You are on page 1of 14

SEJARAH

KELOMPOK II
• Alfiyatus Sholikhah
• Elisabeth Dua Nurak
• Nur Agustia Rahmah
• Silfiani Rosida
• Agung Bekti Setiawan
• Firmanda Ale Sanjaya
ZAMAN
MESOLITHIKUM
Ciri-Ciri Kebudayaan

•Hidup semi sedenter (mulai menetap di gua-gua).


Bekas-bekas yang menunjukkan bahwa manusia
purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap adalah
dengan ditemukannya sampah dapur (kjokken moddinger).
Dari sampah dapur ini, tampak bahwa penghuni gua
tersebut berdiam dalam waktu yang sangat lama dengan
sumber makanan utama dari hasil menangkap siput dan
kerang. Pada peradaban ini, manusia tinggal di gua-gua yang
tidak jauh dari sungai atau pantai.
• Penggembangan dari alat-alat zaman paleolithikum
Penelitian di bukit kerang menghasilkan banyak
penemuan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan
chopper (kapak genggam Paleolithikum). Kapak genggam
yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan
dengan pebble/kapak Sumatra. Bentuk pebble dapat
dikatakan sudah cukup sempurna dan buatannya agak halus.
Hal ini membuktikan, bahwa alat-alat pada zaman
mesolithikum merupakan pengembangan dari alat-alat
zaman paleolithikum, dimana cara pembuatannya lebih baik
dan lebih halus dari zaman paleolithikum.
• Mulai bercocok tanam secara sederhana
Bukti lubang penyimpanan di bawah lantai rumah
mereka, tampak bahwa mereka telah menyimpan hasil
tanaman.
HASIL KEBUDAYAAN
a. Kebudayaan Pabble
 Kjoken moddinger (sampah dapur)
Kjokken moddinger adalah timbunan/tumpukan kulit kerang
dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah
membatu/menjadi fosil. Kjokken moddinger adalah istilah
yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken berarti
dapur dan modding berarti sampah. Ditemukan
disepanjang pantai timur Sumatra yakni antara Langsa
dan Medan.
 Pebble (kapak genggam Sumatra = Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan
penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya
menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang
ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan
dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith)
sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau
Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut
berasal batu kali yang di pecah-pecah.
 Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang yang diketemukan dalam
bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak
tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran)
yang disebut dengan hachecourt/kapak
pendek. Cara penggunaannya dengan
menggenggam.
 Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit
kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu
penggiling beserta landasannya. Batu pipisan
selain dipergunakan untuk menggiling
makanan juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah. Bahan cat merah
berasal dari tanah merah. Cat merah
diperkirakan digunakan untuk keperluan
agama/untuk ilmu sihir.
b. Kebudayaan Bone
Di antara alat-alat kehidupan yang
ditemukan di Goa daerah Ponorogo Jawa
Timur, ditemukan alat-alat dari batu dan dari
tulang. Oleh para arkeolog disebut sebagai
sampung Bone Culture/kebudayaan tulang dari
Bone.
c. Kebudayaan Flakes
 Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)
Abris Sous Roche adalah goa yang dijadikan tempat
tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan
berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan
binatang buas.
 Kebudayaan Toala, berupa flakes dan pebble
 Flakes dan ujung panah dari batu indah
d. Kebudayaan Bac Son-Hoa Bihn
Kebudayaan pebble dan perunggu
e. Kebudayaan Bandung
 Kebudayaan Flakes
 Tembiran dan perunggu
Pendukung Kebudayaan
Kebudayaan Pebble di Sumatera Timur
• Golongan ras Papua-Melanosaid
• Banyak ditemukan di pantai timur Sumatera
Kebudayaan Bone di Sampung Ponorogo
• Papua Melanosoid
Kebudayaan Flakes di Toala, Timor, dan Rote
Suku Toala yang masih ada sampai sekarang dianggap sebagai
keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan.
• Papua Melanosoid
• Pulau Timor dan Pulau Rote
Kebudayaan Bac Son-Hoa Binh
• Teluk Tonkin, Yunan Selatan

You might also like