Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BANTEN
( IAIB )
SERANG-BANTEN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………….(3)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Ejaan Yang
Disempurnakan” ini membahas mengenai seperangkat aturan tentang cara menuliskan
bahasa dengan huruf, kata dan tanda baca sebagai sarananya.
Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai
alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,
bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika
berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga
Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia
yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata
bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa
secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami
secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat
digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia
dapat digunakan secara baik dan benar.
1.2 Tujuan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
5
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan Yang Ejaan Republik Ejaan Van Ophuijsen
Disempurnakan (EYD) (Ejaan Soewandi) (1901-1947)
(mulai 16 Agustus 1972) (1947-1972)
khusus chusus choesoes
Jumat Djum’at Djoem’at
yakni Jakni ja’ni
Ruang lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan
huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.
1) Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
(1) abjad (4) pemenggalan
(2) vokal (5) nama diri,
(3) konsonan
2) Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang
meliputi
(1) huruf kapital
(2) huruf miring
3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya
berupa
(1) kata dasar (6) kata depan di, ke, dan dari
(2) kata turunan (7) kata sandang si, dan sang
(3) kata ulang (8) partikel
(4) gabungan kata (9) singkatan dan akronim
(5) kata ganti kau, ku, mu, dan nya (10) angka dan lambang bilangan.
4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama
kosakata yang berasal dari bahasa asing.
5) Pemakaian tanda baca (pugtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda
baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah
6
(1) Tanda titik (.) (9) tanda seru (!)
(2) Tanda koma (,) (10) tanda kurung ((…))
(3) Tanda titik koma (;) (11) tanda kurung siku ([ ])
(4) Tanda titik dua (:) (12) tanda petik ganda (“…”)
(5) Tanda hubung (-) (13) tanda petik tunggal (‘…’)
(6) Tanda pisah (--) (14) tanda garis miring (/)
(7) Tanda elipsis (…) (15) tanda penyingkat (‘)
(8) Tanda tanya (?)
Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan
(k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan
gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang :
kh seperti dalam kata khusus, akhir
ng seperti dalam kata ngilu, bangun
ny seperti dalam kata nyata, anyam
sy seperti dalam kata syair, asyik
setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang dapat membedakan arti.
Karena itu, kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).
Contoh :
7
akhir = vkvk ngilu = kvkv
anyam = vkvk syair = kvkv
Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun jumlah huruf dalam setiap kata ada lima,
namun jumlah v dan k untuk setiap kata hanya empat.
Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan-harus
dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang
berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh dibawah ini.
Jika vokal berurutan ai, au, dan oi terdapat dalam kata yang pelafalannya persis sama
dengan huruf aslinya, vokal beruntun itu bukan diftong. Contoh ai, au, dan oi yang bukan
diftong adalah yang terdapat dalam kata berikut.
mulai dilafalkan [mulai] bukan [mulay]
namai dilafalkan [namai] bukan [namay]
bau dilafalkan [bau] bukan [baw]
mau dilafalkan [mau] bukan [maw]
dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti
aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain
akronim) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia,
pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia.
8
TV [te-fe] [ti-fi]
TVRI [te-fe-er-i] [te-fi-er-i]
WC [we-ce] [we-se]
Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris, lafal huruf dalam singkatan
itu harus mengikuti aturan pelafalan bahasa Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak
dilafalkan dalam bahasa asing lainnya.
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya :
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir.
c. Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya :
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makhluk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
misalnya :
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las
9
2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
misalnya :
Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
catatan :
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, pasal
E, ayat 1 )
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
misalnya : te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3) Jika suatu kata terdiri dari atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu
atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a,1b,1c dan 1d di atas.
misalnya :
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
Cara penulisan nama diri (nama orang, lembaga, tempat, jalan, sungai, gunung, dan
nama lainnya) harus mengikuti EYD, kecuali jika ada pertimbangan khusus yang
menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah.
Contoh pemakaian biasa :
Rumahnya di Jalan Pajajaran No.5.
Ia berkantor di Jalan Budi Utomo.
10
(1) Untuk penulisan nama diri, unsur kimia, istilah ilmu pengetahuan, dan lambang dalam
matematika, lambang huruf yang dipakai adalah x.
Misalnya ;
Alex, Mexico, Texas (nama diri)
Xenon, xantat (nama unsur kimia)
Sinar-x, (istilah ilmu pengetahuan )
X1, x2, (lambang dalam matematika)
(2) Untuk penulisan kata-kata biasa yang bukan nama diri, lambang huruf yang dipakai
adalah ks. Perhatikan penulisan dibawah ini.
Penulisan yang salah Penulisan yang benar
export ekspor
extra ekstra
complex kompleks
taxi taksi
telex teleks
Selain ketentuan diatas, untuk menulis nama orang berlaku ketentuan khusus.
Penulisan nama seseorang harus mengikuti kebiasaan orang yang empunya nama
kendatipun hasil penulisannya menyalahi EYD. Karena itulah ketentuannya disebut
ketentuan khusus. Betapa tidak, untuk menulis nama orang yang diafalkannya [yudi],
penulisannya bisa lebih dari sepuluh macam dan semuanya sah adanya, yaitu
(1) Judi (5) Yudi (9) Yoedi
(2) Judie (6) Yudy (10) Yoedhy
(3) Judy (7) Yudhi (11) Yoedhie
(4) Judhy (8) Yudhie (12) Yoedy
Cukup banyak orang disekitar kita yang mengalami era ejaan lama (Ejaan van
Ophuijsen dan Ejaan Republik) dan sudah dewasa pada waktu EYD diberlakukan,
tetap menulis namanya memakai ejaan lama karena alasan yang bersifat pribadi. Kita
memang harus menghormati hak asasi setia idividu dalam urusan penulisan nama,
yaitu dengan cara menuliskan nama seseorang seperti yang dikehendakinya.
Penulisannya seperti contoh kasus Yudi tadi; mungkin dengan menggunakan ejaan
yang pernah berlaku bagi bahasa Indonesia seperti contoh dibawah ini.
11
Ejaan van Ophuijsen Ejaan Republik EYD
Soehardjo Suhardjo Suharjo
Abdoellah Tjoet Abdullah Tjut Abdullah Cut
Bagdja Waloeja Djati Bagja Waluja Djati Bagja Waluya Jati
Djoni Hoetasoehoet Djoni Hutasuhut Joni Hutasuhut
Nji Ajoe Soenji Nji Aju Sunji Nyi Ayu Sunyi
13
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya :
- bulan September - hari Natal
- bulan Maulid - Perang Badar
- hari Galungan - tahun Hijriah
- hari Jumat - tarikh Masehi
- hari Lebaran - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya :
- Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
- Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai nama geografi;
Misalnya :
- Laut Jawa - Selat Sunda
- Asia Tenggara - Teluk Jakarta
- Serang - Danau Toba
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai
menjadi unsur nama diri.
Misalnya :
- berlayar ke teluk - menyeberangi selat
- mandi di kali - pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai
nama jenis.
Misalnya :
- garam inggris - pisang ambon
- gula jawa - kacang bogor
14
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya :
- Republik Indonesia
- Mejelis Permusyawaratan Rakyat
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
- Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya :
- menjadi sebuah republik - kerjasama antara pemerintah dan rakyat
- beberapa badan hukum - menurut undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya :
- Perserikatan Bangsa Bangsa - Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
- Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial - Rancangan Undang-Undang
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang dan untuk yang tidak terletak apda posisi
awal.
- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Bacalah majalah Sastra dan Bahasa.
- Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
- Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya :
15
- Dr. = doktor M.A. = master of art
- S.H. = sarjana hukum S.S = sarjana sastra
- Tn = tuan Ny = nyonya
- Prof = profesor Sdr = saudara
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan
dan pengacuaan.
Misalnya :
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya “itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka akan pergi kerumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya :
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Sudahkah Anda tahu ?
Surat Anda telah kami terima.
B. Huruf Miring
1. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
majalah Bahasa dan Kesusatraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
16
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu tapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan kata berlepas tangan.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana
Politik divide et impera pernah merajalela dinegeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut :
Negara itu telah megalami beberapa kali kudeta ( dari coup d’etat ).
Catatan :
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
satu garis dibawahnya.
2.2.3 Penulisan Kata
A. Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya :
Kantor pos sangai ramai. (Kedua kalimat ini dibangun
Buku itu sudah saya baca. dengan gabungan kata dasar)
B. Kata Turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
Bergerigi ketetapan sentuhan
Gemetar mempertanyakan terhapus
2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
17
Misalnya :
Diberi tahu, beritahukan
Bertanda tangan, tanda tangani
Berlipat ganda, lipat gandakan
3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
Memberitahukan
Ditandatangani
Melipatgandakan
C. Bentuk Ulang dan Kata Ulang
Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata tanda
hubung.
Misalnya :
Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku, dibesar-besarkan,
gerak-gerik, huru-hara, kupu-kupu, laba-laba, lauk-pauk.
D. Gabungan Kata
1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya :
duta besar, kerja sama, kereta api cepat, meja tulis, orang tua, rumah
sakit, terima kasih, mata kuliah.
2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang berkaitan.
Misalnya :
alat pandang-dengar (audio-visual aid), anak, istri, saya (keluarga),
buku sejarah baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua),
oarang-tua muda (ayah ibu muda), kaki-tangan penguasa (alat
penguasa)
3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya :
18
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, bagaimana, barangkali,
beasiswa, belasungkawa, bumiputera, daripada, darmabakti, halal-
bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,
saputangan
4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangakai.
Misalnya :
Adibusana, anatakota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa,
inkonvensional, konposer, mahasiswa, mancanegara, multilateral,
narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme paripurna, prasangka,
purnawirawan, tunawisma
Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf awalnya kapital, diantara kedua unsur
kata itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya :
non-Asia neo-Nazi
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk sigkat dari kata aku dan engkau, ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.
aku ….. = aku bawa, aku ambil
ku ….. = kubawa, kuambil
engkau ….. = engkau bawa, engkau ambil
kau ….. = kaubawa, kauambil
Misalnya :
Bolehkah aku ambil jeruk ini satu ?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
Kata ganti ku dan mu sebagai bentuk singkat dari aku dan kamu, ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
….. kamu = sepeda kamu
………mu = sepedamu
19
….. aku = rumah aku
………ku = rumahku
Kata ganti nya selalu ditulis dengan kata yang mendahului.
………nya = bukunya
Misalnya :
Bolehkah aku pakai sepeda kamu sebentar?
Sepedamu lebih kokoh dari sepedaku.
Gadis ayu itu tinggal didepan rumahku.
Eva sedang menyampul bukunya.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
didalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
Misalnya :
Tinggalah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di restoran.
Ibuku sedang ke luar kota.
Ia pantas tampil ke depan
Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Salah Benar
Sikecil Si kecil
Sipemalu Si pemalu
20
Sangdiktator Sang diktator
Sangkancil Sang kancil
H. Partikel
1) Partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahulinya.
Misalnya :
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menentukan radium?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Hendak makan pun lauknya sudah habis.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
Catatan :
Kelompok yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai, yaitu adapun,
andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya :
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui .
Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
3) Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya :
Mereka masuk kelas satu per satu. (‘satu demi satu’)
Harga kain itu Rp 8.000,00 per meter (‘tiap meter’)
21
(1) Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut.
a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik.
Misalnya :
nomor disingkat no.
ibidem disingkat ibid.
halaman disingkat hlm.
b. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik .
Misalnya :
loco citato disingkat loc. cit.
opere citato disingkta op. cit.
atas nama disingkat a.n.
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal
kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya :
Perseroan Terbatas disingkat PT
Perusahaan Dagang disingkat PD
Comannditaire Venootschap disingkat CV
Amerika Serikat disingkat AS
c. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai satu
tanda titik.
Misalnya :
dan kawan-kawan disingkat dkk.
yang akan datang disingkat yad.
dan lain-lain disingkat dll.
atas nama beliau disingkat anb.
Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata
yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya :
BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
DKI (Daerah Khusus Ibukota)
BPS (Badan Pusat Statistik)
RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)
22
d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak di ikuti titik.
Misalnya :
Au aurum
TNT trinitrotoleun
cm centimeter
KVA kilovolt-ampere
Kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
(2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau gabungan
suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca diperlakukan sebagai
kata. Ada tiga ketentuan dalam penulisan akronim.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang
disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya :
FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diakhiri oleh tanda titik.
Misalnya :
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
Sespa (Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi)
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang disingkat,
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil (lower case).
Misalnya :
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
J. Angka dan Lambang Bilangan
23
1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau Romawi.
Misalnya :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X
L (50), C (100), D (500), M (1000)
2) Angka digunakan untuk menggunakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya :
19 meter 4 ons 9 hektar 65 liter
Pukul 15.30 10 detik 30 meenit 5 jam
Rp 10.000,00 USS 3.50 500 Yen Y500
3) Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Misalnya :
Jalan Sentosa III No. 152
Rumah Susun Perumnas Klender, Blok F2, No. 10
4) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya :
Bab X, Pasal 5, halaman 354
Surat Annisa: 9
24
Setengah ½
Tiga perempat ¼
6) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya :
lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu
7) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga susunan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima puluh orang tewas akibat bencana alam itu.
Bukan : 50 orang tewas akibat bencana itu.
Pak Yayat mengundang 500 orang tamu.
Bukan : 500 orang tamu diundang Pak Yayat.
BAB 3
PENUTUP
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat
dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah
masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar
dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa
25
yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan
yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan
tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di
benarkan penggunaan dalam keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama
untuk selalu mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam
proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan.
Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
27