek pedesaan, yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam
satu daerah TK II. Izinnya dari Gubernur atas usul
Biupati/walikotamadya TK II
5. Trayek antar lintas batas negara, yaitu trayek yang melalui
batas negara. Pemerintah cq Ditjen Hubdat.

b. Angkutan tidak dalam trayek dilakukan dengan :


1. Angkutan dengan taksi, dilakukan dengan mobilpenumpang
yang diberi tanda khusus (Taksi) serta dilengkapi dengan
argometer dan beroperasi dalam wilayah terbatas.
2. Angkutan sewa, dilakukan dengan mobil penumpang yang
pengoperasiannya berdasarkan perjanjian sewa atau borongan.
3. Angkutan untuk keperluan pariwisata dengan menggunakan
mobil bus dengan tanda atau tulisan “pariwisata” pada depan
dan belakang serta sisi kiri dan kanan kendaraan, wilayah
operasinya tidak terbatas (tujuan wisata) sehingga tidak
diwajibkan memasuki terminal.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993 tentang


Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan.

1) Pengertian.
a. Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda-roda pada suatu
sumbu yang menekan jalan.
b. Barang umum adalah bahan atau benda selain dari bahan
berbahaya,barang khusus, peti kemas dan alat berat.

80 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


c. Bahan berbahaya adalah setiap bahan atau benda yang oleh
karena sifat dan ciri khas serta keadaannya merupakan bahaya
terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta terhadap jiwa
atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainya.
d. Barang khusus adalah barang yang karena sifat dan bentuknya
harus dimuat dengan cara khusus.
e. Alat berat adalah barang yang karena sifatnya tidak
dapatdipecah-pecah sehingga memungkinkan angkutannya
melibihi muatan sumbu terberat (MST) dan /atau dimensinya
melebihi ukuran maksimum yang telah ditetapkan .
f. Peti kemas adalah peti kemas yang sesuai international standar
organization (ISO) yang dapat dioperasikan di Indonesia
2) Angkutan barang dengan kendaraan bermotor pada dasarnya
dilakukan dengan menggunakan mobil barang yang terdiri
daribarang umum, barang berbahaya, peti kemas dan alat berat.
3) Angkutan barang dapat dilakukan dengan menggunakan sepeda
motor, mobil penumpang dan mobil bus dengan ketentuan jumlah
barang yang diangkut tidak melebihi daya angkut tipe
kendaraannya.
4) Angkutan barang dengan sepeda motor harus memenuhi
persyaratan :
a. Mempunyai ruang muatan barang dengan lebar tidakmelebihi
stang kemudi
b. Tinggi ruang muatan tidak melebihi 900 mm dari atastempat
duduk pengemudi.
5) Pemuatan barang umum dalam ruangan kendaraan
pengangkutannya harus ditutup dengan bahan yang tidak mudah
rusak dan diikat dengan kuat dan jika menonjol melampau bagian
terluar belakang mobil barang tidak boleh melebihi 2000 mm. Jika
bagian yang menonjol lebih dari 1000 mm harus diberitanda.
6) Angkutan bahan berbahaya dilakukan dengan melakukan
kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan teknis dfan laik

81 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


jalan serta sesuai dengan peruntukannya. Bahan berbahaya
diklasufikasikan sebagai berikut :
a. Mudah meledak
b. Gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau
pendinginan tertentu
c. Cairannya mudah menyala
d. Padatan mudah menyala
e. Oksidator, peroksida organik
f. Racun dan bahan yang mudah menular
g. Radioaktif
h. Korosif
i. Berbahaya lain.
7) Angkutan barang khusus dilakukan dengan menggunakan
kendaraan bermotor sesuai peruntukan. Barang khusus
diklasifikasikan atas :
a. Barang curah
b. Barang cair
c. Barang yang memerlukan fasilitas pendinginan
d. Tumbuh-tumbuhan dan hewan hidup
e. Barang khusus lainnya.
8) Angkutan peti kemas dilakukan dengan kendaraan khusus
pengangkut peti kemas
9) Angkutan alat berat dilakukan dengan mobil barang sesuai dengan
peruntukannya.

Pengaturan Angkutan Umum


Dalam rangka pengaturan angkutan umum ( bus dan truck ).
Pelayanan angkutan umum menggunakan sarana penunjang secara
lebih efisien dibandingkan dengan kendaraan pribadi terutama pada
waktu sibuk. Terdapat ukuran yang dapat diambil agar pelayanan
tersebut lebih baik.

82 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


1) Perbaikan pelayanan frekuensi, kecepatan, kenyamanan. Contoh :
pelayanan sekolah.
2) Perbaikan sarana penunjang jalan :
a) Lokasi dan disain tempat pemberhentian dan terminal yang
baik terutama adanya moda transportasi yang berbeda seperti
jalan rel, atau transportasi perkotaan dan antar kota.
b) Memberikan prioritas yang lebih pada angkutan umum.
Contoh: Jalur bus, prioritas bus, lampu lalu lintas tempat berhenti
taxi.
3) Prioritas bus. Tujuan adalah untuk mengurangi waktu perjalanan
biasanya ditujukan untuk bus-bus di kota besar karena membawa
penumpang lebih banyak.
a) Jalur khusus bus.
Angkutan umum dapat menggunakan jalur tersendiri sehingga
akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi karena kemacetan
sudah dipindahkan ke jalur lain.
b) Disain dan operasi.
Lebar jalur yang direkomendasikan adalah lebih dari 3 s/d 3,65
m. Biasanya berhenti 50 m sebelum persimpangan.
c) Control.
Jalur khusus bus memerlukan control dan penegakan hukum yang
cukup kuat agar tercipta operasi yang efisien seperti:
• Control tempat pemberhentian bus.
• Control angkutan pribadi dan barang.
• Penegakan hukum oleh Polisi lalu lintas.
• Tempat pemberhentian bus. Berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang saat berhenti.

Pengaturan Angkutan Barang


Masalah lalu lintas tertentu timbul karena adanya kendaraan
barang pada daerah pusat kota (pertokoan), daerah pemukiman,

83 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


daerah industri sehingga dapat menimbulkan arus lalu lintas yang
‘berhenti’ yang terkait dengan :
a) Kendaraan yang berhenti akan menyebabkan gangguan arus lalu
lintas.
b) Parkir pada jalur pejalan kaki menyebabkan keruskan pada jalur
tersebut dan gangguan pada pejalan kaki.
c) Problema lingkungan karena suara, getaran, asap, gangguan
pemandangan terutama kendaraan besar.
d) Kondisi jalan yang rusak akibat beban yang terlalu tinggi. Ukuran
manajemen lalu lintas yang utama dalam menentukan masalah ini
adalah :
• Waktu parkir dan lokasi pemberhentian.
• Fasilitas akses yang cukup (jalan akses, persimpangan dengan
geometri yang sesuai, belok, dan jalur bongkar muat ).

 JALAN TOL

Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem


jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya
diwajibkan membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu yang
dibayarkan untuk penggunaan jalan tol. Peranan jalan tol menurut UU
no. 38 tahun 2004 tentang jalan yaitu:
a. memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang;
b. meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang
dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi;
c. meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna
jalan;
d. meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.
Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum
merupakan lintas alternatif. Jalan tol harus mempunyai spesifikasi dan
pelayanan yang lebih tinggi daripada jalan umum yang ada.
Berikut ini sejumlah persyaratan dasar untuk ruas jalan tol
dasar :

84 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


o Lebar lajur minimum 12 feet
o Clearance lateral bahu jalan minimum 6 feet antara tepian lajur-
jalan dan hambatan terdekat yang mempengaruhi perilaku lalu
lintas; clearance lateral minimum 2 ft
o Seluruh kendaraan di dalam aliran lau lintas adalah kendaraan
penumpang
o 10 lajur atau lebih
o Jarak antar simpang susun sebesar 2 mil atau lebih
o Permukaan jalan datar, dengan kelandaian tidak lebih 2%
o Populasi pengemudi terutama terdiri dari pengguna regular
fasilitas jalan tol.

Gambar. Jalan tol Cipularang,


Jakarta

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) JALAN TOL

85 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


STANDAR PELAYANAN MINIMUM
SUBSTANSI
NO CAKUPAN /
PELAYANAN INDIKATOR TOLOK UKUR
LINGKUP
1 2 3 4 6

1 - Kondisi - Kekesatan - Seluruh Ruas - > 0,33 µ m


Jalan Tol - Ketidakrataan Jalan Tol - IRI ≤ 4
- Tidak ada - Seluruh Ruas m/km
Lubang Jalan Tol - 100 %
- Seluruh Ruas
Jalan Tol

2 - Kecepat - Kecepatan - Jala - ≥1,6 kali


an Tempuh Tempuh Rata-rata n Tol Dalam Kota kecepatan tempuh
Rata-Rata rata-rata Jalan Non
Tol

- Jala - ≥1,8 kali


n Tol Luar Kota kecepatan tempuh
rata-rata Jalan Non
Tol

3 - Aksesib - Kecepatan - Gerbang Tol - ≤ 8 detik


ilitas Transaksi Rata – sistem terbuka setiap kendaraan
rata
- Gerbang Tol - ≤ 7 detik
sistem tertutup : setiap kendaraan
• Gar
du masuk - ≤ 11 detik
setiap kendaraan

• Gar - ≤ 450
du Keluar kendaraan per jam
- Jumlah Gardu per Gardu
Tol
- Kapasitas
Sistem Terbuka - ≤ 500
kendaraan per jam
- Kapasitas
Sistem Tertutup - ≤ 300
• Gardu kendaraan per jam
Masuk

• Gardu
Keluar

86 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


STANDAR PELAYANAN MINIMUM
SUBSTANSI
NO CAKUPAN /
PELAYANAN INDIKATOR TOLOK UKUR
LINGKUP
1 2 3 4 6

4 - Mobilit - Kecepatan - Wilayah - 30 menit per


as Penanganan Pengamatan/ siklus pengamatan
Hambatan Lalu observasi Patroli
Lintas - ≤ 30 menit
- Mulai
Informasi
diterima Sampai - Melakukan
ke Tempat penderekan ke
Kejadian : Pintu Gerbang Tol
terdekat/ Bengkel
- Penanganan terdekat dengan
Akibat Kendaraan menggunakan
Mogok derek resmi
(gratis)

- 30 menit per
siklus pengamatan
- Patroli
Kendaraan Derek

5 - Kesela - Sarana - Kelengkapan dan - 100 %


matan Pengaturan Lalu Kejelasan Perintah
Lintas : dan Larangan serta
• Perambuan Petunjuk
- Jumlah 100
- Fungsi dan % dan
• Marka Jalan Manfaat Reflektifitas ≥ 80
%
- Fungsi dan
• Guide Post / Manfaat - Jumlah 100
ReflektoR % dan
- Fungsi dan Reflektifitas ≥ 80
• Patok Manfaat %
Kilometer Setiap
1 km - Fungsi dan - 100 %
Manfaat
- Penerangan
Jalan Umum (PJU) - Lampu
Wilayah Perkotaan Menyala 100%
- Fungsi dan
- Pagar Rumija Manfaat - Keberadaan
100 %
- Penanganan - Korban
Kecelakaan Kecelakaan - Dievakuasi
gratis ke rumah
sakit rujukan
- Kendaraan
Kecelakaan - Melakukan

87 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


STANDAR PELAYANAN MINIMUM
SUBSTANSI
NO CAKUPAN /
PELAYANAN INDIKATOR TOLOK UKUR
LINGKUP
1 2 3 4 6
penderekan gratis
sampai ke pool
derek (masih di
dalam jalan tol)
- Pengamanan
dan Penegakan - Ruas Jalan - Keberadaan
Hukum Tol Polisi Patroli Jalan
Raya (PJR) yang
siap panggil 24
jam

6 Unit Pertolongan - Ambulans - Ruas Jalan - 1 Unit per 25


/ Penyelamatan Tol km atau minimum
dan Bantuan 1 unit (dilengkapi
Pelayanan standar P3K dan
Paramedis)
- Kendaraan
Derek - Ruas Jalan
Tol : - 1 Unit per 5
• LHR > km atau
100.000 minimum 1 unit
kend/hari
- 1 Unit per 10
• LHR ≤ km atau minimum
- Polisi Patroli 100.000 1 unit
Jalan Raya (PJR) kend/hari

- Ruas Jalan - 1 Unit per 15


Tol : km atau minimum
• LHR > 1 unit
100.000
- Patroli Jalan kend/hari - 1 Unit per 20
Tol (Operator) km atau minimum
• LHR ≤ 1 unit
- Kendaraan 100.000
Rescue kend/hari - 1 Unit per 15
km atau minimum
- Ruas Jalan 2 unit
Tol
- 1 Unit per
ruas Jalan Tol
- Sistem - Ruas Jalan (dilengkapi dengan
Informasi Tol peralatan
penyelamatan)

- Setiap
Gerbang masuk

88 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


STANDAR PELAYANAN MINIMUM
SUBSTANSI
NO CAKUPAN /
PELAYANAN INDIKATOR TOLOK UKUR
LINGKUP
1 2 3 4 6
- Informasi
dan Komunikasi
Kondisi Lalu
Lintas

 MARKA JALAN
Sebagaimana telah dijelaskan pada pasal 19 s/d 26 PP Nomor
43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan, maka sesuai pasal
27 ketentuan marka jalan mengenai bentuk, ukuran, warna,tatacara
penempatan, persyaratan, penggunaan dan penghapusan dijelaskan
dalam Kepmenhub.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan
atau diatas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
berbentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalulintas
dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
 Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu
jalan.
 Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap
sumbu jalan.
 Marka serong adalah tanda yang bembentuk tanda yang
membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian
marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan
suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu
lintas kendaraan.
 Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu
untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk

89 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan
oleh rambu atau tanda lalulintas lainnya.
Marka jalan sesuai denga fungsinya dikelompokkan menjadi 5 (lima)
jenis :
 Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan
bagi kendaraan melintasi garis tersebut dapat berupa satu garis
utuh dan atau garis ganda dan garis putus-putus yang
dimaksudkan adalah :
(1) Garis utuh berfungsi menandai tepi jalur lalulintas
(2) Garis putus-putus berfungsi :
(a) Mengarahkan lalulintas .
(b) Memperingatkan akan ada marka membujur berupa garis
utuh didepan.
(c) Pembatas jalur pada jalan 2 (dua) arah.
(3) Garis ganda berupa garis garis utuh dan garis putus-putus
menandakan :
(a) Lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat
melintasi garis ganda tersebut.
(b) Lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang
melintasi garis ganda tersebut.
 Marka melintang terdiri dari :
(1) Garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang diwajibkan
oleh alat pembri isyarat laulintas (Apil) atau rambu larangan.
(2) Garis ganda putus-putus menyatakan batas berhenti kendaraan
sewaktu mendahulukan kendaraan lain yang diwajibkan oleh rambu
larangan.
(3) Marka melintang bila tidak dilengkapi dengan tanda larangan harus
didahului dengan marka lambang berupa segitiga yang salah satu
alasnya sejajar dengan marka melintang.
 Marka serong menandakan :
(1) Berupa garis utuh berarti dilarang dilintasi kendaraan.

90 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


(2) Pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalulintas
dan pulau lalulintas.
(3) Jika dibatasi denga garis utuh menyatakan :
(a) Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan.
(b) Pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalulintas.
 Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tulisan
dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu lalulintas
atau untuk memberitahu pemakai jalan yang tidak dinyatakan
denga rambu dan dipergunakan khusus untuk :
(1) Tempat pemberhentian mobil bus, naik turun penumpang .
(2) Pemisahan arus lalulintas sebelum mendekati persimpangan dalam
bentuk lambang panah.
(3) jika berada ditepi jalan marka berupa garis berbiku-biku warna
kuning pada sisi jalur lalulintas berarti dilarang parkir pada jalan /
daerah tersebut.

 Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalulintas


kendaraan.
 Lajur adalah bagian jalur yang memanjang dengan atau tanpa
marka jalan yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan
bermotor sedang jalan, selain sepeda motor.
 Bingkai jalan adalah batas bahu jalan yang pada umumnya
terletak pada sisi kanan atau kiri badan jalan.
 Pulau lalu lintas adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh
kendaraan dapat berupa marka jalan atau bagian jalan yang
ditinggikan.

TEKNOLOGI

 JALAN LAYANG (FLY OVER)

91 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Lokasi: Kota Bourne, Boston

Sumber : www. Sagamoreflyover.com

92 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Sumber : www. Sagamoreflyover.com

 PERSIMPANGAN DAN TIKUNGAN

 Persimpangan
Merupakan titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan
bertemu dan dimana lintasan-lintasan kendaraan berpotongan. Lalu
lintas pada masing-masing kaki persimpangan menggunakan ruang
jalan pada persimpangan secara bersama- sama dengan lalu lintasnya.
Oleh karena itu persimpangan adalah faktor yang sangat penting
dalam menentukan kapasitas dari suatu jaringan jalan secara

93 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


keseluruhan, demikian pula dalam menentukan waktu perjalanan,
khususnya didaerah perkotaan. Persimpangan juga merupakan tempat
dimana sebagaian besar kecelakaan-kecelakaan terjadi. Para pejalan
kaki juga menggunakan ruang jalan pada persimpangan, dan
merupakan aspek yang penting dari sistim pengaturan / pengendalian
persimpangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada persimpangan
adalah:
(a) Volume dan kapasitas, dimana secara langsung mempengaruhi
hambatan.
(b) Disain geometrik, dan kebebasan pandangan.
(c) Kecelakaan dan keselamatan pemakai jalan, kecepatan dan lampu
jalan.
(d) Parkir, akses, dan bangunan yang sifatnya umum.
(e) Pejalan kaki.
(f) Jarak antar persimpangan.

• Jenis-jenis persimpangan
(a) Persimpangan lengkap, yaitu persimpangan dimana garis tengah
(as jalan) dari masing- masing jalan yang bersimpangan membentuk
sudut 90 derajat. Persimpangan semacam ini tidak banyak
menimbulkan permasalahan dibidang lalu lintas. Kerugiannya adalah
rata-rata kendaraan yang melewati berkecepatan tinggi.
(b) Persimpangan bentuk T, yaitu persimpangan dimana sudut antara
garis tengah kedua jalan yang bertemu tidak lebih dari 10 derajat,
dihitung dari titik temu.

94 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Keuntungannya :
- Untuk kendaraan yang berbadanpanjang ( bus atau truck ) dapat
melihat dengan baik pada saatdipermukaan persimpangan.
- Semua kendaraan dapat berantisipasi secara baik dan rata-rata
pengemudi akan mengurangi kecepatannya pada saat mendekati atau
melewati persimpangan.
Kerugiannya :
- Tidak jelas siapa yang mendapatkan priorirtas pada persimpangan
ini.
- Timbul keragu-raguan sesama antar pengemudi.
Kemungkinan pemecahannya :
- Pasang rambu-rambu berhenti.
- Pasang marka / garis berhenti.
- Pasang alat pengendali lalu lintas.
(c) Persimpangan bentuk Y, adalah persimpangan dimana sudut
penyimpangannya adalah 15 derajat atau lebih, atau sudut antara
garis tengah dari jalan yang bertemu adalah lebih kecil dari 75 derajat.
Keuntungannya : Tidak ada.
Kerugiannya :
- Pengemudi kendaraan berbadan panjang (bus atau truck) kurang
bisa melihat kendaraan lain dengan baik yang datang dari sisi jalan
yang lain. Problem komunikasi sesama pengemudi : Kendaraan yang
datang dari jalan tangkai atau kaki “Y” rata-rata berkecepatan tinggi.
Kemungkinan pemecahan :
- Pemasangan rambu prioritas.

95 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


- Merubah menjadi persimpangan bentuk T.

(d) Persimpangan segitiga adalah bentuk persimpangan dimana


diantara titik temu dari jalan yang bersimpangan membentuk atau
terdapat bidang segitiga.
Keuntungan : tidak ada.
Kerugian :
-Membingungkan pemakai jalan.
- Kecepatan kendaraan kurang dapat dibatasi.
- Terdapat tiga persimpangan Y, kemungkinan pemecahan merubah
menjadi bentuk persimpangan T, merubah menjadi bundaran.
(e) Bundaran: adalah persimpangan dengan jalan memutar
membentuk lingkaran atau bundaran.
Keuntungan :
- Kecepatan kendaraan dapat diperlambat.
- Dapat mengurangi kemacetan.
- Mengurangi kecelakaan lalu lintas.
Kerugian :
- Kurang baik bagi pengemudi yang tidak disiplin.
Kemungkinan pemecahannya :
- Pemasangan rambu-rambu prioritas.
- Pemasangantraffic light bagi persimpangan yang padat arus lalu
lintasnya.

96 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


 Tikungan
Tikungan merupakan bagian jalan yang penting dalam berlalu
lintas, banyak terjadi kesulitan bahkan kecelakaan yang fatal sehingga
menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Tikungan adalah bagian
dari jalan yang dibangun dari sepotong jalan lurus, jalan lengkung,
lingkaran dan berakhir pula pada sepotong jalan lurus. Maka dari
pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa syarat-syarat
tikungan yang baik adalah:
(a) Jalan lurus / bagian lurus.
(b) Jalan lengkung / peralihan.
(c) Lingkaran.
(d) Jalan lengkung / peralihan.
(e) Jalan lurus / bagian lurus.
• Jenis tikungan.
(a) Tikungan yang bebas pandang.
(b) Tikungan yang tidak bebas pandang. Disebabkan antara lain
terhalang oleh pepohonan yang rimbun, tebing gunung atau rumah,
jalan yang mendaki.
(5) Perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan tikungan ialah
pertimbangan, persyaratan geometrik / kondisi daerah tersebut
sehingga pemakai jalan dapat melewati dengan baik bagi kepentingan
Kamtibcar Lantas.
Ada tiga spesifik yang harus diketahui / dapat dilihat dari
tikungan yaitu:
(a) Tikungan dapat terlihat / diketahui secara keseluruhan. Untuk
mengetahui berapa jarak atau garis pandang yang baik pada saat
melewati tikungan yaitu 500 M kecepatan tinggi, 300 M kecepatan
sedang, 190 M untuk kecepatan rendah.
(b) Dapat dilewati dengan mudah / leluasa. Dalam pembuatan suatu
tikungan harus diperhatikan pelebaran pada lajur sebelah dalam
sehingga tikungan tersebut dapat dikatakan dengan mudah atau

97 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


leluasa dilewati kendaraan tanpa mengganggu arah kendaraan dari
depan yang dapat beresiko kecelakaan lalu lintas.
(c) Tikungan harus mudah dipahami dan dimengerti.
(d) Waktu pandang yang baik saat mengetahui akan adanya suatu
tikungan yakni antara 8– 10 detik sehingga pengemudi terjamin
keselamatan-nya. Tikungan tersebut harus benar bangunannya dan
dilengkapi marka, rambu dan lain-lain.
• Bentuk tikungan.
(a) Tikungan tajam, dan
(b) Tikungan tidak tajam.

PERMASALAHAN dan SOLUSI

1. KEMACETAN

98 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Macet adalah tidak seimbangnya atau lebih besarnya volume arus
lalu lintas terhadap kapasitas jalan. Langkah-langkah menanggulangi
kemacetan :
 Kepadatan penduduk & pergerakan. Pertumbuhan
penduduk yang pesat serta aktifitas disegala bidang menimbulkan
peningkatan jumlah pergerakan dari suatu tempat ke tempat lain.
Hal itu mengakibatkan meningkatnya permintaan kebutuhan
sarana dan prasarana yang berwujud alat-alat transportasi.
Ditinjau dari aktifitas sehari-hari, kegiatan manusia dapat
disebutkan sebagai berikut : Bekerja, Belajar/ sekolah, Rekreasi,
Berobat dll
Dari kelompok tersebut, apabila dilaksanakan secara bersama-sama
dalam waktu yang bersamaan akan mengakibatkan kepadatan atau
kesibukan arus lalu lintas.
 Karakteristik arus kendaraan bermotor dan interaksi
dengan pengemudi. Kendaraan yang berjalan sendirian dapat
berjalan dengan cepat atau lambat sesuai dengan kehendak
pengemudinya. Sebagian besar pengemudi ingin mencapai
tujuannya dengan secepat mungkin sesuai dengan kemampuan
dari kendaraannya dan sesuai dengan keadaan jalan yang
ditempuhnya.
Bilamana dijalan tersebut terdapat beberapa kendaraan lain, maka
kendaraan itu kadang-kadang akan menghambatnya dan memaksa
untuk mengurangi kecepatannya sampai pada suatu waktu dia dapat
melewati kendaraan itu. Kadang-kadang dia pula yang akan
menghalangi dan memperlambat jalannya kendaraan lain yang lebih
cepat dari dia. Bila lebih banyak lagi kendaraan yang memakai jalan
itu, maka hambatan- hambatan seperti itu akan terjadi lebih serius.
Masalah-masalah angkutan dan mempertimbangkan elemen-elemen
itu :
• Pengaruh-pengaruh kendaraan khususnya gerak dari masing-
masing kendaraan dan bagaimana mereka membentuk arus

99 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


kendaraan, sifat-sifat arus lalu lintas yang berasal dari suatu
interaksi yang kompleks dan rumit antara kendaraan dan
pengemudinya.
• Pengaruh dan prasarana yang meliputi ukuran / dimensi,
geometri dan kapasitas, jaringan jalan serta konstruksi fisiknya.
• Pengaruh dari tingkah laku manusia, baik karakteristik fisiknya
maupun mentalnya.
Terdapat 3 karakteristik utama dari arus kendaraan adalah
(1) Volume.
Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui satutitik yang
tetap pada jalan dalam suatu waktu dihitung dalam jumlah
kendaraan / hari atau kendaraan / jam. Volume dapat dihitung pada
periode waktu yang lain, tetapi periode pencacahannya harus cukup
panjang untuk menjamin variasi-variasi yang pendek tidak sampai
mempengaruhi angka rata-rata.
(2) Kecepatan.
Kecepatan adalah tingkat perubahan jarak dibagi dengan waktu.
Kecepatan dapat dihitung sebagai kecepatan setempat atau sebagai
angka rata-rata waktu atau jarak. Pada saat arus lalu lintas berjalan,
karakteristik-karakteristik ini akan bervariasi terus menerus yang
disebabkan karena acaknya jarak antara kendaraan, untuk
merangkum dan menganalisis arus lalu lintas, maka volume rata-rata,
kecepatan dan kepadatan harus dihitung dalam periode waktu.
(3) Kepadatan / densitas.
Kepadatan adalah rata-rata jumlah kendaraan per satuan
panjang jalan :
Kepadatan K = n l
n = jumlah kendaraan pada lintasan l
l = panjang lintasan.
Pada saat arus lalu lintas berjalan, karakteristik-karakteristik ini
akan bervariasi terus menerus yang disebabkan karena acaknya jarak
antara satu kendaraan, untuk merangkum dan menganalisa arus lalu

100 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


lintas, maka volume rata-rata, kecepatan dan kepadatan harus
dihitung dalam satu periode waktu.
Dari studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
besarnya nilai ini berkisar antara 6-9 detik. Volume lalu lintas pada
jalan bervariasi berdasarkan volume total dua arah, arah lalu lintas,
volume jam sibuk dan proporsi relatif dari kelas-kelas kendaraan yang
berbeda. Khususnya kendaraan-kendaraan yang bergerak lambat dan
kendaraan-kendaraan yang besar akan merupakan suatu persoalan,
misalnya : Kendaraan yang bergerak lebih lambat akan menyebabkan
terjadinya hambatan dan kemacetan Karena kendaraan ini akan
memperlambat kendaraan lainnya, terutama pada jalan tanjakan dan
akan sulit untuk menyalipnya / mendahului karena ukurannya yang
besar. Hal ini disebabkan kendaraan-kendaraan besar memerlukan :
(a) Jalan yang lebih lebar untuk berpapasan dari arah yang
berlawanan.
(b) Radius lengkung yang lebih besar pada tikungan dan
(c) Tinggi ruang bebas yang lebih besar.
(5) Kapasitas telah tercantum diatas.

2. KECELAKAAN LALU LINTAS


Definisi kecelakaan : Kecelakaan adalah kejadian yang tidak
disengaja atau disangka-sangka dengan akibat kematian, luka-luka
dan kerugian materi. Definisi kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu
lintas adalah kejadian tidak disengaja atau disangka yang
mengakibatkan kematian luka-luka atau kerugian materi dan salah
satu pemakai jalan harus melakukan / ada pergerakan lalu lintas.
• Gerakan kendaraan bermotor dan kaitannya dengan kecelakaan
lalu lintas.
• Semakin besar sudut, besar pula akibat kecelakaan lalu lintas.
• Semakin tinggi kecepatan kendaraan di persimpangan semakin
besar pula akibat kecelakaan lalu lintas.
 Prinsip Rekayasa lalu lintas :

101 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


- Mengurangi besar sudut dari persimpangan jalan.
- Mengurangi jumlah titik konflik di persimpangan.
- Mengurangi kecepatan kendaraan bermotor di titik konflik.
Dalam rangka mencegah dan menurunkan angka kecelakaan
lalu lintas erat kaitannya dengan pengkajian aspek jalan tentang
peningkatan kelancaran arus lalu lintas misalnya :
a) Prinsip-prinsip persimpangan yang aman
b) Prinsip-prinsip tikungan yang aman.
c) Perlengkapan jalan :
(1) Marka.
(2) Rambu.
(3) Alat pemberi isyarat lalu lintas / traffic light.
(4) Dll.
Dan hal ini memiliki kaitan dengan fungsi penegakan hukum lalu lintas
yang membahas penyidikan kecelakaan lalu lintas.

4. PENGATURAN ANGKUTAN UMUM


Dalam rangka pengaturan angkutan umum ( bus dan truck ).
Pelayanan angkutan umum menggunakan sarana penunjang secara
lebih efisien dibandingkan dengan kendaraan pribadi terutama pada
waktu sibuk. Terdapat ukuran yang dapat diambil agar pelayanan
tersebut lebih baik.
1) Perbaikan pelayanan frekuensi, kecepatan, kenyamanan. Contoh :
pelayanan sekolah.
2) Perbaikan sarana penunjang jalan :
a) Lokasi dan disain tempat pemberhentian dan terminal yang
baik terutama adanya moda transportasi yang berbeda seperti
jalan rel, atau transportasi perkotaan dan antar kota.
b) Memberikan prioritas yang lebih pada angkutan umum.
Contoh: Jalur bus, prioritas bus, lampu lalu lintas tempat berhenti
taxi.

102 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


3) Prioritas bus. Tujuan adalah untuk mengurangi waktu perjalanan
biasanya ditujukan untuk bus-bus di kota besar karena membawa
penumpang lebih banyak.
a) Jalur khusus bus.
Angkutan umum dapat menggunakan jalur tersendiri sehingga
akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi karena kemacetan
sudah dipindahkan ke jalur lain.
b) Disain dan operasi.
Lebar jalur yang direkomendasikan adalah lebih dari 3 s/d 3,65
m. Biasanya berhenti 50 m sebelum persimpangan.
c) Control.
Jalur khusus bus memerlukan control dan penegakan hukum yang
cukup kuat agar tercipta operasi yang efisien seperti:
• Control tempat pemberhentian bus.
• Control angkutan pribadi dan barang.
• Penegakan hukum oleh Polisi lalu lintas.
• Tempat pemberhentian bus. Berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang saat berhenti.

5. PENGATURAN ANGKUTAN BARANG


Masalah lalu lintas tertentu timbul karena adanya kendaraan
barang pada daerah pusat kota (pertokoan), daerah pemukiman,
daerah industri sehingga dapat menimbulkan arus lalu lintas yang
‘berhenti’ yang terkait dengan :
a) Kendaraan yang berhenti akan menyebabkan gangguan arus lalu
lintas.
b) Parkir pada jalur pejalan kaki menyebabkan keruskan pada jalur
tersebut dan gangguan pada pejalan kaki.
c) Problema lingkungan karena suara, getaran, asap, gangguan
pemandangan terutama kendaraan besar.
d) Kondisi jalan yang rusak akibat beban yang terlalu tinggi.

103 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


Ukuran manajemen lalu lintas yang utama dalam menentukan
masalah ini adalah :
• Waktu parkir dan lokasi pemberhentian.
• Fasilitas akses yang cukup (jalan akses, persimpangan dengan
geometri yang sesuai, belok, dan jalur bongkar muat ).
• Rute truck terutama yang melalui daerah perkotaan dan daerah
yang terisolasi dari truk dengan ukuran dan beban tertentu.
• Proteksi daerah sekitarnya dari efek kerusakan oleh kendaraan
berat.

DAFTAR PUSTAKA

104 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya


http://www.lantas.polri.go.id/view_foto.asp?
ID=3&DocType=Vademikum&act=view&pageid=.
http://www.lantas.metro.polri.go.id/org/kebijakan/kebijak
an4258a748c7639.doc.
http://www.hubdat.go.id/bstp/pt/HALTE.pdf.
http://www.pu.go.id/Ditjen_Prasarana
%20Wil/referensi/nspm/petunjuk128.pdf.
http://www.lantas.polri.go.id/view_foto.asp?
ID=24&DocType=Vademikum&act=view&pageid=.
Khisty, C. Jotin dan B. Kent Lall. 2006. Dasar-dasar
Rekayasa Transportasi. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Perencanaan
Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Jalan No.
011/T/Bt/1995.
Spesifikas Lampu Penerangan Jalan Perkotaan No.
12/S/Bnkt/ 1991. Direktorat Jenderal Binamarga, Direktorat
Pembinaan Jalan Kota.
Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan
No.033/TBM/1996.
Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem
Perangkutan. Bandung: ITB.
Widjajanti, Endang. 2006. Penentuan Fungsi, Hirarki, dan
Administrasi Jalan pada Kota-Kota Baru. Jakarta: ISTN.
www.sagamoreflyover.com/
Sumber – sumber lain yang relevan.

105 Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya

You might also like