You are on page 1of 44

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :


“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.
Definisi FASB menyatakan bahwa kerangka konseptual akuntansi adalah suatu
sistem yang koheren; sub-sub sistemnya adalah (1) tujuan (objectives) dan (2) Konsep
fundamental yang saling terkait. Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.
Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai
akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan
keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara
meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-
konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai
referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi
keuangan dan pelaporan.

Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual


1. agar bermanfaat, maka penetapan standar harus berlandaskan dan berhubungan
dengan serangkaian tujuan dan konsep fundamental. Sekelompok standar dan aturan-
aturan yang koheren harus dihasilkan.
2. masalah-masalah praktis yang baru, akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka teori dasar yang telah ada.

TINGKAT PERTAMA : TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Tujuan pelaporan keuangan yang jelas akan berdampak pada kualitas informasi,
pengukuran dan pengakuan aktiva yang ditetapkan dengan jelas juga. Tujuan pelaporan
keuangan telah kita bahas pada modul 1 yaitu untuk menyediakan informasi :
a) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman yang memadai tentang
aktivitas bisnis dan ekonomi yang membuat keputusan investasi serta kredit
b) untuk membantu investor ayang ada dan potensial, kreditor yang ada dan
potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus
kas masa depan; dan
c) tentang sumberdaya ekonomi, klaim terhadap sumberdaya tersebut dan
perubahan di dalamnya.
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi
akuntansi mengandalkan laporan keuangan bertujuan umum (general-purpose financial
statements). Maksudnya adalah menyediakan informasi yang paling bermanfaat dengan
biaya minimal kepada berbagai kelompok pemakai. Hal yang mendasari tujuan ini adalah
konsep bahwa pemakai membutuhkan pengetahuan yang memadai mengenai persoalan bisnis
dan akuntansi keuangan untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan.

TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi


Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi
akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja
terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.

 Kualitas Primer
Relevansi.
Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan
berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut
dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-
back value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu.
Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan
untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selain itu kualitas
relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness). Informasi harus
disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan.
Keandalan.
Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat
serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi
isi faktual dari informasi.

Keberdayaujian (verifiability).
Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya kebenaran informasi
akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh, keandalan informasi harga
perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada faktur
(keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah
berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan, taksiran nilai
residu, dan taksiran umur ekonomis.

Kenetralan (neutrality).
Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok
pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan keuntungan
lebih kepada kelompok tertentu.

Kejujuran penyajian (representational faithfulness).


Penyajian yang jujur berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi
yang disampaikan.

 Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan
(comparability) dan konsistensi (consistency).

Keberdayabandingan.
Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal)
atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan
vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.
Konsistensi.
Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi
apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk
kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.
 Kendala-kendala.
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang
telah dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala
lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah
praktek industri dan konservatisme.

Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness).


Untuk menghasilkan informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan
konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak
mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah.

Materialitas (materiality)
Matarialitas berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian
seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.
Konservatisme (conservatism)
Konservatisme berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi.
Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman
yang paling rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva
bersih yang terlalu tinggi.

Elemen-elemen Laporan Keuangan.


SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya
bukan hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-
elemen laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu :
aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba
komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba
ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan
kerugian.

TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan
apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan
dilaporkan oleh sistem akuntansi.

Asumsi-Asumsi Dasar.
Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar
akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat
dipraktikkan.
a) asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption).
Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan
terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan,
dan lainnya).
b) Kesinambungan (going concern).
Akuntansi memandang bahwa perusahaan dianggap lestari sepanjang masa, kecuali
terdapat bukti sebaliknya.
c) Asumsi unit moneter ( monetary unit assumption).
Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu obyek atau
aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu.
d) Asumsi periodisitas (periodicity assumption).

Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi


a) Biaya historis (historical cost). GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan
kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Kos (cost)
memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat
diandalkan.
b) Pengakuan pendapatan. Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau
dapat direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.
c) Prinsip Penandingan (matching principle). Beban untuk suatu periode ditentukan
dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu..
Beban diakui :
1. jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk
atau penyerahan
2. pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat
hub. Langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa.
3. dengan alokasi yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi.
Contoh: depresiasi
e) Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure principle)
f) Mengakui sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan
mencerminkan trade off penilaian, seperti :
i. Hal-hal yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan
pemakai
ii. Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat
dipahami.
g) Catatan atas laporan keuangan umumnya ditujukan untuk memperkuat atau
memperjelas pos-pos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


NO. 1 (REVISI 2009)
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 1 (revisi 2009)
terdiri dari paragraf 1-138 dan Lampiran. Seluruh
paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama.
Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold
italic) mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 1 (revisi
2009) harus dibaca dalam kontek tujuan pengaturan dan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk
unsur-unsur yang tidak material.

PENDAHULUAN

Tujuan
01. Pernyataan ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan
bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan
keuangan’ agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya
maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi
penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan
keuangan.

Ruang Lingkup

02. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian


laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas
syariah.
03. PSAK lainnya mengatur persyaratan pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan transaksi tertentu dan peristiwa lainnya.
04. Pernyataan ini tidak diterapkan bagi struktur dan isi laporan keuangan
interim ringkas yang disusun sesuai dengan PSAK 3: Laporan Keuangan Interim. Namun,
paragraf 13-33 diterapkan bagi laporan keuangan interim tersebut. Pernyataan ini berlaku
bagi seluruh entitas, termasuk entitas yang menyajikan laporan keuangan konsolidasian dan
laporan keuangan terpisah sebagaimana diatur dalam PSAK 4: Laporan Keuangan
Konsolidasi.

Definisi

05. Berikut adalah istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:


Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ’laporan keuangan’)
adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan.

Ketidakpraktisan.
Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah melakukan usaha yang memadai. Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, yang terdiri dari:
(a) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK);
(b) Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).

Material.
Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan
keuangan adalah material jika, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamasama, dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Materialitas tergantung
pada ukuran dan sifat dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat tersebut dengan memerhatikan kondisi terkait. Ukuran atau sifat dari pos
laporan keuangan tersebut, atau gabungan dari keduanya, dapat menjadi faktor penentu.
Penilaian apakah suatu kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat dapat
memengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna laporan, dan dengan demikian menjadi
material, membutuhkan pertimbangan mengenai karakteristik dari masing-masing pengguna
laporan tersebut. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf
25 menyatakan bahwa ‘pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar.’ Oleh karena itu, penilaian tersebut perlu
memerhatikan bagaimana pengguna laporan dengan karakteristik tersebut diharapkan
terpengaruh dalam membuat keputusan ekonomi.

Catatan atas laporan keuangan.


Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam
laporan posisi keuangan, laporan pendaptan komprehensif, laporan laba rugi terpisah
(jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan
keuangan tersebut dan informasi mengenai pospos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan. Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos
pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba
rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK
lainnya.
Komponen pendapatan komprehensif lain meliputi:
a) perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19:
Aset Tidak Berwujud);
b) keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui
sesuai dengan paragraf 94 PSAK 24: Imbalan Kerja;
c) keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
entitas asing (lihat PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang
Asing);
d) keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali asset keuangan yang
dikategorikan sebagai ’tersedia untuk dijual’ (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran);
e) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran)
Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas. Laba rugi
adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen
pendapatan komprehensif lain. Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang
direklasifikasi ke bagian laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam
pendapatan komprehensif lain pada periode berjalan atau periode sebelumnya. Total laba
rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari
transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen “laba rugi” dan “pendapatan
komprehensif lain”.
06. Meskipun Pernyataan ini menggunakan istilah “pendapatan komprehensif
lain”, “laba rugi”, dan “total laba rugi komprehensif”, entitas dapat menggunakan istilah lain
untuk menjelaskan jumlah-jumlah tersebut sepanjang maksudnya jelas. Misalnya, entitas
dapat menggunakan istilah “laba neto” untuk menggambarkan laba rugi.

LAPORAN KEUANGAN

Tujuan Laporan Keuangan


07. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
a) aset;
b) laibilitas;
c) ekuitas;
d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik;dan
f)arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan,
khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Komponen Laporan Keuangan Lengkap


08. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen
berikut ini:
a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b) laporan laba rugi komprehensif selama periode
c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
d) laporan arus kas selama periode;
e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lainnya; dan
f)laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi
pos-pos dalam laporan keuangannya. Entitas diperkenankan menggunakan judul
laporan selain yang digunakan dalam Pernyataan ini.
09. Entitas menyajikan semua komponen laporan keuangan lengkap
dengan tingkat keutamaan yang sama.
10. Sebagaimana diperkenankan dalam paragraf 79, entitas dapat menyajikan
komponen laba rugi baik sebagai bagian dari laporan laba rugi komprehensif atau laporan
laba rugi terpisah. Jika laporan laba rugi disajikan, maka laporan tersebut merupakan bagian
dari komponen laporan keuangan yang lengkap dan disajikan sebelum laporan pendapatan
komprehensif.
11. Beberapa entitas menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, suatu kajian
keuangan oleh manajemen yang menjelaskan karakteristik utama dari kinerja keuangan dan
posisi keuangan, dan kondisi ketidakpastian utama yang dihadapi. Laporan tersebut dapat
meliputi kajian mengenai:
a) Faktor dan pengaruh-pengaruh utama yang menentukan kinerja keuangan,
termasuk perubahan lingkungan tempat entitas beroperasi, tanggapan terhadap
perubahan dan pengaruhnya, dan kebijakan investasi untuk memelihara serta
meningkatkan kinerja keuangannya, termasuk kebijakan dividen;
b) Sumber pendanaan entitas dan target rasio laibilitas terhadap ekuitas; dan
c) Sumber daya entitas yang tidak diakui dalam laporan posisi keuangan sesuai
dengan`SAK.
12. Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya
bagi industry dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri
yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.

Karakteristik Umum

Penyajian Secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK


13. Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian
secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan
kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan
pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar.
14. Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat
pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK tersebut
dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan
keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh
terhadap semua yang dipersyaratkan dalam SAK.
15. Dalam hampir semua kondisi, entitas mencapai penyajian laporan
keuangan secara wajar apabila memenuhi SAK terkait. Penyajian secara wajar juga
mensyaratkan entitas untuk:
a) memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan PSAK 25. PSAK
25 mengatur hirarki pedoman otoritatif yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam
hal tidak terdapat PSAK yang secara khusus mengatur suatu pos tertentu.
b) menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat diperbandingkan, dan
mudah dipahami.
c) memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan persyaratan
khusus dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami
pengaruh dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain terhadap posisi keuangan
dan kinerja keuangan entitas.
16. Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat
baik dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau pengungkapan
dalam catatan atas laporan keuangan atau materi penjelasan.
17. Dalam keadaan yang sangat jarang terjadi, ketika manajemen
menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap suatu ketentuan dalam suatu PSAK akan
memberikan pemahaman yang salah yang akan bertentangan dengan tujuan laporan
keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, maka entitas menyimpang dari ketentuan tersebut dengan cara yang
ditentukan dalam paragraf 18 jika peraturan yang relevan mensyaratkan atau tidak
melarang penyimpangan tersebut.
18. Ketika entitas menyimpang dari ketentuan suatu PSAK sesuai dengan
paragraf 17, maka entitas mengungkapkan:
a) bahwa manajemen telah menyimpulkan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas;
b) bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK terkait, kecuali pos
yang menyimpang dari ketentuan tertentu untuk mencapai penyajian yang wajar;
c) nama PSAK yang tidak diterapkan, sifat penyimpangan, termasuk
perlakuan yang disyaratkan oleh PSAK tersebut, alasan mengapa perlakuan tersebut
akan memberikan pemahaman yang salah dalam situasi tersebut sehingga akan
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, dan perlakuan yang diterapkan;
dan
d) untuk masing-masing periode yang disajikan, pengaruh keuangan dari
penyimpangan untuk masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya
dilaporkan sesuai dengan ketentuan tersebut.
19. Ketika entitas menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK
pada periode sebelumnya, dan penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap jumlah yang
diakui dalam laporan keuangan pada periode berjalan, maka entitas membuat
pengungkapan sebagaimana diatur pada paragraf 18 (c) dan (d).
20. Contoh implementasi paragraf 19 adalah ketika entitas pada periode
sebelumnya menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK untuk pengukuran aset
atau laibilitas dan penyimpangan tersebut memengaruhi pengukuran atas perubahan aset dan
laibilitas yang diakui pada laporan keuangan periode berjalan.
21. Dalam keadaan yang sangat jarang terjadi, ketika manajemen
menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap suatu ketentuan dalam suatu PSAK akan
memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan
yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
tetapi peraturan yang relevan melarang penyimpangan tersebut, maka entitas semaksimal
mungkin mengurangi pemahaman yang salah tersebut dengan mengungkapkan:
a) nama PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa manajemen
menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan
pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang
diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan;
dan
b) untuk masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian terhadap
masing-masing pos dalam laporan keuangan yang dipandang perlu oleh manajemen
untuk mencapai penyajian yang wajar.
22. Untuk tujuan penerapan paragraf 17 – 21, informasi tertentu dapat
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan ketika informasi tersebut tidak menyajikan
secara jujur transaksi, peristiwa dan kondisi lain baik yang diminta untuk disajikan atau
sewajarnya diharapkan untuk disajikan dan, konsekuensinya, informasi tersebut dapat
memengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna laporan keuangan. Ketika menilai apakah
kepatuhan terhadap ketentuan khusus dari suatu PSAK akan memberikan pemahaman yang
salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, manajemen mempertimbangkan:
a) alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut; dan
b) bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang mematuhi
persyaratan. Jika entitas lain dengan kondisi yang sama menerapkan persyaratan
tersebut, maka akan muncul asumsi yang dapat diperdebatkan bahwa kepatuhan
terhadap persyaratan tersebut tidak akan memberikan pemahaman yang salah yang
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Kelangsungan Usaha
23. Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian
tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas
menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali
manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau
tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya. Jika manajemen
menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material
sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang
signifikan tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha,
maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika entitas menyusun laporan
keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan
fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat
menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
24. Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha
adalah tepat, manajemen memerhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun
tidak dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan. Tingkat pertimbangan
tergantung pada fakta dari setiap kasus. Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan
mempunyai akses ke sumber pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi
kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen
perlu memerhatikan faktor yang memengaruhi profitabilitas masa kini maupun masa yang
akan datang, jadual pembayaran utang dan sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum
dapat menyimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai.

Dasar Akrual
25. Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan
arus kas.
26. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos
sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika
pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsurunsur tersebut dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Materialitas dan Agregasi


27. Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material.
Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali
pos tersebut tidak material.
28. Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi
atau peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses
penggabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu
klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam
laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup
material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk
disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.
29. Entitas tidak diperlukan untuk memberikan suatu pengungkapan khusus
yang diminta oleh suatu PSAK jika informasi tersebut tidak material.

Saling Hapus
30. Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau
pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK.
31. Entitas melaporkan secara terpisah untuk aset dan laibilitas serta
pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan
posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi
kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan
kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali
jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara
neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keusangan atas persediaaan
dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus.
32. PSAK 23: Pendapatan mendefinisikan pendapatan dan mensyaratkan
entitas untuk mengukurnya berdasarkan nilai wajar dari jumlah yang diterima atau akan
diterima, dengan mempertimbangkan jumlah potongan dagang dan rabat volume yang
diperbolehkan. Dalam aktivitas normal, entitas juga melakukan transaksi lain yang bukan
merupakan penghasil utama pendapatan dan bersifat insidentil. Entitas menyajikan hasil dari
transaksi tersebut dengan mengurangkan setiap pendapatan dengan beban terkait yang timbul
dari transaksi yang sama sepanjang penyajian tersebut mencerminkan substansi dari transaksi
atau peristiwa lain. Misalnya:
a.entitas menyajikan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset tidak lancar,
termasuk investasi dan asset operasional, dilaporkan dengan mengurangkan penerimaan
dari pelepasan dengan nilai tercatat dan beban yang timbul dari pelepasan aset tersebut;
b. entitas dapat mengurangkan pengeluaran yang terkait dengan ketentuan yang
diakui sesuai dengan PSAK 57 dan diganti berdasarkan perjanjian kontraktual dengan
pihak ketiga (seperti perjanjian garansi dari pemasok) dengan penggantian yang
diterima.
33. Entitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang timbul dari suatu
kelompok transaksi yang sejenis secara neto, misalnya keuntungan dan kerugian dari
transaksi mata uang asing atau keuntungan dan kerugian yang timbul dari instrument
keuangan yang dikategorikan sebagai diperdagangkan. Namun, entitas menyajikan
keuntungan dan kerugian tersebut secara terpisah jika keuntungan atau kerugian tersebut
material.

Frekuensi Pelaporan
34. Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi
komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan
laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek
dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan,
maka entitas mengungkapkan:
a) alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih
pendek; dan
b) fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
diperbandingkan secara keseluruhan.
35. Umumnya entitas secara konsisten menyiapkan laporan keuangan untuk
periode satu tahun. Namun, untuk alasan praktis, beberapa entitas lebih memilih untuk
melaporkan, sebagai contoh, untuk periode 52 minggu. Pernyataan ini tidak menghalangi
praktik seperti ini.

Informasi Komparatif
36. Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode
berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif
dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika
relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
37. Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal
dua laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas
laporan keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas menyajikan minimal tiga
laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas
laporan keuangan. Entitas menyajikan laporan posisi keuangan pada:
a) akhir periode berjalan,
b) akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode berjalan), dan
c) permulaan dari periode komparasi terawal.
38. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan pada laporan
keuangan periode sebelumnya masih tetap relevan untuk diungkapkan pada periode berjalan.
Misalnya, rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil akhirnya belum
diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian, perlu
diungkapkan kembali pada periode berjalan. Pengguna akan memperoleh manfaat dari
informasi adanya ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya, dan langkah yang
telah dilakukan selama periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.
39. Jika entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam
laporan keuangan, maka entitas mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi
tersebut tidak praktis untuk dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif,
maka entitas mengungkapkan:
a) sifat reklasifikasi;
b) jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang
direklasifikasi; dan
c) alasan reklasifikasi.
40. Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan,
maka entitas mengungkapkan:
a) alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan
b) sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.
41. Peniingkatkan komparabilitas informasi antar periode membantu pengguna
dalam membuat keputusan ekonomi, khususnya memungkinkan penilaian atas tren informasi
keuangan untuk tujuan prediksi. Dalam beberapa keadaan, reklasifikasi informasi komparatif
tidak praktis untuk dilakukan terhadap periode sebelumnya untuk mencapai komparabilitas
dengan periode berjalan. misalnya entitas mungkin belum mengumpulkan data dalam periode
sebelumnya yang memungkinkan untuk melakukan reklasifikasi, dan mungkin tidak praktis
untuk menyusun kembali informasi tersebut.
42. PSAK 25 mengatur penyesuaian terhadap informasi komparatif yang
dipersyaratkan ketika entitas melakukan perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas
kesalahan mendasar.

Konsistensi Penyajian
43. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar
periode harus konsisten kecuali:
a) setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau
review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau
pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan
mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi
dalam PSAK 25; atau
b) perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.
44. Misalnya, suatu akusisi atau pelepasan yang signifikan atau review atas
penyajian laporan keuangan, mungkin akan menghasilkan kesimpulan bahwa laporan
keuangan harus disajikan secara berbeda. Namun demikian perubahan penyajian dapat
dilaksanakan jika perubahan tersebut memberikan informasi yang andal dan lebih relevan
bagi pengguna atau struktur yang baru mempunyai kecenderungan akan dipergunakan
seterusnya. Jika dilakukan perubahan penyajian laporan keuangan, maka entitas
mereklasifikasi informasi komparatif sesuai dengan paragraf 39 dan 40.

STRUKTUR DAN ISI

Pendahuluan

45. Pernyataan ini mensyaratkan pengungkapan khusus dalam laporan posisi


keuangan atau laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan),
atau laporan perubahan ekuitas dan mensyaratkan pengungkapan dari pos-pos lainnya pada
laporan keuangan tersebut atau catatan atas laporan keuangan. PSAK 2: Laporan Arus Kas
mengatur persyaratan untuk penyajian informasi arus kas.
46. Pernyataan ini terkadang menggunakan istilah “pengungkapan” dalam arti
luas, meliputi pos-pos yang disajikan di dalam laporan keuangan. Pengungkapan juga
dipersyaratkan oleh SAK lain. Kecuali dinyatakan lain dalam Pernyataan ini atau SAK
lainnya, pengungkapan tersebut dapat dilakukan dalam laporan keuangan.
Identifikasi Laporan Keuangan
47. Entitas mengidentifikasikan laporan keuangan secara jelas dan
membedakannya dari informasi lain dalam dokumen publikasi yang sama.
48. SAK hanya berlaku untuk laporan keuangan, dan tidak untuk informasi
lain yang disajikan dalam laporan tahunan, dokumen yang disampaikan kepada regulator atau
dokumen lainnya. Oleh karena itu, sangat penting bahwa pengguna dapat membedakan
laporan yang disusun sesuai SAK dengan informasi lain yang juga bermanfaat bagi pengguna
laporan.
49. Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan
catatan atas laporan keuangan. Di samping itu, entitas menyajikan informasi berikut ini
secara jelas, dan mengulangnya jika dibutuhkan sehingga dapat dipahami:
a) nama entitas pembuat laporan keuangan atau identitas lain, dan setiap
perubahan informasi dari akhir periode laporan sebelumnya;
b) apakah merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok
entitas;
c) tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan
keuangan atau catatan atas laporan keuangan;
d) mata uang pelaporan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 52; dan
e) pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan
keuangan.
50. Entitas telah memenuhi persyaratan paragraf 49 dengan menyajikan judul
yang tepat untuk halaman, laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, kolom dan
sejenisnya. Pertimbangan diperlukan untuk menentukan cara terbaik dalam menyajikan
informasi tersebut. Misalnya, ketika entitas menyajikan laporan keuangan secara elektronik,
maka halamanhalaman terpisah tidak selalu digunakan; selanjutnya entitas menyajikan hal-
hal di atas untuk memastikan bahwa informasi yang dicakup dalam laporan keuangan dapat
dipahami.
51. Agar lebih dapat dipahami, entitas pada umumnya menyusun laporan
keuangan dengan menyajikan informasi mata uang dalam unit ribuan atau jutaan. Hal ini
diperkenankan sepanjang entitas mengungkapkan tingkat pembulatan dan tidak
menghilangkan informasi yang material.

Laporan Posisi Keuangan


Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
52. Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos
berikut:
a) aset tetap;
b) properti investasi;
c) aset tidak berwujud;
d) aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (e), (h) dan (i));
e) investasi dengan menggunakan metode ekuitas;
f)aset biolojik;
g) persediaan;
h) piutang dagang dan piutang lainnya;
i) kas dan setara kas;
j) total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset
yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki
untuk dijual sesuai dengan PSAK 58;
k) utang dagang dan terutang lainnya;
l) kewajiban diestimasi;
m) laibilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k) dan
(l));
n) laibilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK
46;
o) laibilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46;
p) laibilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58;
q) kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas; dan
r)modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk.
53. Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul dan subtotal dalam
laporan posisi keuangan jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman posisi
keuangan entitas.
54. Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan laibilitas
jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasfikasi yang terpisah dalam laporan posisi
keuangan, maka aset (laibilitas) pajak tangguhan tidak boleh diklasifikasikan sebagai aset
lancar (laibilitas jangka pendek).
55. Pernyataan ini tidak mengatur susunan atau format penyajian pos-pos.
Paragraf 52 menjelaskan daftar pos-pos yang berbeda berdasarkan sifat atau fungsinya untuk
menjamin penyajian terpisah di dalam laporan posisi keuangan. Sebagai tambahan:
a) suatu pos disajikan terpisah jika ukuran, sifat atau fungsi dari pos tersebut atau
agregasi pos-pos yang sama menyebabkan penyajian terpisah menjadi relevan untuk
memahami laporan posisi keuangan entitas;
b) penjelasan yang digunakan dan urutan dari pos-pos atau agregasi pos-pos yang
sama dapat diubah sesuai dengan sifat entitas dan transaksinya, untuk memberikan
informasi yang relevan dalam memahami posisi keuangan entitas. Misalnya, institusi
keuangan mungkin mengubah penjelasan di atas dalam rangka memberikan informasi
yang relevan mengenai operasi institusi keuangan.
56. Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara
terpisah didasarkan atas penilaian dari:
a) sifat dan likuiditas aset;
b) fungsi aset tersebut dalam entitas;
c) jumlah, sifat dan jangka waktu laibilitas.
57. Penggunaan dasar pengukuran yang berbeda untuk kelompok aset yang
berbeda menunjukkan bahwa sifat dan fungsi aset tersebut berbeda dan, oleh karena itu,
entitas menyajikan kelompok aset yang berbeda secara terpisah. Misalnya, kelompok aset
tetap yang berbeda dapat dicatat berdasarkan biaya perolehan atau jumlah yang direvaluasi
sesuai dengan PSAK 16.

Pembedaan Aset Lancar dan Tidak Lancar dan Laibilitas Jangka Pendek dan Jangka
Panjang
58. Entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancer dan laibilitas jangka
pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi
keuangan sesuai dengan paragraf 64-74, kecuali penyajian berdasarkan likuiditas
memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan. Jika pengecualian
tersebut diterapkan, maka entitas menyajikan seluruh aset dan laibilitas berdasarkan
urutan likuiditas.
59. Apapun metode penyajian yang digunakan, entitas mengungkapkan
jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari dua belas
bulan untuk setiap pos aset dan laibilitas yang menggabungkan jumlah yang diharapkan
akan dipulihkan atau diselesaikan:
a) tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan; dan
b) lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan
60. Ketika entitas menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi yang
dapat diidentifikasi secara jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar serta laibilitas
jangka pendek dan jangka panjang dalam laporan posisi keuangan memberikan informasi
yang bermanfaat dengan membedakan aset neto yang digunakan secara terus menerus
sebagai modal kerja dari aset neto yang digunakan dalam operasi entitas jangka panjang.
Pengklasifikasian tersebut juga menunjukkan asset yang diharapkan akan direalisasi dalam
siklus operasi berjalan dan laibilitas yang akan jatuh tempo pada periode yang sama.
61. Untuk beberapa entitas, seperti institusi keuangan, penyajian aset dan
laibilitas berdasarkan urutan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat
diandalkan dibandingkan penyajian berdasarkan lancar dan tidak lancer atau jangka pendek
dan jangka panjang karena entitas pada industri tersebut tidak menyediakan barang atau jasa
selama siklus operasi entitas yang dapat diidentifikasi secara jelas.
62. Dalam menerapkan paragraf 58, entitas diperkenankan untuk menyajikan
beberapa aset menggunakan klasifikasi lancar dan tidak lancar, dan laibilitas menggunakan
jangka pendek dan jangka panjang dan lainnya berdasarkan likuiditas jika hal tersebut
memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan. Kebutuhan untuk
mengkombinasikan basis penyajian dimungkinkan jika entitas memiliki operasi yang
beragam.
63. Informasi mengenai tanggal perkiraan realisasi asset dan laibilitas berguna
dalam penilaian likuiditas dan solvabilitas entitas. PSAK 31 mensyaratkan pengungkapan
tanggal jatuh tempo aset keuangan dan laibilitas keuangan. Aset keuangan termasuk piutang
usaha dan piutang lainnya, dan laibilitas keuangan termasuk utang usaha dan terutang
lainnya. Informasi tentang tanggal perkiraan pemulihan aset nonmoneter, seperti persediaan,
dan tanggal perkiraan dari penyelesaian laibilitas seperti kewajiban diestimasi juga
bermanfaat, terlepas dari apakah aset diklasifikasikan sebagai lancar dan tidak lancer dan
laibilitas sebagai jangka panjang dan jangka pendek. Misalnya, entitas mengungkapkan
jumlah persediaan yang diharapkan dapat dipulihkan lebih dari dua belas bulan setelah
periode pelaporan.

Aset Lancar
64. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai asset lancar, jika:
a) entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk
menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
b) entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
c) entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
d) kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus
Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk
menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset
tidak lancar.
65. Pernyataan ini menggunakan istilah "tidak lancar" untuk mencakup aset
tetap, aset tidak berwujud, dan aset keuangan yang bersifat jangka panjang. Pernyataan ini
tidak melarang penggunaan istilah lainnya sepanjang pengertiannya jelas.
66. Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk
pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas. Ketika siklus operasi normal
entitas tidak dapat diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama 12 bulan. Aset
lancar mencakup aset (seperti persediaan dan piutang dagang) yang dijual, dikonsumsi atau
direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak diharapkan
untuk direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan. Aset lancar juga
mencakup aset yang dimiliki untuk diperdagangkan (aset keuangan dalam kategori ini
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55) dan bagian lancer dari aset keuangan tidak lancar.

Laibilitas Jangka Pendek


67. Suatu laibilitas diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka pendek jika:
a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan laibilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya;
b) entitas memiliki laibilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
c) laibilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan; atau
d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
laibilitas selama sekurangkurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Entitas
mengklasifikasi laibilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai laibilitas
jangka panjang.
68. Beberapa laibilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual
untuk biaya karyawan dan biaya operasi lainnya, merupakan bagian modal kerja yang
digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan laibilitaslaibilitas tersebut
sebagai laibilitas jangka pendek meskipun laibilitas-laibilitas tersebut jatuh tempo untuk
diselesaikan lebih dari 12 bulan setelah periode pelaporan. Siklus operasi normal yang sama
diterapkan pada aset dan laibilitas entitas. Jika tidak dapat diidentifikasi secara jelas, maka
siklus operasi normal entitas diasumsikan 12 bulan.
69. Laibilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi
normal, tetapi jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya, laibilitas keuangan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55, cerukan
bank, dan bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang, dividen terutang,
pajak penghasilan terutang, dan terutang nonusaha lainnya. Laibilitas keuangan yang
merupakan pembiayaan jangka panjang (bukan bagian dari modal kerja yang digunakan
dalam siklus operasi normal) dan tidak jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan merupakan laibilitas jangka panjang, sebagaimana diatur dalam paragraf
72 dan 73.
70. Entitas mengklasifikasikan laibilitas keuangan sebagai laibilitas jangka
pendek jika laibilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan, meskipun:
a) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas
bulan; dan
b) perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran,
atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum
tanggal penyelesaian laporan keuangan.
71. Jika entitas mengharapkan (dan memiliki hak) untuk melakukan
pembiayaan kembali atau perpanjangan laibilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan
setelah periode pelaporan dengan menggunakan fasilitas pinjaman yang ada, maka entitas
mengklasifikasikan laibilitas tersebut sebagai laibilitas jangka panjang, meskipun laibilitas
tersebut akan jatuh tempo dalam periode yang lebih pendek dari 12 bulan. Namun, jika
pembiayaan kembali atau perpanjangan kembali bukan merupakan diskresi entitas (misalnya,
tidak terdapat perjanjian untuk pembiayaan kembali), maka entitas tidak mempertimbangkan
kemungkinan pembiayaan kembali laibilitas dan mengklasifikasikannya sebagai laibilitas
jangka pendek.
72. Ketika entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang
pada saat atau sebelum akhir periode pelaporan yang menyebabkan laibilitas tersebut harus
segera dibayar sesuai permintaan, maka entitas mengklasifikasikan laibilitas tersebut sebagai
laibilitas jangka pendek, meskipun pemberi pinjaman menyetujui (setelah periode pelaporan
dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan) untuk tidak mensyaratkan pembayaran
sebagai konsekuensi atas
pelanggaran tersebut. Entitas mengklasifikasikan laibilitas tersebut sebagai laibilitas jangka
pendek karena (pada akhir periode pelaporan) entitas tidak memiliki hak untuk menunda
penyelesaian laibilitas tersebut dalam jangka waktu sekurangkurangnya dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan.
73. Namun, entitas mengklasifikasikan laibilitas sebagai laibilitas jangka
panjang bila pemberi pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk memberikan
tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah
periode pelaporan, selama periode dimana entitas dapat memperbaiki pelanggaran terhadap
persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat meminta percepatan pembayaran
segera.
74. Berkaitan dengan pinjaman yang diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka
pendek, jika peristiwa-peristiwa berikut ini terjadi antara akhir periode pelaporan dan tanggal
penyelesaian laporan keuangan, maka peristiwa-peristiwa tersebut harus diungkapkan sebagai
peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian (non-adjusting events) sesuai dengan PSAK 8:
a) pembiayaan kembali berbasis jangka panjang;
b) perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang; dan
c) pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk
memperbaiki pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir
sekurangkurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan atau Catatan atas Laporan
Keuangan
75. Entitas mengungkapkan di laporan posisi keuangan atau di catatan atas
laporan keuangan, sub- klasifikasi pos-pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan
cara yang tepat sesuai dengan operasi entitas.
76. Rincian yang tercakup dalam sub-klasifikasi, tergantung pada persyaratan
SAK serta ukuran, sifat, dan fungsi dari jumlah dari masing-masing pos yang bersangkutan.
Entitas juga menggunakan faktor-faktor yang diuraikan pada paragraf 56 untuk menentukan
dasar bagi subklasifikasi. Pengungkapan dapat berbeda untuk setiap pos, misalnya:
a) pos-pos aset tetap dipisahkan sesuai dengan PSAK 16;
b) piutang dipisahkan ke dalam jumlah piutang dagang, piutang dari pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, pembayaran di muka dan jumlah lainnya;
c) persediaan dipisahkan sesuai dengan PSAK 14: Persediaan, ke dalam
kelompok barang dagangan, barang produksi, bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi;
d) laibilitas diestimasi dipisahkan menjadi laibilitas diestimasi untuk imbalan
kerja dan laibilitas diestimasi lainnya; dan
e) ekuitas dan cadangan dipisahkan menjadi berbagai kelompok seperti modal
disetor, tambahan modal disetor dan cadangan.
77. Entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan
atau laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:
a) untuk setiap jenis saham:
i. jumlah saham modal dasar;
ii. jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang
diterbitkan tetapi tidak disetor penuh;
iii. nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai
nominal;
iv. rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;
v. hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis
saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali
atas modal;
vi. saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas
anak atau entitas asosiasi; dan
vii. saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan
kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan;
b) penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas.
78. Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan
atau trust, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan paragraf 77 (a), yang
memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis penyertaan, hak,
keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan.
78A. Jika suatu entitas telah mengklasifikasikan:
(a) Suatu instrument keuangan yang dapat ditanam yang diklasifikasikan sebagai suatu
instrument ekuitas, atau
(b) Suatu instrument yang membebankan entitas suatu kewajiban untuk menyerahkan kepada
pihak lain suatu bagian pro rata atas asset neto entitas hanya pada likuidasi dan
diklasifikasikan sebagai suatu instrument ekuitas antara laibilitas keuangan dan ekuitas, maka
harus mengungkapkan jumlah yang direklasifikasikan ke dalam dan keluar dari setiap
kategori (laibilitas keuangan atau ekuitas) dan waktu serta alasan klasifikasi tersebut
Laporan Laba Rugi Komprehensif
79. Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu
periode:
(a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau
(b) dalam bentuk dua laporan:
(i) laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan
(ii) laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan
komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif). Informasi yang Disajikan dalam
Laporan Laba Rugi Komprehensif
80. Laporan laba rugi komprehensif, sekurangkurangnya mencakup penyajian jumlah
pos-posberikut selama suatu periode:
(a) pendapatan;
(b) biaya keuangan;
(c) bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas;
(d) beban pajak;
(e) suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
(i) laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
(ii) keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan
dalam rangka operasi yang dihentikan;
(f) laba rugi;
(g) setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai
dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h));
(h) bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang
dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan
(i) total laba rugi komprehensif.
81. Entitas mengungkapkan pos-pos di bawah ini dalam laporan laba rugi komprehensif
sebagai alokasi laba rugi untuk periode:
(a) laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
(i) kepentingan non-pengendali; dan
(ii) pemilik entitas induk
(b) total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
(i) kepentingan non-pengendali; dan
(ii) pemilik entitas induk
82. Entitas dapat menyajikan pos-pos sebagaimana dimaksud paragraf 80(a)-(f) dan
pengungkapan sebagaimana dimaksud paragraf 81(a) dalam laporan laba rugi terpisah
(lihat paragraf 79).
83. Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul dan sub jumlah lain dalam laporan laba
rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), jika penyajian tersebut
relevan untuk pemahaman kinerja keuangan entitas.
84. Karena dampak dari berbagai kegiatan, transaksi, dan peristiwa lain entitas berbeda dalam
frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat diprediksi, maka
pengungkapan unsur-unsur kinerja keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam
memahami kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat proyeksi kinerja keuangan
masa depan. Entitas memasukkan pos-pos tambahan dalam laporan laba rugi komprehensif
dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), perubahan istilah yang dipakai dan perubahan
urutan dari pos-pos jika hal ini diperlukan untuk menjelaskan elemen kinerja keuangan.
Entitas mempertimbangkan faktorfaktor termasuk materialitas, sifat dan fungsi dari berbagai
komponen pendapatan dan beban. Misalnya, suatu institusi keuangan dapat mengubah istilah
untuk memberikan informasi yang relevan dengan operasinya. Entitas tidak diperkenankan
melakukan saling hapus pendapatan dan beban kecuali memenuhi kriteria paragraf 30.
85. Entitas tidak diperkenankan menyajikan pos-pos pendapatan dan beban sebagai pos
luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika
disajikan), atau dalam catatan atas laporan keuangan.
Laba Rugi Selama Periode
86. Entitas mengakui seluruh pos-pos pendapatan dan beban pada suatu periode dalam
laba rugi kecuali suatu PSAK mensyaratkan atau memperkenankan lain.
87. Beberapa SAK menentukan kondisi-kondisi kapan entitas mengakui pos-pos tertentu di
luar laba rugi dalam periode berjalan. PSAK 25 menentukan dua kondisi tersebut: koreksi
kesalahan dan dampak perubahan kebijakan akuntansi. SAK lainnya mensyaratkan atau
memperkenankan suatu komponen pendapatan komprehensif lain yang memenuhi definisi
pendapatan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan dikeluarkan dari laba rugi (lihat paragraf 5).
Pendapatan Komprehensif Lain Selama Periode
88. Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen
dari pendapatan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifikasi, baik dalam
laporan pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.
89. Entitas dapat menyajikan komponen pendapatan komprehensif lain:
(a) jumlah neto dari dampak pajak terkait, atau
(b) jumlah sebelum dampak pajak terkait disertai dengan total pajak penghasilan yang terkait
dengan komponen tersebut.
90. Entitas mengungkapkan penyesuaian reklasifikasi yang terkait dengan komponen
pendapatan komprehensif lain.
91. SAK lainnya menjelaskan bagaimana dan kapan jumlah yang sebelumnya diakui dalam
pendapatan komprehensif lain direklasifikasi ke laba rugi. Reklasifikasi yang dimaksud pada
Pernyataan ini adalah penyesuaian reklasifikasi. Penyesuaian reklasifikasi dimasukkan
dengan komponen pendapatan komprehensif lain yang terkait pada periode dimana
penyesuaian direklasifikasi ke laba rugi. Misalnya, keuntungan yang direalisasi dari
pelepasan aset keuangan yang dikategorikan sebagai "tersedia untuk dijual" dimasukkan
dalam laba rugi periode berjalan. Jumlah tersebut mungkin telah diakui dalam pendapatan
komprehensif lain sebagai keuntungan yang belum direalisasi pada periode berjalan atau
periode sebelumnya. Keuntungan yang belum direalisasi tersebut dikurangkan dari
pendapatan komprehensif lain pada periode ketika keuntungan yang telah direalisasi
direklasifikasi ke laba rugi untuk menghindari memasukkan keuntungan yang belum
direalisasi tersebut dua kali dalam total laba rugi komprehensif.
92. Entitas dapat menyajikan penyesuaian reklasifikasi di dalam laporan pendapatan
komprehensif atau catatan atas laporan keuangan. Entitas yang menyajikan penyesuaian
reklasifikasi pada catatan atas laporan keuangan menyajikan komponen pendapatan
komprehensif lain setelah penyesuaian reklasifikasi terkait.
93. Penyesuaian reklasifikasi terjadi, misalnya, dari pelepasan kegiatan usaha luar negeri
(lihat PSAK 11), penghentian pengakuan aset keuangan "tersedia untuk dijual" (lihat PSAK
55) dan ketika suatu lindung nilai atas prakiraan transaksi menimbulkan laba atau rugi (lihat
paragraf 103 PSAK 55 yang berhubungan dengan lindung nilai atas arus kas).
94. Penyesuaian reklasifikasi tidak dilakukan pada perubahan surplus revaluasi yang diakui
berdasarkan PSAK 16 (revisi 2007) atau PSAK 19 atau pada keuntungan dan kerugian
aktuarial yang diakui dalam program dana pension manfaat pasti yang diakui berdasarkan
paragraf 93A dari PSAK 24. Komponen tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain
dan tidak direklasifikasi ke laba rugi pada periode berikutnya. Perubahan surplus revaluasi
dapat dialihkan ke saldo laba pada periode berikutnya ketika aset tersebut digunakan atau
dihentikan pengakuannya (lihat PSAK 16 dan PSAK 19). Keuntungan dan kerugian aktuarial
dilaporkan dalam saldo laba pada periode diakuinya keuntungan dan kerugian actuarial
tersebut sebagai pendapatan komprehensif lain (lihat PSAK 24)
Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif atau Catatan atas
Laporan Keuangan
95. Ketika pos-pos pendapatan atau beban bernilai material, maka entitas mengungkapkan
sifat dan jumlahnya secara terpisah.
96. Keadaan yang menyebabkan pengungkapan secara terpisah atas pos-pos pendapatan dan
beban adalah sebagai berikut:
(a) penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan nilai aset tetap
menjadi jumlah yang dapat dipulihkan kembali, sebagaimana pemulihan atas penurunan
tersebut;
(b) restrukturisasi atas aktivitas-aktivitas suatu entitas dan untuk setiap laibilitas diestimasi
atas biaya restrukturisasi;
(c) pelepasan aset tetap;
(d) pelepasan investasi;
(e) operasi yang dihentikan;
(f) penyelesaian litigasi; dan
(g) pembalikan laibilitas diestimasi lain.
97. Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan
klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan
informasi yang andal dan lebih relevan.
98. Entitas dianjurkan untuk menyajikan analisis pada paragraf 97 pada laporan laba rugi
komprehensif atau pada laporan laba rugi terpisah (jika disajikan).
99. Beban disubklasifikasikan menjadi komponen utama dari kinerja keuangan yang dapat
berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat
memprediksi. Analisis ini diberikan dalam satu dari dua bentuk.
100. Bentuk pertama analisis ini adalah metode "sifat beban". Entitas mengabungkan beban
dalam laba rugi berdasarkan sifatnya (misalnya, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya
transportasi, imbalan kerja, dan biaya iklan), dan tidak merealokasikan menurut berbagai
fungsi dalam entitas. Metode ini mudah diterapkan karena tidak memerlukan adanya alokasi
beban menurut klasifikasi fungsional. Contoh dari klasifikasi dengan menggunakan metode
sifat beban adalah sebagai berikut:
Pendapatan XXX
Pendapatan lainnya XXX
Perubahan atas persediaan
barang jadi dan barang dalam proses XXX
Bahan baku yang digunakan XXX
Beban imbalan kerja XXX
Beban penyusutan dan amortisasi XXX
Beban lainnya XXX
Total beban (XXX)
Laba sebelum pajak XXX
101. Bentuk kedua analisis ini adalah metode "fungsi beban" atau "biaya penjualan" dan
mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau,
misalnya, biaya aktivitas distribusi atau administratif. Sekurangkurangnya entitas
mengungkapkan biaya penjualan berdasarkan metode ini secara terpisah dari beban-beban
lainnya. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna
laporan keuangan dibandingkan dengan metode klasifikasi beban berdasarkan sifat, namun
pengalokasian biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan pengalokasian secara arbiter
dan pertimbangan yang matang. Contoh klasifikasi berdasarkan metode fungsi beban adalah
sebagai berikut:
Pendapatan XXX
Beban penjualan (XXX)
Laba bruto XXX
Pendapatan lainnya XXX
Beban distribusi (XXX)
Beban administratif (XXX)
Beban lainnya (XXX)
Laba sebelum pajak XXX
102. Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan
informasi tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi, dan
beban imbalan kerja.
103. Pemilihan antara metode fungsi beban dan sifat beban tergantung pada faktor historis
dan industri serta sifat entitas. Kedua metode tersebut memberikan indikasi tentang
biayabiaya tersebut yang mungkin berbeda, baik langsung maupun tidak langsung, dengan
tingkat penjualan atau produksi entitas. Karena tiap metode penyajian memiliki manfaat
untuk jenis entitas yang berbeda, Pernyataan ini mensyaratkan manajemen untuk memilih
penyajian yang andal dan lebih relevan. Namun demikian, karena informasi atas sifat beban
bermanfaat dalam memprediksi arus kas masa depan, maka pengungkapan tambahan
diperlukan ketika metode fungsi beban digunakan. Dalam paragraf 102, "imbalan kerja"
memiliki pengertian yang sama seperti di PSAK 24.
Laporan Perubahan Ekuitas
104. Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah
total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada
kepentingan non-pengendali;
(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25;
(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul
dari:
(i) laba rugi;
(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan
secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
105. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode, dan nilai dividen per saham.
106. Pada paragraf 104, komponen ekuitas termasuk, misalnya, masing-masing jenis modal
disetor, saldo akumulasi dari masing-masing jenis pendapatan komprehensif lain dan saldo
laba.
107. Perubahan ekuitas entitas di antara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan
naik turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari
transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal,
akuisisi kembali instrument ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi yang secara
langsung berkaitan dengan tranksaksi tersebut, perubahan keseluruhan atas ekuitas selama
periode yang menggambarkan jumlah total pendapatan dan beban (termasuk keuntungan dan
kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.
108. PSAK 25 mensyaratkan penyesuaian retrospektif atas pengaruh perubahan kebijakan
akuntansi, sepanjang praktis, kecuali jika ketentuan transisi pada PSAK lainnya
mensyaratkan lain. PSAK 25 juga mensyaratkan penyajian kembali untuk mengoreksi
kesalahan secara retrospektif, sepanjang praktis. Penyesuaian retrospektif dan penyajian
kembali secara retrospektif bukan merupakan perubahan dalam ekuitas tetapi merupakan
penyesuaian atas saldo awal saldo laba, kecuali jika suatu PSAK mensyaratkan penyesuaian
retrospektif atas komponen ekuitas lainnya. Paragraf 104 (b) mensyaratkan pengungkapan
pada laporan perubahan ekuitas, total penyesuaian atas masing-masing komponen ekuitas
yang diakibatkan oleh perubahan kebijakan akuntasi dan, secara terpisah, koreksi atas
kesalahan. Penyesuaian ini diungkapkan untuk masing-masing periode sebelumnya dan pada
awal periode.
Laporan Arus Kas
109. Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2 mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan
informasi arus kas.
Catatan atas Laporan Keuangan
Struktur
110. Catatan atas laporan keuangan:
(a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 115 – 122;
(b) mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan; dan
(c) memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan
keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
111. Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara
sistematis. Entitas membuat referensi silang atas masing-masing pos dalam laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan),
laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk informasi yang berhubungan
dalam catatan atas laporan keuangan.
112. Entitas biasanya menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan urutan sebagai
berikut, untuk membantu pengguna memahami dan membandingkan dengan laporan
keuangan entitas lainnya:
(a) pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK (lihat par 14);
(b) ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan (lihat par 115);
(c) informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan perubahan posisi
keuangan dan laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan),
laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan
penyajian masingmasing pos; dan
(d) pengungkapan lainnya, termasuk:
(i) laibilitas kontijensi (lihat PSAK 57) dan komitmen kontraktual yang belum diakui; dan
(ii) pengungkapan informasi nonkeuangan, seperti tujuan manajemen risiko keuangan dan
kebijakan entitas. (lihat PSAK 31).
113. Dalam beberapa keadaaan, mungkin dibutuhkan atau dikehendaki untuk membedakan
urutan pos-pos tertentu dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya, entitas dapat
menggabungkan informasi perubahan nilai wajar yang diakui dalam laba rugi dengan
informasi tentang jatuh tempo instrument keuangan, meskipun pengungkapan pertama
berhubungan dengan laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi terpisah (jika
disajikan) dan yang kedua berhubungan dengan laporan posisi keuangan. Namun demikian,
entitas tetap menjaga struktur yang sistematis untuk catatan atas laporan keuangan sepanjang
dapat diterapkan.
114. Entitas dapat menyajikan catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi
tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu sebagai bagian
yang terpisah dalam laporan keuangan.
Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
115. Entitas mengungkapkan dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan:
(a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan;
(b) kebijakan akuntansi lainnya yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan
keuangan.
116. Hal yang penting bagi entitas untuk menginformasikan kepada pengguna mengenai
dasar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan (misalnya, biaya historis, biaya
perolehan kini, nilai realisasi neto, nilai wajar atau jumlah yang dapat dipulihkan kembali)
karena dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan memengaruhi
analisis pengguna secara signifikan Ketika entitas menggunakan lebih dari satu dasar
pengukuran dalam laporan keuangan, misalnya ketika suatu kelompok aset direvaluasi, maka
hal tersebut adalah memadai dengan memberikan suatu indikasi unrtuk setiap kelompok aset
dan laibilitas yang mana setiap dasar pengukuran diterapkan.
117. Dalam memutuskan apakah kebijakan akuntansi tertentu diungkapkan, manajemen
mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut akan membantu pengguna untuk
memahami bagaimana transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya tercermin laporan kinerja
keuangan dan posisi keuangan yang dilaporkan. Pengungkapan kebijakan akuntansi tertentu
bermanfaat bagi pengguna terutama ketika kebijakan akuntansi tersebut dipilih dari beberapa
alternatif yang diperkenankan dalam SAK. Misalnya pengungkapan apakah venture
mengakui bagian partisipasinya dalam entitas yang dikendalikan secara bersama dengan
menggunakan konsolidasi proporsional atau metode ekuitas (lihat PSAK 12). Beberapa SAK
secara khusus mensyaratkan pengungkapan kebijakan akuntansi tertentu, termasuk pilihan
yang dibuat oleh manajemen di antara kebijakan akuntansi berbeda yang diperkenankan.
Misalnya, PSAK 16 (Revisi 2007) mensyaratkan pengungkapan dasar pengukuran yang
digunakan untuk mengelompokkan aset tetap.
118. Setiap entitas mempertimbangkan sifat kegiatan operasi dan kebijakan yang diharapkan
pengguna laporan keuangan untuk diungkapkan oleh entitas yang berjenis seperti itu. Sebagai
contoh, pengguna akan mengharapkan suatu entitas yang menjadi objek pajak penghasilan
untuk mengungkapkan kebijakan akuntansi tentang pajak penghasilan, termasuk kebijakan
yang diterapkan atas aset dan laibilitas pajak tangguhan. Ketika entitas memiliki kegiatan
usaha luar negeri atau transaksi dalam mata uang asing yang signifikan, maka pengguna akan
mengharapkan pengungkapan kebijakan akuntansi untuk pengakuan keuntungan dan
kerugian mata uang asing.
119. Suatu kebijakan akuntansi mungkin menjadi signifikan karena sifat kegiatan operasi
entitas meskipun jumlah pada periode berjalan dan periode sebelumnya tidak material.
Entitas juga dapat mengungkapkan setiap kebijakan akuntansi yang tidak secara khusus
disyaratkan oleh SAK tetapi entitas memilih dan menerapkannya sesuai dengan PSAK 25.
120. Entitas mengungkapkan, dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan atau
catatan atas laporan keuangan lainnya, pertimbangan (selain yang telah tercakup dalam
estimasi (lihat paragraf 123)) yang telah dibuat manajemen dalam proses penerapan
kebijakan akuntansi dan memiliki dampak yang paling signifikan terhadap jumlah yang
diakui dalam laporan keuangan.
121. Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi, manajemen membuat berbagai
pertimbangan (selain yang telah tercakup dalam estimasi) yang secara signifikan dapat
memengaruhi jumlah yang diakui dalam laporan keuangan. Misalnya, manajemen membuat
pertimbangan dalam menentukan :
(a) apakah aset keuangan merupakan investasi yang dikategorikan sebagai "dimiliki hingga
jatuh tempo";
(b) kapan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan aset
keuangan dan aset sewa akan dialihkan kepada entitas lain;
(c) apakah secara substansi penjualan produk tertentu merupakan perjanjian pembiayaan dan
dengan demikan tidak meningkatkan pendapatan; dan
(d) apakah substansi hubungan antara entitas dan entitas bertujuan khusus menunjukkan
bahwa entitas tersebut mengendalikan entitas bertujuan khusus.
122. Beberapa pengungkapan yang dibuat sesuai dengan paragraf 120 disyaratkan oleh SAK
lain. Misalnya, PSAK 4:
Laporan Keuangan Konsolidasi mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan alasan mengapa
hak kepemilikan entitas tidak menimbulkan pengendalian, dalam hal investee bukan
merupakan suatu entitas anak meskipun lebih dari setengah hak suara atau hak suara
potensial dimiliki secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak lain.
PSAK 13 (Revisi 2007): Properti Investasi mensyaratkan pengungkapan criteria yang
dikembangkan oleh entitas untuk membedakan property investasi dari properti yang
digunakan sendiri dan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, jika
pengklasifikasian properti sulit dilakukan.
Sumber Estimasi Ketidakpastian
123. Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa
depan, dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode
pelaporan, yang memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material
terhadap jumlah tercatat aset dan laibilitas dalam periode pelaporan berikutnya.
Berkaitan dengan aset dan laibilitas tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukkan
rincian atas:
(a) sifat; dan
(b) jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
124. Penetapan jumlah tercatat dari beberapa aset dan laibilitas mensyaratkan estimasi
pengaruh ketidakpastian atas peristiwa masa depan terhadap aset dan laibilitas tersebut pada
akhir periode pelaporan. Misalnya, dalam hal tidak tersedianya harga pasar kini yang
diobservasi, maka estimasi berorientasi masa depan diperlukan untuk mengukur jumlah yang
dapat dipulihkan kembali atas kelompok aset tetap, dampak keusangan teknologi atas
persediaan, penyisihan yang tergantung pada hasil masa depan dari proses litigasi yang masih
berjalan, dan laibilitas imbalan kerja jangka panjang seperti laibilitas pensiun. Estimasi
tersebut memasukkan asumsi tentang penyesuaian risikoatas arus kas dan tingkat diskonto,
perubahan gaji di masa depan, dan perubahan harga di masa depan yang memengaruhi biaya-
biaya lainnya.
125. Asumsi dan sumber estimasi ketidakpastian lainnya yang diungkapkan sesuai dengan
paragaraf 123 terkait dengan estimasi yang membutuhkan pertimbangan manajemen yang
paling sulit, subyektif atau kompleks. Dengan semakin bertambahnya variabel dan asumsi
yang memengaruhi kemungkinan penyelesaian masa depan atas ketidakpastian, maka
pertimbangan tersebut menjadi semakin subyektif dan kompleks, dan potensi dilakukannya
penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan laibilitas semakin meningkat.
126. Pengungkapan sebagaimana dimaksud pada paragraph 123 tidak dipersyaratkan bagi
aset dan laibilitas dengan risiko signifikan dengan jumlah tercatat aset dan laibilitas tersebut
dapat berubah secara material selama periode tahun berikutnya jika, pada akhir periode
pelaporan, aset dan laibilitas tersebut diukur dengan menggunakan nilai wajar berdasarkan
pada harga pasar kini yang diobservasi. Nilai wajar tersebut dapat berubah secara material
selama periode pelaporan berikutnya namun perubahan ini tidak berasal dari asumsi atau
sumber estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode pelaporan.
127. Entitas menyajikan pengungkapan pada paragraf 123 dalam suatu cara yang dapat
membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami pertimbangan yang dibuat
manajemen tentang masa depan dan tentang sumber estimasi ketidakpastian lainnya. Sifat
dan luasnya informasi yang diberikan bervariasi sesuai dengan sifat asumsi dan kondisi
lainnya. Contoh pengungkapan yang dibuat adalah:
(a) sifat asumsi atau estimasi ketidakpastian lainnya;
(b) sensitivitas jumlah tercatat terhadap metode, asumsi dan estimasi yang mendasari
penghitungan jumlah tercatat tersebut, termasuk alasan atas sensitivitas tersebut;
(c) penyelesaian yang diharapkan atas ketidakpastian dan kisaran hasil yang mungkin selama
periode pelaporan berikutnya atas jumlah tercatat aset dan laibilitas yang terpengaruh; dan
(d) penjelasan tentang perubahan yang dilakukan terhadap asumsi sebelumnya yang terkait
dengan aset dan laibilitas tersebut, jika ketidakpastian tetap belum dapat diselesaikan.
128. Pernyataan ini tidak mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi anggaran
atau prakiraan dalam membuat pengungkapan pada paragraf 123.
129. Seringkali tidak praktis untuk mengungkapkan dampak yang mungkin timbul dari
asumsi atau sumber estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode pelaporan. Dalam
kondisi tersebut, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki saat itu, entitas mengungkapkan
bahwa merupakan hal yang mungkin terjadi bahwa hasil selama tahun buku berikutnya yang
berbeda dari asumsi akan membutuhkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat dari
aset atau laibilitas yang terpengaruh. Dalam semua hal, entitas mengungkapkan sifat dan
jumlah tercatat dari aset atau laibilitas tertentu (atau kelompok aset atau laibilitas) yang
terpengaruh oleh asumsi
tersebut.
130. Pengungkapan dalam paragraf 120 mengenai pertimbangan tertentu yang dibuat
manajemen dalam rangka menerapkan kebijakan akuntansi tidak terkait dengan
pengungkapan sumber estimasi ketidakpastian pada paragraf 123.
131. SAK lainnya mensyaratkan pengungkapan dari beberapa asumsi yang mungkin
sebaliknya dipersyaratkan sesuai dengan paragraf 123. Misalnya, PSAK 57 mensyaratkan
pengungkapan (dalam kondisi tertentu) mengenai asumsi utama yang berhubungan dengan
peristiwa masa datang yang memengaruhi beberapa jenis laibilitas diestimasi. PSAK 31
mensyaratkan pengungkapan asumsi signifikan yang digunakan entitas dalam mengestimasi
nilai wajar dari aset dan laibilitas keuangan yang dicatat pada nilai wajar. PSAK 16 (Revisi
2007) mensyaratkan pengungkapan asumsi signifkan yang digunakan dalam mengestimasi
nilai wajar dari aset tetap yang direvaluasi.
Modal
132. Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi tujuan, kebijakan dan proses entitas dalam mengelola
permodalannya.
133. Untuk mematuhi paragraf 132, entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
(a) informasi kualitatif tentang tujuan, kebijakan dan proses entitas dalam mengelola
permodalannya, termasuk:
(i) deskripsi tentang apa yang dikelola sebagai modal;
(ii) ketika entitas diharuskan untuk memenuhi persyaratan permodalan eksternal, sifat
persyaratan dan bagaimana persyaratan tersebut diimplementasikan ke dalam pengelolaan
permodalan; dan
(iii) bagaimana entitas memenuhi tujuannya dalam mengelola permodalannya.
(b) ringkasan data kuantitatif tentang apa yang diaturnya sebagai modal. Beberapa entitas
menganggap laibilitas keuangan (misalnya beberapa bentuk utang subordinasi) sebagai
bagian dari modal. Entitas lain menganggap modal tidak termasuk beberapa komponen
ekuitas (misalnya komponen yang timbul dari lindung nilai arus kas).
(c) setiap perubahan (a) dan (b) dari periode sebelumnya
(d) apakah selama periode entitas mematuhi setiap persyaratan permodalan eksternal .
(e) ketika entitas tidak mematuhi persyaratan permodalan eksternal tersebut, konsekuensi dari
ketidakpatuhan tersebut. Entitas mendasarkan pengungkapan tersebut dari informasi yang
diberikan secara internal kepada personal manajemen kunci.
134. Entitas dapat mengelola modal dalam beberapa cara dan dapat tergantung pada
persyaratan permodalan yang berbeda. Misalnya, entitas konglomerasi mungkin mencakup
entitas yang melakukan kegiatan asuransi dan perbankan dan aktivitas tersebut mungkin
melakukan kegiatan operasi di beberapa yurisdiksi. Ketika pengungkapan keseluruhan atas
persyaratan modal dan bagaimana modal dikelola tidak memberikan informasi yang berguna
atau dapat mengacaukan pemahaman pengguna laporan keuangan atas sumber permodalan
entitas, maka entitas mengungkapkan informasi terpisah untuk masing-masing persyaratan
modal yang berlaku bagi entitas.
Instrumen Keuangan Puttable yang Diklasifikasikan sebagai Ekuitas
134A. Instrumen keuangan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk menjual
instrumen itu kembali pada penerbitnya baik secara kas atau dengan aset keuangan
lainnya (puttable financial instrument) yang diklasifikasi sebagai instrumen ekuitas
diungkapkan (jika tidak diungkapkan dimanapun):
(a) ikhtisar data kuantitatif mengenai jumlah yang diklasifikasikan sebagai ekuitas;
(b) tujuan, kebijakan dan proses pengelolaan kewajiban untuk membeli kembali atau
menarik instrument tersebut jika dipersyaratkan oleh pemegang instrumen, termasuk
setiap perubahan dari periode sebelumnya;
(c) prakiraan arus kas keluar pada saat pembelian kembali atau penarikan instrumen
tersebut; dan
(d) informasi tentang bagaimana penentuan prakiraan arus kas keluar pada saat
pembelian kembali atau penarikan instrumen.
Pengungkapan Lain
135. Entitas mengungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan:
(a) jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian
laporan keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode
serta jumlah dividen per lembar sahamnya; dan
(b) jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.
136. Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian
manapun dalam informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
(a) domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian, alamat kantor pusat entitas
(atau lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor);
(b) keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utama;
(c) nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha.
TANGGAL EFEKTIF
137. Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahunan yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2011. Penerapan lebih dini dianjurkan. Jika entitas menerapkan
Pernyataan ini untuk periode yang lebih dini, maka fakta tersebut harus diungkapkan.
PENARIKAN
138. Pernyataan ini menggantikan PSAK 1 (Revisi 1998):
Penyajian Laporan Keuangan.
LAMPIRAN
Lampiran ini melengkapi, tapi bukan bagian dari PSAK 1.
Ilustrasi struktur laporan keuangan
01. PSAK 1 mengatur komponen laporan keuangan dan persyaratan minimum pengungkapan
di dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, dan laporan perubahan
ekuitas. PSAK 1 juga mengungkapkan lebih lanjut pos-pos yang disajikan baik dalam
komponen laporan keuangan yang relevan atau catatan atas laporan keuangan. Lampiran ini
memberikan contoh sederhana tentang bagaimana ketentuan PSAK 1 terkait laporan posisi
keuangan, laporan laba-rugi komprehensif, dan laporan perubahan ekuitas dapat terpenuhi.
Entitas dapat mengubah urutan penyajian, judul laporan dan istilah yang digunakan untuk
menjelaskan pos-pos jika diperlukan untuk memenuhi kondisi tertentu.
02. Lampiran ini terbagi dalam 3 bagian. Paragraf 03-06 memberikan contoh penyajian
laporan keuangan. Paragraf 07- 09 memberikan contoh penentuan penyesuaian reklasfikasi
atas aset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai dengan PSAK 55
(Revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Paragraf 10 dan 11
memberikan contoh pengungkapan permodalan.
03. Ilustrasi laporan posisi keuangan menunjukkan salah satu cara bagaimana entitas dapat
menyajikan laporan posisi keuangan dengan membedakan pos aset lancar dan tidak lancer
dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang. Format lain dapat digunakan sepanjang
dapat menunjukkan perbedaan tersebut secara jelas.
04 Ilustrasi-ilustrasi menggunakan istilah "pendapatan komprehensif" untuk menunjukkan
seluruh komponen pendapatan komprehensif, termasuk laba rugi. Ilustrasi-ilustrasi
menggunakan istilah "pendapatan komprehensif lain" untuk menunjukkan pendapatan dan
beban yang temasuk dalam pendapatan komprehensif tetapi tidak termasuk dalam laba rugi.
PSAK 1 tidak mensyaratkan entitas untuk menggunakan istilah tersebut dalam laporan
keuangannya.
05. Dua laporan laba rugi komprehensif diberikan, untuk mengilustrasikan alternatif
penyajian pendapatan dan beban dalam satu laporan atau dua laporan. Laporan laba rugi
komprehensif tunggal mengilustrasikan pengklasifikasian pendapatan dan beban dalam
bagian laba atau rugi berdasarkan fungsi. Laporan laba rugi terpisah (di dalam contoh ini
adalah "laporan laba rugi") mengilustrasikan pengklasifikasian pendapatan dan beban dalam
bagian laba atau rugi berdasarkan sifat.
06. Contoh-contoh tidak dimaksudkan untuk mengilustrsikan seluruh aspek dari SAK, atau
menyajikan satu set laporan keuangan lengkap, yang di dalamnya termasuk laporan arus kas,
ringkasan kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Bagian I: Ilustrasi Penyajian Laporan Keuangan
Kelompok Usaha XYZ – Laporan posisi keuangan per 31 Desember 20X7
(dalam ribuan rupiah)
31 Des 20X7 31 Des 20X6
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas 312.400 322.900
Piutang usaha 91.600 110.800
Persediaan 135.230 132.500
Aset lancar lainnya 25.650 12.540
Total aset lancar 564.880 578.740
Aset tidak lancar
Aset keuangan tersedia untuk dijual 142.500 156.000
Investasi dalam entitas asosiasi 100.150 110.770
Aset tetap 350.000 360.020
Aset tak berwujud lainnya 227.470 227.470
Goodwill 80.800 91.200
Total aset tidak lancar 901.620 945.460
Total Aset 1.466.500 1.524.200
LAIBILITAS
Laibilitas jangka pendek
Utang usaha dan terutang lainnya 115.100 187.620
Pinjaman jangka pendek 150.000 200.000
Bagian pinjaman jangka panjang 10.000 20.000
Utang pajak jangka pendek 35.000 42.000
Laibilitas diestimasi jangka pendek 5.000 4.800
Total laibillitas jangka pendek 315.100 454.420
Laibilitas jangka panjang
Pinjaman jangka panjang 120.000 160.000
Pajak tangguhan 28.800 26.040
Laibilitas diestimasi jangka panjang 28.850 52.240
Total laibilitas jangka panjang 177.650 238.280
Total Laibilitas 492.750 692.700
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk
Modal saham 650.000 600.000
Saldo laba 243.500 161.700
Komponen ekuitas lainnya 10.200 21.200
903.700 782.900
Kepentingan nonpengendali- 70.050 48.600
Total Ekuitas 973.750 831.500
Total Laibilitas dan Ekuitas 1.466.500 1.524.200
Kelompok Usaha XYZ – Laporan laba rugi komprehensif untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 20X7
(Ilustrasi penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan dan
pengklasifikasian beban dalam laba rugi berdasarkan fungsi)
(dalam ribuan rupiah)
20X7 20X6
Pendapatan 390.000 355.000
Beban pokok penjualan (245.000) (230.000)
Laba bruto 145.000 125.000
Pendapatan lainnya 20.667 11.300
Biaya distribusi (9.000) (8.700)
Beban administrasi (20.000) (21.000)
Beban lain-lain (2.100) (1.200)
Biaya pendanaan (8.000) (7.500)
Bagian laba entitas asosiasi (a) 35.100 30.100
Laba sebelum pajak 161.667 128.000
Beban pajak penghasilan (40.417) (32.000)
Labatahunberjalandarioperasiyangdilanjutkan 121.250 96.000
Kerugian tahun berjalan dari operasi yang dihentikan - (30.500)
LABA TAHUN BERJALAN 121.250 65.500
Pendapatan komprehensif lain:
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing (b) 5.334 10.667
Aset keuangan tersedia untuk dijual (b) (24.000) 26.667
Lindung nilai arus kas (b) (667) (4.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 3.367
Keuntungan (kerugian) aktuarial dari program pensiun manfaat pasti (667) 1.333
Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi (c) 400 (700)
Pajak penghasilan terkait (d) 4.667 (9.334)
Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak (14.000) 28.000
TOTAL PENDAPATAN KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN 107.250 93.500
Lanjutan...
20X7 20X6
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 97.000 52.400
Kepentingan non pengendali 24.250 13.100
121.250 65.500
Jumlah laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 85.800 74.800
Kepentingan non pengendali 21.450 18.700
107.250 93.500
Laba per saham (dalam satuan rupiah):
Dasar dan dilusian 0,46 0,30
Sebagai alternatif, komponen pendapatan komprehensif lain dapat disajikan dalam laporan
laba rugi komprehensif setelah pajak:
Pendapatan komprehensif lain setelah pajak:
20X7 20X6
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing 4.0000 8.000
Aset keuangan tersedia untuk dijual (18.000) 20.000
Lindung nilai arus kas (500) (3.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 600 2.700
Keuntungan (kerugian) actuarial program pensiun manfaat pasti (500) 1.000
Bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi 400 (700)
Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak (14.000) 28.000
Kelompok Usaha XYZ – Laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember
20X7
(Ilustrasi penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam dua laporan dan
pengklasifikasian beban dalam laba rugi berdasarkan sifat)
(dalam ribuan rupiah)
20X7 20X6
Pendapatan 390.000 355.000
Pendapatan lainnya 20.667 11.300
Perubahan dalam persediaan barang jadi dan barang dalam proses (115.100) (107.900)
Pekerjaan dilaksanakan oleh entitas dan dikapitalisasi 16.000 15.000
Bahan baku yang digunakan (96.000) (92.000)
Beban imbalan kerja (45.000) (43.000)
Beban penyusutan dan amortisasi (19.000) (17.000)
Penurunan nilai aset tetap (4.000) -
Beban lainnya (6.000) (5.500)
Biaya pendanaan (15.000) (18.000)
Bagian laba entitas asosiasi(e) 35.100 30.100
Laba sebelum pajak 161.667 128.000
Beban pajak penghasilan (40.417) (32.000)
Laba tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan 121.250 96.000
Kerugian tahun berjalan dari operasi yang dihentikan - (30.500)
LABA TAHUN BERJALAN 121.250 65.500
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 97.000 52.400
Kepentingan non pengendali 24.250 13.100
121.250 65.500
Laba per saham (dalam rupiah)
Dasar dan dilusian 0.46 0.30
Kelompok Usaha XYZ – Laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir
31 Desember 20X7
(Ilustrasi penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam dua laporan)
(dalam ribuan rupiah)
20X7 20X6
Laba tahun berjalan 121.250 65.500
Pendapatan komprehensif lain:
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing 5.334 10.667
Aset keuangan tersedia untuk dijual (24.000) 26.667
Lindung nilai arus kas (667) (4.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 3.367
Keuntungan (kerugian) actuarial program pensiun manfaat pasti (667) 1.333
Bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi(f) 400 (700)
Pajak penghasilan terkait(g) 4.667 (9.334)
Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak (14.000) 28.000
TOTAL LABA RUGI KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 107.250 93.500
Total laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 85.800 74.800
Kepentingan nonpengendali 21.450 18.700
107.250 93.500
Alternatif lainnya, komponen laporan pendapatan komprehensif lain dapat disajikan, bersih
setelah pajak. Lihat laporan laba rugi komprehensif yang mengilustrasikan penyajian
pendapatan dan beban dalam satu laporan.
Kelompok Usaha XYZ
Pengungkapan komponen pendapatan komprehensif lain(h)
Catatan atas laporan keuangan
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X7
(dalam ribuan rupiah)
2007 2006
Pendapatan komprehensif lain:
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing (i) 5.334 10.667
Aset keuangan tersedia untuk dijual:
Keuntungan tahun berjalan 1.333 30.667
Dikurangi: penyesuaian reklasifikasi atas keuntungan termasuk dalam laba rugi (25.333)
(24.000) (4.000) 26.667
Lindung nilai arus kas:
Keuntungan (kerugian) tahun berjalan (4.667) (4.000)
Dikurangi: penyesuaian reklasifikasi atas keuntungan yang termasuk dalam laba rugi 3.333 -
Dikurangi: penyesuaian atas jumlah yang di transfer kepada nilai tercatat awal item lindung
nilai 667 (667) - (4.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 3.367
Keuntungan (kerugian) actuarial program pensiun manfaat pasti (667) 1.333
Bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi 400 (700)
Pendapatan komprehensif lain (18.667) 37.334
Pajak penghasilan terkait(j) 4.667 (9.334)
Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan (14.000) 28.000
Kelompok Usaha XYZ
Pengungkapan pengaruh pajak terkait setiap komponen pendapatan komprehensif lain
Catatan atas laporan keuangan
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X7
(dalam ribuan rupiah)
2007 2006
Jumlah Manfaat Jumlah Jumlah Manfaat Jumlah sebelum (beban) neto setelah sebelum
(beban) neto setelah
pajak.
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing 5.334 (1.334) 4.000 10.677
(2.677) 8.000
Aset keuangan tersedia untuk dijual: (24.000) 6.000 (18.000) 26.667 (6.667) 20.000
Lindung nilai arus kas: (667) 167 (500) (4.000) 1.000 (3.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 (333) 600 3.367 (667) 2.700
Keuntungan (kerugian) aktuarial program pensiun manfaat pasti (667) 167 (500) 1.333 (333)
1.000
Bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi 400 - 400 (700) - (700)
Pendapatan komprehensif lain (18.667) 4.667 (14.000) 37.334 (9.334) 28.000
Kelompok Usaha XYZ– Laporan perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 20X7
(dalam ribuan rupiah)
Modal Saldo Penjabaran Aset Lindung Surplus Total Kepentingan Total ekuitas saham laba
mata uang keuangan nilai revaluasi non dari kegiatan tersedia arus pengendali usaha luar
untuk kas negeri dijual.
Saldo per 1 Januari 20X6 600.000 118.100 (4.000) 1.600 2.000 - 717.700 29.800 747.500
Perubahan kebijakan akuntansi - 400 - - - - 400 100 500
Saldo yang disajikan kembali 600.000 118.500 (4.000) 1.600 2.000 - 718.100 29.900 748.000
Perubahan ekuitas pada tahun 20X6
Dividen - (10.000) - - - - (10.000) - (10.000)
Total laba rugi komprehensif tahun berjalan (k) - 53.200 6.400 16.000 (2.400) 1.600 74.800
18.700 93.500
Saldo per
31 Desember 20X6 600.000 161.700 2.400 17.600 (400) 1.600 782.900 48.600 831.500
Lanjutan...
Modal Saldo Penjabaran Aset Lindung Surplus Total Kepentingan Total ekuitas saham laba
mata uang keuangan nilai revaluasi non dari kegiatan tersedia arus pengendali usaha luar
untuk kas negeri dijual.
Perubahan ekuitas pada tahun 20X7
Penerbitan modal saham 50.000 - - - - - 50.000 - 50.000
Dividen - (15.000) - - - - (15.000) - (15.000)
Total laba rugi komprehensif tahun berjalan (l) - 96.600 3.200 (14.400) (400) 800 85.800
21.450 107.250
Transfer ke saldo laba - 200 - - - (200) - - -
Saldo per
31 Desember 20X7 650.000 243.500 5.600 3.200 (800) 2.200 903.700 70.050 973.750
Bagian II: Contoh ilustrasi penentuan penyesuaian reklasifikasi
07. Pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan penyesuaian reklasifikasi
terkait dengan setiap komponen pendapatan komprehensif lain.
08. Lampiran ini memberikan ilustrasi perhitungan penyesuaian reklasifikasi untuk aset
keuangan yang tersedia untuk dijual yang diakui sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2006).
09. Pada 31 Desember 20X5, Kelompok Usaha XYZ membeli 1.000 saham (instrumen
ekuitas) dengan harga Rp. 10 per saham, dan mengklasifikasikannya sebagai tersedia untuk
dijual. Nilai wajar instrumen tersebut pada 31 Desember 20X6 adalah Rp.12; pada 31
Desember 20X7, nilai wajarnya meningkat menjadi Rp.15. Seluruh instrumen tersebut dijual
pada 31 Desember 20X7; tidak ada pembagian dividen yang diumumkan selama instrumen
tersebut dipegang oleh Kelompok Usaha XYZ. Tarif pajak yang dikenakan adalah 30%.
Perhitungan keuntungan
(dalam rupiah)
Sebelum Pajak Neto pajak penghasilan setelah pajak
Keuntungan yang diakui pada pendapatan komprehensif lain:
Tahun berakhir
31 Desember 20X6 2.000 (600) 1.400
Tahun berakhir
31 Desember 20X7 3.000 (900) 2.100
Total keuntungan 5.000 (1.500) 3.500
Jumlah yang dilaporkan dalam laba rugi dan pendapatan komprehensif lain untuk
tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X6 dan 31 Desember 20X7 20X7 20X6
Laba atau rugi:
Keuntungan penjualan instrumen 5.000
Beban pajak penghasilan (1.500)
Keuntungan neto yang diakui
dalam laba rugi 3.500
Pendapatan komprehensif lain:
Keuntungan selama tahun berjalan, neto setelah pajak 2.100 1.400
Penyesuaian reklasifikasi, neto setelah pajak (3.500) -
Keuntungan (kerugian) neto yang diakui pada pendapatan komprehensif lain (1.400) 1.400
2.100 1.400
Alternatif lainnya, komponen pendapatan komprehensif lain dapat disajikan bruto
sebelum pajak dengan menambahkan pos terpisah untuk dampak perpajakan:
Bagian III: Contoh ilustrasi pengungkapan permodalan (paragraf 132-134)
Entitas yang bukan merupakan institusi keuangan
10. Contoh berikut ini mengilustrasikan penerapan paragraph 132 dan133 untuk entitas bukan
institusi keuangan dan bukan subyek dari persyaratan permodalan yang diwajibkan oleh
pihak eksternal. Dalam contoh ini, entitas memonitor permodalan dengan menggunakan rasio
utang terhadap modal yang disesuaikan (debt-to-adjusted capital ratio). Entitas lain mungkin
menggunakan metode yang berbeda untuk memonitor permodalan. Contoh ini juga relatif
sederhana. Entitas menentukan sesuai dengan kondisinya, seberapa rinci pengungkapan yang
dilakukan dapat memenuhi persyaratan dalam paragraf 132 dan 133.
Fakta
Kelompok Usaha A memproduksi dan menjual mobil. Kelompok Usaha A mencakup entitas
anak pembiayaan yang menyediakan pembiayaan untuk pelanggan, terutama dalam bentuk
sewa. Kelompok Usaha A bukan subyek dari persyaratan permodalan yang diwajibkan oleh
pihak
eksternal.
Contoh pengungkapan
Tujuan dari Kelompok Usaha dalam mengelola permodalan adalah:
� Untuk melindungi kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usaha,
sehingga entitas dapat tetap memberikan imbal hasil bagi pemegang saham dan manfaat bagi
pemangku kepentingan lainnya, dan
� Untuk memberikan imbal hasil yang memadai kepada pemegang saham dengan
menentukan harga produk dan jasa yang sepadan dengan tingkat risiko. Kelompok Usaha
menetapkan sejumlah modal sesuai proporsi terhadap risiko. Kelompok Usaha mengelola
struktur modal dan membuat penyesuaian dengan memperhatikan perubahan kondisi
ekonomi dan karakteristik risiko aset yang mendasari. Untuk menjaga atau menyesuaikan
struktur modal, Kelompok Usaha mungkin menyesuaikan jumlah dividen yang dibayar
kepada pemegang saham, pengembalian modal kepada pemegang saham, penerbitan saham
baru, atau menjual asset untuk mengurangi utang. Konsisten dengan entitas lain dalam
industri, Kelompok Usaha memonitor modal dengan dasar rasio utang terhadap modal yang
disesuaikan. Rasio ini dihitung sebagai berikut: utang neto dibagi modal yang disesuaikan.
Utang neto dihitung: total utang (sebagaimana jumlah dalam laporan posisi keuangan)
dikurangi kas dan setara kas. Modal yang disesuaikan terdiri dari seluruh komponen ekuitas
(misalnya modal saham, agio saham, kepentingan non-pengendalai, saldo laba dan cadangan
revaluasi) selain jumlah akumulasi dalam ekuitas terkait dengan lindung nilai arus kas, dan
termasuk beberapa bentuk utang subordiansi. Selama 20X4, strategi Kelompok Usaha tidak
berubah sejak 20X3, yaitu mempertahankan rasio utang terhadap modal yang disesuaikan
pada batas bawah dari kisaran 6:1 sampai dengan 7:1, dalam rangka menjamin akses ke
pembiayaan dengan biaya yang wajar untuk mempertahankan peringkat kredit BB. Rasio
utang terhadap modal yang disesuaikan pada 31 Desember 20X4 dan 31 Desember 20X3
adalah sebagai berikut:
31 Des 20X4 31 Des 20X3
Jutaan Rupiah Jutaan Rupiah
Total utang 1.000 1.100
Dikurang: kas dan setara kas (90) (150)
Utang neto 910 950
Total ekuitas 110 105
Ditambah: instrumen utang subordinasi 38 38
Dikurang: jumlah akumulasi dalam ekuitas terkait lindung nilai arus kas (10) (5)
Modal disesuaikan 138 138
Rasio utang terhadap modal 6,6 6,9
Penurunan rasio utang terhadap modal disesuaikan selama 20X4 diakibatkan terutama dari
pengurangan utang neto yang terjadi dari penjualan entitas anak Z. Sebagai akibat dari
pengurangan utang neto, meningkatkan profitabilitas dan menurunkan tingkat piutang yang
dikelola, pembayaran dividen naik menjadi Rp. 2,8 juta untuk 20X4 (dari Rp. 2,5 juta untuk
20X3).
Entitas yang belum memenuhi persyaratan permodalan yang diwajibkan oleh pihak
eksternal
11. Contoh berikut ini mengilustrasikan penerapan paragraph 133 (e) ketika entitas belum
memenuhi persyaratan permodalan yang diwajibkan secara eksternal selama periode berjalan.
Pengungkapan lain akan diberikan untuk memenuhi persyaratan lainnya dalam paragraf 132
dan 133.
Fakta
Entitas A memberikan jasa keuangan kepada pelanggannya dan subyek dari persyaratan
permodalan yang diwajibkan oleh Regulator B. Selama tahun yang berakhir 31 Desember
20X7, Entitas A tidak memenuhi persyaratan permodalan yang diwajibkan oleh Regulator B.
Dalam laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X7, Entitas A
mengungkapkan hal-hal terkait dengan ketidakpatuhannya.
Contoh pengungkapan
Entitas A menyampaikan laporan kuartalan tentang pemenuhan permodalan yang
dipersyaratkan per 30 September 20X7 pada tanggal 20 Oktober 20X7. Pada tanggal tersebut,
permodalan yang dipersyaratkan bagi Entitas A berada di bawah persyaratan permodalan
yang diwajibkan oleh Regulator B sebesar Rp. 1 juta. Sebagai akibatnya, Entitas A
diwajibkan untuk menyampaikan suatu rencana kepada regulator yang mengindikasikan
bagaimana Entitas A akan meningkatkan permodalan yang dipersyaratkan. Entitas A
menyampaikan rencana yang menjelaskan penjualan sebagian dari portofolio ekuitas yang
tidak dikuotasi dengan nilai tercatat sebesar Rp. 11,5 juta dalam kuartal ke empat tahun
20X7. Dalam kuartal ke empat, Entitas A menjual portofolio investasi berbunga tetap sebesar
Rp. 12,6 juta dan memenuhi persyaratan permodalan yang ditentukan.
(a) Hal ini berarti bagian dari pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas asosiasi, yaitu setelah pajak dan kepemilikan
nonpengendali dalam entitas asosiasi.
(b) Hal ini mengilustrasikan penyajian agregat, dengan pengungkapan atas keuntungan atau
kerugian dan penyesuaian reklasifikasi tahun berjalan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Sebagai alternatif, penyajian secara bruto juga dapat digunakan.
(c) Hal ini berarti bagian dari pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas asosiasi, yaitu setelah pajak dan kepemilikan
nonpengendali dalam entitas asosiasi.
(d) Pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen pendapatan komprehensif lain
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
(e) Hal ini berarti bagian dari laba entitas asosiasi yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas asosiasi, yaitu setelah pajak dan kepemilikan nonpengendali dalam entitas asosiasi.
(f) Hal ini berarti bagian dari pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas asosiasi, yaitu setelah pajak dan kepemilikan
nonpengendali dalam entitas asosiasi.
(g) Pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen pendapatan komprehensif lain
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
(h) Jika entitas memilih penyajian agregat dalam laporan laba rugi komprehensif, maka
jumlah penyesuaian reklasifikasi dan keuntungan atau kerugian tahun berjalan disajikan
dalam catatan atas laporan keuangan.
(i) Tidak terdapat pelepasan kegiatan usaha luar negeri. Oleh karena itu, tidak ada
penyesuaian reklasifikasi untuk tahun sajian.
(j) Pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen pendapatan komprehensif lain
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
(k) Jumlah yang termasuk dalam saldo laba pada tahun 20X6 sebesar Rp.53.200
menunjukkan laba yang diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar Rp.52.400 ditambah
keuntungan aktuarial dari program pensiun manfaat pasti sebesar Rp.800 (Rp.1.333 dikurangi
pajak Rp.333 dan kepentingan nonpengendali Rp.200). Jumlah yang termasuk dalam
penjabaran, tersedia untuk dijual dan cadangan lindung nilai arus kas menunjukkan
pendapatan komprehensif lain untuk setiap komponen, neto setelah pajak dan kepentingan
non pengendali, yaitu pendapatan komprehensif lain terkait aset keuangan yang tersedia
untuk dijual pada tahun 20X6 sebesar Rp.16.000 (Rp.26.667, dikurangi pajak Rp.6.667 dan
kepentingan nonpengendali Rp.4.000). Jumlah yang termasuk dalam surplus revaluasi
sebesar Rp.1.600 menunjukkan bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi sebesar
(Rp.700) ditambah keuntungan atas revaluasi aset tetap sebesar Rp.2.300 (Rp.3.367 dikurangi
pajak sebesar Rp.667 dan kepentingan nonpengendali sebesar Rp.400). Pendapatan
komprehensif lain entitas asosiasi hanya terkait dengan keuntungan atau kerugian revaluasi
aset tetap.
(l) Jumlah yang termasuk dalam saldo laba pada tahun 20X7 sebesar Rp.96.600
menunjukkan laba yang diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar Rp.97.000 dikurang
kerugian aktuarial dari program pensiun manfaat pasti sebesar Rp.400 (Rp.667 dikurangi
pajak Rp.167 dan kepentingan nonpengendali Rp.100). Jumlah yang termasuk dalam
penjabaran, tersedia untuk dijual dan cadangan lindung nilai arus kas menunjukkan
pendapatan komprehensif lain untuk setiap komponen, neto setelah pajak dan kepentingan
non pengendali, yaitu pendapatan komprehensif lain terkait aset keuangan yang tersedia
untuk dijual pada tahun 20X7 sebesar Rp.3.200 (Rp.5.337, dikurangi pajak Rp.1.334 dan
kepentingan nonpengendali Rp.800). Jumlah yang termasuk dalam surplus revaluasi sebesar
Rp.800 menunjukkan bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi sebesar Rp.400
ditambah keuntungan atas revaluasi aset tetap sebesar Rp.400 (Rp.933 dikurangi pajak
sebesar Rp.333 dan kepentingan nonpengendali sebesar Rp.200). Pendapatan komprehensif
lain entitas asosiasi hanya terkait dengan keuntungan atau kerugian revaluasi aset tetap.
PSAK 1 (2009).pmd 67 6/19/2009, 10:48 AM
EXPOSURE DRAFT
EXPOSURE DRAFT
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN
PSAK No. 1 21 April 2009
(Revisi 2009)
IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas
exposure draft ini diharapkan dapat diterima paling lambat tanggal 30 September 2009 oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK 1 (2009).pmd 68 6/19/2009, 10:48 AM
ED No.
1
(Revisi 2009)
Hak cipta © 2009, Ikatan Akuntan Indonesia
PERNYATAAN
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN
Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
Jl. Sindanglaya No. 1 Menteng, Jakarta Pusat 10310
Telp. (021) 319 04232
Fax. (021) 724 5078
Homepage: www.iaiglobal.or.id
Email: iai-info@akuntan-iai.or.id, dsak@iaiglobal.or.id
ii
Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan hanya untuk
ditanggapi dan dikomentari. Saran - saran dan masukan untuk menyempurnakan draft ini
masih dimungkinkan sebelum diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Tanggapan tertulis atas draft ini paling lambat diterima pada
30 September 2009. Tanggapan dikirimkan ke:
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia
Jl. Sindanglaya No.1,
Menteng,
Jakarta 10310
Fax: 62-21 724-5078
E-mail: iai-info@iaiglobal.or.id
Hak Cipta © 2009 Ikatan Akuntan Indonesia
Exposure Draft (ED) ini dibuat dengan tujuan untuk
penyiapan tanggapan dan komentar yang akan dikirimkan
ke Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Penggandaan
ED ini oleh individu/organisasi/lembaga dianjurkan dan
diizinkan untuk penggunaan di atas dan tidak untuk
diperjualbelikan.
E-mail: iai-info@iaiglobal.or.id & dsak@iaiglobal.or.id
Pengantar
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui Exposure
Draft PSAK 1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan
dalam rapatnya pada tanggal 21 April 2009 untuk disebarluaskan
dan ditanggapi oleh kalangan anggota IAI, Dewan Konsultatif SAK,
Dewan Pengurus Nasional IAI, perguruan tinggi dan individu/
organisasi/lembaga lain yang berminat.
Tanggapan akan sangat berguna jika memaparkan permasalahan
secara jelas dan alternatif saran yang didukung dengan alasan.
Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan
Keuangan merevisi PSAK 1 (1998): Penyajian Laporan
Keuangan. Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian
Laporan Keuangan merupakan adopsi dari IAS 1: Presentation
of Financial Statements.
Exposure Draft ini disebarluaskan dalam bentuk buku, sisipan
dokumen dalam majalah Akuntan Indonesia, homepage IAI:
www.iaiglobal.or.id
Jakarta, 21 April 2009
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
M. Jusuf Wibisana Ketua
Jan Hoesada Anggota
Dudi M. Kurniawan Anggota
Siddharta Utama Anggota
Agus Edy Siregar Anggota
Etty Retno Wulandari Anggota
Roy Iman Wirahardja Anggota
Riza Noor Karim Anggota
Merliyana Syamsul Anggota
Meidyah Indreswari Anggota
Budi Susanto Anggota
Ferdinand D. Purba Anggota
Irsan Gunawan Anggota
Jumadi Anggota
L. Sensi Wondabio Anggota
Rosita Uli Sinaga Anggota
Saptoto Agustomo Anggota
Setiyono Miharjo Anggota
Ikhtisar Ringkas
Secara umum perbedaan ED PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian
Laporan Keuangan dengan PSAK 1 (Revisi 1998): Penyajian
Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
Perihal ED PSAK 1 (Revisi 2009) PSAK 1 (Revisi 1998)
Referensi ED PSAK 1 (Revisi 2009) PSAK 1 (Revisi 1998)
mengadopsi IAS 1 mengadopsi IAS 1
Presentation of Financial Disclosure of
Statements (2009) Accounting Policies
(1997)
Terjemahan Laibilitas Kewajiban
untuk
liability
Definisi istilah Terdapat definisi istilah Tidak terdapat
yang digunakan, yaitu definisi istilah yang
laporan keuangan untuk digunakan.
tujuan umum, tidak praktis,
standar akuntansi
keuangan, material, catatan
atas laporan keuangan,
penghasilan komprehensif
lain, pemilik, laba atau rugi.
Informasi yang Informasi yang disajikan Informasi yang
disajikan dalam dalam laporan keuangan disajikan dalam
laporan meliputi: laporan keuangan
keuangan a. Aset meliputi:
b. Kewajiban a. Aset
c. Ekuitas b. Kewajiban
d. Pendapatan dan c. Ekuitas
beban d. Pendapatan dan
e. Kontribusi dari dan beban
distribusi kepada e. Arus kas
pemilik dalam
kapasitasnya sebagai
pemilik
f. Arus kas
Tanggung jawab Tidak mengatur mengenai Manajemen
atas laporan pihak yang bertanggung bertanggung jawab
keuangan jawab atas laporan atas laporan
keuangan. keuangan.
Penyajian Laporan Keuangan ED PSAK No. 1 (Revisi 2009)
Komponen Komponen Komponen laporan
laporan keuangan yang lengkap: keuangan yang
keuangan a. Laporan posisi keuangan lengkap:
yang lengkap (neraca) a. Neraca
b. Laporan laba rugi b. Laporan laba rugi
komprehensif c. Laporan perubahan
c. Laporan perubahan ekuitas ekuitas
d. Laporan arus kas d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan e. Catatan atas
keuangan laporan keuangan
f. Laporan posisi keuangan
awal periode komparatif
sajian akibat penerapan
retrospektif,
penyajian kembali,
atau reklasifikasi pos-pos
laporan keuangan
Kepatuhan Entitas membuat Tidak diatur bahwa
terhadap SAK pernyataan kepatuhan laporan keuangan
atas SAK dalam laporan yang memuat
keuangan. pernyataan
kepatuhan entitas
atas SAK
Penyimpangan Penyimpangan dari suatu Tidak diatur adanya
dari suatu PSAK diijinkan jika penyimpangan dari
PSAK kepatuhan atas PSAK suatu PSAK
tersebut bertentangan
dengan tujuan laporan
keuangan dalam KDPPLK.
.
Pemilihan dan Tidak diatur bagaimana Terdapat pengaturan
penerapan memilih dan menerapkan bagaimana memilih
kebijakan kebijakan akuntansi dan menerapkan
akuntansi ketika tidak diatur dalam kebijakan akuntansi
ketika tidak suatu PSAK. Hal tersebut ketika tidak diatur
diatur dalam akan diatur dalam PSAK dalam suatu PSAK.
PSAK 25, jika PSAK 25 sudah
mengadopsi IAS 8 terkini.
Tepat waktu Tidak diatur kapan entitas Entitas sebaiknya
sebaiknya mengeluarkan mengeluarkan laporan
laporan keuangan. keuangan paling lama
4 bulan setelah
tanggal neraca.
Pos-pos yang Pos-pos berikut termasuk Pos-pos minimal
minimal disajikan yang minimal disajikan yang disajikan dalam
dalam laporan dalam laporan posisi laporan keuangan
posisi keuangan keuangan: tidak mencakup posa.
properti investasi pos tersebut.
b. aset biolojik
c. total aset yang
diklasifikasikan sebagai
’dimiliki untuk dijual’
(held for sale) dan
aset yang masuk dalam
kelompok lepasan
(disposal groups) yang
diklasifikasikan sebagai
’dimiliki untuk dijual’
d. kewajiban dan aset
pajak kini
e. kewajiban pajak tangguhan
dan aset pajak tangguhan
f. kewajiban yang termasuk
dalam kelompok lepasan
yang diklasifikasikan
sebagai ’dimiliki untuk
dijual’.
Klasifikasikan Laibilitas keuangan yang Laibilitas tersebut
laibilitas yang dibiayai kembali yang diklasifikasikan
dibiayai kembali akan jatuh tempo dalam sebagai laibilitas
12 bulan setelah periode jangka panjang.
pelaporan diklasifikasikan
sebagai laibilitas jangka
pendek, jika entitas tidak
memiliki hak tanpa syarat
untuk membiayai kembali.
Klasifikasi Pelanggaran perjanjian Tidak diatur mengenai
laibilitas yang utang yang mengakibatkan hal tersebut.
terjadi kreditur meminta percepatan
pelanggaran pembayaran, maka laibilitas
perjanjian utang. tersebut disajikan sebagai
laibilitas jangka pendek,
meskipun kreditur
mengijinkan penundaan
pembayaran selama 12
bulan setelah tanggal
pelaporan tetapi
persetujuan tersebut
diperoleh setelah
tanggal pelaporan.
Pos luar biasa Penggunaan istilah Penggunaan istilah
“pos luar biasa” “pos luar biasa”
tidak diperkenankan. diperkenankan.
Pos-pos yang Pos-pos berikut termasuk Pos-pos yang minimal
minimal harus yang minimal disajikan disajikan dalam
disajikan dalam dalam laporan laba rugi laporan laba rugi
laporan laba (bagian dari laporan laba tidak termasuk:
rugi rugi komprehensif): a. Beban keuangan
komprehensif a. Beban keuangan b. Keuntungan atau
b. Keuntungan atau kerugian dari
kerugian dari operasi operasi yang
yang dihentikan. dihentikan
c. Bagian pendapatan c. Bagian pendapatan
komprehensif lain dari komprehensif lain
entitas asosiasi dari entitas asosiasi
dan joint ventures yang dan joint ventures
menggunakan metode yang menggunakan
ekuitas. metode ekuitas.
Kepentingan a. Istilah yang digunakan a. Istilah yang
non-pengendali adalah “hak non digunakan adalah
(non- pengendali” “hak minoritas”.
controlling b. Dalam laporan posisi b. Dalam laporan
interest) keuangan, hak non posisi keuangan,
pengendali disajikan hak minoritas
dalam ekuitas. disajikan secara
c. Dalam laporan laba rugi terpisah antara
dan laporan laba rugi laibilitas dan
komprehensif, laba neto ekuitas.
dialokasikan ke pemilik c. Hak minoritas
ekuitas entitas induk atas laba atau
dan hak nonpengendali. rugi disajikan
sebagai pengurang
laba neto.
Pengungkapan Pengungkapan yang diatur Tidak mengatur
secara eksplisit mengenai pengungkapan secara
pertimbangan yang telah eksplisit.
dibuat manajemen dalam
penerapan kebijakan
akuntansi, sumber estimasi
ketidakpastian, dan
permodalan.
Perbedaan ED PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan
Keuangan dengan IAS 1 (2009): Presentation of Financial
Statements
ED PSAK 1 (2009): Penyajian Laporan Keuangan
mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 1 (2009):
Presentation of Financial Statements, kecuali untuk paragrafparagraf
berikut:
1. IAS 1 paragraf 2 yang menjadi PSAK 1 paragraf 2
mengenai ruang lingkup, yang mana ditambahkan kalimat
yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak berlaku untuk
entitas syariah karena penyajian laporan keuangan syariah
diatur dalam PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
2. IAS 1 paragraf 5, mengenai penerapan IAS 1 bagi entitas
nirlaba dan entitas sektor publik, dihilangkan. Karena
pelaporan keuangan entitas nirlaba diatur dalam PSAK
45: Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dan entitas
sektor publik diatur dalam standar akuntansi pemerintah
bukan standar akuntansi keuangan.
3. IAS 1 paragraf 6, mengenai penerapan IAS 1 bagi entitas
tanpa ekuitas (misalnya reksa dana) dan entitas yang
modalnya bukan ekuitas (misalnya koperasi), dihilangkan.
Karena penyajian laporan keuangan reksa dana diatur
dalam PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana dan koperasi
diatur dalam PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian.
4. Implementation Guidance dari IAS 1 tentang ilustrasi
penyajian laporan posisi keuangan disesuaikan dengan
penyajian laporan posisi keuangan (neraca) yang selama
ini berlaku di Indonesia. Implementation Guidance
tersebut menyajikan laporan posisi keuangan sebagai
berikut:
Aset Ekuitas
Aset tidak lancar Ekuitas yang dapat
diatribusikan ke pemilik
entitas induk
Aset lancar Hak non-pengendali
Laibilitas
Laibilitas jangka panjang
Laibilitas jangka pendek
Sementara Lampiran dari ED PSAK 1 menyajikan laporan
posisi keuangan sebagai berikut:
Aset Laibilitas
Aset lancar Laibilitas jangka pendek
Aset tidak lancar Laibilitas jangka panjang
Ekuitas
Hak non-pengendali
Ekuitas yang dapat
diatribusikan ke pemilik
entitas induk

You might also like