You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan


sendiri. Antara manusia satu dengan manusia lainnya dalam berinteraksi tentunya
ada yang namanya komunikasi baik komunikasi langsung ataupun tidak langung,
baik lisan ataupun tertulis. Begitu juga kita sebagai warga negara indonesia yang
tingkat sosialnya sangat tinggi sehingga bahasa adalah alat yang paling utama
dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Dalam kesempatan kali ini, saya sebagai mahasiswa akan sedikit
menguraikan tentang bahasa dan cakupannya yang isinya kami adalah ringkasan
atau laporan buku karya lamuddin finoza, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Fungsi dan Ragam Bahasa
2. Bentuk dan Makna
3. Pilihan Kata
Uraian tersebut mudah-mudahan bermanfaat untuk para pembaca
semuanya baik calon pendidik, politikus, seniman dan lain sebagainya yang
tentunya sangat membutuhkan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
ISI LAPORAN

1. FUNGSI DAN RAGAM BAHASA

A. Pentingnya Bahasa
Betapa pentingnya bahasa bagi manusia kiranya tidak diragukan
lagi.politisi mempelajari bahasa agar dapat menemukan ciri kata atau kalimat dan
gaya bahasa yang dapat mengentuh hati nurani orang-orang yang disekitarnya
sehingga dapat mempengaruhi mereka.para ahli ilmu jiwa (psikolog dan psikiater)
mempelajari bahasa agar dapat menemukan kata-kata atau kalimat yang dapat
berperan dalam penyembuhan pasiennya.dengan anggapan bahwa speech therapy
mempunyai daya sugestif terhadap hilangnya pengakit.Dokter-dokterpun perlu
mempelajari bahasa.

B. Fungsi Bahasa
Dalam literatur bahasa,para ahli umumnya merumuskan fungsi
bahasa bagi setiap orang ada empat,yaitu
1) Sebagai alat berkomunikasi
2) Sebagai alat mengekspresikan diri
3) Sebagai alat berintigrasi dan beradaptasi sosial
4) Sebagai alat kontrol sosial( keraf 1994: 3-6)

C. Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah varisi bahasa yang terjadi karena pemakaian
bahasa.ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan media pengantar dan situasi
pemakaiannya.Berdasarkan media pengantarnya,ragam bahasa dapat dibagi atas
dua macam:
1) Ragam Formal
2) Ragam Semiformal
3) Ragam Nonformal.

2
Berdasarkan dalam praktik pemakaian, para penutur bahasa tentu
dapat merasakan perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis.Perbedaan itu
dapat dirinci sebagai berikut:
1) Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang siap mendengar apa
yang diucapkan oleh seseorang,sedangkan ragam tulis tidak selalu
memerlukan”lawan bicara” yang siap membaca apa yang dituliskan oleh
seseorang.
2) Pada ragam lisan, unsur-unsur fungsi sintaksis seperti subjek, predikat,
objek, tidak selalu dinyatakan dengan isyarat gerak tubuh, mimik muka, atau
langsung menunjuk ( misalnya suatu objek ) dengan jari tangan. Pada ragam
tulis, fungsi-fungsi sintaksis harus dinyatakan secara eksplisit agar orang yang
membaca suatu tulisan-tulisan misalnya dalam surat kabar, majalah, atau buku
–bapat memahami maksud penulisannya.
3) Ragam lisan terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu; sedangkan
ragam tulis tidak terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Isi
pembicaraan dalam suatu rapat, misalnya, baru dapat dipahami oleh seseorang
secara penuh bila ia hadir dan turut terlibat di dalam situasi, kondisi, ruang
dan waktu pengelenggaraan rapat tertentu. Tidak demikian halnya dengan
ragam tulis. Karya tulis seseorang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
pada situasi, kondisi, tempat, dan waktu yang berbeda-beda.
4) Pada ragam lisan makna dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang
pendeknya nada suara, sedangkan pada tulis makna ditentukan terutama oleh
pemakaian tanda baca.

D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Untuk mengakhiri bab ini perlu dijelaskan secara singkat di sini
arti ungkapan bahasa yang baik dan benar. Bahasa sudah dapat dikatakan baik
apabila maknanya dapat dipahami oleh komunikan dan ragamnya sudah sesuai
dengan situasi pada saat bahasa itu digunakan. Bahasa dengan ragam nonformal
yang dipakai oleh mahasiswa sewaktu mengobrol dengan temannya di kantin, di
pondokan, di lapangan olahraga, adalah salah satu contoh bahasa yang baik.

3
Bahasa dikatakan tidak baik kalau maknanya sulit atau tidak dapat dipahami oleh
komunikan.
Apabila mahasiswa memakai ragam formal dalam situasi yang
tidak resmi; atau dosen memakai ragam ninformal dalam situasi yang resmi,
sudah jelas bahasa itu bukan bahasa yang baik. Bahasa yang benar pun bisa
menjadi tidak baikkalau tidak sesuai dengan situasi dan pemakainnya ( misalnya
sesama teman dalam suasana santai memakai ragam formal ).
Jadi bahasa yang baik dan benar adalah yang maknanya dapat
dipahami dan sesuai dengan situasi pemakaiannya serta tidak mengimpang dari
kaidah bahasa baku. Yang perlu dicatat oleh dan dipahami oleh pemakai bahasa
adalah kewajiban mempertimbagkan situasi sebelum menepatkan pilihan ragam
bahasa yang dipakai. Selanjutnya, ragam bahasa akan mengindikasikan bahasa
anda tergolong baik saja, atau baik dan juga benar.

4
2. BENTUK DAN MAKNA

A. Pendahuluan
Selain fonem, morfem, dan kata, dalam bab ini juga akan dibahas
tentang frasa. berdasarkan pengamatan penulis, pemahaman para lulusan SLTA
tentang frsa agaknya kurang mendalam. Untuk menyusun kalimat yang kaya
variasi dan makna, frasalah yang akan banyak mengisi subjek, prediket, objek,
pelengkap, dan keterangan. Kelima unsur kalimat itu akan lebih semarak jika
ditampilkan dalam bentuk frasa, dan pada akhirnya akan menyemarakan
penampilan kalimat secara keseluruhan.
B. Bentuk dan Makna
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang
terbesar adalah karangan. Antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat
deretan bentuk morfem, kata, frasa, dan alinea.
Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai
makna atau dapat mempengaruhi makna.
1. Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa
1) Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna.
Adapun huruf adalah blambang bunyi atau lambang fonem. Yang
membedakan arti kata jahit dan jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan
dengan huruf i dan bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a. Bunyi /i/
dan bunyi /a/ disebut fonem /i/ dan fonem /a/.
Apakah fonem sama dengan huruf? Tentu saja tidak. Fonem adalah
bunyi dari huruf ( untuk didengar ), sedangkan huruf adalah lambang dari
bunyi ( untuk dilihat ).
2) Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan
makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa
imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah,
-bawa). Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem

5
tersebut merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi menjadi
kesatuan bentuk yang lebih kecil.Jika penggabungan itu menghasilkan
makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah
morfem.
Contoh:
Morfem –an, -di, -me, -ter, -lah, jika digabungkan dengan kata makanan,
dimakan, memakan, termakan, makanlah. Kata-kata itu mempunyai makna
baru yang berbeda dengan makna kata makan.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem dapat dibedakan atas dua macam.
a. Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi
makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua
kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
b. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari
segi makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan ( awalan,
sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran ) tergolong
sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti klitika,
partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga
tergolong sebagai morfem terikat.
3) Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil ( dari kalimat ) yang dapat berdiri
sendiri dan mempunyai makna.**)
a. Bentuk Kata
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1)
kata yang bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak.
Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang
tidak berimbuhan.
b. Jenis Kata
Secara tradisional pembagian kelas / jenis kata didalam bahasa-bahasa
yang besar di dunia, termasuk bahasa Indonesia, umumnya terdiri atas
sepuluh jenis kata, yaitu

6
a) kata kerja ( verba )
b) kata benda ( nomina )
c) kata sifat (ajektiva )
d) kata ganti ( pronomina )]
e) kata keterangan ( adverbia )
f) kata bilangan ( numeralia )
g) kata sambung ( konjungsi )
h) kata sandang ( artikula )
i) kata seru ( interjeksi )
j) kata depan ( preposisi)

a) Kata Kerja ( Verba )


Kata kerja atau verba adalah kata yang mennyatakan pembuatan
atau tindakan, proses, dan proses, dan keadaan yang bukan
merupakan sifat atau kualitas kata kerja pada umumnya berfungsi
sebagai predikat dalam kalimat berdasarkan definisi itu verba dapat
dipilih menjadi dua kelompok.
 verba yang menyatakan perbuatan atau tindakan.Verba
ini merupakan jawaban atas pertanyaan “ Apa yang dilakukan
oleh subjek ?”. Contoh:mandi, membaca, mencuri, mendekat,
membelikan, memukuli, memberhentikan, menakut-nakuti
 verba yang menyatakan proses atau keadaan yang bukan
sifat.verba ini merypakan jawaban atas pertanyaan “ Apa yang
trjadi pada subjek?” Contoh: jatuh, mati ( untuk hewan),
mengering, mengecil, meninggal ( untuk manusia ), kebanjiran,
terbakar, terdampar.
b) Kata Sifat ( ajektiva )
Kata sifat atau sjektiva adalah kata yang berfungsi sebagai atribut
bagi nomina ( orang, binatang, atau benda lainnya). Atribut berarti
tanda atau ciri,untuk mengenalu suatu benda dan untuk
membedakannya dengan benda lain, kita harus memberikan ciri,

7
sifat, keadaan, atau identitas benda-benda itu,misalnya kecil,
bundar, merah, kenyal, panas, agresif.kata-kata itulah antara lain
yang merupakan contoh kata sifat. Dalam pembentukan kalimat,
kata sifat dapat berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas
subjek yang berupa nomina.
Berdasarkan prilaku semantisnya, ajektiva harus dibedakan atas
dua tipe pokok: (1) ajektiva bertaraf, yaitu ajektiva yang
mengungkapkan sutu kualitas;(2) ajektifa tak bertaraf, yaitu
adjektiva yang mengungkapkan keanggotaannya dalam suatu
golongan( TBBI,2003:172).
Ajektiva bertaraf adalah ajektiva yang dapat menyatakan berbagai
tingkat kualitas dan berbagai tingkat bandingan. Ajekiva tak
bertaraf tidak dapat digabung dengan semua adverbia yang tadi
dipakai sebagai pendamping ajektiva bertaraf.
c) Kata Keterangan ( Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang menerangkan
verba,ajektiva, nomina, adverbia lain, frasa preposisional, dan juga
seluruh kalimat.
d) Rumpun Kata Kata Benda ( Nomina )
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu
benda baik konkret maupun abstrak.
e) Rumpun Kata Tugas ( Partikel )
Kata tugas bukanlah nama jenis kata, melainkan kumpulan kata
dan partikel.
f) Kata depan ( Preposisi )
Kata depan atau preposisi adalah kata tugas yang selalu berada di
depan kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan.
g) Kata Sambung ( Konjungsi )
Kata sambung atau konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi
menghubungkan dua kat kata atau dua kalimat.

8
4) Frasa dan Klausa
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan
belum membentuk klausa atau kalimat. Yang dimaksud dengan predikat
adalah kata atau kelompok kata yang menyatakan perbuatan/tindakan atau
sifat dari subjek.*)kelompok kata yang mengandung predikat adalah
klausa, sedangkan kelompok kata yang tidak mengandung predikat adalah
frasa. Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna
baru,tetapi cakupan maknanya sudah bergeser jauh dari makna leksikal
kata asal.
a. Frasa Verbal
Frasa verbal atau frasa kerja adalah kelompok kata yang menyatakan
tindakan atau perbuatan.
b. Frasa Nominal
Frasa nominal atau frasa benda adalah kelompok kata yang
menyatakan atau menunjuk suatu benda ( konkret maupun abstrak ).
Inti frasa nominal adalah nomina.
c. Frasa Ajektival
Frasa ajektival atau frasa sifat adalah kelompok kata yang menyatakan
sifat atau keadaan. Kata sifat yang menjadi inti frsa ajektival dapat
diberi pewatas depan atau pewatas belakang.
d. Frasa adverbial
Frasa adverbial atau frasa keterangan adalah kelompok kata yang
berfungsi menerangkan predikat yang berupa verba atau ajektiva.
e. Frasa preposisional
Farasa preposisional adalah kelompok kata yang terdiri dari preposisi
sebagai inti diikuti oleh kata atau kelompok kata lain,terutema nomina.

9
5) Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau
sesuatu (hal) yang diacunya. Ada dua macam makna yang terpenting, yaitu
(1) makna leksikal, (2) makna grametikal .
a. Makna Leksikal
Adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata lain
dalam sebuah struktur atau makna yang tertera dalam kamus. Contoh:
Belah mempunyai makna celah, jadi dua, di samping dan sebagainya.
b. Makna Grametikal
Adalah makna konotasi yang timnbul akibat proses gramatikal
yaitu makna yang sudah bergeser dari makna leksikal. Misal: hitam yang
artinya pahit, dan lain sebagainya.

10
3. PILIHAN KATA ( DIKSI )

A. Pendahuluan
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya
memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu kalimat atau wacana. Pemilihan
kata dilakukan untuk dipakai dalam suatu kalimat atau wacana. Pemilihan kata
dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau
bermiripan.
Pemilihan kata bukan sekedar memilih kata yang tepat, melainkan
juga yang cocok. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan
mampus,meninggal,wafat,mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan
Tuhan,dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak bebas digunakan.
Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak
akan mengatakan kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya, kurang
tepat pula jika kita mengatakan menteri Fulan mati tadi malam.

B. Syarat Ketetapan Pemilihan Kata.


Agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus
menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syarat tersebut menurut Keraf ( 1998 :
88 ) ada enam Berikut ini adalah rincian keenam syarat itu beserta contohnya
dan anjuran untuk melatih ketajaman pemahamannya.
1. dapat membedakan antara donotasi dan konotasi
2. dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
3. dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
4. dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak
5. dapat memakai kata yang berpasangan secara tepat

11
C. Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik
1. Gaya bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas
adalah cara seseorang mengungkapkan maksudnya.
Sebelum menampilkkan gaya tertentu, ada enam faktor yang mempengaruhi
tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya,
yaitu
a. cara dan media komunikasi
b. bidang ilmu
c. situasi
d. ruang atau konteks
e. khalayak
f. tujuan

2. Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung
dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya ( Moeliono, 1984 : 177 ). Menurut
Badudu ( 1989 : 47 ), “...idiom adalah bahasa yang teradatkan...”oleh karena
itu setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan
bentuk dan makna.
Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu
domba, muka tembok.

3. Ungkapan Idiomatik
Di bawah tingkatan idiom ada pasangan kata byang selalu muncul
bersama sebagai frasa. Kelompok kata bertemu dengan, dibacakan oleh,
misalnya bukan idiom, tetapi berprilaku idiom. Pasangan kelompok kata
semacam ini pantas disebut ungkapan idiomatik.
Jadi dalam pemakaian kata adakalanya kita perlu memperhatikan frasa
tertentu, dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karena kedua kata itu

12
secara bersama dapat menciptakan ungkapan idiomatik. Beberapa contoh
ungkapan idiomatik di bawah ini.
Berasal / berawal dari
Bertemu / berjumpa dengan
Berkenaan dengan
Disebabkan oleh
Sampai ke
Sehubungan dengan
Seirama / sejalan dengan
Sesuai dengan
Berkaitan / bertalian dengan
Dibacakan oleh
Terdiri atas / dari
Bergantung pada
Contoh pemakaian ungkapan idiomatik yang salah dalam kalimat berikut.
Perbaikannya adalah dengan memakai ungkapan idiomatik yang ditempatkan
dalam tanda kurung.
(11) Kemelut ini disebabkan karena kelalaian kita (disebabkan oleh)
(12) Sembako itu diperuntukan untuk rakyat kecil. (diperuntukan bagi)
(13) Sesuai keputusan rapat.......(sesuai dengan)
(14) Dari Jakarta sampai Bogor 60 km. (sampai ke)

4. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan


Kata
a. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata
yang mana, di mana, daripada
Gabungan kata yang dimaksud adalah yang mana, di mana, dan
daripada.ketiga bentuk itu sengaja diangkat di sini karena pemakaiannya
di tengah masyarakat masih banyak yang salah.perhatikan contoh
pemakaian di mana, yang mana, dan daripada yang salah dalam kalimat di
bawah ini.

13
(18) * Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan
oleh Pak Lurah
(19) * Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para Ketua RT dan Ketua
RW telah dibacakan...
(20) * Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah
menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
Kesalahan pertama, dalam sebagian besar kalimat itu terdapat kata yang
berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa.kata
mana dalam kalimat (18) dan (19) tidak diperlukan.

b. Pemakaian kata dengan dalam kalimat


terutama ragam lisan, sering tidak tepat.
Selain untuk mengungkapkan arti ‘ bersama ‘, kata dengan dapat
difungsinya untuk menyatakan hal berikut ini.
a) adanya alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu
b) adanya beberapa pelaku yang mengambil bagian pada peristiwa
yang sama
c) adanya sesuatu yang menyertai sesuatu yang lain

c. Kesalahan Pemakaian Kata Berbahagia


Dalam pertemuan formal di tengah masyarakat, kita sering mendengar
kata berbahagia dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh
pembicara lain, termasuk para pejabat yang menyampaikan kata sambutan.
Umumnya kata berbahagia itu dimunculkan pada bagian awal auatu acara
ketika pembicara menyapa hadirin, seperti contoh yang keliru berikut ini.
(48) * Selamat malam dan selamat datang di tempat yang berbahagia ini.
(49) *Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin
untuk........
Mengapa pemakaian kata berbahagia dalam kalimat (48) dan (49)
dikatakan keliru, karena kata berbahagia bukan kata sifat. Jadi kata

14
berbahagia pada kalimat (48) diisi oleh kata sifat, misalnya aman, bersih,
atau indah, tentu saja kalimatnya benar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa bahasa
merupakan alat kmunikasi yang sangat penting. Tanpa bahasa kita tidak sanggup
berkomunikasi dengan siapapun. Kita sebagai bangsa indonesia harus bisa
menguasai bahasa dan ragamnya secara keseluruhan.

B. Saran
Penulis sangat menyadari betul akan kekurangan dalam penulian
laporan buku ini. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan sekali saran dan
kritiknya yang bersifat membangun guna perbaikan dalam penulisan laporan buku
ini atau karya ilmiah selanjutnya.

15

You might also like