Professional Documents
Culture Documents
Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata,
yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari
bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses
terbentuknya bumi secara keseluruhan. Van Zuidam (1979) menyebutkan:
Geomorfologi adalah studi bentuk lahan dan proses-proses yang mempengaruhi
pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk dan proses dalam tatanan
keruangannya.
Menurut
Verstappen
(1983)
Geomorfologi
merupakan
ilmu
pengetahuan tentang bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di
bawah permukaan air laut, dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di
masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya
diterjemahkan sebagai ilmu bentang alam.
Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu
geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan
pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari
geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE
PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu).
Pemahaman kata sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa
bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa lalu.
B. POLA PENGALIRAN
Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk
lembah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola
tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan
jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem
pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh
kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan
kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara,
terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada
permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan
menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi
dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis,
sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar,
kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar
dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu
daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut
sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari
pola dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat
dari pola dasar setempat.
Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabangcabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya
perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat
ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan
dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut :
1. Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya
menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol
oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki
tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh
sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi
akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang
resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai
didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses
pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih
mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai
yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan
sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang
resisten akan membentuk tekstur kasar. Jadi dapat diinterpretasikan bahwa pola
aliran dendritik ini yang mempengaruhi proses pembentuknya adalah suatu
litologi, apakah dia resisten apa tidak.
Pola Pengaliran
Radial
Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan
dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai
trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama
berarah se arah dengan sumbu lipatan.
POLA PENGALIRAN
DASAR
KARAKTERISTIK
membentuk
percabangan
menyebar
seperti
pohon
rindang.
Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng
sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula
pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang.
Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik dengan
pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan yang
PARALEL
memanjang
dengan
pola
pengaliran
paralel
atau
terlipat,
batuan
vulkanik
atau
batuan
REKTANGULAR
RADIAL
ANULAR
retas (stocks)
Endapan
berupa
gumuk
hasil
longsoran
dengan
Umumnya struktural
PINNATE
ANASTOMATIK
MENGANYAM
Kipas aluvium dan delta
(DIKHOTOMIK)
SUB PARALEL
KOLINIER
SUB TRALLIS
DIREKSIONAL TRALLIS
TRALLIS BERBELOK
Perlipatan memanjang.
TRALLIS SESAR
ANGULATE
KARST
Batugamping
KONTROL
BENTUK SUNGAI
STRUKTUR
A. DINAMIK
1.
SESAR -Teras
AKTIF
-Lembah memanjang
-Sungai terputus
-Saluran "OFFSET"
-Saluran menyebar
-Sungai subsekuen
-Membentu genangan
-Lembah terjal
2. PERLIPATAN
AKTIF
3. KEGIATAN
-Sungai anteseden
-Sungai konsekuen
tajam.
-Teras
-Lembah memanjang
-Sungai terputus
-Sungai subsekuen
-Saluran menyebar
-Lembah terjal
-Membentuk genangan
VULKANIK
B. PASIF.
1.TERAS
SESAR
-Saluran "OFFSET'
2.
KEMIRINGAN
-Aliran paralel
-Sungai subsekuen
-Pola tralis
reng kemiringan.
3. KUBAH
-Aliran konsekuen
-Pola radial
-Pola anular
-Sungai konsekuen
-Sungai subsekuen
4. ANTIKLIN
-Pola tralis
SINKLIN
-Sungai subsekuen.
6. KEKAR
-Pembelokkan sungai
-Kelurusan saluran
-Sungai subsekuen
-Pola rektangular
-Sungai subsekuen
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah
pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukan adanya kelurusan atau
pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentukbentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai.
Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus lurus,
kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan perbukitan
atau sungai, dan pola aliran sungai paralel atau rektangular.
Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trelis atau paralel, dan
adanya bentuk-bentuk dip-slope yaitu suatu kontur yang rapat di bagian depan
dan merenggang makin ke belakang.
Jika setiap bentuk dip-slope ini diinterpretasikan untuk seluruh peta, muka
sumbu-sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan kemudian. Pola dip-slope
seperti ini mempunyai beberapa istilah yang mengacu pada kemiringan perlapisan.
Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan kelurusankelurusan sungai dan bukit.
Intrusi; umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan rapat, sungaisungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial atau anular.
Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur yang jarang
dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.
Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola kontur rapat dan mempunyai
kelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan yang dibatasi secara tiba-tiba oleh
pola kontur jarang yang mempunyai elevasi sama atau lebih tinggi.
Daerah melange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur melingkar erupa
bukti-bukti dalam penyebaran yang relatif luas, terdapat beberapa pergeseran
bentuk-bentuk topografi, kemungkinan juga terdapat beberapa kelurusan, dengan
pola aliran sungai rektangular atau contorded.-daerah slump, umumnya dicirikan
oleh banyaknya pola dip-slope dengan penyebarannya yang tidak menunjukan
pola pelurusan, tetapi lebih berkesan acak-acakan. Pola kontur rapat juga tidak
menunjukan kelurusan yang menerus, tetapi berkesan terpatah-patah.
Berdasarkan kenampakan kenamapakan tersebut diatas dapat dilakukan
pendekatan untuk mengetahui :
1. Litologi
Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat digunakan untuk
membedakan :
a.
b.
c.
d.
Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan , sesar, dan kekar, yang
dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola atau garis kontur pada peta topografi.
a. Struktur lipatan
Dapat dikatahui dengan menafsirkan kedudukan perlapisan batuannya.
Kedudukan lapisan batuan / kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan
dengan kenampakan kerapatan konturnya. Dimana lapisan miring dicirikan oleh
adanya gawir-gawir terjal ( ditunjukkan dengan garis kontur yang rapat ) yang
memotong lapisan dan arah kemiringan batuan tersebut dengan kemiringan landai
dari topografinya ( diperlihatkan dengan punggungan yang landai ) hal ini pada peta
topografi ditunjukkan dengan pola garis kontur yang renggang. Kemiringan lapisan
batuan tersebut dapat mempunyai arah kemiringan satu arah ( berlawanaan ), tiga
arah, dan segala arah. Kemiringan satu arah disebut sayap lipatan, dua arah lipatan
disebut sinklin atau antiklin, tiga arah disebut lipatan ( sinklin atau antiklin )
menujam serta kemiringan lapisan segala arah disebut dome. Lapisan horizontal,
dicirikan dengan permukaan yang datar dengan garis kontur yang jarang, tebingtebing bisa terjal atau bervariasi atau berundak ( tergantung resistensi batuannya )
dengan pola kontur menyesuaikan dan relatif sama.
b. Struktur sesar
Ditandai dengan :
c. Struktur kekar
Ditandai dengan adanya kelurusan gawiwr-gawsir, lembah-lembah, bukit-bukit, dan
celah-celah. Sering pula dengan pola tertentu dan tidak hanya satu arah. Atau dapat
pula dilihat dari pola perkembangannnya.
1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan
membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan
berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil
erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah
sebagai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang
masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air
tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di
endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen).
Secara garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar,
erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke
arah vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal
terhenti, karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras
dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada
erosi vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen
berlangsung dari lereng - lereng lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai)
berlangsung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai
dengan erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan
(akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V
tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan /
atau struktur pada salah satu sisi lembah.
DAFTAR PUSTAKA
Zuidam, R.A. Van., 1985. Aerial Photo-Interpretation Terrain Analysis and
Geomorphology Mapping. Smith Publisher The Hague, ITC.