You are on page 1of 9

BAB V

BREAK-EVEN POINT
5.1 Pendahuluan
Break-even point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan titik dalam
kurva biaya-pendapatan yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut
disebut sebagai break-even point. Dengan mengetahui titik peluang pokok, analis dapat
mengetahui pada tingkat volume penjualan atau pendapatan berapa perusahaan mencapai
titik impasnya, yaitu tidak rugi tetapi tidak juga untung.
Analisis pulang pokok dapat di manfaatkan untuk berbagai kepentingan, misalnya
memilih produk baru yang lebih ekonomis untuk mengganti produk lama, memilih lokasi
yang paling menguntungkan dari berbagai alternatif, dan untuk menentukan kapasitas
produksi suatu produk baru. Meskipun dengan demikian, harus di pahami bahwa analisis
pulang pokok menggunakan perkiraan data biaya dan permintaan yang sifatnya belum pasti.
Dalam melakukan analisis pulang pokok diperlukan estimasi mengenai biaya tetap,
biaya variabel, dan pendapatan. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan dengan beasr yang tetap, tidak bergantung dari volume penjualan, sekalipun
perusahaan tidak melakukan penjualan. Misalnya biaya depresiasi, pajak bumi dan
bangunan, bunga kredit dan lain-lain. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang
besarnya berfariasi sesuai dengan jumlah unit yang di produksi atau di jual. Komponen
utama dari biaya fariabel adalah biaya tenaga kerja langsung dan material. Namun biayabiaya lain seperti gas, listrik atau air yang pemakaianannya di pengaruhi oleh volume
produksi juga merupakan biaya fariabel.
Pendapatan (revenue) merupakan elemen lai dalam analisis pulang pokok, besarnya
bertambah sesuai dengan pertambahan volume penjulan. Dalam analisis pulang pokok,
biaya dan pendapatan diasumsikan berbentuk garis kurva linear.
Analisis pulang pokok dibedakan antara :

Analisis pulang pokok untuk produk tunggal.

Analisis pulang pokok produk sekaligus (multi produk).

5.2 Analisis pulang pokok untuk produk tunggal


Biasanya digunakan pada perusahaan-perusahaan menengah atau perseorangan.
Biasanya tempat pemasaran hasil produknya itu, dipasarkan diperumahan atau took-toko
yang menjual produk khusus. Contoh: sepatu, tas, dll. Untuk menghitung titik ulang pokok
untuk produk yang di buat, terhitung mudah karena hanya menghitung satu produk saja
yang di produksi.
49

MODEL DASAR
Pada gambar di bawah ini menunjukkan model dasar dari analisis pulang pokok

dimana garis pendapatan berpotongan pada garis biaya pada BEP. Sebelah kiri BEP
menunjukkan daerah kerugian, sedangkan sebelah kanan BEP menunjukkan daerah
keuntungan model ini memiliki asumsi dasar bahwa biaya per unit dianggap tetap atau
konstan, tidak tergantung dari jumlah unit yang terjual. Meskipun dalam kenyataannya biaya
tetap dan biaya variabel per unit tidak selamanya konstan. Misalnya ; dengan makin
bertambahnya volume produksi maka perusahaan harus menambah mesin dan ruangan
sehingga jumlah biaya tetap bertambah. Demikian pula dengan meningkatnya upah akan
mengakibatkan perubahan biaya variable per unit.

Gambar 5.1. Model Dasar Analisis Pulang Pokok


Untuk memudahkan analisis, digunakan notasi sebagai berikut :

Dengan menggunakan pendekatan pendapatan sama dengan biaya, rumus BEP dapat di
peroleh sebagai berikut :

50

Apabila keuntungan dinyatakan dengan P, volume yang di perlukan untuk


menghasilkan keuntungan tertentu dapat di cari dari persamaan berikutnya :

Apabila unsur pajak terhadap keuntungan (t) dimasukkan dalam analisis, rumus di
atas berubah menjadi berikut:
Q=
Atau
Q = BEP +

Contoh:
PT Angkasa Jaya mempunyai biaya tetap sebesar Rp. 1000.000 pada periode ini.
Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. !.500 per unit dan biaya material sebesar Rp.500
per unit.
Harga jual produk Rp. 4000 per unit. Tentukan :
a) Titik pulang pokok

51

b) Apabila keuntungan ditargetkan sebesar Rp. 560.000, berapa unit produk yang
harus terjual?
c) Apabila dari hasil keuntungan dikenakan pajak sebesar 30%, berapa unit yang
harus terjual agar keuntungan tetap sebesar Rp. 560.000?
Jawab :
a)

Biaya variable per unit, V = 1500 + 500 =2000

BEP (Rp)

= 2.000.000

Jika dihitung dalam unit :

b)

Q =

c)

Q=

= 500

=780 unit

= 900 unit

Analisis pulang pokok bertujuan untuk mengetahui pada tingkat volume berapa
perusahaan mencapai titik impas dari kegiatan usahanya. Dalam hal lain, analisis ini dapat
di pakai untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses yang mempunyai biaya total
perendah untuk suatu volume yang di harapkan. Dalam pemilihan lokasi, analisis ini dapat di
pakai untuk menentukan lokasi yang memiliki biaya total terendah untuk kapasitas produksi
yang di tentukan yang berarti juga memiliki pendapatan tertinggi jika harga jual produk tetap.
Seperti telah disebutkan, biaya variable per unit dan pendapatan per unit dapat berubah
dengan berubahnya kapasitas produksi atau volume penjualan.

Gambar S.2.2

menunjukkan bagaimana analisis pulang pokok digunakan dalam situasi seperti ini.

52

Gambar 5.2 Model Pulang pokok untuk Fasilitas yang Berbeda


Misalnya, suatu perusahaan beroperasi dalam lingkup kapasitas awal dimana titik
pulang pokok terjadi pada titik A. perusahaan mulai mendapat untung apabila volume
penjualan sudah melebihi V1 unit. Keuntungan akan meningkat searah dengan
pertambahan volume penjualan. Apabila volume sudah mencapai V2, perusahaan perlu
menambah fasilitas baru yang merupakan investasi tambahan sebesar BC. Akibatnya, pada
volume diatas V2, biaya tetap menjadi lebih besar. Perusahaan baru mendapatkan untung
apabila volume penjualan telah mencapi V3.
Hasil analisis pulang pokok ini dapat membantu manajemen dalam mengambil
keputusan. Jika target penjualan sudah ditentukan, dapat diketahui volume output yang
diperlukan untuk mencapai target itu.
2. ANALISA PULANG POKOK UNTUK MULTI PRODUK
Kebanyakan perusahaaan membuat atau menjual lebih dari satu produk dengan
menggunakan fasilitas yang sama. Misalnya, setiap restoran selalu menjual lebih dari satu
jenis makanan,

pasar swalayan menjual berbagai jenis komoditi, atau industry bahan

bangunan yang membuat lebih dari satu jenis tegel. Menghitung titik pulang pokok untuk
setiap produk sukar meskipun biaya variable dan harga jual setiap jenis produk dketahui.
Hal ini disebabkan sukarnya menghitung biaya tetap untuk masing-masing jenis produk.
Untung mengetahui posisi pulang pokok, biasanya dilakukan bukan untuk per jenis
produk tetapi untuk keseluruhan produk yang dibuat/dijual perusahaan. Rumus BEP untuk
produk tunggal tidak dapat langsung digunakan untuk multi produk karena biaya fariabel
dan harga jual setial jenis produk berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut harus
dimodifikasi dengan pertimbangan kontribusi penjualan dari setiap produk.

53

Rumus titik pulang pokok untuk multi produk, sebagai berikut :


BEP (Rp) =
Dimana :
F = biya tetap per periode
Vi = biya variable per unit
Pi = harga jual per unit
Wi = prosentasi penjualan produk I terhadap total produk penjualan ( I-Vi/Pi).Wi =
Kontribusi tertimbang
N = jumlah produk
Disamping rumus diatas, dapat juga dipergunakan rumus sebagai berikut.
BEP (Rp) =
Dimana :
TVC : biaya variable total
TR : total pendapatan
Contoh 2.
Perusahaan industry keramik memproduksi 6 tipe produk, masing-masing memiliki data
harga jual, biaya variable dan estimasi penjualan seperti table berikut :
Apabila harga tetap per bulan sebesar Rp 5.000.000, tentukan BEP-nya
Tipe

Biaya Variabel

Harga Jual

Estimasi Penjualan

( rp unit)

(rp unit)

(unit/tahun)

7.000

11.000

4.200

4.600

7.500

7.000

4.000

6.000

8.000

4.500

7.500

4.800

2.900

5.000

6.000

2.600

4.000

3.000

Untuk menghitung BEP digunakan bantuan table S2.1. tabel ini bertujuan mencari
nilai pembagi (nominator) dalam rumus BEP multi produk (persamaan S2.6) atau
merupakan jumlah kontribusi tertimbang semua tipe produk yang dijual.
54

Dalam kasus ini estimasi penjualan dinyatakan dalam unit, padahal harga setiap tipe
produk berbeda satu sama lain. Untuk itu, harus dicari lebih dulu estimasi penjualan dalam
rupiah (kolom 7), yaitu dengan mengalikan harga jual

dengan jumlah unit terjual.

Selanjutnya, dapat dihitung proporsi penjualan tiap tipe produk terhadap total penjualan
(kolom 9).
Sebagai contoh, estimasi produk A dalam rupiah (kolom 7) dihitung dengan
mengalikan harga jual (kolom 3) dengan jumlah penjualan dalam unit (kolom 6), diperoleh
nilai sebesar Rp 46.200.000,-. Penjualan dari produk A ini memiliki proporsi sebesar 20.6%
dari total penjualan sebesar Rp 224.700.000. kontribusi tertimbang tipe A (kolom 9) dapat
diperoleh dengan mengalikan nilai dalam kolom 5 dan kolom 8, yaitu sebesar 0,36 X 0.206 =
0,075.
Dengan menggunakan pendekatan yang sama untuk setiap tipe, dapat diperoleh
total kontribusi tertimbang, yaitu sebesar 0,375 untuk setiap rupiah penjualan.
Tabel 5.1. Tabel Analisis Pulang Pokok untuk Multiproduk (1)
Jenis

Biaya

Harga

Estimasi

Estimasi

Proporsi

Kontribusi

Produk

Variabel

Jual

Penjualan

Penjualan

thd Total

Tertimbang

(Rp/unit)

(Rp/Unit

(Unit/Th)

(ribu Rp/Th)

Penjualan

)
V

V/P

1-V/P

7.000

11.000

0,64

0,36

4.200

46.200

0,206

0,075

4.600

7.500

0,61

0,39

7.000

52.500

0,234

0,090

4.000

6.000

0,67

0,33

8.000

48.000

0,214

0,071

4.500

7.500

0,60

0,40

4.800

36.000

0,160

0,064

2.900

5.000

0,58

0,42

6.000

30.000

0,134

0,056

2.600

4.000

0,65

0,45

3.000

12.000

0,052

0,019

0,375

224.700

(1-V/P).W

Biaya tetap per tahun = 12 x Rp 60.000.000


BEP dalam 1 tahun =

= Rp 160.000.000

Karena biaya tetap dinyatakan dalam bulanan, untuk mencari BEP dalam 1 tahun,
biaya tatap

dikalikan 12 dan selanjutnya dibagi

dengan 0,375 hasilnya menjadi

Rp160.000.000. Ini berarti jika penjualan perusahaan telah mencapai Rp 160.000.000,


perusahaan sudah dalam posisi impas, belum untung tetapi tidak rugi.
Untuk mengetahui berapa unit yang harus terjual untuk masing-masing produk dalam
rangka mencapai BEP, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Penjualan (rupiah) :
55

Produk A = 0,206 x Rp 160.000.000 = Rp 32.960.000


Produk B = 0,234 x Rp 160.000.000 = Rp 37.440.000
Produk C = 0,214 x Rp 160.000.000 = Rp 34.240.000
Produk D = 0,160 x Rp 160.000.000 = Rp 25.600.000
Produk E = 0,134 x Rp 160.000.000 = Rp 21.440.000
Produk F = 0,052 x Rp 160.000.000 = Rp 8.320.000
Penjualan (unit) :
Produk A = Rp 32.960.000 / Rp 11.000 = 2.996
Produk B = Rp 37.440.000 / Rp 7.500 = 4.992
Produk C = Rp 34.240.000 / Rp 6.000 = 5.707
Produk D = Rp 25.600.000 / Rp 7.500 = 3.413
Produk E = Rp 21.440.000 / Rp 5.000 = 4.288
Produk F = Rp 8.320.000 / Rp 4.000

= 2.080

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus (S2.7) dapat dilihat pada Tabel S2.2
berikut :
Tabel 5.2. Tabel Analisis Pulang Pokok untuk Multiproduk (2)
Jenis Produk

Biaya

Harga

Variabel

(Rp/Unit)

(Rp/Unit)
V

Jual Estimasi

Estimasi

Biaya

Penjualan

Penjualan

Variabel (ribu

(Unit/Th)

(ribu Rp/Th)

Rp/Unit)

R=VxP

Total

VC

7.000

11.000

4.200

46.200

29.400

4.600

7.500

7.000

52.500

32.200

4.000

6.000

8.000

48.000

32.000

4.500

7.500

4.800

36.000

21.600

2.900

5.000

6.000

30.000

17.400

2.600

4.000

3.000

12.000

7.800

224.700

140.400

Total pendapatan perusahaan ( TR ) merupakan jumlah pendapatan dari masingmasing produk, seperti pada kolom 5. Sedangkan biaya total variabel perusahaan
merupakan jumlah biaya dari masing-masing produk, seperti pada kolom 6.
Dengan memasukkan nilai-nilai pada rumus dapat diperoleh :
BEP ( Rp ) =

= 160.000.000

Dalam soal-soal tertentu, bilamana penjualan diperkirakan di bawah kapasitas


optimal, dalam penghitungan BEP perlu dilakukan penyesuaian terhadap nilai biaya
56

variabbel total. Hal ini mengingat besar biaya variabel sangat dipengaruhi oleh kuantitas
produksi, berbeda dengan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi jumlah produksi.

57

You might also like