You are on page 1of 83

Ikan Kerapu macan merupakan ikan karang yang tergolong dalam family Serranidae

dengan banyak nama lokal.

Heemstra (1993), telah mendiskripsikan morfologi ikan Kerapu Macan sebagai


berikut : Bentuk badan memanjang gepeng atau agak membulat, luasan antar
ousat (kepala) datar cenderung cekung. Kepala bagian depan untuk ikan dewasa
terdapat lekukan mata yang cekung sampai dengan sirip punggung. pre operculum
membundar dengan pinggiran bergerigi dengan tepi bagian atas cekung menurun
secara vertikal ke hamper ujung operculum. Bagian tengah rahang bawah terdiri
dari 3 atau 4 baris gigi dengan barisan bagian dalam dua (2) kali lebih panjang
daripada bagian luar. Tapis insang terdiri dari 10-12 tungkai dengan bagian dasar
tidak terhitung. Sirip punggung terdiri dari 14 ? 15 tulang rawan dan 11 tulang keras
dengan barisan ke-3 atau ke-4 lebih panjang sedangkan pada sirip anus terdapat 3
tulang keras dan 8 tulang rawan dengan panjang 2,0 ? 2,5 bagian panjang kepala.
Warna tubuh coklat muda dengan lima seri tompel coklat besar yang tidak
beraturan. Badan, kepala dan sirip ditutupi oleh titik-titik kecil coklat dimana pada
bagian tompel berwarna lebih gelap. Sirip ekor membundar dan mata besar
menonjol. Panjang, standar untuk ikan dewasa 11-55 cm.

Gambar Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogutatus)

Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) mempunyai cirri-ciri morfologi sirip


punggung dengan 10 duri keras dan 18 ? 19 duri lunak, sirip perut dengan 3 duri
keras dan 10 duri lunak, sirip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang
total 3,3 - 3,8 kali tingginya, panjang kepala seperempat panjang total, leher bagian
atas cekung dan semakin tua semakin cekung, mata seperenam kepala, sirip
punggung semakin kebelakang melebar, warna putih kadang kecoklatan dengan
totol hitam pada badan, kepala dan sirip. Weber and Beofort (1940) dalam Ahmad
(1991). Sedangkan menurut Heemstra dan Randall (1993) seluruh permukaan tubuh
kerapu Tikus berwarna putih keabuan, berbintik bulat hitam dilengkapi sirip renang
berbentuk melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus.

Gambar Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)

Selain jenis Kerapu Macan dan Kerapu Tikus ada beberapa jenis kerapu lain yang
sudah bisa dibudidayakan di dalam Karamba Jaring Apun (KJA) antara lain :

Kerapu lumpur (Epinephelus tauvina).Nama lain dari jenis ikan ini adalah kerapu
balong, estuary grouper. Kerapu ini banyak dibudidayakan karena pertumbuhannya
cepat dan benihnya mudah diperoleh di laut, terutama musim-musim tertentu.
Habitat kerapu lumpur ada di kawasan terumbu karang, perairan berpasir, dan
bahkan hutan mangrove.

Ukurannya bisa mencapai 200 kg per ekor.

Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus, Plectropomus maculates, P.leavis) Ada dua


jenis kerapu sunu yang dikenal sebagai ikan laut komersial, yaitu jenis Plectropoma
maculates dan Plectropoma leopardus. Kerapu sunu memiliki tubuh agak bulat
memanjang (Jawa: gilig). Tubuh sering berwarna merah atau makot. Pada tubuhnya
terdapat bintik-bintik berwarna biru, dengan tepi gelap.

Penyebaran/Distribusi

Ikan kerap macan tersebar luas dari wilayah asia Pasifik termasuk laut merah, tetapi
lebih dikenal berasal dari Teluk Persi, Hawaii atau Polynesia. Terdapat pula dihampir
seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudra Pasifik Barat dari Pantai Timur
Afrika sampai dengan Mozambika. Ikan ini dilaporkan banyak pula ditemukan di
Madagaskar, India, Thailand, Indonesia, pantai tropis Australia, Jepang, Philipina,
Papua Neuguinea, dan Kaledonia Baru (Heemstra, 1993). Di perairan Indonesia yang
dikenal banyak ditemukan ikan kerapu Macan adalah perairan pulau Sumatera,
Jawa, Sulawesi, pulau Buru, dan ambon (Weber dan Beaufort,1931).

Di Indonesia ikan Kerapu Tikus banyak ditemukan di wilayah perairan Teluk Banten,
Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura,
Kalimantan dan Nusa Tenggara. Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik,
Laut Merah, Polynesia, terdapat pula hamper semua perairan tropis Hindia, Pasifik
Barat dan Pantai Timur Afrika.

Di Indonesia terdapat 38 jenis, 25 jenis diantaranya sangat umum dikenal


masyarakat. Kerapu dapat tumbuh besar, bahkan dilaporkan di perairan Aceh
pernah tertangkap ikan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina) dengan panjang
sekitar 2 meter dan berat kira-kira 200 kg. kerapu besar ini hidup di perairan pantai
yang berlumpur didepan muara sungai (Nontji, 1987).

Siklus Reproduksi.

Ikan kerapu merupakan ikan yang memiliki sifat reproduksi hermaprodit protogini,
yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin
betina dan akan berubah menjadi jantan apabila ikan tersebut tumbuh menjadi
lebih besar atau bertambah umurnya. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan
kerapu erat hubungannya dengan aktivitas pemiajahan, umur, indeks kelamin dan
ukuran.

Habitat

Ikan kerapu Macan hidup di dasar perairan berbatu samai dengan kedalaman 60
meter dan daerah dangkal yang mengandung batu koral (Heemstra, 1993). Pada
siklus hidupnya ikan Kerapu Macan muda hidup di perairan karang dengan kedalam
0,5 ? 3 meter pada area padang lamun, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke
perairan yang lebih dalam. Telur dan larva kerapu Macan bersifat pelagis,
sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.

Ikan Kerapu Tikus banyak dijumpai di perairan batu karang, atau daerah karang
berlumpur, hidup pada kedalaman 40 ? 60 meter. Siklus hidupny sama dengan
kerapu Macan.ikan kerapu termasuk kelompok ikan stenohaline (Breet dan Groves,
1979), oleh Karen aitu jenis ikan ini mampu beradaptasi pada lingkungan perairan
yang berkadar garam rendah. Ikan kerapu merupakan organisme yang bersifat
nocturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang
dan pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan.

Menurut Chua dan Teng (1978), parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan
ikan kerapu, yaitu temperature berkisar 24 - 31?C, salinitas berkisar 30-33 ppt,
kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 ? 8,0. Perairan

dengan kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada perairan terumbu karang
(Nybakken, 1988).

Pakan dan Kebiasan Pakan

Hampir seluruh jenis ikan Kerapu merupakan hewan karnivora. Ikan kerapu dewasa
adalah pemakan ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larvanya
memangsa larva moluska (trokofor), rotifer, mikro krutacea, kopepoda, dan
zooplankton. Sebagai ikan karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang
aktif bergerak di dalam kolom air (Nybakken, 1988). Tampubolon dan Mulyadi
(1989), mengungkapkan bahwa ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada
siang dan malam hari, namun lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari.

SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah
Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan
Perikanan, Aceh.
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup

reff : http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2015/06/memahamitaksonomi-morfologi-dan-aspek.html

BIOLOGI IKAN KERAPU


Taksonomi

Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesis. Satu diantaranya
adalah Cromileoptes altivelis yang selain sebagai ikan konsumsi juga juvenilnya
juga sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili Serranidae, Subfamili
Epinephelinea, yang umumnya di kenal dengan nama groupers, rockcods, hinds,
dan seabasses. Ikan kerapu ditemukan diperairan pantai Indo-Pasifik sebanyak 110
spesies dan diperairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies yang tercakup ke
dalam 7 genera Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes,
Epinephelus, Plectropomus, dan Variola (Marsambuana dan Utojo, 2001).
Ikan Kerapu diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas

: Pisces

Sub kelas
Ordo

: Teleostei
: Percomorphi

Sub ordo

: Percoidea

Devisi

: Perciformis

Famili

: Serranidea

Sub famili

: Epinephelinea

Genus
Spesies

: Epinephelus
: Epinephelus sp.

2.2 Ciri-Ciri Morfologi Ikan Kerapu


Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut
Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi
tubuh. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat. Mulut
lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas.
Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana
bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak.
Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada. Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik
stenoid.
Pada ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik, tediri atas satu
spesies, warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak simetris, sirip
punggung terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. ikan kerapu
genus Anyperodon merupakan monotipik, warna abu-abu sampai abu-abu
kecoklatan, bintik coklat pada kepala, tidak ada gigi pada langit-langit, kepala dan
tubuh panjang, tebal badan 11-15 % dari panjang standard, dan 3-4 kali dari
panjang kepala serta sirip bundar.
Ikan kerapu genus Cephalopholis terdiri atas: warna gelap, yaitu cokelat kemerahan
sampai cokelat tua dan warna terang, yaitu merah kecokelatan sampai merah atau
kuning atau jingga, panjang standard 2,2 3,1 kali dari panjng kepala, rahang pada
ikan dewasa dilengkapi dengan bonggol, sirip ekor berbentuk bundar. Ikan kerapu
genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna cokelat atau kuning,
merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi
dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk bundar.
Ikan kerapu genus Plectropomus warna gelap bergaris (menyerupai pita) dan yang
tidak bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip berwarna kuning, tulang sirip dubur
lemah, panjang standard 2,8 3,1 kali dari panjang kepala, sirip ekor umumnya
tegak. dan yang terakhir ikan kerapu dari genus Variola warna tubuh ditutupi oleh
bintik merah, sirip ekor berwarna putih tipis pada bagian pinggir, panjang standard

2,5 2,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.

Siklus Hidup, Reproduksi dan Kematangan Gonad


Ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana proses
diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan kerapu ini
memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan
jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat
hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran, ikan
kerapu jenis Epinephelus diacantus kecendrungan perubahan kelamin terjadi
selama tidak bereproduksi yaitu antara umur 2-6 tahun, tetapi perubahan terbaik
terjadi antara 2-3 tahun, ikan kerapu merah Epinephelus akaara untuk jenis ikan
betina ukuran berat 500 gram, panjang 26 cm dan jenis kerapu jantan ukuran berat
1000 gram dan ukuran panjang 34 cm. Sedangkan untuk ikan kerapu
Lumpur Epinephelus tauvina jenis kelamin betina berat 3-4 kg panjang 45 cm dan
jenis kerapu jantan ukuran panjang 65 cm.
Mayunar et al., (1995), Menyatakan bahwa pada ikan kerapu lumpur (Epinephelus
tauvina) panjang minimum betina yang matang adalah 45-50 cm (sebagian besar
50-70 cm) dan transisi gonadnya terjadi pada panjang total (TL) 66-72 cm dan testis
mulai matang pada TL 74 cm atau bobot berat tubuh 10-11 kg.

Fekunditas dan Musim Pemijahan


Fekunditas ikan kerapu spesies Epinephelus akaara yang berukuran panjang
standard 23-24 cm dapat mengandung telur sebanyak 75.000- 530 000
butir. Epinephelus morio ukuran panjang 45-65 cm mengandung telur sebanyak
1.500.000 butir, Epinephelus guttatusukuran panjang 35 cm mengandung telur
sebanyak 233.237 butir, dan Epinephelus diacanthus berukuran panjang 12.6-18.8
cm mengandung telur sebanyak 64.00-233.000 butir.
Pada induk kerapu macan yang diimplantasi pelet hormon LHRHa dosis 150ug (1
ekor)dan dosis 240ug (2 ekor) serta 1 ekor dari kontrol. Jumlah telur yang dihasilkan
dari induk kontrol adalah 7.500.000 butir dengan frekwensi pemijahan 3 kali.
Sedangkan derajat pembuahan (FR) 93.7 96.5 %. Dan derajat penetasan (HR) 70.5
78.5 %. Selanjutnya dari induk yang diimplantasi dihasilkan telur sebanyak

14.650.000 butir atau 4.883.000 butir/ekor dengan frekwensi pemijahan 4 kali


derajat pembuahan 95.6-98.5 % derajat penetasan 21,7-89.5 % (Mayunar et al.,
1995).
Diperairan tropis musim pemijahan dapat terjadi pada setiap tahun atau sepanjang
tahun, akan tetapi ada puncak musim pemijahan. Dimana musim benih kerapu di
alam ditentukan oleh angin musim ( musim barat dan musim timur), kedua musim
ini mempengaruhi kondisi arus, salinitas, suhu, dan nutrien yang terkandung. Musim
pemijahan umumnya pada ikan kerapu terjadi atau berlangsung dari bulan april
sampai juni dan antara bulan januari sampai september.
Pendugaan puncak musim pemijahan dapat dilakukan dengan cara membuka dan
meneliti perkembangan gonad sampel induk betina secara periodik selama 1 tahun.
Dugaan pemijahan dapat diperoleh sebagai dasar untuk menentukan pendugaan
musim benih alam. Untuk benih ikan kerapu lumpur yang diperoleh dari alam
dengan ukuran 2-5 cm dengan umur 2-3 bulan, menyukai perairan pantai ditandai
dengan banyaknya jumlah populasi jenis crustacea diperairan.
Beberapa data mengenai musim pemijahan ikan kerapu di negara-negara Asia
sebagai berikut :
Epinephelus tauvina musim pemijahan bulan agustus di Singapura
Epinephelus diacanthus musim pemijahan april sampai mei di Taiwan
Epinephelus akaara musim pemijahan juni sampai september di Japan
Epinephelus malabaricus musim pemijahan september-november di Thailand
Epinephelus microdon musim pemijahan mei sampai september di Japan
Epinephelus salmoides musim pemijahan april sampai juni di Japan.

REFERENSI

Baskoro, Mulyono S., Taurusman, Am Azbas dan Sudirman. 2010. Tingkah Laku Ikan
Hubungannya dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Lubuk Agung.
Bandung. 258 Hlm.
Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani dan T. Yokokawa, 1991. Pemijahan Ikan Kerapu
Macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull. Pen. Perikanan Spec. Edi. No. 2:15-22.

Tenggiri adalah nama umum bagi sekelompok ikan yang tergolong ke dalam
margaScomberomorus, suku Scombridae. Ikan ini merupakan kerabat dekat tuna,
tongkol, madidihang, makerel dan kembung. Tenggiri banyak disukai orang,
diperdagangkan dalam bentuk segar, ikan kering, atau diolah menjadi kerupuk,
siomay, dan lain-lain.
Ikan tenggiri bertubuh memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya,
telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas).
Moncong meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di
rahang atas dan bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada
sisa kepala bagian belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan
XIII XXII jari-jari keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip
kecil tambahan (finlet).
Tenggiri Melayu (Scomberomorus commerson), spesies yang terbesar, dapat
mencapai panjang 220 cm, meski kebanyakan kurang dari 1 m saja. Tenggiri
merupakan ikan pelagis yang kerap berenang menggerombol dalam kelompok kecil,
tidak jauh dari pantai
?Tenggiri
Rentang fosil: Thanetian to Present

Tenggiri Melayu Scomberomorus commerson

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Actinopterygii

Ordo:

Perciformes

Famili:

Scombridae
Scomberomorus

Genus:

Lacepde, 1801

IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares)

Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub phylum

: Animalia
: Chordata
: Vertebrata

Classis

: Teleostei

Sub Classis

: Actinopterygii

Ordo

: Perciformes

Familia

: Scombridae

Genus

: Thunnus

Spesies

: Thunnus alalunga

Deskripsi
Ikan tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesiesdari
familyScombridae, terutama genus Thunnus.Bentuk tubuh Ikan Tuna Sirip Kuning

sedikit mirip dengan torpedo, sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong
meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran
relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan
sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet.
Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh
ujung hipural.Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping
berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping
yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni
bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisiksisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa
sisik.
IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub phylum

: Vertebrata

Classis

: Teleostei

Sub Classis

: Actinopterygii

Ordo

: Perciformes

Familia

: Scombridae

Genus

: Katsuwonus

Spesies

: Katsuwonus pelamis

Deskripsi
Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan berukuran sedang
dari familyScombridae. Tubuh Ikan cakalang berbentuk memanjang dan agak bulat
(fusiform), dengan dua sirip punggung yang terpisah. Bagian punggung berwarna
biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna
keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang di
samping badan. Tubuh tanpa sisikkecuali pada bagian barut badan (corselet)

dan gurat sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang
kuat, masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.
3.

IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis)

Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Class
Sub Class
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Pisces
: Teleostei
: Percomorphi
: Scombridae
: Euthynnus
: Euthynnus affinis

Deskripsi
Ikan tongkol ini memiliki bentuk tubuh mirip dengan ikan cakalang, yang
membedakannya yaitu pada ikan cakalang bagian perut dan bagian bawah
berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang
memanjang di samping badan, sedangkan pada ikan tongkol bagian punggung
memiliki garis-garis yang berwarna agak hitam dan pada bagian perut tidak
terdapat garis-garis. Tubuh tanpasisik kecuali pada bagian corselet dan gurat sisi.
6.

IKAN KEMBUNG ( Rastrelliger faughni )

Klasifikasi
Kingdom
Phylum

: Animalia
: Chordata

Sub phylum

: Vertebrata

Classis

: Teleostei

Sub Classis

: Actinopterygii

Ordo

: Perciformes

Familia

: Scombridae

Genus
Spesies

: Rastrelliger
: Rastrelliger faughni

Deskripsi
Tubuh Ikan Kembung/Lema ramping memanjang, memipih dan agak tinggi, Sisi
dorsal gelap, biru kehijauan hingga kecoklatan, bintik gelap membujur di dekat
pangkal sirip punggung, sisik ventral keperakan. Sisik-sisik yang menutupi tubuh
kembung berukuran kecil dan seragam.Sirip punggung dalam dua berkas, diikuti
oleh 5 sirip kecil tambahan (finlet).Jumlah finlet yang sama juga terdapat di
belakang sirip anal, duri pertama sirip anal tipis dan kecil (rudimenter).
Klasifikasi dan Morfologi
Dalam Springsteen (1986) dan FAO Fisheries Technical Paper (O. R. Pinedendi 1996),
biota ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Prosobranchia
Ordo : Archaeogastropoda
Super Family : Trochacea
Family : Trochidae
Genus : Trochus
Spesies : Trochus niloticus linn.
Hewan ini jika telah dewasa memiliki shell atau cangkang yang berwarna ungu
kemerah-merahan dan bergaris dengan peristracum berwarna kecoklat coklatan
(Gambar 1)
Gambar 1 : Morfologi Trochus niloticus
Sumber : Yulianus Paonganan (2002)
Pada waktu muda, biota ini agak sulit dibedakan dengan beberapa spesies lain
sehingga sering kali terjadi kesalahan dalam menangkap spesies ini apabila
terdapat spesies lain juga yang tertangkap.
2. 2. Reproduksi
Siput Lola merupakan hewan dioecious yang masing-masing individu memiliki
kelamin tunggal. Berdasarkan morfologi sulit diketahui perbedaan jenis kelamin
karena tidak adanya ciri-ciri kelamin sekunder yang membedakannya. Metode klasik
yang diperkenalkan oleh Amirthalingan (1932) untuk melihat jenis kelamin Lola
adalah dengan memotong bagian apeks secara longitudinal. Dari situ dapat dilihat

adanya perbedaan warna dari gonad jantan dan betina. Gonad jantan berwarna
krem keputihan sedangkan gonad betina berwana hijau tua. Namun metode ini
sangat merugikan karena harus mengorbankan hewan tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Dobson and Lee (1996) dan Paonganan (2000) menyebutkan bahwa
ada kecenderungan yang besar untuk membedakan jenis kelamin Lola dari
penampakan morfologi Lola. Lola betina meiliki cangkang dengan perbandingan
diameternya lebih besar dibandingkan dengan tinggi cangkang, sementara yang
jantan sebaliknya.
2. 3. Kebiasaan makan
Nash (1988) menyatakan bahwa Trochus niloticus merupakan hewan yang sifatnya
herbivora dan detrivora. Biota ini aktif mencari makan pada malam hari atau
dikenal dengan nama nocturnal, (Shokita et, all. 1991). Pencarian makanan disiang
hari tidak dilakukan oleh hewan ini karena cahaya matahari membatasi aktivitasnya
atau bersifat fototaksis negatif (Nash 1988).
Radula Trochus terdiri dari sekitar 150 gigi, kondisi ini memungkinkan mereka untuk
Grace epiobiotik film, mikroalga dan diatom yang menutupi puingpuing kerang
mati (Honma 1988).
Setelah dilakukan pembedahan, dalam perut Trochus niloticus terdapat
Foraminifera, Cyanophycea dan Phaeophycea dalam jumlah yang banyak
sedangkan alga merah dan hijau yang bercampur dengan pasir terdapat dalam
jumlah yang sedikit. (Shokita et, all 1991).
2 . 4 . Siklus Hidup
Kematangan seks Trochus niloticus umumnya dicapai setelah biota ini mencapai
diameter 6 cm. Trochus dewasa bertelur sepanjang tahun di daerah tropis.
Sekalipun demikian mereka bertelur secara musiman pada daerah tertentu. Mereka
memijah menurut siklus bulan yaitu mendekati bulan baru atau bulan penuh.
Trochus niloticus memiliki telur berwarna hijau gelap, berdiameter kira-kira 200 m.
Telur ini dikelilingi dengan lapisan jelly berukuran 175 500 m. Perkembangan
awal Trochus niloticus berlangsung terus sampai mencapai stadia blastula dan
gastrula. Larva mulai bergelinding di dalam telur, kemudian menetas sebagai
trocophores. Larva trocophores selanjutnya akan berubah menjadi stadia veliger.
Setelah menemukan tempat, larva akan dapat merangkak dan velum yang nantinya
akan menjadi tentakel dan operculum, berhenti berdeferensiasi. Larva mulai
menetap pada kira-kira 2,5 3 hari pada temperature sekitar 250C 300C. Mereka
akan menetap pada daerah yang substratnya terdapat lapisan alga. Selanjutnya
dari stadia larva berkembang menjadi juvenil yang baru menetap yang ukurannya
sangat kecil sekitar 0,2 mm diameternya dan sulit untuk dilihat dengan mata
telanjang. Jika pemijahan dan penetapan berlangsung dengan sukses maka juvenil
akan nampak seperti penutup yang berduri-duri (spine). Duri-duri tersebut akan
tetap ada selama 1,5 3 bulan dan membuat juvenil akan mempunyai bentuk
seperti dewasa.
Sangat sulit untuk menemukan dan mengamati juvenil yang berukuran 2 cm pada
daerah karang. Mereka dengan baik berkamuflase dengan alga dan pasir yang

melekat pada cangkang mereka. Habitat juvenil berukuran kurang dari 5 mm tidak
diketahui dengan jelas tetapi juvenil yang berukuran 1 cm mungkin dapat
ditemukan di reruntunan karang pada rataan karang. Daerah ini sepertinya
merupakan daerah nursery untuk fase-fase metamorphosis, yang daerahnya dapat
dilihat pada gambar berikut:

A. Fertilisasi eksternal, B. Larva trocophore, C. Larva veliger, D. Larva menempel


didaerah intertidal, E. Migrasi subtidal
MHWS : Batas pasang tertinggi
MLWS : Batas surut tertinggi
Gambar 2 : Siklus Hidup Trochus nilotichus
Sumber : Shokita.et.all. 1991
2. 5. Distribusi Siput Lola
Menurut Mc.Gowan (1958), penyebaran Lola terbatas pada ekosistem terumbu
karang. Hampir seluruh laut di Indo-Pasifik bahkan hingga ke perairan Indo-Australia
memiliki ekosistem yang cocok sebagai habitat Lola. Namun berdasarkan penelitian
tersebut ternyata bahwa di sekitar Kepulauan Yap, Palau dan Atoll Helen merupakan
lokasi yang paling cocok untuk pertumbuhan Lola. Pada awal tahun 1927 diadakan
pemindahan besar-besaran Siput Lola dari tempat tersebut ke Turk, Saipan, Guam,
Ponope, Marshal dan Ngulu oleh orang-orang Jepang. Upaya tersebut memberikan
hasil yang menggembirakan mereka, bahkan hingga saat ini masih bertahan hidup,
walaupun pertumbuhannya lambat dibanding tempat asalnya.
Secara geografis penyebaran Siput Lola hanya terbatas daerah-daerah ekosistem
karang. Di Indonesia khususnya di Maluku penyebaran Siput Lola terkonsentrasi
berturut-turut di Maluku Tenggara, Maluku Utara, Maluku Tengah. Diperairan Maluku
Tenggara, Siput Lola dapat ditemukan di P. Leti, P. Moa, P. Wetar dan kep. Barbar. Di
perairan Maluku Tengah, Siput Lola tersebar di P. Saparua, P. Seram bagian Timur, P.
Pombo, P. Syahrir, P. Banda, P. Manipa, P. Buano dan P. Kelang. Siput Lola ditemukan
dalam jumlah banyak di P. Buru bagian selatan seperti teluk Tifu, Desa Kaweri dan
Desa Namrole. Di perairan Maluku Utara, Siput Lola dapat ditemukan di P. Bacan, P.
Kayoa, P. Doi, P. Tidore, P. Taliabu bagian Barat dan Kep. Sula (A. Tarigan 1993).

Siput dari Family Turbinidae sering digunakan untuk membesihkan akuarium. Bahka
di Amerika Serikat akuarium laut selalu memiliki minimal satu spesies dari famili ini.
Siput ini umumnya dijual sebagai sorban siput, keong dan siput bintang. Seperti
siput lola, siput turbo juga memiliki cangkang yang, dalam kasus beberapa spesies
Turbo yang lebih besar, dapat tumbuh sampai setengah ukuran kaki. Turbo siput
dapat dibedakan dari siput lola dengan melihat bagian bawah dari cangkang
mereka. Kita bisa melihat sebuah lubang besar (disebut aperture) dengan
operkulum putih (bagian yang menutup dari lubang ketika tubuh bekicot adalah
keluar) pada siput turbo.Trochus siput memiliki operkulum cokelat.
Salah satu penyebab utama kematian dini dari turbo adalah kenyataan bahwa
spesies dari subtropis sering ditambahkan ke akuarium daerah tropis. Sedangkan
siput, terutama yang dari lingkungan air dangkal dan zona intertidal, sangat toleran
ketika datang ke kondisi termal, paparan yang panjang dalam sistem tropis akan
sangat memperpendek umur dari sebuah bekicot yang berasal dari subtropis.
Secara umum, bagaimanapun siput tropis dari Famili Turbinidae adalah hewan yang
baik untuk akuarium tropis. Mereka adalah pemangsa yang sangat baik sehingga
bisa menghemat waktu untuk mengurus akuarium.
Nama umum siput turban mungkin didasarkan pada kesamaan bentuk dengan
sorban. Namun yang pasti nama Turbinidae didasarkan pada nama Genus Turbo
yang dalam bahasa Latin dapat diartikan sebagai turbin yang dapat berputar Famili
Turbinidae yang memiliki kesamaan namun berbeda adalah Trochidae karena
memiliki operkulum yangberbeda.
Morfologi
Gastropoda Merupakan hewan Mollusca yang berjalan dengan bagian kaki perut,
berasal dari bahasa Yunani (gaster = perut; podas = kaki) artinya hewan yang
memiliki kaki perut.
Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Menurut Oemarjati
(1990), hewan kelas gastropoda umumnya bercangkang tunggal, yang terpilin
membentuk spiral, beberapa jenis diantaranya tidak mempunyai cangkang, kepala
jelas, umunya dengan dua pasang tentakel kaki lebar dan pipih, memiliki rongga
mantel dan organ-organ internal, bagi yang bercangkang, antara kepala dan kaki
terputus, insang berjumlah kurang lebih satu atau dua buah, bernafas dengan paruparu, organ reproduksi jumlah satu atau dua fertilasi secara internal dan eksternal.
Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian
luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar
ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila
cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siputsiput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali
ditemukan dalam bentuk sinistral. Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral
disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih
cepat dari yang sebelah dalam.

Anatomi Gastropoda
Secara umum, anatomi gastropoda prosobranch jantan (tidak berlaku bagi subkelas
lainnya) ditunjukkan dalam gambar di samping.
Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di
bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah belakang.
Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau
perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari
perkembangan larvanya
Tentang iklan-iklan ini

Strombidae
1.1 Latar Belakang
Gigas strombus adalah siput laut lebih dikenal sebagai Keong ratu. Hal ini juga
dikenal sebagai Keong pink, lambi, botuto, atau guarura (Berg 1976). Keong ratu
adalah kuat-dikupas spesies, juga memiliki cangkang halus dengan deretan node di
bahu dari whorl. Warna dapat putih, cokelat, atau krem dalam penampilan.
pewarnaan ini kadang-kadang berwarna cahaya kuning oranye di beberapa
spesimen (Sterrer 1986). Ini adalah siput besar, dengan cangkang mereka tumbuh
panjang sampai tiga ratus milimeter (Sterrer 1986). Seperti siput lain bertubuh
lunak, yang terdiri dari-rintik kaki hitam, seperti belalai moncong, sepasang
tentakel, dan dua eyestalks atasnya yang khas dan mata kuning warna-warni
(Randall 1964).
Keong ratu adalah salah satu dari enam spesies dari genus Strombus. yang
lainnya adalah S.

raninus, S.
gallus, S.
costatus, S.
pugilis, dan S.
goliath (Itis situs web). Hal ini mudah dibedakan dari spesies lain melalui aperture
dalam berwarna merah jambu, fitur yang tidak dimiliki semua spesies Atlantik Barat
lainnya (Randall 1964). Keong Ratu juga lebih besar daripada spesies lainnya,
dengan beberapa mampu mendekati panjangnya tiga ratus milimeter (Sterrer
1986).
Tidak seperti kebanyakan gastropoda, yang bergerak melalui gelombang otot
kaki mereka, Keong ratu melemparkan dirinya dalam pendek hop yang berbentuk
sabit operkulum, terletak di ujung belakang kaki, berada menghadap dasar laut.
operkulum ini berbentuk berbeda dan berukuran lebih kecil daripada siput lainnya,
sehingga tidak dapat menutup seperti yang dilakukannya pada spesies lain (Randall
1964). Sebaliknya digunakan terutama dalam kapasitas lokomotif dan untuk
membantu bagian kanan Keong ketika terbalik (Randall 1964). Hal ini dilakukan
dengan memperluas tubuh dan mendorong substrat dengan kaki dan operkulum
(Sterrer 1992). Para operkulum juga berfungsi sebagai senjata defensif terhadap
pemangsa (Randall 1964).
BAB II
PEMBAHASAN

Taksonomi
Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Subclass: Prosobranchia
Order

: Neotaenioglossa

Keluarga: Strombidae
Genus

:Strombus

Spesies : Strombus gigas


Habitat
Keong Ratu tinggal di tempat hangat, laut dangkal, mulai dari Bermuda di Utara
sampai Brasil (Martin-Mora 1995). Mereka ditemukan di seluruh pulau-pulau di
Karibia dan Bahama. Mereka sekali umum di Bermuda dan di tempat lain, tetapi
overfishing telah menyebabkan hancurnya populasi di seluruh jangkauan. Hari ini
sangatlah langka bagi seseorang untuk menghadapi Keong ratu di Bermuda. Keong
dewasa terutama ditemukan di padang lamun, atau rumput manatee. Mereka juga
ditemukan di dataran pasir, dan dapat ditemukan dalam pecahan karang atau pada
terumbu (Antigua Barbuda Divisi Lingkungan 2006). Dalam Bermuda keong ratu
tampaknya lebih memilih tempat tidur turtlegrass di terumbu luar sebagai lawan
dari pantai (Sterrer 1992). conchs Ratu telah diamati pada kedalaman bervariasi,
mulai dari sepanjang pantai saat pasang rendah ke sedalam dua ratus kaki (Randall
1964). Umumnya meskipun, mereka ditemukan antara lima dan dua puluh meter.
Sebuah moluska herbivora yang mengandalkan ganggang sebagai sumber
makanan utama, Keong ratu hanya bisa hidup di mana ia dapat merumput dengan
baik.
Ekologi

Berbagai mangsa filum dari keong ratu, termasuk reptil, ikan, udang, cumi,
mamalia, dan gastropoda lain (Randall 1964).. keong Ratu sendiri herbivora, makan
pada alga dan ganggang detritus. Mereka mengkonsumsi beberapa jenis alga yang
terkait dengan rumput, termasuk Cladophora sp dan Polysiphonia sp tapi., Bukan
rumput itu sendiri (Randall 1964). Untuk mencerna diet yang sarat selulosa ini,
sistem pencernaan mereka menggunakan gaya kristal dan batang yang fleksibel
yang terdiri dari gel microprotein. Gaya berputar terhadap perisai lambung pada
saluran pencernaan seperti enzim disekresikan, dan bersama dengan kelenjar ludah
dan kantong esofagus adalah cara sebuah tanaman dicernanya (Antigua Barbuda
Divisi Lingkungan 2006). Keong ratu hampir tidak membedakan pemakan;
umumnya jenis alga apa yang dominan adalah sumber makanan utama mereka
(Randall 1964). Namun, mereka keluar dari jalan mereka untuk menghindari
mengkonsumsi organisme benthik seperti spons atau Bryozoa (Randall 1964).
Beberapa hal hewan ditemukan untuk dikonsumsi oleh keong ini dan memicu
beberapa kontroversi bahwa mereka predator (Randall 1964). Namun, beberapa
organisme kecil kemungkinan besar sengaja dikonsumsi oleh conchs/keong, bukan
korban langsung predasi (Randall 1964).
Reproduksi Keong ratu telah banyak dipelajari untuk keperluan akuakultur.
Pemijahan dapat terjadi enam hingga delapan kali selama satu musim, dan conchs
ratu telah diamati bersanggama dari pertengahan Maret hingga November, selama
dua hari dan malam. (Randall 1964). Pemijahan terjadi ketika laki-laki, terletak di
belakang wanita, menyisipkan titik berwarna hitam, seperti penis sekop disebut
ambang ke Teman siphonal takik betina (Randall 1964). Setelah menerima sperma
dari laki-laki, perempuan tetap mempertahankan itu selama beberapa minggu,
melepaskannya sementara bertelur untuk pupuk mereka (Randall 1964). agregasi
pemijahan massal telah terbukti terjadi (Sterrer 1992). Telur diletakkan di dalam
alur berkelanjutan dengan sebanyak tiga perempat juta telur dalam satu untai
(Sterrer 1986). Dua belas hingga lima belas telur per milimeter dari untai telur telah
diamati, dengan tiga belas telur paling banyak ditemukan, dan untaian diletakkan
pada tingkat rata-rata satu setengah meter per jam (Randall 1964). Seluruh proses
bertelur terjadi selama kurang dari satu hari (Randall 1964). substrat Sandy
merupakan persyaratan untuk pemijahan, sebagai telur yang disimpan dalam pasir
(Selendang 2004). kualitas air, pasokan makanan, dan suhu semua berperan dalam
proses pemijahan (Selendang 2004). Faktor terakhir yang diamati di alam liar,
dengan musim reproduksi ditandai dengan peningkatan suhu sepanjang bulanbulan musim panas, serta oleh penyinaran jam dua belas (Selendang 2004).
Siklus Hidup
Siklus hidup conchs ratu dimulai sekitar seminggu setelah pemijahan ketika larva
keluar dari kantung telur (Sterrer 1992). Perkembangan embrio hasil cepat setelah

pembuahan, mencapai tahap gastrula setelah jam enam belas, tahap trochophore
setelah lima puluh delapan, dan veligers menjadi, atau larva mengambang bebas,
setelah tujuh hari (Randall 1964). Pengukuran ini diambil pada embrio captive, yang
biasanya tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan di sehingga, pembangunan liar
di alam akan dilakukan di tingkat yang lebih cepat (Stoner 1997). veliger ini
memiliki cangkang transparan kecil disebut protoconch yang pada akhirnya akan
berkembang menjadi dewasa shell (Antigua Barbuda Divisi Lingkungan 2006).
Setelah enam hari mereka mengembangkan empat-seperti lobus sayap, dan
kemudian mereka mendapatkan dua lobus lebih setelah dua belas hari. Larva ini
dapat ditemukan di dalam air terbuka sedalam seratus meter, namun umumnya
terjadi di lapisan atas laut di atas termoklin. Setelah tiga minggu mengambang
dalam kolom air, veligers menetap dan lobus berubah menjadi kaki sementara
belalai terus mengembangkan (Sterrer 1992). Para veligers menetap dan bentuknya
menjadi bentuk bentik mereka dalam menanggapi adanya ganggang tertentu, dan
menyelesaikan karena dasar dan tidak isyarat ditularkan melalui air (Davis dan
Stoner 1994). Para veligers adalah metamorphically kompeten selama enam hari,
setelah mana mereka kehilangan kemampuan (Davis dan Stoner 1994). Tampaknya
ada beberapa variabilitas respon conchs untuk menetap isyarat yang berbeda,
seperti jenis substrat dan lokasi (Boettcher dan Targett 1996). Selama periode
penyelesaian kematian remaja sangat tinggi, sampai enam puluh persen setahun.
Setelah satu bulan, Keong ini dikupas dan menyerupai orang dewasa, meskipun
membutuhkan waktu tiga tahun untuk bibir pembakaran karakteristik shell untuk
mengembangkan (Sterrer 1992). Setelah mencapai panjang delapan sampai
sepuluh inci, mereka menjadi seksual dewasa (Selendang dan Davis 2004). Mereka
dikenal hidup selama setidaknya enam tahun di alam liar (Sterrer 1992).
Penelitian terbaru
Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi beberapa pekerjaan menarik
diselesaikan di bidang penelitian Keong ratu. Satu studi menemukan bahwa
paparan predator memiliki pengaruh pada morfologi cangkang Keong (Delgado et
al. 2002). Sudah mengamati bahwa individu Keong ratu dibesarkan di tempat
penetasan memiliki cangkang yang lebih lemah dan duri lebih pendek dari conchs
liar (Delgado et al. 2002). Itu adalah berpikir bahwa conchs mungkin, seperti
banyak organisme lain, menunjukkan semacam respon terkait predator bahwa
individu-individu dewasa penetasan tidak mengalami (Delgado et al. 2002). Dalam
studi tersebut, kelompok eksperimental conchs ratu remaja terkena lobster berduri
terkurung, dan kelompok kontrol untuk kandang kosong (Delgado et al 2002.). Pada
akhir percobaan ditemukan bahwa cangkang lobster conchs terkena tumbuh pada
tingkat lebih lambat dibandingkan kelompok kontrol, tetapi kerang ditimbang sama,
menyiratkan bahwa kerang yang lebih kecil lebih tebal atau lebih padat daripada
lagi rekan-rekan mereka (Delgado et al). 2002. Selain itu, conchs terkena terkubur

diri di pasir jauh lebih sering daripada kelompok kontrol, menunjukkan perbedaan
perilaku antara kedua kelompok (Delgado et al 2002.).
Sebuah studi baru-baru ini lebih memeriksa mekanisme patah dari cangkang
Keong ratu, melakukan analisis mikromekanik pada kerang untuk melihat apa yang
bertanggung jawab untuk ketahanan terhadap bencana fraktur (Kamat et al
2004.). Shell dari Keong ratu dapat menahan patah tulang ratus hingga seribu kali
lebih baik daripada aragonit, mineral yang membentuk sembilan puluh sembilan
persen dari cangkangnya (Gorman 2000). Studi ini menemukan bahwa struktur shell
dirancang untuk memungkinkan retak melekat untuk mencapai suatu titik tertentu,
yang disebut batas ACK, tanpa menghasilkan kegagalan katastropik (Kamat et al
2004.). Batas ACK, atau-Cooper-Kelly batas Aveston, adalah titik di mana semua
ligamen yang retak jembatan tetap di tempat sebagai retak tumbuh,
memungkinkan shell untuk tetap utuh meskipun kehadiran retak (et
al Kamat2004.). Suhu tes menunjukkan bahwa daktilitass proteinaceous interfase
shell adalah faktor utama yang mempengaruhi batas ini (Kamat et al
2004.).Penggunaan pengetahuan baru ini dapat membantu memandu penciptaan
tangguh, keramik ringan (Kamat dkk 2000.,).

Nama Daerah: Lola


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Superfamily : Trochoidea
Family

: Trochidae

Subfamily

: Trochinae

Genus

: Trochus

Species

: Trochustiaratus

5.

Nama Daerah: Troka

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Superfamily : Trochoidea
Family

: Trochidae

Subfamily

: Trochinae

Genus

: Tectus

Species

: Tectus niloticus

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis ) Ikan tongkol merupakan
salah satu ikan yang termasuk kedalam ikan tuna kecil, yang memiliki badan
memanjang, tidak memiliki sisik dan juga mempunyai sirip punggung yang sangat
keras. Ikan tongkol ini termasuk kedalam famili scombridae dengan genus
euthynnus yang memiliki ukuran yang lumayan besar, dengan panjang sekitar 5060 cm dan juga berwarna abu-abu serta memiliki daging debal berwarna merah tua.

Namun, untuk menentukan beberapa tingakatan dapat dilakukan dengan cara


menentukan anatomi, morfologi dan klasifikasi ikan tongkol ini dapat dibedakan
berdasarkan tingkatannya yaitu sebagai berikut :
Klasifikasi ikan tongkol
Menurut saenan, 1984 klasifikasi ikan tongkol ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affinis
Morfologi ikan tongkol
Ikan tongkol ini memiliki bagian kepala memanjang dan agak meruncing dengan
mulut yang meruncing kebawah, selain itu memiliki bagian kelapa berawarna abu
abu yang mengkilat. Bagian badan memanjang dengan bentuk pipih disertai
dengan adanya sirip punggung, dubur, perut dan juga dada pada bagian pangkal
melengkung pada tubuh. sehingga bagian sirip tersebut dapat dilipat masuk
kedalam lekukan tersebut. Dan bagian belakang dari sirip punggung dan sirip dubur
tersebut merupakan sirip tambahan kecil yang disebut dengan finlet. ( Djunhanda,
1981 )
Komposisi kimia ikan tongkol
Komponen kimia utam dari daging ikan adalah air, protein dan lemak yang
mencapai 98 % dari total berat daging. Selain itu, komponen ini juga sangat
mempengaruhi terhadap nilai nutrisi, sifat fungis, kualitas sensori dan stabilitas
penyimpanan pada daging. Kandungan komponen kimia lainnya itu berupa
karbohidrat, vitamin dan mineral berkisar 2 % yang sangat memiliki peran penting
dalam biokima didalam jaringan ikan yang sudah mati ( Sikoski, 1994 ).
Kandungan gizi ikan tongkol ini berupa kadar air 71.00-76.776 %, protein 21.6026.30 %, lemak 1.30-2.10 %, mineral 1.20-150 % dan abu 1.45-3.40 %. Secara
umum bagian ikan yang dikonsumsi berkiasr antara 45 50 %. ( Suzuki, 1981 )

Tiram mutiara ( Pinctada radiata )


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Bivalvia

Order

:Pterioida

Family

: Pteriidae

Genus

: Pinctada

Species

: P. radiata

Kerang mutiara
Pinctada radiata, umumnya dikenal sebagai Atlantik mutiara tiram atau Teluk tiram
mutiara adalah spesies kerang mutiara didistribusikan ke seluruh Indo - Pasifik .
Pinctada radiata umumnya antara 50 dan 65 mm ( 2,0 dan 2,6 in) panjang ,
meskipun dapat mencapai 106 mm ( 4,2 in) .
Pinctada radiata terjadi di seluruh Indo - Pasifik dan Laut Mediterania di semua
kedalaman , meskipun umumnya ditemukan antara 5-25 m ( 16-82 kaki) . Pinctada
radiata menempel pada berbagai substrat keras , termasuk batu dan bangkai
kapal .Pinctada radiata adalah umum di seluruh jangkauan , mungkin karena
adaptasi terhadap lingkungan subtropis dan kemampuan untuk bertahan hidup di
air yang tercemar .
Pinctada radiata dipanen untuk mutiara , terutama di perairan Qatar , di mana hal
itu mungkin merupakan hingga 95 % hasil tangkapan tiram . Hal ini juga ditangkap
untuk dimakan dagingnya dan shell berkilau . Pinctada radiata juga telah diteliti
untuk kemungkinan digunakan sebagai bioindikator logam berat.

Bioekologi Siput Gonggong


2.1.1. Biologi Siput Gonggong
Sistematik klasifikasi siput gonggong adalah sebagai berikut (Wye 1997dalamUtami
2012):
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda

Ordo : Neotaenioglossa
Famili : Strombidae
Genus : Strombus

Siput gonggong merupakan salah satu spesies dari siput laut menengah, yang
termasuk dalam filum moluska dan berada dalam keluarga strombidae
yangdianggap sebagai spesies ekonomis penting di Indo-Pasifik Barat.Pada
tingkatindividu dewasa memiliki cangkang berwarna coklat kekuningan atau emas
dan abu-abu. Selain itu juga siput gonggong memiliki karakteristik, yaitu
cangkangmenyerupai gasing dan tutup cangkang berbentuk sabit, mulut cangkang
(aperture) tumbuh melebar ke arah luar, lekukan stromboid terletak di sisi kanan
anterior cangkang, tepi cangkang bagian luar (outer lip) menebal, lapisan
cangkangnya tebal, permukaan gelung besar rata tanpa tonjolan atau lekukan,
panjang maksimum cangkang dapat mencapai 100 mm, tetapi umumnya berukuran
65 mm. Permukaan luar cangkang mulus, saluran siphonal yang terdapat pada
spesies ini berbentuk lurus, dan pendek, serta columella yang halus dan benarbenar tanpa lipatan. Pada bagian tubuh yang tegak dengan beberapa alur spinal
anterior yang menegak berbentuk kerucut, berkerut, dan halus.
Cangkang siput gonggong lebih berfungsi sebagai alat gerak pengeruk substrat dan
bela diri atau mempertahankan diri daripada sebagai tutup cangkang, karena tidak
menutup seluruh daerah mulut cangkang (Yonge1976dalam Utami
2012).Pertumbuhan cangkang moluska sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan-bahan pembentuk cangkang, seperti kalsium karbonat sebagai unsur makro,
magnesium karbonat, silikat, fosfat, asam amino, seperti asam asparatik, serine,
alanine dan lainnya sebagai unsur mikro (Bevelander et al 1981).
2.1.2. Habitat dan Tingkah Laku Siput Gonggong
Habitat siput gonggong umumnya adalah substrat lumpur berpasir yang banyak
ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun dan makro alga, mulai dari batas surut
terendah hingga kedalaman 6 meter (Abbott, 1960). Pemilihan habitat ini

mengikuti ketersediaan makanan berupa detritus dan makro alga serta kondisi
lingkungan yang terlindung dari gerakan massa air (Nybakken, 1988).
Siput gonggong lebih bersifat epifauna atau hidup di atas permukaan substrat,
walaupun hewan ini juga memiliki kebiasaan membenamkan diri pada waktu-waktu
tertentu.Pemilihan ini dikarenakan kegiatan mencari makan dan reproduksi
dilakukan di permukaan substrat.Jenis siput laut ini memiliki tingkah laku dalam
beberapa fase sebagai berikut fase membenamkan diri ke dalam substrat, fase aktif
mencari makan di permukaan substrat, dan fase reproduksi. Siput gonggong akan
membenamkan diri ke dalam substrat pada saat pergerakan masaa air.
2.1.3. Reproduksi dan Siklus Hidup
Menurut Barker (2001), banyak gastropoda alat kelaminnya terpisah, sehingga tiap
individu adalah dioseus dengan satu gonad yang terletak dekat apex. Secara umum
Gastropoda memiliki alat kelamin yang terpisah, begitu pula halnya dengan siput
gonggong (Strombus turturella).
Penelitian tentang reproduksi siput gonggong belum banyak dilakukan baik di
daerah tropis maupun sub-tropis.Musim penangkapan siput gonggong di perairan P.
Bintan Riau mencapai puncaknya pada bulan Mei hingga Oktober (Amini, 1986).
Menurut Barnes(1994)dalam Siddik (2011), kebanyakan gastropoda bersifat dioseus
dengan sebuah gonad (ovari atau testis) terletak dekat saluran pencernaan dalam
massa viseral .
1.Trochus sp.

Animalia

Kingdom

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Clade:

Vetigastropoda

Superfamily : Trochoidea
Family

: Trochidae

Genus

: Trochus

Invertebrata
Spesies

Trochus sp.

2. Strombus sp
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Subkelas

: Orthogastropoda

Ordo

: Sorbeoconcha

Famili

: Strombidae

Genus

: Strombus

Spesies

: Strombus sp

Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang dari kelas Bivalvia yang berpotensi
dan memiliki nilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan
mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kerang darah

biasanya dijadikan makanan dan diproduksi dalam bentuk segar, hidup, kupas
rebus, dan sate. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik preparasi kerang
darah (Anadara granosa), mengetahui karakteristik rendemen, laju kemunduran
mutu, dan komposisi kimia (analisis proksimat). Metode yang digunakan adalah
perhitungan morfometrik, perhitungan rendemen dari kerang darah, dan analisis
proksimat. Data yang diperoleh dari hasil praktikum adalah panjang total kerang
darah (3,13 0,24) cm, lebar (2,53 0,29) cm, tinggi (2,29 0,41) cm, dan bobot
total (10,29 1,74) gr. Rendemen kerang darah yang diperoleh adalah rendemen
daging sebesar 13%, rendemen cangkang sebesar 69%, dan rendemen jeroan
sebesar 18%.
Kata kunci : analisis proksimat, kerang darah, morfometrik, rendemen.

PENDAHULUAN

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang
berpotensi dan bernilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan sebagai sumber
protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Kerang darah banyak ditemukan pada substrat yang berlumpur di muara sungai
dengan topografi pantai yang landai sampai kedalaman 20 m. Kerang darah bersifat
infauna yaitu hidup dengan cara membenamkan diri di bawah permukaan lumpur di
perairan dangkal (PKSPL 2004).
Ciri-ciri dari kerang darah adalah mempunyai dua keping cangkang yang tebal,
ellips, dan kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib, cangkang berwarna putih ditutupi
periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran
kerang dewasa 6-9 cm. Menurut Pratt (1935) dan Barnes (1974) klasifikasi dari
kerang darah (Anadara granosa) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda/ Bivalvia
Subkelas : Lamelladibranchia
Ordo : Taxodonta
Famili : Arcidae
Genus : Anadara

Spesies : Anadara granosa


Kerang darah termasuk ke dalam kelas Pelcypoda/ Bivalvia yang kebanyakan hidup
di laut terutama di daerah litoral, dasar perairan yang berlumpur atau berpasir.
Pada dasarnya tubuh Pelecypoda ini tertutup dua keping cangkang yang
berhubungan di bagian dorsal dengan adanya hinge ligamen, yaitu semacam pita
elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk. Kedua keping cangkang
pada bagian dalam juga ditautkan oleh satu atau dua buah otot aduktor yang
bekerja secara antagonis dengan hinge ligamen (Suwignyo 1998).
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan ciliary feeder (sebagai deposit feeder
atau filter feeder). Sebagai filter feeder kerang menyaring makanannya
menggunakan insang yang berlubang-lubang. Makanan utamanya adalah plankton,
terutama fitoplankton (Suwignyo 1998).

Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Darah (Anadara sp.)


Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Darah (Anadara sp.)
Kerang dara (Anadara sp.) termasuk hewan lunak yang hidup pada perairan yang
berlumpur. Menurut Boom (1985) diacu dalam Kasry (2003) klasifikasi kerang darah
adalah sebagai berikut :
Fillum

: Moluska

Kelas

: Bivalva

Ordo

: Arcoida

Famili

: Arcidae

Subfamili

: Anadarinae

Genus

: Anadara

Spesies

: Anadara sp.

Menurut Moeljanto dan Heruwati (1975) diacu dalam Kasry (2003), kerang darah
merupakan salah satu jenis kerang yang mempunyai nilai ekonomis penting dan
disukai masyarakat. Selanjutnya Ismail (1971) diacu dalam Kasry (2003)
mengatakan kerang darah mempunyai rasa yang guring karena mengandung lemak
dan kadar protein yang tinggi. Komposisi kimia kerang dara (Anadara sp.) adalah air
83%, lemak 0.91%, protein 10.33% dan kadar abu 1.84% (Moeljanto dan Heruwati
1975 diacu dalam Kasry 2003). Kerang darah yang telah dewasa yang berukuran
diameter 4 cm dapat memberikan sumbangan energi sebesar 59 kalori serat
mengandung 8 gram protein, 1.1 gram lemak, 3.6 gram karbohidrat, 133 mg

kalsium, 170 mg phosfor, 300 SI vitamin A dan 0.01 mg vitamin B1 (Karnadi 1991
diacu dalam Kasry 2003).
Kerang merupakan mahkluk filter feeder yang mengakumulasi bahan-bahan yang
tersaring di dalam insangnya. Dalam prosesnya bakteri dan mikroorganisme lain
yang ada di sekelilingnya dapat terakumulasi dan mencapai jumlah yang
membahayakan untuk dikonsumsi (Leslie dan lee 1984 diacu dalam Kasry 2003).
Budiman (1975) diacu dalam Kasry (2003) menyatakan bahwa tercatat 20 jenis
kerang dari famili Acidae, sedangkan yang dimanfaatkan untuk di ambil dagingnya
masih terbatas pada kerang dara (Anadara granosa), kerang bulu (Anadora inflata)
dan kerang gelatik (Anadora antiquata).
Pemanfaatan kerang saat ini masih terbatas pada konsumsi, dalam hewan segar
atau diawetkan dengan penggaraman dan penyaringan. Pengawetan tersebut
bertujuan untuk menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan/
mempertahankan mutu, menghindari terjadinya keracunan dan mempermudah
penanganan serta penyimpanan (Winaryo dan laksmi 1974 diacu dalam Kasry
2003).

kerang (Anadara Sp) phylum mollusca

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Phylum mollusca sudah ada sejak zaman kambrian,kira-kira 450 juta tahun yang
lalu. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan fosil molluska yang berasal dari
zaman kambria. Phylum hewani ini merupakan golongan kedua terbesar didunia
hewan (regnum animalia ). Semuanya tersebar,baik didarat(teresterial),maupun
diair(akuatik). Penyebaran hewan ini sangat luas ,baik geografis maupun geologis.
Dikenal lebih dari 100.000 spesies yang masih hidup dan mungkin lebih besar lagi
jumlah fosilnya
Molluska berasal dari katamollsyang artinya lunak,kalau ditinjau dari keadaan
yang primitif,tubuh molluska menunjukan simetris bilateral (dimana bagian sebelah
kiri merupakan bayangan dari sebelah kanan ). Dan sebagian besar tubuh hewan
molluska yang lunak dilindungi oleh cangkang (exoskleton) yang keras. Cangkang
(exoskleton)yang melindungi tubuh hewan molluska terbuat dari kalsium karbonat
(CaCO3) atau zat kapur. Tubuh utama molluska diselimuti oleh lipatan cangkang

yang disebut cavumm valli(paru). Hewan-hewan molluska telah memiliki sistem


organ yang lengkap.
Pengertian kerang bersifat umum tidak memiliki arti secara biologi, namun
penggunaannya luas dan dipakai dalam kegiatan ekonomi. Dalam pengertian paling
luas, kerang berarti semua moluska dengan sepasang cangkang. Dengan
pengertian ini, lebih tepat orang menyebutnya kerang-kerangan dan sepadan
dengan arti clam yang dipakai di Amerika. Contoh pemakaian seperti ini dapat
dilihat pada istilah "kerajinan dari kerang".Kata kerang dapat pula berarti semua
kerang-kerangan yang hidupnya menempel pada suatu obyek. Ke dalamnya
termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan, seperti kerang darah dan kerang
hijau (kupang awung), namun tidak termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan tetapi
menggeletak di pasir atau dasar perairan, seperti lokan dan remis.
Hewan yang termasuk philum molluska memiliki tubuh lunak,tidak beruasruas(segmen),dengan ciri tubuh bagian atas (anterior) adalah kepala (caput),sisi
bawah(ventral)berfungsi sebagai kaki musculer. Dan massa visceranya terdapat
pada sisi atas (dorsal).
Lingkungan perairan tropis Indonesia sangat mendukung kehidupan kerang mutiara
sehingga pertumbuhannya dapat berlangsung sepanjang tahun. Kerang mutiara
biasanya hidup di daerahterumbu karang atau substrat yang berpasir, dan pola
penyebaran kerang mutiara biasanya terdapat pada daerah yang beriklim hangat di
daerah tropis dan subtropis. Pertumbuhan kerang di daerah subtropis berlangsung
di musim panas (summer) sedangkan di musim dingin (winter) pertumbuhannya
berlangsung lambat atau terkadang tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.
Hal inilah yang menyebabkan waktu pertumbuhan kerang mutiara di Indonesia
(daerah tropis) cenderung 4,6 kali lebih cepat dibandingkan dengan kerang mutiara
Jepang (daerah subtropis).

A.

Rumusan Masaalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini
adalah bagaimana cara kita bisa mengetahui lebih luas tentang kerang Mutiara
(Anadara sp)

B.

tujuan Penulisan

Pada penulisan yang penulis sajikan di atas maka tujuan yang ingin di capai
adalah supaya kita bisa mengetahui tentang Kerang Mutiara (Anadara sp)

C.

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat disimpulkan adalah penulis dan pembaca dapat
mengetahui tentang Kerang Mutiara (Anadara sp)

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian kerang

Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska).
Pengertian kerang bersifat umum dan tidak memiliki arti secara biologi namun
penggunaannya luas dan dipakai dalam kegiatan ekonomi.
Dalam pengertian paling luas, kerang berarti semua moluska dengan sepasang
cangkang. Dengan pengertian ini, lebih tepat orang menyebutnya kerang-kerangan
dan sepadan dengan articlam yang dipakai di Amerika. Contoh pemakaian seperti
ini dapat dilihat pada istilah "kerajinan dari kerang".
Kata kerang dapat pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya menempel
pada suatu obyek. Ke dalamnya termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan, seperti
kerang darah dan kerang hijau (kupang awung), namun tidak termasuk jenis-jenis
yang dapat dimakan tetapi menggeletak di pasir atau dasar perairan, seperti lokan
dan remis.
Kerang juga dipakai untuk menyebut berbagai kerang-kerangan yang bercangkang
tebal, berkapur, dengan pola radial pada cangkang yang tegas. Dalam pengertian
ini, kerang hijau tidak termasuk di dalamnya dan lebih tepat disebut kupang.
Pengertian yang paling mendekati dalam bahasa Inggris adalah cockle. Dalam
pengertian yang paling sempit, yang dimaksud sebagai kerang adalah kerang darah
(Anadara granosa), sejenis kerang budidaya yang umum dijumpai di wilayah IndoPasifik dan banyak dijual di warung atau rumah makan yang menjual hasil laut.

Gambar 1. Kerang Mutiara

B.

Ciri-ciri umum

Semua kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang (disebut juga cangkok atau


katup) yang biasanya simetri cermin yang terhubung dengan suatu ligamen
(jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat dua otot adduktor yang mengatur
buka-tutupnya cangkang.
Kerang tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata.
Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak
dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang
sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut.
Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan
oksigen berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang
menyelubungi organ-organnya.
Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri
merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.
Semua kerang adalah jantan ketika muda. Beberapa akan menjadi betina seiring
dengan kedewasaan.

C.

Fisiologi Anatomi

1) Cangkang

Cangkang adalah rangka luar pada kerang. Cangkang ini dibentuk oleh sel-sel
cangkang (epitel mantel) yang mengeluarkan secreta . Cangkang terdiri dari 3
lapisan dari luar kedalam, adalah :
a.
Periostracum ,yang berwarna hitam,terbuat dari bahan tanduk yang disebut
cocchiolin.
b.
Prismatic ,yang tersusun dari kristal-kristal kalsium karbonat(zat kapur yang
berbentuk prisma )
c.
Lapisan nacreas (mutiara) ,juga terdiri dari kristal-kristal kalsium karbonat
(zat kapur yang berbentuk prisma tetapi susunannya lebih rapat.
d.
Engsel cangkang dibentuk oleh jaringan ikat yang disebut ligamentum. Kedua
cangkang dapat membuka dan menutup , karena adanya dua otot adductor ,satu
terletak di bagian anterior dan satunya lagi terdapat di bagian posterior.

D.

Klasifikasi

Kingdom

: Hewan

Filum

: Moluska

Subfilum

: Invertebrat

Kelas

: Bivalvia

Order

: Veneroida

Superkeluarga : Cardioidea
Keluarga

: Cardiidae

Spisies

: Anadara sp

ABSTRAK
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang memiliki
nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi. Kerang darah kaya akan kandungan
protein dan mineral yang berpotensi dalam memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik preparasi
kerang darah, menghitung rendemen, laju kemunduran mutu, serta komposisi kimia
(analisis proksimat) kerang darah. Parameter yang digunakan dalam praktikum ini

antara lain berat total, lebar, panjang, tinggi, rendemen cangkang, rendemen
daging dan rendemen jeroan. Berdasarkan data yang diperoleh, yaitu berat total
(10,481,65) gram, panjang (3,220,24) cm, lebar (2,590,34) cm, tinggi
(2,190,27) cm, rendemen cangkang 67%, rendemen daging 14% dan rendemen
jeroan 19%. Kemunduran mutu yang terjadi pada kijing tersebut dapat dipengaruhi
oleh suhu, ukuran, kandungan bahan dan cara penanganannya.

Kata kunci : analisis proksimat, kerang darah (Anadara granosa), morfologi,


rendemen.

PENDAHULUAN
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan kelas bivalva famili Archidae dan
genus Anadara. Bentuknya bulat kipas, agak lonjong, mempunyai dua belahan yang
sama (simetris), kerang ini memiliki garis palial pada cangkang sebelah dalam
lengkap dan garis palial bagian luar beralur. Bagian dalam halus dengan warna
putih mengkilat. Warna dasar kerang dara yaitu putih kemerahan (merah darah),
bagian daging berrwarna merah dan ukuran lebar cagkang dapat mencapai 4 cm
(Umbara dan suseno 2006). Klasifikasi kerang darah menurut Boom (1985) dalam
Marzuki et al. 2006, adalah sebagai berikut:
Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalva

Ordo

: Arcoida

Famili

: Arcidae

Sub Famili

: Anadarinae

Genus

: Anadara

Spesies

: Anadara granosa

Gambar 1. Kerang darah (Anadara granosa)


Sumber: dokumentasi pribadi (2010)
Disebut kerang darah karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah
merah/haemoglobin yang disebut bloody cockles, sehingga kerang ini dapat hidup

pada kondisi kadar oksigen yang relatif rendah, bahkan setelah dipanen masih bisa
hidup walaupun tanpa air. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika pedagang
menjual kerang dalam keadaan hidup dengan ciri cangkang tertutup rapat bila
terkena sentuhan. Sedangkan kerang yang mati cangkangnya agak terbuka dan
sedikit menganga yang diikuti oleh bau segar yang perlahan-lahan berganti dengan
bau busuk (amoniak) (PKSPL 2004).
Ciri-ciri kerang darah adalah sebagai berikut: mempunyai 2 keping cangkang yang
tebal, ellifs dan kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib, cangkang berwarna putih
ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai cokelat kehitaman.
Ukuran kerang dewasa 6-9 .Kerang darah (Anadara granosa) termasuk kedalam
hewan lunak yang hidup pada perairan berlumpur, hidupnya dengan cara
membenamkan diri di dalam lumpur berpasir di daerah pasang surut. Biota ini
mampu mengakumulasikan timbal sehingga dapat dimanfaatkan sebagai indikator
pencemaran (Nurdin et.al 2006).
Kerang darah memiliki fungsi ekologi yang sama dengan kerang hijau. Namun, laju
pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat dibanding kerang hijau yaitu 0,098
mm/hari. Kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan untuk mencapai tubuh
yang berdiameter 4-5 mm.
Pertumbuhan kerang darah dapat diamati dengan melihat pertambahan ukuran
cangkang kerang. Bertambahnya ukuran kerang ditandai dengan bertambahnya
garis pertumbuhan. Secara umum pengukuran panjang merupakan salah satu
parameter untuk mengetahui pertumbuhan kerang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kerang yaitu musim, suhu, makanan, salinitas dan
faktor kimia air lainnya yang berbeda-beda pada masing-masing daerah. Pada
tahun 1989 produksi kerang darah di Riau baru mencapai 5.871,7 ton. Sedangkan
pada tahun 1993 sudah mencapai 10.544,1 ton. Ini berarti terjadi peningkatan
produksi kerang darah pertahun sebesar 16,6 % (DKP 1994).
Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan
Agustus/September. Hewan ini termasuk hewan berumah dua. Kematangan gonad
terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur
kurang dari satu tahun. Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Kerang darah mempunyai rasa yang gurih
karena mengandung lemak dan kadar protein yang tinggi. Namun, pemanfaatan
kerang saat ini masih terbatas dalam pengelolaannya sebagai bahan baku konsumsi
ataupun pemanfaatan dalam bentuk lainnya.
Pengolahan kerang darah dilakukan dengan cara pengawetkan, penggaraman dan
pengeringan. Pengawetan tersebut bertujuan untuk menghambat dan mencegah
terjadinya kerusakan/mempertahankan mutu, menghindari terjadinya keracunan
dan mempermudah penanganan serta penyimpanan.

Komposisi kimia kerang sangat bervariasi tergantung pada spesies, jenis kelamin,
umur, dan habitat. Pada umumnya kerang kaya akan asam suksinat, asam sitrat,
asam glikolat yang erat kaitannya dengan cita rasa dan memberikan energi sebagai
kalori. Selain itu kerang juga mengandung enzim tiaminase dalam jumlah yang
besar sehingga dapat merusak vitamin B1 bila dikonsumsi dalam keadaan mentah.
Tiaminase dapat diinaktifkan dengan pemanasan atau pemasakan (OFCF 1987).
Praktikum kali ini dilaksanakan bertujuan mempelajari karakteristik kerang darah
(Anadara granosa) yang meliputi ukuran, komposisi kimia, analisis proksimat. Selain
itu, kemunduran mutu juga bertujuan mengetahui karakteristik bahan baku.

Objek Gambar Anadara granosa (Kerang Darah)

2. Klasifikasi Anadara granosa (Kerang Darah)


Kerang dara (Anadara sp.) termasuk hewan lunak yang hidup pada perairan yang
berlumpur. Menurut Boom (1985) diacu dalam Kasry (2003) klasifikasi kerang darah
adalah sebagai berikut :
Kindom : Animalia
Fillum : Moluska
Kelas

: Bivalva

Subkelas: Pteriomorphia

Ordo

: Arcoida

Famili : Arcidae
Subfamili : Anadarinae
Genus : Anadara
Spesies: Anadara granosa
3. Ciri-ciri (Morfologi dan Anatomi) Anadara granosa (Kerang Darah)
3.1. Morfologi Anadara granosa (Kerang Darah)
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup
pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping
cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah
persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve
tersebut.
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup
dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal
tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu
periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma,
lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan
kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua.
Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel
pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh
dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata
pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya

memilikikelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat
berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang
berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas dengan
dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran
(lamela) yang banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel
terdapat rongga mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.
3.2. Anatomi Anadara granosa (Kerang Darah)
Hewan berkaki pipih, cangkok berjumlah dua (sepasang) ada di bagian anterior dan
umbo (bagian yang membesar/menonjol) terdapat dibagian posterior (punggung).
Cangkol tersusun dari zat kapur dan terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
Periostrakum
(luar)
Prismatik
(tengah, tebal)
Nakreas
(dalam, disebut pula sebagai lapisan mutiara)

Gambar: Anatomi Dari Anadara granosa (Kerang Darah)


Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel. Insang kerang berbentuk
W dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang. Pertukaran O2
dan CO2 terjadi pada insang dan sebagian mantel. Mantel terdapat di bagian dorsal
meliputi seluruh permukaan dari cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan
cangkang terdapat rongga yang di dalamnya terdapat dua pasang keping insang,
alat dalam dan kaki. Alat peredaran darah sudah agak lengkap dengan pembuluh
darah terbuka. System pencernaan dari mulut sampai anus.
System saraf kerang terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan:
ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung
ganglion pedal terdapat pada kaki
ganglion posterior terdapat disebelah ventral otot aduktor posterior.
Kerang berkulit ganda secara menyamping dimampatkan conchiferans tertutup
dengan suatu kulit/kerang yang terdiri atas dua klep bersendi secara di belakang
oleh suatu ikatan sendi. Rongga mantel melingkupi tubuh berisi suatu pasang
ctenidia yang diperbesar, dan mantel pantat sering diperluas ke dalam pipa
pemindah. Mereka bersifat bentos, sering kali geronggang, atau mungkin epifit dan
mereka menduduki suatu angkatan laut yang luas dan tempat kediaman air
tawa(Pratt, 1923)
4. Reproduksi Anadara granosa (Kerang Darah)
Perkembangbiakan kerang secara kawin. Umumnya berumah dua dan
pembuahannya internal. Telur yang dibuahi sperma akan berkembang manjadi larva
glosidium yang terlindung oleh dua buah katup. Ada beberapa jenis yang dari
katupnya keluar larva panjang dan hidup sebagai parasit pada hewan lain, misalnya
pada ikan.
5. Daur Hidup atau Siklus Hidup Dari Anadara granosa (Kerang Darah)

Hewan ini bersifat hermaprodit dan kebanyakan hewan ini mempunyai alat kelamin
yang terpisah. Pada saat terjadi perkawinan, alat kelamin jantan akan
mengeluarkan sperma ke air dan akan masuk dalam tubuh hewan betina. Melalui
sifon air masuk, sehingga terjadilah pembuahan. Ovum akan tumbuh dan
berkembang yang melekat pada insang dalam ruang mantel, kemudian akan
menetas dan keluarlah larva yang disebut glokidium. Larva ini akan keluar dari
dalam tubuh hewan betina melalui sifon air keluar, kemudian larva tersebut
menempel pada insang atau sirip ikan dan larva tersebut akan dibungkus oleh
lendir dari kulit ikan. Larva ini bersifat sebagai parasit kurang lebih selama 3
minggu. Setelah tumbuh dewasa, larva akan melepaskan diri dari insang atau sirip
ikan dan akan hidup bebas.
6. Distribusi atau Penyebaran Anadara granosa (Kerang Darah)
Kerang ini menghuni kawasan Indo-Pasifik dan tersebar dari pantai Afrika timur
sampai ke Polinesia. Hewan ini gemar memendam dirinya ke dalam pasir atau
lumpur dan tinggal di mintakat pasang surut. Panjang dewasanya berukuran 5
sampai 6 cm dan lebar 4 sampai 5 cm.
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup
pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping
cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah
persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve
tersebut.

Kerang Mutiara

Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut,
Tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, Termasuk dalam
lokasi Bivalvia dan Famili Pteriidae. Anatomi dan Morfologi Kerang mutiara yaitu,
memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan. Kedua
cangkang tersebut tidak memiliki cangkang sama bentuknya (ineguivalven),
cangkang agak pipih sedangkan cangkang kiri cembung. Dibagian tengah dorsal
sepasang cangkang dihubungkan oleh ligmen yang elastis serta adanya gigi engsel.
Kedua cangkang memiliki otot yang liat dan kuat yang berfungsi untuk membuka
dan menutup.

Cangkang bagian dalam berwarna putih mengkilat atau disebut lapisan nacre
(mother of pearly) pada bagian sentral. Lapisan nacrenya berwarna kuning emas
(gold up). Di luar batas garis nacre (non nacreusbordes) berwarna coklat kehitaman.

Gambar Kerang Mutiara


Klasifikasi Kerang Mutiara
Filum

: Moluska

Kelas

: Bivalvia

Sub kelas

: Lamellabrancia

Ordo

: Anysomyaria

Sub ordo

: Pteriomorpha

Sub famili

: Pteriidae

Genus

: pinctada

Spesies

: pictada sp.

A.

Secara alami

Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel
kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan
masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan
terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth
Strack ( secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006)
mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar,
terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada
prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk
ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas
mengeluarkan / mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang
disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teori irritant mengungkapkan bahwa
pada suatu saat bagian ujung mantel kerang dimakan oleh ikan, hal ini
dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian
mantelnya untuk menyerap makanan.Saat mantelnya putus, bagian remah
eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teoriirritant juga mengungkapkan
bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya
menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke
organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa
sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya.
Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh
epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara.
Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam
rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk
kantung mutiara.
Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga
mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat
dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja
masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya.
Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung
mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat
tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori
masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak
lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti
mutiaranya bukanlah partikel padat.
B.

Mutiara Hasil Budidaya

Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami
proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses
ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara.
Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan
memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan

gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi
akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini
bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil
sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk
bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil.
Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam
partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara
diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses
weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka
makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi
dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang
keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang
terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening
sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan
dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya.
Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua
cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan
membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini
memudahkan kita, karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun
bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan
maka peg akan melukai mantel kerang. Mutiara hasil budidaya menggunakan
prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar
terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang
biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau
disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini
mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat
pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang teknisi akan membunuh
kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya.
Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang.
Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua
cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang
didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia
tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada
kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3
mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga
kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima
sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini
ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk
membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara
gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo.

Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan
se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo.
Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian
ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila
terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu
kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut.
Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada
prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak
akanmenendang keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara
bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil
mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila
kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak
cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara
yang dihasilkan nanti.
Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui 2 tahapan, yaitu:
1.

Pengoprasian tiram

Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka
cangkangnya,dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian
anterior menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ bagian dalam terlihat
jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
Penempatannya harus bersinggung an dengan mantel. Setelah pemasangan inti
selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharan
2.

Proses pemeliharaan

Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan
posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar.
Disamping itu tempat dimasukan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian
atas.

Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara


selama 2-3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang
dimuntahkan atau pada tempatnya.

Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannyaharus


dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan /kelimpahan organisme
penempel.
Selain proses budidayanya ada syarat-syarat lokasi budidaya tiram mutiara yaitu
ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya
tiram mutiara. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
lokasi budidaya, yaitu :

1.

Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram,


diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor
ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :
a.

Lokasi Terlindung

Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang.
Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung
dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan
arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan
stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.
b. Dasar perairan
Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat
pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk
melakukan budidaya tiram mutiara.
c.

Arus air

Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk
menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram dan
mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu
diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan
terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan
pencemaran lain.
d. Salinitas
Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang
tinggi. Tiram mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka
waktu yang pendek, yaitu 2 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang
memiliki salinitas antara 32 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup tiram mutiara.
e.

Suhu

Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi tiram di


dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar
25 30 0 C. Suhu air pada kisaran 27 31C juga dianggap layak untuk tiram
mutiara.
f.

Kecerahan air

Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air.
Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan

cangkang. Cangkang tiram akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka
lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara
4,5 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan
sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di kedalaman
melebihi tingkat kecerahan yang ada.
g.

Derajat keasaman

Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar
antara pH 7,8 pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Pada prinsipnya, habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih
tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00.
Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0
6,5.
h.

Oksigen terlarut

Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan


perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan
kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 6,6 ppm. Pinctada Maxima untuk ukuran
40 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 60 mm
mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 70 mm
mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.
2. Faktor Risiko
a. Pencemaran
Lokasi budidaya tiram mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran,
misalnya limbah rumah tanga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga
dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang
menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan
pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan
kelangsungan hidup tiram mutiara.
b. Manusia
Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen
atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).
3. Fasilitas produksi dan peralatan
a.

Rakit Pemeliharaan

Rakit apung selain sebagai tempat pemeliharaan induk, pendederan, dan


pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca
pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat dari kayu dengan ukuran 7m x 7m. selain

kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun
alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan,
dan umur ekonomis.
Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung
yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh,
maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu
berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit
hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan
arus air atau sejajar dengan garis pantai.
Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang
besar. Agar rakit tetap berada pada posisi semula, maka rakit diberi jangkar berupa
pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60 kg. Tali jangkar yang digunakan
antara 4-5 kali kedalaman tempat.
b.

Keranjang Pemeliharaan Induk

Keranjang pemeliharaan induk bisa terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau
kawat alumunium. Jika menggunakan bahan dari kawat, sebaiknya keranjang
dilapisi atau dicelupkan dengan bahan plastik atau aspal sehingga daya tahan
keranjang tersebut lebih lama. Ukuran keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini
dapat bervariasi, tergantung ukuran induk, ketersediaan bahan, biaya, dan
kemudahan penanganannya. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi dengan induk
ukuran dorso ventral 17 20 cm (DVM) sebanyak 8 10 ekor.
Untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang baru dipindahkan dari hatchery,
digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm. Untuk spat ukuran 2-3 cm
dipelihara dalam keranjang dengan lebar jaring ukuran 0,5 1 cm. Lebar mata
jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat,
maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air
dapat terjaga dengan baik.
c.

Spat Kolektor

Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat
disebut kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya
serabut tali PE, tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber, atau
bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau bahan lain
berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk meletakkan bahan
tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat ukuran 40 cm x 60 cm
juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan paranet atau serabut tali
dimasukkan ke dalam kantong-kantong jaring dan diikat erat.
Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon
berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30 50 cm, lalu dibelah menjadi dua.

Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE (berdiameter 3-5 mm)
sepanjang 40 50 cm.
d. Bak Pencucian
Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan
parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasit yang
menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram
mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak
pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan
bahan lainnya.
4. Bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam yaitu :
(1). Spat (benih) tiram mutiara jenis pinctada maximal
(2). Inti bundar (nukleus).
Kedua jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam
proses budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang
disuntikkan kedalam tiram untuk menghasilkan mutiara.

Manfaat Bagi Manusia :

Protein lengkap

Sumber Lemak yang Sehat

Memperlambat Proses Penuaan

Sebagai bahan cindera mata dan hiasan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya

yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari
Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk
ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di
pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen.
Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik
dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun
kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.
Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula
diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk
budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di
laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat
memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu ke
waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik
maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai
daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan
mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan
modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca
panen.
Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya
perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut
sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha
budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan
dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar
1.2.

Tujuan

a.

Mengetahui tekhnik budidaya kerang mutiara

b.

Mengetahui bagaimana pasca panen kerang mutiara

c.

Mengetahui fungsi dan manfaat dari kerang mutiara

d.

Mengetahui kerang mutiara apa saja nyang mempunyai nilai ekonomis tinggi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi kerang mutiara Pinctada sp.


Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut,
Tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, Termasuk dalam
lokasi Bivalvia dan Famili Pteriidae. Anatomi dan Morfologi Kerang mutiara yaitu,
memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan. Kedua
cangkang tersebut tidak memiliki cangkang sama bentuknya (ineguivalven),
cangkang agak pipih sedangkan cangkang kiri cembung. Dibagian tengah dorsal
sepasang cangkang dihubungkan oleh ligmen yang elastis serta adanya gigi engsel.
Kedua cangkang memiliki otot yang liat dan kuat yang berfungsi untuk membuka
dan menutup. Cangkang bagian dalam berwarna putih mengkilat atau disebut
lapisan nacre (mother of pearly) pada bagian sentral. Lapisan nacrenya berwarna
kuning emas (gold up). Di luar batas garis nacre (non nacreusbordes) berwarna
coklat kehitaman. Klasifikasi kerang mutiara yaitu;

Klasifikasi Kerang Mutiara


Filum

: Moluska

Kelas

: Bivalvia

Sub kelas

: Lamellabrancia

Ordo

: Anysomyaria

Sub ordo

: Pteriomorpha

Sub famili

: Pteriidae

Genus

: pinctada

Spesies

: pictada sp.

Gambar anatomi kerang mutiara :

Keterangan :
a.

Ventral

b.

Anterior

c.

Dorsal

d.

Posterior
Anatomi dalam tubuh kerang mutiara :

Keterangan :
a.
b.

Mantel
Gonad

h. Cangkang
i. Engsel

c.

Otot

j. Lambung

d.

Insang

k. Usus

e.

Mulut

l. Anus

f.

Kaki

m. Jantung

g.

Bisus

n. Bosis

2.2. Proses pembuatan mutiara


a. Secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel
kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan
masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan
terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara
mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya
mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan
masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara
terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga
mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas
mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang
disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan
bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini
dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian
mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah
eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan
bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya
menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke
organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa
sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya.
Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh
epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara.
Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam
rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk
kantung mutiara.

Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga
mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat
dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja
masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya.
Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung
mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat

tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori
masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak
lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti
mutiaranya bukanlah partikel padat.

b. Mutiara hasil budidaya


Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami
proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses
ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara.
Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan
memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan
gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi
akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini
bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil
sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk
bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil.

Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam
partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara
diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses
weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka
makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi
dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang
keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang
terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening
sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan
dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya.

Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua


cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan
membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini
memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka
cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan
pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang. Mutiara hasil budidaya
menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai
dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara
yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel
atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini
mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat
pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang teknisi akan membunuh
kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya.

Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang.
Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua
cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang
didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia
tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada
kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3
mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga
kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima
sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini
ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk
membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara
gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo.
aksonomi dan Klasifikasi
Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut, tubuhnya
dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, termasuk dalam lokasi Bivalvia dan
Famili Pteriidae.
Kalsifikasi kerang mutiara :
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Sub kelas : Lamellabranchia
Ordo : Anysomyaria
Sub ordo : Pteriomorpha
Sub famili : Pteriidae
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima
Morfologi dan anatomi
Memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan. Kedua cangkang
tersebut tidak memiliki cangkang sama bentuknya (ineguivalven), cangkang agak pipih
sedangkan cangkang kiri cembung. Dibagian tengah dorsal sepasang cangkang dihubungkan
oleh ligmen yang elastis serta adanya gigi engsel. Kedua cangkang memiliki otot yang liat dan
kuat yang berfungsi untuk membuka dan menutup. Cangkang bagian dalam berwarna putih
mengkilat atau disebut lapisan nacre (mother of pearly) pada bagian sentral. Lapisan nacrenya
berwarna kuning emas (gold up). Di luar batas garis nacre (non nacreusbordes) berwarna coklat
kehitaman.
Menurut Wada (1991) dalam Muzakkir, cangkang tiram mutiara terdiri dari tiga lapisan yaitu
Periostrocum (lapisan luar) tipis, biasanya rapuh setelah tua, lapisan prismatic merupakan
bagian utama cangkang dan lapisan nacreous yang merupakan lapisan induk mutiara yang
berada dibagian dalam cangkang.
Syarat-syarat lokasi Budidaya Tiram mutiara

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya Tiram mutiara adalah :
1. Faktor alam
2. Sumber pencemaran
3. Keamanan
4. Sarana PendukunG
5. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap lokasi budidaya Tiram mutiara yaitu :
a. Dasar perairan
Tiram mutiara cocok hidup pada lokasi perairan yang berkarang atau yang mengandung
pecahan-pecahan karang, tidak cocok pada peraiarn yang berpasir.
b. Kedalaman
Tiram mutiara cocok hidup pada kedalaman air 15-20 m.
c. Arus air
Budidaya tiram mutiara cocok hidup pada yang terhadang pada arus yang kuat.
c. Salinitas
Salinitas budidaya tiram mutiara berkisar antara 32-35 ppt.
d. Suhu
Hidup pada suhu 28-300C.
e. Kecerahan
f. Kecerahan air pada kegiatan budidaya adalah 4,5-5,6 m.
g. pH (derajat keasaman)
h. Derajat keasaman sekitar 7,8-8,6.
i. Oksigen terlarut
j. Oksigen yang terlarut adalah 5,22-6,65 ml/L dengan rata-rata kebutuhan oksigen untuk
metabolisme tiram adalah 4,8 mg/jam.

Jenis-jenis kerang mutiara yaitu :


1. Pinctada maxima
2. Pinctada margaritifera
3. Pinctada fucata
4. Pinctada penguin
5. Pinctada lentiginusa
Gambar anatomi kerang mutiara

Keterangan :

1. Ventral
2. Anterior
3. Dorsal
4. Posterior

Anatomi dalam tubuh kerang mutiara :

Keterangan :
1. Mantel
2. Gonad
3. Otot
4. Insang
5. Mulut
6. Kaki
7. Bisus
8. Cangkang
9. Engsel
10. Lambung
11. Usus
12. Anus
13. Jantung
14. Bosis

Fungsi-fungsi organ tubuh pada tiram mutiara :


Menurut Mulyanto (1987)dalam Jacob, mengatakan garis besar anatomi Tiram mutiara ada 3
bagian utama yaitu kaki, mantel dan organ bagian dalam (viseeral mass).
Kaki
Kaki merupakan suatu organ tubuh yang elastis yang mudah bergerak dan berbentuk normal.
Menurut Chan (1949) dalam Jacob, kaki berfungsi sebagai alat geraksewaktu muda hingga
menemukana tempat yang cocok untuk menempel disamping itu kaki berfungsi sebagai alat

pembersih kotoran yang menempel pada insang maupun mantelnya.


Pada kaki terdapat bisus yakni suatu bagian tubuh yang berbentuk seperti rambut/serat,
berwarna hitam yang berfungsi untuk menempelkan diri pada suatu temapt (substrat).
Mantel
Mantel terdiri dari suatu selaput (intergumen) yang membungkus visceral mass. Mantel
tergantung seperti tirai yang kedua, sisi organ tubuh terletak antara tubuh dan cangkang.
Mantel merupakan jaringan yang dilindungi sel-sel epithelial dan dapat membungkus organ
bagian dalam. Sel-sel epithel luar ini akan menghasilkan kristal kalsium karbonat (Caco3)
dalam bentuk kristal aragonik yang lebih dikenal dengan nama lapisan mutiara.
Organ dalam (Visceral mass)
Bagian ini letaknya tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupannya
yang terdiri dari mulut, insang, susunan syaraf, alat perkembangbiakan, otot, lambung dan
usus.
Insang mempunyai peranan penting dalam pernapasan dan pengumpulan makanan. Insang
memiliki chilis ayang gerakannya menyebabkan iar masuk kerongga mantel melalui exhalent
siphon. Makanan yang terbawa air diambil begitu pula oksigen diambil oleh darah yang tidak
berwarna.
Mulutnya terletak disebelah atas yang bentuknya kecil dan terletak diantara lipatan labiel pulp.
Kemudian mulut ini diikuti oleh aesephogus, perut, usus dan berakhir anus. Didalam usus yang
terletak dekat denga perut dapat dilihat dengan adanya erystaline style yang mengandung
enzim.
Jantung terdiri dari ventrikel dan 2 buah auricle yang terbungkus oleh pericardium dan terletak
diantara otot daging penutup dan bagian kandungan. Engsel terletak pada pusat cangkang dan
menyilang dari cangkang. Otot berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang.

TUGAS : A VERTEBRATA HEWAN AIR


Diposkan oleh Egong di Selasa, Oktober 21, 2008
Reaks
i:

Mengenal Tiram Mutiara (Pinctada maxima)


Mengetahui tentang biologi reproduksi tiram mutiara sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan industri budidaya. Pengetahuan ini
dapat

digunakan

untuk

mengembangkan

teknik

pembenihan

dan

perbaikan teknik penempatan inti mutiara bulat. Selain itu, dapat

mengenal jenis tiram mutiara yang berkualitas baik, memahami siklus


serta reproduksi dari tiram mutiara (Pinctada maxima) tersebut.
1. Klasifikasi
Tiram mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6
klas

yaitu: Monoplancohora,

Amphineura,

Gastropoda,

Lamellibrachiata, atauPellecypoda,
seaphopoda, dan Cephalopoda (Mulyanto,

1987).

Tiram

merupakan

hewan yang mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simetris.
Hewan ini tidak bertulang belakang dan bertubuh lunak (Philum
mollusca).
Klasifikasi tiram mutiara menurut mulyanto (1987) dan Sutaman(1993)
adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Sub kingdom

: Invertebrata

Philum

: Mollusca

Klas

: Pellecypoda

Ordo

: Anysomyaria

Famili

: Pteridae

Genus

: Pinctada

Spesies : Pinctada maxima (Jameson 1901)


Menurut Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di
Indonesia adalah: Pintada maxima, Pinctada margaritefera, Pinctada
fucata,

Pinctada

chimnitzii, dan Pteria

penguin. Di

beberapa

daerah Pinctada fucata dikenal juga sebagai Pinctada martensii. Sebagai


penghasil

mutiara

terpenting

adalah

tiga

spesies,

yaitu, Pinctada

maxima, Pinctada margaritifera dan Pinctada martensii.Sebagai jenis


yang ukuran terbesar adalah Pinctada maxima. Untuk membedakan jenis
tiram mutiara tersebut, perlu dilakukan pengamatan morfologi, seperti
warna cangkang dan cangkang bagian dalam (Nacre), ukuran serta
bentuk:
Tabel 1. Perbandingan dari tiga jenis Pinctada penghasil mutiara yang
terpenting
SIFAT-SIFAT

P. Martensii

P.
Margaritifera P. Maxima

Dewasa Penuh 4 inchi


Ukuran Rata-rata

3 inchi

Kecembungan Cembung

7 inchi

12 inchi

6 inchi

8 inchi

Agak cembung Rata

Abu-abu
kuning

Coklat
kehijauan

k. 1.7 coklat
ungu

Pucat hanya
Baris titik-titik suatu jejak

Nacre

Perak
kehijauan

Warna baja

Putih perak

Pinggiran

Jingga kuning

Hijau metalik

Kuning emas

Garis engsel

Panjangnya
Sedang

Pendek

Sedang

Warna Luar
Cangkan Garis
g
Cangkang

Nacre
(interior)Berat

60-100
cangkang tiap 15 cangkang
kan
tiap kan

Coklat
kuning

9-10
cangkang
tiap kan

Sumber: Forek Indonesia 2001-2004. Catatan : 1 kan = 8,267 pon


1 kg = 2,205 pon
2. Morfologi
Kulit mutiara

(Pinctada

maxima)

ditutupi oleh sepasang kulit tiram

(Shell, cangkan), yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak
pipih, sedangkan kulit sebelah kiri agak cembung. Specie ini mempunyai
diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama

sehingga

bentuknya agak bundar. Bagian dorsal bentuk datar dan panjang


semacam engsel berwarna hitam. Yang berfungsi untuk membuka dan
menutup cangkang. (Winarto, 2004).
Cangkang tersusun dari zat kapur yang dikeluarkan oleh epithel luar. Sel
epitel luar ini juga menghasilkan kristal kalsium karbonat (Ca CO3) dalam
bentuk kristal argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan kristal
heksagonal kalsit yang merupakan pembentuk lapisan seperti prisma
pada cangkang.
3. Anatomi.

Tubuh tiram mutiara terbagi atas tiga bagian yaitu : Bagian kaki,
mantel, dan organ dalam. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang
bersifat

elastis

terdiri

dari

susunan

jaringan

otot

yang

dapat

merenggang/memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal. Kaki ini


berfungsi sebagai alat bergerak hanya pada masa mudanya sebelum
hidup menetap pada substrat (Mulyanto,1987) dan juga sebagai alat
pembersih. Pada bagian kaki terdapat bysus, yaitu suatu bagian tubuh
yang bentuknya seperti rambut atau serat, berwarna hitam dan berfungsi
sebagai alat untuk menempel pada suatu substrat yang di sukai.
Gambar 1. Anatomi tiram mutiara (Pinctada maxima)
Keterangan gambar :
1. Gonad

5. Inti

2. Hati

6. Mantel

3. Perut

7. Otot adductor

4. Kaki

8. Otot refractor

B. Siklus Hidup dan Reproduksi


Tiram mutiara mempunyai jenis kalamin terpisah, kecuali pada beberapa
kasus

tertentu

ditemukan

sejumlah

individu

hermaprodit

terjadi

perubahan sel kelamin (sel reversal) biasanya terjadi pada sejumlah


individu setelah memijah atau pada fase awal perkembangan gonad.
Fenomena

sex

reversal

pada

tiram

mutiara

(Pinctada

maxima) menunjukan bahwa jenis kelamin pada tiram teryata tidak tetap.
Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh, gonat
menutupi organ dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian
kaki pada fase awal, gonad jantan dan betina secara eksternal sangat
sulit dibedakan, keduanya berwarna krem kekuningan. Namun, setelah
fase matang penuh, gonad tiram mutiara (Pinctada maxima) jantan
berwarna

putih

krem,

sedangkan

betina

berwarna

kuning

tua.

Pada tiram Pinctada fucata warna gonad ini terjadi sebaliknya.


Menurut Winanto (2004) bahwa, Tingkat kematangan gonad tiram
mutiara dikelompokkan menjadi 5 fase yaitu :
Fase I : Tahap tidak aktif/salin/istrahat (Inactife/spent/resting)

Kondisi gonad mengecil dan bening transparan dalam beberapa kasus,


gonad berwarna oranye pucat. Rongga kosong, sel berwarna kekuningan
(lemak). Pada fase ini sangat sulit untuk dibedakan.
fase II : Perkembangan/pematangan (Developing/maturing)
Warna transparan hanya terdapat pada bagian tertentu, material
gametogenetik (sel kelamin) mulai ada dalam gonad sampai mencapai
fase lanjut, gonad mulai menyebar di sepanjang bagian posterior disekitar
otot refraktor dan lebih jelas lagi dibagian anterior-dorsal. Gamet mulai
berkembang disepanjang dinding katong gonad. Sebagian besar oocyt
(bakal telur) bentuknya belum beraturan dan inti belum ada. Ukuran ratarata oocyt 60 m x 47,5 m.
Fase III : Matang (Mature)
Gonad tersebar merata hampir keseluruh jaringan organ, biasanya
berwarna krem kekuningan. Oocyt berbentuk seperti buah pir dengan
ukuran 68 x 50 m dan inti berukuran 25 m.
Fase
IV
:
Matang
penuh/memijah

sebagian

(Fully

maturation/partially spawned)
Gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar
dengan sendirinya atau jika ada sedikit-sedikit trigger (getaran). oosyt
bebas dan terdapat diseluruh dinding kantong. Hampir semua oosyt
berbentuk bulat dan berinti, ukuran oosyt rata-rata 51,7 m.
Fase V : Salin (Spent)
Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit
gonad (kelebihan gamet) tertinggal didalam lumen (saluran-saluran
didalam organ reproduksi) pada kantong. Jika ada oosyt maka jumlahnya
hanya sedikit dan bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt 54,4 m.
Hasil

pengamatan

terhadap

fase

kematangan

gonad

dan

musim

pemijahanPinctada maxima di teluk Hurun, Lampung dari tahun 19962002 menunjukan bahwa kematangan gonad terjadi setiap bulan. Namun,
fase kematangan gonad penuh (FKG IV) hanya terjadi pada bulan Maret,
Mei, dan Agustus-November. Gonad masa istrahat terjadi pada bulan
Desember. Fase I dan II terjadi hampir sepanjang tahun. Selama 7 tahun
pengamatan, terutama pada bulan April dan Juni, perkembangan gonad

tertinggi hanya sampai FKG II. Sementara FKG III terjadi pad bulan
Januari-Maret dan Juni-Desember (Winanto, 2004).
Pada musim tertentu, induk tiram mutiara di alam yang telah dewasa
akan bertelur. Kemudian, telur-telur tersebut akan di buahi oleh sel
kelamin jantan (sperma). Pembuhan terjadi secara eksternal didalam air.
Telur yang telah di buahi akan mengalami perubahan bentuk. Mula-mula
terjadi penonjolan polar, lalu membentuk polar lobe II yang merupakan
awal proses pembelahan sel, dan akhirnya menjadi multisel. Tahap
berikutnya

adalah

fase trocofor.

Dengan

bantuan

bulu-bulu

getar, trocofor akan berkembang menjadi veliger (larva berbentuk D)


yang ditandai dengan tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Pada
tahap ini larva sudah mulai makan dan tubuhnya telah di tutupi cangkang
tipis. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuh vilum, pada fase ini
biasanya larva sangat sensitif terhadap cahaya dan sering dipermukaan
air.

Selama

fase

planktonis,

larva

biasanya

berenang

dengan

menggunakan bulu-bulu getar atau hanyut dalam arus air.


Dengan tumbuhnya vilum larva memasuki stadia umbo, kemudian secara
bertahap cangkang juga ikut berkembang. Bentuk cangkangnya sama
mantel sudah berfungsi secara permanen. Kemudian selanjutnya menjadi
podifeliger

yang

di

ikuti

tumbuhnya

planktonis.

Gerakan-gerakannya

kaki

sederhana

sebagai
dari

akhir

stadium

berenang

sampai

berputar-putar dilakukan dengan vilum dan kaki. Setelah kaki berfungsi


dengan baik velum akan menghilang, lembar-lembar insang mulai tampak
jelas. Perkembangan akhir larva yaitu perubahan fase plantigrade
menjadi spat (bibit) dan akan menetap. Selanjutnya akan tumbuh
berkembang

menjadi

tiram

mutiara

kelaminnya.

Banyak

ahli

yang

dewasa

dan

sependapat

dapat

beruba

bahwa Pinctada

maxima terjadi perubahan kelamin yang bertepatan dengan musim


pemijahan setelah telur atau sperma habis di seburkan keluar, (Mulyanto,
1987).

Klasifikasi

Tiram mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6 klas
yaitu: Monoplancohora,

Amphineura,

Gastropoda,

atau Pellecypoda, seaphopoda, dan Cephalopoda (Mulyanto,


1987). Tiram merupakan hewan yang mempunyai cangkang yang
sangat keras dan tidak simetris. Hewan ini tidak bertulang belakang
dan bertubuh lunak (Philum mollusca).
Lamellibrachiata,

Klasifikasi tiram mutiara menurut mulyanto (1987) dan Sutaman(1993)


adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Sub kingdom

: Invertebrata

Philum

: Mollusca

Klas

: Pellecypoda

Ordo

: Anysomyaria

Famili

: Pteridae

Genus

: Pinctada

Spesies

: Pinctada maxima

(Jameson 1901)

Menurut Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di


Indonesia

adalah: Pintada

maxima,

Pinctada

margaritefera,

Pinctada

fucata,

dan Pteria penguin. Di beberapa daerah Pinctada


fucata dikenal
juga sebagai Pinctada martensii. Sebagai penghasil
mutiara terpenting adalah tiga spesies, yaitu, Pinctada maxima, Pinctada
margaritifera dan Pinctada martensii.Sebagai jenis yang ukuran terbesar
adalah Pinctada maxima. Untuk membedakan jenis tiram mutiara
tersebut, perlu dilakukan pengamatan morfologi, seperti warna
cangkang dan cangkang bagian dalam (Nacre), ukuran serta bentuk.
Pinctada

chimnitzii,

2.2 Habitat
Tiram mutiara jenis Pinctada sp. yang banyak dijumpai di berbagai Negara
seperti Pilipina, Thailand, Birma, Australia dan perairan Indonesia, sebenarnya lebih
menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir.
Disamping itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara 20 m 60 m. Untuk
perairan Indonesia sendiri jenid tiram Pinctada maxima banyak terdapat di wilayah
Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru.
(Sutaman 1993)
Menurut Sutaman (1993) kondisi dan kualitas air yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan, ukuran dan kualitas mutiara adalah sebagai berikut :

a. Dasar Perairan
Dasar perairan secara fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadap
susunan dan kelimpahan organisme di dalam air termasuk bagi kehidupan tiram
mutiara.
Adanya perubahan tanah dasar (sedimen) akibat banjir yang menyebabkan dasar
perairan tertutup lumpur sering menimbulkan kematian pada tiram terutama yang
masih muda. Oleh karena itu dasar perairan yang berpasir atau berlumpur tidak
layak untuk lokasi budidaya tiram mutiara. Dasar perairan yang cocok untuk
budidaya untuk budidaya tiram mutiara ialah dasar perairan yang berkarang atau
mengandung pecahan-pecahan karang. Bisa juga dipilih dasar perairan yang
terbentuk akibat gugusan karang yang sudah mati atau gunungan-gunungan
karang.

b. Kedalam
Kedalaman air dilokasi budidaya mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap kualitas mutiara. Berdasarkan penelitian semakin dalam letak tiram yang
dipelihara,maka kualitas mutiara yang dihasilkan akan semakin baik.

Kedalaman perairan yang cocok untuk budidaya tiram mutiara ialah berkisar antara
15 m s/d 20 m. Pada kedalaman ini pertumbuhan tiram mutiara akan lebih baik.

c. Arus Air
Banyak sedikitnya kelimpahan plankton sebagai makanan alami tiram sangat
tergantung pada kuat tidaknya arus yang mengalir dilokasi tersebut. Tiram mutiara
memiliki sifat filter feeder. Oleh karena itu tiram mutiara akan mudah kelaparan
pada kondisi arus yang terlalu kuat yang terjadi selama berjam-jam dalam sehari.
Lokasi yang cocok untuk budidaya tiram mutiara ialah yang terlindung dari arus
yang kuat. Disamping itu pasang surut yang terjadi mampu menggantikan massa
air secara total dan teratur,sehingga ketersediaan oksigen terlarut maupun
plankton segar dapat terjamin.

d. Salinitas
Kualitas mutiara yang terbentuk dalam tubuh tiram dapat dipengaruhi oleh
kadar salinitas yang terlalu tinggi, warna mutiara menjadi keemasan. Sedangkan
pada kadar salinitas di bawah 14% atau di atas 55% dapat mengakibatkan
kematian tiram yang dipelihara secara massal.
Sebenarnya tiram mutiara ini mampu bertahan hidup pada kisaran salinitas yang
luas,yaitu antara 20% 50%. Tetapi salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan tiram
mutiara adalah 32% 35%.

e. Suhu
Suhu memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan lapisan
mutiara dan pertumbuhan tiram itu sendiri.
Di beberapa Negara, pertumbuhan tiram mutiara yang ideal menunjukan kisaran
suhu yang berbeda-beda. Di jepang, misalnya, pertumbuhan yang terbaik berkisar
antara 200 C 250 C, sebab pada suhu di atas 280 C menunjukan tanda-tanda yang
melemah. Hal ini bisa dimengerti, karena rata-rata suhu harian di jepang masih

relative

rendah,

walupun

musim

panas.

Sedangkan

di

teluk

Klutch

India,

pertumbuhan yang pesat dicapai pada suhu anatara 23 0 C 270 C.


Untuk Negara kita sendiri yang beriklim tropis, pertumbuhan yang terbaik dicapai
pada suhu antara 280 C 300 C. Pada iklim ini ternyata sangat menguntungkan untuk
budidaya tiram mutiara, sebab pertumbuhan lapisan mutiara dapat terjadi
sepanjang tahun. Sedangkan Negara yang memiliki empat musim (iklim sub-tropis)
biasanya pertumbuhan tiram mutiara tidak terjadi sepanjang tahun, karena pada
suhu air di bawah 130 C (musim dingin) pelapisan mutiara atau penimbunan zat
kapur akan terhenti.

f. Kecerahan
Banyak sedikitnya sinar matahari yang menembus ke dalam perairan sangat
tergantung dari kecerahan air. Semakin cerah perairan tersebut, maka semakin
dalam sinar yang menembus ke dalam perairan. Demekian pula sebaliknya.
Untuk

keperluaan

budidaya

tiram

mutiara

selayaknya

dipilih

lokasi

yang

mempunyai kecerahan antara 4,5 m 6,5 m, sehingga kedalaman pemeliharaan


bisa diusahakan antara 6 m 7 m. sebab biasanya tiram yang dibudidayakan
diletakkan di bawah kedalaman atau kecerahan rata-rata.

g. Kesuburan Perairan
Tiram sebagai binatang yang tergolong filter feeder hanya mengandalakan
makanan dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga keberadaan
pakan alami memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan keberadaan
pakan alami itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan suatu perairan.
Pada kondisi perairan yang kurang subur (tercemar), komposisi pakan alami
jumlahnya akan sangat sedikit, sehingga kurang mendukung untuk penyediaa
pakan yang diperlukan tiram. Padahal tiram yang dipelihara dalam laut, jelas tidak
mungkin diberi pakan tambahan sebagaimana ikan atau udang yang dipelihara
dalam tambak. Oleh karena itu lokasi budidaya pada kondisi perairan yang subur
mutlak diperlukan.

2.3 Struktur Tubuh


Bentuk luar tiram mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tandatanda kehidupan. Tetapi di balik kekokohan tersebut terdapat organ yang dapat
mengatur segala aktivitas kehidupan dari tiram itu sendiri. Dalam kelunakan tubuh
tiram tersebut terdapat cangkang yang keras untuk melindungi bagian tubuh agar
terhindar dari benturan maupun serangan hewan lain. Disamping itu, dalam
cangkang yang jumlahnya satu pasang dan mempunyai bentuk yang berlainan itu
terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat
membentuk lapisan mutiara. (Sutaman 1993)
Kulit mutiara (Pinctada maxima) ditutupi oleh sepasang kulit tiram (Shell,
cangkan), yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedangkan
kulit sebelah kiri agak cembung. Specie ini mempunyai diameter dorsal-ventral dan
anterior-posterior hampir sama sehingga bentuknya agak bundar. Bagian dorsal
bentuk datar dan panjang semacam engsel berwarna hitam. Yang berfungsi untuk
membuka dan menutup cangkang. (Winarto, 2004).
Cangkang tersusun dari zat kapur yang dikeluarkan oleh epithel luar. Sel epitel luar
ini juga menghasilkan kristal

kalsium karbonat (Ca CO 3) dalam bentuk kristal

argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan kristal heksagonal kalsit

yang

merupakan pembentuk lapisan seperti prisma pada cangkang.


Menurut Sutaman (1993) bentuk cangkang bagian luar yang keras apabila
dipotong atau dibelah secara melintang, maka ada tiga lapisan yang akan tampak,
yaitu

lapisanperiostrakum yang

berada

paling

atas

atau

luar,

dan

lapisan prismatik yang terdapat di bagian tengah. Sedangkan lapisan yang agak ke
dalam yang berhubungan dengan organ dalam disebut lapisan nacre atau lapisan
mutiara.
Ketiga lapisan tersebut, jika dilihat dari zat penyuusunnya masing-masing
adalah sebagai berikut :
1)

Lapisan periostrakom adalah lapisan kulit terluar yang kasar yang tersusun

dari zat organic yang menyerupai tanduk.

2)

Lapisan prismatik, adalah lapisan kedua yang tersusun dari Kristal-kristal kecil

yang berbentuk prisma dari hexagonal caltice.


3)

Lapisan mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang tersusun

dari kalsium karbonat (CaCO3). (Sutaman 1993)


Menurut Sutaman (1993) apabila cangkang tiram dibuka, maka akan terlihat
sekumpulan organ tubuh yang berfungsi sebagai pengatur segala aktivitas
kehidupan tiram mutiara itu sendiri. Namun secara umum, organ tubuh tiram
mutiara dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, mantel dan organ lain.

a. Kaki
Kaki tiram mutiara merupakan suatu organ tubuh yang mudah bergerak dan
berbentuk seperti lidah yang dapat memanjang dan memendek. Kaki ini tersusun
dari jaringan otot yang menuju ke berbagai jurusan, sehingga dapat digunakan
untuk bergerak terutama waktu masih muda. Sedangkan setelah agak dewasa dan
hidup menempel pada suatu substrat, kaki tidak lagi dugunakan untuk bergerak,
tetapi menggunakan byssusnya untuk menempel. Selain itu, kaki tiram juga
berfungsi untuk membersihkan kotoran yang mungkin menempel pada insang
maupun mantel.

b. Mantel
Mantel merupakan jaringan yang dilindungi oleh sel-sel epithelial dan dapat
membungkus organ bagian dalam. Letaknya berada di antara cangkang bagian
dalam atau epithel luar dengan organ dalam atau mass viseralis. Sel-sel dari epithel
luar ini akan menghasilkan Kristal kalsium karbonat (CaCO 3 ) dalam bentuk Kristal
aroganit yang lebih dikenal denga nama lapisan mutiara. Sel ini juga membentuk
bahan organik protein yang disebut kokhialin sebagai bahan perekat Kristal kapur.
Apabila

potongan

mantel

menghasilkan zat kapur.

c. Organ Dalam

ditransplantasikan

ke

dalam

tubuh

tiram

akan

Bagian ini letaknya agak tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat
aktivitas kehidupannya yang terdiri dari : insang, mulut, jantung, susunan syaraf,
alat perkembangbiakan, otot, lambung, usus dan anus.

2.4 Sistem Pencernaan


Menurut Gosling (2004), seperti halnya pada jenis kerangan yang lain, tiram
mutiara mampu memanfaatkan phytoplankton yang terdapat secara alamiah di
sekitarnya. Tiram mutiara bersifat filter feeder atau mengambil makanan dengan
cara menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Getaran silia pada insang
menimbulkan arus air yang masuk ke dalam ronga mantel. Gerakan silia akan
memindahkan phytiplankton yang ada di sekeliling insang dan dengan bantuan
labial palp atau melalui simpul bibir yang bergerak-gerak akan membawa masuk
makanan ke dalam mulut.
Mulut terlerak pada bagian ujung depan saluran pencernaan atau disebelah
atas kaki.

Makanan

yang ditelan

masuk

ke

dari mulut kemudian melaui

kerongkongan yang pendek langsung masuk perut, atau saluran kantong tipis pada
perut dengan kulit luar (cuticle) kasar yang berfungsi untuk memisah-misahkan
makanan. Dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus
yang relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian keluar lewat anus
(Velayudhan and Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009)

2.5 Sistem sirkulasi


Sistem

sirkulasi

pada

kerang

mutiara

ini

adalah

sitem

peredaran

Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung,


melewati salah satu dari dua aurikel. Jantung terbungkus dalam
pericardium. Dari ventrikel darah dipompa baik ke anterior maupun
melalui 2 buah aorta menuju ke bagian-bagian tubuh. Kemudian
darah berkumpul lagi dalam vena cava, lalu diangkut ke ginjal, terus
ke insang dan kemabali lagi ke jantung.
terbuka yaitu

Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan


oksigen berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang

menyelubungi organ-organnya.

Makanan kerang adalah plankton, dengan cara

menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.

2.6 Sistem respirasi


Insang merupakan organ yang mempunyai peran fungsional baik dalam
pernapasan maupun osmoregulasi. Sel-sel yang berperan pada proses osmoregulasi
adalah sel-sel chlorida yang terletak pada bagian dasar lembaran-lembaran insang.
Insang berjumlah empat buah, berbentuk sabit, dua insang berada di sisi kanan dan
kiri, menggantung pada pangkal mantel seperti lipatan buku (Velayudhan and
Gandhi 1987 dalam Winanto, 2009)
Air masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu
secara

cepat

dan

kompak

bekerjasama

dengan

insang

sehingga

dapat

memanfaatkan udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran
ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen
tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas
berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan
bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik
palial dan melintas ke atas, melaui lamela branchial. Jadi selain menjalankan fungsi
pernafasan, filamen pada insang dan mantel dapat memperlancar peredaran darah.
(Gosling, 2004; Velayudhan and Gandhi 1987)

2.7 Sistem saraf


Sistem sarafnya ada tiga pasang ganglia : dikepala, dikaki, dan di alat-alat
dalam. System sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglionyang saling berhubungan
yaitu:

a.

ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung

b.

ganglion pedal terdapat pada kaki

c.

ganglion posterior terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.

2.8 Sistem reproduksi

Tiram mutiara mempunyai jenis kalamin terpisah, kecuali pada beberapa


kasus tertentu ditemukan sejumlah individu hermaprodit terjadi perubahan sel
kelamin (sel reversal) biasanya terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau
pada fase awal perkembangan gonad. Fenomena sex reversal pada tiram mutiara
(Pinctada maxima) menunjukan bahwa jenis kelamin pada tiram teryata tidak tetap.
Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh, gonat
menutupi organ dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian kaki pada
fase awal, gonad jantan dan betina secara eksternal sangat sulit dibedakan,
keduanya berwarna krem kekuningan. Namun, setelah fase matang penuh, gonad
tiram mutiara (Pinctada maxima) jantan berwarna putih krem, sedangkan betina
berwarna

kuning

tua.

Pada tiram Pinctada

fucata warna

gonad

ini

terjadi

sebaliknya.
Menurut Winanto (2004) bahwa, Tingkat kematangan gonad tiram mutiara
dikelompokkan menjadi 5 fase yaitu :

Fase I : Tahap tidak aktif/salin/istrahat (Inactife/spent/resting)


Kondisi gonad mengecil dan bening transparan dalam beberapa kasus, gonad
berwarna oranye pucat. Rongga kosong, sel berwarna kekuningan (lemak). Pada
fase ini sangat sulit untuk dibedakan.

Fase II : Perkembangan/pematangan (Developing/maturing)


Warna transparan hanya terdapat pada bagian tertentu, material gametogenetik
(sel kelamin) mulai ada dalam gonad sampai mencapai fase lanjut, gonad mulai
menyebar di sepanjang bagian posterior disekitar otot refraktor dan lebih jelas lagi
dibagian anterior-dorsal. Gamet mulai berkembang disepanjang dinding katong
gonad. Sebagian besar oocyt (bakal telur) bentuknya belum beraturan dan inti
belum ada. Ukuran rata-rata oocyt 60 m x 47,5 m.

Fase III : Matang (Mature)

Gonad tersebar merata hampir keseluruh jaringan organ, biasanya berwarna


krem kekuningan. Oocyt berbentuk seperti buah pir dengan ukuran 68 x 50 m dan
inti berukuran 25 m.

Fase IV : Matang penuh/memijah sebagian (Fully maturation/partially spawned)


Gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar dengan
sendirinya atau jika ada sedikit-sedikit trigger (getaran). oosyt bebas dan terdapat
diseluruh dinding kantong. Hampir semua oosyt berbentuk bulat dan berinti, ukuran
oosyt rata-rata 51,7 m.

Fase V : Salin (Spent)


Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit gonad
(kelebihan gamet) tertinggal didalam lumen (saluran-saluran didalam organ
reproduksi) pada kantong. Jika ada oosyt maka jumlahnya hanya sedikit dan
bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt 54,4 m.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk betina.Hasil fertilisasi berupa zigot
menetas menjadi larva.Larvanya bersilia, dapat keluar dari induknya, berenang, dan
segera menempel pada insang ikan.Larva ini bersifat parasit, dapat mengakibatkan
sakit dan membunuh ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan diri dari tubuh ikan
dan tumbuh dewasa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

1.

Klasifikasi tiram mutiara adalah sebagai berikut: kingdom : Animalia,

Sub

kingdom: Invertebrata, philum: Mollusca, klas: Pellecypoda, ordo: Anysomyari


a, famili : Pteridae, genus: Pinctada, spesies : Pinctada maxima.

2. Kerang mutiara jenis pinctada maxima hidup di daerah batuan karang atau dasar
perairan yang berpasir. Disamping itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara
20 m 60 m.

3. Secara umum bagian pada kerang jenis pinctada maxima dapat di bedakan
menjadi 3 yaitu kaki, mantel dan organ dalam.

4. Sistem-sitem pada kerang pinctada maxima


a.

Sistem pencernaan
Cara

makan

dari pinctada

maxima yaitu filter

feeder

atau

mengambil

makanan dengan cara menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Makanan yang
ditelan masuk ke dari mulut kemudian melaui kerongkongan yang pendek langsung
masuk perut, dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui saluran usus
yang relatif pendek dan bentuknya seperti hurus S kemudian keluar lewat anus.

b.

Sistem sirkulasi
Sistem

sirkulasi

pada

kerang

mutiara

ini

adalah

sitem

peredaran

Sistem Sirkulasi dari insang memasuki jantung,


melewati salah satu dari dua aurikel. Jantung terbungkus dalam
pericardium. Dari ventrikel darah dipompa baik ke anterior maupun
melalui 2 buah aorta menuju ke bagian-bagian tubuh. Kemudian
darah berkumpul lagi dalam vena cava, lalu diangkut ke ginjal, terus
ke insang dan kemabali lagi ke jantung.
terbuka yaitu

c.

Sistem respirasi
Sistem respirasi pada kerang pinctada maxima menggunakan insang. Air
masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada bagian mantel, lalu secara cepat
dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga dapat memanfaatkan udara
yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui saluran ekshalen. Air serta
darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa filamen tunggal lalu mengalir
ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke atas berputar kembali melalui
filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial. Dengan bantuan silia-silia pada

branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke bilik palial dan melintas ke atas,
melaui lamela branchialAir masuk melalui saluran inhelan akan berhenti pada
bagian mantel, lalu secara cepat dan kompak bekerjasama dengan insang sehingga
dapat memanfaatkan udara yang terangkut dan air dikeluarkan kembali melalui
saluran ekshalen. Air serta darah yang tidak berwarna masuk melaui beberapa
filamen tunggal lalu mengalir ke luar menuju pinggir insang, kemudian melintas ke
atas berputar kembali melalui filamen dan masuk ke branchial atau ctenidial.
Dengan bantuan silia-silia pada branchial dapat menimbulkan arus yang masuk ke
bilik palial dan melintas ke atas, melaui lamela branchial

d.

Sistem saraf
Sistem sarafnya terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan

ganglion pedal
terdapat pada kaki, ganglion posterior terdapat di sebelah ventral
otot aduktor posterior.
yaitu: ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung,

e.

Sistem reproduksi
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk betina.Hasil fertilisasi berupa zigot
menetas menjadi larva.Larvanya bersilia, dapat keluar dari induknya, berenang, dan
segera menempel pada insang ikan.Larva ini bersifat parasit, dapat mengakibatkan
sakit dan membunuh ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan diri dari tubuh ikan
dan tumbuh dewasa.
Daftar Pustaka

1. http://muhditernate.wordpress.com/2011/04/27/budidaya-tirammutiara-pinctada-maxima/
2. http://www.google.com/search?
q=sistem+saraf+darah+pinctada+maxima&hl=en&gbv=2&prmd=i
vns&ei=79S2UZTtJsmFrAfL4oDwDA&start=20&sa=N
3. http://ninopyarehe.wordpress.com/2012/02/01/bab-ipendahulua/

4. http://en.wikipedia.org/wiki/Pinctada_maxima
5. http://id.scribd.com/doc/87551146/BUDIDAYA-TIRAM-MUTIARA

You might also like