You are on page 1of 37

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat merampungkan Laporan Praktek Pengelolaan Pasca Panen dengan judul
“Analisis Anatomi dan Histologi Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral
maupun moril, demi mencapai cita – cita yang penulis harapkan.
2. Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Pasca Panen yang telah banyak memberikan
materi baik secara teoritik maupun Praktik.
3. Teman – teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis sadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kejanggalan dan
kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis
mohon masukan yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan – penulisan
makalah maupun laporan yang akan datang.

Jember, 28 April 2010

Penulis
DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2
2.1 Proses Histologi ......................................................................................................2
2.2 Anatomi Tubuh Ikan ................................................................................................3
BAB 3. METODOLOGI...............................................................................................6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum.............................................................6
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................................6
3.3 langkah Kerja............................................................................................................6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................7
4.1 Hasil..........................................................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................................................13
BAB V. PENUTUP........................................................................................................26
REFERENSI..................................................................................................................27
LAMPIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan logos
yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur
dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel
dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka
struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu
mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya
(Bavelander, 1998).
Menurut Wikipedia I (2009), histologi adalah bidang biologi yang mempelajari
tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan
yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari anatemnein, yang
berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan
organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga anatomi hewan atau zootomi dan
anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah anatomi
perbandingan, histologi, dan anatomi manusia (Wikipedia III, 2009). Jaringan di dalam
tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan
pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh
(jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya.
Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai
dengan fungsinya.

1.2 Tujuan
- Dapat mengetahui bentuk-bentuk anatomi ikan.
- Dapat mengetahui stuktur histology ikan
- Bisa dan mampu mengimplementasikan semua apa yang telah di lihat selama
praktek.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Proses Histologi
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari
suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang iambil
kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak
(bergeser posisinya, membusuk, atau rusak).
Fiksatif yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida yang
dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternative
10 meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna
kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli,
namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang
sempurnanya pembuatan sediaan (Wikipedia I, 2009).
Affuwa (2007), menyatakan bahwa membuat histologi jaringan hewan mula-
mula dengan menyiapkan jaringan segar dalam pengamatan mikroskopis yaitu dengan
cara fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah terjadi kerusakan pada
jaringan, menghentikan proses metabolisme secara cepat, mengawetkan komponen
sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi
yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-
bagian jaringan.
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah
mencegah autolisis, untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan
setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan
deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif. Dehidrasi
memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk
dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air.
Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70%
sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%,
90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan
3 kali (Botanika, 2008).
Selanjutnya tahap dehidrasi, dehidrasi dilakukan setelah fiksasi dengan tujuan
untuk mengeluarkan air dari jaringan, ini merupakan prinsip dari teknik parafin yaitu
air dikeluarkan dan diganti dengan parafin sehingga blok jaringan mudah dipotong, ini
dilakukan 2 tahap yakni dehidrasi dan penjernihan. Proses dehidrasi dilakukan dengan
memasukkan jaringan yang sudah difiksasi kedalam larutan alkohol berturut-turut dari
kadar 70% sampai 100% (Robby , 2000).

2.2 Anatomi Tubuh Ikan


Seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori sebelumnya, bahwa sistem
pencernaan pada ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelnjar pencernaan. Saluran
pencernaan terdiri atas mulu, tekak, kerongkongan, lambung, dan anus.
Pada mulut ikan terdiri dari gigi dan lidah. Gigi-gigi ikan kecil dan runcing, tumbuh
pada rahang atas maupun bawah. Pada dasar mulut ikan terdapat lidah yang pendek dan
tak dapat digerakkan. Lidah ikan merupakan lapisan dasar mulut. Makanan yang masuk
ke mulut langsung masuk ke lambung.

2.2.1 Caput dan truncus


Pada caput terdapat rima oris (celah mulut). Mulut terdiri dari maxilla dan
mandibulla. Mulut berfungsi sebagai alat untuk menangkap mangsa dan sebagai alat
masuknya air untuk mengambil oksigen dari air. Selain itu pada caput juga terdapat
organon visus, yaitu mata. Mata berfungsi sebagai alat penglihatan.
Pada truncus terdapat banyak sirip. Sirip berfungsi sebagai alat gerak. Selain itu
sirip juga berfungsi sebagai alat ntuk melindungi diri dari musuh. Jika ada musuh maka
ikan akan menaikkan atau menegakkan siripnya agar musuh takut atau berfungsi untuk
menyerang musuh. Pada truncus juga terdapat squama (sisik) yang berfungsi untuk
melindungi diri dari gangguan luar dan untuk menjaga suhu tubuh.

2.2.2. Saluran pernapasan.


Alat-alat pernapasan pada ikan adalah mulut dan insang. Insang pada ikan tersusun
atas bagian-bagian sebagai berikut :
• Tutup insang (operculum), berfungsi melindungi kepala dan mengatur mekanisme
aliran air sewaktu bernapas.
• Selaput tipis di pinggiran operculum (membrane brankiostega), berfungsi sebagai
klep atau katup pada saat air masuk ke dalam rongga mulut.
• Lengkung insang (arkus branchialis). Tumbuh pada rigi-rigi yang berguna untuk
menyaring air pernapasan yang melaui insang.
• Lemabaran (filamen) insang (hologbranchialis), berwarna kemerahan, tersusun
atas jaringan lunak berbentuk sisir.
• Saringan insang (tapis insang), berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda-
benda asing yang masuk ke dalam rongga insang.
Adapun mekanisme pernapasan pada ikan adalah Pada waktu insang mengembang,
membrane brankiostage menempel pada tubuh, sehigga air masuk melalui mulut.
Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit dan
membrane brankiostage melonggar sehingga air keluar melalui celah dari tutup insang.

2.2.3. Tophography
Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah
- Cor (jantung), berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh
- Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan saat berenang
- Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau tempat
mencerna makanan secara kimiawi, dimana di dalam vebtriculus makanan akan di
cerna lebih lanjut.
- Hepar (hati), berfungi sebagai tempat menawarkan racun dan merombak sel-sel
darah merah.
- Intestinum (usus), usus terbagi mejadi dua bagian, yaitu usus halus dan usus
besar. Usus halus berfungsi sebagai tempat penyaringan sari-sari makanan.
- Sedangkan pada usus besar berfungsi untuk menyerap air dan garam-garam
mineral yang masih dibutuhkan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses
sementara.
Pada caput terdapat rima oris (celah mulut). Mulut terdiri dari maxilla dan
mandibulla. Mulut berfungsi sebagai alat untuk menangkap mangsa dan sebagai alat
masuknya air untuk mengambil oksigen dari air. Selain itu pada caput juga terdapat
organon visus, yaitu mata. Mata berfungsi sebagai alat penglihatan.
Pada truncus terdapat banyak sirip. Sirip berfungsi sebagai alat gerak. Selain itu
sirip juga berfungsi sebagai alat ntuk melindungi diri dari musuh. Jika ada musuh maka
ikan akan menaikkan atau menegakkan siripnya agar musuh takut atau berfungsi untuk
menyerang musuh. Pada truncus juga terdapat squama (sisik) yang berfungsi untuk
melindungi diri dari gangguan luar dan untuk menjaga suhu tubuh.
Alat-alat pernapasan pada ikan adalah mulut dan insang. Adapun mekanisme
pernapasan pada ikan adalah sebagai berikut: Pada waktu insang mengembang,
membrane brankiostage menempel pada tubuh, sehigga air masuk melalui mulut.
Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit dan
membrane brankiostage melonggar sehingga air keluar melalui celah dari tutup insang.
Alat-alat dalam pada ikan diantaranya adalah Cor (jantung), berfungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Gelembung udara, berfungsi sebagai alat pernapasan
saat berenang. Ventriculus, berfungsi sebagai alat menampung makanan sementara, atau
tempat mencerna makanan secara kimiawi, dimana di dalam vebtriculus makanan akan di
cerna lebih lanjut. Hepar (hati), berfungi sebagai tempat menawarkan racun dan
merombak sel-sel darah merah. Intestinum (usus), usus terbagi mejadi dua bagian, yaitu
usus halus dan usus besar.

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun kegiatan praktikum anatomi dan histologi ikan dilaksanakan pada hari
kamis, 22 april 2010 bertempat di laboratorium analisa politeknik negeri jember.
3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan di gunakan dalam kegiatan analisa adalah
sebagai berikut :
A. Alat
• Baki (tempat menyimpan ikan)
• Talenan
• Pisau
• Pinset
• Lup
• Gunting bedah
B. Bahan
• Ikan tongkol
• Ikan bawal laut
• Ikan nila
• Belut
• Bandeng
• Ikan kembung

3.3 Prosedur Kerja


• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
• Ambil salah satu ikan kemudian simpan di talenan
• Amati bentuk dan struktur fisiknya
• Lepaskan bagian sisik, kulit dan bagian lainnya.
• Amati bagian luar ikan setelah itu filet bagian tubuh ikan untuk mengetahui
bagian organ dalam ikan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Ikan nila
Tabel 4.1. Stuktur Anatomi Dan Histologi Ikan Nila
Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi dan histologi
Nila Air Tawar • Badan 1 Kerangka Ikan
memanjang Ikan nila memiliki tulang
• Warna tubuh sejati dan memiliki rangka
hitam pudar axial yaitu terdiri dari
• Bentuk tubuh tulang tengkorak, tulang
pipih punggung dan tulang rusuk
• Sisiknya besar
dan kasar 2 Urat daging
• Kepala relatif Urat daging pada ikan nila
kecil tersebar diseluruh
tubuhnya. Dan pada ikan
• Memiliki sirip
nila ditemukan tiga jenis
dada, sirip perut,
otot yaitu otot licin, otot
sirip ekor, dan
bergaris, dan otot jantung.
sirip dubur
• Bentuk sirip 3 Organ-organ internal
bersegi atau a. sistem pernafasan
tegak
• Alat pernafasannya
berupa insang
• Insang terdiri dari
tulang lengkung
• Insang tulang tapis
insang
• Daun insang

b. jantung
• Jantung terletak di
belakang insang
• Ukuranya kecil
sebesar kacang
hijau

c. alat pencernaan
• Saluran pencernaan
terdiri dari mulut,
rongga mulut,
faring, esofagus,
lambung, pilorus,
usus, rerktum,
kloaka, dan anus
• Kelenjar pencernaan
terdiri dari hati,
lambung, dan
pankreas.

d. sistem intergumen
• Tubuhnya di tutupi
oleh kulit
• Terdapat sisik yang
menutupi kulit
• Tipe sisiknya yaitu
sisik ganoid
• Memiliki lendir
• Tidak memiliki
kelenjar racun

4.1.2. Ikan Tongkol


Tabel 4.2. Stuktur Anatomi dan Histologi ikan Tongkol
Jenis ikan habitat morfologi struktur anatomi dan histologi
Ikan Air Laut • Warna tubuh abu- 1. kerangka ikan
Tongkol abu kehitaman • Memiliki tulang sejati
• Bentuk tubuh pipih • Rangka axial
agak membulat 2. urat daging
• Kulitnya licin • Urat daging menyebar
• Mulut di ujung diseluruh tubuhnya
(terminal) • Ditemukan otot licin,
• Tubuhnya bergaris dan otot jantung
dilengkapi dengan pada tubuhnya
sirip punggung, 3. organ internal
dubur, perut dan • Sistem pernafasan
dada Alat pernafasannya
• terdapat sirip berupa insang
tambahan yang • Terdiri dari tulang
kecil-kecil lengkung, insang, tulang
tapis insnag dan daun
insang
• Sistem peredaran darah
Jantung terletak di
belakang insang
• Alat Pencernaan
a. saluran pencernaan :
mulut, rongga mulut,
faring, esofagus,
lambung, pilorus, usus,
rektun, kloaka, anus
• Panjang usus lebih
pendek atau sama dengan
panjang badannya
• Sistem intergumen
Tubuhnya ditutupi kulit
yang licin, tidak bersisik,
tidak memiliki kelenjar
racun, lendir menutupi
kulitnya

4.1.3. Ikan Bandeng


Tabel 4.3. Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Bandeng
Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi dan Histologi
Ikan Hidup di • Warna tubuh putih 1. Keranka Ikan
Bandeng air laut agak mengkilat • Bertulang Sejati
dan dapat • Bentuk tubuh • Memiliki rangka axial,
pula hidup torpedo apendicular, visceral
di air • Seluruh permukaan 2. Urat Daging (otot)
payau tubuhnya ditutupi • Otot menyebar di seluruh
oleh sisik permukaan tubuhnya
• Berwarna • Terdapat otot licin, bergaris
keperakan dan otot jantung
• Terdapat sirip 3. Organ Internal
dada, perut, dan a. sistem pernafasan
anus • Alat pernafasan berupa
• Terdapat selaput insang
pada mata b. sistem peredaran darah
• Mulutnya kecil dan • Terdapat jantung di belakang
tidak bergigi insang
• Tipe sisik sikloid c. sistem pencernaan
• Saluran pencernaan : mulut,
rongga mulut, faring,
esofagus, lambung, pilorus,
usus, rektun, kloaka, anus
• Usus lebih panjang karena
ikan bandeng ikan herbivora
jika dibandingkan dengan
ikan tongkol
d. sistem intergumen
• Terdapat kulit
• Terdapat sisik dengan tipe
stenoid
• Terdapat lendir
• Tidak memiliki kelenjar
racun

4.1.4. Ikan Bawal Laut


Tabel 4.4 Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Bawal
Jenis Ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi dan Histologi
Ikan Air Laut • Warna tubuh 1. Kerangka Ikan
Bawal abu-abu • Betulang sejati
• Bentuk tubuh • Rangka axial, viseral, dan
pipih tipis apendicular
(gepeng) 2. Urat Daging (otot)
• Tubuh • Menyebar diseluruh tubuhnya
diselimuti sisik • Melekat kuat
yang halus • Memiliki otot licin, bergaris dan
• Mulut otot jantung
subterminal 3. Organ Internal
• Terdapat gurat a. sistem pernafasan
sisi yang • Berupa insang
melenkung • Jantung terletak di belakang
• Sirip ekor insang
bercagak • Alat pencernaan terdiri dari
mulut, rongga mulut, faring,
esofagus, lambung, pilorus,
usus, rektun, kloaka, anus
b. Sistem Intergumen
• Terdapat kulit yang ditutupi oleh
sisik halus
• Tipe sisik yaitu stenoid
• Memiliki lendir

4.1.5. Ikan Kembung


Tabel 5. Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Kembung
Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi Dan
Histologi
Ikan Air Laut • Bentuk tubuh 1. kerangka ikan
Kembung bilateral simetris • Memiliki tulang sejati
• Mulutnya • Rangka axial
terminal 2. urat daging (otot)
• Memiliki sirip • Menyebar di seluruh
punggung, sirip tubuhnya
perut, pectoralis, • Melekat kuat
sirip anal dan • Terdapat otot licin,
sirip ekor yang bergaris dan otot
bergerak jantung
• Warna merah 3. organ internal
pudar dan a. sistem pernafasan
terdapat gurat • Berupa insang
(berwarna • Jantung terletak
kuning) dibelakang insang
b. alat pencernaan
• mulut, rongga mulut,
faring, esofagus,
lambung, pilorus, usus,
rektun, kloaka, anus
c. sistem intergumen
• tubuhnya ditutupi kulit
yang ditutupi oleh sisik
• tipe sisik ganoid
• tidak memiliki kelenjar
racun

4.1.6. Belut
Tabel 4.6 Stuktur Anatomi dan Histologi Ikan Belut
Jenis ikan Habitat Morfologi Struktur Anatomi Dan Histologi
Belut Air Tawar • tubuhnya 1. Kerangka Ikan
memanjang seperti • memiliki tulang rawan
ular • rangka axial
• tidak memiliki sirip 2. urat daging (otot)
• bentuk badan bulat • otot melebur di seluruh
memanjang tubuhnya
• kulitnya berlendir • daging padat
(licin) • otot licin, bergaris dan
• matanya kecil otot jantung
hampir tidak 3. organ internal
kelihatan a. alat pernafasan
• bibir berupa lipatan • insang
yang lebar • alat pernafasan tambahan
berupa kulit tipis yang
penuh dengan lendir pada
rongga mulut
• jantung terletak di
belakang insang
b. alat pencernaan
• mulut-rongga mulut-
esofagus-lambung-usus-
rektum-dan anus
c. sistem intergumen
• kulit menngandung lendir
yang banyak sehingga
tubuhnya licin
• tidak memiliki sisik
• tidak memiliki kelenjar
racun
• lendir di permukaan tubuh
sangat lengket

4.2 Pembahasan
4.2.1 Ikan Nila
Gambar 4.2 Anatomi ikan nila (Oreochromis niloticus)

Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari anatemnein, yang
berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan
organisasi dari makhluk hidup. Terdapat juga anatomi hewan atau zootomi dan
anatomi tumbuhan atau fitotomi. Beberapa cabang ilmu anatomi adalah anatomi
perbandingan, histologi, dan anatomi manusia (Wikipedia III, 2009).
Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan
fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot),
penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan
epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya
(Wikipedia III, 2009).
Lambung adalah organ tubuh setelah kerongkongan yang berfungsi untuk
menghancurkan atau mencerna makanan yang ditelan dan menyerap sari atau nutrisi
makanan yang penting bagi tubuh. Pada hewan memamah biak, makanan di lambung
dicampur dengan enzim-enzim pencernaan, kemudian dikeluarkan kembali ke mulut
untuk dikunyah sekali lagi (Wikipedia III, 2009).
Lambung merupakan segmen dari pencernaan yang diameternya relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan
dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan untuk dapat
menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis ikan yang satu
dengan yang lainnya. Secara umum fungsi lambung itu sama yaitu unutk menampung
dan mencerna makanan, namun secara anatomis terdapat variasi dalam bentuk (Kusrini
dkk, 2007).
Menurut Kursini (2007) Berdasarkan anatominya terdapat beberapa tipe lambung, yaitu:
a. Lambung berbentuk memanjang biasanya ditemukan pada beberapa jenis ikan
karnivora bertulang sejati.
b. Lambung berbentuk sifon, terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan
kebanyakan ikan teleostei.
c. Lambung kaeka, terdapat pada ikan Polypterus, Amia, Anguilla.

Walaupun panjang usus bergantung pada jenis makanannya, usus ikan berupa
tabung sederhana yang berukuran sama dari lambung sampai dubur. Jadi tidak
mempunyai usus besar. Bentuknya dapat lurus seperti pada betutu dan lele atau
melingkar-lingkar seperti ikan nila, mas dan gurame bergantung pada bentuk rongga
perut. Mempunyai lapisan epitel kolumnar sederhana, sel lendir melapisi lapisan
submukosa yang berisi sel eosinofilik bergranula, berbatasan dengan mukosa
muskularis lapisan usus (Kusrini dkk, 2007).

4.2.2 Ikan Tongkol (Ethynnus pelamis)


SAANIN (1984). Juga menyatakan bahwa ikan Tongkol (Ethynnus pelamis) adalah
jenis ikan Scombridae (ikan pelagis), secara taksonomi ikan tongkol diklasifikasikan ke
dalam filum : Chordata,. Sub filum : Vertebrata. Klas : Pisces. Sub klas : Feleostei.
Ordo : Percomorphi. Famili : Scombridae. Genus : Euthynnus. Spesies : Euthynnus
pelamis.
Ikan Tongkol yang tergolong dalam family Scombridae mempunyai bentuk
cerutu ,daging kulit yang licin,sirip dada yang melengkung ,ujung tirus , pangkalnya
lebar, sirip ekor cagak dua dengan kedua ujungnya panjang dan pangkalnya bulat
kecil(Djuhanda, 1981)
Menurut. RAHAYU. W. (1992) ikan tongkol termasuk dalam golongan ikan
pelagis, perenang cepat, mempunyai kadar lemak yang rendah, serta mempunyai
komposisi daging yang terdiri daging merah dan putih. Ikan tongkol masih dalam
keluarga Scombridae, bentuk tubuh seperti cerucut, dengan kulit licin dan sirip dada
melengkung.
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti cerutu,
dengan kulitnya yang licin. Sirip dada melengkung, ujungnya tirus dan pangkalnya
lebar.ekor bercagak duadengan kedua ujungnya yang panjang.sirip punggung, dubur,
perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip ini dapat
dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan
dengan air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Di belakang sirip punggung dan
dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil (DJUHANDA, 1981).
Menurut Kollete dan Nauen(1983) Euthynnus affinis mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:badan berukuran sedang,memanjang seperti torpedo,mempunyai dua sirip
punggung yang dipisahkan oleh celah sempit, sirip pertama diikuti leh celah sempit,sirip
punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahann,tidak memiliki gelembung renang
,warna tubuh pada bagian punggung gelap kebiruan dan terdapat tanda-tanda garis merah
terpecah dan tersusun rapi.
Ikan Tongkol terdapat di seluruh perairan hangat Indo-Pasifik barat, termasuk laut
kepulauan dan laut nusantara. Hidup di periaran epipelagik, merupakan spesies neuritik
yang mendiami perairan dengan kisaran suhu antara 18-29°C.Ikan ini cenderung
membentuk kelompok (school) multi spesies berdasarkan ukuran antara lain Thunnus
albaceres kecil,Katsuwanus pelamis,Auxis sp.Terdiri dari 100-5000 individu .Puncak
musim pemijahan bervariasi tergantung pada daerah seperti perairan Filipina bulan
Maret-Mei, Perairan Afrika Timur pada pertengan musim barat daya sampai permulaan
musim musim tenggara atau Januari-Juli dan Perairan Indonesia diperkirakan pada bulan
Agustus-Oktober.Ikan ini merupkan predator yang rakus memakan barbagai ikan
kecil,udang dan cepalopoda sebaliknya juga memakan mangsa dari hiu dan
marlin.Panjang baku maximum 100 cm dengan berat 13,6 kg,umumnya 60 cm .di
Samudera Hindia usia 3 tahun panjang baku 50-65 cm(Kottelate dan Nauen ,1983).
Menurut Rahardjo(1980) Ikan Tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang
mempunyai mulut yang berbentuk meruncing,langit-langit bergerigi,posisi D¹ dan D²
berjauhan .Ikan Tongkol mempunyai rangka tulang dan mempunyai sirip ekor yang
bercagak.
Ikan Tongkol merupakan ikan yang masih tergolong pada keluarga
Scombridae,yang mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo dengan kulit yang licin.Sirip
dada pada ikan ini melengkung,dan mempunyai sirip ekor yang bercagak(Nontji,1993).
4.2.3 Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Ikan Bandeng (Chanos chanos) dalam susunan taksonominya mempunyai Ordo
Malacopterygh, Family Chanidae,Genus Chanos dan Spesies Chanos
chanos(Saanin,1984)

Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan
ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak.
Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola
mata dan tidak memiliki sungut.
Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh ramping ,badannya tertutup oleh sisik, jari-
jari semuanya lunak dan jumlah sirip punggung antara 14-16, pada sirip dubur antara 10-
11,pada sirip dada antara 16-17 dan pada sirip perut antara 11-12.Sirip ekor panjang dan
bercagak.Jumlah sisik pada gurat sisi ada 75-80 keping.Mulutnya berukuran sedang dan
nono protractile.dimana posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata,bentuk
tubuhnya seperti panah (Djuhanda,1981)

4.2.4 Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger)


Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) tergolong pada keluarga Stromatidae yang
berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk tubuhnya pipih dengan badannya yang
tinggi sehingga hampir menyerupai bentuk belah ketupat. Ikan ini tubuhnya berwarna
hitam, sirip punggung hanya satu mempunyai 5 jari-jari keras dan 42-44 jari-jari lunak.
Sirip dubur besarnya hampir sama dengan sirip punggung, disokong oleh 3 jari-jari keras
dan 35-39 jai-jari lunak. Sirip dada mempunyai 22 jari-jari lunak, bentuknya melengkung
dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan lebar. Sirip perut tidak
ada. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang dalam, pangkal sirip ekor bulat kecil.
Gurat sisi dibangunkan oleh sisik-sisik yang lebih besar dari pada sisik-sisik yang lainnya
dari tubuh. Kalau di lihat dari bentuk sirip dada, pangkal siripekor danstruktur gurat sisi,
iakn ini mempunyai persamaan dengan ikan-ikan dari keluarga Carangidae.
Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam posisi miring seperti ikan Sebelah.
Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan makanan, dan
mempunyai pasaran yang baik. Ikan ini tidak banyak terdapat di dekat-dekat muara
sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah lautan. Jenis ikan-ikan ini
terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan Cina. (T. Djuhanda, 1981).
Ikan Bawal (Stromateus Sp) ikan tergolong stromatidea yang berkerabat dengan
Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badan yang panjang sehigga hampir menyerupai
bentuk belah ketupat . Ikan Bawal ini merupakan herbivora yang cendrung bersifat
omnivora, selain suka melalap tumbuhan ia juga suka memakan udang ataupun ikan-ikan
kecil dan hewan lainnya (Tatang, 1981) .
Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat
besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh
panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar
perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai
besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak
gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini
termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984)
Ikan Bawal Hitam dapat berenang dengan posisi miring seperti pada ikan
sebelah.Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm,dagingnya baik sebagai bahan
makanan,dan mempunyai pasaran yang baik.Ikan ini tidak terdapat banyak di muara-
muara sungai biasanya bergerombol banyak di tengah lautan .Jenis ikan ini terdapat di
Lautan India Indonesia,Malaysia,dan Cina (Djuhanda,1981)

4.2.5 Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus)


Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) mempunyai klasifikasi yaitu: kelas
Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Scombriformes, genus scomber dan Spesies Scomber
negletus (SAANIN, 1984).
Ikan kembung perempuan(Scomber neglectus) termasuk ke dalam Ordo
Percomorphi.Warna tubuh bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral
berwarna kuning keemasan.Yang membedakan kembung perempuanfengan kembung
jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik hitam pada bagian
dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain tubuhnya
lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki.Habitat kembung perempuan adalah pada
air laut(Saanin,1984)
Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di
sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang
mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik
diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan
plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO dan
SUNYOTO,1986).
Ciri lain dari morfologi ikan kembung Perempuan ini adalah memiliki sirip ekor
bercagak dua dan lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip
ekor bentuknya bulat kecil. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di
belakang sirip punggung dan dubur, terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil
(DJUHANDA, 1981).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi, (LAGLER et al., 1977)
mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian,
penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian
meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah,
pemudaran warna, pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) memiliki bentuk tubuh seperti
torpedo dengan panjang tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan
perairan laut, tergolong ikan pelagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka
hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun di lepas pantai. Kebiasaan
makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea
(KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).
Menurut TIM IKHTIOLOGI (1989), warna yang terdapat pada tubuh ikan tersebut
disebabkan oleh adanya schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan juga disebabkan
oleh biochrome (pigmen pembawa warna). Warna kuning yang terdapat pada ikan ini
disebabkan karena adanya pigmen chromolipoid, warna putih atau keperak-perakan yang
terdapat pada tubuh bagian bawah dipengaruhi oleh pigmen purin, sedangkan warna
kebiru-biruan pada bagian atas linnea lateralisnya disebabkan karena pengaruh pigmen
pembawa warna yaitu pigmen indigoid.

4.2.6 Identifikasi dalam Tingkat Analitis.


Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik
secara biologi maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai
dasar dalam melakukan identifikasi adalah:
- Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip
dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
- Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau
antara bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.
- Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.
- Bentuk sirip dan gigi
- Tulang-tulang insang
Selama praktikum dilakukan beberapa jenis identifikasi pada beberapa jenis ikan
yang terdiri atas:

1) Penghitungan jari-jari sirip


Sirip pada ikan terdiri dan pinna caudalis, dorsalis, pectoralis, vertbralis dan analis.
Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifa keras, lemah dan lemah
mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jari-jari sirip tersebut atau hanya
sebagian saja.
Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan.
Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras,
angka Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari
sirip lemah.

2) Garis rusuk lateral (Linea lateralis)


Salah satu obyek dalam sifat meristik adalah menghitung jumlah sisik yang ditalui
oleh linea lateralis (1:1). Penghitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung
anterior operculum terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal
batang ekor. Jika terdapat lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah yang
sisik yang terletak di tengah. Seadainya linea lateralis tidak jelas ataupun tidak ada maka
dihitung jumlah sisik di tempat biasanya garis rusuk tersebut berada.
3) Pengukuran tubuh ikan.
Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan
penggolongan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:
a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior
sampai bagian sirip ekor paling posterior.
b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior
sampai pangkal batang ekor (caudal penducle)
c. Panjang sampai lekuk ekor atau l,‘ork length (FL) diukur dari bagian paling
anterior sampai lekukan sirip ekor.
d. Panjang kepala atau Head length (HdL) diukur dari bagian kepala paling anterior
sampai tutup insang paling posterior,
e. Panjang predorsal atau Pre-dorsal length (PreDL) diukur dari bagian kepala paling
anterior sampai bagian anterior dasar sirip dorsal.
f. Panjang hidung atau Snout length (SntL) diukur dari bagian kepala paling anterior
sampai kelopak mata paling anterior.
g. Panjang orbital belakang atau Post orbital length (Post-orbL) diukur dari bagian
kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior.
h. Panjang mata atau Eve length (EyeL) diukur garis tengah dari rongga mata.
i. Panjang orbital atau Orbital length (OrbL) diukur jarak diantara kedua bagian
terluar kelopak mata.
j. Panjang pangkal ekor atau Caudal penducle length (CPedL) diukur dari posterior
dasar sirip anal sampai bagian pangkal batang ekor.
k. Tinggi badan adalah jarak terbesar antara dorsal dan ventral
l. Tinggi kepala adalah panjang garis tegak antara pertengahan kepala sebelah atas
dengan pertengahan kepala sebelah bawah.
m. Tebal badan adalah jarak terbesar antara kedua sisi badan.
n. Tebal atau lebar kepala adalah jarak terbesar antara kedua keeping tutup insang
pada kedua sisi kepala.
o. Tinggi pipi adalah jarak antara ringga mata dan bagian paling anterior dari
keeping tutup insang terdepan (praeoperculum).
p. Tinggi bawah mata adalah jarak antara puiggir•an bawah rongga mata dengan
rahang bawah.
q. Panjang rahang atas/bawah adalah jarak yang diukur dari ujung paling anterior
sampai ujung paling posterior bertemu dengan badan, diukur melalui dasar sirip.
r. Panjang dasar sirip dadalperut adalah panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip,
dari pangkal sirip dada/sirip perut sampai puncak tertinggi sirip tersebut.
s. Tinggi sirip punggung adalah jarak antara pangkal sirip sampai puncak sirip.

4.2.7. Identifikasi dalam tingkat sintesis


Selain melakukan identifikasi dari suatu jenis ikan ikan langkah selanjutnya adalah
menyusun kelompok - kelompok yang lebih tinggi dan menetapkan ciri - cirinya sehingga
dapat diperoleh suatu klasifikasi untuk jenis ikan tersebut.
Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang
belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan
memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.
Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut - turut adalah :
1) Kepala (caput) : bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai nnbagian
belakang operculum.
2) Tubuh (truncus) : bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum
nnsampai anus
3) Ekor (cauda) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor
4) Letak mulut (cavum oris): Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi
yang tergantung dari kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding
dan foot habits).

Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi
dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam :
1. Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala.
2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala
3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung kepala
Organ Gerak (Sirip)
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak.
Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip.
Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip
suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.
Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip
tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :

Pinna dorsalis (dorsal fin)


Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas
ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak
memutar.
1. Pinna pectoralis (pectoral fin)Adalah sirip yang terletak di posterior operculum
atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah
untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
2. Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan
berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga
berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
3. Pinna analis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di
daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang
ikan.
4. Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh
dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi
sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika
bermanuver.
5. Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak
sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.

Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari jari sirip lemah Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan
berbukubuku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-
buku.

Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang
dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :
1. Protocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna
vertebralis terakhir mencapai ujung ekor.
2. Diphycercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris
dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.
3. Heterocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral
lebih pendek.
4. Homocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh
jari-jari sirip ekor.

Gurat Sisi (linea lateralis)


Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara
langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior
operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang
yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang
menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.
Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat
mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga
berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan
sekitamya.
Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan satu
garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea
lateralis yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan
potongan kedua berada di bagian bawah potongan pertama.

Sistem Integumen
Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang
berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada.
Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi yang
beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup.
Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat
integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu
epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen
merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua
lapisan kulit yang sebenarnya.
Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan lingkungan tempat hidup memiliki
berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu :
1. Pertahanan fisik
Merupakan fungsi utama dari integument yaitu sebagai pertahanan pertama dari
infeksi, paparan sinar ultra violet [UV] dan gesekan tubuh dengan air atau benda
keras lainnya. Hal ini disebabkan karena kulit memiliki kelenjar mukosa sebagai
pelindung kulit dari parasit, bakteri dan mikroorganisme merugikan lainnya serta
memperkecil gesekan dengan adanya sifat mucus yang licin.
2. Keseimbangan cairan [air]
Keseimbangan cairan dilakukan oleh integumen kelompok amphibian dan ikan
memiliki sistem tersendiri dalam proses keseimbangan cairan yaitu dengan
menggunakan insangnya.
3. Thermoregulasi
Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan memasukkan dan
mengeluarkan panas secara bergantian melalui aliran darah pada kulit.
4. Warna
Warna yang ada pada integurnen ikan digunakan sebagai alat komunikasi, tingkah
laku seksual, peringatan dan penyamaran untuk mengelabui predator. Warna yang
dihasilkan akan berbeda-beda yang disebabkan karena perbedaan tempat hidup
dari ikan tersebut. Pada open-water fishes, warna tubuh ikan terbagi atas warna
keperakan di bagian ventral dan warna iridescent biru atau hijau di bagian dorsal
[countershading]. Ada tiga macam warna dominan ikan yang hidup di lautan,
yaitu keperakan bagi ikan yang hidup di permukaan laut, kemerahan pada ikan
yang hidup di daerah tengah perairan dan violet atau gelap pada ikan yang hidup
di dasar perairan.
5. Pergerakan
Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang membantu dalam
meningkatkan kemampuan berenang ikan yang menghadapi halangan kuat.
6. Respirasi
Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai sarananya tetapi dilakukan oleh
golongan Amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit merupakan lapisan yang
relatif tipis, selalu basah dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga
pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat berlangsung.
7. Kelenjar kulit
Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat mengeluarkan
pheromone untuk menarik pasangannya dan sebagai alat untuk menetapkan
daerah territorial. Selain itu, kelenjar kulit juga dapat menghasilkan zat-zat racun
yang berguna untuk mencari mangsa ataupun untuk pertahanan din’ dari predator.
8. Kelenjar susu
Kelenjar susu lebih banyak ditemukan pada vertebrata yang bersifat (terrestrial,
meskipun. demikian pada ikan yang bersifat mamalia kelenjar tersebut juga
berfungsi dengan baik
9. Keseimbanaan garam
Keseimbangan garam [homeostatis] pada ikan dilakukan pada kulit dan insang
yaitu dengan pengaturan kadar garam cairan tubuh ikan [osmoregulasi] sehingga
cairan dalam tubuh akan tetap stabil sesuai dengan lingkungan dimana ikan
berada. Pada ikan yang hidup di laut, kulit akan menjaga pengeluaran cairan
dalam tubuh yang berlebihan sedangkan pada ikan yang hidup di perairan tawar,
kulit akan mengatur agar cairan dari luar tubuh tidak terlalu banyak yang masuk
ke dalam tubuh. Selain itu, kulit berperan dalam proses ekskresi hasil
metabolisme yang dilakukan oleh tubuh.
10. Organ indera
Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai reseptor dari stimulus lingkungan,
misalnya panas, sakit clan s ntuhan. Derivat integumen seperti barbels dan flaps
memiliki sel-sel svaraf sebagai indera (`vambar 21). Barbels berlungsi sebagai
alat bantu makan dan mengandung organ-organ sensory serta sebagai alat untuk
kamuflase pada ikan demikian juga flaps. Barbels ini ada yang berbentuk seperti
alga. Letak dari barbels ada pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut dengan bentuk
rambut, pecut, sembulan, bulu dan lain-lain.
Derivat sisik yang dapat ditemui adalah modifikasi sisik placoid membentuk gigi
Shark, kelenjar racun pada Dasyatidae. Selain itu terdapat juga bentukan barbells
clan flaps selain organ cahaya.
Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannva, vaitu:
1. Sisik Placoid, yaitti sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan
disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana
bagian ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin
dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.
2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie,
lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah,
syaraf dan substansi tulang isopedine.
3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar b erupa pemunpukan
garani-garam anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat
substansi tulang isopedine.
4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik
ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan.

Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk
sisik tersebut, yaitu:
1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdamputgan atau
sebelah menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.
2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan
pertumbuhan yang sebelah menyebelah.
3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana
didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian
posteriornya dan bentukan sisir pada bagian anteriornya.

BAB 5. PENUTUP.

Pengamatan anatomi dan histology ikan telah banyak memberikan penjelasan


kepada penulis sehingga penulis dapat mengetahui anatomi ikan secara langsung dari
ikan-ikan yang penulis amati. Namun, disamping itu masih banyak kekuranngan yang
penulis rasakan di dalam melakukan pengamatan anatomi dan histology ikan yang telah
dilakukan diantaranya tidak adanya pengamatan histology yang lebih spesifik sehingga
penulis dan para mahasiswa praktisi tidak dapat mengetahui seutuhnya.
Untuk kedepannya penulis harapkan kepada tim teknisi praktek agar para
mahasiswa selanjutnya yang melakukan praktek yang sama akan bias mendapatkan hasil
praktek yang lebih kongkrit lagi.

DAFTAR PUSTAKA

-------------. 2010. Penggolongan dan klasifikasi ikan. http://o-


nlinenews.blogspot.com/p/penggolongan-dan-klasifikasi-ikan_02.html.
[Diakses 20 April 2010].
Affuwa. 2007.Jaringan pada Hewan.http://affuwa.wordpress.com. Diakses pada tanggal
17 April 2010.

Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan
baung (Mystus nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh
Sungai Kampar pusat penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak
diterbitkan).

Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed.
Butterwotrhs, London.

ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua
New Guinea

Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring
Di Kabupaten Bengkalis. Riau.

ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D.


Mahkota. Jakarta. 14 halaman.

Bavelander G, dkk. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.

Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.

Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach
and development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn
30 pp

Botanika. 2008. Fixation mbedding sectioning.http//botanika.biologija.org. Diakses


tanggal 17 April 2010.

Caroko, Edhi. dkk. 2009. Berharap Menjaring Devisa dari Si Nila


http://www.majalahtrust.com/bisnis/peluang/806.php. [diakses tanggal 24
April 2010].

DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di Waduk


PLTA Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar
Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang, Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan).

Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178.
Ottawa. 48 p.
Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University
Press. New York.
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit
dan Jaringan Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).

DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS. 1996/1997. Kebijaksanaan umum


tentang perikanan dan kelautan. Bengkalis. 27 hal

DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat
pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak
diterbitkan).

Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I.


Direktorat jendral perikanan. Jakarta

DJUHANDA, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.

EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New
York.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia.


Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon.
2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas
Riau. Pekanbaru.180 hal

FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan.


Diterjemahkan Tim Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek
Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal.

Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal
Litbang, IX (4) : 69-75.

GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya
dengan Fishing Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.

HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983.


Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat Penelitian
Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak diterbitkan).

HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing
(New Book) Ltd. London.
Jvetunud. 2008. Parafin Hewan.http://www.jvetunud.com. [Diakses tanggal 17 April
2009 ].

KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan
penangkapan iakn Semarang, Semarang. 188 hal.

KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN., S. N. KARTIKASARI dan S. WIROATMODJO.


1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar
Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Limited. Munich,
Germany. 293 hal.

KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.

Kusrini, Eni, dkk. 2007. Anatomi Organ Pencernaan Oreochromis sp.


http://naksara.net/Aquaculture/Reproduction/pembenihan-ikan-nila.html
[diakses tanggal 24 April 2010].

Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley
and Sons, inc. New York. 506 p.

LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum


Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.

MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri.
(tidak diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.

MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia.
Dewan Bahasa dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala
Lumpur. 281 Halaman.

Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal

Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Situbondo. 190 hal.

Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan


Intervensi Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal.

Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.

Nontji.1993.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan.368 hal.


NOVRIYENNI. 1995. Inventarisasi Jenis Fitoplankton di Sungai Sail Kelurahan
Tangkerang Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. UNRI. Pekanbaru. 55 hal
(tidak diterbitkan)
.
Ommanney.1985.The fishes.Tira pustaka: Jakarta.

Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588
Halaman

PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat
Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan).

Robby N, dkk. 2000. Histologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sucipto, Adi . 2008. Pembenihan Ikan Nila.http://naksara.net/Aquaculture/Fish-


Health/pembenihan-ikan-nila.html. [diakses tanggal 24 April 2010].

Wikipedia I. 2009. Histologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Histologi. [Diakses 15 April


2010].

------------ II. 2009. Ikan Nila. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan nila. [Diakses 15 April


2010].

-------------III. 2009. Anatomi. http://id.wikipedia.org/wiki/Anatomi. [Diakses 20 April


2010].

LAMPIRAN.
Kegiatan Praktek Pengamatan Anatomi dan Histoligi Ikan.
Pengamatan pada ikan Bawal

Pengamatan pada ikan Nila


Pengamatan Pada ikan Tongkol
Pengamatan Pada Belut

You might also like