You are on page 1of 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi sebagai badan usaha yang merupakan implementasi


dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 telah menjadi
salah satu sokoguru perekonomian rakyat Indonesia selama ini.
Apalagi setelah dikeluarkannya Undang-undang nomor 25 tahun
1992 tentang Perkoperasian yang disusun untuk mempertegas
jatidiri, kedudukan, permodalan, dan pembinaan Koperasi sehingga
semakin mengokohkan koperasi sebagai badan usaha yang memiliki
legalitas tinggi dan keberadaannya sangatlah mutlak ada di
Indonesia.
Berdasarkan Temu Konsolidasi Data Pemberdayaan KUKM
pada 22 sampai dengan 24 Juli 2009, diperoleh data bahwa per 31
Desember 2008 tercatat ada 154.964 unit koperasi di seluruh
Indonesia dengan 108.930 unit yang ada berstatus aktif dengan
jumlah anggota sebanyak 27.318.619 orang. Diperoleh pula data
akumulasi volume usaha sebesar Rp. 68.446.249,39 juta dan SHU
per tahun sebesar 5.037.583,01 juta, maka sektor perkoperasian di
Indonesia dapat dibilang sangatlah besar dan memberikan pengaruh
besar bagi kehidupan masyarakat.
Setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun
1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi,maka semakin jelas bahwa untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan Koperasi, kegiatan Usaha Simpan Pinjam perlu
ditumbuhkembangkan agar Koperasi Simpan Pinjam dan atau Unit
Simpan Pinjam Pada Koperasi dapat melaksanakan fungsinya untuk
menghimpun Simpanan Koperasi dan Simpanan Berjangka Koperasi,
serta memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya serta
Koperasi lain dan/atau anggotanya.
Kemudian pada tahun 2008 dikeluarkanlah Peraturan Menteri
Koperasi dan UKM nomor 19, 20, dan 21 yang mengatur tentang
perkoperasian sebagai pengganti peraturan yang lama. Adapun
Peraturan Menteri tersebut adalah mengenai pedoman pelaksanaan
usaha simpan pinjam koperasi (PerMen nomor 19), penilaian
kesehatan usaha simpan pinjam koperasi (PerMen nomor 20), dan
pedoman pelaksanaan pengawasan koperasi (PerMen nomor 21).
1
Pada Peraturan Menteri nomor 20 tahun 2008 diaturlah sistem
penilaian kesehatan usaha simpan pinjam koperasi berdasarkan 7
(tujuh) aspek yaitu Permodalan, Kualitas aktiva produktif,
Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian dan pertumbuhan,
dan Jatidiri koperasi. Adapun dalam penilaian aspeknya dilakukan
sistem skoring terhadap nilai hasil perhitungan yang kemudian akan
dilakukan pembobotan untuk memperoleh skor akhir.
Dalam proses penilaian kesehatan usaha simpan pinjam koperasi,
penilaian tiap aspek menggunakan tabel standar perhitungan yang
mengkonversi nilai hasil perhitungan rumus menjadi skor penilaian
berdasarkan jangkauan (range) yang telah ditentukan dan berupa
himpunan klasik yang bersifat tegas (crisp).
Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x
dalam suatu himpunan A, hanya memiliki dua kemungkinan yaitu,
item tersebut adalah termasuk anggota himpunan A atau item
tersebut bukanlah anggota himpunan A. dapat dimisalkan jika
variabel umur memiliki 3(tiga) kategori dengan range atau
jangkauan masing-masing adalah Muda yaitu umur < 35 tahun,
Parobaya yaitu 35 < umur < 55 tahun, dan Tua yaitu umur > 55
tahun. Maka apabila seseorang berumur 34 tahun maka dia dikatakan
muda karena 34 < 35 tahun dan apabila seseorang berusia 35 tahun
kurang satu hari maka dia tetap dikatakan muda karena umurnya <
35 tahun, namun apabila ada seseorang yang berusia 35 tahun tepat
atau lebih satu hari maka dia sudah dikatakan parobaya karena umur
> 35 tahun.
Dari penjelasan dan deskripsi di atas maka dapat dikatakan
bahwa pemakaian himpunan tegas (crisp) untuk penentuan umur
sebenarnya sangat tidak adil karena perbedaan nilai yang kecil saja
bisa mengakibatkan perbedaan kategori usia yang signifikan.
Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut
karena dalam himpunan fuzzy seseorang dapat termasuk dalam dua
himpunan yang berbeda. Hal ini menjadi mungkin karena dalam
himpunan fuzzy digunakan sistem keanggotaan (membership
function) yang tidak tegas (non-crisp) sesuai dengan fungsi
keanggotaan yang digunakan. Misalkan seseorang dengan usia 40
tahun maka dia termasuk dalam himpunan muda dengan nilai
keanggotaan sebesar 0,25 dan juga termasuk dalam himpunan
parobaya dengan nilai keanggotaan sebesar 0,5.

2
Setelah diketahui sistem penilaian kesehatan usaha koperasi
simpan pinjam yang menggunakan himpunan tegas (crisp) dan
himpunan fuzzy yang dapat memberikan solusi terhadap kekurangan
akan digunakannya himpunan tegas (crisp) untuk pengkategorian
sesuatu, maka judul yang diambil dalam tugas akhir ini adalah
“Studi Sistem Keanggotaan Fuzzy untuk Penilaian Kesehatan
Usaha Simpan Pinjam Koperasi”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana mengimplementasikan teori keanggotaan fuzzy
dalam sistem penilaian kesehatan usaha simpan pinjam koperasi.
2. Membandingkan hasil yang diperoleh dari uji penggunaan
himpunan fuzzy untuk perhitungan skor/nilai dengan skor/nilai
hasil perhitungan standar tanpa himpunan fuzzy.

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan tugas akhir ini adalah:
1. Mengimplementasikan sistem keanggotaan fuzzy tersebut dalam
perangkat lunak.
2. Melakukan analisis terhadap hasil implementasi yang diperoleh.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Hanya membahas mengenai sistem keanggotaan fuzzy dengan
menggunakan kurva segitiga (triangular function) dan kurva
bahu.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang di-
input oleh pengguna pada perangkat lunak dengan proporsi logis
yang sesuai dengan beberapa data riil.
3. Tugas akhir dan perangkat lunak yang akan dibuat bukanlah
software yang mengakomodasi semua rule penilaian sehingga
siap dipakai di masyarakat umum, namun hanya sebatas
implementasi dari teori sistem keanggotaan fuzzy untuk sistem
skoring penialain kesehatan usaha simpan pinjam koperasi.

3
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah
memberikan gambaran mengenai penggunaan sistem keanggotaan
fuzzy untuk mengoptimalkan hasil pengkategorian sistem yang
sebelumnya menggunakan himpunan klasik.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang


atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disebut KSP adalah
Koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.
Unit Simpan Pinjam Koperasi yang selanjutnya disebut USP
Koperasi adalah unit usaha koperasi yang bergerak di bidang usaha
simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang
bersangkutan.

2.2. Penilaian Kesehatan Koperasi

Kesehatan KSP dan USP adalah kondisi atau keadaan koperasi


yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan
sangat tidak sehat berdasarkan skor hasil penilaian kesehatan.
Ruang lingkup Penilaian Kesehatan KSP dan USP Koperasi
meliputi penilaian terhadap beberapa aspek yaitu, Permodalan,
Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas,
Kemandirian dan pertumbuhan, Jatidiri koperasi.

2.2.1. Permodalan

Permodalan adalah aspek penilaian kesehatan koperasi yang


terdiri dari Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset, Rasio Modal
Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko, dan Rasio
Kecukupan Modal Sendiri Terhadap ATMR (Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko).

1. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Asset


Modal sendiri USP adalah modal tetap USP, terdiri dari modal
yang disetor pada awal pendirian, modal tetap tambahan dari
koperasi yang bersangkutan, cadangan yang disisihkan dari Hasil
Usaha USP Koperasi dan dalam kaitannya dengan penilaian
5
kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal tidak tetap
yang berasal dari modal penyertaan.
Rasio modal sendiri terhadap total aset adalah prosentase modal
sendiri dibanding total aset yang dirumuskan sebagai berikut :

Rasio = × 100 %

Untuk memperoleh skor rasio antara modal sendiri terhadap total


asset ditetapkan sebagai berikut, untuk rasio antara modal sendiri
dengan total asset lebih kecil atau sama dengan 0% diberikan nilai 0,
untuk setiap kenaikan rasio 1% mulai dari 0% nilai ditambah 5
dengan maksimum nilai 100, kemudian nilai dikalikan bobot sebesar
6% diperoleh skor permodalan.

Rasio Nilai Bobot Skor


modal (%) (%)
<0 0 6 0
0<x<5 25 6 1.50
5 < x < 10 50 6 3.00
10 < x < 15 75 6 4.50
15 < x < 20 100 6 6.00

Tabel 2.1. Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap


Total Aset

2. Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan yang


Berisiko

Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan yang


Berisiko adalah prosentase Modal Sendiri dibanding Pinjaman
Diberikan yang Berisiko, dirumuskan sebagai berikut :

Rasio = × 100 %

Untuk memperoleh skor Rasio Modal Sendiri Terhadap


Pinjaman Diberikan yang Berisiko, ditentukan bahwa untuk rasio
6
modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko lebih kecil
atau sama dengan 0% diberi nilai 0, untuk setiap kenaikan rasio 1%
mulai dari 0% nilai ditambah 1 dengan nilai maksimum 100, dan
nilai dikalikan bobot sebesar 6%, maka diperoleh skor permodalan.

Rasio Modal Nilai Bobot (%) Skor


(%)
<0 0 6 0
0 < x < 10 10 6 0.6
10 < x < 20 20 6 1.2
20 < x < 30 30 6 1.8
30 < x < 40 40 6 2.4
40 < x < 50 50 6 3.0
50 < x < 60 60 6 3.6
60 < x < 70 70 6 4.2
70 < x < 80 80 6 4.8
80 < x < 90 90 6 5.4
90 < x < 100 100 6 6.0

Tabel 2.2. Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap


Pinjaman Diberikan yang Berisiko

3. Rasio Kecukupan Modal Sendiri Terhadap ATMR

Rasio Kecukupan Modal Sendiri adalah perbandingan antara


Modal Tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR) dikalikan dengan 100%.
Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen
modal KSP/USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot
pengakuan risiko.
ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva
KSP dan USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot
pengakuan risiko.
Menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan
bobot risiko masing-masing komponen aktiva.

7
Rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung/diperoleh dengan
cara membandingkan nilai modal tertimbang dengan nilai ATMR
dikalikan dengan 100%.

Rasio Nilai Bobot Skor


Modal (%)
(%)
<4 0 3 0
4<x<6 50 3 1.50
6<x<8 75 3 2.25
>8 100 3 3.00

Tabel 2.3. Standar Perhitungan Rasio kecukupan modal sendiri

2.2.2. Kualitas Aktiva Produktif

Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan


penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan. Penilaian terhadap
kualitas aktiva produktif didasarkan pada 4 (empat) kriteria yaitu,
Rasio antara volume pinjaman kepada anggota terhadap volume
pinjaman diberikan, Rasio antara pinjaman bermasalah dengan
pinjaman yang diberikan, Rasio antara cadangan risiko dengan
pinjaman bermasalah, serta BMPP kepada calon anggota, koperasi
lain dan anggotanya.
Pinjaman berdasarkan jenis angsurannya dibedakan menjadi dua.
Pertama yaitu pinjaman dengan angsuran pokok yang dalam
angsuran per periode-nya terdiri dari angsuran pokok dan angsuran
bunga. Kedua yaitu pinjaman tanpa angsuran pokok yang dalam
angsuran per-periode-nya terdiri dari angsuran bunga saja, adapun
angsuran pokok dilakukan secara keseluruhan di periode terakhir
angsuran.
Pinjaman bermasalah terdiri dari Pinjaman Kurang lancar,
Pinjaman yang Diragukan, dan Pinjaman Macet. Adapun kriteria
penntuan jenis pinjaman bermasalah adalah sebagai berikut :

1. Pinjaman Kurang Lancar


A. Pinjaman dengan angsuran pokok
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai berikut :

8
a) Tunggakan melampaui 1(satu) bulan dan belum
melampaui 2 (dua) bulan bagi pinjaman dengan
angsuran harian dan/atau mingguan; atau
b) melampaui 3 (tiga) bulan dan belum melampaui 6
(enam) bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya
ditetapkan bulanan,2 (dua) bulan atau 3 bulan; atau
c) melampaui 6 (enam) bulan tetapi belum melampaui
12 (dua belas) bulan bagi pinjaman yang masa
angsurannya ditetapkan 6 (enam) bulan atau lebih;
atau
2) Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut :
a) tunggakan melampaui 1 (satu) bulan tetapi belum
melampaui 3 (tiga) bulan bagi pinjaman dengan
masa angsurankurangdari1(satu)bulan;atau
b) melampaui 3 (tiga) bulan, tetapi belum melampaui 6
(enam) bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya
lebih dari1(satu)bulan.
B. Pinjaman tanpa angsuran pokok
1) Pinjaman belum jatuh tempo
Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 (tiga)
bulan tetapi belum melampaui 6 (enam) bulan.
2) Pinjamantelahjatuhtempo
Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi
belum melampaui 3 (tiga) bulan.

2. Pinjaman yang Diragukan


Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang
bersangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar tetapi
berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa :
A. Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai
sekurangkurangnya 75 % dari hutang peminjam termasuk
bunganya;atau
B. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih
bernilai sekurangkurangnya 100% dari hutang peminjam
termasuk bunganya.

3. Pinjaman Macet
Pinjaman digolongkan macet apabila :
A. Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan, atau;

9
B. Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan sejak digolongkan diragukan belum ada
pelunasan.
C. Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada
Pengadilan Negeri atau telah diajukan penggantian kepada
perusahaanasuransipinjaman.

Adapun aspek kualitas aktiva produktif dinilai dari 4 (empat) hal


yaitu :

1. Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Total Volume


Pinjaman Diberikan

Untuk mengukur rasio antara volume pinjaman kepada anggota


terhadap total volume pinjaman ditetapkan berikut :

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor


< 25 0 10 0,00
25 < x < 50 50 10 5,00
50 < x < 75 75 10 7,50
> 75 100 10 10,00

Tabel 2.4. Standar Perhitungan Skor Rasio Volume Pinjaman pada


Anggota terhadap Total Pinjaman Diberikan.

2. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman


Diberikan

Untuk memperoleh rasio antara risiko pinjaman bermasalah


terhadap pinjaman yang diberikan, maka hasil penjumlahan 50 %
dari pinjaman diberikan yang kurang lancar (PKL) dan 75 % dari
pinjaman diberikan yang diragukan (PDR) dan 100 % dari pinjaman
diberikan yang macet (PM) dibagi dengan pinjaman yang disalurkan.

(50% × ) + (75% × ) + (100% × )


= × 100 %

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor


> 45 0 5 0
10
40 < x < 45 10 5 0,5
30 < x ≤ 40 20 5 1,0
20 < x ≤ 30 40 5 2,0
10 < x ≤ 20 60 5 3,0
0 < x ≤ 10 80 5 4,0
=0 100 5 5,0

Tabel 2.5. Standar Perhitungan RPM

3. Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman


Bermasalah

Cadangan Tujuan Risiko adalah cadangan yang dimaksudkan


untuk menutup risiko apabila terjadi pinjaman macet atau tidak
tertagih.

Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor


<0 0 5 0
0 < x < 10 10 5 0,5
10 < x < 20 20 5 1,0
20 < x < 30 30 5 1,5
30 < x < 40 40 5 2,0
40 < x < 50 50 5 2,5
50 < x < 60 60 5 3,0
60 < x < 70 70 5 3,5
70 < x < 80 80 5 4,0
80 < x < 90 90 5 4,5
90 < x < 100 100 5 5,0

Tabel 2.6. Standar Perhitungan Rasio Cadangan Risiko terhadap


Risiko Pinjaman Bermasalah

4. BMPP kepada calon anggota, koperasi lain dan anggotanya

Batas Maksimum Pemberian Pinjaman (BMPP) adalah plafon


pinjaman baik untuk anggota, calon anggota, koperasi lain dan
anggotanya maupun pengurus dalam rangka meminimalisasi
terjadinya pinjaman bermasalah.

11
Rasio (%) Nilai Bobot (%) Skor
< 25 100 5 5
> 25 0 5 0

Tabel 2.7. Standar Perhitungan BMPP

2.2.3. Penilaian Manajemen

Penilaian aspek manajemen KSP dan USP koperasi meliputi


lima komponen yaitu, Manajemen umum, Kelembagaan, Manajemen
permodalan, Manajemen aktiva, dan Manajemen likuiditas.
Adapun Perhitungan nilai didasarkan kepada hasil penilaian atas
jawaban pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen
dengan komposisi pertanyaan sebagai berikut (pertanyaan terlampir).

1. Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai untuk


setiap jawaban pertanyaan “ya”).
2. Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaan“ya”).
3. Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai
untuk setiap jawaban pertanyaan “ya”).
4. Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk
setiap jawaban pertanyaan “ya”).
5. Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk
setiap jawaban pertanyaan “ya”).

Adapun standar perhitungan atas jawaban dari pertanyaan di atas


adalah sebagai berikut :

1. Manajemen Umum

Untuk penilaian aspek manajemen umum maka tabel standar


penilaian atas jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut :

Jumlah Jawaban Skor


“Ya”
1 0,25
2 0,50
12
3 0,75
4 1,00
5 1,25
6 1,50
7 1,75
8 2,00
9 2,25
10 2,50
11 2,75
12 3,00

Tabel 2.8. Standar Perhitungan Manajemen Umum

2. Manajemen Kelembagaan

Untuk penilaian aspek manajemen kelembagaan maka tabel


standar penilaian atas jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut
:

Jumlah Jawaban Skor


“Ya”
1 0,50
2 1,00
3 1,50
4 2,00
5 2,50
6 3,00

Tabel 2.9. Standar Perhitungan Manajemen Kelembagaan

3. Manajemen Permodalan

Untuk penilaian aspek manajemen permodalan maka tabel


standar penilaian atas jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut
:

13
Jumlah Jawaban Skor
“Ya”
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00

Tabel 2.10. Standar Perhitungan Manajemen Permodalan

4. Manajemen Aktiva

Untuk penilaian aspek manajemen aktiva maka tabel standar


penilaian atas jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut :

Jumlah Jawaban Skor


“Ya”
1 0,30
2 0,60
3 0,90
4 1,20
5 1,50
6 1,80
7 2,10
8 2,40
9 2,70
10 3,00

Tabel 2.11. Standar Perhitungan Manajemen Aktiva

5. Manajemen Likuiditas

Untuk penilaian aspek manajemen likuiditas maka tabel standar


penilaian atas jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut :

14
Jumlah Jawaban Skor
“Ya”
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00

Tabel 2.12. Standar Perhitungan Manajemen Likuiditas

2.2.4. Penilaian Efisiensi

Penilaian efisiensi KSP/USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga)


rasio yaitu, Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi
bruto, Rasio aktiva tetap terhadap total asset, dan Rasio efisiensi
pelayanan.
Rasio-rasio di atas menggambarkan sampai seberapa besar
KSP/USP koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien
kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya.

1. Rasio biaya operasional terhadap partisipasi bruto

= × 100 %

Rasio Biaya Nilai Bobot Skor


Operasional (%)
terhadap Partisipasi
Bruto (%)

> 100 0 4 1
85 < x < 100 50 4 2
70 < x < 85 75 4 3
0 < x <70 100 4 4

Tabel 2.13. Standar Perhitungan Rasio Biaya Operasional atas


Partisipasi Bruto

15
2. Rasio aktiva tetap terhadap total asset

= × 100 %

Rasio aktiva tetap Nilai Bobot Skor


terhadap total asset (%)
(%)
75 < x < 100 25 4 1
50 < x < 75 50 4 2
25 < x < 50 75 4 3
0 < x < 25 100 4 4

Tabel 2.14. Standar Perhitungan Rasio Aktiva terhadap


Total Asset.

3. Rasio efisiensi pelayanan


= × 100 %

Rasio Efisiensi Nilai Bobot Skor


Pelayanan (%)
(%)
<5 100 2 2,0
5 < x < 10 75 2 1,5
10 < x < 15 50 2 1,0
> 15 0 2 0,0

Tabel 2.15. Standar Perhitungan Rasio Efisiensi Pelayanan

2.2.5. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan KSPdan atau USP Koperasi untuk


memenuhi kewajiban jangka pendek. Penilaian kuantitatif terhadap
likuiditas KSP dan USP Koperasi dilakukan terhadap 2(dua) rasio,
yaitu Rasio Kas dan Rasio volume pinjaman terhadap dana yang
diterima.
16
Kas dan bank adalah alat likuid yang segera dapat digunakan,
seperti uang tunai dan uang yang tersimpan pada lembaga keuangan
lain.
Kewajiban lancar koperasi terdiri atas Simpanan dan
Simpanan berjangka. Pinjaman koperasi terdiri atas Pinjaman
produktif, Pinjaman konsumtif, dan Pinjaman lain. Dana yang
diterima terdiri atas Simpanan dan Simpananberjangka.

1. Pengukuran Rasio kas

+
= × 100 %

Rasio Kas Nilai Bobot (%) Skor


(%)
< 100 0 10 0
100 < x < 125 50 10 5
125 < x < 150 100 10 10
> 150 0 10 10

Tabel 2.16. Standar Perhitungan Rasio Kas terhadap


Kewajiban lancar

2. Pengukuran rasio pinjaman terhadap dana yang diterima

Rasio Pinjaman Nilai Bobot (%) Skor


(%)
x < 100 25 5 1,25
100 < x < 200 50 5 2,50
200 < x < 300 75 5 3,75
> 300 100 5 5,00

Tabel 2.17. Standar Perhitungan Rasio Pinjaman terhadap


Dana yang Diterima

17
2.2.6. Kemandirian dan Pertumbuhan
Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan
pada 3 (tiga) rasio, yaitu rentabilitas aset, rentabilitas ekuitas, dan
kemandirian operasional.
Rentabilitas adalah kemampuan KSP untuk memperoleh sisa
hasil usaha dan atau kemampuan USP Koperasi untuk memperoleh
hasil usaha.

1. Rasio Rentabilitas Aset

Rasio rentabilitas aset yaitu SHU sebelum pajak dibandingkan


dengan total aset, perhitungannya ditetapkan sebagai berikut :

= × 100 %

Rasio Nilai Bobot (%) Skor


Rentabilitas
Aset (%)
<5 25 3 0,75
5 < x < 7,5 50 3 1,50
7,5 < x < 10 75 3 2,25
> 10 100 3 3,00

Tabel 2.18. Standar Perhitungan Skor untuk Rasio


Rentabilitas Asset

2. Rasio Rentabilitas Ekuitas (Modal Sendiri)

Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota


dibandingkan total ekuitas, perhitungannya ditetapkan sebagai
berikut :
= × 100 %

18
Rasio Nilai Bobot (%) Skor
Rentabilitas
Ekuitas (%)
<5 25 3 0,75
5 < x < 7,5 50 3 1,50
7,5 < x < 10 75 3 2,25
> 10 100 3 3,00

Tabel 2.19. Standar Perhitungan untuk Ratio Rentabilitas


Modal Sendiri/Ekuitas

3. Rasio kemandirian operasional pelayanan

Rasio kemandirian operasional yaitu Sisa Hasil Usaha


dibandingkan dengan biaya beban usaha ditambah dengan beban
perkoperasian, perhitungannya ditetapkan sebagai berikut:

= × 100 %
ℎ +

Rasio Kemandirian Nilai Bobot Skor


Operasional (%) (%)
< 100 0 4 0
> 100 100 4 4

Tabel 2.20. Standar Perhitungan Ratio Kemandirian


Operasional

2.2.7. Jati Diri Koperasi


Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur
keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu
mempromosikan ekonomi anggota. Aspek penilaian jatidiri koperasi
menggunakan 2 (dua) rasio. Pertama yaitu Rasio Partisipasi Bruto,
yaitu tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin
tinggi/besar persentasenya semakin baik. Partisipasi bruto adalah
kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa
pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto.

19
Kedua yaitu Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA), Rasio ini
mengukur kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi
partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi dengan simpanan
pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi persentasenya semakin
baik.

1. Rasio Partisipasi Bruto

Pengukuran rasio partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut :

= × 100 %

Rasio Nilai Bobot (%) Skor


Partisipasi
Bruto (%)
< 25 0 7 0,00
25 < x < 50 50 7 3,50
50 < x < 75 75 7 5,25
> 75 100 7 7,00

Tabel 2.21. Standar Perhitungan Ratio Partisipasi Bruto

2. Rasio Promosi Ekonomi Anggota(PEA)

Pengukuran rasio promosi ekonomi anggota ditetapkan sebagai


berikut :

+
= × 100 %
+

Rasio PEA Nilai Bobot (%) Skor


(%)
<5 0 3 0,00
5 < x < 7,5 50 3 1,50
7,5 < x < 10 75 3 2,25
> 10 100 3 3,00

Tabel 2.22. Standar Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota


20
2.3. Penetapan Kesehatan Koperasi

Untuk memperoleh skor akhir maka dilakukan proses penilaian


global dan pembobotan sesuai dengan ketentuan. Adapun tabel
penilaian dan pembobotan secara lengkap adalah sebagai berikut :

Aspek Bobot
No. Komponen
Dinilai Penilaian

1. Permodalan 15

a.Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset 6

Rasio = × 100 %

b. Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan 6


yang berisiko

Rasio = × 100 %

c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri 3

Rasio = × 100 %

2. Kualitas Aktiva Produktif 25

a. Rasio Volume Pinjaman pada anggota terhadap 10


volume pinjaman diberikan

Rasio = × 100 %

b. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap 5


Volume Pinjaman

(50% × ) + (75% × ) + (100% )


× 100 %

c. Rasio Cadangan Risiko Terhadap Pinjaman 5


Bermasalah

21
× 100 %
(50% × ) + (75% × ) + (100% )

d. Rasio BMPP terhadap calon anggota, koperasi 5


lain dan anggotanya terhadap volume pinjaman

× 100 %

3. Manajemen 15

a. ManajemenUmum 3
b. Kelembagaan 3
c. Manajemenpermodalan 3
d. ManajemenAktiva 3
e. ManajemenLikuiditas. 3

4. Efisiensi 10

a.Rasio biaya operasional pelayanan terhadap 4


partisipasi bruto

× 100 %

b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset 4

× 100 %

c. Rasio efisiensi pelayanan 2

× 100 %

5. Likuiditas 15

a. Rasio Kas 10

+
× 100 %

b. Rasio volume pinjaman terhadap dana yang 5


diterima

22
× 100 %

6. Kemandirian dan Pertumbuhan 10

a. Rentabilitas aset 3

× 100 %

b. Rentabilitas Modal Sendiri 3

× 100 %

c. Kemandirian Operasional Pelayanan 4

× 100 %
ℎ +

7. Jatidiri Koperasi 10

a. Rasio partisipasi bruto 7

× 100 %

b. Rasio promosi ekonomi anggota (PEA) 3

+
× 100 %
+

JUMLAH 100

Tabel 2.23. Tabel Skoring Global dan Pembobotan Nilai

Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 7 komponen


sebagaimana dimaksud pada penjelasan sebelumnya, diperoleh skor
secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan
predikat tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi yang dibagi
dalam 5 (lima) golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak
sehat, dan sangat tidak sehat.

23
Penetapan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP tersebut
adalah sebagai berikut :

Skor Predikat
80 < x < 100 SEHAT
60 < x < 80 CUKUP SEHAT
40 < x < 60 KURANG SEHAT
20 < x < 40 TIDAK SEHAT
< 20 SANGAT TIDAK SEHAT

Tabel 2.24. Tabel Komparasi Skor terhadap


Predikat Kesehatan

2.4. Himpunan Fuzzy

Teori probabilitas pada kurun waktu abad ini memegang


peranan penting untuk menjelaskan pengertian tentang
ketidakpastian. Pada tahun 1965, Prof. Lotfi A. Zadeh dari
Universitas California di Barkeley memperkenalkan konsep
tentang himpunan fuzzy (fuzzy set = himpunan kabur) yang
secara tidak langsung menyatakan bahwa selain pendekatan
probabilitas, ketidakpastian dapat didekati dengan metode lain
dalam hal ini konsep himpunan fuzzy.
Teori himpunan fuzzy merupakan kerangka matematis yang
digunakan untuk merepresentasikan ketidakpastian,
ketidakjelasan, ketidaktepatan, kekurang informasian dan
kebenaran parsial (Tettamanzi, 2001).
Pada dasarnya himpunan fuzzy merupakan perluasan dari
himpunan klasik (crisp), pada himpunan klasik A suatu elemen
akan memiliki 2 kemungkinan keanggotaan yaitu anggota A
dinotasikan dengan μA(x). Pada himpunan klasik ada dua
keanggotaan yaitu μA(x) = 1 apabila x merupakan anggota A
dan μA(x)=0 apabila x bukan anggota A.

Himpunan Fuzzy memiliki 2 (dua) atribut yaitu :


1. Linguistik, yaitu penamaan suatu group yang mewakili suatu
keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa
alami, seperti : Muda, Parobaya, Tua.

24
2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yanhg menunjukkan
ukuran dari suatu variabel seperti: 40, 25, 50, dsb.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem


fuzzy, yaitu :
1. Variabel Fuzzy
Variabel Fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas
dalam suatu sistem fuzzy. Contoh : umur, temperatur,
permintaan, dsb.
2. Himpunan Fuzzy
Himpunan Fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili
suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel
fuzzy.
Contoh :
Variabel temperatur, terbagi menjadi 5 himpunan fuzzy,
yaitu : Dingin, Sejuk, Normal, Hangat, dan Panas.

Dingin Sejuk Normal Hangat Panas

µ(x)

0
15 20 25 30 35 40

Temperatur (°C)

Gambar 2.1. Himpunan Fuzzy pada variabel temperatur

3. Semesta Pembicaraan
Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang
diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel
fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan
real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari
kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa
bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta
pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya.
Contoh :
25
 Semesta pembicaraan untuk variabel umur : [0 +∞]
 Semesta pembicaraan untuk variabel temperatur : [0 40]
4. Domain
Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang
diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan
dalam suatu himpunan fuzzy. Seperti halnya semesta
pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real
yang senantiasa bertambah (naik) secara monoton dari kiri
ke kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif
maupun negatif.
Contoh :
 Muda = [0, 45]
 Parobaya = [35, 55]
 Tua = [45, +∞]
 Dingin = [0, 20]
 Hangat = [25, 35]
 Panas = [30, 40]

2.5. Fungsi Keanggotaan Fuzzy

Fungsi Keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva


yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai
keanggotaannya (sering juga disebut dengan derajat
keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah
satu cara yang digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan
adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi
yang bisa digunakan.

1. Representasi Kurva Linier


Pada representasi linier, pemetaan input ke derajat
keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus.
Bentuk ini adalah yang paling sederhana dan menjadi pilihan
yang baik untuk mendekati konsep yang kurang jelas.
Ada 2 (dua) keadaan himpunan fuzzy linier. Pertama,
kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang
memiliki derajat keanggotaan nol (0) bergerak ke kanan
menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan
lebih tinggi.

26
1

µ(x)

0
a b
domain

Gambar 2.2. Himpunan Fuzzy dengan Representasi


Linier Naik

Fungsi keanggotaan :

0; ≤
μ( ) = ( − )⁄( − ) ; ≤ ≤
1; ≤ ≤

Kedua, merupakan kebalikan yang pertama yaitu garis


lurus dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan
tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai
domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah.

µ(x)

0
a b
domain

27
Gambar 2.3. Himpunan Fuzzy dengan Representasi
Linier Turun

Fungsi keanggotaan :

( − )⁄( − ) ; ≤ ≤
μ( ) =
0; ≥

2. Representasi Kurva Segitiga


Kurva segitiga pada dasarnya adalah gabungan dari 2 (dua)
garis linier yaitu garis linier naik dan garis linier turun.

µ(x)

0
a b c
domain

Gambar 2.4. Himpunan Fuzzy dengan Representasi


Kurva Segitiga

Fungsi Keanggotaan :

0; ≤ atau ≥
μ( ) = ( − )⁄( − ) ; ≤ ≤
( − )⁄( − ) ; ≤ ≤

3. Representasi Kurva Trapesium


28
Kurva trapesium pada dasarnya seperti kurva segitiga, hanya
saja ada beberapa titik yang mewakili nilai keanggotaan 1.

µ(x)

0 a b c d
domain

Gambar 2.5. Himpunan Fuzzy dengan Representasi


Kurva Trapesium

Fungsi Keanggotaan :

0; ≤ atau ≥

⎪( − )⁄( − ) ; ≤ ≤
μ( ) =
⎨ 1; ≤ ≤

⎩ ( − )⁄( − ) ; ≤ ≤

4. Representasi Kurva Bentuk Bahu

Dingin Sejuk Normal Hangat Panas

µ(x)

0
15 20 25 30 35 40

Temperatur (°C)
Gambar 2.6. Himpunan Fuzzy dengan Representasi
29
Kurva Bahu

2.6. Operator Dasar Zadeh untuk Operasi Himpunan Fuzzy

Seperti halnya himpunan konvensional, ada beberapa operasi


yang didefinisikan secra khusus untuk mengkombinasi dan
memodofikasi himpunan fuzzy. Nilai keanggotaan sebagai hasil
dari operasi 2 himpunan sering dikenal dengan nama fire-
strength atau α-predikat. Ada 3 operator dasar yang diciptakan
oleh Zadeh, yaitu :

1. Operator AND
Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada
himpunan. Α-predikat sebagai hasil operasi dengan operasi
AND diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan
terkecil antar elemen pada himpunan-himpunan yang
bersangkutan.

∩ = min ( [ ], [ ])

2. Operator OR
Operator ini berhubungan dengan operasi union pada
himpunan. α-predikat sebagai hasil operasi dengan operator
OR diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar
antar elemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan.

∪ = max ( [ ], [ ])

3. Operator NOT
Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen
pada himpunan. α-predikat sebagai hasil operasi dengan
operator NOT diperoleh dengan mengurangkan nilai
keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dari
1.

= 1− [ ]

30
BAB III
METODOLOGI DAN PERANCANGAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metode dan tahap-tahap


yang digunakan dalam pembuatan perangkat lunak Sistem Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dengan Pendekatan Fuzzy.
Adapun tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan studi literatur mengenai sistem skoring untuk
penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam berdasarkan PerMen
No.20 tahun 2008.
2. Menganalisis dan merancang perangkat lunak untuk penilaian
koperasi simpan pinjam dengan memasukkan sistem
keanggotaan fuzzy dalam penentuan skor tiap-tiap aspek
pengujiannya.
3. Implementasi perangkat lunak berdasarkan analisis dan
perancangan yang dilakukan.
4. Melakukan uji coba terhadap perangkat lunak.
5. Melakukan evaluasi hasil yang diperoleh dari uji coba perangkat
lunak dan membandingkannya dengan hasil yang diperoleh
secara teoritis atau manual.

Analisis dan Perancangan


Perangkat Lunak Penilai Kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam

Implementasi Perangkat Lunak

Uji coba Perangkat Lunak

Evaluasi dan Analisis Hasil

Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Perangkat Lunak

31
3.1. Deskripsi Umum Perangkat Lunak
Perangkat lunak Penilai Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
yang akan dibuat adalah implementasi dari Peraturan Menteri
Koperasi dan UMKM Nomor.20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penilaian Kesehatan Simpan Pinjam Koperasi dengan penambahan
fitur sistem fuzzy dalam sistem skoringnya. Oleh karena itu
perangkat lunak ini akan menghasilkan nilai keluaran standar tanpa
sistem fuzzy dan nilai keluaran yang tidak standar yaitu setelah
perangkat lunak menggunakan sistem fuzzy dalam kalkulasinya,
sehingga diharapkan akan diperoleh dua nilai yang berbeda yang
pada akhirnya nanti bisa dibandingkan.

Skor Hasil Sistem Skor Hasil


Penilaian Per Skoring dan Akhir
Aspek Pembobotan Penilaian
Kesehatan

Skor Hasil Penilaian


Per Aspek dengan
Sistem Keanggotaan
Fuzzy
Gambar 3.2. Gambaran Global Penerapan Fuzzy pada
Perangkat Lunak

Ketika user memasuki perangkat lunak ini, maka proses yang


terjadi adalah :
1. Perangkat lunak meminta input dari user berupa data-data yang
dibutuhkan untuk penilaian per aspek dan perangkat lunak juga
akan meminta user untuk menjawab beberapa pertanyaan untuk
penilaian aspek tertentu yang membutuhkan adanya tanya jawab.
2. Data hasil input user akan diproses oleh sistem berdasarkan tabel
komparasi standar untuk memperoleh nilai per aspek.
3. Data hasil input user juga akan diproses oleh sistem berdasarkan
tabel komparasi tidak standar yang telah mengadopsi prinsip
fungsi keanggotaan fuzzy untuk memperoleh nilai per aspek.

32
4. Nilai dari tiap-tiap aspek yang telah diperoleh akan dilakukan
proses skoring global dan pembobotan sehingga diperoleh skor
akhir untuk penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam.

Start

Input Data oleh Pengguna


untuk Parameter Input
yang Dibutuhkan

Perhitungan Data Input menjadi


Nilai Per Komponen Penilaian

Data Nilai-nilai Per


Komponen Penilaian

Pembobotan Nilai Per


Komponen Sesuai dengan Bobot
yang Telah Ditentukan

Skor Akhir atau Total Skor


Semua Aspek Penilaian

Konversi Skor Akhir menjadi


Predikat Kesehatan

End

33
3.2. Perancangan Proses
3.2.1. Parameter input perangkat lunak
Dalam perhitungan penilaian tiap-tiap aspek untuk
mengetahui tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam, maka
dibutuhkan input berupa data dari pengguna kepada perangkat
lunak berupa :
1. Total Aset (Asset)
2. Jumlah kas dan bank (KasBank)
3. Aktiva tetap (AT)
4. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
5. Total Pinjaman yang diberikan (PYD)
6. Pinjaman kepada anggota (PYDA)
7. Pinjaman kurang lancar (PKL)
8. Pinjaman diragukan (PDG)
9. Pinjaman macet (PM)
10. Batas Maksimum Pemberian Pinjaman (BMPP)
11. Modal Sendiri (EQ)
12. Modal tertimbang (EQT)
13. Cadangan risiko (CAD)
14. Kewajiban lancar (KWL)
15. Dana yang diterima (DYT)
16. Partisipasi bruto (PSB)
17. Jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib (SP + (SW)
18. SHU sebelum bunga dan pajak / SHU kotor (SHU)
19. SHU bagi anggota (SHUA)
20. Biaya operasional (OPR)
21. Gaji dan honorarium karyawan (GHR)
22. Jumlah beban usaha dan beban perkoperasian (BUK)
23. Manfaat Ekonomi Partisipasi Pemanfaatan Pelayanan
(MEPPP)

Selain input data sebagaimana tersebut di atas, pengguna


juga harus menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan oleh
perangkat lunak untuk perhitungan aspek manajemen.

34
3.2.2. Penentuan skor per komponen penilaian
Adalah proses penentuan skor per komponen penilaian dengan
menggunakan standar perhitungan sebagaimana yang telah
dikemukkan pada Bab II dan standar perhitungan baru yang telah
memiliki sistem keanggotaan fuzzy.
Adapun grafik keanggotaan klasik dan fuzzy tiap-tiap
komponen penilaian digambarkan sebagaimana berikut :

a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset

0 25 50 75 100

µ(x)

0
0 5 10 15 20
Rasio (%)

0 25 50 75 100

µ(x)

0
0 5 10 15 20
Rasio (%)

35
b. Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan yang
berisiko

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1

µ(x)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Rasio (%)

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1

µ(x)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rasio (%)

c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri

0 50 75 100

µ(x)

0
0 4 6 8
Rasio (%)

36
0 50 75 100

µ(x)

0
0 4 6 8
Rasio (%)

d. Rasio Volume Pinjaman pada anggota terhadap volume


pinjaman diberikan

0 50 75 100
0
1

µ(x)

0
0 25 50 75
Rasio (%)

0 0 50 75 100

µ(x)

0
0 25 50 75
Rasio (%)

37
e. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Volume
Pinjaman

100 80 60 40 20 10 0

µ(x)

0
0 10 20 30 40 45
Rasio (%)

100 80 60 40 20 10 0

µ(x)

0
0 10 20 30 40 45
Rasio (%)

f. Rasio Cadangan Risiko Terhadap Pinjaman Bermasalah

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1

µ(x)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rasio (%)

38
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1

µ(x)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rasio (%)

g. Rasio BMPP terhadap calon anggota, koperasi lain dan


anggotanya terhadap volume pinjaman

100 0
1

µ(x)

0
0 25
Rasio (%)

100 0

µ(x)

0
0 25
Rasio (%)

39
h. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto

100 75 50 0

µ(x
)

0
0 70 85 100
Rasio (%)

100 75 50 0

µ(x
)

0
0 70 85 100
Rasio (%)

i. Rasio aktiva tetap terhadap total aset

100 75 50 25

µ(x)

0
0 25 50 75 100
Rasio (%)

40
100 75 50 25

µ(x)

0
0 25 50 75 100
Rasio (%)

j. Rasio efisiensi pelayanan

100 75 50 0

µ(x)

0
0 5 10 15
Rasio (%)

100 75 50 0

µ(x)

0
0 5 10 15
Rasio (%)

41
k. Rasio Kas

0 50 100 0

µ(x)

0
0 100 125 150
Rasio (%)

0 50 100 0

µ(x)

0
0 100 125 150
Rasio (%)

l. Rasio volume pinjaman terhadap dana yang diterima

25 50 75 100

µ(x)

0
0 100 200 300
Rasio (%)

42
25 50 75 100

µ(x)

0
0 100 200 300
Rasio (%)

m. Rentabilitas aset

0 25 50 75 100

µ(x)

0
0 5 7,5 10
Rasio (%)

25 50 75 100
0
1

µ(x)

0
0 5 7,5 10
Rasio (%)

43
n. Rentabilitas Modal Sendiri

0 25 50 75 100

µ(x)

0
0 5 7,5 10
Rasio (%)

0 25 50 75 100

µ(x)

0
0 5 7,5 10
Rasio (%)

o. Kemandirian Operasional Pelayanan

0 100

µ(x)

0
0 100
Rasio (%)

44
0 100

µ(x)

0
0 100
Rasio (%)

p. Rasio partisipasi bruto

0 50 75 100

µ(x)

0
0 25 50 75
Rasio (%)

0 50 75 100

µ(x)

0
0 25 50 75
Rasio (%)

45
q. Rasio promosi ekonomi anggota (PEA)

25 50 75 100
0
1

µ(x)

0
0 5 7,5 10
Rasio (%)

0 25 50 75 100

µ(x)

0
0 5 7,5 10
Rasio (%)

3.2.3. Pembobotan nilai-nilai yang diperoleh dari penilaian per


aspek menjadi skor akhir

Skor
Bobot
Aspek Nilai (nilai
No. Komponen Penilaian
Dinilai Diperoleh x
(%)
bobot)
1. Permodalan 15
a. Rasio Modal Sendiri 6
terhadap Total Asset … …
b. Rasio Modal Sendiri 6
terhadap Pinjaman … …
diberikan yang berisiko
c. Rasio Kecukupan Modal 3
Sendiri … …
2. Kualitas Aktiva Produktif 25
a. Rasio Volume Pinjaman 10
pada anggota terhadap … …
volume pinjaman diberikan
b. Rasio Risiko Pinjaman 5
46
Bermasalah Terhadap … …
Volume Pinjaman
c. Rasio Cadangan Risiko 5
Terhadap Pinjaman … …
Bermasalah
d. Rasio BMPP terhadap 5
calon anggota, koperasi … …
lain dan anggotanya
terhadap volume pinjaman
3. Manajemen 15
a. ManajemenUmum … 3 …
b. Kelembagaan … 3 …
c. Manajemenpermodalan … 3 …
d. ManajemenAktiva … 3 …
e. ManajemenLikuiditas. … 3 …
4. Efisiensi 10
a. Rasio biaya operasional … 4 …
pelayanan terhadap
partisipasi bruto
b. Rasio aktiva tetap … 4 …
terhadap total aset
c. Rasio efisiensi pelayanan … 2 …
5. Likuiditas 15
a. Rasio Kas … 10 …
b. Rasio volume pinjaman … 5 …
terhadap dana yang
diterima
6. Kemandirian dan Pertumbuhan 10
a. Rentabilitas aset … 3 …
b. Rentabilitas Modal Sendiri … 3 …
c. Kemandirian Operasional … 4 …
Pelayanan
7. Jatidiri Koperasi 10
a. Rasio partisipasi bruto … 7 …
b. Rasio promosi ekonomi … 3 …
anggota (PEA)
JUMLAH … 100 …

3.2.4. Konversi skor akhir menjadi predikat kesehatan usaha


simpan pinjam koperasi

Proses konversi skor akhir menjadi predikat kesehatan usaha


simpan pinjam koperasi didasarkan pada tabel komparasi standar
yang telah disebutkan pada Bab II yaitu untuk skor akhir antara 80
sampai dengan atau sama dengan 100 akan mendapatkan predikat
SEHAT, skor akhir antara 60 sampai dengan atau sama dengan 80
mendapatkan predikat CUKUP SEHAT, skor akhir antara 40 sampai
dengan atau sama dengan 60 mendapatkan predikat KURANG

47
SEHAT, skor akhir antara 20 sampai dengan atau sama dengan 40
mendapatkan predikat TIDAK SEHAT, dan untuk skor akhir sama
dengan 20 atau di bawahnya mendapatkan predikat SANGAT
TIDAK SEHAT.

3.3 Perancangan Antarmuka

48
49
3.4 Perancangan Uji Coba dan Evaluasi Hasil
Uji coba akan dilakukan pada perangkat lunak dengan
menggunakan data yang diinput oleh pengguna untuk sepuluh unit
koperasi.
Dari data yang diinput oleh pengguna pada perangkat lunak,
maka diperoleh data skor akhir melalui perhitungan standar dan data
skor akhir melalaui perhitungan dengan menggunakan sistem
keanggotaan fuzzy. Pada data skor akhir yang diperoleh dari sistem
perhitungan yang berbeda akan dihitung prosentase selisih skor akhir
hasil perhitungan fuzzy terhadap skor akhir hasil perhitunga normal.

| − |
ℎ= × 100 %

Dan hal tersebut di atas juga dilakukan untuk kesembilan data


koperasi lainnya, sehingga bentuk tabel hasil pengujian adalah
sebagai berikut :

Data Skor Akhir Skor Akhir Selisih Prosentase


Koperasi Perhitungan Perhitungan Skor Selisih
Normal dengan Fuzzy Akhir (%)
Koperasi 1
Koperasi 2
Koperasi 3
Koperasi 4
Koperasi 5
Koperasi 6
Koperasi 7
Koperasi 8
Koperasi 9
Koperasi
10
Rata-rata

Dari tabel hasil pengujian di atas maka dapat diketahui seberapa


besar perbedaan yang dihasilkan penggunaan sistem keanggotaan
fuzzy pada hasil akhir perhitungan perangkat lunak.

50
Daftar Pustaka

PENGGUNAAN LOGIKA FUZZY DI BIDANG EKONOMI


Azis Muslim
Departemen Perdagangan RI

Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan


Sri Kusumadewi, Hari Purnomo
Graha Ilmu
Yogyakarta
2004

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN


USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 20/Per/M.KUKM/XI/2008

TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN


PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI

Fuzzy Multi-Attribute Decision Making


Sri Kusumadewi, Sri Hartati, Agus Harjoko, Retanto Wardoyo
Graha Ilmu
Yogyakarta
2006

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN


USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA

51
NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN KOPERASI SIMPAN PINJAM


DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI

STATISTIK PERKOPERASIAN TAHUN 2009

KEMENTRIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL


DAN MENENGAH

JAKARTA 2009

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM

KEMENTRIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL


DAN MENENGAH

52

You might also like