Professional Documents
Culture Documents
Makalah
Oleh : Sumarsono
Asumsi yang terbangun selama ini setidaknya ada tiga musuh bangsa yang
berpotensi menghancurkan bangsa, yaitu kemiskinan, kebodohan, dan kebobrokan
moral. Ketiga musuh ini harus secara simultan dan serius diperangi. Kemiskinan
dapat diberantas dengan pembangunan ekonomi agar kesejahteraan dicapai oleh
rakyat secara luas.
Bagi bangsa Indonesia, masalah moralitas adalah suatu hal yang mutlak
harus dimiliki oleh setiap pemimpin bangsa. Pemimpin harus memiliki moral
yang tinggi, terutama dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan erang
banyak. Prinsip tasharruful imam ala rayatihi manuthun bil maslahah
(kebijaksanaan pemimpin bergantung pada kemaslahatan rakyat) harus dipakai
oleh setiap pemimpin dalam mengambil kebijakan/keputusan.
LANDASAN MORAL KEPEMIMPINAN
Pepatah Arab yang cukup terkenal di Indonesia mengatakan “Innamal
umamu akhlaqu maa baqiat fain humu jahabat akhlaquhum jahabu” Artinya suatu
umat akan kuat karena berpegang teguh pada moralitas yang ada, namun apabila
moral diabaikan maka tunggulah kehancuran umat tersebut.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 1
Pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang memiliki kompetensi
untuk mewujudkan visi organisasi secara bersamasama dengan sumber daya
manusia (SDM) yang dipimpinnya. Seorang pimpinan yang memiliki kemampuan
rethingking future. Pimpinan yang mampu menggerakkan seluruh potensi yang
dimiliki organisasi kearah masa depan yang lebih cemerlang. Pimpinan yang
berpenampilan menggetarkan dan penuh kewibawaan sehingga mampu
membangun semangat setiap pribadi untuk ikut ambil bagian dalam mewujudkan
cita – cita bangsa. Pimpinan yang tidak hanya menguasai permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa., tetapi juga memiliki semangat membara untuk bersama –
sama menyelasaikan masalah secara cepat dan tepat (high commitment and high
abstraction).
Sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam tentu sangat efektif jika di
masa datang mencontoh dan meneladani kepemimpinan Rasulullah Muhammad
SAW dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan
Pancasila, seorang pemimpin bisa mengaktualisasikan kempimpinan Pancasila
dalam seluruh aspek kehidupan terlebih dalam mengharmonisasikannya dengan
nilai global untuk menghadapi dan menyelesaikan krisis yang multidimensi saat
ini.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 2
kemampuan orang yang dipimpin dan menghormati mereka sebagai abdi Negara
yang sama–sama beribadah mencari ridla Allah SWT.
Landasan Moral Kepemimpinan Rasullullah
Sidik (Kejujuran)
Selama hidupnya Rasulullah Saw sama sekali tak pernah berdusta. Baik itu
sebelum beliau diangkat menjadi nabi atau sesudahnya. Sampai usia 40 tahun
beliau tidak dikenal sebagai negarawan.pengkhutbah atau seorang orator. Ia tidak
pernah tampak berbicara tentang masalahmasalah etika, metafisika, hukum,
politik, ekonomi ataupun masalahmsalah sosial. Namun tidak diragukan lagi
bahwa ia memiliki karakter yang luar biasa baiknya, tutur kata dan perilaku mulia
dan penampilan yang menawan. Pada saat itu belum terjadi perubahan besar pada
dirinya yang membuat orang mengharapkan terjadinya perubahan luar biasa pada
dirinya di masa yang akan datang. Tetapi, ketika ia keluar dari gua Hira dengan
membawa risalah kenabian, beliau benarbenar berubah. Dengan sifat sidik yang
tertanam dalam jiwa tumbuh dan berkembang sifat yang dipengaruhi kebenaran
dan kejujuran, sehingga terhindar dari dirinya kesalahan atau tidak akan ada
kemungkinan lagi timbul dari dalam dirinya nilainilai kejujuran dan kebenaran
serta keadilan, maka yang timbul adalah karakter dan kepribadian yang senantiasa
jujur dan adil pula.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 3
Amanah
(#qßJä3øtrB br& Ĩ$¨Z9$# tû÷üt/ OçFôJs3ym #sŒÎ)ur $ygÎ=÷dr& #’n<Î) ÏM»uZ»tBF{$# (#r–Šxsè? br& öNä.ã•ãBù'tƒ ©!$# ¨bÎ) *
ÇÎÑÈ #ZŽ•ÅÁt/ $Jè‹Ïÿxœ tb%x. ©!$# ¨bÎ) 3 ÿ¾ÏmÎ/ /ä3ÝàÏètƒ $-KÏèÏR ©!$# ¨bÎ) 4 ÉAô‰yèø9$$Î/
Dan Sifat Amanah ini haruslah dimiliki oleh setiap pribadi muslim terlebih
lagi para pemimpin muslim yang nota benenya beruswah kepada Rasulullah Saw.
Adil
Tak akan diskriminasi dalam masalah hukum, semuanya sama dalam kaca
mata undangundang. Ada praktek kolusi dan manipulasi dalam masalah
hukum/undangundang merupakan sumber kehancuran generasi
generasiterdahulu, demikian statement dan kebijakan tegas Rasul kepada yang
meminta keringanan hukuman.Sikap adil ini merupakan perwujudan dari
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 4
ketaqwaan yang ada di kalbu seorang muslim. Allah Swt berfirman:
ãb$t«oYx© öNà6¨ZtBÌ•ôftƒ Ÿwur ( ÅÝó¡É)ø9$$Î/ uä!#y‰pkà- ¬! šúüÏBº§qs% (#qçRqä. (#qãYtB#uä šúïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ
$yJÎ/ 7Ž•Î6yz ©!$# žcÎ) 4 ©!$# (#qà)¨?$#ur ( 3“uqø)-G=Ï9 Ü>t•ø%r& uqèd (#qä9ωôã$# 4 (#qä9ω÷ès? žwr& #’n?tã BQöqs%
ÇÑÈ šcqè=yJ÷ès?
8. Hai orangorang yang beriman hendaklah kamu Jadi orangorang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. AlMaidah :18)
Fathonah (Kecerdasan)
Cara berfikir dan cara bertindaknya senantiasa dilakukan dengan caracara
yang benar, jujur dan adil tanpa menutup diri dari sikap waspada dalam
menghadapi setiap permasalahan yang muncul. Sehingga beliau mampu bertemu
dan bertatap muka dalam arena hujjah dengan penuh kematangan dan persiapan
yang prima
Tabligh
Hal inilah yang perlu diteladani oleh para da'i dan pemimpin umat dewasa
ini bila menginginkan diri mereka mendapatkan tempat di hati orang banyak
sebab omongan yang tak jelas berbau provokasi, kedustaan dan penuh caci maki
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 5
sama sekali tak akan mendatangkan kebaikan. Bukankah amat sering kita
mendengar pernyataan hati ini demikian lalu keesokan harinya diralat, maka
kepercayaan rayat atau masyarakat pun segera hilang dan segera pula timbul
gejolak di sana sini.
Ketaqwaan
Jelas lewat hadits ini Rasulullah Saw adalah manusia yang paling
bertaqwa. Allah Swt berfirman :
¨bÎ) 4 (#þqèùu‘$yètGÏ9 Ÿ@ͬ!$t7s%ur $\/qãèä© öNä3»oYù=yèy_ur 4Ós\Ré&ur 9•x.sŒ `ÏiB /ä3»oYø)n=yz $¯RÎ) â¨$¨Z9$# $pkš‰r'¯»tƒ
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 6
MORAL KEPEMIMPINAN DALAM SERAT JATIPUSAKA
MAKUTHA RAJA
Peran dan fungsi manusia ibarat wadah, bentuk, format. Sedangkan hak
dan kewajiban adalah ibarat isi. Antara wadah dengan isi haruslah memiliki
kesejajaran. Peran dan fungsi raja dilambangkan dengan mahkota dan baju
kebesaran yang dikenakannya. Sehingga pada dasarnya simbolisasi peran raja
yang memakai mahkota indah haruslah terwujud dalam kewajiban dan tugas serta
tanggungjawab yang sesuai dengan baju yang dikenakannya.
Serat Makutha Raja merupakan tulisan Sultan Hamengku Buwono V yang
merupakan pedoman bagi raja atau pemimpin. Sebagai buku, serat ini
mengandung ajaranajaran moral yang seharusnya (das Sollen) dilakukan dan
dijalankan oleh Raja ataupun pemimpin pada umumnya. Sebagai kitab ajaran,
berisi aturanaturan yang bersifat imperatif atau mengharuskan. Tetapi tentu saja
ini juga merupakan bagian dari membangun kesadaran moral seorang pemimpin.
Serat Makutha Raja sendiri merupakan buku pedoman bagi rajaraja yang
ditulis dan kemudian dikenalkan pada 19 November tahun 1851, pada masa
Hamengku Buwono V dengan sistematika berdasarkan tembang ataupun sekar
dalam tradisi kultural Jawa, yakni Pupuh Sinom, Pupuh Dandanggula, Pupuh
Mijil, Pupuh Maskumambang, Pupuh Pangkur, Pupuh Kinanthi.
Di samping itu juga, seorang raja harus tidak boleh lari dari tanggungjwab
dan mementingkan ego maupun golongannya sendiri. Sebagaimana yang tertulis:
“Ratu ingkang nyakra buwana menika awas lan tansah saguh samadi, mboten
pilih nilaraken praja, sarta golonganipun dipurih asih, nyakra buwana murti
menika cakra mider nukma ing praen, destun dipun damari amrih terang ing
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 7
jagad, nala, dipun campur mati sukma prasasat narendra.”
Di dalam Pupuh Dandanggula tercatat seorang raja harus memiliki ilmu
yang luas. Tertulis dalam hal ini:
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 8
cara hidup yang berdasarkan keindahan atau harmoni. Yang pertama, adalah
sebagai penguasa yang diteladani insan sedunia. Mulku tinuladh ing sanningrat.
Sifat kedua, penguasa bertugas menghilangkan kekhawatiran masyarakat. Salah
satunya dengan cara penjahat dibasmi tanpa pandang bulu. Yang ketiga, raja atau
pemimpin bertugas untuk berderma seperti bungabunga berguguran yang
menyebarkan semerbak harum mewanginya. Yang keempat, pemimpin atau raja
harus memiliki sifat welas asih dan selalu melaksanakan ajaranajaran kebaikan,
ketentraman, dalam kesucian. Yang kelima, mensejahterakan dengan keselamatan,
sehingga semuanya menikmati, mengubah kemarahan ke dalam kesabaran yang
tinggi. Yang keenam, raja atau pemimpin harus mengusahakan kesejahteraan,
kenikmatan, kebaikan, kepada semua orangorang yang telah membantunya. Yang
ketujuh, raja atau pemimpin harus pasrah tawakkal terhadap anugrah Tuhan yang
diberikan kepadanya. Yang kedelapan, raja atau pemimpin memiliki kemampuan
untuk berguna bagi seluruh wilayah yang dikuasainya.
ETIKA KEPEMIMPINAN
Apakah “Etika” itu?
Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang
digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu
situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada
dalam organisasi dan diri pribadi.
Apakah “Kepemimpinan yang Etis” itu
Kepemimpinan yang etik menggabungkan antara pengambilan keputusan
etik dan perilaku etik; dan ini tampak dalam konteks individu dan organisasi.
Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan etik
dan berperilaku secara etik pula, serta mengupayakan agar organisasi memahami
dan menerapkannya dalam kodekode etik.
Saransaran untuk perilaku secara etik
Bila pemimpin etik memiliki nilainilai etika pribadi yang jelas dan nilai
nilai etika organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan
nilainilai tersebut. Ada beberapa saran yang diadaptasi dari Blanchard dan Peale
(1998) berikut ini:
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 9
a. berperilakulah sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda
(Blanchard dan Peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin anda
lalui dalam hidup ini; jalan yang memberikan makna dan arti hidup anda.)
Sebuah tujuan pribadi yang jelas merupakan dasar bagi perilaku etik.
Sebuah tujuan organisasi yang jelas juga akan memperkuat perilaku
organisasi yang etik.
b. berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa
bangga akan perilaku anda. Kepercayaan diri merupakan seperangkat
peralatan yang kuat bagi perilaku etik. Bukankah kepercayaan diri
merupakan rasa bangga (pride) yang diramu dengan kerendahan hati
secara seimbang yang akan menumbuhkan keyakinan kuat saat anda harus
menghadapi sebuah dilema dalam menentukan sikap yang etik.
c. berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda
dan diri anda sendiri. Kesabaran, kata Blanchard dan Peale, menolong kita
untuk bisa tetap memilih perilaku yang terbaik dalam jangka panjang, serta
menghindarkan kita dari jebakan halhal yang terjadi secara tibatiba.
d. berperilakulah dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etik sepanjang
waktu, bukan hanya bila kita merasa nyaman untuk melakukannya.
Seorang pemimpin etik, menurut Blanchard dan Peale, memiliki
ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita
citakannya.
e. berperilakulah secara konsisten dengan apa yang benarbenar penting. Ini
berarti anda harus menjaga perspektif. Perspektif mengajak kita untuk
melakukan refleksi dan melihat halhal lebh jernih sehingga kita bisa
melihat apa yang benarbenar penting untuk menuntun perilaku kita
sendiri.
Khamim Tohari (2009) menyampaikan bahwa etika yang merupakan
refleksi dari moral ketaqwaan yang bersumber dari Pancasila. Etika yang
berhimpitan dengan “moral ketaqwaan” mampu melahirkan pemimpin yang sadar
akan keterbatasan kekuasaannya. Mengakui dan mendukung adanya keterbatasan
penggunaan kekuasaan pasti akan mencetak pimpinan yang mampu menghindari
penyalahgunaan kewenangan. Pemimpin yang secara sadar menghindari
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 10
terjadinya pemerintahan otoriteristik dan kekuasaan absolute . Etika yang
berlandaskan ketaqwaan akan menghasilkan gaya kepimipinan responsive –
akomodatif – yang menyatu dengan gaya kepemimpinan proaktif ekstraktif
sehingga pemimpin menjadi berwibawa dan dipatuhi.
PEMIMPIN PENDIDIKAN
1. Mampu menginspirasi melalui antusiasme yang menular.
Pendidikan harus dikelola secara sungguhsungguh, oleh karena itu para manajer
(pemimpin) pendidikan harus dapat menunjukkan semangat dan kesungguhan di
dalam melaksanakan segenap tugas dan pekerjaanya. Semangat dan kesungguhan
dalam bekerja ini kemudian ditularkan kepada semua orang dalam organisasi,
sehingga mereka pun dapat bekerja dengan penuh semangat dan besungguh
sungguh.
2. Memiliki standar etika dan integritas yang tinggi.
Penguasaan standar etika dan integritas yang tinggi oleh para manajer atau
pemimpin pendidikan tidak hanya terkait dengan kepentingan kepemimpinan
dalam organisasi, namun juga tidak lepas dari hakikat pendidikan itu sendiri.
Pendidikan adalah usaha untuk menciptakan manusiamanusia yang memiliki
standar etika dan kejujuran yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan sudah
seharusnya dipegang oleh para manajer (pemimpin) yang memiliki standar etika
dan kejujuran yang tinggi, sehingga pada gilirannya semua orang dalam organisasi
dapat memiliki standar etika dan kejujuran yang tinggi.
3. Memiliki tingkat energi yang tinggi.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 11
generasi. Untuk mengurusi pendidikan dibutuhkan energi dan motivasi yang
tinggi dari para manajer dan pemimpin pendidikan. Pendidikan membutuhkan
manajer (pemimpin) yang memiliki ketabahan, daya tahan (endurance) dan
pengorbanan yang tinggi dalam mengelola pendidikan.
4. Memiliki keberanian dan komitmen
Saat ini pendidikan dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubahubah, yang
menuntut keberanian dari para manajer (pemimpin) pendidikan untuk melakukan
perubahanperubahan agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang ada.
Selain itu, pendidikan membutuhkan manajer (pemimpin) yang memiliki
komitmen tinggi terhadap pekerjaannya. Kehadirannya sebagai manajer
(pemimpin) benarbenar dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi
kemajuan organisasi, yang didasari rasa kecintaannya terhadap pendidikan.
5. Memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan bersikap nonkonvensional.
Saat ini permasalahan dan tantangan yang dihadapi pendidikan sangat kompleks,
sehingga menuntut caracara penyelesaian yang tidak mungkin hanya dilakukan
melalui caracara konvensional. Manajer (pemimpin) pendidikan yang memiliki
kreativitas tinggi akan mendorong terjadinya berbagai inovasi dalam praktik
praktik pendidikan, baik pada tataran manjerialnya itu sendiri maupun inovasi
dalam praktik pembelajaran siswa.
6. Berorientasi pada tujuan, namun realistis
7. Memiliki kemampuan organisasi yang tinggi
Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang melibatkan banyak komponen, yang di
dalamnya membutuhkan upaya pengorganisasian secara tepat dan memadai.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 12
Bagaimana mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada, bagaimana
mengoptimalkan kurikulum dan pembelajaran, bagaimana mengoptimalkan
sumber dana, dan bagaimana mengoptimalkan lingkungan merupakan halhal
penting dalam pendidikan yang harus diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga
menuntut kemampuan khusus dari para manajer (pemimpin) pendidikan dalam
mengorganisasikannya.
8. Mampu menyusun prioritas
9. Mendorong kerja sama tim dan tidak mementingkan diri sendiri, upaya
yang terorganisasi.
10. Memiliki kepercayaan diri dan memiliki minat tinggi akan pengetahuan.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 13
pendidikan harus dapat menunjukkan intelektualitas yang tinggi, dengan memiliki
minat yang tinggi akan pengetahuan, baik pengetahuan tentang manajerial,
pengetahuan tentang perkembangan pendidikan bahkan pengetahuan umum
lainnya.
11. Sesuai dan waspada secara mental maupun fisik.
12. Bersikap adil dan menghargai orang lain.
3. Menghargai kreativitas
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sentuhan kreativitas dari semua
orang yang terlibat di dalamnya. Tidak hanya menajer (pemimpin) yang dituntut
untuk berfikir kreatif, tetapi semua orang dalam organisasi harus ditumbuhkan
kreativitasnya. Pemikiran kreatif biasanya berbeda dengan caracara berfikir pada
umumnya. Dalam hal ini, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat
mengakomodasi pemikiranpemikiran kreatif dari setiap orang dalam organisasi,
yang mungkin saja pemikiranpemikiran itu berbeda dengan sudut pandang yang
dimilikinya.
14. Menikmati pengambilan resiko.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 14
Tatkala keputusan untuk berubah dan berinovasi telah diambil dan segala resiko
telah diperhitungkan secara cermat. Namun dalam implementasinya, tidak
mustahil muncul halhal yang berasa di luar dugaan sebelumnya, maka dalam hal
ini, manajer (pemimpin) pendidikan harus tetap menunjukkan ketenangan,
keyakinan dan berusaha mengendalikan resikoresiko yang muncul. Jika memang
harus berhadapan dengan sebuah kegagalan, manajer (pemimpin) pendidikan
harus tetap dapat menunjukkan tanggung jawabnya, tanpa harus mencari kambing
hitam dari kegagalan tersebut. Selanjutnya, belajarlah dari pengalaman kegagalan
tersebut untuk perbaikan pada masamasa yang akan datang..
15. Menyusun pertumbuhan jangka panjang
16. Terbuka terhadap tantangan dan pertanyaan.
17. Tidak takut untuk menantang dan mempertanyakan.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 15
mencerminkan inovasi dalam organisasi. Dengan demikian, menjadi manajer
(pemimpin) pendidikan tidak hanya sekedar melaksanakan rutinitas dan standar
pekerjaan baku, tetapi memunculkan pula sesuatu yang inovatif untuk kemajuan
organisasi.
18. Mendorong pemahaman yang mendalam untuk banyak orang.
19. Terbuka terhadap ideide dan pandangan baru.
20. Mengakui kesalahan dan beradaptasi untuk berubah.
Asumsi yang mendasarinya adalah manajer (pemimpin) pendidikan adalah
manusia, yang tidak luput dari kesalahan. Jika melakukan suatu kesalahan,
seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memiliki keberanian untuk
mengakui kesalahannya tanpa harus mengorbankan pihak lain atau mencari
kambing hitam. Lakukan evaluasi dan perbaikilah kesalahan pada masamasa
yang akan datang. Jika memang kesalahan yang dilakukannya sangat fatal, baik
secara moral, sosial, maupun yuridis atau justru dia terlalu sering melakukan
kesalahan mungkin yang terbaik adalah adanya kesadaran diri bahwa
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 16
sesungguhnya dia tidak cocok dengan tugas dan pekerjaan yang diembannnya,
dan itulah pilihan yang terbaik bagi dirinya dan organisasi.
KESIMPULAN
Sikap yang tidak menjunjung moralitas, terlebih lagi pragmatisme dalam
kehidupan seorang pemimpin harus segera ditinggalkan karena dapat merugikan
diri sendiri dan orang lain. Sikap berani menyatakan suatu itu benar dan berani
pula menyatakan suatu itu salah tanpa berusaha menutupnutupi adalah sikap
kenegarawanan yang harus ditunjukkan oleh para pemimpin bangsa ini,
walaupun konsekuensi yang diterima bisa terasa pahit/menyakitkan.
Sikap kepurapuraan atau menyembunyikan kebenaran atau takut
menyatakan yang salah itu salah merupakan tindakan yang tidak bermoral, apalagi
sampai memutar balik keadaan yang sesungguhnya terjadi. Sikap ini adalah sikap
yang munafik. Seharusnya, seorang pemimpin harus mengedepankan sikap yang
jujur dan bertanggung jawab. Apa yang disampaikan hendaknya harus sama
dengan kenyataan yang terjadi.
Pemimpin harus mempunyai sikap gentleman dalam menyampaikan
kebenaran. Jangan sampai kebenaran itu hendak ditukar dengan imingiming
kekuasaan atau materi. Kalau ini terjadi, sangat membahayakan keberlangsungan
suatu bangsa. Bisa saja bangsa tersebut akan terpuruk dan susah majunya karena
moralitas pemimpin bangsanya yang rendah.
Teladan pada saat Abu Bakar AshShiddiq terpilih secara musyawarah
sebagai khalifah pengganti Rasulullah, kalimat pertama yang dia ucapkan adalah
"Selama aku memimpin, kalau benar ikuti dan kalau salah tolong untuk ditegur/
diingatkan." Dan, Abu Bakar selama kepemimpinan konsisten memegang
ucapannya tadi sehingga pada zaman itu semua kebijakan yang diambil, dapat
dirasakan manfaatnya bagi orang yang dipimpinnya.
Pada saat M Natsir memimpin bangsa ini sebagai perdana menteri, beliau
juga menjunjung tinggi prinsip amar maruf ndhi munkar dalam pemerintahannya.
Kritik dan saran dari kawan ataupun lawan politiknya selalu diperhatikan untuk
dicari solusinya. Beliau tidak pernah sekalipun merasa benar sendiri dan menyam
pingkan kritik dan saran dari orang lain.
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 17
Sekarang, sudah tiba saatnya keharusan para pemimpin bisa meniru
kepemimpinan para figur yang disebutkan di atas. Jangan menjadikan jabatan dan
kekuasaan sebagai tujuan, tapi jadikanlah jabatan dan kekuasaan tersebut sebagai
amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada publik juga Allah SWT.
Moralitas kepemimpinan dapat dikembangkan dengan kesadaran
transendental atas keyakinan kebenaran agama. Tentu jangan sampai terjadi
agama berhenti pada tataran formalistik, sehingga agama justru dipakai sebagai
alat pembenaran untuk meraih kekuasaan dan mempertahankannya. Namun tentu
saja faktualitas kultural dan aktualitas zaman dan persoalan haruslah pula menjadi
pertimbangan.
Dimasa masa mendatang, diperlukan suatu pedoman moral bagi para
pemimpin yang tidak melulu didasarkan atas paradigma kepemimpinan “barat”
yang barangkali memiliki akar kultural dan cara pemecahan masalah yang
berbeda dengan kita. Sehingga penelitian lebih lanjut mengenai ajaran moral
kepemimpinan baik berdasarkan paradigma keislaman maupun akar kultural kita
sendiri diperlukan. Sehingga gagasan maupun aktualisasi kepemimpinan kita
dapat dilakukan tanpa harus tercerabut dari akar tradisi kita sendiri.
DAFTAR RUJUKAN
Arief, “Seni Management Kepemimpinan Jawa” dalam
http://www.facebook.com/topic.php?uid=146303255797&topic=11174
diakses tanggal 11 april 2010 pukul 1:43 pm
Rusliana Ade, 2008, “Profil Manajer dan Pemimpin Pendidikan yang Dibutuhkan
Saat ini” dalam http://www.sman1sukaraja.com/index.php?option=com
_content&view= article&id=55:profilmanajerdanpemimpinendidikan
yang dibutuhkan saatini&catid=36:kepemimpinan&Itemid=58
Zubair, Achmad Charris dalam http://bybea.blogspot.com/2010/04/moral
kepemimpinanyangterdapatdalam.html diakses tanggal 11 april 2010
pukul 1:29 pm
,2007, “AlQur’an dan terjemah”, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo
Landasan moral dan Etika Kepemimpinan 18