Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU:
Dr. DWI AGUS KURNIAWAN, M.Pd
KELOMPOK 8:
MONALISA
INDAH NOFITRI
MUHAMMAD IKHLAS
NIM. A1C314003
NIM. A1C314018
NIM. A1C314019
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karuniaNyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Konsep
Penilaian Autentik dan Konsep Jenis-Jenis Penilaian Autentik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dr. Dwi Agus Kurniawan, M.Pd., sebagai Dosen Pengampu yang telah bersedia
memberikan waktunya, perhatiannya, serta bimbingannya dalam penyelesaian
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, karena
terbatasnya ilmu yang dimiliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami di masa
yang akan datang. Akhirnya, Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangsih serta manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
2
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep-Konsep Penilaian Autentik...........................................................
3
2.1.1........................................................................................................Peng
ertian Penilaian autentik...................................................................
2.1.2........................................................................................................Haki
akat Penilaian Autentik....................................................................
2.1.3........................................................................................................Kara
kteristik Penilaian Autentik..............................................................
2.1.4........................................................................................................Tujua
n Dan Prinsip Penilaian Autentik ....................................................
15
16
2.2.2........................................................................................................Keun
ggulan Dan Kelemahan Penilaian Autentik.....................................
27
2.2.3........................................................................................................ Man
faat Penilaian Autentik.....................................................................
28
2.2.4........................................................................................................Peng
embangan Penilaian Autentik...........................................................
30
34
37
3.2 Saran...........................................................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Pemerintah telah memberlakukan Kurikulum baru mulai tahun ajaran
2013/2014 untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, yang disebut
sebagai Kurikulum 2013. Beberapa alasan yang mendasari perubahan dari
kurikulum sebelumnya yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
menjadi Kurikulum 2013 adalah:
a. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari
tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan
output);
b. Kecenderungan banyak negara saat ini yang di dalam kurikulumnya
menambah jam pelajaran; dan
c. Perbandingan dengan negaranegara lain yang menunjukkan bahwa jam
pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat dibanding dengan negara lain.
Dilihat dari strukturnya, kurikulum 2013 terdiri atas: kompetensi inti,
kompetensi dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar.
Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat
kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar.
kompetensi inti mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata
pelajaran atau program dalam mencapai standar kompetensi lulusan.
Kompetensi dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada
kompetensi inti. Kompetensi dasar dikembangkan dalam konteks muatan
pembelajaran, pengalaman belajar, dan mata pelajaran sesuai dengan kompetensi
inti. Untuk melakukan pengukuran kompetensi inti, bisa dilakukan dengan cara
merancang penilaian yang berupa penilaian autentik, yakni penilaian yang
mendasarkan pada capaian yang dikuasai oleh setiap siswa pada setiap proses
pembelajaran yang diikutinya. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Konsep-Konsep Penilaian Autentik
2.1.5
evaluasi (evaluation) dan kini juga popular istilah asesmen (assessment). Ada
banyak definisi penilaian, walaupun berbeda rumusan, pada umumnya
menunjuk pada pengertian yang hampir sama.1
Linch (1996) dalam Ngadip (2012) mengemukakan bahwa penilaian
adalah usaha yang sistematis untuk mengumpulkan informasi untuk membuat
pertimbangan dan keputusan. Brown (2004) dalam Ngadip (2012) yang
sengaja memilih istilah tes mengartikannya sebagai cara pengukuran
keterampilan, pengetahuan, atau penampilan seseorang dalam konteks yang
sengaja ditentukan. Definisi lain, penilaian diartikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik (PP No.19 Th 2005).2
Menurut
Depdikbud
(1994)
Dalam
Zainal
Arifin
(2014)
2 Ibid.
Sebagaimana
dinyatakan
Mueller
(2008)
penilaian
autentik
merupakan a form of assessment in which students are asked to perform realworld tasks that demonstrate meaningful application of essential knowledge
and skills.7
Stiggins (1987) mendefinisikan asesmen kinerja atau asesmen autentik
(performance assessment or authentic assessment) sebagai penilaian yang
mempersyaratkan peserta ujian (examinee) untuk menunjukkan kecakapan
khusus dan kompetensi khusus. Maknanya, menerapkan kecakapan dan
pengetahuan yang telah dikuasainya.8
Menurut Sharon dan Andrew (2002) Penilaian autentik adalah
procedures for evaluating student achievement or performance using
activities that represent classroom goals, curricula, and instruction or reallife performance,9 Prosedur untuk mengevaluasi pencapaian siswa atau
kinerja menggunakan kegiatan yang mewakili tujuan kelas, kurikulum, dan
instruksi atau kinerja di kehidupan nyata.
Definisi lain menurut Nurhadi (2004) Ismet dan Haryanto (2014)
menyatakan bahwa penilaian autentik adalah pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan
peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
telah benar-benar dikuasai dan dicapai.10
2.1.6
dan
secara
terintegrasi
(tidak
terpisahkan)
dari
kegiatan
pembelajaran.12
Kemudian menurut Nurhadi (2004) dalam Ismet dan Hariyanto (2014)
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah
untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari
(learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak
mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. 13
11 Ngadip, Loc. Cit., Hlm. 2.
12 Ismet dan Hariyanto, Op. Cit., hlm. 169.
13 Ibid.
Mengapa penilaian autentik dilaksanakan? Hal ini terkait dengan halhal sebagai berikut:
autentik
menekankan
kemampuan
pebelajar
untuk
dan
kompetensi
tertentu
yang
merupakan
penerapan
autentik
lebih
menuntut
pembelajar
mendemonstrasikan
Aktivitas autentik memiliki relevansi dengan dunia nyata. Kegiatankegiatan sedapat mungkin disesuaikan dengan tugas-tugas dan kinerja di
dunia nyata.
Authentic assessments present the student with the full array of tasks that
mirror the priorities and challenges found in the best instructional
activities: conducting research, writing, revising and discussing papers;
providing an engaging oral analysis of a recent political event;
collaborating with others on a debate, etc. Conventional tests are usually
limited to paper-and-pencil, one- answer questions. Penilaian autentik
menyajikan siswa dengan serangkaian penuh tugas yang mencerminkan
prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran
terbaik: melakukan penelitian, menulis, merevisi dan membahas makalah;
menyediakan analisis lisan menarik dari peristiwa politik baru-baru ini;
berkolaborasi dengan orang lain pada debat, dll tes konvensional biasanya
terbatas pada kertas dan pensil, satu- menjawab pertanyaan.
Test validity should depend in part upon whether the test stimulates
real-world tests of ability. Validity on most multiple- choice tests is
determined merely by matching items to the curriculum content (or
through sophisticated correlations with other test results). "uji validitas"
harus tergantung sebagian pada apakah tes mensimulasikan dunia nyata
"tes" kemampuan. validitas pada kebanyakan tes pilihan ganda ditentukan
hanya dengan pencocokan item dengan isi kurikulum (atau melalui
korelasi canggih dengan hasil tes lainnya).
authenticity advocate, argues that teachers should test those capacities and
habits we think are essential and test them in context. Make them replicate
within reason, the challenges at the heart of each discipline. Let them beauthentic. (and presented four basic characteristics of authentic tests26:
1. The task should be representative of performance in the field.
2. Attention should be paid to teaching and learning the criteria for
assessment.
3. Self-Assessment should play a great role.
4. When possible, students should present their work publicly and defend it.
26 Bruce, dkk., Jurnal Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol 17, No 2, Kansas: University of
Kansas,, Januari 2012, hlm. 10.
desain
meningkatkan
Intelektual. Tugas-tugas
koherensi
pengetahuan
yang
memungkinkan
dan
tingkat
dan
kemampuan
menggunakan
metode
norma-referensi
untuk
memperluas
penyebaran skor.
2.1.8
kesalahan-kesalahan
yang
menyebabkan
terjadinya
29 Ibid.
30 Zulkifli dan Dhilla, Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia 2015, Mataram: Universitas
Mataram, 2015, hlm 3-4.
31 Ibid, hlm. 4
32 Ibid, hlm. 4
Penilaian tertulis terbagi atas tes objektif dan tes uraian. Dari kedua
jenis tes tertulis tersebut, tes uraian masih lazim digolongkan sebagai salah
salah satu teknik penilaian autentik. Tes ini menuntut peserta didik untuk
mampu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi materi yang sudah dipelajari. Melalui jenis tes uraian ini
guru dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih
tinggi atau kompleks. Instrumen yang biasa digunakan untuk penilaian
tertulis antara lain lembar soal, lembar jawaban, kunci jawaban, dan pedoman
penskoran.33
Santoso (2004) menyatakan, pelaksanaannya penilaian autentik dapat
menggunakan berbagai jenis penilaian, yakni34:
(1) Tes standar prestasi,
(2) Tes buatan guru,
(3) Catatan kegiatan,
(4) Catatan anekdot,
(5) Skala sikap,
(6) Catatan tindakan,
(7) Konsep pekerjaan,
(8) Tugas individu,
(9) Tugas kelompok atau kelas,
(10)
Diskusi,
(11)
Wawancara,
(12)
Catatan pengamatan,
(13)
Peta perilaku,
(14)
Portofolio,
(15)
Kuesioner, dan
(16)
Pengukuran sosiometri.
Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa
menurut Nurhadi (2004) adalah (1) proyek/kegiatan dan laporannya, (2) hasil
33 Ibid, hlm. 4.
34 Ngadip, Loc. Cit., hlm. 5.
tes tulis (ulangan harian, semester, atau akhir jenjang pendidikan), (3)
portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun), (4)
pekerjaan rumah, (5) kuis, (6) karya siswa, (7) presentasi atau penampilan
siswa, (8) demonstrasi, (9) laporan, (10) jurnal, (11) karya tulis, (12)
kelompok diskusi, dan (13) wawancara. 35
Tuckman (1975) dalam Ngadip (2012) menyatakan beberapa alasan
penggunaan test dalam pengukuran pencapaian belajar siswa, yaitu36 :
1. Mengarahkan kita kepada objektivitas dalam observasi.
2. Menentukan perilaku yang dicapai sebagai upaya pengendalian kondisi
belajar.
3. Menentukan secara sampling kinerja yang dicapai siswa.
4. Menentukan kinerja dan pencapaian yang sesuai dengan tujuan dan
standar.
5. Menentukan sesuatu yang tidak terlihat.
6. Menentukan ciri khas dan komponen perilaku.
7. Memprediksi perilaku masa depan.
8. Mencari data yang sesuai untuk masukan berkelanjutan dan pengambilan
keputusan.
Bagaimana
melakukan
pengukuran?
Langkah
pertama
dalam
41 Ibid.
42 Ibid, hlm. 6-7.
43 Ibid.
Konsep:
teknik
menggambarkan
pemahaman
keseluruhan
44 Ibid.
Keterangan
Skala pemberian skor digunakan
untuk
menilai
berdasarkan
2
Portofolio/e-portofolio
kinerja
siswa
criteria
tentang
khususnya
untuk
Tugas autentik
perbaikan
sepanjang
elektronik
waktu
biasanya
diakses di internet)
Tugas yang diberikan kepada siswa
yang dirancang untuk kecakapannya
dalam
Penilaian diri
meneraokan
prinsip
pengetahuan
yang
baku,
dan
keterampilan
dalam
menghadapi
kelemahannya
merefleksikan
apa
yang
dan
harus
Interviu/wawancara
hasil karyanya.
Guru menanya siswa tentang latar
belakang pribadi, kegiatannya, apa
Contoh penulisan
dan membaca.
Siswa menulis sesuatu yang bersifat
naratif, ekspositori, persuasive, atau
Proyek/pameran
produk
multimedia,
Eksperimen/Demonstrasi
yang
menggambarkan
prosedur,
untuk
menyelesaikan
kegiatannya.
Soal berbentuk tanggapan Siswa menanggapi suatu soal yang
terkonstruksi
(constructed merupakan
response items)
pertanyaan
berujung
Contohnya
dalam
soal
singkat.
Guru
mengamati
dan
interaksinya
dalam
kelas,
yang lain.
Laporan
harian
siswa
dalam
tertentu.
Karya siswa berbentuk tulisan dapat
Karya tulis
lain-lain.
Kuis yang diberikan guru berupa
Kuis lisan
Tanya
jawab
untuk
mengetahui
16
Pemandu
organizer)
grafis
bacaan
tertentu,
roman,
novel,
missal
cerita
berupa
pendek,
dari
suatu
tubuh
17
19
Catatan
bacaan
pembelajaran.
harian Catatan siswa tentang apa saja yang
(reading log)
Rekaman video
siswa
pada
20
21
yang
menurut
guru
unik
dan
dan
Dunia nyata
Konstruksi/penerapan
Struktur oleh siswa
Bukti langsung
Dari simulasi atau buatan ke dunia nyata: tes tradisional buatan guru
tidak mencerminkan dunia nyata, terbatas pada pengujian terhadap apa
yang dipelajari di dalam kelas, berbeda dengan penilaian autentik yang
mencoba mengaitkan bahan ajar dengan dunia nyata.
Dari struktur oleh guru menuju struktur oleh siswa: dalam penilaian
tradisional apa yang dapat dan akan ditunjukkan oleh siswa secara cermat
telah dibuat strukturnya oleh guru. Sebaliknya dalam penilaian autentik
peserta didik diizinkan untuk memilih dan mengonstruksikan bukti-bukti
kemahirannya. Misalnya memilih dokumen portofolio sendiri, memilih
judul dan tema makalahnya sendiri, dan sebagainya.
Keunggulan
Berfokus pada
analisis
dan
Kelemahan
keterampilan Memerlukan waktu yang intensif
keterpaduan untuk mengelola, memantau, dan
pengetahuan.
Meningkatkan kreatifitas
melakukan koordinasi.
Sulit untuk dikoordinasikan dengan
standar
pendidikan
yang
telah
skema
konsisten.
Sifat objektif dalam pemberian
pemberian
nilai
yang
dan tulisan.
Langsung
kegiatan
pengajaran,
7
dan
pembelajaran.
Menekankan kepada keterpaduan Hal
pembelajaran
di
yang
menantang
sepanjang mengembangkan
waktu.
berbagai
untuk
jenis
2.2.6
model itu berbeda dan menjanjikan hasil yang secara teoretis berbeda dengan
model penilaian tradisional? Jawabannya adalah karena penilaian autentik
menekankan capaian pembelajar untuk menunjukkan kinerja, doing
something, kesiapan pembelajaran untuk berunjuk kerja selepas mengikuti
kegiatan pembelajaran tentu lebih signifikan. Selain itu, ada beberapa
manfaat lain penggunaan penilaian autentik, sebagaimana dikemukakan
Mueller (2008), yaitu sebagai berikut49:
1. Penggunaan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran
secara langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capain
kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian yang hanya mengukur capaian
pengetahuan yang telah dikuasai pembelajar hanya bersifat tidak
langsung. Tetapi, penilaian autentik menuntut pembelajar untuk berunjuk
kerja dalam situasi yang konkret dan sekaligus bermakna yang secara
otomatis
juga
mencerminkan
penguasaan
dan
keterampilan
autentik
memberikan
kesempatan
pembelajar
untuk
autentik
memungkinkan
terintegrasikannya
kegiatan
direncanakan dengan baik agar dapat memberikan hasil dan dampak yang
maksimal. Hal inilah antara lain yang kemudian mendorong intensifnya
penerapan teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan. Perencanaan yang
baik juga harus diterapkan dalam kegiatan penilaian yang menjadi bagian
integral dari kegiatan pembelajaran.
Mueller (2008) mengemukakan sejumlah langkah yang perlu
ditempuh dalam pengembangan penilaian autentik, yaitu yang meliputi (1)
penentuan standar; (2) penentuan tugas autentik; (3) pembuatan kriteria; dan
(4) pembuatan rubrik.50
1. Penentuan Standar
Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang
harus diketahui atau dapat dilakukan pembelajar. Di samping standar ada goal
(tujuan umum) dan objektif (tujuan khusus), dan standar berada di antara
keduanya. Standar dapat diobservasi (observable) dan diukur (measurable)
ketercapaiannya. Istilah umum yang dipakai di dunia pendidikan di Indonesia
untuk standar adalah kompetensi sebagaimana terlihat pada KBK dan KTSP.
Di kurikulum tersebut dikenal adanya istilah standar kompetensi lulusan dan
kompetensi dasar.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP No. 19 Tahun 2005: 2),
sedang kompetensi dasar adalah kompetensi atau standar minimal yang harus
tercapai atau dikuasai oleh pembelajar.
Kompetensi, baik yang dirumuskan sebagai standar kompetensi
maupun kompetensi dasar, menjadi acuan dan tujuan yang ingin dicapai
50 Ibid, hlm. 9-12.
pembelajar
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi
yang
Dua hal tersebut haruslah menjadi acuan kita ketika membuat tugastugas autentik untuk mengukur pencapaian kompetensi pembelajaran kepada
peserta didik. Dengan demikian, apa yang ditugaskan oleh guru kepada
pembelajar dan yang dilakukan oleh pembelajar telah mencerminkan
kompetensi yang memang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Hal itu berarti
ada keterkaitan antara dunia pendidikan di satu sisi dengan tuntutan
kebutuhan kehidupan di dunia nyata di sisi lain. Misalnya, dalam
pembelajaran bahasa, bahasa target apa saja, pasti terdapat standar
kompetensi lulusan yang berkaitan dengan kemampuan menulis. Menulis
dalam kaitan ini bukan sekadar menulis demi tulisan itu sendiri, melainkan
menulis untuk menghasilkan karya tulis yang memang dibutuhkan di dunia
nyata. Misalnya, menulis surat lamaran pekerjaan, surat penawaran produk,
dan menulis artikel untuk media massa. Untuk itu, pembuatan tugas-tugas
autentik dalam rangka penilaian autentik capaian hasil belajar peserta didik
harus terkait dengan kemampuan menghasilkan karya tulis jenis-jenis
tersebut.
3. Pembuatan Kriteria
Jika standar (kompetensi, kompetensi dasar) merupakan arah dan
acuan kompetensi pembelajaran yang dibelajarkan oleh guru dan sekaligus
akan dicapai oleh siswa, proses pembelajaran haruslah secara sadar diarahkan
ke capaian kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya. Demikian pula
halnya dengan penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur kadar capaian
kompetensi sebagai bukti hasil belajar. Untuk itu, diperlukan kriteria yang
dapat menggambarkan capaian kompetensi yang dimaksud.
Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian
dan bukti-bukti nyata capaian belajar subjek belajar dengan kualitas tertentu
yang diinginkan. Kriteria lazimnya juga telah dirumuskan sebelum
pelaksanaan pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi kriteria
lebih dikenal dengan sebutan indikator.
Dalam kegiatan pembelajaran, semua kompetensi yang dibelajarkan
harus diukur kadar capaiannya oleh pembelajar. Jika dalam lingkup penilaian
autentik harus melibatkan dua macam relevansi, yaitu sesuai dengan
pendekatan
ilmiah,
karena
penilaian
semacam
ini
mampu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penilaian
autentik
merupakan
penilaian
yang
dilakukan
secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input proses output)
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik,
bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effects) dan
dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
Kriteria penilaian autentik dapat dibuat guru, tim guru atau guru bersama
siswa, karena jika peserta didik tahu apa yang dinilai maka peserta didik akan
melakukan aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya.
Penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik
yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitasaktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama
melalui debat, dan sebagainya. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat
terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach), karena penilaian semacam ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring.
Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, yang memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi
mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui
tentang Penilaian autentik berupa konsep-konsep dari Penilaian autentik, dan
konsep jenis-jenis penilaian autentik dan pelaksanaannya. Terlebih khusus lagi
kepada mereka calon guru, semoga bisa menjadi bahan pelajaran yang baik, dan
semoga bisa diterapkan nanti ketika kita sudah bekerja menjadi seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja. Rosdakarya.
(diakses
tanggal
12
Februari 2016).
Sunu, Herman Yosep & Yustiana Wahyu Harumurti. 2014. Penilaian Belajar
Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Zulkifli dan Dhilla. 2015. Evaluasi Autentik Terhadap Penilaian Pembelajaran
Sastra Tradisional Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah.
Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia 2015. Matararam,
Nusa Tenggara Barat.