Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU:
Dr. BUYUNG, S.Pd, M.Pd
- Dr. Drs. H. HENDRA SOFYAN, M.Psi
KELOMPOK 5:
ANI RAHAYU
AYU KARTIKA SARI
HIDAYATURRAHMAN
LINTANG ROFIATUS S.
MONALISA
MUHAMMAD IKHLAS
NADIYA SEPTIRIANI
NIM. A1C314030
NIM. A1C314025
NIM. A1C314024
NIM. A1C314008
NIM. A1C314003
NIM. A1C314019
NIM. A1C314021
UNIVERSITAS JAMBI
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karuniaNyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pandangan
Behavior terhadap Pembelajaran, Belajar dan Perkembangannya, dan Pendidikan di
Sekolah.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.
Buyung, S.Pd, M.Pd., dan Dr. Drs. H. Hendra Sofyan, M.Psi., sebagai Dosen
Pengampu yang telah bersedia memberikan waktunya, perhatiannya, serta
bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga
makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, karena terbatasnya
ilmu yang dimiliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami di masa yang akan datang.
Akhirnya, Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih serta
manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Behavioral Terhadap Pembelajaran.........................................
3
2.1.1........................................................................................................Pengerti
an Teori Behaviorisme......................................................................
3
2.1.2........................................................................................................Teori
Dalam Pandangan Behaviorisme.....................................................
4
2.2........................................................................................... Belajar
dan Perkembangan..................................................................................... 10
2.2.1........................................................................................................Perkemb
angan Psiko-Fisik Siswa.................................................................. 10
2.2.2........................................................................................................Hubunga
n Perkembangan dengan Belajar Anak............................................ 18
2.3...........................................................................................Pendidik
an di Sekolah ............................................................................................
2.3.1. Definisi Pendidikan.........................................................................
19
19
20
21
23
26
3.2 Saran...........................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pandangan behavioristik menekankan bahwa pola - pola perilaku dapat
dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan ( reinforcement ) dengan
mengkondisikan stimulus ( conditioning ) dalam lingkungan ( enviornmentalistik ).
Dengan demikian, perubahan perilaku ( behavior change ) dapat terjadi. Dalam
konteks pandangan behaviorisme, dapat dinyatakan bahwa praktek pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha conditioning ( penciptaan seperangkat stimulus) yang
diharapkan pula menghasilkan pola-pola perilaku (seperangkat response) tertentu.
Prestasi belajar ( achievment ) dalam term-term pengetahuan ( penalaran ), sikap
( penghayatan ), dan keterampilan ( pengamalan ) merupakan indikator-indikator atau
manifestasi dari perubahan dan perkembangan perilaku termaksud.
Pandangan behavioral sangat berkaitan dengan perkembangan anak. Anak
yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini.
Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi
merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Maka pada unit 1 mata
kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik ini kita akan mempelajari Konsep Dasar
Perkembangan Belajar Peserta Didik yang meliputi Pengertian perkembangan belajar
peseta didik dan Prinsip-prinsip perkembanganyang akan membantu pemahaman
Anda tentang perkembangan belajar peserta didik dengan lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pandangan Behavioral Terhadap Pembelajaran
2.1.3 Pengertian Teori Behaviorisme
Teori Belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada
tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon
(Slavin, 2008). teori behaviorisme merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behaviorisme. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon.
Stimulus merupakan segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu
yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.
penguat
(reinforcement),
merupakan
program-program
11
peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat rangking satu
akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin
diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi
rangking satu dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah
pemberian sepeda.
c) Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi,
perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, peserta didik
sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap
pertanyaan yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan
sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi atau ditingkatkan
adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang
ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu
dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang
tidak berbobot/melenceng.
d) Hukuman, Hukuman (punishmen) yaitu suatu konsekuensi yang
menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang tidak
diharapkan akan menurun atau bahkan hilang karena diberikan suatu
stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, peserta didik yang
berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak
diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman).
Perilaku yang ingin dihilangkan adalah perilaku mencontek dan jawaban
tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak menyenangkan atau
hukuman).
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak pada
perilaku yang ditimbulkan. Pada penguatan negatif, menghilangkan
stimulus yang tidak menyenangkan (kritik) untuk meningkatkan perilaku
yang diharapkan (sering bertanya). Pada hukuman, pemberian stimulus
12
motor)
merupakan
perkembangan
progresif
dan
13
14
15
tertentu.
Sedangkan perkembangan kognitif, menurut Jeen Piaget,
pakar disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak mengklasikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu:
a. Tahap Sensori-Motor (0 2 tahun)
Pada umumnya bayi yang berusia dibawah usia 18 bulan,
belum memiliki Object permanence. Artinya benda apapun yang tidak
ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar selalu dianggap tidak ada
meskipun sesungguhnya benda itu ada ditempat lain.
Ketika seorang bayi berinteraksi dengan lingkungannya, ia
akan mengasimilasi sekema sensori motor sedemikian rupa dengan
mengarahkan kemampuan akomodasi yang ia miliki hingga mencapai
ekuilibrium yang memuaskan kebutuhannya.
Pada fase ini aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman
langsung dari panca indra.
b.
kognitif
yang
memungkinkan
anak
berpikir
dan
16
anak
untuk
yakni
18
2.
menjelang
dan
mulai
memasuki
fase
peraturan
Tingkatan moralitas pasca konvensional, yaitu ketika
manusia memasuki fase perkembangan yuwana dan
pasca yuwana (usia 13 tahun ke atas)yang memandang
lebih dari sekedar kesepakatan tradisi sosial. Tingkatan
ini juga mengalami dua tahap perkembangan yaitu;
memperhatikan hak perseorangan dan memperhatikan
prinsip-prinsip etik.
b. Perkembangan social dan moral versi teori belajar
19
Pendekatan
teori
belajar sosial
terhadap
proses
Menurut
prinsip-prinsip
kondisioning,
(ganjaran/
member
hukuman)
dan
punishment
proses mental. Kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar.
Keberhasilan anak melewati fase pertumbuhan fisik membuat anak menjadi
orang yang siap secara fisik. Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang
lebih selama dua dekade (dasawarsa) sejak ia lahir. Lonjakan perkembangan
terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21
atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani
seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam rahim berkembang tidak
seimbang (tidak secepat badan dan kaki), mulai menunjukkan perkembangan
yang
cukup
berarti
hingga
bagian-bagian
lainnya
menjadi
matang.
Seiring dengan meningkatnya usia anak, gerakan anak pun semakin lincah. Anak
sudah mampu memanfaatkan anggota tubuhnya untuk mempelajari keterampilanketerampilan tertentu. Keterampilan indrawi-jasmani adalah satu keterampilan
yang memerlukan koordinasi dan organisasi psikofisik anak, misalnya
keterampilan menggambar, diterapkan agar anak tidak hanya menggambar saja
tetapi juga menggambar apa yang ada pada imajinasinya atau ide masing-masing.
20
Selain perkembangan fisik yang mempengaruhi belajar anak, yang tidak kalah
penting mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan kognitif. Istilah
kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing berarti
mengetahui, dalam arti luas kognitif adalah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan.
Sebagian besar psikolog, terutama psikolog kognitif berkeyakinan bahwa
proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.
Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yaitu kapasitas motor dan
kapasitas sensori sampai batas tertentu dipengaruhi oleh kognitif. Berdasarkan
hasil-hasil riset kognitif disimpulkan bahwa semua bayi sudah berkemampuan
menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran dan
informal-informal lain yang diserap melalui indra-indranya, asalkan otaknya
tidak cacat atau berkelainan otak.
Melalui
pancaindera
anak
melakukan
aktivitas
kognitif
untuk
21
adalah
aktivitas
dan
usaha
22
b.
c.
d.
e.
dididik.
f. Kita harus melihat tugas bangsa dan umat manusia dewasa ini, dan disini.
g. Dengan adanya berbagai pandangan dasar tersebut, tujuan umum
pendidikan akan memperoleh corak yang khusus drngan tidak mengubah sifat
tujuan umum.
mengambil
bagian
dalam
nenuju
ke
tujuan
umum.
24
perlu), tetapi lain kali tidak. Anak kadang-kadang kita marahi (karena melakukan
kesalahan), tetapi lain kali tidak demikian.
6). Tujuan Intermedier.
Tujuan ini adalah tujuan yang berkaitan dengan penguasaan sesuatu
pengetahuan dan ketrampilan demi tercapainya tujuan sementara. Misalnya, anak
belajar membaca, menulis, matematika , berhitung.
25
26
akademik
dan
atau
profesional
sehingga
dapat
menerapkan,
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandangan behavioristik menekankan bahwa pola - pola perilaku dapat
dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan ( reinforcement ) dengan
mengkondisikan stimulus ( conditioning ) dalam lingkungan ( enviornmentalistik ).
Pandangan behavioral sangat berkaitan dengan perkembangan anak. Anak yang
berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini.
Perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan
rohani (fisio-psikis) manusia yang menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.
Proses-proses perkembangan yang berkaitan dengan kegiatan belajar diantaranya:
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani).
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui
tentang Pandangan Behavioral terhadap pembelajaran, belajar dan perkembangan,
dan pendidikan di sekolah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Baker, Frank B. 1985. The Basics of Item Response Theory. Portsmouth, NH:
Heinemann Educational Books.
Departemen Pendidikan dan kubudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fuad, Ihsan. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Neisser, U. (1967). Cognitive psychology. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta : Indeks.
Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Suyitno, Y. 2009. Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
29