You are on page 1of 39

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI DASAR
FIELDTRIP

Asisten Praktikum : Wuri Wulan P./H1F007011


Tanggal Praktikum : 23 Desember 2009
Tanggal Penyerahan Laporan : 28 Desember 2009

Oleh :
Dimas Anditiana Rachman
H1F009062

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS dan TEKNIK
JURUSAN TEKNIK-PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2009
BAB I

PENDAHULUAN

I. Mineral

Mineral adalah bahan organik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan


komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur Kristal
karakteristik yang tercermin dalam bentuk dan sifat fisiknya. Dalam buku lain,
mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom di
dalamnya tersusun mengikuti pola yang sistematis.

Mineral dapat kita jumpai dimana-mana di sekitar kita, dapat berwujud


sebagai bahan, tanah, atau pasir yang diendapkan di dasar sungai. Beberapa dari
mineral tersebut dapat memiliki nilai ekonomis karena ditemukan dalam jumlah yang
besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Saat ini
telah dikenal lebih dari 2000 meneral. Sebagian merupakan mineral pembentuk
batuan.

Bersumber dari : Noor, Djauhari.2008.Pengenalan Geologi Dasar.Jakarta

Terdapat 2 cara untuk mengenali suatu mineral. Pertama adalah dengan cara
mengenali sifat-sifat fisiknya daan yang kedua adalah melakukan analisa secara
kimiawi. Yang termasuk sifat-sifat fisik mineral antara lain :

a) Bentuk Kristal (crystal form)

Setiap mineral akan mempunyai sifat dan bentuk Kristal yang berbeda dan
khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari
susunan kristalnya di dalam.
Di bawah ini terdapat beberapa contoh gambar mineral antara lain, kubus,
tetragonal, heksagonal, monoklin, dll

b) Berat jenis (specific gravity)

Berat jenis termasuk sifat yang paling menentukan dalam pengenalan mineral.
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur
pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya.

c) Bidang Belah (facture)

Merupakan kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah


melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Mineral mempunyai
kecenderungan untuk pecah melaluisuatu bidang yang mempunyai arah tertentu.

d) Warna (colour)

Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat


membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada
warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu
didalamnya.

e) Cerat (streak)

Cerat adalah warna mineral pada bidang dalam bentuk bubuk. Umumnya
warna cerat sama dengan warna aslinya. Namun ada juga yang berbeda.

f) Kilap (Luster)

Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu
mineral. Kilap dalam mineral ada 2 jenis, yaitu kilap logam dan non-logam. Kilap
logam memberikan kesan logam bila terkena cahaya. Biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung unsure logam atau bijih. Sedangkan kilap non-
logam tidak memberikan kesan cahaya bila terkena cahaya. Kilap ini dapat dibedakan
menjadi :

 Kilap Kaca (vitreous)

 Kilap Intan (adamantine)

 Kilap Sutera (silky)

 Kilap Damar

 Kilap Mutiara

 Kilap Lemak

 Kilap Tanah (dull)

g) Kekerasan (hardness)

Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan


mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral
terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching).
Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras
(skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

Kekerasan Mineral
(Hardness
)
1 Talc
2 Gypsum
3 Calcite
4 Fluorite
5 Apatite
6 Orthoclase
7 Quartz
8 Topaz
9 Corundum
10 Diamond
Skala kekerasan mohs

h) Pecahan

Pacahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi :

 Pecahan konkoidal

 Pecahan berserat

 Pecahan tidak rata (uneven)

 Pecahan rata (even)

 Pecahan runcing

i) Bentuk
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai
bidang Kristal yang jelas dan disebut amorf bila tidak mempunyai batas-batas bidang
Kristal yang jelas. Struktur mineral dibagi menjadi :

 Grabular atau butiran, terdiri dari butiran-butiran mineral yang


mempunyai dimensi sama (isomeric)

 Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan


bentuknya ramping.

 Struktur lembaran atau lamerar, mempunyai kenampakan seperti


kenampakan seperti lembaran.

 Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain

Berdasarkan kimiawinya, mineral dibagi menjadi mineral silikat, mineral


ferromagnesium, mineral non-ferromagnesium, mineral oksida, mineral sulfide,
mineral karbonat dan sulfat.

Bersumber dari : Noor, Djauhari.2008.Pengenalan Geologi Dasar.Jakarta

II. Batuan Beku

Batuan beku atau igneus rock adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusive (plutonik) maupun di atas permukaan bumi
sebagai atuan ekstrusif (vulkanik). Magma berasal dari batuan setegah cair atau
batuan yang sudah ada, baik dari mantel maupun kerak bumi.

Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses
pendinginan dan penghabluran lelehan batuan di dalam bumi yang disebut magma.
Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi yang berada di dalam litosfer, serta
mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan dibentuk
pada kedalaman berkisar antara 200 km di bawah permukaan bumi, terdiri dari zat-zat
yang membentuk mineral silikat.

Magma yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari pada batuan di
sekelilingnya akan berusaha naik ke atas melalui rekahan-rekahan yang ada hingga
mencapai permukaan bumi. Apabila magma keluar melalui kegiatan gunung berapi
dan mengalir di atas permukaan bumi, dinamakan lava. Lava tersebut akan membeku
dan menjadi batuan beku.

SIKLUS BATUAN

Bersumber dari : Noor, Djauhari.2008.Pengenalan Geologi Dasar.Jakarta


Diferensiasi magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi
secara perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang
ditunjukkan dalam reaksi bowen. Pada penurunan temperature magma, mineral yang
pertama kali terbentuk adalah olivine, kemudian dilanjutkan dengan pyroxene,
hornblende, biotite (discontinue). Sedangkan pada deret continu, pembentukan
mineral dimulai dengan terbentuknya Ca-Plagioklas dan diakhiri dengan
pembentukan Na-Plagioklas. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk
mineral K-feldspar. Kemudian dilanjutkan oleh muskovit dan diakhiri oleh
terbentuknya mineral kuarsa sebagai mineral yang stabil.

DERET REAKSI BOWEN

Bersumber dari : Noor, Djauhari.2008.Pengenalan Geologi Dasar.Jakarta


Berdasarkan komposisi kimianya, batuan beku dibagi menjadi 5 kelompok
yaitu :

 Batuan beku ultra basa ( silica < 45%)

 Batuan beku basa ( silica 45-52 %)

 Batuan beku menengah ( silica 52-65%)

 Batuan beku asam ( silica > 65%)

 Batuan beku alkali

a) Struktur Batuan Beku

Bardasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dibedakan menjadi batuan


beku intrusif dan batuan beku ekstrusif. Hal ini nantinya menyebabkan perbedaan
pada tekstur masing-masing batuan tersebut.

Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya terjadi di
bawah permukaan bumi. Batuan Janis ini dibedakan menjadi batuan konkordan dan
diskordan. Jenis batuan konkordan antara lain sill, laccolith, lapolith, paccolith.
Sedangkan yang termasuk diskordan antara lain dike, batolith, dan stock.

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya


berlangsung di pemukaan bumi. Dengan kata lain lava memiliki berbagai struktur
sebagai petunjuk proses pembekuan batuan ini. Yang termasuk batuan beku ekstrusif
antara lain struktur massif, sheeting joint, columnar joint, pillow lava, vesicular,
amygdaloidal, dan struktur aliran.

Bersumber dari : http :// febryansah.wordpress.com


b) Tekstur

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan


temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi larutan magma ini
mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan
magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memiliki tekstur yang berbeda.

Berdasarkan hal diatas, maka tektur batuan beku dapat dibedakan menjadi :

 Tingkat kristalisasi

o Holokristalin, hamper seluruhnya terbentuk oleh kristal

o Hipokristalin, tersusun oleh Kristal dan gelas

o Holohyalin, hamper seluruhnya gelas

 Ukuran butir

o Phaneritik, tersusun oleh mineral berukuran kasar

o Aphanitik, tersusun oleh mineral berukuran halus

o Porfiritik, tersusun oleh halus dan kasar

 Bentuk Kristal

o Euhedral

o Subhedral

o Anhedral

 Keseragaman antar butir

o Equigranular, ukurannya hampir seragam

o Inequigranular, ukurannya tidak seragam


Bersumber dari : http :// firdaus.unhalu.ac.id

c) Mieral Penyusun Batuan

Komposisi mineral utama batuan adalah rock forming mineral dari reaksi
bowen. Dalam satu batuan, bisa terdapat satu atau lebih mineral.

III. Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari sedimen (rombakan dari
batuan yang telah ada) yang ditransport oleh air, udara dan grafitasi dan diendapkan
di darat atau air dan telah mengalami proses diagenesa. Sedimen itu sendiri berarti
bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi yang telah mengalami proses
pengangkutan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Sedimen-sedimen yang ada kemudian terangkut sampai ke sebuah cekungan.


Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan akan terbentuk/terendapkan
menjadi padat karena tempat tersebut relatif lebih rendah dari pada tempat di
sekitarnya. Bila sedimen ini mengeras, akan menjadi batuan sedimen. Proses
Diagenesa / Litifikasi merupakan Proses perubahan dari sedimen menjadi batuan
sedimen meliputi :

 Kompaksi, akibat beban akumulasi sedimen atau material lain – hubungan


antar butir lebih lekat, air dlm pori antar butir keluar, menjadi kompak/padat.
 Sementasi, keluarnya air pori-pori mengendapkan material terlarut (CaCO3,
SiO2, oksida atau mineral lempung) menyemen butiran-butiran
 Rekristalisasi, mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat sedimen
terakumulasi meng x’tal kembali menjadi yang stabil (kalsit)

Bersumber dari : http://wawan-djuandi.blogspot.com

Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :

a) Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil


ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau
angin yang ada.

b) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak
dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar.
Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi
kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan
sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa
mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.

c) Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada
sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap
dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang
ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat
berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu
batuan sedimen.

Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir,


kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila
mengalami proses pengerasan. Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses
pengerasan atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan
(compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-ciri batuan
sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Umumnya mengandung fosil, (3)
Memiliki struktur sedimen, dan (4). Tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi.

Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara,
yaitu:

1. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau dengan


kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini dikenal sebagai
sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam kelompok batuan
autochhonous antara lain adalah batuan evaporit (halit) dan batugamping.

2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata lain,
sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan diendapkan di
dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan sedimen allochthonous. Yang
termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah Batupasir, Konglomerat,
Breksi, Batuan Epiklastik.

Bersumber dari : Setia, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova
Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen dapat
dikelompokkan pada beberapa jenis, berdasarkan cara dan proses pembentukkannya,
yaitu :

1. Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik merupakan batuan


yang berasal dari suatu tempat yang kemudian tertransportasi dan diendapkan
pada suatu cekungan. Contoh: a). Konglomerat atau Breksi; b). Batupasir; c).
Batulanau; d). Lempung

2. Sedimen kimiawi/biokimia (Chemical/biochemical). Batuan sedimen


kimiawi / biokimia adalah batuan hasil pengendapan dari proses kimiawi
suatu larutan, atau organisme bercangkang atau yang mengandung mineral
silika atau fosfat. Batuan yang termasuk dalam kumpulan ini adalah: a).
Evaporit ; b). Batuan sedimen karbonat (batugamping dan dolomit) ; c).
Batuan sedimen bersilika (rijang) ; d). Endapan organik (batubara)

3. Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang


berasal daripada aktivitas gunungapi. Debu dari aktivitas gunungapi ini akan
terendapkan seperti sedimen yang lain. Adapun kelompok batuan
volkanoklastik adalah: Batupasir tufa dan Aglomerat

Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik. Batuan sedimen klastik
adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada (batuan
beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media (air, angin,
gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan sedimen terjadi terus
menerus sesuai dengan berjalannya waktu sehingga endapan sedimen semakin lama
semakin bertambah tebal. Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan
endapan sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi kemudian
mengalami proses diagenesa, sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi
(pembatuan) menjadi batuan sedimen. Adapun kelompok sedimen non-klastik adalah
kelompok batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal dari
proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati.

Ciri ciri Batuan Sedimen

Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah dilapangan


dengan adanya perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen disebabkan oleh (1)
perbedaan besar butir, seperti misalnya antara batupasir dan batulempung; (2)
Perbedaan warna batuan, antara batupasir yang berwarna abu-abu terang dengan
batulempung yang berwarna abu-abu kehitaman.

Disamping itu, struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan sedimen,
seperti struktur silang siur atau struktur gelembur gelombang. Ciri lainnya adalah
sifat klastik, yaitu yang tersusun dari fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan
yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik. Kandungan fosil juga
menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat fosil terbentuk sebagai akibat dari
organisme yang terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.

Struktur perlapisan Struktur sedimen


Bersifat klastik Kandungan fosil

Ciri-ciri umum batuan sedimen

Bersumber dari : Noor, Djauhari.2008.Pengenalan Geologi Dasar.Jakarta

a) Klasifikasi

Batuan sedimen yang ada di bumi ini dapat dikelompokan menjadi lima
kelompok besar. Pengelompokan ini berdasarkan cara terbentuknya.

i. Batuan sedimen detritus (klastik), batuan ini diendapkan dengan proses


mekanis.

ii. Batuan sedimen evaporit,proses untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada
air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Umumnya terbentuk di
lingkungan danau yang tertutup sehingga memungkinkan selalu terjadi
pengayaan unsure-unsur tertentu

iii. Batuan sedimen batu bara, batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur
organic yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Sewaktu tumbuhan tersebut mati,
dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga
tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan.

iv. Batuan sedimen silica, batuan ini terjadi pada rijang, radiolaroa, dan tanah
atom. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organic
seperti radiolarian atau atom dan proses kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Batuan ini sangat terbatas.

v. Batuan sedimen karbonat, batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari
cangkang moluska, alga, foraminifera, atau lainnya yang bercangkang kapur
atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang
terbentuk lebih dulu dan diendapkan di suatu tempat.

b) Ciri dan penamaan batuan sedimen

1. Warna

Warna pada hakekatnya sangat penting pada setiap batuan. Khususnya pada
batuan sedimen akan membantu di dalam beberapa hal diantaranya mengetahui
lingkungan pengendapan. Warna merah dan hijau berada di lingkungan oksidasi.
Sedangkan warna abu-abu tua dan hitam berada di lingkungan reduksi.

2. Tekstur

a. Batuan sedimen klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus


atau pecahan batuan asal atau batuan metamorf atau batuan beku.
Dalam perbedaannya dengan tekstur non-klastik adalah tekstur klastik
memiliki butir-butir yang dapat kita lihat dengan kasat mata dan dapat
kita lihat butirnya terpilah baik atau tidak.

b. Batuan sedimen non-klastik

Batuan yang terbentuk oleh hasil reaksi kimia atau dapat juga dari
hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah
kristalisasi langsung atau reaksi organic.

3. Struktur
> Lapisan
bersilang
 Massif, tidak menunjukkan struktur dalam (Cross

bedding)
Perlapisan, bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan oleh
perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunnya.

 Perlapisan Silang Siur/cross bedding, silang siur adalah lapisan


miring dengan ketebalan kurang dari 5cm, merupakan struktur
sedimentasi tunggal yang terdiri dari urut-urutan sistematik.
Sedangkan cross bedding sama dengan silang siur, hanya saja
ketebalannya lebih dari 5cm.

> Lapisan
bersilang
(Cross
bedding)

 Gelembur Gelombang, bentuk perlapisan bergelombang, seperti


berkerut dalam satu lapisan.

Gelembur gelombang
 Flute Cast, adalah struktur sedimen yang berupa celah dan terputus-
putus serta berbentuk kentang dengan ukuran 2-10cm. struktur ini
terbentuk pada batuan dasar akibat pengaruh aliran turbulen air.

 Load Cast, adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat tubuh


sedimen yang mengalami pembebanan oleh material sedimen lain
diatasnya.

 Mud Cracks, adalah struktur sedimen yang berupa retakan-retakan


pada tubuh sedimen bagian permukaan, biasanya yang berkembang
adalah sifat kohesinya.

Mud crack load cast

4. Komposisi Batuan

Batuan sedimen dibentuk dari mineral-mineral asal pada batuan-batuan yang


berasal dari batuan beku, metamorf, dan sedimen itu sendiri yang mengalami
pelapukan.

 Kuarsa, merupakan salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan


sedimen yang berasal dari batuan granit kerak continental, bersifat
keras, stabil dan tahan terhadap pelapukan. Kuarsa tidak mudah lapuk
walaupun telah mengalami transportasi oleh air.
 Kalsit, adalah mineral utama pembentuk batu gamping yang juga
dapat berfungsi sebagai semen pada batu pasir dan batu lempung.
Kalsium berasal dari betuan beku sedangkan karbonat berasal dari air
dan karbon dioksida.

 Lempung, berasal dari pelpukan silikat, khususnya feldspar. Mereka


sangat halus serta terkumpul dalam lumpur dan serpih. Kelimpahan
feldspar dalam kerak bumi adalah bukti bahwa pelapukan di bawah
berlangsung cepat.

 Fragmen-fragmen Batuan, betuan sumber yang sudah mengalami


pelapukan membentuk fragmen-fragmen berbutir kasar dan endapan
klastik seperti kerikil.

5. Besar Butir

Adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang


dipakai adalah “skala wenworth” di bawah ini.

Skala Ukuran Butir (Wentword)

SKALA WENTWORD

Ukuran Nama Nama


Butir
(Inggris) (Indonesia)

>256 Boulder Bongkah

64 – 256 Cobble Kerakal

4 – 64 Pebble Kerikil

2-4 Granule Pasir kasar

1/16 – 2 Sand Pasir

1/256 – 1/16 Silt Lanau

1/256 < Clay Lempung


6. Sortasi

Adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,


artinya jika semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahannya
semakin baik.hanya terdapat di batuan sedimen klastik.

7. Kebundaran

Adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen atau butiran.

Bersumber dari : http://firdaus.unhalu.ac.id

Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari hasil
erupsi gunungapi (volkanisme). Erupsi gunungapi pada umumnya mengeluarkan
magma yang dilemparkan (explosive) ke udara melalui lubang kepundan dan
membeku dalam berbagai ukuran mulai dari debu (ash) hingga bongkah (boulder).

Klasifikasi Batuan Gunungapi

Ukuran Butiran Batuan


Butir Volkanoklastik Piroklastik

Bombs - ejected agglomerat


>64mm fluid
volcanik breksia
Blok - ejected
solid
2mm - Lapilli Batu lapilli
64mm (lapillistone)

0.06mm - Debu (Ash) Tuff


2mm
<0.06mm Dush Tuff

Gambar 3.16 Klasifikasi batuan piroklastik

Tuff adalah batuan gunungapi yang terbentuk dari suatu campuran fragmen
fragmen mineral batuan gunungapi dalam matrik debu gunungapi. Tuff terbentuk dari
kombinasi debu, batuan dan fragmen mineral (piroklastik atau tephra) yang
dilemparkan ke udara dan kemudian jatuh ke permukaan bumi sebagai suatu endapan
campuran. Kebanyakan dari fragmen batuan cenderung merupakan batuan gunungapi
yang terkonsolidasi dari hasil erupsi gunungapi. Kadangkala material erupsi yang
masih panas mencapai permukaan bumi dan kemudian menbeku menjadi “welded
tuff”. Batuan piroklastik secara umum dikelompokan berdasarkan pada ukuran butir
seperti halnya dengan batuan klastik lainnya / batuan terrigenous lainnya.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dilaksanakannya fieldtrip ini adalah sebagai media


mahasiswa geologi untuk lebih memahami bentuk-bentuk batuan dengan terjun
langsung ke lapangan. Maksud dan tujuan lainnya adalah sebagai tempat
mengaplikasikan apa yang telah dipelajari dari dosen dan yang telah di dapat dari
praktikum mingguan di laboratorium. Sehingga mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana bentuk-bentuk batuan di alam.
BAB IV

PEMBAHASAN

I. Lokasi 1

4m
12m

Rabu, tanggal 23 Desember 2009, praktikum lapangan mengamati lokasi


keenam di daerah Sindang, sungai Klawing. Pengamatan langsung dilakukan pada
pukul 08.40 WIB sampai dengan 09.15 WIB dengan koordinat GPS
S07019,3294/E109023,1182. Pada saat pengamatan cuaca dalam kondisi yang cerah.
Unsur geologi yang diamati berupa singkapan batuan beku dan sedimen.

Singkapan berada di aliran sungai clawing kurang lebih 25 meter dari


jembatan. Tinggi singkapan kurang lebih 4m dan panjang 12m yang memanjang
searah aliran sungai. Warna abu-abu.

Singkapan batuan ini termasuk kedalam batuan sedimen. Warnanya abu-abu


kecoklatan. Tidak berbuih oleh reaksi HCL. Struktur utama dari batuan ini adalah
perlapisan, teksturnya klastik, dan butirnya adalah pasir (1/16-2mm). butiran yang
besar dan kasar terjadi karena derasnya aliran sungai sehingga anya material yang
berat saja yang dapat mengendap dan menjadi batuan sedimen. Saat mendekati
permukaan sungai, didapati lempung yang basah dan lunak oleh aliran sungai.
Sortasinya baik. Komposisi secara keseluruhan adalah hornblende, lempung, dan
plagioklas. Potensi geologi di daerah ini adalah sebagai penambangan bahan galian C.
terbukti saat pengamatan terdapat beberapa penduduk yang terlihat sedang mencari
unsur-unsubatuan di pinggir aliran sungai.
II. Lokasi 2

5,5m

8m

Rabu, tanggal 23 Desember 2009, praktikum lapangan mengamati lokasi


kedua di daerah Tlahab Kidul, Kec. Karangreja berupa tempat penambangan.
Pengamatan langsung dilakukan pada pukul 9.52 WIB sampai dengan 10.23 WIB
dengan koordinat GPS S07015,9091/E109020,3301. Pada saat pengamatan cuaca
dalam kondisi yang cerah. Unsur geologi yang diamati berupa singkapan batuan
beku. Dilakukan pula pengambilan dan pemilahan sampel yang masih segar.
Singkapan berada di pinggir jalan raya dan merupakan tempat penambangan
batu andesit. Singkapan yang diamati termasuk singkapan batuan beku. Singkapan
tersebut memiliki ketahanan yang baik (resisten terhadap erosi) dibandingkan dengan
daerah disekitarnya. Hal itu terlihat dengan lebih menonjolnya singkapan itu
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Singkapan berupa kekar pembentukan.

Batuan ini berwarna abu-abu. Komposisi yang dimilikinya antara lain


piroksen, amfibol, dan muskovit. Vesikuler di beberapa bagian. Ini terjadi karena
pada saat proses pembekuan terdapat air dan membuat larutan lava menjadi agak
kental. Sehingga bercampur dengan air ini mengakibatkan bentuk vesikuler tersebut.
Batuan ini termasuk batuan ekstrusi atau pembekuan di atas permukaan bumi. Potensi
geologi yang terdapat disini adalah sebagai pertambangan bahan galian C. hal
tersebut terbukti karena di sini merupakan tempat penambangan andesit.
III. Lokasi 3

120m

30m

Rabu tanggal 23 Desember 2009, praktikum lapangan mengamati lokasi


ketiga di daerah Bukit Mendelem, Jambe Kembar. Pengamatan langsung dilakukan
pada pukul 11.13 WIB sampai dengan 13.03WIB dengan koordinat GPS
S07010,5637/S109019,0763. Pada saat pengamatan cuaca dalam kondisi yang cerah.
Unsur geologi yang diamati berupa singkapan batuan beku.

Singkapan yang diamati termasuk ke dalam singkapan kekar tiang dan


termasuk singkapan batuan beku. Singkapan batuan terletak di daerah dataran tinggi
kurang lebih 2000 m di atas permukaan laut. Struktur singkapan kekar kolom
(menonjol). Resistensi singkapan tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Terbukti dari posisinya yang berada lebih tinggi dari batuan di sekitarnya. Termasuk
kekar primer. Tanah di sekitar singkapan termasuk tanah alluvial. Sudut elevasi
singkapan sekitar 430.

Singkapan batuan ini disimpulkan terbentuk di dalam bumi (intrusif).


Awalnya magma yang ada di dalam bumi mengalami penurunan suhu dan membeku,
karena adanya gaya endogen batuan beku yang terbentuk di dalam tadi keluar ke
permukaan. Batuan beku yang diamati berdasarkan ciri-cirinya bernama Diorit.
Teksturnya faneritik karena Kristal mineralnya terlihat (besar) dan saling mengunci.
Struktur singkapan batuan beku tersebut jointing/columnar join. Batuan tersebut
merupakan tubuh batuan intrusif yang berdimensi sekitar seperti batolit dengan tinggi
sekitar 120 m dan lebar sekitar 90 m. Batuan Diorit memiliki kompoosisi mineral
utama berupa Na-plagioklas feldspart, dan mineral minor seperti kuarsa dan K-
feldspart.

Dari hasil percobaan pengukuran straight-deep terhadap batuan singkapan di


skitar didapat data N 3200E/ S 670W. Potensi geologi batuan tersebut diantaranya
sebagai bahan bangunan, ornament rumah, bahan galian golongan C, dan sebagai
daerah pariwisata (geowisata).
IV. Lokasi 4

4m
7m

Rabu, tanggal 23 Desember 2009, praktikum lapangan mengamati lokasi


keempat di belakang RM Jambe Kembar, Pemalang. Pengamatan langsung dilakukan
pada pukul 14.09 WIB sampai dengan 14.31WIB dengan koordinat GPS
S07010,8649/E109019,556. Pada saat pengamatan cuaca dalam kondisi yang gerimis.
Unsur geologi yang diamati berupa singkapan batuan sedimen.

Singkapan berada di belakang Rumah Makan Jambe Kembar. Kurang lebih 30


m dari jalan raya. Singkapan yang diamati termasuk singkapan batuan sedimen yaitu
batuan lempung. Beberapa bagian dalam singkapan tersebut masih bersifat lunak dan
medah hancur dan ada bagian yang telah mengeras. Dan singkapan berwarna coklat
kemerahan.

Batuan sedimen tersebut berasal dari pengendapan material- material batuan


yang terbawa oleh arus sungai. Karena arus sungai tersebut pelan maka material-
material yang terendapkan memiliki masa yang kecil. Singkapan yang diamati
merupakan singkapan batuan sedimen yang bernama Batuan Lempung. Warna dari
Batuan Lempung tersebut coklat muda. Teksturnya klastik karena terbentuk dari
endapan fragmen-fragmen batuan, dengan butiran lempung. Struktur batuan lempung
tersebut perlapisan. Dari pengamatan sampel batu yang diambil menunjukkan bahwa
sortasi batuan lempung tersebut sangat baik. Komposisi batuan berupa mineral
lempung.
Dilakukan pengukuran straight-deep terhadap kekar singkapan tersebut dan
didapatkan data N 1250E/ S 360W. Potensi geologi pada singkapan tersebut adalah
sebagai bahan baku semen dan bata.

V. Lokasi 5

6m
5m

Rabu, tanggal 23 Desember 2009, praktikum lapangan mengamati lokasi


kelima di belakang RM Jambe Kembar, Pemalang. Pengamatan langsung dilakukan
pada pukul 14.36 WIB sampai dengan 14.47WIB dengan koordinat GPS
S07010,9545/ E109019,5417. Pada saat pengamatan cuaca dalam kondisi yang cerah.
Unsur geologi yang diamati berupa singkapan piroklastik.

Singkapan tersebut merupakan perpaduan antara batuan sedimen dengan


batuan beku, namun batuan beku lebih mendominasi. Singkapan tersebut terletak
kurang lebih 4 m dari bibir sungai dengan tinggi 3 m dari permukaan sungai.
Singkapan ini merupakan singkapan berfragmen dan memiliki tinggi sekitar 6 m dan
lebar sekitar 5 m.

Singkapan batuan merupakan perpaduan antara batuan sedimen dengan beku.


Massa batuan yang ada didominasi oleh batuan beku piroklastik. Prosesnya batuan
beku tetapi batuannya masih panas. Kelompok batuan piroklastik lebih dekat dengan
batuan ekstrusif, tetapi cara terjadinya memperlihatkan ciri yang mirip dengan
kelompok batuan sedimen klastik. Kelompok batuan ini di definisikan sebagai batuan
yang dihasilkan oleh aktifitas erupsi secara eksplosif dari gunung api. Terminologi
yang digunakan untuk pemerian batuan ini juga khusus. Batuan piroklastik sangat
berbeda teksturnya dengan batuan beku. Jika batuan beku merupakan hasil
pembekuan langsung dari magma atau lava, dari fase cair ke fase padat dengan hasil
akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-duanya, tetapi
batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu
kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa
material padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat
mencapai ukuran bongkah). Jadi, klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun
jenis butirannya. Potensi geologi yang dapat di kembangkan adalah sebagai daerah
geowisata.

VI. Lokasi 6
5m

6m

Rabu, tanggal 23 Desember 2009, praktikum lapangan mengamati lokasi


keenam di belakang RM Jambe Kembar, Pemalang. Pengamatan langsung dilakukan
pada pukul 14.40 WIB sampai dengan 15.29 WIB dengan koordinat GPS
S07010,9420/E109019,5302. Pada saat pengamatan cuaca dalam kondisi yang cerah.
Unsur geologi yang diamati berupa singkapan batuan beku dan sedimen yang berada
di aliran sungai.

Singkapan yang diamati terdiri dari batuan beku dengan batuan sedimen.
Tubuh singkapan tersebut telah ditumbuhi oleh tanaman semak dan ada juga beberapa
pohon di atasnya. Singkapan batuan berstruktur jointing.

Jenis batuan yang membentuk singkapan itu terdiri dari batuan sedimen
dengan batuan beku piroklastik. Piroklastik adalah bebatuan yang terbentuk dari
material vulkanik. Piroklastik biasanya dibentukdari abu vulkanik, lapilli dan bom
vulkanik yang dikeluarkan dari gunung berapi, bergabung dengan bebatuan di daerah
tersebut yang hancur. Bahan rombakan yang diletuskan dari lubang vulkanik,
diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar dan diendapkan di atas
tanah atau dalam tubuh air. Batuan beku piroklastik juga dikenal dengan nama batuan
fragmental

Jenis batuan sedimen yang membentuk termasuk ke dalam batuan lempung


sedangkan batuan bekunya termasuk batuan diorite. Batuan lempungnya berwarna
coklat kemerahan. Teksturnya klastik dengan butiran lempung. Struktur batuan
lempung tersebut menunjukkan perlapisan. Namun perlapisan disini sangat unik yaitu
perlapisannya mengarah vertical terhadap tanah. Hal ini terjadi akibat adanya intrusi
yang merupakan bagian intrusi dari daerah sekitarnya dan terjadi dekat dengan batu
tersebut. Batuan lempung memiliki sortasi yang sangat baik. Komposisinya berupa
mineral lempung. Sedangkan Diorit teksturnya faneritik dan struktunya massive.
Batuan Diorit memiliki kompoosisi mineral utama berupa Na-plagioklas feldspart,
dan mineral minor seperti kuarsa dan K-feldspart. Potensinya sebagai bahan baku
semen (batuan lempung) dan daerah geowisata.

BAB V

KESIMPULAN
Hasil dari praktikum lapangan yang didapat dan referensi dari sumber lain
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada lokasi 1, tepatnya di Desa Sindang, Sungai
Klawing di ketahui bahwa pada koordinat S07019,3294/E109023,1182 terdapat suatu
singkapan batuan sedimen yang berupa batuan pasir yang memiliki butiran kasar dan
diukur streik-deepnya N 1550E/ S 170E. Singkapan tersebut berpotensi sebagai
penambangan batu dan pasir.

Pada lokasi pengamatan 2 di Desa Tlahab Kidul Kecamatan Karangreja pada


koordinat S07015,9091/E109020,3301 terdapat unsur geologi berupa singkapan
batuan beku yang memiliki resistensi yang baik dibandingkan daerah sekitarnya.
Batuan beku di tempat itu bernama Andesit yang bervesikuler karena pada saat
pembekuannya gas yang ada menekan keluar. Singkapan di daerah itu berpotensi
sebagai tempat penambangan.

Pada lokasi 3 di Bukit Mendelem, Jambe Kembar pada koordinat GPS


S07010,5637/S109019,0763 terdapt singkapan batuan beku dengan struktur kekar
kolom dan tinggi sekitar 130 m dan lebar 100 m dan memiliki sudut elevasi berkisar
430. Jenis batuannya batuan beku yang termasuk dalam batuan beku intrusif. Batuan
itu bernama Diorit yang memiliki struktur jointing dan tekstur faneritik. Potensi
geologinya sebagai bahan banngunan dan ornament rumah.

Pada lokasi 4 di belakang RM Jambe Kembar pada koordinat GPS


S07010,8649/E109019,556 terdapat singkapan batuan sedimen dengan nama batuan
lempung denagan tekstur klastik dan struktur perlapisan, serta memiliki streik-deep
N 1250E/ S 360W.

Pada lokasi 5 di belang RM Jambe Kembar pada Koordinat GPS


S07010,9545/ E109019,5417 terdapt singkapan batuan beku piroklastik diman
singkapan itu perpaduan antara batuan sedimen dengan batuan beku dan merupakan
singkapan berfragmen. Nama batuannya adalah batuan Breksi Piroklastik dengan
pootensi geologi sebagai tempat geowisata.

Pada lokasi 6 dan masih di belakang RM Jambe Kembar dikoordinat GPS


S07010,9420/E109019,5302 terdapat di aliran sungai dan di pinggir sungai sebelah
singkapan batuan breksi piroklastik tadi juga ada singkapan dengan jenis batuan
campuran dari batuan sedimen dengan batuan beku dengan ketinggian berkisar 30 m
dan lebar sekitar 50 m. batuan sedimen yang ada tergolong batuan lempung dan
batuan bekunya diorite. Potensi geologi singkapan tersebut sebagai kawasan
geowisata.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang.2005.Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press

Handoyo, Agung. 2002. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung : Departemen


Teknik Geologi ITB

Noor, Djauhari.2008.Pengantar Geologi Dasar.Jakarta

Setia, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova

Referensi lain :

http://ilmubatuan.blogspot.com

http://firdaus.unhalu.ac.id

http://wawan-djuandi.blogspot.com

http://www.google.com

http://www.kamilismail.blogspot.com

http://firdaus.unhalu.ac.id

You might also like