Professional Documents
Culture Documents
PANDUAN PRAKTIS
PENYUSUNAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
Disusun oleh:
Tim Expert Pemberdayaan Seribu Guru
Kerjasama Pertamina - UM
Panduan Praktis KTSP
KATA PENGANTAR
Ucapan terima kasih disampaikan kepada: (1) Tim Pengembang Kurikulum, Tim
Reviewer, dan Tim Konsultan yang telah bekerja sungguh-sungguh sehingga Buku Panduan
Praktis ini dapat terselesaikan; dan (2) PT Pertamina yang telah men-support pembiayaan
penyusunan buku ini.
Kami menyadari bahwa buku pedoman praktis penyusunan KTSP ini masih banyak
kekurangan, karena itu kritik dan saran senantiasa kami harapkan untuk penyempurnaan.
Mudah-mudahan buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam menyusun KTSP sehingga
target agar setiap Sekolah telah memiliki KTSP sendiri dapat tercapai.
Tim Penyusun
Panduan Praktis KTSP
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengatar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftara Lampiran iv
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENYUSUNAN KTSP
A. Pengertian KTSP
KTSP terdiri atas KTSP dokumen I dan KTSP dokumen II. KTSP dokumen I
berisi : Pendahuluan, Visi dan Misi Madrasah, tujuan Madrasah, Struktur dan muatan
Kurikulum dan kalender pendidikan. KTSP dokumen II berisi silabus dan RPP semua
mata pelajaran yang telah ditetapkan pada struktur kurikulum di KTSP dokumen I .
D. Pengembang KTSP
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah koordinasi dan
supervisi dari kantor Departemen Agama kabupaten/kota. Tim penyusun KTSP terdiri
dari guru, pengawas, dan kepala Sekolahsebagai ketua merangkap anggota. Dalam
kegiatan penyusunan melibatkan komite Sekolahdan nara sumber (pihak lain) yang
terkait.
pelaksanaan KTSP
Menciptakan iklim yang kondusif dan inovatif dalam pelaksanaan KTSP
Monitoring Merancang kegiatan supervisi kelas dan guru.
Melakukan supervisi kelas/kunjungan kelas, supervisi klinis dan observasi
kegiatan belajar peserta didik
Pengamatan kinerja guru dalam implementasi kurikulum
Melakukan pertemuan rutin dengan guru dan siswa untuk mengecek
pelaksanaan kurikulum
Pertemuan rutin dengan dewan guru sebulan sekali untuk membahas
hasil monitoring.
Memfasilitasi dalam pelaksanaan penelitian tindakan (action research)
dalam pengembangan manajemen kurikulum
Membuka dialog /pertemuan agar guru dapat berkonsultasi jika
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum
keberhasilan
Melaksanakan penilaian hasil belajar.
Melakukan analisis penilaian
Melakukan penelitian tindakan kelas untuk menilai keefektifan
pembelajaran
Membantu mengumpulkan data-data untuk evaluasi pencapaian hasil.
Tindak Lanjut Memilah hasil analisis penilaian
Melakukan remedial terhadap siswa yang belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM)
Memberikan pengayaan kepada siswa yang telah mencapai atau
melebihi KKM
Menyusun laporan hasil pembelajaran
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Evaluasi Menyusun instrumen evaluasi kinerja kepala Sekolahdan atau guru dalam
melaksanakan kurikulum.
Melakukan evaluasi terhadap kinerja kepala Sekolahdan guru dalam
melaksanakan tugas kurikulum.
Memonitor perkembangan hasil belajar siswa.
Memantau hasil belajar siswa di Sekolahbinaannya.
Memetakan hasil belajar siswa di Sekolahbinaannya
Menyusun laporan pelaksanaan supervisi kurikulum.
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
BAB II
PENYUSUNAN KTSP DOKUMEN I
dan analisis life skill untuk dimasukkan pada rancangan kurikulum. Pengintegrasian
kecakapan hidup perlu dirancang karena akan diperlukan siswa dalam kehidupan
mereka.
kontribusi bagi pengembangan daerah. Kondisi tersebut harus diimbangi dengan isi
kurikulum yang membentuk kesadaran siswa sebagai warga negara dalam kerangka
NKRI.
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri
khas satuan pendidikan. Karakteristik satuan pendidikan memiliki harapan, kondisi
madrasah, kondisi siswa, dan ciri khas yang membedakan dengan satuan pendidikan
satu dengan yang lain. Sesuai dengan prinsip ini, Sekolahdengan visi tertentu dapat
mengembangkan struktur dan muatan kurikulum yang sesuai. Misalnya,
Sekolahmerupakan lembaga pendidikan Islam yang juga berfungsi sebagai lembaga
pengembangan dakwah dan lembaga pemberdayaan masyarakat. Sebagai lembaga
pendidikan Islam, Sekolahtidak hanya diarahkan pada kegiatan penggalian ilmu
pengetahuan semata, tetapi juga menjadi wahana “pelatihan” untuk mengaplikasikan
ilmu pengetahuan pada tataran realitas. Selain itu, pendidikan di Sekolahtidak hanya
mengarah pada keunggulan akademis (academic excellence), tetapi justru menegaskan
pada orientasi pembentukan karakter (character building) yang berasaskan pada prinsip
akhlaq al-karimah. Sebagai lembaga pengembangan dakwah, Sekolahdengan
sendirinya menjadi salah satu guru syiar agama dan penyebaran ajaran agama
sekaligus tampil sebagai komponen penting dari gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
Isi dan muatan kurikulum harus bisa mengembangkan sikap toleransi terhadap
perbedaan yang ada. Perbedaan itu dapat berupa perbedaan agama, ras, suku/budaya,
aliran, jenis kelamin dan sebagainya. Muatan kurikulum harus dirancang agar dapat
mengembangkan toleransi dan kerukunan umat beragama, toleran terhadap perbedaan
ras, suku/budaya, aliran, jenis kelamin, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan kondisi
Indonesia yang memang majemuk dalam berbagai hal. Rancangan pengembangan
nilai-nilai tersebut dapat melalui pengintegrasian kecakapan hidup terutama
keterampilan sosial ke dalam mata pelajaran. Pengembangan diri juga dapat dirancang
untuk melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap perbedaan
serta dapat hidup bersama dalam berbagai perbedaan.
Kurikulum dimulai dari yang paling dekat. Analisis konteks sosial budaya
masyarakat penting dilakukan agar Sekolahmengetahui harapan masyarakat sekitar,
nilai-nilai yang dianut dan juga keadaan sosial ekonomi. Dengan diketahuinya konteks
sosial, Sekolahdapat merancang kurikulum yang tepat. Misalnya, jika rata-rata siswa
berasal dari keluarga miskin, perlu dibekali pembelajaran yang membuat dia mandiri
dengan keterampilan yang relevan.
Kurikulum yang dikembangkan memberi akses dan peluang yang setara bagi
siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Dalam hal ini diharapkan struktur dan
muatan isi kurikulum tidak stereotipe (memberi label-label khusus). Misalnya, mulok
perempuan menjahit, mulok laki- laki elektronika). Demikian juga bahan ajar yang
dikembangkan dari tiap-tiap mata pelajaran hendaknya dapat menanamkan persepsi
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, tidak menanamkan persepsi
bahwa yang pergi ke kantor itu hanya ayah saja dan ibu hanya cocok bekerja di dapur.
Kurikulum dianggap memiliki kesetaraan jender jika tidak memberi stereotipe
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
perempuan atau laki-laki. Pengelolaan mulok perlu membuka akses bahwa semua jenis
mulok dapat dipilih oleh siswa laki-laki dan perempuan.
BAB V KRITERIA
A. Kriteria Ketuntasan Belajar
B. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan
C. Kriteria Mutasi
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Dalam istilah yang sederhana, analisis situasi dan penilaian kebutuhan berarti
menentukan kebutuhan para siswa dan masyarakat untuk suatu program pendidikan.
Pada dasarnya hal ini melibatkan pelaksanaan pengujian secara terinci dan analisis
situasi/konteks di mana kurikulum akan dilaksanakan. Pada akhirnya analisis konteks
akan melibatkan penentuan tentang kondisi/siapa siswa yang kita hadapi, kondisi guru
yang dimiliki, dan lingkungan Sekolahtempat suatu kurikulum akan diberlakukan.
Pada dasarnya analisis situasi juga melibatkan penilaian kebutuhan untuk
menentukan perbedaan antara situasi yang nyata/sekarang dengan situasi yang
diharapkan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara bertanya pada berbagai
kelompok yang berbeda dalam masyarakat seperti komunitas masyarakat, para pemberi
kerja, pengelola pendidikan, guru, orang tua, dan siswa. Mereka akan ditanya tentang
apa yang sekarang dibutuhkan dalam kurikulum untuk membantu siswa belajar
menyesuaikan diri dalam masyarakat modern secara lebih baik. Analisis kebutuhan
mencakup penentuan akan pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang dibutuhkan oleh
para siswa ketika mereka menyelesaikan suatu program pendidikan. Selain itu, analisis
konteks juga diperlukan untuk penjaringan/ analisis terhadap: (a) harapan masyarakat/
orangtua terhadap masa depan anak-anaknya, (b) potensi siswa yang masuk ke
madrasah, (c) karakteristik daerah, dan (d) karakteristik satuan pendidikan.
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Dari hasil analisis konteks dapat ditentukan aspek-aspek khusus yang dapat
digunakan untuk menjawab tantangan lokal dan global serta dapat dikembangkan
sebagai “icon keunggulan” dari suatu madrasah. Contoh hasil analisis konteks dan
penentuan hal-hal khusus disajikan seperti pada Tabel 7 berikut.
Konteks daerah Kota wisata (banyak turis Ada program hunting tourist untuk
berdatangan) memperkuat kemampuan berbahasa
Bahasa Inggris Wisata,
Kondisi siswa Rata-rata kemampuan siswa KKM disesuaikan ( tidak terlalu tinggi)
kurang (intake rendah) Ada program remedial yang lebih
intensif untuk siswa
4. Dokumen KTSP
KTSP dokumen I perlu dilengkapi KTSP dokumen II yang berisi silabus dan RPP
seluruh mata pelajaran. Dalam kegiatan ini guru difasilitasi untuk mengembangkan
silabus dan RPP semua mata pelajaran. Pada tahap ini guru dengan bimbingan Kepala
Madrasah, Pengawas, Kantor Depag/ Dinas dan Nara Sumber mengembangkan
silabus/RPP mapel, SK/KD Muatan Lokal atau Muatan Khusus yang akan dilaksanakan
dalam praktik di madrasah. Kantor Depag/Dinas memfasilitasi pengembangan KTSP
(termasuk pengembangan SK/KD muatan lokal) dan dilanjutkan dengan pengesahan-
nya. Penyusunan silabus dan RPP akan dibahas pada bab selanjutnya.
• Halaman sampul
• Halamam penetapan dan pengesahan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
• Latar Belakang (dasar pemikiran penyusunan KTSP)
• Tujuan Pengembangan KTSP
• Prinsip Pengembangan KTSP
Bab II Tujuan
• Visi
• Misi
• Tujuan Satuan Pendidikan (umum)
• Tujuan Sekolah(khusus)
• Halaman sampul
• Halamam penetapan dan pengesahan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pengembangan
C. Landasan Hukum
D. Prinsip Pengembangan
BAB V KRITERIA
A. Kriteria Ketuntasan Belajar
B. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan
C. Kriteria Mutasi
1. Halaman-halaman Pemula
(i) Halaman sampul memuat Judul KTSP, nama madrasah, logo madrasah,
nama desa, kecamatan, dan kabupaten, serta tahun penyusunan.
Contohnya lihat Lampiran 1.
(ii) Halaman penetapan dan pengesahan memuat judul KTSP, nama
madrasah, lokasi madrasah, tanggal penetapan dan pengesahan, dan
orang-orang yang menetapkan dan mengesahkan KTSP. Contohnya lihat
lampiran 2.
(iii) Kata pengantar berisi prakata dari kepala Sekolahmengenai penyusunan
KTSP di Sekolahyang contohnya ada pada lampiran 3.
(iv) Daftar isi menjelaskan susunan bab dan sub-bab dari dokumen KTSP,
termasuk lampiran yang diperlukan
2. BAB I Pendahuluan
Tujuan pendidikan merupakan isi dari Bab II, yang memuat secara rinci visi, misi,
tujuan umum satuan pendidikan, dan tujuan khusus program pendidikan sesuai dengan
jejang pendidikannya.
Visi dan misi satuan pendidikan dirumuskan untuk memenuhi harapan pihak
pemangku kepentingan (stakeholders) dari Sekolahyang kita kelola. Visi adalah
imajinasi moral yang menggambarkan profil Sekolahyang diinginkan di masa datang.
Ciri-ciri rumusan visi yang baik adalah:
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
(i) Menggambarkan kita mau jadi apa, dan dari bersifat menantang, yaitu
rumusan visi mengandung pernyataan yang menantang dan ideal, tetapi
bukan berarti tidak bisa dicapai;
(ii) Jelas, sehingga tidak menimbulkan pada interprestasi yang bertentangan;
(iii) Mudah diingat, oleh sebab itu dirumuskan dengan beberapa kata saja
dan tidak boleh lebih dari 20-25 kata;
(iv) Memuat pernyataan yang menyatakan kemampuan dan
memberdayakan;
(v) Memuat nilai Sekolahatau yayasan;
(vi) Akan lebih baik apabila bisa digambarkan secara visual;
(vii) Menuntut respon semua orang;
(viii) Mampu menjadi petunjuk yang melibatkan semua orang yang
tindakannya bisa diukur setiap hari; dan
(ix) Memperhatikan kebutuhan peserta didik yang hasilnya dapat diukur dari
tindakan dan prestasi siswa.
Contoh Visi 2:
Visi Sekolah1:
Misi Sekolah1:
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan secara efektif sehingga siswa berkembang
secara maksimal.
2. Menyelenggarakan pendidikan dengan menumbuhkembangkan aplikasi
praktis dalam kehidupan
3. Menyelenggarakan pengembangan diri sehngga siswa dapat berkembnag
sesuai dengan minat dan bakatnya
4. Menumbuh kembangkan lingkungan dan perilaku religius sehingga siswa
dapat mengamalkan dan mengahayati agamanya secara nyata.
5. Menumubuhkembangkan perilaku terpuji dan praktik nyata sehigga siswa
dapat menjadi teladan bagi teman dan masyarakatnya.
Tujuan dari suatu kurikulum pada dasarnya adalah suatu panduan menuju arah
yang diinginkan oleh para penyusunnya untuk bisa dicapai oleh siswa ketika
menggunakan kurikulum tersebut. Tujuan merupakan suatu garis besar pernyataan
akan harapan masyarakat dan keinginan untuk membelajarkan para siswa. Biasanya,
pernyataan ini adalah mengenai harapan masyarakat terhadap apa yang dapat
diberikan oleh sistim pendidikan untuk para siswa. Oleh karenanya, tujuan umum
menjelaskan profil siswa yang dicapai setelah mengikuti program pendidikan di
Sekolahpada jenjang waktu tertentu.
Tujuan di sini mencakup tujuan pendidikan dasar yang dalam standar nasional
sudah dirumuskan, yaitu: ”Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut”. Berdasarkan rumusan tersebut, setiap satuan pendidikan dapat
mengembangkan rumusan yang lebih spesifik yang sesuai dengan karakteristik masing-
masing.
c. Tujuan Sekolah
Bab 4 pada dokumen KTSP berisi kerangka dasar, struktur, dan muatan
kurikulum. Kerangka dasar menyajikan kelompok bidang studi dan cakupannya, serta
prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum. Kerangka dasar dikembangkan dengan mengacu
pada standar ini. Struktur kurikulum adalah pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum.
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 4 4 4
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8. Seni Budaya dan Ketrampilan 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 2 2 2
Kesehatan
10. Keterampilan/Teknologi Informasi dan 2 2 2
Komunikasi
B. Muatan Lokal 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)
Jumlah 32 32 32
Jumlah 40 40 -
Komponen
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Fiqih 2
2. Al Qur’an-Hadits 2
3. Aqidah-Akhlaq 2
4. Sejarah Kebudayaan Islam 1
5. Bahasa Arab 2
6. Pendidikan Kewarganegaraan 2
7. Bahasa Indonesia 4
8. Bahasa Inggris 4
9. Matematika 4
10. Ilmu Pengetahuan Alam 4
11. Ilmu Pengetahuan Sosial 4
12. Seni Budaya dan Ketrampilan 2
13. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2
14. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2
B. Muatan Lokal
1. Bimbingan Membaca Kitab 1
2. Agro Industri 2
Jumlah Komponen Mata Pelajaran dan Muatan Lokal 40
C. Pengembangan Diri 2*)
Terprogram :
1. Bimbingan dan Konseling
2. Kegiatan Ekstrakurikuler:
English Conversation
Arabic Conversation
Computer Course
Tidak Terprogram:
1. Kegiatan Rutin
2. Kegiatan Spontan
3. Kegiatan Keteladanan
Jumlah 40 jam
pelajaran
Keterangan:
(i) Alokasi waktu tiap 1 (satu) jam pembelajaran adalah 40 menit
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
(ii) Peserta didik memilih salah satu kegiatan ekstra kurikuler dan akan
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler tersebut selama 1 tahun
pelajaran ( kelas VII).
(iii) Alokasi waktu untuk pengembangan diri adalah ekuivalen 2 (dua)
jam pembelajaran dalam satu minggu.
a. Mata Pelajaran
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah tertuang dalam Standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata
pelajaran. Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan lgurusan keilmuan
yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai bahan belajar melalui metode dan
pendekatan tertentu. Kelompok mata pelajaran meliputi sebagai berikut:
(i) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
(ii) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
(iii) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(iv) Kelompok mata pelajaran estetika
(v) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
b. Muatan Lokal
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa salah satu yang penting harus
dikembangkan oleh satuan pendidikan adalah muatan lokal (mulok). Muatan lokal
merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan
pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan
dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan
mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan
melengkapi kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan
lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata
pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal, seperti Kaligrafi,
Marawis, Bertani, Kemampuan Berpidato dengan berbagai macam bahasa, Berternak,
dsb.
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Muatan lokal juga dapat dikembangkan dari hasil “analisis situasi dan kebutuhan”
dan ”penentuan aspek khusus” dalam tahapan penyusunan KTSP. Hasil telaah tentang
keadaan daerah, segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya
berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial
budaya, yang menjadi kebutuhan daerah untuk kelangsungan hidup dan peningkatan
taraf kehidupan masyarakat tersebut, dan disesuaikan dengan arah perkembangan
daerah serta potensi daerah yang bersangkutan dapat menjadi bahan untuk menyusun
muatan lokal. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
(i) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
(ii) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai
dengan keadaan perekonomian daerah
(iii) Meningkatkan penguasaan bahasa Arab dan Inggris untuk keperluan
sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan
belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)
(iv) Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
Selain itu, muatan lokal juga bisa dimunculkan sebagai kekhasan satuan
pendidikan. Misalnya, kekhasan satuan pendidikan di lingkungan pesantren. Kekhasan
pesantren sebagai sumber pengembangan muatan lokal berkaitan dengan karakteristik
pesantren. Dalam hal ini muatan lokal dapat berupa kajian kitab kuning atau ciri khas
organisasi (Kemuhammadiyahan atau Aswaja).
Peran, tugas, dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut
(i) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
(ii) Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;
(iii) Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan daerah masing-masing;
(iv) Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;
(v) Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan
lokal lainnya, yang dilakukan bersama madrasah, mengacu pada Standar
Isi yang ditetapkan oleh BSNP
keunggulan daerah dengan keragaman budaya dan kesenian khas daerah dan kondisi Sekolahyang ada di
daerah perkotaan, maka Sekolahmenganggap perlunya memberikan muatan lokal khas. Mulok untuk MTs
“X” yang diberikan berupa :
(i) Jurumiyah
(ii) Safinah
(iii) Amtsilati Tafsiriyah.
(iv) Bahasa Inggris
(v) Bahasa Daerah
(vi) Agro Industri
(vii) Bahasa Arab
(viii) Keterampilan Menjahit
(ix) Mebelair dll.
c. Pengembangan Diri
pendukung bimbingan konseling, kegiatan ekstra kurikuler, dan kegiatan lain dalam
bentuk kurikulum tersembunyi. Pelayanan bimbingan konseling merupakan pelayanan
bimbingan individual yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,
belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Berdasarkan kondisi objektif madrasah, kegiatan pengembangan diri yang dipilih dan ditetapkan adalah
sebagai berikut.
5) Pengembangan Seni Budaya Islam yang mencakup Seni membaca Al-Qur’an (Qira’ah), Seni
Nasyid, Seni Kaligrafi, ditujukan untuk mengembangkan :
• Potensi siswa dalam seni baca Al-Qur’an
• Iman, ketaqwaan, serta akhlak mulia
• Kemampuan siap tampil dan menjadi Juara MTQ tingkat kabupaten dan propinsi
• Grup nasyid yang dapat diperhitungkan di tingkat MTs dan di tingkat kabupaten
• Apresiasi siswa dalam kesenian Islam
6) Ketertiban-kedisiplinan Umum dan Tata Upacara serta Hidup Bersih melalui kegiatan
rutin, spontan, dan keteladanan, ditujukan untuk:
• Menanamkan perilaku tertib peraturan yang berlaku kepada semua warga madrasah
• Mengembangkan sikap disiplin diri
• Menjadikan upacara sebagai wahana untuk berlatih kedisiplinan, tanggung-jawab dan mampu
menempatkan diri
• Meningkatkan kesadaran siswa untuk menjaga kebersihan, kesehatan dan kerapihan diri masing-
masing.
• Meningkatkan kesadaran siswa untuk menciptakan lingkungan kelas khususnya, dan Sekolahpada
umumnya yang bersih, sehat, rapi, indah dan nyaman untuk belajar.
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Keterangan :
• Alokasi per jam pelajaran adalah 40 menit
• Semua siswa wajib mengikuti kegiatan layanan konseling
• Kegiatan ekstra wajib meliputi: Muhaddatsah, English Conversation, Pramuka, Tahfidz
Qur’an dan Hadits
• Kegiatan ekstra kurikuler pilihan adalah jenis pengembangan diri yang lain.
• Khusus untuk siswa kelas IX, diwajibkan mengikuti semua program ekstra kurkuler wajib
kecuali Pramuka.
• Kegiatan pengembangan diri dibina oleh praktisi Sekolahyang kompeten
dibidangnya.
• Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif,
serta perlu diberi keterangan untuk para siswa yang memiliki kemampuan,
prestasi, dan predikat yang telah di capai.
Banyaknya tugas terstruktur dan tidak tertruktur yang dapat diberikan kepada
peserta didik harus dapat diselesaikan dengan waktu maksimal 50% dari jumlah waktu
kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Satuan Kelas Satuan Jam Jumlah Jam Minggu Waktu Jumlah jam
Pendidikan Pemb. pembelajaran Efektif per Pembelajaran pertahun @
Tatapmuka perminggu tahun pertahun 60 Menit
(Menit) pelajaran
MTs-PSA 1927 Jam
Al- VII 40 47 41 Pembljrn(77.080 1.178
Azhariyyah Menit)
Sedangkan contoh penulisan Pendidikan Kecakapan Hidup dalam KTSP dapat dilihat
pada Box 6.
Box 5: Rincian Kecapakan Hidup yang dapat dintergrasikan ke dalam Mata Pelajaran
Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup dilaksanakan untuk memberikan kesempatan
kepada setiap peserta didik memperoleh bekal keterampilan dan keahlian yang dapat dijadikan sebagai
sumber penghidupannya. Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup dirancang dengan mengakomodasi
berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat serta mengimplementasikannya ke dalam program
pendidikan di madrasah, kurikulum yang merefleksikan kebutuhan masyarakat dan pembelajaran yang khas
dan terukur sehingga kompetensi lulusannya dapat memenuhi standard yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari
semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Satuan
pendidikan dapat memasukkan potensi lokal untuk diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran tertentu sebagai sumber belajar. Misalnya, potensi daerah Lampung sebagai
produsen Tapis dapat dijadikan sumber belajar pada mata pelajaran seni budaya (seni
rupa), IPS (kegiatan ekonomi), keterampilan pada aspek kerajinan berbasis keunggulan
lokal. Begitu juga industri krupuk di Gresik dapat digunakan sebagai sumber belajar
bagi pelajaran ketrampilan pengolahan pangan dan mata pelajaran ekonomi yasng
berbasis keunggulan lokal.
Salah satu kegiatan yang merupakan bentuk implementasi dari pendidikan ini adalah melalui
pembelajaran Trilingual yakni bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa Inggris, dan bahasa
Arab khusus pada mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Proses pembelajaran
pada ketiga mata pelajaran tersebut akan lebih diperkaya pada segi materi dengan menggunakan
bahasa inggris dan bahasa Arab sebagai pengantarnya secara bertahap. Adapun tahapan penggunaan
bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut .
• Tahun pertama : 25 % bahasa Inggris dan bahasa Arab, 75 bahasa Indonesia
• Tahun kedua : 50 % bahasa Inggris dan bahasa Arab, 50 % bahasa Indonesia
• Tahun Ketiga : 90 % bahasa Inggris dan bahasa Arab, 10 % bahasa Indonesia
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
g. Kalender Pendidikan
6. BAB V Kriteria
1. Ketuntasan Belajar
Menyusun KKM
(vi) Remedial dilaksanakan setiap saat baik pada jam efektif maupun jam
tidak efektif. Penilaian kegiatan remedial dapat melalui tes maupun
penugasan.
(vii) Nilai KKM dinyatakan dalam bilangan bulat 0 -100
(viii) Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa
(LHBS)
KKM merupakan target ketuntasan minimal untuk setiap aspek penilaian mata
pelajaran, yang telah ditetapkan oleh masing-masing Madrasah. Untuk menentukan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dihitung berdasarkan empat komponen
yaitu: essensial, kompleksitas, daya dukung, intake. Karena semua kompetensi dasar itu
adalah esensial, maka pertimbangan yang perlu diperhatikan hanyalah ketiga komponen
yang lain.
Suatu mata pelajaran (atau KD) memiliki tingkat kompleksitas tinggi, bila dalam
pelaksanaannya menuntut: (i) SDM yang kompeten dan kreatif dalam melaksanakan
pembelajaran, (ii) waktu cukup lama karena perlu pengulangan, dan (iii) perlu penalaran
dan kecermatan yang tinggi dari siswa. Yang dimaksud dengan kemampuan sumber
daya pendukung yaitu ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang
sangat dibutuhkan, BOP, manajemen madrasah, dan kepedulian stakeholders
madrasah.
KKM dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan perhitungan kasar
menggunakan rentang nilai 1 sampai 3 atau secara lebih halus dengan rentangan nilai
dari 1 sampai 100 untuk setiap komponen yang dinilai dengan menggunakan tabel
penilaian sebagai berikut.
pembelajaran matematika ”sedang” berarti nilainya 2; dan intake dari nilai rata-rata
siswa ”sedang” berarti nilainya 2. Karena maksimum skor rentang kasar adalah 3+3+3
= 9, maka nilai KKM matematika (berdasarkan rentang kasar) adalah (1+2+2) : 9 x 100 =
55,6.
Sementara itu apabila menggunakan nilai rentang halus untuk kompleksitas 50-
60, daya dukung 61-80, dan tingkat kemampuan 61-80, maka rentang KKM untuk mata
pelajaran matematika menjadi: (50 + 61 + 61)/3 = 57,33 ≤ KKM ≤ (60+80+80)/3 = 73,3.
Apabila kesulitan dalam menentukan kriteria penilaian pada setiap komponen itu,
maka penentuan nilai tersebut dapat didiskusikan dalam forum Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP).
Rata-rata KKM juga dijadikan bahan pertimbangan siswa untuk naik kelas,
jika rata-rata nilai KKM dari semester 1 dan semester 2 di bawah rata-rata
ketuntasan, maka siswa dinyatakan tidak naik kelas. Kenaikan kelas diartikan
sebagai proses pengambilan keputusan bagi peserta didik untuk naik atau tidak
naik dari suatu tingkat kelas ke tingkat kelas berikutnya, yang didasarkan pada
perolehan kualifikasi dan kompetensi tertentu sesuai dengan jenjang yang
dipersyaratkan dan melalui suatu proses penilaian atau evaluasi yang
komprehensif. Penentuan kriteria kenaikan kelas diatur dengan mengikuti aturan
dari pusat dan juga ditambahkan sendiri oleh madrasah.
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan pada satuan pendidikan dasar dan menengah setelah :
Formula kelulusan
NK= A+B+C
3
Dengan keterangan sbb :
• NK = Nilai rata-rata kelulusan
• A = Rata-rata nilai rapor semester 1 sampai IV
• B =Rata-rata nilai ujian tingkat Madrasah
• C = Rata rata nilai ujian nasional
• Predikat kelulusan berdasarkan kategori sebagai berikut.
• NK Lebih besar atau sama dengan 8,5 : Sangat baik
• NK Lebih besar atau sama dengan 7,5 dan kurang dari 8,5 : Baik
• NK Kurang dari 7,5 : Cukup
3. Ketentuan Mutasi
BAB IV
PENYUSUNAN SILABUS DAN RPP
a. Pengertian Silabus
Silabus adalah satu bagian dari kurikulum dan silabus mengacu pada deskripsi dari satu
mata pelajaran tertentu, misalnya Matematika atau Bahasa Indonesia. Silabus
merupakan pedoman yang dipakai guru dalam merencanakan program pembelajaran
bagi peserta didik. Pada umumnya silabus mengandung rincian hasil belajar yang
diharapkan, kegiatan belajar-mengajar, metode yang digunakan menilai siswa, isi
pelajaran yang harus dibahas, sumber atau materi pelajaran yang bisa dipakai dalam
proses belajar-mengajar, dan alokasi waktu. Kurikulum merupakan konsep yang lebih
luas dibandingkan silabus karena kurikulum mencakup latar belakang dan filosofi di
belakang penyusunan berbagai silabus.
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
kelompok dalam sebuah madarsah atau beberapa madrasah/madrasah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan
Dinas Pendidikan. Silabus disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersang-
kutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi Sekolahdan lingkungannya.
Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengem-
bangan silabus secara mandiri, maka pihak Sekolahdapat mengusahakan untuk
membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan
digunakan oleh Sekolahtersebut.
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun silabus, yaitu:
(i) konsisten, yaitu adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas)
antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
(ii) memadai, yaitu cakupan indikator, materi pokok, kegiatan belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
(iii) ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung-jawabkan secara
keilmuan.
(iv) relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
(v) sistematis, yaitu komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
(vi) aktual dan kontekstual, yaitu cakupan indikator, materi pokok, kegiatan
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata,
dan peristiwa yang terjadi.
(vii) fleksibel, yaitu keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di Sekolahdan tuntutan masyarakat. Pemilihan media, bahan ajar,
dan kegiatan pembelajaran dapat mengakomodasi
(viii) menyeluruh, yaitu komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor)
Jabaran kompetensi
Standar Kompetensi
Pemahaman Penerapan Alokasi Waktu
Kompetensi Dasar
Konsep
Keterangan :
• Jabaran pemahaman konsep diisi ruang lingkup konsep yang diperlukan untuk mencapai
suatu Kompetensi Dasar
• Jabaran penerapan diisi keterampilan dan penerapan perilaku yang perlu dilatihkan untuk
mencapai suatu Kompetensi Dasar
• Alokasi waktu diisi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan setelah mempertimbangkan
cakupan isi dan keterampilan yang harus dilatihkan dari suatu Kompetensi Dasar
Panduan Praktis Penyusunan KTSP
Jabaran kompetensi
Standar Alokasi
Kompetensi Dasar
Kompetensi Pemahaman Penerapan Waktu
Kinerja Ilmiah
konsep Konsep
Standar
Kompetensi
Kompe Karakteristik Keterampilan Aspek kebahasaan
Dasar
tensi
• Karakteristik keterampilan diisi dengan fokus keterampilan yang termuat dalam KD.
Misalnya, termasuk membaca pemahaman, membaca bersuara, mendengar, berbicara,
atau menulis. Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris juga bisa ditambahkan jenis teks yang
terkandung dalam KD.
7. Menentukan
2. Pendalaman
penilaian
SK/ KD dan pemetaan
(tes/non-tes) Langkah –
langkah
Penyusunan
Silabus
6. Merumuskan 3. Menentukan
indikator kompetensi dasar
Dalam melakukan pemetaan SK/KD setiap mata pelajaran perlu diperhatikan prinsip-
prinsip berikut.
(i) Semua KD dalam Standar Isi sebagai standar minimal harus tercakup pada
pemetaan. Guru boleh menambahkan KD sebagai pengetahuan prasarat jika
menganggap kondisi siswa masih memerlukan pengetahuan prasarat untuk
mencapai kompetensi dasar tertentu.
(ii) Memetakan dengan tujuan memudahkan siswa untuk mencapai KD dan
kebermaknaan penyajian KD dengan konteks siswa
(iii) Mengaitkan atau mendekatkan KD yang mempunyai hubungan fungsional
(iv) Pemetaan mempertimbangkan kondisi siswa dan kondisi prasarana madrasah
(v) Apabila urutan KD yang terdapat dalam standar isi sudah dikaji dan dianalisis
ternyata sudah sesuai urutannya dengan kondisi siswa dan kondisi madrasah,
guru dapat menggunakan urutan yang terdapat pada Standar Isi
Aspek
Unit Keterampilan
Alokasi kebahasaan
bahasan
Waktu Mende Berbi- Mem- Menu
(Tema)
ngarkan Cara Baca Lis
SILABUS
Mata Pelajaran :
Kelas :
Semester :
Alokasi
Komptensi Materi pokok Kegiatan Indikator Penilaian Sumber
Waktu
dasar pembelajaran Belajar
Ditetapkannya format urutan penyusunan silabus seperti box 13, didasari oleh alasan
logis bahwa rumusan setiap KD adalah kata kerja dan obyek. Obyek KD dijadikan bahan untuk
mengembangkan materi pokok, karena itu materi pokok ditampilkan pada kolom kedua. Kata
kerja digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran, karena itu
kegiatan pembelajaran ditampilkan pada kolom ketiga. Selanjutnya untuk mengetahui apakah
kegiatan pembelajaran sudah berhasil atau belum, terutama dalam menuntaskan KD, maka
perlu dirumuskan indikator pencapaian KD. Untuk mengukur ketercapaian indikator, diperlukan
instrumen penilaian, karena itu kolom berikutnya adalah penilaian. Berikutnya, untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran, diperlukan sumber/media belajar dan untuk menuntaskan satu KD
diperlukan berapa lama, karena itu kolom berikutnya adalah sumber belajar dan alokasi waktu.
Dalam rumusan kompetensi dasar (KD) selalu memuat kata kerja dan obyek. Materi
pokok dikembangkan berdasarkan pada obyek dari rumusan KD. Yang selanjutnya dapat
ditentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok tersebut. Materi dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
Pada saat memilih muatan mana yang akan dimasukkan dalam silabus, sebagian besar
penulis cenderung untuk lebih menyukai pendekatan pengetahuan untuk memilih materi yang
artinya bahwa mereka berkonsentrasi pada pengumpulan pengetahuan, keahlian dan nilai dari
mata pelajaran tersebut secara bertahap, sedangkan penulis yang lain lebih menyukai
pendekatan proses yang berarti bahwa mereka percaya bahwa yang terpenting adalah
kemampuan untuk memperoleh dan memproses pengetahuan—mereka menyatakan bahwa
guru tidak akan pernah bisa mengetahui semua pengetahuan yang ada dan yang dipelajari
guru pelajari hari ini tak lama lagi bisa menjadi tidak relevan.
Ketika akan menulis silabus, kita akan merinci beberapa kriteria yang perlu
dipertimbangkan ketika menentukan materi /isi apa yang akan dimasukkan. Sebelum bergerak
menuju ke tahap berikutnya, kita harus mengingatkan bahwa banyak kurikulum dan silabus
telah menjadi terlalu sarat beban. Seringkali materi terlalu banyak yang kan dimasukkan dalam
silabus. Penulis silabus hendaknya menyadari dan hanya memasukkan apa yang sesuai
dengan dengan kompetensi yang akan dicapai dan paling layak untuk para siswa dalam tahap
perkembangannya tersebut. Prinsip pemilihan materi pokok duraikan berikut.
Setelah ditetapkan materi pokok yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
(KD), selanjutnya dirumuskan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi
pokok tersebut, sedemikian hingga KD mudah dicapai. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Pengalaman belajar juga mencakup kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
Dengan memfokuskan pada pengalaman belajar, kita akan lebih jelas menentukan cara
terbaik untuk merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk para siswa kita. Guru yang
kemudian akan lebih kenal dengan ‘pembelajaran berbasis siswa’ melihat bahwa cara ini akan
lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan ‘pendekatan berpusat pada guru’.
Pada saat kita memfokuskan pada pengalaman belajar, kita mencoba berpikir lebih luas
tentang pengalaman belajar yang sesuai untuk tujuan atau standar kompetensi tertentu
sehingga istilah yang lebih luas dibandingkan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
mencakup semua aktivitas yang disediakan untuk para pelajar dalam situasi belajar mengajar
yang memungkinkan para siswa untuk memperoleh isi yang telah dipelajari dan mencapai
kompetensi belajar, hasil, sasaran dan tujuan dari kurikulum. Kegiatan pembelajaran
mencakup segala hal yang direncanakan dan disampaikan oleh guru termasuk juga
pembelajaran mandiri dari para siswa. Banyak penyusun kurikulum yang sekarang
menggunakan istilah strategi belajar mengajar dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran.
Agar para siswa menjadi pelajar yang lebih baik, para guru membutuhkan bekal
pengetahuan tentang:
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 66 dari 141
(i) bagaimana para siswa belajar [beberapa diantara siswa mampu berpikir secara
verbal dengan lebih baik dan lainnya lebih suka menggunakan gambar,
beberapa orang siswa belajar lebih baik dengan melakukan sesuatu, yang lain
dengan menonon, meraba dan merasakan atau dengan berpikir, dan
sebagainya.
(ii) berbagai strategi belajar seperti interaktif, kelompok kecil dan pengajaran
dengan penelitian/ investigasi.
(iii) metode pembelajaran yang ‘berpusat pada siswa’.
Selain itu, ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
(i) Kegiatan pembelajaran disusun berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan
prinsip pelaksanaan kurikulum yang memusatkan kegiatan pembelajaran kepada
siswa.
(ii) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
(iii) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
materi pembelajaran.
(iv) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu
kegiatan siswa dan materi.
Indikator
Di bawah ini dicontohkan (sebagian) kata kerja operasional untuk merumuskan indikator.
(i) Apakah alat asesmen sesuai dengan indikator suatu kompetensi dasar?
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 69 dari 141
Guru perlu memutuskan cara yang paling tepat untuk mengukur kompetensi dan
indikator yang sebenarnya untuk menunjukkan bahwa apa yang diharapkan telah berhasil
dicapai. Dalam penulisan silabus yang berhubungan dengan pengukuran kompetensi siswa,
terdapat dua prinsip penting yang harus dipertimbangkan oleh penyusun silabus.
(ii) Penilaian harus berhubungan dengan kompetensi dan indikator yang telah
ditetapkan. Secara garis besar, kompetensi atau hasil yang tidak dapat diukur
tidaklah perlu diukur.
.
6. Menentukan Alokasi Waktu dan Sumber Belajar
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan
jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentinggan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu
rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Untuk itu, perlu dilhat kembali pemetaan hasil bedah KD yang telah dilakukan pada kegiatan
sebelumnya..
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan
fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip pelaksanaan kurikulum yang ditetapkan sumber
belajar yang dipilih diharapkan banyak memanfaatkan lingkungan sekitar.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 70 dari 141
Untuk melengkapi uraian tentang langkah dalam menyusun silabus, berikut disampaikan
kiat-kiat tambahan agar silabus yang disusun menjadi lebih baik.
(i) Kumpulkan sumber-sumber belajar yang tersedia dan terkait (sebelum mulai
menulis silabus).
(ii) Buatlah semaksimal penggunaan sumber belajar lokal, termasuk sumber belajar
dari rumah dan masyarakat/lingkungan
(x) Pastikan bahwa materi sesuai dengan mayoritas tingkatan berpikir siswa.
Konsep yang dipelajari tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.
(xi) Pastikan bahwa materi disusun dengan urutan yang masuk akal, tergantung dari
karakteristik mata pelajaran, seperti :
• Merancang konsep dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit dalam
langkah-langkah sederhana
• Dari topik yang menjadi prasyarat menuju topik yang ahli/mahir
(advanced)
• Dari konsep yang umum ke yang khusus
• Dari contoh/kasus personal/individu ke konsep umum
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 71 dari 141
(xii) Indikator ketercapaian KD harus dinyatakan dengan jelas, apa yang telah dicapai
siswa sebagai bukti bahwa siswa telah menguasai suatu kompetensi dasar.
Indikator berkaitan erat dengan penilaian karena indikator tersebut akan diukur
diharapkan bisa dilakukan setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
(xiii) Perjelas keterkaitan antara KD – materi pokok – kegiatan pembelajaran –
indikator. Bahwa materi pokok adalah apa yang harus dipelajari oleh siswa
supaya bisa mencapai kompetensi yang ditetapkan. Kegiatan pembelajaran
menggambarkan apa yang seharusnya terjadi di kelas dan indikator merujuk
pada apa yang harus dicapai.
(xiv) Sediakan alat pengukuran penilaian yang bervariasi, agar dapat mengukur
potensi dan kemampuan siswa secara komprehensif. Penilaian yang bervariasi
juga dapat menghasilkan data kemampuan siswa secara utuh (dari berbagai
aspek, sesuai bidang studi).
(xv) Pastikan bahwa alat penilaian untuk kegiatan pembelajaran adalah sesuai dan
realistis untuk dapat dilakukan.
(xvi) Pilihlah sumber belajar yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan
materi yang akan dipelajari. Sumber belajar dapat berupa: buku cetak/wajib (text
books), peta, peralatan, pembicara tamu, masyarakat lokal, kaset, radio, dan TV
merupakan sumber-sumber yang memungkinkan. Dalam menuliskan sumber
belajar harus jelas dan eksplisit. Misalnya, kalau mencantumkan buku cetak
sebagai sumber belajar, maka harus jelas judul buku, penulis, penerbit, dan
tahun terbitnya.
Setelah silabus disusun, perlu dilihat lagi apakah silabus tersebut sudah meenuhi syarat
atau belum. Berikut ini adalah rambu-rambu memvalidasi silabus.
(i) Rambu-rambu umum
i. Pengertian RPP
RPP merupakan perangkat pembelajaran yang harus dibuat oleh seorang guru ketika
akan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan di dalam silabus.
Lingkup RPP sebaiknya dibuat dengan mengacu “satu RPP untuk satu KD”. Tetapi untuk mata
pelajaran tertentu yang berbasis pada tema, satu RPP bisa mencakup beberapa KD. Hal ini
sangat fleksibel. Adapun dibuat satu RPP untuk satu KD dengan alasan bahwa dalam
kurikulum yang berbasis kompetensi yang “terpenting” dalam proses pembelajaran adalah
pencapaian KD. Dan dalam satu RPP diakhiri dengan penilaian, sehingga penilaian tersebut
“benar-benar” sebagai ukuran ketercapaian KD. Dalam satu KD bisa terdiri atas 1 (satu) atau
beberapa indikator. Karena itu dalam merancang kegiatan pembelajaran juga bisa
mempertimbangkan ketercapaian indikator tersebut.
(i) Menuliskan kembali KD dan indikator yang telah ditentukan pada silabus
Tujuan pembelajaran adalah hal yang akan dicapai dalam pembelajaran. Tujuan
pembelajaran harus mencerminkan ketercapaian KD. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dan dijabarkan sesuai dengan karakteristik dan cakupan kompetensi
dasar. Tujuan bisa berupa jabaran tahapan logis dari KD (satu KD beberapa
tujuan ) atau bisa juga sama dengan KD (satu KD satu tujuan pembelajaran).
Kedalaman tujuan disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Misalnya
dicontohkan berikut.
Metode yang dipilih harus bertumpu pada prinsip pelaksanaan kurikulum yaitu
penggunaan multistrategi sehingga siswa belajar dalam suasana aktif, kreatif,
dan menyenangkan serta belajar hidup bersama/bekerja sama. Metode yang
dapat dipilih bisa bermacam-macam, antara lain: metode inkuiri, pemodelan,
jigsaw, tanya- jawab, TGT (Tournament Game Team), simulasi, out door activity,
diskusi kelompok, dan sebagainya. Beberapa contoh metode pembelajaran akan
dibahas lebih lanjut pada bagian lain.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/simpulan
pelajaran.
b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Pendahuluan
Bertanya jawab tentang pengetahuan/ keterampilan yang terkait dengan KD
Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan atau mengaitkan KD dengan
dunia nyata
Kegiatan Inti
Melakukan modelling/simulasi untuk menemukan konsep
Bertanya jawab/ berdiskusi tentang model/ simulasi yang telah dilakukan
Menyimpulkan langkah yang benar untuk melakukan
Praktik melakukan secara bergantian/ dalam kelompok
Saling mengomentari praktik yang dilakukan
Kegiatan penutup
Merefleksi apa yang telah dilakukan dan manfaatnya dalam kehidupan
Mengambil hikmah dari kegiatan yang dilakukan
Memberi tugas lanjutan
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 77 dari 141
Pendahuluan
Menunjukkan gambar peristiwa dan bertanya jawab tentang hal yang terkait
dengan kompetensi dasar
Bertanya jawab tentang apa yang akan dipelajari dan manfaatnya
Kegiatan Akhir
Menyimpulkan konsep yang ditemukan
Merancang tugas pengayaan untuk penerapan konsep
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 78 dari 141
Pendahuluan
Bertanya jawab tentang produk yang terkait dengan KD
Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan atau dan manfaat mengaitkan
KD dengan dunia nyata
Kegiatan Inti
Mengamati model teks (struktur isi dan bentuk)
Bermain mengurutkan bagian teks
Bertanya jawab tentang aspek teks yang terkait
dengan indikator
Menulis draf
Menulis sesuai dengan indikator
Belanja dan saling mengoreksi dengan rubrik
yang telah disiapkan guru
Revisi berdasarkan masukan teman /guru
Kegiatan Penutup
Menyimpulkan langkah yang ditemukan dalam menghasilkan produk
Merancang tugas pengayaan untuk merevisi karya yang dihasilkan
Pada RPP, wujud alat Penilaian dan penilaiannya sudah dirancang secara
operasional (siap pakai). Kalau di silabus disebut tes tulis berarti di RPP
dikembangkan wujud tes tersebut. Jika pada silabus disebut tes unjuk kerja
berpidato berarti pada RPP dikembangkan perintah untuk berpidato dan
illustrasinya dengan rubrik/pedoman penilaiannya.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 79 dari 141
(vi) Melengkapi RPP dengan alat operasional lain yang dirujuk pada kegiatan
pembelajaran
Cermati kegiatan pembelajaran pada RPP dan kembangkan alat/ media/ bahan
yang diperlukan untuk mendukung operasional RPP. Misalnya, LKS untuk
mendukung percobaan, kegiatan membaca, CD yang yang harus diamati, contoh
surat yang harus diamati, bahan yang harus didiskusikan, panduan pertanyaan
untuk menggali informasi/ merangsang pertanyaan siswa, dan sebagainya
(vii) Menuangkan rumusan RPP ke dalam format baku dengan contoh sbb.:
I. Indikator : ......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
II. Tujuan pembelajaran : ......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
III. Materi pembelajaran : ......................................................................................................
......................................................................................................
IV. Metode pembelajaran: ......................................................................................................
......................................................................................................
Untuk membuat para siswa menjadi pebelajar yang lebih baik, para guru membutuhkan
pengetahuan tentang bagaimana para siswa belajar. Perbedaan gaya belajar dan gaya berpikir
siswa perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang
lebih baik dalam berpikir verbal dan ada siswa yang lebih suka menggunakan gambar, serta
ada siswa yang lebih suka dalam belajar dengan aktifitas. Karena itu rancangan kegiatan
pembelajaran harus benar-benar memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk
mengembangkan diri secara optimal.
Sebelum berlanjut untuk mendiskusikan isi, nampaknya ada gunanya kita mengingat
fakta bahwa karena setiap siswa punya cara belajar yang mereka sukai sendiri, para guru harus
mencoba menerapkan berbagai strategi pembelajaran jika mereka ingin parasiswa
mendapatkan kesempatan yang maksimal untuk belajar. Kita akan secara singkat mengulas
kembali cara bagaimana siswa belajar.
(i) Ada siswa yang belajar dengan cara melakukan, ada yang dengan melihat, ada
juga yang dengan merasa, yang lainnya mungkin dengan berpikir. Meskipun
seorang siswa mungkin menggunakan keempat metode ini dalam belajar, pasti
ada satu ang mereka lebih sukai. Bagaimana dengan Guru, metode apa yang
lebih disukai Guru
(ii) Berikut adalah sejumlah cara lain untuk melihat preferensi belajar. Ada yang
lebih suka dengan cara verbal (verbaliser) sementara lainnya lebih suka dengan
melihat (imager). Ada yang suka memproses informasi sebagai keseluruhan
(wholist). Sementara yang lainnya lebih suka memproses suatu informasi
sebagai bagian-bagian (analytick). Sekali lagi, kita menggunakan berbagai
metode ini dalam belajar, tetapi kita pasti punya semacam kesukaan terhadap 1
metode. Metode mana yang lebih disukai Guru
Banyak riset yang dilakukan untuk mengetahui cara-cara orang belajar. Berdasarkan
penelitian-penelitian ini, para ahli pendidikan telah mengembangkan sejumlah teori mengenai
cara-cara orang belajar yang dari situ kemudian strategi pengajaranpun disesuaikan untuk tiap
gaya belajar yang berbeda. Intinya adalah tidak ada satupun strategi pengajaran/pembelajaran
yang cocok untuk semua siswa. Untuk itu, para guru harus menggunakan banyak strategi
pengajaran/pembelajaran jika mereka ingin para siswa mendapatkan kesempatan belajar yang
maksimal.
Bagaimana mungkin pembelajaran akan efektif jika banyak guru hanya menggunakan
metode ceramah sementara lebih dari 70% siswanya tidak menyukai cara itu. Bagaimana
pengalaman Guru di Indonesia? Untuk menambah pengetahuan Guru mengenai konsep ini,
gambar 03 dan 04 dibawah memperjelas informasi yang tadi didiskusikan di butir (a )dan (b)
untuk mengembangkan suatu konsep yang menggambarkan satu dari sekian banyak cara
dalam hal gaya belajar yang berbeda. Diagram itu juga mendeskripsikan tiap gaya pembelajar.
Diagram 2 menggunakan informasi pada diagram 1 untuk mendeskripsikan gaya belajar yang
cocok untuk setiap jenis pembelajar. Meskipun Guru kurang kenal dengan hal ini, tidak ada
salahnya kita mempelajari hal ini untuk kemudian dicobakan dalam pengajaran Guru. Mudah-
mudahan hal ini bisa memotivasi Guru untuk selalu mencoba berbagai strategi pengajaran,
pembelajaran yang lain untuk membantu siswa belajar.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 81 dari 141
(i) Diskusi terbuka: Ajukan pertanyaan pada seluruh siswa atau kelompok. Untuk
menghindari pemborosan waktu, guru dapat menyatakan sebelumnya bahwa
hanya meminta 4 atau 5 siswa untuk mengajukan pendapat dengan
mengacungkan tangan.
(ii) Kartu respon: Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau
potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain.
(iii) Poling: Guru melakukan survey singkat untuk memperoleh data secara cepat.
Hal ini dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta siswa
mengangkat tangan atau mengangkat kartu jawaban
(iv) Diskusi kelompok: Guru meminta siswa berkelompok dengan anggota tiga atau
lebih untuk berbagi informasi, mendiskusikan
(v) Belajar berpasangan: Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas atau
berdiskusi dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan
cocok untuk mengerjakan tugas yang rumit.
Beberapa tugas yang dapat diberikan pada kegiatan belajar berpasangan:
• Mendiskusikan bacaan singkat
• Saling bertanya terkait dengan reaksi pasangan terhadap tugas
membaca, materi pelajaran atau yang lainnya
• Saling mengritik pekerjaan pasangan
• Saling bertanya tentang hasil membaca
• Merangkum pelajaran yang baru diberikan
• Mengembangkan pertanyaan yang akan diajukan pada guru
• Mengalisis masalah tertentu, latihan atau percobaan
• Saling menguji pasangan
• Merespon pertanyaan yang diajukan guru
• Membandingkan catatan pelajaran yang dibuat di kelas
(vii) Fishbowl (diskusi melingkar): Guru meminta beberapa siswa untuk melakukan
diskusi secara melingkar dan siswa yang lain mendengarkan dalam format
melingkar di luar nya. Kemudian buat lingkaran kecil di dalamnya untuk
melanjutkan diskusi
KONKRET
MELAKUKAN
MELIHAT
ABSTRAK
KONKRET
Diskusi
MELAKUKAN
MELIHAT
ABSTRAK
(i) Guru membuat kaitan dengan cara bertanya jawab tentang apa yang telah
dipelajari dan hubungannya dengan apa yang akan dipelajari
(ii) Mengaitkan apa yang akan dipelajari dengan peristiwa di sekitar/ yang dialami
siswa
(iii) Menunjukkan peristiwa aktual dan bertanya jawab kaitannya dengan apa yang
akan dipelajari
(iv) Melakukan gerakan atau bernyanyi yang sesuai dengan apa yang akan dipelajari
(v) Cerita atau visualisasi yang menarik: Guru menyediakan cerita fiksi, gambar,
grafik atau alat visual lain yang relevan untuk menarik perhatian siswa terhadap
apa yang akan dipelajari.
(vi) Permasalahan: Guru mengajukan permasalahan yang terkait dengan pelajaran
yang akan disampaikan
(vii) Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan pada siswa sehingga mereka
termotivasi untuk mengikuti pelajaran
(i) Mengamati contoh dan ilustrasi: Guru menyediakan contoh dan ilustarsi dalam
kehidupan sehari-hari yang terkait dengan pelajaran. Guru juga dapat membuat
perbandingan antara materi pelajaran dengan pengalaman siswa.
(ii) Melakukan demonstrasi dengan alat peraga tertentu. Guru menggunakan alat
peraga untuk mendemostrasikan suatu peristiwa/ konsep/ cara kerja ketika
menjelaskan sesuatu. Misalnya ketika menjelaskan warna-warna dalam pelangi
guru dapat menggunakan gelas yang berisi air untuk percobaan pelangi. Siswa
mendiskusikan demonstrasi yang dilakukan guru dipandu pertanyaan-
pertanyaan yang relevan
(iii) Melibatkan siswa dalam melakukan pengamatan, investigasi, wawancara
dengan nara sumber, berdiskusi, bermain, mencoba/ berlatih keterampilan
tertentu
(iv) Menantang: Hentikan pelajaran secara periodik dan ajukan pertanyaan yang
menantang pada siswa, misalnya memberikan contoh dari pelajaran yang
disampaikan atau menjawab kuis.
1. Prinsip-Prinsip Penilaian
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan asesmen dan penilaian, yaitu:
(i) Berorientasi pada kompetensi, yaitu harus mampu menentukan apakah siswa
telah mencapai kompetensi yang dimaksudkan dalam kurikulum
(ii) Menyeluruh, penilaian hendaknya menilai siswa secara menyeluruh, mencakup
semua aspek perilaku yakni kognitif, afektif dan psikomotor.
(iii) Valid, penilaian harus dapat memberikan informasi yang akurat tentang hasil
belajar siswa.
(iv) Adil dan terbuka, penilaian harus adil terhadap semua siswa dan semua kriteria
dan pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak.
(v) Mendidik, penilaian merupakan penghargaan bagi siswa yang berhasil dan
sebagai pemicu bagi siswa yang kurang berhasil.
(vi) Menyeluruh, penilaian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknik dan
prosedur untuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
(vii) Berkesinambungan, penilaian hendaknya dilakukan secara terencana dan terus-
menerus, dan
(viii) Bermakna, penilaian yang dihasilkan diharapkan benar-benar menggambarkan
perilaku yang sesungguhnya dari siswa. Karena tidak ada satupun bentuk
penilaian yang dapat menghadirkan gambaran yang otentik, maka diharapkan
guru menggunakan berbagai bentuk penilaian.
Penilaian dapat dilakukan dalam bentuk penilaian kerja (performance Penilaian), melalui
portofolio, penilaian afektif, dan rubrik.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dapat didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang meminta siswa
untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan dan kelakuan
kerjanya ke dalam berbagai tugas yang bermakna dan melibatkan siswa sesuai dengan kriteria
yang diinginkan. Karakteristik dari tes kinerja ada dua: 1) peserta tes diminta untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam
suatu aktivitas (perbuatan) seperti melakukan eksperimen, praktek dan sebagainya. 2) Produk
dari tes kinerja lebih penting dari pada perbuatan atau kinerjanya.
Kedua, memilih kegiatan yang cocok untuk menilai siswa. Selain berdasarkan tujuan
penilaian hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan untuk penilaian kinerja
antara lain adalah:
(i) Batasan waktu yang tersedia
(ii) Ketersediaan sumber daya alat di kelas.
(iii) Seberapa banyak data yang diperlukan untuk mengetahui kualitas kinerja
siswa.
Kegiatan dalam penilaian kinerja dapat dibedakan menjadi informal dan formal. Kegiatan
informal dilakukan jika guru menilai kinerja siswa tanpa sepengetahuan siswa misalnya menilai
siswa berinteraksi dan bekerja dengan teman-temannya. Penilaian kinerja formal adala
penilaian kinerja dimana siswa mengetahui bahwa dirinya dinilai dengan melalui kegiatan yang
menunjukkan kinerjanya maupun menyelesaikan suatu proyek.
Keempat, menyusun rubrik kinerja. Penilaian kinerja tidak memiliki kriteria benar salah
melainkan ingin mengetahui derajat kesuksesan atau kualitas. Untuk itu diperlukan sebuah
rubrik yang sederhana dan jujur yang mencerminkan kriteria kinerja.
Kelima, menilai kinerja. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menilai kinerja
antara lain adalah:
(i) Teknik ceklis, dalam pendekatan ini guru mengindikasi apakah elemen
tertentu kinerja terdapat dalam ceklis.
(ii) Teknik naratif, pada pendekatan ini guru menuliskan narasi apa yang
terjadi pada saat pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan ini guru
dapat menentukan seberapa dekat kinerja siswa dengan standar yang
ada.
(iii) Teknik skala rating, dalam pendekatan ini guru mengidentifikasi seberapa
besar derajad kinerja mendekati standar.
(iv) Metode hapalan, dalam hal ini guru menggurulkan memorinya untuk
menentukan apakah siswa sukses atau tidak.
Penilaian Portofolio
Melalui penilaian portofolio itu, berbagai hal didapatkan oleh Bu Nindi misalnya apakah
seseorang mengalami kemajuan dalam menggambar dan menulis dalam semester ini. Siapa
yang memiliki potensi menulis yang besar, dan siapa siswa yang mengalami kesulitan. Bu Nindi
juga bisa menunjukkan kepada orang tua tentang perkembangan atau ketidakberkembangan
siswa. Secara umum Bu Nindi juga dapat mengevaluasi pembelajarannya.
Penilaian Afektif
Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek non intelektual seperti sikap,
minat, motivasi dan sebagainya. Penilaian afektif diperlukan mengingat afektif berpengaruh
terhadap perilaku siswa di masa depan. Alasan mengapa kita perlu mempromosikan
pentingnya sikap positif siswa terhadap belajar karena siswa yang memiliki sikap positif
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 87 dari 141
terhadap belajar akan menjadi pembelajar di masa depan. Banyak studi juga menunjukkan
bahwa sikap dan minat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Beberapa hal yang dapat menjadi fokus penilaian afektif adalah sikap, antara lain:
(i) Sikap terhadap mata pelajaran. Siswa seharusnya memiliki sikap yang
lebih baik pada suatu mata pelajaran (misalnya matematika) pada akhir
semester dari pada ketika mata pelajaran tersebut diberikan pertama kali.
Setidaknya siswa tidak memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran
setelah pembelajaran berlangsung.
(ii) Sikap positif terhadap belajar. Siswa diharapkan memiliki sikap yang baik
terhadap belajar. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar
cenderung menjadi pembelajar pada masa depan.
(iii) Sikap positif terhadap diri sendiri. Meskipun harga diri siswa dipengaruhi
oleh keluarga dan kejadian di luar madrasah, hal-hal yang terjadi di kelas
diharapkan dapat meningkatkan harga diri siswa.
(iv) Sikap positif terhadap perbedaan. Siswa perlu mengembangkan sikap
yang lebih toleran dan menerima perbedaan seperti etnik, jender,
kebangsaan dan keagamaan.
(v) Selain itu penilaian afektif juga dapat melihat fokus nilai semacam
kejujuran, integritas, keadilan dan nilai kebebasan
1. Aisah
2. Ahmad
3. Bahruddin
4. Burhanuddin
5. Cut Yanit
6. Dahlan
7. Fatimah
8. Rubrik
Fahriyah
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 88 dari 141
Rubrik penskoran (scoring rubric) yang sering dikenal dengan rubrik merupakan
gambaran skema penskoran yang dibuat oleh guru atau evaluator sebagai panduan dalam
menganalisis/menskor produk yang dihasilkan siswa atau proses yang dilakukan oleh siswa.
Rubrik umumnya diterapkan ketika kita harus melakukan justifikasi kualitas atau mengevaluasi
permasalahan dan aktivitas-aktivitas yang luas. Contoh sederhana rubrik adalah pedoman
penskoran yang kita buat untuk menskor hasil tes esay siswa. Tanpa adanya rubrik mungkin
penskoran kita akan bias dan dipengaruhi ole perasan sesaat kita atau dengan kata lain tidak
obyektif.
Rubrik diperlukan atau tidak diperlukan tidak bergantung pada mata pelajaran atau
tingkat kelas, tetapi lebih kepada tujuan Penilaiant. Rubrik sering digunakan dalam portofolio,
kinerja, aktivitas kelompok dan tes essay. Rubrik ini juga dapat digunakan untuk mengechek
dan memvalidasi apakah RPP yang telah dibuat sudah memadai sesuai dengan rambu-rambu
dan panduan yang diberikan atau belum.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 89 dari 141
BAB V
IMPLEMENTASI KURIKULUM
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.
(vi) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.
Salah satu penyebab ketidakpuasan orang lain terhadap pemimpin adalah ia tidak
menindaklanjuti rencana-rencana atau kesepakatan-kesepakatan. Semua keputusan
membutuhkan tindak lanjut, tidak sebatas keputusan. Oleh karenanya sangat penting melihat
apakah kemajuan sudah tercapai. Setelah menguji pemecahan, mungkin perlu meneruskannya
atau sebaliknya mencari pemecahan baru sebagai alternatif.
Karena pemimpin sudah tahu benar apa yang diinginkan terjadi, maka perlu membuat
langkah-langkah untuk mencapainya. Langkah-langkah ini disebut keputusan. Jika, misalnya,
pemimpin menginginkan untuk menerapkan program pendidikan agama lebih banyak, ia bisa
mengumpulkan data dari siswa, guru, orang tua, dan masyarakat tentang hal ini. Informasi dari
mereka sangat berguna untuk membuat keputusan jadi-tidaknya pemberian jam lebih untuk
pendidikan agama. Kalau pemecahan ini tidak berhasil, tidak perlu dianggap sebagai hal yang
tidak mungkin. Tetapi diperlukan untuk mendefinisikan ulang masalah apa yang menyebabkan
tidak mungkinnya atau mencari pemecahan lainnya.
misi menjadi kenyataan. Kemudian memadukan secara transparan dengan kekuatan ekstern,
yakni seluruh orang tua siswa dan masyarakat luas lainnya.
(i) Apakah jadwal pelaksanaan pembelajaran sudah ada dan dipahami semua
guru yang terlibat,
(ii) Apakah guru sudah memiliki silabus dan RPP serta bagaimana supaya guru
memahami cara melaksanakannya,
(iii) Apakah telah tersedia jadwal pelaksanaan program kegiatan pengembangan diri
yang berupa layanan bimbingan konseling dan semua petugas jelas dengan
tugasnya,
(iv) Apakah telah tersedia jadwal pelaksanaan program kegiatan pengembangan diri
yang berupa ekstrakurikuler dan semua petugas jelas dengan tugasnya,
(v) Apakah ruang/ fasilitas pembelajaran yang kondusif sudah tercipta,
(vi) apakah media/ bahan ajar/ sumber yang diperlukan guru untuk melaksanakan
RPP sudah tersedia (bisa diupayakan oleh kepala Sekolahatau guru sendiri),
(vii) Apakah format-format penilaian sudah tersedia, dan
(viii) Apakah orang-orang yang terlibat sudah termotivasi untuk melakukan tugasnya.
Ada berbagai pihak yang mengambil peran aktif dalam pengembangan KTSP, yaitu Tim
Kurikulum dan Kepala madrasah, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling,
pembimbing program ekstrakurikuler, pengawas, dan komite madrasah.
Peran pengawasan adalah melakukan observasi kelas, wawancara dengan siswa atau
petugas pelaksana pengembangan diri untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaan atau strategi yang telah ditempuh dalam pelaksanaan kurikulum. Berdasarkan
hasil observasi inilah pengawas memberikan bantuan yang diperlukan untuk memperlancar
pelaksanaan kurikulum.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 95 dari 141
Sementara itu, komite Sekolahadalah badan mandiri yang mewakili peran serta dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
Sekolahberfungsi sebagai badan pendukung, badan pengontrol, badan mediator, dan badan
pemberi pertimbangan. Pada tahap pelaksanaan kurikulum komite harus memberikan
dukungan untuk melengkapi sarana pelaksanaan, menjadi mediator Sekolahdengan
orangtua/masyarakat untuk membantu pelaksanaan ekstrakurikuler/pengembangan diri yang
lain, mengontrol pelaksanaan kurikulum, mencatat kendala yang muncul dan sumber-sumber
masalahnya.
Berikut disampaikan beberapa kiat dalam implementasi kurikulum agar yasng dicapai
maksimal
(i) Menyusun Deskripsi Tugas Yang Jelas Dan Memilih Orang Yang Tepat. Strategi
penting dalam melaksanakan kurikulum adalah menyusun deskripsi tugas.
Pemilihan orang yang tepat dengan deskripsi tugas yang jelas merupakan kunci
kesuksesan dalam pelaksanaan. Kepala Sekolahpada awal tahun ajaran baru
sudah menyusun dan mengesahkan surat keputusan yang berisi deskripsi
tugas tiap-tiap guru, pembina konseling, dan pengampu pengembangan diri yang
lain.
Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan kurikulum adalah kegiatan pengendalian untuk
memastikan bahwa kurikulum yang direncanakan akan dilaksanakan sesuai dengan rencana.
i. Pengertian Pengendalian
Sasaran utama pengendalian adalah kinerja staf. Kurikulum yang dibuat mencakup
KTSP dokumen 1 dan dokumen 2 (silabus, RPP, program pengembangan, dan sebagainya).
Karena itu, kegiatan pengendalian yang dilakukan juga mencakup kinerja staf pada
pelaksanaan kedua hal tersebut. Setiap kegiatan pengendalian yang baik dilakukan sejak
perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri dengan pembinaan dalam bentuk pemberian umpan
balik. Sasaran pengendalian adalah pelaksanaan dokumen 1 dan dokumen 2.
(i) Progres dari pelaksanaan pembelajaran untuk semua mata pelajaran , muatan
lokal, pengembangan diri (konseling, keteladanan, ekstrakurikuler)
(ii) Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan;
(iii) Dukungan sarana, prasarana, dan sistem dukungan lainnya yang diperlukan;
(iv) Dana yang diberikan untuk mendukung pelaksanaan setiap program dan
kegiatan.
Agar program dapat dikendalikan dengan baik pada tahap penyusunan kurikulum perlu
dirumuskan hasil akhir yang diharapkan, indikator keberhasilan, peran dan tanggung jawab
masing-masing, serta dukungan biaya dan sarana yang diperlukan. Rumusan-rumusan tersebut
diperoleh dari hasil diskusi/ pertemuan yang melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan
sehingga masing-masing mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama, serta memberikan
komitmen yang tinggi dalam pelaksanaannya.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 99 dari 141
Pengendalian dilakukan dengan membangun komitmen akan jauh lebih baik dan efektif
dibandingkan dengan pengendalian yang dilakukan karena tekanan dari luar. Di madrasah,
pengendalian berbasis norma, nilai dan kebiasaan hubungan yang dilgurusi nilai-nilai agama
merupakan sistem yang dapat mendukung secara efektif pengendalian program-program
madrasah. Dalam setiap sistem pengendalian ada empat siklus yang harus dilalui, yaitu:
merumuskan strgurur kinerja setiap orang, mengukur kinerja, membandingkan kinerja
seseorang dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan penyimpangannya, serta
melakukan perbaikan. Secara keseluruhan, siklus proses pengendalian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Standar Batas
kinerja toleransi
Menetap
Tidak Ya
kan standar
kinerja
Melanjut
kan progres
kerja
Gambar: 05
Siklus Pengendalian Yang Efektif
Siklus kedua adalah mengukur tingkat pencapaian kinerja dengan data yang dapat
diperoleh dari tingkat kehadiran, laporan, produk kerja yang dihasilkan, dan dari pengamatan
sehari-hari. Selanjutnya, hasil pengukuran kenerja tersebut dibandingkan dengan standar yang
telah dibuat sehingga diperoleh seberapa besar tingkat penyimpangan tersebut. Siklus yang
terakhir adalah melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Koreksi ini dilakukan
melalui dialog dengan staf dan diarahkan untuk memperbaiki sistem kerjanya agar strgurur
yang telah direncanakan akan dapat dicapai.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 100 dari 141
(ii) Guru
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 101 dari 141
Dalam sistem dan proses pendidikan manapun, guru tetap memegang peranan
penting yaitu sebagai model, perencana, pendiaognosa kesulitan belajar siswa,
pemimpin, pembimbing arah ke pusat-pusat belajar.
Untuk menjamin proses terlaksananya peranan tersebut dengan baik maka
dibutuhkan pelaksanaan pengendalian diantaranya :
• Kesesuaian antara pendidikan dengan bidang studi yang diampunya,
• Kesesuaian antara pendidikan dengan jenjang Sekolahtempat bertugas.
• Rasio antara kebutuhan guru dengan jumlah jam mengajar
• Jika terjadi kekurangan guru maka dapat diangkat guru bantu atau guru
kontrak
• Meningkatkan kualitas guru dengan berbagai pelatihan dan pendidikan
lanjutan
• Melakukan kunjungan kelas baik yang dilakukan oleh kepala kadrasah,
guru senior, atau oleh pengawas meliputi, perencanaan pengajaran,
pelaksanaan pengajaran dan evaluasi serta tindak lanjutnya untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru.
(iii) Karyawan
Unsur yang lain dalam proses kegiatan pembelajaran adalah kegiatan
administrasi, baik administras tenaga kependidikan maupun administrasi
kesiswaan. Kegiatan administrasi tersebut dilakuakan oleh karyawan yang
dikenal istilah tata usaha madrasah. Kegiatan pengendalian yang dapat
dilakukan antara lain :
• Mempertimbangkan jenjang pendidikan
• Pembagian tugas
• Status (pegawai tetap/tidak tetap)
• Administrasi ketenagaan
• Keseimbangan jumlah pegawai dengan rombongan belajar
Pada tataran pelaksanaan kurikulum pada akhirnya gurulah yang paling berperan.
Karena itu profesionalisme guru harus menjadi skala prioritas untuk dikembangkan
kualitasnya. Beberapa langkah yang mungkin dianggap sesuai untuk mengembangkan
profesionalisme guru.
(i) Membangun komitmen yang tinggi pada guru, sampai menyadari bahwa
mendidik dan mengajar yang mereka lakukan merupakan pengabdian pada
profesi sebagai wujud syukur pada Allah SWT. Komitmen yang tinggi akan
dibarengi dengan munculnya semangat belajar tinggi, kreatif, inovatif dan senang
menghadapi tantangan, mengajar bukan rutinitas, yang pada akhirnya dapat
menikmati pekerjaannya sebagai guru. Kemampuan kepala Sekolahsangat
menentukan dalam membangun komitmen para guru.
(ii) Bersamaan dengan membangun komitmen guru, juga pada awal tahun
pelajaran, siswa baru bersama guru yang mengajar melalui Masa Orientasi
Siswa atau out bond, mendeklarasikan Komitmen Pembelajaran (building
learning commitment). Hal ini untuk menciptakan suasana/lingkungan belajar
yang kondusif, sehingga guru akan relatif mudah dalam pengelolaan kelas.
Karena pada diri siswa telah muncul kesadaran bahwa yang belajar adalah
dirinya.
(iii) Pembentukan MGMP rumpun intern. Jadikan MGMP sebagai wadah yang
strategis bagi pengembangan profesi guru, tentunya harus dikelola secara
profesional. Termasuk di dalam program MGMP yaitu kegiatan Lesson Study.
(iv) Lesson Study merupakan strategi bagi pimpinan Sekolahdalam pembinaan
profesi guru, terutama sekali dalam hal proses pembelajaran di kelas. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 103 dari 141
Implementasi dalam
Perencanaan kelas Refleksi/
Diskusi
-Pelaksanaan
-Eksplorasi materi pembelajaran di -Diskusi dan
-Mempersiapkan kelas tukar
pikiran dengan
teaching -Guru lain sbg. guru-guru lain
materials observer
(Renpel/skenario, Diskusi
LKS, Media dan ditekankan
uji coba media) Pada
bagaiamana
siswa belajar
bukan pada
bagaimana guru
mengajar
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dapat dilakukan antar guru untuk saling memberi masukan dan
memecahkan masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan. Misalnya, dengan cara
saling memonitor dalam guru tim, lesson study ( sekelompok guru mengamati guru lain yang
mengajar kemudian mendiskusikan kelemahan dan kekurangannya), guru anggota tim
pengembang kurikulum secara terjadwal memonitor pelaksanaan kurikulum. Monitoring juga
dilakukan oleh komite madrasah/Sekolahatau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak
yang berkepentingan secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektivitas,
dan akuntabilitas satuan pendidikan.
Selain pelaksanaan monitoring oleh pihak-pihak di atas, akan lebih efektif dan lebih
sehat bagi madrasah/Sekolahapabila evaluasi program yang dilaksanakan bertumpu kepada
self monitoring dari setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaksana masing-
masing. Dalam pelaksanaan program pengembangan misalnya, guru yang diberi tugas untuk
melaksanakan pengembangan bahan ajar juga menyiapkan indikator keberhasilan dan
instrumen untuk memonitor pekerjaannya. Demikian pula guru bidang studi juga dapat
menyiapkan program monitoring terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk dapat memperoleh umpan balik secara langsung dari efektivitas pembelajarannya.
kegiatan monitoring ini dilakukan dalam kesibukan tugas lain sebagai seorang manajer, kepala
Sekolahperlu menyusun rencana kegiatan monitoring yang akan dilakukan dalam satu tahun
ajaran.
Monitoring perlu dilakukan secara berkala agar diperoleh data dan informasi yang akurat
dan tepat. Untuk itu, perencanaan program dan dukungan waktu yang disediakan untuk
monitoring perlu direncanakan dan ditetapkan sebagai bagian dari rencana kegiatan kerja
madrasah.
Hal yang perlu dimonitor dari pelaksanaan kurikulum berkaitan dengan masalah berikut.
(i) Bagaimana kesesuaian pelaksanaan pembelajaran untuk semua mata
pelajaran dan muatan lokal dengan struktur dan muatan kurikulum yang telah
ditetapkan pada dokumen 1 KTSP?
(ii) Bagaimana kesesuaian pelaksanaan program pengembangan diri
(keteladanan, ekstrakurikuler, dan konseling) dengan program yang telah
ditetapkan pada dokumen 1 KTSP?
(iii) Apakah semua personal sudah mengerjakan tugas sesuai dengan peran dan
tanggung jawabnya?
(iv) Apakah ketersediaan format/ sarana pendukung untuk memudahkan
pelaksanaan kurikulum memadai?
(v) Apa saja kendala dan kesulitan yang muncul dalam pelaksanaan/
implementasi?
Sasaran monitoring dapat dilihat dari sisi ruang lingkup, komponen, dan aspek. Kegiatan
monitoring yang dilakukan perlu juga mencakup inputs, proses, manajemen, dan lingkungan
pembelajaran yang mempengaruhinya agar dapat diperoleh data dan informasi yang dapat
menjelaskan kendala yang dihadapi serta cara mengatasinya. Dalam hal program pendidikan
termasuk kurikulum, cakupan monitoring itu setidak-tidaknya meliputi hal-hal berikut.
Dilihat dari segi komponennya, sasaran monitoring berfokus pada hal berikut.
(i) Tingkat pencapaian yang diperoleh berdasarkan indikator keberhasilan
yang diharapkan;
(ii) Konsistensi pelaksanaan dengan perencanaan ditinjau dari prosedur,
tahapan, input, strategi, dan teknik;
(iii) Diagnosis kendala dan upaya perbaikan;
(iv) Ketepatan waktu pelaksanaan;
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 106 dari 141
Sebagaimana diuraikan dalam Bab II, tugas Kepala Sekolahdalam monitoring kurikulum
meliputi kegiatan sebagai berikut:
Rencana kegiatan yang diajukan untuk setiap kepala Sekolahakan dirinci di bawah ini.
(i) Setiap dua minggu, para guru harus diamati oleh kepala Sekolahketika mengajar
dan ini harus ditindak-lanjuti dengan diskusi perorangan dengan guru yang
bersangkutan mengenai cara memperbaiki pengajaran dan proses pembelajaran
siswa.
(ii) Semua guru harus bertemu secara perorangan dengan kepala Sekolahseteiap
dua minggu dengan membawa rincian tentang sejauh mana mereka berada bila
dikaitkan dengan silabus yang telah direncanakan dan memberikan bukti
kemajuan siswa. Kepala Sekolahjuga akan meminta guru mengatakan hal-hal
apa saja yang mereka butuhkan untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
Kepala madrasah, berdasarkan bukti-bukti ini, akan memberikan nasehat lebih
lanjut dan mengatur pengadaan sumber-sumber lain yang mungkin bisa
disediakan dan akan mencatat apa saja yang telah dia nasehatkan sehingga
bisa ditindak-lanjuti pada pertemuan berikutnya.
(iii) Secara rutin setiap dua minggu, diadakan pertemuan bagi seluruh staf dan
kepala Sekolahharus memikirkan hal-hal yang bisa dipelajari dari hasil
pengamatan yang berkaitan dengan kemajuan pelaksanaan kurikulum di
madrasah. Ini bisa dituangkan dalam bentuk komentar secara umum yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh staf untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 107 dari 141
(iv) Kepala Sekolahakan menyimpan catatan perorangan tiap pegawai yang dapat
dipergunakan nantinya untuk membahas kemajuan mereka dan membantu
pengembangan diri.
(vi) Kepala Sekolahakan bertemu dengan sekelompok siswa dari waktu ke waktu
untuk menanyakan pada mereka kalau mereka memiliki kesulitan dengan
pelajaran mereka dan apakah mereka membutuhkan bantuan lebih lanjut seperti
misalnya fasilitas tertentu untuk membantu mereka belajar.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, tugas
pengawas dalam memonitor kurikulum mencakup hal-hal sebagai berikut.
Guru dapat melakukan koreksi diri sendiri melalui penelitian sendiri tentang pelaksanaan
pengajarannya. Tujuan melakukan penelitian sendiri ini untuk meningkatkan kualitas
mengajarnya. Dalam bahasa ilmiah kegiatan penelitian semacam ini disebut “action research”
(penelitian tindakan) yaitu kegiatan penelitian yang meneliti kegiatan belajar mengajarnya
sendiri untuk melihat kekurangan dan kekuatan yang ada. Kekurangan dan kekuatan tersebut
selanjutnya dijadikan umpan balik (feed-back), dan diolah untuk menentukan tindakan belajar
mengajar selanjutnya yang lebih baik. Misalnya, dalam mengajarkan konsep atau pokok
bahasan tertentu hasilnya kurang baik, ini perlu dianalisis: apakah metodenya kurang tepat,
apakah pengorganisasian kelasnya tidak tepat, apakah alat bantunya kurang atau tidak
memadai atau tidak tepat. Sebagai tindak lanjutnya, dalam mengajar berikutnya, aspek-aspek
tersebut diperbaiki atau dilengkapi dan hasil belajarnya dicatat pula.
Dari hasil butir 1-5 di atas sebaiknya segera disusun program tindak lanjut yang
tujuannya untuk memperbaiki atau meningkatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan program
lainnya yang tengah berjalan. Dari butir 1-5 di atas, masing-masing dirumuskan masalahnya.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah teridentifikasi tersebut, selanjutnya dapat disusun
program perbaikannya. Program tindak lanjut ini sebaiknya disusun oleh suatu tim yang terdiri
dari kepala madrasah, komite, pengawas, pihak Kandepag/dinas pendidikan, dan guru.
m. Evaluasi
Evaluasi juga dilakukan oleh komite madrasah/Sekolahatau bentuk lain dari lembaga
perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkesinambungan untuk
menilai efisiensi dan efektivitas kurikulum yang telah direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan,
dimonitor, dan dievaluasi.
Selain pelaksanaan evaluasi oleh pihak-pihak di atas, akan lebih efektif dan lebih sehat
bagi madrasah/Sekolahapabila evalusi program yang dilaksanakan bertumpu kepada evaluasi
diri dari setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaksana masing-masing. Setiap
orang menilai peran dan tanggung jawabnya pada perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
monitoring, dan evaluasi. Secara keseluruhan madrasah/ Sekolahjuga melakukan evaluasi diri
terhadap keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, dan
evaluasi.
Box 22: Peran Kepala Madrasah, Pengawas dan Kandep dalam Evaluasi KTSP
Evaluasi dilakukan setiap tahun pada akhir tahun ajaran dan setiap semester pada saat liburan
semesteran. Evaluasi yang dilakukan pada libur panjang akhir tahun ajaran, sekaligus
dilakukan sebagai dasar bagi penyusunan program tahun berikutnya. Evaluasi yang dilakukan
harus komprehensif, menyangkut program-program pengembangan maupun program
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 115 dari 141
pendidikan. Untuk menjaga akuntabilitas, penting sekali dalam pelaksanaan evaluasi ini
melibatkan komite Sekolahdan stakeholders lain yang dianggap perlu.
iii. Tujuan Kegiatan Evaluasi Kurikulum
Tujuan utama dalam melaksanakan penilaian kurikulum adalah untuk melihat seberapa
baik kurikulum dalam praktik telah mencapai tujuan, sasaran dan arah yang tercantum dalam
dokumen kurikulum (baik dokumen 1 maupun dokumen 2).
Secara ringkas, dalam evaluasi kurikulum perlu dirancang suatu sistem untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dari berbagai sumber berikut.
(i) Sumber daya manusia (kepala madrasah, guru, peserta didik dan dinas
pendidikan kecamatan/Kasi Mependa Kota/Kabupaten dan wakil masyarakat
termasuk calon pemberi kerja, dimana informasi tersebut dikumpulkan melalui
kuesioner, wawancara, diskusi kelompok, skala penilaian dan pengamatan) dan
(ii) Sumber daya berupa materi (seperti dokumen silabus, buku pelajaran dan materi
belajar, hasi kerja para siswa dan hasil pengukuran dan evaluasi)
Evaluasi KTSP dapat dilakukan dengan beberapa teknik, di antaranya adalah dengan
angket, wawancara, penggalian dokumen, dan supervisi kelas.
Contoh pertanyaan:
• Apakah guru sudah pernah mengikuti program sosialisasi KTSP?
• Apakah Guru sudah memahami bagaimana cara membuat silabus dan
RPP?
• Apakah Guru sudah membuat KKM? Bagaimana cara membuatnya?
• Bagaimana Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik?
(iv) Supervisi Kelas: kunjungan kelas untuk memantau kesesuaian proses belajar
mengajar dengan tuntutan KTSP. Yang dijadikan obyek pemantauan adalah
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 117 dari 141
kesesuaian silabus dan RPP dengan KBM yang dilakukan oleh guru di dalam
kelas. Supervisi kelas ini dapat dilakukan oleh guru Inti, kepala madrasah, atau
oleh pengawas dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
yang dimiliki oleh guru untuk dilakukan tindakan selanjutnya seperti dikirimkan ke
forum MGMP, pelatihan, penataran, seminar, dsb.
Hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh tim evaluasi KTSP perlu ditindak-lanjuti dan
dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan KTSP di madrasah-madrasah.
Pemanfaatan lain yang tidak kalah pentingnya hasil evaluasi KTSP adalah:
rumusannya tepat
• Struktur dan muatan kurikulum mengandung muatan wajib
struktur kurikulum nasional dan menambahkan muatan yang
sesuai dengan konteks madrasah
• Semua komponen struktur dan muatan kurikulum lengkap
dan sesuai dengan Standar Isi/ SKL dan konteks madrasah/
daerah (struktur kurikulum, komposisi mata pelajaran
dengan tujuan/ SKL-nya, muatan lokal dengan jenis, tujuan,
dan aturan pelaksanaannya, pengembangan diri dengan
jenis, tujuan, dan aturan pelaksanaannya, beban belajar,
ketuntasan minimal, penilaian dan kelulusan, unggulan
lokal, unggulan global)
• Terdapat kalender pendidikan yang sesuai dengan konteks
Sekolah
• Adanya kelengkapan komponen dokumen 2 KTSP yang
minimal berupa silabus dan RPP seluruh mata pelajaran,
Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar Muatan Lokal,
• Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
• Semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman
belajar peserta didik memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
• Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan dunia
usaha dan dunia kerja.
• Isi kurikulum mengatur pengembangan kecakapan hidup
(keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional)
• Apakah hasil tahap perencanaan cukup memadai
• Apakah kendala yang dialami dan seberapa efektif solusi
yang dilakukan?
kurikulum?
• Apakah proses pelaksanaan kurikukulm tepat waktu?
• Bagaimana kesesuaian pelaksanaan pembelajaran untuk
semua mata pelajaran dan muatan lokal dengan struktur dan
muatan kurikulum yang telah ditetapkan pada dokumen 1
KTSP?
• Bagaimana kesesuaian pelaksanaan program
pengembangan diri (keteladanan, ekstrakurikuler, dan
konseling) dengan program yang telah ditetapkan pada
dokumen 1 KTSP?
• Apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan silabus/
RPP yang direncanakan?
• Apakah semua personal sudah mengerjakan tugas sesuai
dengan peran dan tanggung jawabnya ?
• Apakah ketersediaan format/sarana pendukung untuk
memudahkan pelaksanaan kurikulum memadai?
• Apa saja kendala dan kesulitan yang muncul dalam
pelaksanaan/implementasi?
• Apakah kepala Sekolahmengendalikan proses pelaksanaan
dengan menyusun panduan /aturan yang sesuai?
• Apakah kepala Sekolahmelakukan pengendalian secara
maksimal untuk melaksanakan kurikulum (pengerahan
sumber daya dan sumber-sumber yang lain untuk
melaksanakan kurikulum)?
• Apakah Komite Sekolahmendukung pelaksanaan/ memberi
fasilitas / dukungan yang sesuai?
• Apakah terdapat koordinasi yang baik sehingga
pelaksanaan kurikulum berjalan efektif?
• Apakah pelaksanaan kurikulum dapat mencapai tujuan yang
diharapkan?
• Apakah hasil tahap pelaksanaan kurikulum memadai untuk
mencapai tujuan?
• Apakah kendala yang dialami dalam pelaksanaan kurikulum
dan seberapa efektif solusi yang telah dilakukan?
• Adakah upaya memberi solusi yang efektif untuk mengatasi
kendala dalam pelaksanaan kurikulum?
Daftar Bacaan
Peraturan perundangan:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. No. 12 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. No. 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
--------
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 123 dari 141
Lampiran 01 : Halaman sampul yang memuat Judul KTSP, nama madrasah, logo
madrasah, nama desa, kecamatan, dan kabupaten, serta tahun penyusunan.
KURIKULUM
SEKOLAHALIYAH NEGERI
CIPAYUNG
SEKOLAHALIYAH NEGERI
……………………………….
PENGESAHAN
Nomor : .......................................
Setelah mempertimbangkan masukan Komite Madrasah, Kurikulum SekolahAliyah
Negeri (MAN) Lokakarya CipayungTahuan Pelajaran 2006/2007ditetapkan berlaku terhitung
mulai tanggal 01 Januari 2007
Pada akhir tahun pelajaran, pelaksanaan kurikulum ini akan dievaluasi dan/atau ditinjau
ulang yang hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan penyusunan dan penetapan
KTSP untuk tahun pelajaran berikutnya.
Ditetapkan di : Cipayung
Pada Tanggal : 20 Desember 2007
Mengetahui Kepala
Ketua Komite Madrasah,
........................................ ............................................
NIP/NPP .......................... NIP. : 150 ........
Mengetahui,
Kepala Bidang Mapenda Islam ,
Propinsi ........
.................................................
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 125 dari 141
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadlirat Allah SWT dan bersholawat untuk
Rosulullah Muhammad SAW, Tim Penyusun Kurikulum SekolahAliyah Negeri Lokakarya
Cipayung dapat menyelesaikan penyusunan kurikulum untuk digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pendidikan dalam menentukan berbagai kebijakan dan kegiatan belajar
mengajar, agar terencana, terarah, dan tepat tujuan yang akan dicapai khususnya dalam
mengantarkan perserta didik menjadi insan yang Tekun Ibadah, Berakhlak karimah dan Unggul
Berprestasi sebagai bekal hidup dan bekal membangun negeri tercinta Indonesia.
Dalam penyusunan Kurikulum SekolahAliyah Negeri Lokakarya Cipayung ini kami
berupaya semaksimal mungkin menyajikan konsep, perangkat, serta strategi yang ideal, namun
karena berbagai keterbatasan yang ada pada kami kekurangan dan kesalahan tidak bisa kami
hindari.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta bimbingan demi
terselesaikannya KTSP ini, kami ucapkan terimakasih.
..............................
NIP. ..........................
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 126 dari 141
Daftar Isi
Halaman Pengesahan ………………
Prakata ………………
Daftar Isi ………………
………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasional ………………
B. Landasan Hukum ………………
C. Pengertian-Pengertian ………………
………………
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN MADRASAH
A. Visi Madrasah ………………
B. Misi Madrasah ………………
C. Tujuan Madrasah ………………
………………
BAB III ACUAN STANDAR
A. Standar Isi
B. Standar Kompetensi Lulusan
C. Standar Proses
D. Standar Penilaian
………………
BAB IV STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum ………………
1. Kerangka Dasar Kurikulum ………………
a. Komponen Mata Pelajaran ………………
b. Komponen Muatan Lokal ………………
c. Komponen Pengembangan Diri ………………
2. Struktur Kurikulum ………………
B. Muatan Kurikulum ………………
1. Komponen Mata Pelajaran ………………
2. Komponen Muatan Lokal ………………
3. Komponen Pengembangan Diri ………………
C. Beban Belajar ………………
………………
BAB V KRITERIA
A. Kriteria Ketuntasan Minimal ………………
B. Kriteria Kenaikan Kelas ………………
C. Kriteria Kelulusan ………………
D. Penjurusan ………………
………………
………………
BAB VI KALENDER PENDIDIKAN
………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Silabus ………………
2. RPP ………………
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 127 dari 141
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 128 dari 141
……………….., ………………………….
Mengetahui
Kepala Kandepag, Pengawas,
……………………………………….. ………………………………………..
NIP. NIP.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 130 dari 141
Pilihlah skor sesuai dengan kondisi yang diamati!Tuliskan komentar yang diperlukan pada kolom di
sampingnya. Tuliskan juga komentar lain yang belum terungkap dalam tabel ini pada bagian akhir instrumen ini.
Nama Sekolah : ...............................................
Komponen Indikator ya tidak Komentar
Kelengkapan a. Tersedia KTSP yang mengacu
dokumen pada standar isi dan konteks
kurikulum sekolah
b. Ketersediaan program
semester/program tahunan untuk
seluruh mata pelajaran
c. Tersedia silabus untuk seluruh
mata pelajaran
d. Tersedia RPP untuk seluruh
mata pelajaran
Komentar lain
............................................................................................................................... .........................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
............................................................................................................................... .........................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
............................................................................................................................... .........................................
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 132 dari 141
Kesimpulan :
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
Saran : …………………………………………………………………………………………………………………………….
....................................... ..........................
NIP. NIP.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 133 dari 141
Kesimpulan :
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
Saran :
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
Mengetahui
Kepala Sekolah................................... Pengawas
....................................... ..........................
NIP. NIP.
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 135 dari 141
1. PENGEMBANGAN KURIKULUM
a. Masalah apa saja yang dihadapi dalam perencanaan kurikulum (penyusunan KTSP dokumen 1, silabus,
RPP, dan SK/ KD Mulok)?
c. Masalah apa saja yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan monitoring pelaksanaan kurikulum?
a. Masalah 1
b. Masalah 2
c. Masalah 3
d. Masalah 4
Draft ketiga panduan KTSP 07092007, hal 136 dari 141
1. PENGEMBANGAN KURIKULUM
a. Masalah apa saja yang dihadapi guru dalam pembuatan silabus dan RPP?
b. Masalah apa saja yang dihadapi guru dalam implementasi RPP (proses pembelajaran)?
c. Masalah apa saja yang dihadapi sekolah dalam menyiapkan media dan sumber belajar?
d. Masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan assessment dan penilaian?
a. Masalah 1
b. Masalah 2
c. Masalah 3
d. Masalah 4