Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat merampungkan Laporan Praktek Pengelolaan Pasca Panen dengan judul
“Analisis Anatomi dan Histologi Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral
maupun moril, demi mencapai cita – cita yang penulis harapkan.
2. Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Pasca Panen yang telah banyak memberikan
materi baik secara teoritik maupun Praktik.
3. Teman – teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis sadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kejanggalan dan
kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis
mohon masukan yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan – penulisan
makalah maupun laporan yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2
2.1 Proses Histologi ......................................................................................................2
2.2 Anatomi Tubuh Ikan ................................................................................................3
BAB 3. METODOLOGI...............................................................................................6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum.............................................................6
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................................6
3.3 langkah Kerja............................................................................................................6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................7
4.1 Hasil..........................................................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................................................13
BAB V. PENUTUP........................................................................................................26
REFERENSI..................................................................................................................27
LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan logos
yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur
dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel
dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka
struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu
mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya
(Bavelander, 1998).
Menurut Wikipedia I (2009), histologi adalah bidang biologi yang mempelajari
tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan
yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari anatemnein, yang
berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan
organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga anatomi hewan atau zootomi dan
anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah anatomi
perbandingan, histologi, dan anatomi manusia (Wikipedia III, 2009). Jaringan di dalam
tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan
pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh
(jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya.
Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai
dengan fungsinya.
1.2 Tujuan
- Dapat mengetahui bentuk-bentuk anatomi ikan.
- Dapat mengetahui stuktur histology ikan
- Bisa dan mampu mengimplementasikan semua apa yang telah di lihat selama
praktek.
2.2.3. Tophography
Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah
- Cor (jantung), berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh
- Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan saat berenang
- Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau tempat
mencerna makanan secara kimiawi, dimana di dalam vebtriculus makanan akan di
cerna lebih lanjut.
- Hepar (hati), berfungi sebagai tempat menawarkan racun dan merombak sel-sel
darah merah.
- Intestinum (usus), usus terbagi mejadi dua bagian, yaitu usus halus dan usus
besar. Usus halus berfungsi sebagai tempat penyaringan sari-sari makanan.
- Sedangkan pada usus besar berfungsi untuk menyerap air dan garam-garam
mineral yang masih dibutuhkan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses
sementara.
Pada caput terdapat rima oris (celah mulut). Mulut terdiri dari maxilla dan
mandibulla. Mulut berfungsi sebagai alat untuk menangkap mangsa dan sebagai alat
masuknya air untuk mengambil oksigen dari air. Selain itu pada caput juga terdapat
organon visus, yaitu mata. Mata berfungsi sebagai alat penglihatan.
Pada truncus terdapat banyak sirip. Sirip berfungsi sebagai alat gerak. Selain itu
sirip juga berfungsi sebagai alat ntuk melindungi diri dari musuh. Jika ada musuh maka
ikan akan menaikkan atau menegakkan siripnya agar musuh takut atau berfungsi untuk
menyerang musuh. Pada truncus juga terdapat squama (sisik) yang berfungsi untuk
melindungi diri dari gangguan luar dan untuk menjaga suhu tubuh.
Alat-alat pernapasan pada ikan adalah mulut dan insang. Adapun mekanisme
pernapasan pada ikan adalah sebagai berikut: Pada waktu insang mengembang,
membrane brankiostage menempel pada tubuh, sehigga air masuk melalui mulut.
Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit dan
membrane brankiostage melonggar sehingga air keluar melalui celah dari tutup insang.
Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah Cor (jantung), berfungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan
saat berenang. Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau
tempat mencerna makanan secara kimiawi, dimana di dalam vebtriculus makanan akan di
cerna lebih lanjut. Hepar (hati), berfungi sebagai tempat menawarkan racun dan
merombak sel-sel darah merah. Intestinum (usus), usus terbagi mejadi dua bagian, yaitu
usus halus dan usus besar.
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun kegiatan praktikum anatomi dan histologi ikan dilaksanakan pada hari
kamis, 22 april 2010 bertempat di laboratorium analisa politeknik negeri jember.
3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan di gunakan dalam kegiatan analisa adalah
sebagai berikut :
A. Alat
• Baki (tempat menyimpan ikan)
• Talenan
• Pisau
• Pinset
• Lup
• Gunting bedah
B. Bahan
• Ikan tongkol
• Ikan bawal laut
• Ikan nila
• Belut
• Bandeng
• Ikan kembung
b. jantung
• Jantung terletak di
belakang insang
• Ukuranya kecil
sebesar kacang
hijau
c. alat pencernaan
• Saluran pencernaan
terdiri dari mulut,
rongga mulut,
faring, esofagus,
lambung, pilorus,
usus, rerktum,
kloaka, dan anus
• Kelenjar pencernaan
terdiri dari hati,
lambung, dan
pankreas.
d. sistem intergumen
• Tubuhnya di tutupi
oleh kulit
• Terdapat sisik yang
menutupi kulit
• Tipe sisiknya yaitu
sisik ganoid
• Memiliki lendir
• Tidak memiliki
kelenjar racun
4.1.6. Belut
Tabel 4.6 Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Belut
Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi Dan Histologi
Belut Air Tawar • tubuhnya 1. Kerangka Ikan
memanjang seperti • memiliki tulang rawan
ular • rangka axial
• tidak memiliki sirip 2. urat daging (otot)
• bentuk badan bulat • otot melebur di seluruh
memanjang tubuhnya
• kulitnya berlendir • daging padat
(licin) • otot licin, bergaris dan
• matanya kecil otot jantung
hampir tidak 3. organ internal
kelihatan a. alat pernafasan
• bibir berupa lipatan • insang
yang lebar • alat pernafasan tambahan
berupa kulit tipis yang
penuh dengan lendir pada
rongga mulut
• jantung terletak di
belakang insang
b. alat pencernaan
• mulut-rongga mulut-
esofagus-lambung-usus-
rektum-dan anus
c. sistem intergumen
• kulit menngandung lendir
yang banyak sehingga
tubuhnya licin
• tidak memiliki sisik
• tidak memiliki kelenjar
racun
• lendir di permukaan tubuh
sangat lengket
4.2 Pembahasan
4.2.1 Ikan Nila
Gambar 4.2 Anatomi ikan nila (Oreochromis niloticus)
Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari anatemnein, yang
berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan
organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga anatomi hewan atau zootomi dan
anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah anatomi
perbandingan, histologi, dan anatomi manusia (Wikipedia III, 2009).
Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan
fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot),
penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan
epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya
(Wikipedia III, 2009).
Lambung adalah organ tubuh setelah kerongkongan yang berfungsi untuk
menghancurkan atau mencerna makanan yang ditelan dan menyerap sari atau nutrisi
makanan yang penting bagi tubuh. Pada hewan memamah biak, makanan di lambung
dicampur dengan enzim-enzim pencernaan, kemudian dikeluarkan kembali ke mulut
untuk dikunyah sekali lagi (Wikipedia III, 2009).
Lambung merupakan segmen dari pencernaan yang diameternya relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan
dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan untuk dapat
menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis ikan yang satu
dengan yang lainnya. Secara umum fungsi lambung itu sama yaitu unutk menampung
dan mencerna makanan, namun secara anatomis terdapat variasi dalam bentuk (Kusrini
dkk, 2007).
Menurut Kursini (2007) Berdasarkan anatominya terdapat beberapa tipe lambung, yaitu:
a. Lambung berbentuk memanjang biasanya ditemukan pada beberapa jenis ikan
karnivora bertulang sejati.
b. Lambung berbentuk sifon, terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan
kebanyakan ikan teleostei.
c. Lambung kaeka, terdapat pada ikan Polypterus, Amia, Anguilla.
Walaupun panjang usus bergantung pada jenis makanannya, usus ikan berupa
tabung sederhana yang berukuran sama dari lambung sampai dubur. Jadi tidak
mempunyai usus besar. Bentuknya dapat lurus seperti pada betutu dan lele atau
melingkar-lingkar seperti ikan nila, mas dan gurame bergantung pada bentuk rongga
perut. Mempunyai lapisan epitel kolumnar sederhana, sel lendir melapisi lapisan
submukosa yang berisi sel eosinofilik bergranula, berbatasan dengan mukosa
muskularis lapisan usus (Kusrini dkk, 2007).
Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan
ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak.
Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola
mata dan tidak memiliki sungut.
Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh ramping ,badannya tertutup oleh sisik, jari-
jari semuanya lunak dan jumlah sirip punggung antara 14-16, pada sirip dubur antara 10-
11,pada sirip dada antara 16-17 dan pada sirip perut antara 11-12.Sirip ekor panjang dan
bercagak.Jumlah sisik pada gurat sisi ada 75-80 keping.Mulutnya berukuran sedang dan
nono protractile.dimana posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata,bentuk
tubuhnya seperti panah (Djuhanda,1981)
Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi
dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam :
1. Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala.
2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala
3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung kepala
Organ Gerak (Sirip)
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak.
Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip.
Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip
suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.
Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip
tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari jari sirip lemah Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan
berbukubuku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-
buku.
Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang
dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :
1. Protocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna
vertebralis terakhir mencapai ujung ekor.
2. Diphycercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris
dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.
3. Heterocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral
lebih pendek.
4. Homocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh
jari-jari sirip ekor.
Sistem Integumen
Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang
berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada.
Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi yang
beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup.
Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat
integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu
epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen
merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua
lapisan kulit yang sebenarnya.
Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan lingkungan tempat hidup memiliki
berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu :
1. Pertahanan fisik
Merupakan fungsi utama dari integument yaitu sebagai pertahanan pertama dari
infeksi, paparan sinar ultra violet [UV] dan gesekan tubuh dengan air atau benda
keras lainnya. Hal ini disebabkan karena kulit memiliki kelenjar mukosa sebagai
pelindung kulit dari parasit, bakteri dan mikroorganisme merugikan lainnya serta
memperkecil gesekan dengan adanya sifat mucus yang licin.
2. Keseimbangan cairan [air]
Keseimbangan cairan dilakukan oleh integumen kelompok amphibian dan ikan
memiliki sistem tersendiri dalam proses keseimbangan cairan yaitu dengan
menggunakan insangnya.
3. Thermoregulasi
Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan memasukkan dan
mengeluarkan panas secara bergantian melalui aliran darah pada kulit.
4. Warna
Warna yang ada pada integurnen ikan digunakan sebagai alat komunikasi, tingkah
laku seksual, peringatan dan penyamaran untuk mengelabui predator. Warna yang
dihasilkan akan berbeda-beda yang disebabkan karena perbedaan tempat hidup
dari ikan tersebut. Pada open-water fishes, warna tubuh ikan terbagi atas warna
keperakan di bagian ventral dan warna iridescent biru atau hijau di bagian dorsal
[countershading]. Ada tiga macam warna dominan ikan yang hidup di lautan,
yaitu keperakan bagi ikan yang hidup di permukaan laut, kemerahan pada ikan
yang hidup di daerah tengah perairan dan violet atau gelap pada ikan yang hidup
di dasar perairan.
5. Pergerakan
Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang membantu dalam
meningkatkan kemampuan berenang ikan yang menghadapi halangan kuat.
6. Respirasi
Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai sarananya tetapi dilakukan oleh
golongan Amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit merupakan lapisan yang
relatif tipis, selalu basah dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga
pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat berlangsung.
7. Kelenjar kulit
Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat mengeluarkan
pheromone untuk menarik pasangannya dan sebagai alat untuk menetapkan
daerah territorial. Selain itu, kelenjar kulit juga dapat menghasilkan zat-zat racun
yang berguna untuk mencari mangsa ataupun untuk pertahanan din’ dari predator.
8. Kelenjar susu
Kelenjar susu lebih banyak ditemukan pada vertebrata yang bersifat (terrestrial,
meskipun. demikian pada ikan yang bersifat mamalia kelenjar tersebut juga
berfungsi dengan baik
9. Keseimbanaan garam
Keseimbangan garam [homeostatis] pada ikan dilakukan pada kulit dan insang
yaitu dengan pengaturan kadar garam cairan tubuh ikan [osmoregulasi] sehingga
cairan dalam tubuh akan tetap stabil sesuai dengan lingkungan dimana ikan
berada. Pada ikan yang hidup di laut, kulit akan menjaga pengeluaran cairan
dalam tubuh yang berlebihan sedangkan pada ikan yang hidup di perairan tawar,
kulit akan mengatur agar cairan dari luar tubuh tidak terlalu banyak yang masuk
ke dalam tubuh. Selain itu, kulit berperan dalam proses ekskresi hasil
metabolisme yang dilakukan oleh tubuh.
10. Organ indera
Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai reseptor dari stimulus lingkungan,
misalnya panas, sakit clan s ntuhan. Derivat integumen seperti barbels dan flaps
memiliki sel-sel svaraf sebagai indera (`vambar 21). Barbels berlungsi sebagai
alat bantu makan dan mengandung organ-organ sensory serta sebagai alat untuk
kamuflase pada ikan demikian juga flaps. Barbels ini ada yang berbentuk seperti
alga. Letak dari barbels ada pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut dengan bentuk
rambut, pecut, sembulan, bulu dan lain-lain.
Derivat sisik yang dapat ditemui adalah modifikasi sisik placoid membentuk gigi
Shark, kelenjar racun pada Dasyatidae. Selain itu terdapat juga bentukan barbells
clan flaps selain organ cahaya.
Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannva, vaitu:
1. Sisik Placoid, yaitti sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan
disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana
bagian ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin
dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.
2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie,
lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah,
syaraf dan substansi tulang isopedine.
3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar b erupa pemunpukan
garani-garam anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat
substansi tulang isopedine.
4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik
ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan.
Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk
sisik tersebut, yaitu:
1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdamputgan atau
sebelah menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.
2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan
pertumbuhan yang sebelah menyebelah.
3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana
didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian
posteriornya dan bentukan sisir pada bagian anteriornya.
BAB 5. PENUTUP.
DAFTAR PUSTAKA
Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan
baung (Mystus nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh
Sungai Kampar pusat penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak
diterbitkan).
Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed.
Butterwotrhs, London.
ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua
New Guinea
Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring
Di Kabupaten Bengkalis. Riau.
Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.
Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach
and development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn
30 pp
Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178.
Ottawa. 48 p.
Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University
Press. New York.
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit
dan Jaringan Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).
DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat
pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak
diterbitkan).
EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New
York.
Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon.
2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas
Riau. Pekanbaru.180 hal
Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal
Litbang, IX (4) : 69-75.
GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya
dengan Fishing Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.
HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing
(New Book) Ltd. London.
Jvetunud. 2008. Parafin Hewan.http://www.jvetunud.com. [Diakses tanggal 17 April
2009 ].
KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan
penangkapan iakn Semarang, Semarang. 188 hal.
KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.
Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley
and Sons, inc. New York. 506 p.
LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p.
MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri.
(tidak diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.
MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia.
Dewan Bahasa dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala
Lumpur. 281 Halaman.
Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal
Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.
Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588
Halaman
PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat
Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan).
LAMPIRAN.
Kegiatan Praktek Pengamatan Anatomi dan Histoligi Ikan.
Pengamatan pada ikan Bawal