Bukankah anak Sejak lahir memiliki kecenderungan untuk selalu melakukan perbuatan yang baik. “Dan ingatlah, ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil persaksian terhadap jira mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul, Engkaulah Tuhan kami, kami menjadi saksi.Q.S. Al-A’raf: 172). Ternyata kecenderungan yang baik itu berubah karena tidak dikawal dengan baik.
Bukankah anak Sejak lahir memiliki kecenderungan untuk selalu melakukan perbuatan yang baik. “Dan ingatlah, ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil persaksian terhadap jira mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul, Engkaulah Tuhan kami, kami menjadi saksi.Q.S. Al-A’raf: 172). Ternyata kecenderungan yang baik itu berubah karena tidak dikawal dengan baik.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
Bukankah anak Sejak lahir memiliki kecenderungan untuk selalu melakukan perbuatan yang baik. “Dan ingatlah, ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil persaksian terhadap jira mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul, Engkaulah Tuhan kami, kami menjadi saksi.Q.S. Al-A’raf: 172). Ternyata kecenderungan yang baik itu berubah karena tidak dikawal dengan baik.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
Sinergi Sekolah dan Rumah dalam Membentuk Karakter Anak Penulis : Drs. Najib Sulhan, MA Penerbit : Jaring Pena (JP BOOKS) Surabaya Cetakan : Pertama, Pebruari 2010 Tabal : viii + 184
Maka Dia (Allah) mengilhamkan lepada jiwa itu
(jalan) kejahatan (fujur) dan kebaikan (ketaqwaan). Sungguh beruntunglah orang-orang yang menyucikan dan merugilah orang-orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syam : 8-10)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk membangun pendidikan
yang berkualitas. Maka muncullah berbagai macam konsep pendidikan, pendidikan yang menekankan pada life skill, pendidikan yang berorientasi pada ujian nasional, pendidikan yang inklusif, bahkan kini ada kecenderungan untuk menengok ke luar negeri dengan sekolar bertaraf internasional (SBI) yang dimulai dari RSBI. Di sisi lain terjadi fenomena yang cukup membuat kehawatiran orang tua, bahwa merebaknya kasus pornografi, pornoaksi banyak terjadi di kalangan remaja. Tidak jarang dijumpai kasus korupsi yang kini sudah menjamur di mana-mana. Lalu mereka pada bertanya, bagaimana peranan pendidikan saat ini? Bukankah anak Sejak lahir memiliki kecenderungan untuk selalu melakukan perbuatan yang baik. “Dan ingatlah, ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil persaksian terhadap jira mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul, Engkaulah Tuhan kami, kami menjadi saksi.Q.S. Al-A’raf: 172). Ternyata kecenderungan yang baik itu berubah karena tidak dikawal dengan baik. Buku ini telah memberikan beberapa langkah solusi untuk mengawal kesucian serta kecerdasan anak yang dibawa sejak lahir. Pengawalan itu tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, namur peran strategis orang tua begitu besar dan Sangat menentukan. Antara sekolah dan orang tua haruslah bersinergi untuk mengawal kesucian anak. Buku ini telah mendapatkan dukungan (indosemen) dari pakar pendidikan, antara lain: Dr. H. Rasiyo, M.Si (mantan Kepala Dinas Pendidikan Jatim), Daniel M. Rasyid, Ph.D (Penasehat Dewan Pendidikan Jatim), Dr. Mislinatul Sa’diyah, M.Pd (Lembaga penjamin Mutu Pendidikan Jatim), Dr. Tri Susantari, M.Si (Doses dan Peneliti Pusat Studi Wanita (LPPM UNAIR), Munif Chatib (CEO Next Education dan Consultan Pendidikan Lulusan DL Sipercamp California USA). Ada tiga pilar yang ditawarkan di dalam buku ini. Pilar pertama adalah pembentukan moral. Penulis mengurai pembentukan moral itu bersumber dari moral rasulullah, yaitu siddiq, amanah, tablig, dan fathonah. Dari sinilah maka ada indikator yang bisa dikawal bersama untuk diaplikasikan dalam brbagai pendekatan, metode, dan teknik. Pilar kedua adalah pengembangan kecerdasan majemuk. Tidak ada di dunia ini manusia yang bodoh. Setiap manusia diberi karunia oleh Allah kecerdasan yang berbeda- beda, yang sering disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intellegence). Dari kecerdasan yang berbeda inilah guru dan orang tua bisa melakukan percepatan sehingga anak bisa tampil dalam kondisi terbaiknya. Bahkan kecerdasan majemuk bisa dijadikan sebagai pintu masuknya pengetahuan yang lain. Kadang orang tua menginginkan anaknya menjadi “seseorang” di kemudian hari. Padahal, sebenarnya anak-anak sudah menjadi “seseorang” di saat ini. Banyak orang tua yang berharap anaknya memiliki kondisi terbaik tanpa melihat potensi dasar yang sebenarnya. Inilah yang kadang-kadang menghambat anak untuk mencapai kondisi terbaiknya. Pilar ketiga adalah kebermaknaan pembelajaran. Pilar ini merupakan pengawalan guru dan orang tua terhadap apa yang dibawa oleh anak sejak lahir. Pendidikan akan terus mengawal hingga anak mencapai hasil maksimal di bidang akademik, keterampilan, serta moral. Dengan demikian tidak ada yang dikorbankan untuk mencapai tujuan. Seimbang antara zikir dengan fikir. Seimbang antara duniawi dan ukhrowi. Harapan kita anak-anak bisa menjadi Qurrota A’yun. Di mana saja dan kapan saja mereka menjadi penyejuk mata. Semoga buku ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan pendidikan di Indonesia pada umumnya. Amin.