Professional Documents
Culture Documents
harus dibayar dengan pengakuan penguasa Pajang berada di bawah kekuasaan Matar.am Islam, kerajaan
yang didirikan oleh Sutawijaya
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586. Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya
dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Gelar ini menunjukkan keberadaan
agama Islam dalam kehidupan Kerajaan Mataram Islam. Pada masa kekuasaannya, Mataram diliputi
sejumlah pemberontakan dari berbagai wilayah kerajaan.
Para bupati yang semula tunduk pada kekuasaan Pajang, secara serentak menolak Mataram. Akan
tetapi, masalah ini dapat segera diatasi. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi berhasil dipadamkan.
Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang
bergelar Sultan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah. Saat itu kekuasaan Mataram Islam
mencapai wilayah yang sangat luas dan seluruhnya berhasil disatukan.
Kerajaan Banten
Kerajaan Islam lain yang penting untuk kamu perhatikan adalah Kerajaan Banten. Setelah Fatahillah
yang juga menantu Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa, Banten
dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus tempat penyiaran agama. Bahkan, selanjutnya Kerajaan
Banten berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Setelah merdeka dari Kerajaan Demak,
Sultan Hasanuddin, merupakan anak dari Sultan Fatahillah diangkat sebagai raja (15521570). Kerajaan
Banten mengalami kemajuan yang sangat penting pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Akan
tetapi, kemajuan Kerajaan Banten semakin melemah, ketika Sultan Ageng ditangkap oleh VOC.
2. Kerajaan Islam di Pulau Sulawesi
Di Sulawesi Selatan pada abad XVI terdapat beberapa kerajaan, diantaranya Gowa, Tallo, Bone,
Soppeng, Wajo, dan Sidenreng. Kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528
sehingga melahirkan Kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya adalah ibu kota dari Kerajaan Gowa
dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis karena berada di jalur
pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan, daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang
baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut, Kerajaan
Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Sejak pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan
berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Malikus Said (16391653). Selanjutnya, Kerajaan
Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (16531669). Pada
masa pemerintahannya, Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, yaitu dengan menguasai
daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar.
Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Sultan Hasannudin terkenal
sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu, ia menentang kehadiran dan monopoli
yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Dengan demikian, hubungan Batavia (pusat
kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalang oleh adanya Kerajaan Makassar.
Dengan kondisi tersebut timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan
menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan
melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memorak-porandakan pasukan
Belanda di Maluku. Akibatnya, kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin
tersebut, Belanda memberikan julukan kepadanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makassar, yaitu dengan melakukan politik adu
domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone, yaitu Aru Palaka
yang merasa dijajah oleh Makassar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar.
3. Kerajaan Islam di Pulau Sumatera
Pada tahun 1292 seorang pengelana bernama Marco Polo berlabuh di Pulau Sumatra dan mencatat
bahwa sebagian penduduk Sumatra adalah pemeluk Islam dan sebagian penyembah berhala atau pemeluk
animisme.
Tercatat pula nama sebuah kerajaan yang disebut Ferlec. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan
kerajaan Islam di Sumatra, penyebaran Islam mencapai wilayah yang jauh di pedalaman sehingga Islam
diterima oleh mayoritas masyarakat Sumatra.
Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak adalah Kerajaan Islam yang berdiri pertama kali di Sumatra. Kerajaan Perlak disebut
juga Kerajaan Peureula. Raja pertama di Kerajaan Perlak bernama Sultan Alauddin Syed Maulana Abdul
Aziz Syah.
Kemunculan Kerajaan Perlak tidak lepas dari komunitas muslim Arab yang datang dari tanah Arab.
Komunitas ini disinyalir adalah sebagian pengikut Ali bin Abi Talib atau kelompok Syiah yang melarikan
diri akibat pertentangan politik di Madinah.
Kerajaan Perlak mengalami pasang surut akibat perebutan pengaruh antartokoh. Hal ini menyebabkan
para pedagang mengalihkan perdagangannya ke Samudera Pasai yang mulai muncul. Pada akhir abad XII
Kerajaan Perlak pun akhirnya mengalami kemunduran.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai dapat disebut sebagai penerus Kerajaan Perlak. Penyebaran Islam dari
Kerajaan Perlak mencapai wilayah Samudera Pasai sejak awal berdirinya Kerajaan Perlak.
Pada saat Kerajaan Perlak diperintah oleh Sultan XVII, yaitu Sultan Makhdum Alauddin Malik
Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, terjadi pernikahan politik antara dua putri Sultan dengan
penguasa negeri tetangga. Putri pertama, yaitu Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan
Malaka, Sultan Mahmud Shah atau Parameswara dan putri kedua, Putri Ganggang, dinikahkan dengan Raja
Samudera Pasai, Al-Malikus Saleh.
Setelah sultan ke-18 meninggal, Kerajaan Perlak dan Samudera Pasai disatukan di bawah
pemerintahan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik az-Zahir, putra Al-Malikus Saleh dengan Putri
Ganggang.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1514 Masehi. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah tercatat sebagai
raja pertama kerajaan ini yang memimpin antara tahun 15141528 Masehi.
Kerajaan Aceh menjadi kerajaan yang sangat penting bagi para pedagang saat itu. Setelah bandar
Malaka jatuh ke tangan Portugis, praktis para pedagang banyak yang beralih ke wilayah Aceh.
Alasan Islam dapat berkembang pesat di wilayah Nusantara :
Islam bersifat terbuka sehingga penyebaran agama Islam dapat dilakukan oleh siapa saja atau oleh setiap
orang Muslim.