Professional Documents
Culture Documents
ABORTUS INKOMPLIT
Oleh :
Dorothy Eugene Nindya W
G99142120
Sri Retnowati
G99151045
Pembimbing :
dr. Deyna Primavita Pahlevi, Sp.OG
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus inkomplit merupakan komplikasi pada kehamilan yang hingga
saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian ibu. Angka kejadian abortus
spontan diperkirakan mencapai 10-17 % dari seluruh kehamilan, termasuk
didalamnya adalah abortus inkomplit. Oleh karena itu diperlukan penanganan
segera untuk mencegah timbulnya komplikasi.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa pertolongan
segera merupakan langkah yang sangat penting dalam upaya menyelamatkan
penderita abortus inkomplit. Abortus inkomplit adalah kasus yang penting yang
harus dikuasai oleh dokter ataupun pekerja medis yang lain karena bila
penanganan yang dilakukan tidak tepat, dapat menimbulkan akibat fatal, bahkan
dapat berakhir pada kematian ibu.
Prinsip penatalaksanaan abortus inkomplit adalah pengosongan sisa massa
kehamilan dari kavum uteri. Tersedianya pelayanan kesehatan pasca abortus
diberbagai tingkat pelayanan kesehatan dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas abortus inkomplit.
Dalam tinjauan kasus ini akan dibahas bagaimana teori tentang abortus
inkomplit, laporan kasus, dan pembahasan kasus, apakah sudah sesuai dengan
teori, atau belum. Diharapkan dengan tinjauan kasus ini dapat dimengerti lebih
baik tentang abortus inkomplit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus
1. Definisi
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah
berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau tanpa pengeluaran
hasil konsepsi.1 Di Amerika Serikat pengertian dibatasi sebagai suatu
berakhirnya kehamilan sebelum berumur 20 minggu
yang didasarkan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus disertai
perdarahan yang banyak.
2. Etiologi
Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan abortus. Secara
garis besar, dapat dibagi menjadi faktor fetal, maternal, dan paternal.1,4,5
Faktor fetus, Kebanyakan abortus disebabkan oleh defek intrinsik
pada fetus seperti germ cell abnormal, abnormalitas kromosom konseptus,
defek implantasi, defek plasenta atau embrio yang berkembang, trauma
pada fetus, dan juga penyebab-penyebab lain yang belum diketahui.3
Faktor maternal. Berbagai kelainan pada ibu dapat menyebabkan
abortus, antara lain infeksi, penyakit kronis seperti TBC, hipertensi kronis
atau suatu karsinoma, abnormalitas endokrin berupa hipotiroid, diabates
melitus, maupun defisiensi progesteron. Selain itu juga bisa disebabkan
oleh faktor nutrisi, penggunaan obat tertentu yang bersifat teratogenik dan
faktor lingkungan (tembakau, alkohol, kafein, radiasi, kontrasepsi, toksin
deri lingkungan), kelainan imunologik, trombofilia, dan defek pada uterus
(kelainan pada uterus maupun serviks), serta infeksi TORCH.1
Faktor paternal. Hanya sedikit yang diketahui mengenai faktor
paternal dalam perkembangan abortus spontan. Sudah jelas bahwa
translokasi pada sperma dapat menyebabkan aborsi. Kulcsar et al
menemukan adenovirus pada 40% sampel semen dari pria steril. Virus
juga ditemukan dalam bentuk laten pada 60% sel, dan virus yang sama
ditemukan pada abortus.1
3. Patofisiologi
Setiap abortus spontan pada mulanya didahului oleh proses
perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh proses nekrosis
pada jaringan sekitar daerah yang mengalami perdarahan itu. Dengan
demikian konseptus terlepas sebagian atau seluruhnya dari tempat
implantasinya. Pada keguguran yang terjadi sebelum kehamilan kurang
dari 8 minggu pelepasannya dapat terjadi sempurna sehingga terjadi
abortus kompletus oleh karena villi koreales belum tumbuh terlalu
kecil.
Dengan
masuknya
cairan
jaringan
indikasi
medis
dengan
alasan
bahwa
kehamilan
6) Abortus infeksiosus
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia. Diagnosis ditegakkan dengan adanya abortus yang
disertai gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang
membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
7) Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20
minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih. 6
B. Abortus Inkomplit
1. Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus disertai perdarahan yang banyak.
2. Etiologi
a. Abnormalitas embrionik
Didapatkan sekitar 80% pada trimester pertama dari abortus.
Abnormalitas kromosom paling sering sebagai penyebab. Autosom
trisomi didapatkan lebih dari setengah dari kariotipe abnormal, dan
monosom adalah anomali tersering. Lebih dari 90% dari kelainan
selular dan morfologi akan menjadi abortus. Kelainan kromosomal
ditemukan lebih dari 75% dari abortus pada fetus pada trimester
pertama. Jumlah kelainan kromosom meningkat dengan meningkatnya
umur ibu. Wanita lebih muda dari umur 30 th rate terjadinya abortus
sekitar 12%, kemudian meningkat 50% pada wanita diatas 45 th.
b. Faktor maternal
Didapatkan sebagian besar pada trimester kedua. Penyebabnya dapat
berupa faktor yang bersifat kronis pada ibu, diantaranya berupa:
(Cytomegalovirus,
rubella,
toksoplasmosis,
listeria,
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. 7
4. Penatalaksanaan
Tatalaksana abortus inkomplit menurut Kemenkes8:
a. Lakukan konseling.
b. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
c. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah
metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila
AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan
ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
d. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin
dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes
per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
e. Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2
jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
f. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb
>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
Penanganan abortus inkomplit disertai syok karena perdarahan segar harus
diberikan infus intravena cairan NaCI fisiologik atau cairan Ringer yang
segera disusul dengan darah. Setelah syok diatasi, dilakukan kuretase.
Pasca tindakan ergometrin intramuskuler untuk mempertahankan kontraksi
uterus.7
5. Komplikasi
10
BAB III
STATUS PENDERITA
A.
ANAMNESIS
Tanggal 28 Februari 2016
1. Identitas Penderita
Nama
: Ny. M
Umur
: 41 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
: Pejagoan, Kebumen
Status Perkawinan
: Kawin
HPMT
: 16 Desember 2015
HPL
: 23 September 2016
UK
: 10 minggu +1 hari
Tanggal Masuk
: 28 Februari 2016
No.CM
: 302896
2. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G3P2A0, 41 tahun, usia kehamilan 10 minggu + 1 hari,
datang kiriman dari bidan dengan keterangan keluar perdarahan dari jalan
lahir. Pasien merasa hamil 2 bulan lebih, mengeluhkan adanya
perdarahan dari jalan lahir, merongkol- merongkol sejak 1 hari SMRS,
keluar jaringan putih seperti gajih (+) di rumah. Nyeri perut bawah
disangkal. Riwayat trauma (-), riwayat minum jamu dan obat-obatan (-).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
11
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Jatuh/Trauma
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
Penderita pernah hamil sebanyak 3 kali, telah melahirkan 2 kali, tidak
pernah mengalami abortus:
Anak I: Perempuan, 3100 gram, spontan, 14 tahun
Anak II: Laki-laki, 3100 gram, spontan, 11 tahun
Anak III: Hamil sekarang
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.
9. Riwayat Haid
-
Menarche
: 13 tahun
12
Lama menstruasi
: 6 hari
Siklus menstruasi
: 28 hari
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Obstetri
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x / menit
: 36,5 0C
Inspeksi
Kepala
: Mesocephal
Mata
Wajah
Thorax
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
: Oedema
-
13
Akral dingin
-
Pemeriksaan Dalam :
Genital
Inspekulo: Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-)
VT: Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio
lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+),
discharge (-)
C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Hematokrit
2.
: 34 % (L)
Antal Eritrosit
: 4,1 x 103/uL
Antal Leukosit
: 10,8 x 103/uL
Antal Trombosit
: 289 x 103/uL
Golongan Darah
: AB
GDS
: 92 mg/dL
HbS Ag
: non reaktif
: 2,45 menit
: 3,00 menit
Tes Kehamilan
: (+)
14
D.
KESIMPULAN
Seorang G3P2A0, 41 tahun, usia kehamilan 10 minggu + 1 hari, datang
kiriman dari bidan dengan keterangan keluar perdarahan dari jalan lahir.
Pasien merasa hamil 2 bulan lebih, mengeluhkan adanya perdarahan dari
jalan lahir, merongkol- merongkol sejak 1 hari SMRS, keluar jaringan putih
seperti gajih (+) di rumah. Nyeri perut bawah disangkal. Riwayat trauma (-),
riwayat minum jamu dan obat-obatan (-).
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan inspekulo: vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas
normal, portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-).
Pemeriksaan VT: vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+),
discharge (-). Pemeriksaan USG: V/U terisi cukup, tampak uterus
membesar, tampak massa amorf intrauterine, kesan sisa hasil konsepsi.
E.
DIAGNOSA AWAL
Abortus inkomplit
F.
PROGNOSA
Dubia ad bonam
Mondok bangsal
Usul kuretase
Konsul anestesi
Infus RL
H. FOLLOW UP
15
Pasien
ditidurkan
di
meja
ginekologi
kemudian
dilakukan
premedikasi
Dilakukan toilet vulva vagina dan sekitarnya dalam keadaan narkose
Dilakukan kateterisasi keluar urine 20 cc
Dilakukan pemeriksaan bimanual teraba uterus sebesar telur
Dipasang spekulum sims posterior yang dipegang asisten
Dipasang spekulum sims anterior kemudian jepit porsio dengan
Tanda vital
: T = 120/80 mmHg
N = 80x/menit
Mata
Thorax
: Cor
Genital
: Perdarahan (-)
Discharge (-)
Diagnosis
Terapi
16
Tanda vital
: T = 110/80 mmHg
N = 80x/menit
Thorax
: Cor
Genital
: Perdarahan (-)
Discharge (-)
Diagnosa
Terapi
Plan
: BLPL
Kontrol poli obsgyn
17
BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Analisis Status
Pada pembuatan status ini dijumpai beberapa kekurangan diantaranya
perlunya anamnesis yang lebih lanjut mengenai keteraturan ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC) pada kehamilan sekarang dan kehamilankehamilan sebelumnya dan riwayat ginekologi.
B. Analisis Kasus Diagnosis
Indikasi-indikasi abortus inkomplit adalah:
Terjadi pendarahan berat pada awal gestasi
yang menetap sampai berhari-hari atau berminggu-minggu saat usia
kehamilan < 20 minggu
-
ostium
uteri
HPMT
Pada kasus ini kriteria yang mendukung ke arah abortus inkomplit yaitu :
a) Tes kehamilan (+) dengan usia kehamilan 10 minggu +1 hari
b)
Pendarahan lewat jalan lahir sejak 1 hari SMRS, keluarnya
jaringan.
c) OUE membuka
d)
Hasil USG: tampak uterus membesar, tampak massa amorf
kesan sisa hasil konsepsi.
C. Analisis Kasus Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk kasus ini dengan tindakan kuretase terapi
dengan indikasi masih adanya perdarahan serta dari hasil pemeriksaan USG
didapatkan massa amorf. Menurut Wibowo (2002) bahwa perdarahan saat atau
18
sesudah abortus dapat menjadi perdarahan berat atau persisten sehingga dapat
mengancam nyawa yaitu pasien dalam keadaan syok hipovolemik. Apalagi
semakin tua usia kehamilan, semakin besar kemungkinan perdarahan yang
banyak mengingat usia ibu sudah lebih dari 40 tahun sehingga atas kedua
alasan tersebut dilakukan kuretase. Kuretase sendiri dapat menghentikan
perdarahan. Selain itu dilakukan kuretase untuk pembersihan jaringan sisa
mengingat jaringan sisa dapat menimbulkan sepsis. abortus yang tidak diobati
akan mengakibatkan infeksi bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan
sepsis akibat endotoksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab. Sepsis sering
terjadi pada aborsi yang dilakukan sendiri oleh pasien. Infeksi, sinekia
intrauterin, dan infertilitas adalah komplikasi lain dari abortus. Perforasi
dinding uterus dapat terjadi saat dilatasi dan kuretase, dan dapat disertai
cedera usus dan buli-buli, perdarahan, infeksi, dan pembentukan fistula.
Manejemen pengobatan yang diberikan adalah pemberian antibiotik
yaitu injeksi Amoxicillin. Tujuan dari antibiotik ini adalah mencegah
terjadinya infeksi mengingat pada kasus abortus banyak terjadi perdarahan
yang merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri sedangkan
post kuretase perlu diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pasca
intervensi di uterus. Preparat Amoxicillin dipilih karena merupakan
berspektrum luas dimana dianjurkan pemberian antibiotik spektrum luas.
Sulfas Ferosus 1x1 diberikan sebagai penambah darah dimana
kandungan Fe mampu membantu pembentukan hemoglobin.
Pada hari berikutnya terapi yang diberikan Amoxicillin 3 x 500mg,
Sulfasferosus 1 x 1 tab, dan Vit C 2 x 1 tablet.
19
BAB V
SARAN
1.
Edukasi
pengetahuan
tentang
penyakit,
kepada
gejala,
pasien
dan
mengenai
komplikasinya,
penatalaksanaannya.
2.
3.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Norman FG, Leveno JK, Gilshap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Abortion in Williams Obstetrics, 21th ed. Mc Graw Hill; 2001, p.6881132.
2. Wibowo B, Wiknjpasienastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan.
Dalam: Wiknjpasienastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T, editor. Ilmu
Kebidanan ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002,
p. 302-322.
3. Garmel SH. Early Pregnancy Risk. In: DeCherney AH, Nathan L, editors.
Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th ed. New York,
NY: McGraw Hill; 2003.
4 Morton A, Stenchever MD, William, Droegemueller MD, Herbst Arthur L
MD, Daniel R Mishell.MD, Arthur L. H. Spontaneous and Recurrent
Abortion, Etiology, Diagnosis, Treatment in Comprehensive Gynecology 4th
eds. Mosby: 2002, p.157-164
5.
6.
Wiknjosastro
G.H.,
Wibowo
kehamilan(abortus,preterm,lewat
N.
1999.
waktu).
Kelainan
Kuliah
pada
Obstetri
lamanya
Gineklkogi.
www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt5.html.
7.
8.
9.
21