You are on page 1of 9

http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/pengertian-komunikasi-antarpribadi.

html

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara


individu-individu (Littlejohn, 1999).

Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang
melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal,
seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang
muridnya, dan sebagainya.

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan
ciri-ciri komunikasi diadik adalah:

• Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;

• Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan,
baik secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai


alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan
kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan
kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna,
komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih
mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa
lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti
surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh


persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.

• Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan
informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap
stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan
verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh
terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah
memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

• Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan
mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa
rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e.
Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:

1. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat
mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa
menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri
kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah
dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

2. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi,


dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi
dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita
akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan
baru.

3. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai


communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya
diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

4. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena


konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri
(terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan
apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh
dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

• Atraksi interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain
tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk
emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung
melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika
membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila


pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan
kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-
orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita
akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

• Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang


dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad
keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya
tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang
berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in
Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses
komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan
perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan
relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam hubungan tersebut.”

Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor
dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang
baik, yaitu: a. Percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap terbuka.

http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/12/prinsip-dasar-komunikasi-dalam-kelompok/

Pengertian Komunikasi Kelompok

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communiation, A


Revisian of Approaching Speech/Comumunication, memberi batasan komunikasi
kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi,
pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota kelompok
dapat menumbuhkan karateristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-
to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as
information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are
able to recall personal characteristics of other members accurately).

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :

1. interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau
tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya. Kita mencoba membahaas keempat elemen
dari batasan tersebut dengan lebih rinci.
2. Terminologi tatap muka (face-toface) mengandung makna bahwa setiap anggota
kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus
dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap
anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang
sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian,
makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua
anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar
antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20
orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap
anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan
karenannya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.
3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas,
bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe
identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi,
maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun
(to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan
diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota
kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang
dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan
kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan
apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok
tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk
mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan
karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa
setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama
lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu
identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan
George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication. Mereka
mengatakan bahwa kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling
berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu
(a small collection of people who interct with each other, usually face to face, over time
order to reach goals).

Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman
tersebut, yaitu :

1. elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor


yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara
kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan
orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa
komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif
mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai
kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai
mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
2. elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk
jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok.
Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena
dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh
kumpulan yang bersifat sementara.
3. elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi
kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu
kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk
mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal
dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat
mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan
smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu
mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu
melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan dalam
definisi pertama.
4. elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan
dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok
tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.

http://aaipoel.wordpress.com/2007/06/07/komunikasi-organisasi-dan-motivasi/

TEORI PERSEPSI TENTANG MOTIVASI

Teori ini menjelaskan motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan
lingkungan kerja mereka. Vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas
factor-faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negative terhadap
vitalitas seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja. Vitalitas kerja
didasarkan atas empat asumsi utama, yakni :

1. Seberapa jauuh harapan pegawai dipenuhi oleh organisasi


2. Apa yang dipirkan pegawai mengenai peluang mereka dalam organisasi
3. Bagaimana pendapat pegawai mengenai seberapa banyak pemenuhan yang
diperoleh dari pekerjaan dalam organisai
4. Bagaimana persepsi pegawai mengenai kinerja mereka dalam oraganisai

Harapan

Menggambarkan apa yang aka orang pikirkan mengenai apa yang terjadi pada mereka.
Janji adalah jaminan yang menimbulkan harapan. Suatu factor utama yang menunjukan
atau mencerminkan vitalitas kerja adalah reaksi seseorang terhadap seberapa jauh
harapannya telah dipenuhi oleh organisasi dimana ia bekerja. Konsekuensi bagi suatu
organisasi dimana harapan tidak terpenuhi adalah kegelisahan yang menggelegak,
interaksi yang secara potensial agresif, dan moral yang rendah.

Pemenuhan
Satu alasan mengapa harapan yang tak terpenuhi menimbulkan konsekuensi negative
pada pegawai adalah keyainan bahwa harapan yang gagal dapat di anggap sebagai tanda
kehidupan yang tak terpenuhi. Suatu kehidupan yang terpenuhi adalah kehidupan yang
memungkinkan orang merasa bahwa ia telah mampu mencapai hal-hal secara pribadi,
unik dan kreatif. Pemenuhan dalam bekerja menunjukan bahwa pegawai merasa bahwa
mereka telah mendefenisikan diri mereka sendiri sesuai dengan keinginan mereka dan
diterima.

Peluang

Peluang(opportunity) mungkin merupakan unsure paling kuat dari empat unsur yang
mempengaruhi vitalitas kerja karena ia mempunyai konsekuensi yang secara potensial
merusak bila tidak hadir. Peluang menggambarkan suatu situasi atau kondisi yang
menyenangkan untuk mencapai suatu tujuan. Untuk membuka peluang kita menciptakan
kondisi yang mendukung untuk melakukan segala sesuatu yang ingin kita lakukan. Agar
peluang ada pegawai harus mempunyai kondisi yang mendukung untuk mencapai tujuan
mereka. Untuk menekankan betapa penting peluang bagi kehidupan seseorang pegawai,
berikut adalah 5 kategori perilaku yang dipengaruhi oleh peluang dalam organisasi :

1. Penghargaan – diri (self-esteem)

Setiap pegawai rentan terhadap perubahan dalam penghargaan-diri melalui citra


yang ia peroleh dari tanggapan orang lain. Mereka yang menerima citra positif
mengenai kemampuan mereka melalui komentar dan ganjaran akan menilai diri
mereka sendiri lebih tinggi

2. Aspirasi

Peluang juga mempengaruhi aspirasi seseorang pegawai atau prestasi yang


diinginkan. Bila organisasi mendorong dan memberi ganjaran atas tindakan yang
mendukung tujuan tertentu, pegawai cenderung mengembangkan aspirasi untuk
mencapai tujuan tersebut.

3. Komitmen

Peluang juga mempengaruhi sejauh mana komitmen pegawai terhadap organisasi.


Mereka yang mengalami pertumbuhan pribadi dan penghargaan cenderung
menaruh perasaan positif kepada organisasi.

4. Energi

Pegawai yang melihat peluang yang tinggi merespons poenghargaan atas nilai
mereka dengan lebih memperhatikan tugas dan lebih sedikit mencurahkan waktu
untuk kegiatan yang tidak berhubungan dengan penyelesaiaan pekerjaan

5. Pemecahan masalah
Pegawai yang punya peluang tinggi cenderung proaktif dalam menangani masalah
dalam pekerjaan mereka dan dalam organisasi

Kinerja

Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni
bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan,
jabatan, atau peranan dalam organisasi. Unsur penting dalam kinerja pekerjaan adalah :

1. Tugas fungsional, berkaitan dengan seberapa baik seorang pegawai


menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, termasuk penyelesaian aspek-aspek teknis
oekerjaan.
2. Tugas perilaku, berkaitan dengan seberapa baik pegawai menangani kegiatan
antar pesona dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi konflik,
mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok,
dan bekerja secara mandiri

Menurut Gilbert (1978) kinerja pada dasarnya adalah produk waktu dan luang. “ peluang
tanpa waktu untuk mengejar peluang tersebut bukan apa-apa. Dan waktu, yang tidak kita
miliki, yang tidak memberi peluang, bahkan memiliki lebih sedikit nilai “.

Pandangan Gilbert mengenai kinerja dalam konteks vitalitas kerja dalam suatu organisasi,
kinerja sangat konsisten dengan apa yang kita anggap penting untuk memberdayakan
pekerja. Untuk bekerja secara cakap, pekerja membuat prestasi yang bernilai bagi
organisasi seraya mengurangi biaya untuk mencapai tujuan.

Peranan Jaringan Kerja Komunikasi

Analisis jaringan telah mengungkapkan sifat-sifat khas sejumlah peranan jaringan


komunikasi. Berikut adalah tujuh peranan jaringan komunikasi, antara lain :

1. Anggota klik

Klik adalah sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya
merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya. Prasyarat keanggotaan klik
adalah bahwa individu-individu harus mampu melakukan kontak satu sama lainnya,
bahkan dengan cara tidak langsung. Klik terdiri dari individu-individu yang keadaan
sekelilingnya memungkinkan kontak antar individu, dan yang merasa amat puas
dengan kontak-kontak tersebut. Klik-terdiri dari individu-individu yang memiliki
alasan formal, yang berhubungan dengan jabatan untuk melakukan kontak sekaligus
juga mempunyai alasan informal yang bersifat antar pesona.

2. Penyendiri

Adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan kontak
dengan anggota kelompok lainnya. Beberapa anggota organisasi menjadi penyendiri
bila berurusan dengan kehidupan pribadi pegawai-pegawai lainnya tetapi jelas
merupakan anggota klik bila pesan-pesan berkenaan dengan perubahan dalam
kebijakan dan prosedur organisasi.

3. Jembatan

Adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam
kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Sebuah
jembatan berlaku sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai.

4. Penghubung

Adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan
anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut.Penghubung mengkaitkan
satuan-satuan organisasi bersama-sama dan menggambarkan orang-orang yang
berlaku sebagai penyaring informasi.

5. Penjaga gawang

Adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar apat melakukan
pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui system tersebut.

6. Pemimpin pendapat

Adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua system social, yang membimbing
pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Mereka
merupakan orang-orang yang mengikuti persoalan dan dipercaya orang-orang lainya
untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

7. Kosmopolit

Adalah individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu-individu
diluar organisasi. Kosmopolit menghubungkan para anggota organisasi dengan orang-
orang dan peristiwa-peristiwa diluar batas-batas struktur organisasi.

You might also like