You are on page 1of 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ….............................................................................!


DAFTAR ISI ….............................................................................!!

BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG............................................................................ 1
2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................... 1
3. TUJUAN MAKALAH............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
1. PROFESIONALISME SEORANG GURU.............................................. 2
2. PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN MASYARAKAT.....................7

BAB III PENUTUP


1. KESIMPULAN......................................................................................... 12
2. SARAN DAN KRITIK............................................................................... 12
KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Alllah SWT. Yang telah memberikan kenikmata kepada kita
sekalian, terutama kenikmatan kesempatan kepada pemakalah, sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan pembuatan makalah sederhana ini yang berjudul profesional seorang
guru, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pemakalah juga tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan kepada pemakalah, sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan baik.

Pemakalah sangat sadar dengan kekurangan-kekurangan isi makalah ini, oleh karena itu
pemakalah sangat mengharapkan masukan-masukan yang membangun dari semua sidang
pembaca, demi kesempurnaan makalah ini, terima kasih..!

Hormat kami

( pemakalah )
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Guru sebagai profesi perlu diiringi dengan pemberlakuan aturan profesi keguruan,
sehingga akan ada keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi seseorang yang
berprofesi guru, antara lain: Indonesia memerlukan guru yang bukan hanya disebut guru,
melainkan guru yang profesional terhadap profesinya sebagai guru. Aturan profesi
keguruan berasal dari dua kata dasar profesi dan bidang spesifik guru/keguruan.

Secara logik, setiap usaha pengembangan profesi (professionalization) harus bertolak dari
konstruk profesi, untuk kemudian bergerak ke arah substansi spesifik bidangnya.
Diletakkan dalam konteks pengembangan profesionalisme keguruan, maka setiap
pembahasan konstruk profesi harus diikuti dengan penemukenalan muatan spesifik
bidang keguruan. Lebih khusus lagi

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah
1. apakah guru professional itu ?
2. bagaimanakah peranan guru dalam lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat ?

C. TUJUAN MAKALAH
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. agar kita tahu guru professional itu seperti apa,
2. sebagai bahan acuan dalam mempelajari tentang guru professional.
BAB I
PEMBAHASAN

PROFESIONALISME SEORANG GURU

Guru adalah sebuah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu institusi
maupun perorangan yang menyangkut seluruh aktivitas dalam tanggung jawab untuk
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta didik dalam
rangka menggiring perkembangan peserta didik kearah kedewasaan mental-
spiritual maupun fisik-biologis.
Kinerja seorang guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru,
jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan. Kinerja dapat ditinjau dari
berbagai aspek, baik dari sudut guru maupun siswa. Dari sudut siswa kinerja guru
bertujuan untuk menimbulkan respon positif dari bakat dan minat seorang siswa yang
akan dikembangkan oleh siswa tersebut melalui proses pembelajaran. Dari sudut guru
kinerja guru secara spesifik bertujuan mengharuskan para guru membuat keputusan
khusus dimana tujuan pengajaran dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tingkah laku
yang kemudian ditransfer kepada peserta didik. Dalam hal kinerja guru lebih diacu pada
aspek mutu , baik dari sudut pandang kepemimpinan maupun aspek tekhnis –
didaktis. Aspek kepemimpinan akan terlihat pada
penampilan guru yang berperan sebagai pemimpin siswa dan sesamanya, aspek teknis-
dedaktis adalah dimana guru akan memerankan guru sebagai fasilitator dan nara sumber
yang siap memberi konsultasi terarah pada siswanya.
Tuntutan kinerja sebagai seorang guru sangat tinggi, baik itu dari dalam maupun dari
luar. Dari dalam adalah tuntutan yang bermuara dari individu guru tersebut untuk dapat
sebaik baiknya mentransfer disiplin ilmu yang dikuasai, maupun yang paling berat adalah
mentransfer nilai-nilai
moral yang semua adalah untuk modal dasar peserta didik untuk dalam menjalankan
hidupnya dikemudian hari.
Sedangkan tuntutan dari luar adalah bagaimana menghasilkan output peserta didik yang
mampu bersaing dikehidupan nyata. Tuntutan yang paling berat adalah tuntutan dari luar.
Dan yang paling populer adalah ungkapan dari masyarakat bahwa guru adalah sosok
yang di gugu dan ditiru. Belum lagi selalu terngiang ditelinga kita syair syair lagu
“pahlawan tanpa tanda jasa”. Ini jelas sangat menjadi beban moral
tersendiri bagi guru untuk menjadi tenaga yang profesional. Melihat kenyataan sekarang
ini, tuntutan akan kinerja guru semakin besar. Tuntutan ini bukan hanya sebatas kapasitas
sebagai pengajar dan pendidik dikelas, tetapi guru dituntut lebih kreatif, inovatif, mandiri
dan profesional. Tuntutan ini disadari atau tidak merupakan suatu kebutuhan sebagai
pengajawantahan yang secara eksternal sebagai imbasan atau terkuaknya era globalisasi,
dimana didalamnya sarat dengan kompetisi keunggulan.

Disisi lain, secara internal munculnya desakan reformasi yang datang sebagai imbasan
sebagai kritis politik, ekonomi, dan moral bangsa. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa
guru yang menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk membangun bangsa patut
melakukan pembenahan diri dengan mengerahkan segala kemampuan dengan cerdas.
Baik itu cerdas emosional, moral, dan kecerdasan intelektual. Apalagi jelas sekali dalam
sejarah perkembangan kemakmuran suatu negara dan bangsa adalah berawal dari
kecerdasan seorang guru dalam membina mentalitas para peserta didiknya. Dengan
demikian adalah harga mati bagi seorang guru untuk mengoptimalkan kinerjanya sebagai
tenaga pendidik yang profesional. Namun tidak kalah pentingnya adalah pemberian
reward dari pemerintah bagi sosok guru tersebut, yang pada dasarnya adalah untuk
memacu keoptimalan kinerja sebagai seorang profesional. Sehingga kita
tidak perlu lagi mendengar syair lagu “ Pahlawan tanpa tanda jasa”, tetapi
“ Pahlawan yang wajib diberi tanda jasa”. Karena indikator makmurnya
sebuah bangsa adalah makmurnya para pendidik atau guru.

Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika
orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, ada beberapa harapan yang selalu berputar
dalam benak oarang tua peserta didik. Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini
menyeruak ketika menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada
kegalauan muncul kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak
menghukum daripada memberi reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah
ketika sosok guru berbuat asusila terhadap siswanya.

Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi


guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya
sama-sama membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni guru dan siswa,
menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan,
membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi
konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah
melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar.

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara
lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal
bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam
pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak
telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki
ijazah perguruan tinggi.

Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran


ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:

1. mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,


2. menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3. menggunakan destruktif discipline,
4. mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5. merasa diri paling pandai di kelasnya,
6. tidak adil (diskriminatif), serta
7. memaksakan hak peserta didik
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang
profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam
Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:

1. kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,


2. kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3. kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas
mendalam,
4. kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Perilaku guru yang profesional adalah mampu menjadi teladan bagi para peserta didik,
mampu mengembangkan kompetensi dalam dirinya, dan mampu mengembangkan
potensi para peserta didik. ( Menurut Danni Ronnie M ) Sikap dan perilaku guru yang
profesional mencakup enam belas pilar dalam pembangun karakter. Keenam belas pilar
tersebut, yakni :

1. kasih sayang,
2. penghargaan,
3. pemberian ruang untuk mengembangkan diri,
4. kepercayaan,
5. kerjasama,
6. saling berbagi,
7. saling memotivasi,
8. saling mendengarkan,
9. saling berinteraksi secara positif,
10. saling menanamkan nilai-nilai moral,
11. saling mengingatkan dengan ketulusan hati,
12. saling menularkan antusiasme,
13. saling menggali potensi diri,
14. saling mengajari dengan kerendahan hati,
15. saling menginsiprasi,
16. saling menghormati perbedaan.

Sikap dan perilaku guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhinya berupa faktor eksternal dan internal. Oleh karena itu pendidik harus
mampu mengatasi apabila kedua faktor tersebut menimbulkan hal-hal yang negatif.
Jangan sampai masalah-masalah dalam kehidupan dibawa kesekolah yang pada akhirnya
anak didiknya yang mendapatkan imbasnya dari kemarahan kita akiabat masalah yang
dihadapi oleh seorang guru

PERANAN GURU DI SEKOLAH DAN MASYARAKAT


A. Guru Berkedudukan sebagai Profesional
Dalam ilmu sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yangakan selalu berkaitan, yakni
status (kedudukan) dan peran social di dalam masyarakat. Status biasanya didefinisikan
sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu
kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sedangkan peran merupakan
sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu
tersebut. Status sebagai guru dapat dipandangan sebagai yang tinggi atau rendah,
tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai pendidik
seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan
guru diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya
anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan
sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang
pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya. Apabila kita cermati, sebenarnya
status dan peran guru tidak lah selalu seragam dan bersifat konsisten sebagaimana tersirat
di atas. Ini sesuai dengan standar apa dan mana yang dipakai dalam menentukan
keduanya. Penilaian status dan peran pada seorang guru di pedesaan tidaklah sama
dengan penilaian status dan peran terhadap seorang guru di perkotaan. Dalam masyarakat
industrial dan materialis status dan peran seorang guru tidaklah se-urgen pada masyarakat
sederhana atau masyarakat pertanian. Salah satu peran guru adalah sebagai profesional.
Jabatan guru sebagai profesional menuntut peningkatan kecakapan dan mutu keguruan
secara berkesinambungan. Guru yang berkuali- fikasi profesional, yaitu guru yang tahu
secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya
secara efektif serta efisien, dan guru tersebut punya kepribadian yang mantap Selain itu
integritas diri serta kecakapan keguruannya juga perlu ditumbuhkan serta dikembangkan.
Setelah kita menganggap bahwa status guru merupakan sebuah jabatan yang profesional,
menurut Semana (1994), ia pun dituntut untuk bisa berperan dan menunjukkan citra guru
yang ideal dalam masyarakatnya. Dalam hal ini J. Sudarminto, 1990 (dalam Semana,
1994) berpendapat bahwa citra guru yang ideal adalah sadar dan tanggap akan
perubahan zaman, pola tindak keguruannya tidak rutin, guru tersebut maju dalam
penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya (misalnya sistem berpikir,
membaca keilmuan, kecakapan problem solving, seminar dan sejenisnya) yang
diperlukannya untuk belajar lebih lanjut atau berkesinambungan. Selain itu, guru
hendaknya bermoral yang tinggi dan beriman yang mendalam, seluruh tingkah
lakunya (baik yang berhubungan dengan tugas keguruannya ataupun sisialitasnya sehari-
hari digerakkan oleh nilai-nilai luhur dan taqwanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Secara nyata guru ter- sebut harus bertindak jujur, disiplin, adil, setia, susila
dan menghayati iman yang hidup. Guru juga harus memiliki kecakapan kerja yang baik
dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab guru sebagai pemangku jabatan yang
profesional merupakan posisi yang bersifat strategis dalam kehidupan dan pembangunan
masyarakat. Guru juga harus terus bisa memantapkan posisi dan perannya lewat
usaha- usaha mengembangkan kemampuan diri secara maksimal dan berkesinambungan
dalam belajar lebih lanjut. Salah satu yang melandasi pentingnya guru harus terus
berusaha mengembang- kan diri karena pendidikan berlangsung sepenjang hayat. Hal
ini berlaku untuk diri guru dan siswa di mana usaha seseorang untuk mencapai
perkembangan diri serta karyanya tidak pernah selesai (hasilnya tidak pernah mencapai
taraf sempurna mutlak). Selainitu bahwa sistem pengajaran, materi pengajaran dan
penyam-paiannya kepada siswa selalu perlu dikembangkan. Hal ini meru- pakan dampak
dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya pengembangan sistem
pengajaran, pembenahan isi serta teknologi organisasi materi pengajaran dan
pencarian pendekatan strategi, metode, teknik pengajaran (perkembangan diri siswa)
selalu perlu dikaji dan atau dikembangkan demi efektivitas dan efisiensi kerja
kependidikan.

B. peranan guru terhadap anak didik


Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran
yang harus ia jalani. Hal ini dika- renakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas
guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu
pengetahuan kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa
dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni
situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan dalam situasi informal di luar
kelas. Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai
seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai
kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang
keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik
murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu digunakan demi
tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu
ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga
menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa
anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu.
Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan dan kewibawaan
yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan
teori “Mekanisme Belajar” yang disampaikan David O Sears (1985) bahwa ada tiga
mekanisme umum yang terjadi dalam proses bela-
jar anak. Yang pertama adalah asosiasi atau classical condotioning ini berdasarkan dari
percobaan yang dilakukan Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut belajar
mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi karena sebelumnya disajikan daging setiap
saat terdengar bel. Setelah beberapa saat, anjing itu akan mengeluarkan air liur bila
terdengar bunyi bel meskipun tidak disajikan daging, karena anjing tadi mengasosiasikan
bel dengan daging. Kita juga belajar berperilaku dengan asosiasi. Misalnya, kata
“Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan yang mengerikan. Kita belajar bahwa
Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang
mengerikan. Mekanisme belajar yang kedua adalah reinforcement, orang belajar
menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang
menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari
perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Seorang anak mungkin
belajar membalas penghinaan yang diterimanya di sekolah dengan mengajak berkelahi si
pengejek karena ayahnya selalu memberikan pujian bila dia membela hak-haknya.
Seorang mahasiswa juga mungkin belajar untuk tidak menentang sang profesor di kelas
karena setiap kali dia melakukan hal itu, sang profesor selalu mengerutkan dahi, tampak
marah dan membentaknya kembali. Mekanisme belajar utama yang ketiga adalah imitasi.
Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku
yang menjadi model. Seorang anak kecil dapat belajar bagaimana menyalakan perapian
dengan meniru bagaimana ibunya melakukan hal itu. Anak-anak remaja mungkin
menentukan sikap politik mereka dengan meniru pembicaraan orang tua mereka selama
kampanye pemilihan umum. Imitasi ini bisa terjadi tanpa adanya reinforcement eksternal
dan hanya melalui observasi biasa terhadap model. Di antara ketiga macam mekanisme
belajar di atas, imitasi adalah mekanisme yang paling kuat. Dalam banyak hal anak-anak
cenderung meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di sekolah
merupakan orang dewasa terdekat keduabagi mereka. Bahkan di zaman sekarang ini
banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai kepercayaan terhadap guru dibanding pada
orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap
dan keteladanan yang baik di hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari tidak akan
ada istilah ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’. Selain keteladanan, kewibawaan
juga perlu. Dengan kewibawaan guru menegakkan disiplin demi kelancaran dan
ketertiban proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat
mutlak mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan
pendidikan. Bimbingan atau
pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh
bila pendidik mempunyai kewibawaan.Kewibawaan dan kepatuhan merupakan dua hal
yang komple-menter untuk menjamin adanya disiplin (S. Nasution, 1995).
C. Peranan Guru dalam Masyarakat
Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran asyarakat tentang kedudukan
guru dan ststus sosialnya di engan negara lain dan dari satu zaman ke zaman lain pula. Di
egara-negara maju biasanya guru di tempatkan pada posisi sosial ang tinggi atas peranan-
peranannya yang penting dalam proses encerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan
jarang kita temui i negara-negara berkembang seperti Indonesia. ebenarnya peranan itu
juga tidak terlepas dari kualitas ribadi guru yang bersangkutan serrta kompetensi mereka
dalam ekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan angat sulit untuk
berperan banyak dan mendapatkan kedudukan osial yang tinggi jika seorang guru tidak
memiliki kecakapan dan ompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan
dengan uru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan
bagi para muridnya, sudah barang tentu ia justru enjadi bahan pembicaraan orang banyak.
Jika dihadapan para uridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun ituntut hal
yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat ekitar. enghargaan atas peranan guru
di negara kita bisa dibedakan enjadi dua macam. Pertama, penghargaan sosial, yakni
penghar- aan atas jasa guru dalam masyarakat. Dilihat dari sikap-sikap osial anggota
masyarakat serta penempatan posisi guru dalam tratifikasi sosial masyarakat yang
bersangkutan. Hal semacam ini kan tampak jelas kita amati pada mayarakat pedesaan
yang mana ereka selalu menunjukkan rasa hormat dan santun terhadap ara guru yang
menjadi pengajar bagi anak-anak mereka. Mereka masyarakat) lebih biasa memberi kata-
kata sapaan santun erhadap guru seperti pak guru, mas guru dan sebagainya aripada
profesi-profesi yang lain.
Kedua, adalah penghargaan ekonomis, yakni penghargaan tas peran guru dipandang dari
seberapa besar gaji yang diterima leh guru. Dengan kondisi gaji guru-guru di Indonesia
sampai ahun 2000 an ini, tidak mungkin menjadi sejahtera dalam hal konomi hanya
dengan pekerjaan mangajarnya saja. Hal inilah ang menjadikan kurang maksimalnya
peranan guru dalam enjalankan tugas mengajar apalagi melakukan pengabdian
pada asyarakat.Dalam perspektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja arus mampu
melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, amun harus pula berperan
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di luar kelas atau di dalam masyarakat. Hal
tersebut sesuai ula dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang erperan
sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap emajuan serta pembaharuan.Dalam
masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang enjadi panutan atau teladan serta contoh
(reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai
yang arus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa capan guru dalam
masyarakat sangat berpengaruh terhadap rang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan
peran guru ebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing
Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani.
Di sini tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeranaktif”, dalam keseluruhan
aktivitas masyarakat sercara holistik.Tentunya para guru harus bisa memposisikan dirinya
sebagai gen yang benar-benar membangun, sebagai pelaku propagandayang bijak dan
menuju ke arah yang positif bagi perkembangan asyarakat.

D. Peranan Guru terhadap Guru Lain


Kalimat di atas mengandung makna bahwa seorang guru arus bisa berperan untuk
kepentingan komunitasnya sendiri,yakni komunitas para guru. Sebagai sebuah profesi,
biasanyahubungan antar guru satu dengan guru lainnya diwadahi olehorganisasi yang
menaungi dan mewadahi aspirasi mereka. Dinegara kita organisasi yang menaungi para
guru, misalnya: PGT(Persatuan Guru TK), PGRI (Persatuan Guru Republik
Indonesia)dan sebagainya. Lewat organisasi-organisasi ini para guru bisasaling
berkomunikasi dan memperjuangkan kepentingan bersamamereka dengan
semangatkebersamaan yang tinggi sehingga apayang menjadi keinginan para guru relatif
lebih mudah dicapai.Pertanyaan yang mendasar sehubungan dengan jenis-jenisorganisasi
profesi keguruan tersebut adalah sejauh mana programserta kegiatannya menyentuh
kebutuhan diri guru serta pengembangan karirnya?. Secara operasional seharusnya
perjuangan danpembinaan yang dilakukan oleh organisasi profesi keguruan tersebut
dapat mengangkat martabat guru yang menjadi anggotanya,memberi perlindungan
hukum bagi guru, meningkatkan kesejah-teraan hidup guru, memandu serta
mengusahakan peluang untukpengembangan karir guru, dan membantu ikut
memecahkankonflik-konflik dan masalah-masalah yang dialami atau yangdihadapi oleh
para guru .
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Guru adalah sebuah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu institusi
maupun perorangan yang menyangkut seluruh aktivitas dalam tanggung jawab untuk
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta didik dalam
rangka menggiring perkembangan peserta didik kearah kedewasaan mental-
spiritual maupun fisik-biologis.
Kinerja seorang guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru,
jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan. Kinerja dapat ditinjau dari
berbagai aspek, baik dari sudut guru maupun siswa. Dari sudut siswa kinerja guru
bertujuan untuk menimbulkan respon positif dari bakat dan minat seorang siswa yang
akan dikembangkan oleh siswa tersebut melalui proses pembelajaran. Dari sudut guru
kinerja guru secara spesifik bertujuan mengharuskan para guru membuat keputusan
khusus dimana tujuan pengajaran dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tingkah laku
yang kemudian ditransfer kepada peserta didik. Dalam hal kinerja guru lebih diacu pada
aspek mutu , baik dari sudut pandang kepemimpinan maupun aspek tekhnis –
didaktis. Aspek kepemimpinan akan terlihat pada
penampilan guru yang berperan sebagai pemimpin siswa dan sesamanya, aspek teknis-
dedaktis adalah dimana guru akan memerankan guru sebagai fasilitator dan nara sumber
yang siap memberi konsultasi terarah pada siswanya.

B. SARAN DAN KRITIK


Pemakalah sangat sadar akan kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini,
karena eksistensi kita sebagai manusia tidak luput dari khilaf dan salah, oleh karena itu
pemakalah sangat mengharapkan masukan-masukan yang membangun dari siding
pembaca, demi kesempurnaan dari makalah ini.
BAHASA INDONESIA
Tentang
PROFESIONALISME SEORANG GURU
Dosen Pembimbing : Idi Darma S.Pd. M.M

DI SUSUSN
OLEH :

NAMA : MUNAWAR
PRODI : MATEMATIKA
KELAS : II D
Npm. : 09.3.02.0176

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


( STKIP ) BIMA
TAHUN AKADEMIK 2010

You might also like