Professional Documents
Culture Documents
Dasar‐Dasar Asuransi Jiwa
dan Asuransi Kesehatan
edisi Perdana
Tim Penyusun :
Dr. H. Noor Fuad, M.Sc.,Ph.D., FLMI, AIAF, AAIJ, QIP
H. Kasir Iskandar, MBA, M.Sc., FSAI, AAIJ, QIP
Drs. Ketut Sendra, SH, MM, AAIJ, CLU, QIP
Dr. Faustinus Wirasadi, FLMI, FIIS, AAIJ, QIP
Penerbit :
Bidang Penelitian dan Pengembangan
Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan YME, Buku Dasar‐Dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi
Kesehatan edisi Perdana. Merupakan kebanggaan bagi kita segenap Pengurus dan Anggota
AAMAI (Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia), karena dalam rangka mensosialisasikan
wawasan tentang perasuransian baik itu asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan sehingga
kami dapat menerbitkan buku ini.
Pada Edisi Perdana ini, buku ini terbagi atas empat belas Bab pembahasan yaitu
pengenalan tentang asuransi baik jiwa maupun kesehatan, aspek teknis asuransi, manfaat
dan hak‐hak pemegang polis, dan lain‐lain.
Penjelasan dalam buku ini dibuat sederhana dan selengkap mungkin sehingga diharapkan
pembaca dapat memahami isi buku ini secara komprehensif. Kemudian dengan adanya
ilustrasi gambar alur proses pengajuan polis dan klaim dapat membantu pembaca memahami
buku ini lebih mudah.
Kami berharap buku ini bisa menjadi panduan yang tepat bagi pembca untuk memahami
asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, yang akhirnya menumbuhkan kesadaran bagi pembaca
untuk memanfaatkan produk‐produk asuransi bagi dirinya maupun anggota keluarganya.
Akhirnya pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sampaikan satu per satu, terutama sudah membantu, baik dalam bentuk
bahan naskah, saran maupun kritik, sehingga Buku Dasar‐Dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi
Kesehatan edisi Perdana ini dapat diterbitkan.
Salam dari kami,
Redaksi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I MENGENAL ASURANSI JIWA ........................................................................... 1
BAB II RISIKO DAN ASURANSI .................................................................................... 37
BAB III KONTRAK ASURANSI ....................................................................................... 63
BAB IV POLIS ASURANSI .............................................................................................. 101
BAB V ASPEK TEKNIS ASURANSI ............................................................................... 127
BAB VI ASURANSI JIWA BERJANGKA .......................................................................... 145
BAB VII ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA ............................................... 155
BAB VIII MANFAAT – MANFAAT TAMBAHAN ............................................................... 175
BAB IX SYARAT – SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN ........................ 187
BAB X HAK – HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI ...................................................... 199
BAB XI ASURANSI JIWA KUMPULAN .......................................................................... 207
BAB XII ASURANSI KESEHATAN ................................................................................... 229
BAB XIII ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN .......................................................... 241
BAB XIV ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN .............................................................. 251
ii
Mengenal Asuransi Jiwa
BAB I
MENGENAL ASURANSI JIWA
IHTISAR BAB TUJUAN
Industri Asuransi Jiwa dan Kesehatan Setelah membaca bab atau bagian ini
¾ Asuransi Jiwa Individu/Perorangan diharapkan dapat:
(Individual Life Insurance)
¾ Asuransi Jiwa Kumpulan (group life o Mengenal Jenis‐jenis asuransi jiwa
insurance) perorangan;
Bentuk‐Bentuk Organisasi Bisnis
¾ Perseroan atau PT (Stock Insurance o Mengenal Jenis‐jenis asuransi jiwa
Companies) kumpulan;
¾ Usaha Bersama (Mutual Insurance
Companies) o Menjelaskan bentuk‐bentuk organisasi
¾ Fraternal Benefit Society bisnis dalam perusahaan Asuransi jiwa
Distribusi bancassurance berbentuk perseroan terbatas;
¾ Regulasi bancassurance dalam UU
Usaha Perasuransian. o Menjelaskan bentuk‐bentuk organisasi
¾ Regulasi bancassurance dalam bisnis dalam perusahaan Asuransi jiwa
peraturan perbankan berbentuk usaha bersama;
o Menjelaskan bentuk‐bentuk organisasi
bisnis dalam perusahaan Asuransi jiwa
berbentuk fraternal;
o Mengenal bancassurance merupakan
salah satu bentuk distribusi produk
asuransi melalui jasa perbankan.
A. Industri Asuransi Jiwa dan Kesehatan
Industri asuransi jiwa merupakan salah satu industri yang berhasil guna dan tepat
guna dalam mendukung pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Operasional dan cara kerja industri ini harus dilakukan sesuai perundang‐
undangan yang berlaku di masing‐masing Negara. Sebuah usaha yang memproduki
barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen/masyarakat, kemudian menjualnya ke pasar,
pada umumnya bertujuan untuk menghasilkan keuntungan atau Profit. Profit adalah
pendapatan berupa sejumlah uang yang diterima dari hasil penjualan barang atau jasa
setelah dikurangi dengan biaya‐biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan dan
memasarkan barang atau jasa tersebut. Profit adalah hasil penjualan barang atau jasa
setelah dikurangi dengan biaya‐biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan dan
1
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
memasarkan barang atau jasa tersebut. Asuransi jiwa dan kesehatan, dimana di dalamnya
termasuk bisnis annuitas dan asuransi syariah, juga mempunyai tujuan yang sama yaitu
memperoleh keuntungan dari produk‐produk yang dipasarkan. Asuransi kesehatan,
sebenarnya dapat dimasukkan dalam kelompok asuransi jiwa, karena produk‐produknya
memberikan proteksi atas aspek‐aspek yang berkaitan dengan kesehatan seseorang,
misalnya Asuransi Rawat Inap yang memberikan jaminan perawatan tertentu apabila
seorang tertanggung mengalami atau menderita suatu penyakit dan harus dilakukan
opname di rumah sakit. Khusus mengenai annuitas dan asuransi syariah, akan dibahas
secara khusus dalam bagian tersendiri.
Ditinjau dari pasar dan produknya, asuransi jiwa dan kesehatan dipasarkan kepada
konsumennya berdasarkan pada segmentasi pasar (market segmentation) atau
berdasarkan pada hasil pemetaan pasar (market mapping).
Berdasarkan pada hasil segmentasi pasar atau pemetaan pasar, asuransi jiwa
dipasarkan melalui 2 (dua) jalur bisnis sebagai berikut:
1. Asuransi Jiwa Individu/Perorangan (Individual Life Insurance) meliputi:
Asuransi Jiwa Biasa (ordinary life insurance)
Asuransi Jiwa Industrial (industrial life insurance)
2. Asuransi Jiwa Kumpulan (group life insurance)
1. Asuransi Jiwa Perorangan
Asuransi jiwa perorangan atau individual life insurance adalah produk asuransi
jiwa yang dipasarkan secara individual (orang per orang). Oleh karena sifatnya yang
demikian maka proses underwriting (seleksi) terhadap calon tertanggung juga
dilakukan secara orang per orang (person by person), sehingga sangat
memungkinkan tarif preminya menjadi lebih mahal dikarenakan oleh biaya proses
seleksi tersebut. Selain itu, premi asuransi perorangan juga sangat bervariasi
dikarenakan oleh perbedaan kondisi dan karakteristik masing‐masing individu calon
tertanggung. Dalam hal penetapan tarif premi, terkadang ditetapkan berdasarkan
pada visi, misi dan strategi pemasaran yang diaplikasikan oleh perusahaan. Faktor
yang seringkali juga digunakan dalam menentukan besaran premi adalah biaya
(loading atau expenses) dan keuntungan atau profit. Semua strategi tersebut
bertujuan untuk memenangkan persaingan dalam industri. Cost reduction concept
atau effisiensi biaya sering dilakukan untuk menentukan tarif yang murah, sehingga
dapat bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar.
Misalnya saja sebuah produk asuransi jiwa (life insurance plan) yang di dalamnya
mengandung unsur proteksi dan tabungan (protection and saving) oleh sebuah
perusahaan asuransi jiwa dinamakan “dwiguna“, dirancang untuk memberikan
manfaat (benefit) sebagai berikut :
“Apabila tertanggung meninggal dunia dalam jangka waktu atau kontrak
asuransinya, maka kepada ahli waris (beneficiary) yang ditunjuk akan
dibayarkan manfaat (santunan) sebagaimana ditetapkan di dalam polis
asuransinya, dan apabila tertanggung masih hidup (survive) pada saat
2
Mengenal Asuransi Jiwa
berakhirnya kontrak asuransi, maka kepadanya juga akan dibayarkan manfaat
atau santunan yang diperjanjikan dalam polis“.
Di Indonesia istilah yang juga sering dipergunakan untuk menyebutkan santunan
atau benefit adalah uang pertanggungan.
Dalam asuransi perorangan, setiap polis diterbitkan atas dasar pertimbangan
karakteristik orang per orang, sehingga meskipun beberapa polis diterbitkan untuk
individu yang usianya relatif sama, uang pertanggungannya persis sama besarnya,
jangka waktu asuransinya juga sama, sangat dimungkinkan besaran preminya
berbeda, misalnya karena kondisi kesehatan atau hobinya yang berbeda. Misalnya
saja, bagi seorang tertanggung yang mengidap suatu penyakit tertentu yang sangat
berpengaruh terhadap harapan hidupnya (life expectancy) akan dikenakan tarif premi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan premi yang dikenakan bagi tertanggung yang
sehat. Bahkan bagi orang‐orang yang termasuk dalam golongan yang sangat sehat
(super sehat), dikenakan tarif premi yang jauh lebih murah. Mereka yang digolongkan
super sehat adalah mereka yang memiliki tingkat kesehatan yang prima, dan memiliki
kebiasaan berolahraga dengan teratur, kebiasaan makan yang sehat dan pola tidur
yang baik, dan juga tidak merokok (no smoker).
Pada dasarnya, besarnya premi itu sama untuk orang‐orang yang berada dalam
kelompok usia tertentu, akan tetapi kondisi spesifik dari masing‐masing individu
dapat menyebabkan besarnya premi yang harus dibayar menjadi berbeda. Bagi orang‐
orang yang dinilai mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi, dikenakan premi
tambahan (extra premium atau additional premium). Sedangkan bagi orang‐orang
yang memiliki risiko yang lebih rendah, dapat diberikan pengurangan premi (premium
deduction atau premium reduction), sehingga premi yang harus dibayarnya menjadi
lebih murah.
Faktor lain yang mempengaruhi besarnya premi adalah strategi pemasaran dan
kebijakan harga (pricing policy) yang diterapkan oleh perusahaan, misalnya
penerapan strategi pengenaan harga tinggi (premium pricing strategy). Dengan
kebijakan tersebut, tarif premi menjadi sangat tinggi, karena faktor biaya (loading)
untuk mendanai pelayanan (service expenses) juga tinggi. Perusahaan seperti ini
memiliki komitmen yang tinggi terhadap kinerja pelayanan, dikarenakan antara lain
oleh pemilihan target pasarnya, misalnya orang‐orang yang termasuk dalam
kelompok berpenghasilan tinggi (upper class society).
Hobi seorang tertanggung dapat mempengaruhi tarif premi yang dikenakan
dalam asuransi perorangan. Contoh : seseorang yang memiliki hobi terjun payung
(sky diving) dan masih sering melakukan aktifitas hobinya, akan dikenakan ekstra
premi, sehingga tarif premi yang dikenakan menjadi lebih tinggi.
Pelayanan untuk produk‐produk asuransi jiwa perorangan seperti ini, dilakukan
secara langsung kepada Pemegang Polis (Policyholder) atau Tertanggung (The
3
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Insured Person). Sesuai dengan sifatnya, maka dalam asuransi jiwa perorangan, setiap
customer atau prospek akan diperlakukan secara individual (treated personally).
Sebuah perusahaan asuransi jiwa, dapat memasarkan produk‐produk asuransi
perorangan yang mempunyai manfaat (benefit) yang sama. Misalnya sebuah produk
asuransi jiwa yang memberikan manfaat sebagai berikut :
Jika Tertanggung meninggal dunia, maka kepada ahli waris (beneficiaries) yang
ditunjuk akan diberikan santunan/uang pertanggungan sebesar US.$. 100,000
(seratus ribu US Dollar)
Apabila sampai dengan akhir masa kontrak asuransinya, Tertanggung masih
tetap hidup (survived), maka Perusahaan sebagai Penanggung akan
membayarkan uang pertanggungan sebesar US.$. 100,000 kepada Pemegang
Polis yang bersangkutan.
Produk seperti tersebut di atas itu banyak dipasarkan oleh berbagai perusahaan
asuransi jiwa dengan nama produk atau “brand name“ yang berbeda‐beda. Ada yang
memberi nama Asuransi Dwiguna, Asuransi Ganda Guna, Proteksi Ganda, dan
sebagainya. Kalau dikaitkan dengan produk‐produk dasar asuransi jiwa, maka produk
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam produk yang disebut dengan nama
“endowment“ yang mengandung unsur “pure endowment“ dan “term insurance“.
Ada juga produk asuransi jiwa yang hanya memberikan santunan jika
Tertanggung meninggal dalam masa asuransinya, dan tidak membayarkan apapun
jika Tertanggung masih tetap hidup pada saat masa asuransinya berakhir. Produk
yang kita kelompokkan ke dalam golongan “term insurance“ ini, juga dipasarkan
dengan berbagai nama produk oleh perusahaan. Nama produk (plan name) memang
diberikan oleh perusahaan dengan maksud agar terdapat ciri yang khas atau spesifik,
sehingga mudah dikenal dan diingat oleh masyarakat khususnya prospek dan
Pemegang Polis. Pemberian nama tersebut dimaksudkan untuk mempermudah dan
memperlancar proses pemasaran dan promosi. Contoh untuk nama produk asuransi
jiwa beasiswa di Indonesia, ada yang memberi nama Asuransi Dana Beasiswa, ada
pula yang menamakannya Fulnadi, yang dimaksudkan sebagai singkatan dari Takaful
Dana Pendidikan, dan ada pula yang memberi nama Mitra Beasiswa Prima, dan masih
banyak lagi. Komponen manfaat yang terkandung di dalam produk‐produk tersebut
pada dasarnya sama yaitu untuk menyiapkan dana kelangsungan belajar bagi
seseorang (anak), sehingga biaya sekolah anak tersebut tidak lagi tergantung pada
hidup Tertanggung, artinya jika Tertanggung meninggal dunia, anak yang
bersangkutan akan tetap memperoleh dana untuk kelangsungan belajarnya di masa
yang akan datang.
4
Mengenal Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa perorangan ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) golongan
sebagai berikut:
a. Asuransi Jiwa Biasa
Asuransi Jiwa Biasa atau Asuransi Jiwa Besar merupakan terjemahan dari
Ordinary Life Insurance, dipasarkan kepada masyarakat secara luas dan
pengertian inilah yang berkembang di masyarakat kita pada saat ini. Artinya kalau
orang bicara tentang asuransi maka asuransi kelompok inilah yang dimaksudkan.
Karakteristik asuransi jiwa biasa adalah sebagai berikut:
Jumlah Uang Pertanggungan (sum insured atau benefit) minimumnya
dibatasi, tetapi manfaat maksimumnya justru tidak dibatasi sepanjang
Pemegang Polisnya mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk
membayar premi. Di Indonesia, beberapa perusahaan asuransi jiwa
menentukan batas uang pertanggungan minimum untuk produk‐produk
yang dijualnya sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), dan ada pula
yang menetapkan besarnya uang pertanggungan minimum itu sebesar Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Penentuan batas nilai pertanggungan
minimum ini biasanya didasarkan pada kebijakan pemilihan target pasar dari
masing‐masing perusahaan, apakah perusahaan memilih pasar kelas
menengah atau medium income bracket, pasar kelas atas atau high income
bracket, atau bisa juga sebuah perusahaan memilih pasar ceruk tertentu
yang disebut dengan istilah niche market.
Pembayaran premi untuk kelompok asuransi ini dapat dilakukan secara
sekaligus (lump sum) atau yang disebut dengan terminologi premi tunggal
(single premium), secara tahunan (annual premium), premi setengah
tahunan (semi‐annual premium), pembayaran triwulanan (quarterly premium
payment), atau bahkan pembayaran dilakukan secara bulanan (monthly
premium payment).
b. Asuransi Jiwa Industrial
Asuransi Jiwa Industrial atau Industrial Life Insurance yang dalam bahasa
sehari‐hari sering disebut sebagai asuransi industri, yang juga dikenal dengan
terminologi “Debit Life Insurance“ dipasarkan kepada masyarakat industri atau
orang‐orang dalam kelompok industri tertentu yang memiliki kemampuan
finansial yang relatif masih rendah, misalnya kelompok nelayan atau kelompok
petani yang berpenghasilan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidup keluarganya. Menurut Dr. Abraham H. Maslow kelompok ini termasuk
dalam tingkatan “Psychological Needs“ yaitu kelompok masyarakat yang berada
pada tingkatan memliliki kebutuhan fisik saja (sandang, pangan, sex, dan
“papan“ atau tempat tinggal).
Uang pertanggungan maksimum untuk kelompok asuransi industrial ini pada
umumnya sangat terbatas, misalnya saja Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah), di
Indonesia berdasarkan data beberapa perusahaan asuransi tahun 2007, nyaris
tidak mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Di beberapa negara
asuransi ini hanya dipasarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dana
5
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
6
Mengenal Asuransi Jiwa
kesehatan (health insurance products/plans). Khusus mengenai asuransi kesehatan ini
akan kita bahas secara mendalam dalam bab tersendiri.
Dalam perkembangan industri perasuransian akhir‐akhir ini, asuransi jiwa dan
kesehatan dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan besar sebagai berikut:
Asuransi jiwa (Life Insurance)
Kontrak annuitas (Annuity Contract)
Asuransi kesehatan (Health Insurance)
a. Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa akan memberikan benefit (manfaat) apabila orang yang
ditunjuk sebagai tertanggung dalam kontrak asuransinya atau dalam polisnya,
meninggal dunia. Dalam kelompok ini terdapat 3 jenis produk (insurance plan),
yaitu:
Term Life Insurance, yaitu asuransi jiwa yang memberikan manfaat atau
santunan jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransinya atau di
dalam periode kontrak asuransinya.
Cash Value Life Insurance yang juga dikenal sebagai Permanent Life
Insurance, merupakan asuransi jiwa yang memberikan santunan selama
hidup tertanggung dan juga mengandung unsur tabungan/savings element.
Sejak premi dibayar, maka polis ini mengakumulasikan nilai yang dikenal
dengan istilah cash value (nilai tunai) yang secara bertahap akan menjadi
semakin besar seiring dengan besarnya premi yang telah dikumpulkan. Nilai
tunai ini merupakan kekayaan (assets) yang oleh Pemegang Polis dapat
dipergunakan untuk berbagai kebutuhan.
Endowment Insurance, merupakan asuransi jiwa yang memberikan santunan
kepada ahli waris yang ditunjuk jika tertanggung meninggal dunia dalam
masa kontrak asuransinya, atau memberikan sejumlah uang pertanggungan
pada saat tertentu apabila tertanggung masih tetap hidup (survive).
b. Kontrak Annuitas (Annuity Contract)
Produk asuransi ini merupakan kontrak di mana perusahaan asuransi sebagai
pihak penanggung menjanjikan untuk melakukan pembayaran secara periodik
kepada orang yang namanya ditunjuk dalam kontrak, sebagai imbalan atas premi
yang telah diterima oleh perusahaan, baik secara sekaligus ataupun secara
angsuran (installment).
c. Asuransi Kesehatan (Health Insurance)
Kelompok ini merupakan produk asuransi yang memberikan perlindungan
atau proteksi atas risiko hilangnya sumber finansial dikarenakan oleh kondisi
tertanggung yang mengalami suatu penyakit (illness), kecelakaan (accidental
injury) atau karena ketidakmampuan (disability). Dalam kelompok ini terdapat 2
jenis produk, yaitu:
Medical Expense Coverage, yaitu jenis produk yang memberikan santunan
guna membayar biaya perawatan tertanggung yang mengalami suatu
penyakit atau karena kecelakaan.
8
Mengenal Asuransi Jiwa
9
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Ketiga jenis produk asuransi dalam matriks itu dapat dipasarkan dalam bentuk
Asuransi Jiwa Perorangan (Individual Insurance Policy) maupun Asuransi Jiwa
Kumpulan (Group Insurance Policy).
B. Bentuk‐Bentuk Organisasi Bisnis
Di banyak negara di dunia, termasuk di Amerika Serikat dan juga di Indonesia, sebuah
usaha dapat didirikan dalam bentuk sebagai berikut:
a. Sole proprietorship
b. Partnership
c. Corporation
Yang dimaksud dengan sole proprietorship, adalah sebuah usaha yang dimiliki dan
dioperasikan oleh seorang individu (sendirian), misalnya sebuah kios rokok, kios sembako,
warung kopi, warung nasi Tegal, dan sebagainya. Jika usaha ini memperoleh sejumlah
keuntungan, maka pemilik usaha yang bersangkutan berhak atas seluruh keuntungan
yang diperoleh. Demikian pula, jika usaha itu gagal atau memiliki hutang pada pihak lain,
maka pemiliknya bertanggung‐jawab penuh atas kegagalan atau hutang‐hutang yang ada.
Partnership, merupakan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang
menjalankan usaha secara bersama‐sama sebagai mitra bisnis. Mereka itu secara bersama‐
sama mengoperasikan usaha, berdasarkan sebuah perjanjian yang antara lain mengatur
tentang porsi‐porsi permodalan yang dipergunakan dalam usaha, pembagian keuntungan
yang diperoleh, cara‐cara pengalihan hak kepemilikan usaha, dan sebagainya. Jika salah
seorang diantara mitra usaha tersebut meninggal dunia, maka usaha tersebut dapat terus
dijalankan oleh mitra usaha yang masih hidup, dan selanjutnya kemitraan usaha dapat
dilakukan dengan mitra‐mitra usaha yang baru.
Bentuk yang ke tiga, adalah Corporation, atau kita sebut sebagai Korporasi yang akan
menjadi fokus dalam bahasan kita selanjutnya. Korporasi merupakan sebuah badan
hukum (legal entity) yang didirikan berdasarkan undang‐undang suatu negara, yang
kekayaannya (assets) dipisahkan dari kepemilikan pribadi, atau kepemilikan seseorang
hanya terbatas pada saham yang disertakannya dalam usaha tersebut. Korporasi ini
memiliki karakteristik yang sangat spesifik, berbeda dengan 2 bentuk usaha sebelumnya,
yaitu:
a. Korporasi merupakan badan hukum yang kepemilikannya terpisah jelas dari
pemiliknya (owner), oleh karenanya Korporasi dapat menuntut atau dituntut,
dapat mengadakan kontrak atau perjanjian, dan dapat pula memiliki property.
b. Korporasi tetap dapat terus berjalan meskipun salah seorang atau seluruh
Pemegang Sahamnya meninggal dunia.
Hutang‐hutang yang menjadi tanggung jawab sebuah korporasi, benar‐benar terpisah
dari tanggung jawab pribadi para pemiliknya. Artinya bahwa urusan hutang piutang
korporasi terpisah dari tanggung jawab pribadi orang‐orang yang menjadi owners dari
perusahaan tersebut. Dikarenakan karakteristiknya yang demikian, dan perusahaan
perasuransian membutuhkan jaminan stabilitas yang berjangka panjang, maka beberapa
10
Mengenal Asuransi Jiwa
11
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
property, dan lain sebagainya. Tentang hal ini, banyak yang bisa kita lihat contoh‐
contoh nyata di Indonesia. Misalnya: Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB)
Bumiputera 1912, yang telah berkembang sangat pesat menjadi perusahaan
konglomerat, yang memiliki banyak anak perusahaan, antara lain Perusahaan di
bidang Percetakan dan Penerbitan, Perusahaan yang bergerak dalam bidang
Sekuritas, Perkantoran, Teknologi Informasi, Perhotelan, dan Perusahaan
Konstruksi.
Figure 1.2. Mutualization dan Demutualization
Merupakan proses konversi dari perusahaan yang
semula berbentuk badan hukum stock company
Mutualization
(Perseroan) menjadi mutual company (Perusahaan
Bersama)
Mutualization
Stock Company Mutual Company
Merupakan proses konversi dari perusahaan yang
semula berbebtuk badan hukum/legal sebagai mutual
Demutualization
company (Perusahaan Bersama) menjadi stock
company (Perseroan)
Demutualization
Stock Company
Mutual Company
Fraternal Benefit Societies
Bentuk usaha asuransi jiwa yang satu ini, memang sulit kita terjemahkan
secara harfiah, akan tetapi merupakan organisasi masyarakat yang dibentuk
untuk memberikan santunan kepada para anggotanya seperti layaknya asuransi
jiwa. Para anggota dalam organisasi seperti ini, pada umumnya memiliki etnik,
agama atau kepercayaan, dan latar belakang keahlian yang sama serta kesamaan
karakter yang lain. Namun ada pula organisasi seperti ini yang terbuka untuk
masyarakat umum. Organisasi seperti ini harus dikelola sebagaimana layaknya
sebuah rumah di mana hanya para anggota‐anggota organisasi dan keluarganya
saja yang dapat memiliki “fraternal society’s insurance“. Namun demikian,
dengan semakin tumbuh dan berkembangnya manajemen, maka ada beberapa
organisasi semacam itu yang kemudian membuka pintu bagi masyarakat yang
12
Mengenal Asuransi Jiwa
lebih luas, sehingga memungkinkan orang yang tertarik menjadi anggota menjadi
lebih terbuka.
Dikarenakan oleh berbagai pertimbangan yang stratejik, maka banyak
perusahaan asuransi yang didirikan atau dijalankan dengan mempergunakan
bentuk sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (stock insurance companies).
Misalnya saja di Amerika Serikat pada tahun 2003 (berdasarkan data yang
disajikan oleh ACLI, American Council of Life Insurers, tahun 2004) adalah sebagai
berikut:
Sumber : Washington, DC : American Council of Life Insurance, 2004
Semua data keuangan ini adalah dalam hitungan jutaan US.$., dan jika kita
hitung akan tampak bahwa untuk Stock Companies besarnya 82% atau bahkan
lebih, baik ditinjau dari besar portofolio aktifnya, pendapatan premi, maupun dari
segi kekayaan atau assetnya. Sedangkan Fraternal Benefit Society, hanya memiliki
pangsa pasar kurang lebih 2%, dan pangsa pasar selebihnya antara 11% sampai
dengan 16% adalah pasar yang diraih oleh Mutual Companies.
Demikian pula di Indonesia, sejak didirikannya AJB Bumiputera 1912 pada
tahun 1912, tidak pernah ada lagi perusahaan asuransi yang berbentuk mutual
companies meskipun dalam Undang‐Undang Usaha Perasuransian, yaitu Undang‐
Undang Nomor 2 Tahun 1992, bentuk usaha bersama tersebut diperkenankan.
2. Perusahaan Asuransi Jiwa sebagai Organisasi Bisnis Jasa Keuangan
Perusahaan Asuransi Jiwa pada dasarnya juga merupakan lembaga keuangan,
yang dalam sistem perekonomian negara merupakan bagian dari industri jasa
keuangan (financial services industry). Sebagai sebuah lembaga keuangan,
perusahaan asuransi jiwa memiliki kekayaan utamanya dalam bentuk “financial
assets“ misalnya saja saham dan obligasi, ketimbang kekayaan dalam bentuk aktiva
tetap seperti mesin‐mesin (machinery and equipments). Akan tetapi juga tidak dapat
dihindari bahwa sebagai lembaga keuangan yang semakin lama semakin besar dan
modern, perusahaan asuransi jiwa dapat memiliki kekayaan dalam bentuk mesin‐
mesin dan peralatan canggih (sophisticated equipments) yang dipergunakan sebagai
13
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
sarana pendukung dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, misalnya komputer,
mobil‐mobil, motor, dan bahkan mungkin sekali pesawat terbang untuk menangani
pemasaran dan kegiatan operasional lainnya seperti investigasi dan pengendalian
daerah operasional yang semakin luas.
Industri jasa keuangan terdiri dari berbagai lembaga keuangan, yang bertujuan
untuk membantu masyarakat, perusahaan/bisnis, dan juga pemerintah, dalam hal
menyimpan, meminjam, menginvestasikan dana, atau kebijakan pengelolaan uang
dalam bentuk yang lain. Singkatnya, lembaga jasa keuangan itu sangat penting bagi
kehidupan masyarakat, misalnya saja untuk menyediakan dana pensiun, memproteksi
kehilangan sumber mata pencaharian dikarenakan oleh ketidak‐mampuan (disability),
meninggal karena kecelakaan, karena wabah penyakit, seperti dikarenakan oleh Flu
Babi (Virus H1N1) yang saat ini sedang menjadi pembicaran masyarakat kedokteran
bahkan juga masyarakat secara global, dan sebagainya.
Lembaga‐lembaga keuangan itu terdiri dari beberapa kelompok, yaitu:
a. Perusahaan Perasuransian yang menyediakan proteksi atas risiko hilangnya
sumber keuangan karena suatu kejadian. Dalam hal ini terdapat 2 (dua) bentuk
utama Perusahaan Asuransi, yaitu :
Perusahaan Asuransi Jiwa dan Kesehatan (Life and Health Insurance
Companies) yang menyediakan serta menjual produk‐produk yang
memproteksi risiko‐risiko personal dari kematian, ketidakmampuan,
penyakit, kecelakaan, dan sejenisnya.
Perusahaan Asuransi Harta Benda (Property or Casualty Insurance
Companies) yang menyediakan proteksi atas rusaknya harta benda dan risiko
dari pihak lain (liability risk), misalnya secara tidak disengaja, seseorang yang
sedang mengendarai mobil menabrak kendaraan orang lain, sehingga ia
harus memberikan ganti rugi.
b. Lembaga Depositori (Depository Institutions) yang merupakan lembaga
penerima tabungan dari masyarakat, perusahaan, dan juga pemerintah serta
menyalurkannya kembali ke masyarakat, bisnis, dan ke lembaga pemerintah.
Lembaga‐lembaga di sini antara lain : bank komersial, lembaga penerima dan
penyalur pinjaman, bank‐bank tabungan, dan juga credit unions, seperti Credit
Union Sejahtera Bersama di Pontianak, Kalimantan Barat yang mulai didirikan
pada pertengahan tahun 2007, dan pada saat ini anggotanya telah berjumlah
sekitar 200 orang.
c. Perusahaan Jasa Keuangan (Finance Companies) yang merupakan suatu lembaga
khusus penyedia dana pinjaman berjangka pendek dan berjangka menengah bagi
masyarakat dan perusahaan saja (tidak menyediakan dana untuk lembaga‐
lembaga pemerintah).
d. Perusahaan Reksadana (Mutual Fund Companies) yang di Indonesia kita kenal
dengan istilah Perusahaan Reksadana, merupakan sebuah sarana bagi para
14
Mengenal Asuransi Jiwa
Investors untuk mengumpulkan dana investasinya kemudian menggunakan dana
tersebut untuk membeli surat berharga, saham, obligasi atau instrumen
keuangan lainnya untuk menciptakan beragam portofolio investasi yang
diprediksikan akan dapat memberikan hasil yang optimal.
e. Perusahaan Sekuritas (Securities Firms) merupakan perusahaan yang
menjalankan fungsinya untuk memasarkan surat‐surat berharga, baik berupa
saham, obligasi maupun surat berharga dalam bentuk yang lain. Sekuritas ini
merupakan instrumen investasi yang diharapkan akan dapat menghasilkan
yield/interest atau tingkat bunga (dalam istilah syariah dikenal dengan sebutan
“al‐mudharabah“) yang berarti bagi hasil (profit sharing), yang pada dasarnya
baru akan diperhitungkan setelah hasil usahanya diketahui atau direalisir secara
nyata dan jelas.
Lembaga keuangan termasuk Perusahaan Asuransi yang membantu
pemerantaraan transaksi keuangan. Financial intermediaries/Pemerantara Transaksi
Keuangan merupakan organisasi yang menjembatani transaksi antara masyarakat,
bisnis atau lembaga‐lembaga pemerintah yang memiliki dana berlebih dan tak
tergunakan (idle funds) untuk disalurkan sebagai pinjaman kepada pihak‐pihak lain
yang memerlukan dana atau pihak peminjam. Dalam proses penyaluran dana
tersebut, pihak Pemerantara Transaksi Keuangannya akan memperoleh transaction
fee.
Perusahaan Asuransi Jiwa juga merupakan Perusahaan Pemerantara
Transaksi Keuangan, karena perusahaan tersebut memperoleh keuntungan dari dana
yang dikumpulkan dari para Pemegang Polis dan kemudian dana tersebut
diinvestasikan dalam bisnis dan industri. Investasi‐investasi yang dilakukan dalam
bisnis ini akan menghasilkan pendapatan untuk pengembangan perusahaannya.
Perusahaan‐perusahaan perasuransian (termasuk asuransi jiwa, asuransi
harta benda, dana pensiun), merupakan lembaga‐lembaga keuangan yang signifikan
bagi sebuah negara. Misalnya di Amerika Serikat pada tahun 2002 menunjukkan data
sebagai berikut :
Sumber Dana
Figure 1.3 di Pasar Keuangan Amerika Serikat
Tahun 2002
Commercial Banks 7,357.00
Private Pension Funds 3,686.00
Mutual Funds 3,635.00
Life Insurance Companies 3,380.00
Money Market Mutual Funds 2,224.00
State & Local Retirement Funds 1,968.00
Securities Firms 1,359.00
Property / Casual Insurance 912.00
15
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Sumber : Washington, DC : American Council of Life Insurance, 2003
Kalau kita melihat Figure 1.3, di negara Amerika Serikat yang sudah sedemikian
maju, nampak bahwa bisnis jasa keuangan tidak dapat dilepaskan dari peran usaha
yang tergolong dalam bisnis perasuransian, antara lain Asuransi Jiwa, Asuransi Harta
Benda, dan Dana Pensiun, baik swasta maupun pemerintah. Pension Funds dan
Retirement Funds, merupakan terminologi yang sama dan dapat digunakan secara
bergantian (interchangable).
Industri jasa keuangan mengalami kemajuan yang cukup signifikan dikarenakan
oleh berbagai perubahan lingkungan terutama lingkungan perekonomian yang begitu
dinamis. Secara garis besar, kemajuan industri jasa keuangan ini ditandai oleh
terjadinya konvergensi, konsolidasi dan globalisasi, yang secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut:
Konvergensi. Konvergensi ini merupakan perubahan di mana satu lembaga
keuangan dapat melayani berbagai kebutuhan masyarakat seperti jasa
perbankan, asuransi, dan surat berharga. Perusahaan‐perusahaan jasa keuangan
tersebut dapat memberikan berbagai pelayanan jasa, sehingga boleh dikatakan
perusahaan‐perusahaan tersebut saling melengkapi kebutuhan masyarakat
secara simultan dan memberikan kemudahan bagi kehidupan masyarakat.
Misalnya saja, dahulu perusahaan perbankan hanya diperkenankan menjual
produk perbankan. Oleh karena itu, nasabah dari bank tersebut apabila
menginginkan produk asuransi, harus membeli dari perusahaan asuransi. Dengan
konvergensi tersebut maka kebutuhan masyarakat dapat terlayani secara
sekaligus melalui “one stop shoping system“, di mana nasabah bank juga dapat
membeli produk asuransi di bank tersebut, dengan kata lain perusahaan
perbankan dapat sekaligus menjual produk‐produk asuransi. Dalam hal seperti ini,
sudah barang tentu dilakukan kerjasama atau afiliasi terlebih dahulu diantara
perusahaan‐perusahaan yang melakukan bisnis.
Dengan demikian perbedaan antara satu perusahaan jasa keuangan dengan
jenis perusahaan jasa keuangan lainnya ( misalnya antara sebuah bank dan
16
Mengenal Asuransi Jiwa
perusahaan asuransi jiwa ) menjadi sangat tipis atau menjadi kabur, dan untuk
bersaing perusahaan‐perusahaan tersebut berusaha dengan sangat kreatif dan
innovatif, dengan mengaplikasikan konsep Q‐C‐F‐I‐D yang secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut :
Q = Quality. Kulaitas produk dan jasa yang dipasarkan dijadikan sebagai faktor
utama dalam bersaing. Kualitas barang yang dihasilkan ditinjau dari
berbagai aspek diupayakan lebih baik atau bahkan jauh lebih baik dari yang
dihasilkan oleh pesaing. Demikian halnya dengan kualitas pelayanan,
promosi, distribusi, purna jual, dan sebagainya.
C = Cost Efficiency. Efisiensi biaya dilakukan secara menyeluruh dalam berbagai
aspek misalnya dalam biaya perolehan bahan baku (material), biaya tenaga
kerja, biaya proses produksi, dan lain sebagainya. Dalam hal efisiensi biaya
tenaga kerja, bukan berarti harus pelit, akan tetapi secara keseluruhan
diupayakan tetap efisien dan wajar. Dengan demikian diharapkan
perusahaan dapat membuat pricing strategy yang menarik.
F = Flexibility. Dimaksudkan bahwa produk yang dihasilkan oleh perusahaan
dapat dikombinasikan secara luwes dengan produk atau suku cadang yang
lain sehingga produk dapat fleksibel dalam penggunaannya. Contoh yang
nyata dapat kita lihat dalam industri otomotive, misalnya jika kita memiliki
sebuah mobil Toyota Avanza, kita dapat mengganti suku cadangnya
dengan suku cadang Daihatsu Xenia jika kita tidak dapat menemukan suku
cadang Toyota Avanza. Demikian juga sebaliknya, jika kita memiliki Daihatsu
Xenia dan kebetulan sulit menemukan suku cadang Daihatsu Xenia, kita
dapat menggantinya dengan suku cadang Toyota Avanza. Begitu pula
antara mobil Toyota Rush dengan Daihatsu Terios.
I = Innovativeness. Upaya‐upaya perusahaan untuk menemukan jenis‐jenis
produk baru secara lebih inovativif menjadikan perusahaan tersebut dinilai
lebih maju dari pada pesaing‐pesaingnya. Langkah ini dapat menaikkan citra
perusahaan dalam bersaing.
D = Delivery. Ini dimaksudkan agar kualitas penyampaian dan penyerahan
produk (barang dan jasa) menjadi salah satu faktor keberhasilan kunci (key
success factor). Misalnya sebuah Perusahaan Asuransi Jiwa pesaing dapat
menyelesaikan polisnya dalam waktu 5 (lima) hari, maka untuk dapat
memenangkan persaingan, kita harus mampu menyelesaikan dan
menyerahkan polis dalam waktu lebih singkat andaikan saja hanya dalam
waktu 3 (tiga) hari. Sudah barang tentu ketepatan serta kecermatan dalam
proses penyerahan juga harus dipertimbangkan.
Konvergensi seperti ini di Akerika Serikat diformalkan melalui Undang‐
Undang tahun 1999 yaitu undang‐undang yang dinamakan Gramm‐Leach‐Bliley
(GLB) Act atau dikenal sebagai Financial Services Modernization Act. yang
menghilangkan hambatan (barriers) diantara jenis‐jenis usaha tersebut dalam
17
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, bahwa faktor kunci keberhasilan
bisnis yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan untuk memenangkan
persaingan, dapat dilihat dalam matriks sebagai berikut :
18
Mengenal Asuransi Jiwa
Dalam perkembangan bisnis dewasa ini, konvergensi di lembaga keuangan
semakin tumbuh dan berkembang, misalnya saja di Indonesia, Bank BNI yang
semula hanya menyediakan jasa perbankan, kini dapat memasarkan asuransi
kepada para nasabahnya. Contohnya produk Tapenas (Tabungan Pendidikan
Nasional) dipasarkan oleh Bank BNI, dan setiap nasabahnya akan secara otomatis
mendapatkan proteksi (asuransi) yang diberikan oleh PT. Cigna Life Insurance. Ini
berarti bahwa Bank BNI berafiliasi dengan PT. Cigna Life Insurance, sehingga
produk dari perusahaan asuransi PT. Cigna Life Insurance tersebut dapat
dipasarkan oleh Bank BNI. Selain dengan PT. Cigna Life Insurance, Bank BNI juga
bekerjasama dengan PT. Sun Life Financial dan AIG Life, sehingga perusahaan‐
perusahan tersebut dapat saling memperkuat jaringan pemasaran produknya
secara sinergi. Kasus seperti ini pada saat ini semakin banyak terjadi, misalnya
saja sebuah perusahaan leasing, yang semula hanya memasarkan produknya
berupa kendaraan bermotor, kemudian perusahaan leasing itu bekerjasama
dengan perusahaan asuransi kendaraan bermotor, yang selanjutnya perusahaan
itu selain memasarkan produk motor, sekaligus dapat memasarkan produk
asuransi kendaraan bermotor kepada para nasabah yang membeli motor secara
leasing dari perusahaan tersebut. Demikian pula, bank yang semula menyedikan
produk KPR (Kredit Pemilikan Rumah), kini sekaligus dapat memasarkan produk
Asuransi Kreditnya kepada nasabah‐nasabah yang mendapatkan KPR tersebut.
Konsolidasi
Konsolidasi merupakan terminologi yang sering digunakan di lingkungan
industri jasa keuangan, di mana dua atau lebih perusahaan bergabung dan
bekerjasama dalam menjalankan bisnisnya. Wujud dari kerjasama ini bisa merger
ataupun akuisisi. Dalam merger, kekayaan (assets) dan hutang‐hutang (liabilities)
19
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
dari masing‐masing perusahaan digabungkan menjadi satu dan terbentuklah satu
perusahaan.
Sedangkan dalam akuisisi, satu perusahaan membeli sebagian dari saham
perusahaan lain, sehingga perusahaan yang membeli saham tersebut akan
memiliki otoritas dan hak untuk mengendalikan (mempunyai controlling
authority) pada perusahaan‐perusahaan yang sahamnya telah dibeli, dan
keberadaan perusahaan tersebut tetap ada (eksis).
Dengan konsolidasi tersebut jumlah perusahaan yang beroperasi akan
menurun, tetapi ukuran perusahaannya akan semakin besar. Di tahun 2008 yang
lalu, di Indonesia juga diterbitkan Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 39 yang
mengatur kembali tentang besarnya modal yang harus dipenuhi oleh setiap
perusahaan perasuransian, di mana pada akhir tahun 2008 yang baru lalu, modal
perusahaan harus telah menjadi Rp. 40 milyard, kemudian disusul menjadi Rp. 70
milyard yang harus dicapai pada akhir tahun 2009 mendatang, kemudian di akhir
tahun 2010 harus menjadi Rp. 100 milyard. Ternyata berdasarkan data dari
Lembaga Riset Media Asuransi, terhitung pada tanggal 31 Desember 2007, masih
terdapat 11 perusahaan asuransi jiwa dan 36 perusahaan asuransi kerugian yang
modalnya masih kurang dari Rp. 40 milyar. Hal itu sungguh sangat berat untuk
dipenuhi, apalagi kondisi perekonomian di masa kini yang sangat sulit bagi dunia
bisnis untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, karena untuk tetap
survive pun sudah harus kita syukuri.
Dikarenakan kondisi yang demikian, dan masukan‐masukan yang diberikan
oleh para pelaku dan pakar perasuransian di Indonesia kepada pemerintah, maka
akhirnya Pemerintah R.I. melakukan revisi atas Peraturan tersebut, dengan
memberikan perpanjangan waktu untuk pemenuhan kewajiban modal tersebut
selama 5 tahun. Apakah hal tersebut akan dapat dipenuhi, tergantung dari situasi
perekonomian negara dan juga pertumbuhan bisnis perasuransian.
Globalisasi
Dewasa ini lembaga‐lembaga/perusahaan‐perusahaan jasa keuangan telah
banyak yang beroperasi secara global/internasional, bahkan perusahaan‐
perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan yang besar, baik dari Eropa Timur dan
Amerika Utara seperti Canadian Life and Health Insurer, pada tahun 2002 saja
telah mendapatkan preminya sebesar 58% dari nasabah‐nasabah di luar negerinya
sendiri. Di tahun 1996, perusahaan asuransi jiwa asing yang beroperasi di Amerika
Serikat hanya 4%, dan di tahun 2003 telah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan menjadi 11%. Di Indonesia hal ini juga terjadi dalam bidang
perasuransian, baik di bidang asuransi jiwa maupun di bidang asuransi kerugian.
Misalnya saja, perusahaan‐perusahaan asuransi asing yang telah beroperasi di
Indonesia, antara lain Prudential Life Assurance, AXA Life Indonesia, Manulife
Financial, Great Eastern Life Indonesia, Asuransi Allianz Life Indonesia, dan masih
banyak lagi yang lain. Demikian juga di lingkungan perbankan dan usaha lain,
misalnya RBS (Royal Bank of Scotland), HSBC (Hongkong and Shanghai Bank),
20
Mengenal Asuransi Jiwa
Citibank, American Express, Fed‐Ex (Federal Express) yang bergerak dalam bidang
pengiriman barang dan dokumen (forwarder), J.W. Marriott dan Ritz Carlton
yang bergerak di bidang perhotelan, beberapa perusahaan asing yang menjual
franchise kepada para investor dalam negeri antara lain KFC (Kentucky Fried
Chicken), CFC (California Fried Chicken) dan A.W. Root Beer yang merupakan
pengusaha makanan, seperti ayam dan kentang goreng, dan softdrink, dan lain
sebagainya.
Dengan berdirinya usaha‐usaha asing tersebut, sebenarnya merupakan
keuntungan bagi kedua negara, baik Indonesia maupun negara Investornya. Bagi
Indonesia, antara lain terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat. Dan bagi para
Investornya sudah barang tentu keuntungan yang cukup besar, karena
terbukanya pasar bagi produknya yang semakin luas, terlebih lagi sejak
disepakatinya perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement), yang
memberikan kesempatan kepada negara‐negara yang telah siap untuk
melakukan perdagangan lintas batas (Cross Border Supply). Sedangkan bagi
negara‐negara di mana para investor itu berasal, keuntungannya adalah
diperolehnya pajak penghasilan dari usaha‐usaha yang dijalankan di negara lain.
Selain itu, masyarakat di Indonesia terutama yang berpendidikan dan
berpenghasilan cukup tinggi lebih percaya kepada lembaga‐lembaga asing,
meskipun lembaga‐lembaga di dalam negeri kita sudah banyak yang telah
dikelola secara professional dan dapat dipercaya.
3. Peran Pemerintah dalam Bidang Perasuransian
Perusahaan Perasuransian berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada
masyarakat luas terhadap hilangnya sumber penghasilan (economic loss) serta
menawarkan kesempatan untuk menabung dan menginvestasikan uangnya. Oleh
karena itu, kesehatan keuangan perusahaan perasuransian sangatlah penting dan
kredibilitasnya sangat dipertaruhkan. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka
pemerintah mempunyai peran yang sangat penting untuk mengatur usaha‐usaha
perasuransian.
Tujuan utama diaturnya usaha perasuransian itu adalah:
a. Untuk memelihara tingkat solvency perusahaan, yaitu kemampuan finansial
perusahaan agar tetap mampu memenuhi kewajiban finansialnya, membayar
hutang serta membayar manfaat asuransi pada saat jatuh temponya.
b. Agar perusahaan mampu melaksanakan kegiatan bisnisnya secara adil dan
santun (fair and etical).
Di beberapa negara seperti di Kanada dan Amerika Serikat, Peraturan‐peraturan
yang mengatur tentang usaha perasuransian dibuat secara desentralisasi, ada Aturan
Nasional (Federal Regulation) dan ada Aturan Lokal (State Regulation/ Provincial
Regulation). Jika digambarkan di Indonesia, hal ini seolah‐olah dibuat sebagai
Peraturan Negara, misalnya dalam bentuk Undang‐Undang, dan setiap provinsi juga
membuat peraturan masing‐masing seperti Peraturan Daerah atau PERDA atau
21
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Peraturan Provinsi, di mana masing‐masing daerah itu mempunyai kepentingan yang
berbeda‐beda.
Di India, usaha perasuransian ini diatur melalui peraturan yang diterbitkan oleh
Insurance Regulatory and Development Authority (IRDA). Sedangkan di negara kita,
usaha perasuransian ini diatur melalui perundang‐undangan dan peraturan
pelaksanaannya. Pada saat ini, Undang‐undang yang diberlakukan untuk mengatur
usaha perasuransian adalah Undang‐Undang Nomor 2 Tahun 1992, yang mengatur
tentang Usaha Perasuransian. Selain Undang‐Undang Usaha Perasuransian yang
mengatur tentang usaha yang berorientasi bisnis ini, juga diterbitkan Undang‐Undang
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Undang‐
Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Khusus mengenai substansi dari
Undang‐Undang ini akan dibahas tersendiri dalam bab khusus, termasuk membahas
berbagai Peraturan Menteri Keuangan yang terkait dengan Undang‐Undang tersebut.
Dalam kontrak asuransi jiwa, disebutkan bahwa kontrak yang dilakukannya yaitu
antara Penanggung (Perusahaan asuransi) dengan Pemegang Polis. Pemegang polis
adalah orang atau badan hukum yang mengadakan penjanjian tersebut. Sedangkan
Tertanggung adalah orang atas jiwanya diadakan pertanggungan, artinya secara
individu Tertanggung dapat menjadi atau dalam kedudukan sebagai Pemegang polis.
Adapun yang dimaksud Penanggung adalah Badan usaha perusahaan asuransi itu
sendiri, jadi bukan dalam bentuk perorangan atau individu.
Berdasarkan pasal 20 dari Ordonantie op het Levenvensverzekerings bedrijf
tanggal 15 April 1941 yang diundangkan di dalam Stb. 1941 – 101 mulai berlaku pada
tanggal 1 Mei 1941, ditetapkan bahwa perusahaan asuransi jiwa harus berbentuk
badan usaha sebagai berikut;
1. Perseroan Terbatas (PT);
2. Maskapai Saling Menanggung (orderlingen‐maatschappij);
3. Maskapai Indonesia Atas Saham (Indonesche Maatschappij op Aandeelen).
Dengan keluarnya surat keputusan Menteri Keuangan RI No: Kep.‐
168/MK/IV/2/1974 tanggal 8 Februari 1974 tentang perizinan usaha perusahaan
asuransi di Indonesia, pada pasal 2, menyebutkan “Perusahaan‐perusahaan asuransi
jiwa yang didirikan setelah SK ini ditetapkan, hanya diizinkan dengan bentuk badan
hukum Perseroan Terbatas”.
Berdasarkan UU No. 2 tahun 1992 tanggal 11 Februari 1992 pasal 7 ayat 1 Bab VI
tentang Bentuk Hukum Usaha Perasuransian, menyebutkan bahwa usaha
perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk:
a. Perusahaan Perseroan (Persero);
b. Koperasi;
c. Perseroan Terbatas (PT); dan
d. Usaha Bersama (Mutual).
22
Mengenal Asuransi Jiwa
Khusus badan hukum atau perusahaan asuransi yang didirikan dalam bentuk
badan hukum usaha bersama (mutual), akan diatur lebih lanjut dalam undang‐undang
tersendiri.
Agar operasional usaha perasuransi berjalan dengan benar, maka Menteri RI
memiliki kewajiban untuk membina dan pengawasinya, sesuai yang diatur dalam Bab‐
IX pasal 10‐19 antara lain: Pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian meliputi:
(a) Kesehatan keuangan yang terdiri dari: Batas tingkat solvabilitas; Retensi
sendiri; Reasuransi; Investasi; Cadangan teknis; dan Ketentuan‐ketentuan lain
yang berhubungan dengan kesehatan keuangan;
(b) Penyelenggaraan usaha, yang terdiri dari: Syarat‐syarat polis asuransi; Tingkat
premi; Penyelesaian klaim; Persyaratan keahlian di bidang perasuransian; dan
Ketentuan‐ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan
usaha.
Adapun kewenangan Menteri adalah diatur dalam Bab‐X tentang Kepailitan dan
Likuidasi serta Bab‐XI tentang ketentuan Pidana, yaitu dengan tidak mengurangi
berlakunya ketentuan dalam Peraturan Kepailitan, dalam hal terdapat pencabutan
izin usaha, maka Menteri berdasarkan kepentingan umum dapat memintakan kepada
Pengadilan agar perusahaan yang bersangkutan dinyatakan pailit. Pasal 18 Bab‐IX
menyatakan dengan tegas Menteri memiliki kewenangan untuk mencabut izin usaha
perusahaan.
1. Peraturan Pemerinatah (PP) No. 81 tahun 2008
PP Nomor: 81 Tahun 2008 tanggal 31 Desember 2008 sebagai perubahan ke
tiga atas PP No. 73 Tahun 1992 tanggal 30 Oktober 1992, sedangkan perubahan
pertama diubah dengan PP No. 63 Tahun 1999 tanggal 2 Juli 1999 dan perubahan
kedua dengan PP Nomor: 39 Tahun 2008 tanggal 19 Mei 2008.
PP ini lebih banyak mengatur tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian
yaitu mengatur tentang: Ketentuan umumnya; Penutupan obyek asuransi,
Perizinan usaha perasuransian; Kepemilikan perusahaan perasuransian;
Kesehatan keuangan; Penyelenggaraan usaha; Penyelenggaraan program
asuransi sosial; Merger dan konsolidasi; Saksi; Ketentuan peralihan; dan
Ketentuan penutup.
Perubahan pertama dengan PP No. 63 hanya menegaskan perubahan pada
persyaratan modal disetor bagi pendirian perusahaan asuransi atau reasuransi.
Penambahan bab tersendiri tentang Kepemilikan perusahaan perasuransian serta
menegaskan masalah ketentuan sanksi termasuk sanksi administratif.
Perubahan kedua dengan PP No. 38 tidak ada penambahan bab tersendiri,
akan tetapi lebih banyak menambahkan ketentuan baru seperti pembukaan
Perusahaan Asuransi Syariah dan atau dalam bentuk Cabang atau Unit;
Ketentuan modal disetor untuk perusahaan penunjang serta adanya pentahapan
kepemilikan modal sendiri sampai dengan tahun 2010; Masalah dana jaminan
23
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
24
Mengenal Asuransi Jiwa
Ketentuan Kepmen ini mengatur tentang: Maksud dari Kepmen ini yang
diatur dalam Ketentuan umum; Tingkat solvabilitas; Kekayaan yang
diperkenankan; Kewajiban; Perimbangan kekayaan dan kewajiban; Retensi
sendiri; Deposito jaminan; Larangan; Ketentuan peralihan dan Ketentuan
penutup.
Kepmen ini sangat menekankan mengenai batas tingkat solvabilitas yang
wajib dipenuhi sampai tenggat waktu akhir tahun 2004 sebesar 120% dari
batas tingkat solvabilitas minimum.
Kepmen No. 424 ini dilakukan perubahan beberapa pasal menjadi kelompok
pasal‐I yaitu pasal 11, 13,14, 16,17, dan 21 dan pasal‐II yang diatur dengan PMK
No. 135/PMK.05/2005 tanggal 27 Desember 2005.
Kepmen ini telah ditindaklanjuti dengan beberapa keputusan‐keputusan
antara lain:
Keputusan DLK No. 6096/LK/2001 tanggal 28 Desember 2001 sebagai
perubahan atas Keputusan DLK No. 5314/LK/1999 tanggal 31 Desember
1999, tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas (BTS)
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Ketentuan tentang pedoman perhitungan BTS minimum bagi
perusahaan asuransi dan reasuransi yang baru dan diberlakukan saat ini
adalah ketentuan yang diatur dalam Keputusan Dirjen LK No: Kep‐
3607/LK/2004 tanggal 19 Agustus 2004.
Keputusan DLK No. 6097/DL/2001, tanggal 28 Desember 2001 tentang
Perubahan atas Keputusan DLK No. 1297/LK/2000 tanggal 23 Maret 2000,
tentang Retensi Sendiri Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi.
Mengenai dukungan reasuransi otomatis dalam negeri dan retensi
sendiri mengacu pada keputusan Dirjen LK No: Kep‐5443/LK/2004
tanggal 25 Oktober 2004, Keputusan ini adalah penyempurnaan dari
keputusan Dirjen LK No: Kep‐2149/LK/2004.
Keputusan DLK No. 6098/LK/2001 tanggal 28 Desember 2001 tentang
perubahan kedua atas keputusan DLK No. 5289/LK/1993 tentang Bentuk
dan Susunan Laporan serta Pengumuman Laporan Keuangan
Perusahaan Perasuransian.
o Kepmen No. 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003, tentang
Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang
Usaha Asuransi. Kepmen ini sebagai penyesuaian secara menyeluruh
terhadap Kepmen No. 226/KMK.017/1993 tanggal 26 Pebruari 1993. Adapun
25
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
hal‐hal yang diatur dalam kepmen ini adalah: Maksud dari Kepmen ini yang
diatur dalam Ketentuan umum; Izin usaha; Persyaratan umum; Laporan
perubahan; Penggabungan badan usaha; Penyelenggaraan usaha; Laporan
operasional dan keuangan; Ketentuan lain; Ketentuan peralihan; dan
Ketentuan penutup.
o Kepmen No. 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003, tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Rasuransi. Kepmen ini sebagai penyesuaian secara menyeluruh terhadap
Kepmen No. 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Pebruari 1993. Adapun hal‐hal
yang diatur dalam kepmen ini adalah: Maksud dari Kepmen ini yang diatur
dalam Ketentuan umum; Izin usaha; Kelembagaan; Kantor Cabang dan
Kantor pemasaran; Pemasaran melalui jasa Agen dan melalui kerjasama
dengan pihak Bank; Laporan perubahan; Merger, konsolidasi, dan akuisisi;
Ketentuan lain‐lain; Ketentuan peralihan; dan Ketentuan penutup.
o Kepmen No. 45/KMK.06/2003 tanggal 30 Januari 2003 tentang Penerapan
Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non‐Bank (LKNB). Untuk
Perbankan sesuai Peraturan BI No. 3/10/PBI 2001 tanggal 18 Juni 2001 yang
selanjutnya diperbaiki dengan No. 3/23/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001.
Demikian juga pada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sesuai
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep‐02/PM/2003 tanggal 15 Januari 2003.
Sebagai penyempurnaan dari Kepmen No’ 45 diatas, terbitlah
Peraturan Menkeu No: 74/PMK.012/2006 tanggal, 31 Agustus 2006, yang
mengatur tentang: Maksud dari PMK ini yang diatur dalam Ketentuan umum;
Prinsip mengenal nasabah; Pelaksana dan fasilitas pendukung; Pemeriksaan
ketaatan; Sanksi; Ketentuan peralihan; dan Ketentuan penutup.
Diterbitkannya berbagai peraturan negara tersebut, terutama adalah bertujuan
agar perusahaan‐perusahaan asuransi di Indonesia dapat memelihara solvency‐nya
serta mampu menjalankan bisnisnya secara adil dan santun, serta dapat
dipertanggung‐jawabkan secara legal.
4. Perusahaan‐Peruahaan Asuransi Jiwa Di Indonesia
Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia, berdasarkan data tahun 2008, terdapat 2
kelompok, yaitu perusahaan lokal atau domestik, dan perusahan patungan (joint
venture company). Menyimak banyaknya perusahaan asing yang beroperasi di negeri
kita, dapat disimpulkan bahwa pangsa pasar di Indonesia ini masih cukup luas karena
tidak mungkin ada perusahaan asing yang bersedia masuk ke Indonesia kalau pangsa
pasarnya tidak ada, atau ada tetapi dinilai tidak signifikan untuk digeluti. Sebelum
masuk ke negara kita, sudah pasti mereka melakukan studi kelayakan (feasibility
study) terlebih dahulu.
Perusahaan‐Perusahaan Asuransi Jiwa yang telah beroperasi di Indonesia pada
akhir tahun 2009, berdasarkan laporan dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia adalah:
26
Mengenal Asuransi Jiwa
1. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
2. PT. ACE Life Insurance (d/h Bumiarta Reksatama Jiwa)
3. PT. AIA Financial
4. PT. Anugrah Life Insurance
5. PT. Avrist Assurance (d/h PT. Asuransi AIA Indonesia)
6. PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
7. PT. Asuransi Cigna
8. PT. Asuransi CIMB Sun Life (d/h John Hancock)
9. PT. Asuransi Mayapada Life (d/h Century Indoperdana Life)
10. PT. Asuransi Multicor Life (d/h Indatamporok Life)
11. PT. Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha
12. PT. Asuransi Jiwa Bakrie
13. PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera
14. PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya
15. PT. Asuransi Jiwa Central Asia Raya
16. PT. Asuransi Jiwa Generali Indonesia ( d/h AMP Life)
17. PT. Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia
18. PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
19. PT. Asuransi Jiwa Mega Life
20. PT. Asuransi Jiwa Kresnalife (d/h Mira Life)
21. PT. Asuransi Jiwa Nusantara (d/h Askrida Jiwa)
22. PT. Asuransi Jiwa Recapital (d/h Indrapura Jiwa)
23. PT. Asuransi Jiwa Sequis Financial (d/h MetLife)
24. PT. Asuransi Jiwa Sequis Life
25. PT. Asuransi Jiwa Sinarmas (d/h Eka Life)
26. PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri
27. PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
28. PT. Asuransi Syari’ah Mubarokah
29. PT. Asuransi Takaful Keluarga
30. PT. Asuransi Winterthur Life Indonesia (d/h Credit Suisse Life)
31. PT. Axa Financial Indonesia (d/h MLC Life)
32. PT. AXA Life Indonesia
33. PT. Axa Mandiri Financial Services
34. PT. BNI Life Insurance
35. PT. Commerce Internsional
36. PT. Commonwealth Life (d/h Astra CMG Life)
37. PT. Equity Life Indonesia
38. PT. Great Eastern Life Indonesia
39. PT. Heksa Eka Life Insurance
40. PT. Indolife Pensiontama
41. PT. MAA Life Assurance
42. PT. Panin Life Tbk.
43. PT. Pasaraya Life Insurance
44. PT. Prudential Life Assurance
45. PT. Sun Life Financial Indonesia
46. PT. UOB Life ‐ Sun Assurance
27
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
Berdasarkan daftar Perusahaan‐Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia tersebut
di atas, terdapat 47 perusahaan Asuransi Jiwa, 46 perusahaan diantaranya berbentuk
badan hukum Perseroan Terbatas, sedangkan 1 perusahaan berbentuk “Usaha
Bersama“ atau “Mutual Company“ yaitu Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 yang
biasanya disebut AJB Bumiputera 1912.
C. Distribusi bancassurance
Dalam buku Bancassurance=Bank+Asuransi (Ketut Sendra, 2007:1‐20) menyebutkan
bahwa bancassurance merupakan aktivitas kemitraan antara perusahaan asuransi dengan
bank untuk mendistribusikan produk‐produk asuransi melalui jasa bank. Bancassurance
bukan merupakan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi atau suatu unit
usaha perasuransian, maka pengadaan produk‐produk asuransi yang dipasarkan melalui
bank harus mengacu pada ketentuan atau regulasi yang mengatur tentang produk dan
saluran distribusi, artinya harus memenuhi kesehatan sesuai ketentuan regulasi yang
mengaturnya dan kesehatan perusahaan secara internal.
Secara umum terdapat pada pengaturan jenis kegiatan usaha yang dapat dilakukan
oleh pihak bank sesuai Undang‐undang (UU) No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, yaitu
pasal 10‐b: Bank umum dilarang melakukan usaha perasuransian, sedangkan pada UU no. 2
tahun 1992 tentang usaha perasuransian, pasal 3: a. Usaha asuransi (asuransi kerugian,
asuransi jiwa dan reasuransi), b. Usaha penunjang asuransi (pialang asuransi, pialang
reasuransi, peniali kerugian asuransi, konsultan aktuaria dan agen asuransi). Pasal 5: Usaha
penunjang usaha asuransi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3‐b hanya dapat dilakukan
oleh perusahaan perasuransian.
1. Regulasi bancassurance dalam UU Usaha Perasuransian
Kesehatan berdasarkan regulasi, artinya perusahaan asuransi yang memasarkan
produk asuransi melalui saluran distribusi bank harus memenuhi regulasi yang
mengatur tentang produk asuransi untuk disalurkan melalui distribusi perbankan,
yaitu:
a. Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 tahun 1999, pasal 18 yang mengatur tentang:
1. Perusahaan asuransi yang akan memasarkan program asuransi baru harus
terlebih dahulu memberitahukan rencana tersebut kepada Menteri Keuangan
2. Pemberitahuan mengenai rencana memasarkan program asuransi baru
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus dilengkapi dengan spesifikasi
program asuransi yang akan dipasarkan berikut program reasuransinya serta
bukti‐bukti pendukungnya.
3. Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pemberitahuan diterima
secara lengkap Menteri tidak memberikan tanggapan, Perusahaan asuransi
dapat memasarkan program asuransi dimaksud.
4. Program asuransi sebagaimana dimaksud dalam rencana ayat 2 harus
memenuhi ketentuan dalam pasal 19 dan pasal 20 peraturan pemerintah
nomor 73 tahun 1992
28
Mengenal Asuransi Jiwa
29
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
30
Mengenal Asuransi Jiwa
2000 yang telah memperbolehkan kolaborasi pemasaran antara bank dan perusahaan
asuransi ini.
Memang, di Indonesia sampai saat ini keberadaan bancassurance masih belum
diatur secara hukum. Dalam pasal 10 (b) UU. Perbankan memang dengan tegas diatur
bahwa bank tidak diperbolehkan melakukan usaha perasuransian. Akan tetapi dalam
Bancassurance pihak bank bukanlah sebagai pihak yang memproduksi jasa
pertanggungan tersebut dan kemudian menjualnya kepada para konsumen atau
nasabahnya, akan tetapi hanya sebagai alat ataupun agen yang merupakan
perpanjangan tangan dari perusahaan asuransi kepada calon tertanggung potensi
yang memang ada dalam jangkauan pasar bank tersebut, dan terhadap konsekuensi
produk yang dijual tersebut bukanlah merupakan kewajiban dari bank untuk
memenuhinya, akan tetapi perusahaan asuransi yang menjadi mitra bank dalam
perjanjian bancassurance tersebut.
Sebenarnya, aktivitas “mengageni” produk untuk dijual kepada nasabah bank,
bukan hanya terlihat dalam bancassurance, akan tetapi juga dalam penggunaan Bank
sebagai alat penjualan produk‐produk yang dikemas bersamaan dengan peluncuran
produk‐produk perbankan tersebut, seperti misalnya reksa dana, dan lain‐lain. Oleh
karena itu, langkah Bank untuk menjadi saluran distribusi (channel distribution)
produk asuransi seharusnya tidak mendapat larangan, karena secara komersial
mampu meningkatkan kinerja dan pencapaian keuntungan dari kedua pelaku
lembaga keuangan tersebut.
Akan tetapi, walaupun secara komersial keberadaan bancassurance tersebut
memang dibutuhkan dan juga tidak dilarang, sebaiknya peraturan yang mengatur
tata cara pelaksanaan bancassurance tersebut dalam UU Pokok perbankan dan UU
Usaha perasuransian haruslah merupakan agenda yang mutlak dan segera agar hak
dan kewajiban dari seluruh pihak yang terlibat dalam bancassurance ini dapat secara
jelas dan tegas terlindungi.
Dengan kondisi di atas, Pemerintah melalui Bank Indonesia sebagai pengawas
dan pembina perbankan telah menerbitkan perangkat regulasinya yaitu melalui Surat
Edaran No: 6/43/DPNP tertanggal, 7 Oktober 2004 perihal: “Penerapan Manajemen
Risiko pada Bank yang Melakukan Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi
(Bancassurance)”, yang ditujukan kepada Semua Bank Umum di Indonesia. SE ini
dikeluarkan oleh BI agar sejalan dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
426/KMK.06/2003 tertanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan
Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi serta sebagai
pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan BI No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum (Lembaran Negara RI tahun
2003 No. 56, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4292). Ketentuan ini diterbitkan
dalam rangka mendukung perkembangan pasar keuangan, meningkatkan penerapan
manajemen risiko oleh bank dan melindungi kepentingan nasabah bank. Demikian
juga sehubungan dengan semakin berkembangnya kegiatan pemasaran perusahaan
asuransi melalui kerjasama dengan bank (bancassurance), maka disadari bahwa
31
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
kegiatan tersebut selain memberikan manfaat juga berpotensi menimbulkan berbagai
risiko bagi bank, terutama risiko hukum dan risiko reputasi.
Bagian I (Umum) point 1, menyebutkan bahwa kerjasama pemasaran antara Bank
dengan perusahaan asuransi (bancassurance) dapat dilakukan melalui:
a. Perjanjian pemasaran (distribution agreement) yaitu kesepakatan Bank
dengan perusahaan asuransi untuk memasarkan asuransi kepada nasabah
yang dapat dilakukan oleh Bank melalui penawaran secara tatap muka (direct
marketing), mengunakan sarana komunikasi (telemarketing), atau melalui
pengiriman surat kepada nasabah (direct mailing).
b. Perjanjian aliansi strategis (strategic alliance agreement) yaitu kesepakatan
Bank dengan perusahaan asuransi untuk memasarkan asuransi dengan cara:
(i) memodifikasi asuransi dengan produk Bank untuk memenuhi kebutuhan
nasabah atau (ii) melalui penggunaan saluran pemasaran termasuk
penggunaan sebagian ruang bank oleh perusahaan asuransi (channel
management).
c. Kepemilikan bersama (joint venture) yaitu Bank dan perusahaan asuransi
mendirikan bersama suatu perusahaan untuk memasarkan asuransi;
d. Kelompok jasa keuangan (financial services group) yaitu bentuk kerjasama
yang lebih terintegrasi antara Bank dengan perusahaan asuransi dimana
perusahaan asuransi dapat mendirikan atau membeli Bank atau sebaliknya.
Sedangkan point 3, menyebutkan bahwa: dalam melakukan aktivitas
bancassurance, Bank dilarang menanggung atau turut menanggung risiko yang
timbul dari asuransi.
SE ini juga mempertegas tentang bagaimana Bank menerapkan manajemen risiko
secara efektif dalam penyelenggaraan aktivitas bancassurance sesuai dengan
Peraturan BI No. 5/8/PBI/2003 tentang: Penerapan Manajemen risiko bagi Bank
Umum mengingat Bank menghadapi risiko hukum dan risiko reputasi.
Penerapan manajemen risiko tersebut antara lain meliputi namun tidak
terbatas pada:
1. Penetapan perusahaan asuransi yang menjadi mitra Bank, maksudnya adalah
Bank wajib melakukan seleksi terhadap perusahaan asuransi yang akan
menjadi mitra Bank dalam aktivitas bancassurance dengan memperhatikan
hal‐hal sebagai berikut:
b. Perusahaan asuransi yang dapat dijadikan mitra adalah perusahaan
asuransi yang memenuhi tingkat solvabilitas minimal sesuai ketentuan
yang berlaku;
c. Bank wajib memastikan bahwa perusahaan asuransi mitra telah
memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk melakukan aktivitas
bancassurance sesuai ketentuan yang berlaku;
32
Mengenal Asuransi Jiwa
33
Dasar-dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan
34
Mengenal Asuransi Jiwa
35
Risiko dan Asuransi
BAB II
RISIKO dan ASURANSI
IHTISAR BAB TUJUAN
Manajemen risiko Setelah mempelajari bab atau bagian ini
¾ Konsep risiko diharapkan dapat:
¾ Bentuk‐bentuk risiko
¾ Pengelolaan Risiko 1. Membedakan risiko yang dapat dan
¾ Risiko yang dapat diasuransikan tidak dapat diasuransikan;
(insurable risk)
¾ Risiko Spesifik yang Perlu 2. Menguraikan beberapa cara dalam
Dipertimbangkan mengelola risiko finansial;
¾ Proses Seleksi Risiko Awal
Pengertian Asuransi 3. Mendifinisikan beberapa
¾ Asuransi berdasarkan Undang‐ karakteristik risiko yang dapat
undang (UU) diasuransikan;
¾ Pengertian asuransi jiwa
¾ Pengertian asuransi kesehatan 4. Mendifinisikan pengertian asuransi
¾ Pengertian para pihak dalam jiwa;
pertanggungan asuransi
Fungsi dan Manfaat asuransi 5. Menguraikan perbedaan usaha
¾ Fungsi primer asuransi jiwa, umum dan reasuransi;
¾ Fungsi skunder
¾ Fungsi Tambahan 6. Menguraikan peristiwa‐peristiwa
¾ Manfaat asuransi yang dapat menimbulkan risiko yang
¾ Stop Loss Coverage dapat diasuransikan;
¾ Program Jasa Administrasi
A. Manajemen risiko
1. Konsep risiko
Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi
(Pemilik atau Pemegang polis/tertanggung) dengan perusahaan asuransi
(Penanggung/asuradur) mengenai pengalihan risiko dari nasabah asuransi kepada
perusahaan asuransi.
Risiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai
dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang
mungkin atau belum pasti akan terjadi (uncertainty of accurence and uncertainty of
loss). Peristiwa yang mungkin terjadi dan belum pasti akan terjadi seperti sakit atau
37
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
cidera karena kecelakaan, dan pasti terjadi tetapi kapan peristiwa itu terjadi yaitu
kematian.
Jenis‐jenis asuransi yang dipasarkan oleh perusahaan asuransi jiwa akan
mengakomodasi pengalihan risiko tersebut sesuai dengan ruang lingkup dan obyek
asuransinya. Dengan membayar premi asuransi, nasabah akan mendapatkan
penggantian kerugian keuangan dari perusahaan asuransi apabila risiko yang
diperjanjikan tersebut benar‐benar terjadi akibat peristiwa yang termasuk dalam
jaminan polis asuransi yang bersangkutan. Dalam asuransi jiwa yang mengakut
meninggalnya tertanggung dalam periode asuransi atau hidupnya seseorang sampai
akhir periode polis asuransi jiwa yang bersangkutan.
Cukup banyak pengertian tentang risiko, dalam buku: Introduction to insurance
(Gordon CA Dicson M. Litt. PhD, FCII) memberikan pengertian tentang risiko antara
lain:
a. Risiko adalah ketidakpastian akan terjadinya peristiwa yang menimbulkan
kerugian ekonomis;
b. Risiko adalah suatu yang tidak dapat dipridiksi, dimana kadangkala kenyataan
yang terjadi berbeda dengan hasil‐hasil pridiksinya;
c. Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan;
d. Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the chance of loss);
e. Risiko adalah kombinasi dari berbagai keadaan yang mempengaruhinya (risk
combination of hazards), dan lain‐lain.
Pengertian risiko dalam kaitannya dengan Asuransi dapat dirumuskan bahwa:
Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti. Ketidakpastian yang dominan adalah
ketidakpastian akan selalu menghadapi semua manusia dalam seluruh aktivitas
kehidupannya, baik kehidupan pribadi (personal) maupun kegiatan usaha (business).
Ketidakpastian yang dominan adalah ketidakpastian akan terjadinya peristiwa dan
ketidakpastian akan dialaminya kerugian (uncertainty of accurence and uncertainty of
loss) dari konsep inilah titik awal untuk mempelajari asuransi.
2. Bentuk‐bentuk risiko
Bentuk‐bentuk risiko antara lain:
1. Risiko murni (pure risk) adalah bentuk risiko yang kalau terjadi akan menimbulkan
kerugian (loss) atau tidak menimbulkan kerugian (no loss or breakeven), seperti
kematian, kecelakaan, kebakaran.
Pure risk tidak memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan;
timbul kerugian atau tidak timbul kerugian. Adapun contohnya adalah
diprediksikan akan mengalami ketidakmampuan atau “disability“, dan ia
kemudian benar‐benar mengalami ketidakmampuan, maka ia akan kehilangan
sumber penghasilan karena ketidakmampuannya, atau ia akan mengeluarkan
biaya untuk pengobatan atau perawatan (medical care expenses). Kalau
ketidakmampuan tersebut tidak terjadi, maka iapun tidak akan memperoleh
keuntungan secara finansial, atau kemungkinan bahwa setiap orang akan
38
Risiko dan Asuransi
mengalami cacat; Jika seseorang tidak dapat bekerja, maka akan mengalami
kerugian finansial. Atau sebaliknya yaitu jika tidak pernah mengalami cacat, maka
tidak pernah mengalami kerugian dari risiko tersebut; Kemungkinan kerugian
finansial tersebut tanpa kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan
asuransi adalah bagaimana dapat memberikan kompensasi atas kerugian
finansial, dan tidak memberikan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan
finansial.
Risiko Murni seperti inilah yang dapat diasuransikan. Tujuan asuransi adalah
untuk memberikan kompensasi atas kehilangan sumber keuangan tetapi tidak
memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk memperoleh keuntungan
secara finansial.
2. Risiko spekulatif (speculative risk) adalah risiko kalau terjadi dapat menimbulkan
kerugian (loss), tidak menimbulkan kerugian (no loss) dan mendatangkan
keuntungan (gain/profit), seperti produksi, usaha dagang.
Speculative risk memiliki 3 (tiga) kemungkinan hasil yaitu: Rugi, Untung atau
tidak ada perubahan. Adapun contohnya yaitu pada saat seseorang membeli
saham, maka mereka akan melakukan spekulasi bahwa nilai saham tersebut akan
naik dan dimungkinkan akan mendapatkan laba dari investasinya, atau nilai
saham dapat juga turun ataupun jatuh dengan harga serendah‐rendahnya
sehingga akan mengalami risiko rugi dan bahkan hilangnya seluruh atau sebagian
dari uang yang diinvestasikan. Jika nilai saham tersebut tidak naik ataupun tidak
turun atau tidak mengalami perubahan, maka mereka tidak akan kehilangan
maupun tidak memperoleh keuntungan dari uang yang diinvestasikan.
3. Risiko mendasar atau fundamental (fundamental risk) adalah risiko‐risiko yang
kalau terjadi dampak kerugiannya sangat luas atau berfifat catastrophic, seperti
gempa bumi, banjir, Polusi udara, gunung meletus, perang.
4. Risiko khusus (particular risk) adalah risiko yang kalau terjadi dampak
kerugiannya bersifat lokal, tidak menyeluruh (non catastrophic), seperti sakit,
kecelakaan, kematian, pencurian ataupun kebakaran.
Dari keempat bentuk‐bentuk risiko tersebut di atas, hanya 2 (dua) bentuk risiko
yang dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi yaitu risiko murni dan risiko khusus.
Dimana saja dan kapan saja setiap hidup manusia akan dihadapkan pada risiko,
dan tidak semua risiko dapat dikelola dengan baik. Karena keterbatasannya
sebagaian pengelolaan risiko dapat dialihkan kepada suatu badan atau perusahaan
yang dapat menerima atau menanggung risiko tersebut atau dapat diistilahkan
dengan ”risk is the very center of insurance and the very center of life”.
39
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
3. Pengelolaan Risiko
Pada dasarnya setiap manusia senantiasa berhadapan dengan risiko dalam
menjalankan berbagai aktifitasnya. Pada saat orang berangkat ke kantor untuk
bekerja, ada risikonya. Saat orang akan berekreasi atau berwisata ke luar kota, juga
ada risikonya. Kalau kita memutuskan untuk meninggalkan sebuah payung di rumah
di musim penghujan, berarti kita telah mengambil risiko bahwa kita akan kehujanan
dan kebasahan jika di jalan nanti benar‐benar terjadi hujan. Risiko‐risiko seperti ini
dapat dikatakan tidak terlalu signifikan. Bagaimanakah dengan risiko‐risiko di bawah
ini :
a. Reyza, seorang Sarjana Teknologi Informasi yang berusia 24 tahun dan memilih
bekerja paruh waktu di sebuah universitas. Bagaimanakah jika suatu hari Reyza
mengalami suatu penyakit, memerlukan perawatan dalam jangka panjang
dengan biaya pengobatan yang cukup besar?
b. Bapak Suharno dan Ibu Suharni adalah suami istri yang bekerja sebagai pegawai
di sebuah perusahaan swasta, dan mereka mempunyai 3 orang anak, yang
terkecil sudah duduk di kelas 3 sebuah SMA di kota Surabaya. Bagaimanakah jika
suatu saat mereka mengalami ketidakmampuan atau sehingga tidak lagi mampu
memenuhi kebutuhan keuangan keluarga?
c. Bapak Marzuki Abdullah memiliki dan mengelola sebuah mini market yang diberi
nama Marzuki Mart, dan menjual barang‐barang kebutuhan sehari‐hari.
Bagaimanakah bisnis Bapak Marzuki ini jika pada suatu hari terjadi kebakaran
yang menghabiskan seluruh mini marketnya?
d. PT. Jakarta Agribisnis, merupakan sebuah perusahaan yang mengelola usaha
pengembangan produk‐produk seperti keripik pisang, keripik salak, keripik
nangka, keripik singkong, keripik ubi, dan sebagainya. Perusahaan ini sangat
tergantung pada seorang karyawan yang bernama Abdul Hadi yang memiliki
keahlian handal dalam mengembangkan berbagai produk. Bagaimanakah
kelanjutan perusahaan ini jika Abdul Hadi meninggal dunia karena sakit?
e. Bapak Abu Bakar adalah seorang pegawai sebuah perusahaan swasta dan beliau
merupakan satu‐satunya sumber keuangan bagi keluarganya. Bagaimanakah
nasib keluarga ini apabila Bapak Abu Bakar pensiun dan penghasilannya tidak lagi
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga?
Dalam kasus‐kasus sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, baik dalam kasus
Reyza yang masih muda, kasus keluarga Bapak dan Ibu Suharno, kasus bisnis mini
market dan agribisnis, serta kasus keluarga Bapak Abu Bakar, semuanya dapat
dikelola dengan menerapkan ilmu manajemen risiko (Risk Management). Dengan ilmu
manajemen risiko kita dapat melakukan upaya untuk mengeliminir risiko yang
mungkin terjadi.
40
Risiko dan Asuransi
Untuk meminimalisasi atau mengeliminasi terjadinya suatu risiko finansial
tertentu, maka ada beberapa altertatif atau opsi yang dapat dipilih yaitu:
1. Menghindari risiko (avoiding risk), yaitu suatu metode pengelolaan risiko yang
pertama dan mungkin yang paling murah. Menghindari kerugian dari investasi
pasar modal atau saham, maka tidak perlu menempatkan investasinya di pasar
saham; mengindari dari kejatuhan buah duren, maka jangan beristirahat dibawah
pohon duren yang lagi dipanen. Akan tetapi usaha untuk menghindar bukan
suatu cara pengelolaan risiko yang efektif atau praktis, karena seseorang akan
menjadi tidak ada usaha atau diam dan senantiasa menghindar.
2. Mengendalikan risiko (controlling risk). Usaha untuk mengendalikan risiko dapat
dilakukan dengan mengambil langkah‐langkah dengan mencegah agar risiko
tidak terjadi atau mengurangi risiko tersebut. Adapun salah satu usaha untuk
mengendalikan risiko adalah dilarang merokok diruangan kerja ber AC atau
dengan memasang filter udara; Seorang Ibu yang melarang anak‐anaknya
bermain didekat sumur pompa air, maka dipasang pagar atau tembok setinggi
satu meter. Usaha untuk mengendalikan risiko ini agar dapat mengurangi
kemungkinan risiko atau kerugian dan menekan kemungkinan risiko agar tidak
menimbulkan kerugian yang sangat besar.
3. Menerima risiko (accepting risk). Metode pengelolaan risiko dengan menerima
risiko berarti menerima atau menahan risiko tersebut. Secara sederhana
menerima risiko berarti menanggung seluruh tanggung jawab finansial atas risiko
tersebut. Menerima risiko sama dengan mengasuransikan diri sendiri (self
insurance) yaitu seseorang atau perusahaan dapat mengelola risikonya dengan
menerima seluruh tanggung jawab finansialnya atau kerugian‐kerugiannya yang
terkait dengan risiko‐risiko tersebut.
Mengelola risiko dengan menerimanya atau sef insurance dapat dilakukan oleh
setiap orang ataupun perusahaan, yaitu dengan menanggung segala biaya atau
tanggung jawab finansial yang dapat ditimbulkan oleh risiko tersebut, seperti
biaya perawatan jalan untuk diri sendiri, keluarga maupun karyawan suatu
perusahaan. Menerima risiko dapat dilakukan oleh setiap orang ataupun
perusahaan untuk menanggung kerugian‐kerugian yang sederhana ataupun kecil
dan atau bentuk‐bentuk risiko yang benar‐benar dapat diterima atau dikerjakan.
4. Mengalihkan risiko (transferring risk). Usaha untuk mengalihkan suatu risiko
merupakan salah satu usaha pengelolaan risiko dengan cara mengalihkan atau
melimpahkan tanggung jawab finansial kepihak lain. Mengalihkan suatu risiko
kepada pihak lain maka dengan sendirinya akan terdapat biaya atau imbalan
untuk mengelola pengalihan risiko tersebut. Usaha untuk mengalihkan risiko
dapat dilakukan oleh seseorang, keluarga dan perusahaan yaitu dengan membeli
pertanggungan atau asuransi.
41
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Imbalan ayau biaya sebagai prestasi atau pengalihan risiko yang disebut
dengan premi (premium) yang diterima oleh penangggung (perusahaan
asuransi), maka penanggung mewajibkan untuk mengeluar dokumen tertulis
berupa polis asuransi (insurance policy) yang berisikan ketentuan‐ketentuan
perjanjian antara penanggung dan pemegang polis. Perjanjian tersebut
merupakan kontrak yang dapat diberlakukan secara hukum dimana di dalam
perjanjian tersebut penanggung setuju untuk membayar sejumlah uang jika risiko
yang diperjanjian tersebut terjadi dalam masa waktu yang diperjanjikan yang
disebut dengan manfaat polis (policy benefit) atau klaim (claim).
4. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk)
Bentuk‐bentuk risiko yang dapat diasuransikan tersebut dapat dijabarkan, antara
lain:
a. Risiko tersebut harus bersifat homogen atau dalam jumlah yang cukup banyak
(homogeneus similarly).
b. Risikonya harus murni (pure risk).
c. Selain bentuk risikonya murni, harus merupakan suatu risiko khusus atau
partikular.
d. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkannya, terjadi dari suatu peristiwa yang
bersifat kebetulan (fortuitous) dan merupakan suatu hal yang dapat terjadi, dan
atau dapat juga tidak terjadi.
e. Risikonya bukan suatu hal yang bertentangan dengan kebijakan umum atau
kebijakan pemerintah (not against public policy).
f. Obyek risiko dan dampak kerugian yang mungkin timbul, harus dapat diukur atau
dinilai dengan uang (financial value).
g. Mereka yang akan mengalihkan risiko tersebut kepada perusahaan asuransi atau
akan mengasuransikan, harus mempunyai kepentingan (insurable interest) atau
kepentingan yang melekat pada obyek atau orang yang diasuransikan.
h. Premi yang ditetapkan atas dialihkannya suatu risiko yang dimilikinya ditetapkan
dengan wajar (reasonable premium).
Dari beberapa bentuk‐bentuk risiko yang dapat diasuransikan di atas, maka ada
beberapa karakteristik dari risiko‐risiko tersebut yang sesungguhnya dapat
diasuransikan yaitu:
1. Kerugian terjadi secara kebetulan (fortuitous).
2. Kerugiannya riil atau nyata (definite).
3. Kerugiannya harus berarti (significant).
4. Tingkat kerugian harus dapat diperkirakan atau terprediksi (predictable).
5. Kerugian tidak menjadi bencana atau katastrofis (catastrophic) bagi penanggung.
Kelima karakteristik tersebut menjadi dasar yang menentukan bahwa risiko
tersebut dapat diasuransikan atau yang menjadi dasar dari bisnis asuransi.
Kemungkinan kerugian yang tidak mengandung atau memiliki salah satu dari
karakteristik tersebut, dianggap tidak layak untuk diasuransikan atau bukan sebagai
suatu risiko yang dapat diasuransikan.
42
Risiko dan Asuransi
1. Kerugian terjadi secara kebetulan (fortuitous)
Agar kerugian potensial layak di asuransikan, harus mengandung atau
memiliki unsur ketidakpastiaan artinya terjadinya harus kebetulan (fortuitous).
Kerugian harus disebabkan oleh karena suatu kejadian yang tidak diharapkan
ataupun tidak sengaja dilakukan, sebagai contoh, umumnya orang tidak dapat
mengetahui mereka akan menjadi cacat atau tidak dapat bekerja akibat
kecelakaan/sakit. Dalam hal ini, Perusahaan Asuransi dapat menawarkan asuransi
cacat untuk melindunginya dari kerugian finansial yang disebabkan oleh peristiwa
yang tidak pasti tersebut. Jika Asuransi jiwa menerapkan secara tegas prinsip
kerugian ini timbul persoalan lain yaitu bahwa kematian adalah peristiwa yang
pasti terjadi. Namun kapan tepatnya saat kematian terjadi seseorang tetap
berada diluar kendali orang itu. Karenanya walaupun peristiwa yang
dipertanggungkan, yakni kematian merupakan peristiwa yang pasti saat
terjadinya peristiwa itu biasanya betul‐betul mengandung ketidakpastian.
2. Kerugiannya riil atau nyata (definite)
Kerugian yang dapat di asuransikan harus riil atau nyata artinya dapat
dibatasi dari segi waktu (time) dan jumlah (amount). Perusahaan asuransi harus
mampu menetapkan kapan manfaat polis dibayarkan dan berapa besar atau
jumlah manfaat yang harus dibayarkan. Kematian, cacat, ketidakmampuan dan
usia lanjut atau tua, merupakan suatu keadaan yang umum dan dapat
diidentifikasikan. Namun demikian besarnya kerugian ekonomi yang disebabkan
oleh kejadian tersebut tergantung pada penafsirannya dan keadaan inilah yang
menjadi pokok permasalahannya.
Manfaat asuransi atau jumlah (amount) yang ditentukan dalam polis dapat
dibayarkan oleh perusahaan asuransi jika risiko yang diperjanjikan terjadi pada
waktu (time) kontrak asuransi masih berlaku (inforce). Jumlah dan waktu
senantiasa akan menjadi batasan‐batasan dalam kontrak asuransi, sehingga dari
jumlah dan waktu ini akan menentukan hal‐hal yang akan dibatasi atau
dikecualikan dan diperkenankan. Adapun kontrak asuransi dapat dikelompokan
sebagai Kontrak nilai atau kontrak sejumlah uang (valued contrac) dan kontak
indemnitas atau ganti rugi (contrac of indemnity).
Value contract adalah kontrak dengan manfaat polis yang jumlah atau
besarannya ditetapkan sebelumnya, atau jumlah manfaat yang akan dibayarkan
apabila terjadi suatu kerugian yang diasuransikan tidak memperhatikan besar
atau jumlah kerugian yang dideritanya. Dalam polis asuransi jiwa besarnya
santunan meninggal telah dicantumkan sejak polis diterbitkan. Misalnya, jika
seorang Bapak sebagai tertanggung dan sekaligus pemegang polis
mengasuransikan jiwanya sebesar Rp. 50 juta yang disebut dengan sejumlah
uang pertanggungan (UP) atau disebut face amount “atau “face value”, maka
jumlah UP tersebut akan dituliskan atau dicantumkan dalam polis asuransi yang
diperjanjikannya tersebut. Jika risiko yang diperjanjikan dalam polis terjadi yaitu
meninggal dunia, maka nilai atau besaran UP yang tercantum dalam polis menjadi
kewajiban perusahaan asuransi untuk membayarkannya. Jumlah UP yang
43
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
terjadi terhadap kelompok tertanggung tersebut. Jika perusahaan asuransi dapat
memperkirakan tingkat kerugiaan tersebut maka besaran premi yang layak untuk
dikenakan kepada setiap pemeggang polis akan dapat ditentukan, sehingga
perusahaan asuransi akan dapat memastikan cukupnya jumlah dana yang akan
dicadangkan untuk membayarkan klaim atau jika risiko yang diperjanjikan terjadi.
Meski sepanjang tahun, manusia telah mencoba meramal dengan bola kristal,
kartu tarot dan daun lontar untuk mengetahui nasibnya dikemudian hari, akan
tetapi dari sudut pandang individu, kerugian yang mungkin dideritanya tidak
dapat diduga sebelumnya. Demikian pula manusia maupun perusahaan asuransi
tidak ada yang dapat meramalkan saat yang pasti (time) seseorang itu akan
meninggal, akan menjadi cacat, atau harus dirawat dirumah sakit. Namun, dari
sekelompok tertentu orang dapat diperkirakan secara akurat, berapa jumlah
yang akan meninggal, cacat atau butuh perawatan rumah sakit dalam waktu atau
periode tertentu.
Perkiraan mengenai kerugiaan dimasa yang akan datang tersebut didasarkan
atas konsep bahwa walaupun kejadian secara perorangan, misalnya kematian
dimasa yang lalu timbul atau tampaknya tidak beraturan, namun pada
hakekatnya mengikuti suatu pola. Apabila pola masa lalu tersebut dapat dikenal
melalui observasi, kemungkinan bahwa kejadian tersebut akan dipastikan dapat
terjadi dimasa yang akan datang atau disebut dengan probabilitas (probability).
Adapun hal yang dapat membantu keakurasian prediksi terhadap probalitas
suatu kejadian adalah hukum bilangan besar (the law of large numbers).
Menurut the law of large numbers menyatakan bahwa: semakin banyak
jumlah observasi yang dilakukan atas suatu peristiwa atau kejadian, maka
semakin besar kemungkinan observasi tersebut menghasilkan estimasi
probabilitas yang sesungguhnya bahwa kejadian tersebut akan terjadi. Misalnya,
jika anda melempar koin, maka kemungkinan koin jatuh dengan sisi atau bagian
muka berada di atas atau bagian belakang ada di atas, sehingga probalitasnya
adalah 50 : 50, contoh ini merupakan probabilitas yang dapat dikalkulasikan
(calculable probability). Jika dua atau bahkan 12 kali lemparan, belum tentu
menghasilkan hasil yang sama antara bagian muka dan bagian belakang dari koin
tersebut. Tetapi jika anda melempar koin itu 1000 kali, anda dapat mengharapkan
adanya hasil kemungkinan bagian muka 500 dan kemungkinan bagian belakang
juga 500. Makin sering anda melempar koin, maka kemungkinan bahwa anda
dapat mengamati proporsi yang kira‐kira setara antara bagian muka berada di
atas dan bagian belakang berada diatas adalah sama, dengan demikian anda akan
mencapai atau mendapatkan suatu kemungkinan yang sesungguhnya semakin
besar.
Hukum bilangan besar diterapkan di perusahaan asuransi sebagai metode
untuk memprediksi mengenai kemungkinan kerugian di hari depan. Perusahaan
asuransi mengumpulkan informasi tertentu tentang sekelompok orang agar
dapat mengenali atau mengidentifikasikan pola kerugian yang dialami oleh
45
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
asuransi jiwa dapat juga mengamati seorang atau beberapa calon nasabah yang
membeli polis‐polis kematian dengan uang pertanggungan besar sekali (over
insurance) atau tidak wajar yang dapat mengakibatkan kerugian fatal bagi
penanggung.
Alternatif lain, perusahaan asuransi dapat menekan kemungkinan kerugian
yang fatal dengan mengalihkan risiko (risk transferring) kepada perusahaan
asuransi lain, artinya perusahan asuransi lain tersebut menerima tanggung jawab
untuk membayar seluruh atau sebagian klaim jika risiko itu terjadi atau sesuai
dengan bagian premi yang diterimanya.
Perusahaan asuransi (insurer, ceding company) yang mengalihkan (cede)
kerugiaan finansial tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan atau
mengasuransikan kembali kepada perusahaan asuransi kedua yaitu dengan istilah
reasuransi (reinsurance) dan perusahaan yang menerima reasuransi tersebut
dinamakan reasuradur atau reinsurer (Perusahaan Reasuransi). Perusahaan
47
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
48
Risiko dan Asuransi
general policy condition atau syarat‐syarat khusus polis yang juga dikenal dengan
sebutan special policy condition.
6. Proses Seleksi Risiko Awal
Orang‐orang yang merasakan bahwa dirinya mempunyai risiko yang lebih tinggi
dari orang‐orang lain yang berada dalam kondisi normal terutama jika ditinjau dari
sudut pandang kesehatannya, akan memiliki kecenderungan yang lebih untuk
mengambil asuransi. Kecenderungan seperti ini disebut dengan istilah anti‐seleksi
yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan antiselection, adverse selection, atau
selection against the insurer. Hal ini merupakan alasan utama bagi perusahaan
asuransi untuk melakukan seleksi risiko awal yang sering kita sebut dengan istilah
underwriting secara cermat agar tingkat risiko yang ditaksir mendekati risiko yang
sebenarnya terjadi, sehingga tidak terjadi kesalahan yang fatal dalam
mengestimasikan besarnya risiko yang akan ditanggung dan berdampak pada
kesalahan dalam menetapkan besarnya premi yang harus dibayar oleh Pemegang
Polis.
Underwriting atau proses seleksi risiko awal merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengidentifikasi risiko yang diperkirakan dapat terjadi pada diri calon
tertanggung, kemudin mengklasifikasikannya ke dalam beberapa tingkatan atau
golongan. Pegawai atau tenaga ahli di perusahaan asuransi jiwa yang diberi tanggung
jawab untuk melakukan seleksi risiko ini dinamakan underwriter yang tugas pokoknya
adalah:
Melakukan identifikasi risiko para calon tertanggung.
Mengklasifikasikan risiko para calon tertanggung yang telah diidentifikasi.
a. Identifikasi risiko
Meskipun tidak seorangpun dapat memastikan kapan waktunya seseorang
akan meninggal, mengalami kecelakaan dan ketidakmampuan, atau akan
mengalami suatu penyakit, akan tetapi untuk dapat menerima seorang calon
tertanggung diperlukan seleksi awal terhadap faktor‐faktor yang dapat
menambah atau mengurangi risiko yang mungkin akan terjadi dan harus menjadi
tanggungan perusahaan. Dalam hubungan dengan bisnis asuransi jiwa, faktor‐
faktor yang perlu dicermati itu adalah:
Physical hazards (bahaya fisik), yaitu ciri‐ciri fisik seseorang yang mungkin
akan berpengaruh terhadap tingkat risikonya, misalnya saja seseorang
yang pernah mengalami suatu penyakit tertentu seperti tekanan darah
tinggi (high blood pressure), gula darah (diabetes melitus) dan lain
sebagainya yang berpotensi untuk terjadinya gangguan kesehatan pada
diri orang tersebut.
Moral hazards (bahaya moral), yaitu berbagai faktor yang antara lain
dapat dilihat reputasi seseorang, posisi keuangan/kekayaan, catatan‐
catatan tentang kriminalitas yang pernah dilakukannya, dan sebagainya.
Orang‐orang seperti itu membeli asuransi bukan untuk memproteksi diri
dari hilangnya sumber finansial, akan tetapi mungkin untuk mencari
keuntungan pribadi melalui asuransi.
49
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, underwriter selanjutnya
akan mengklasifikasikan risiko‐risiko para calon tertanggung yang akan
mengambil asuransi di perusahaannya.
b. Klasifikasi risiko
Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya bahwa tanggung jawab utama
dari seorang underwriter adalah mengidentifikasikan risiko para calon
tertanggung, kemudian setelah itu akan dilanjutkan dengan tugas berikutnya
yaitu melakukan klasifikasi para calon tertanggung ke dalam golongan‐golongan
atau kelas tertentu sesuai dengan tingkat risiko masing‐masing, untuk
menetapkan tarif premi yang tepat.
Dalam mengklasifikasikan tingkat risiko para calon tertanggung, underwriter
akan menerapkan aturan yang dituangkan dalam buku panduan yang disebut
Underwriting Guidelines, dan berdasarkan panduan tersebut, risiko‐risiko akan
dikelompokkan ke dalam golongan / kelas sebagai berikut :
Standard Risk (risiko standard)
Preferred Risk (risiko yang lebih baik)
Substandard Risk (risiko di bawah standard)
Decline Risk (risiko buruk)
Standard Risks, merupakan kelompok tertanggung yang risikonya dinilai rata‐
rata untuk usia tertentu, dan untuk usia yang berbeda memang risikonya pun
berbeda. Premi yang dikenakan pada kelompok ini disebut “standard premium
rate“ atau dapat disebut sebagai tarif premi standar.
Preferred Risks. Kelompok ini merupakan golongan dari calon tertanggung
yang risikonya dinilai lebih rendah dari mereka yang tergolong dalam kelompok
standard risks, dan oleh karena itu premi yang dikenakan untuk kelompok
preferred risks ini juga lebih rendah. Dalam prakteknya, ada juga perusahaan
asuransi jiwa yang membuat kelompok tertanggung yang disebut dengan istilah
super‐preferred risk class. Sudah barang tentu untuk golongan ini premi yang
dikenakan lebih rendah dari premi yang dikenakan untuk kelompok preferred
risks.
Contoh untuk mereka yang termasuk dalam preferred risk class, antara lain
mereka yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Sedangkan bagi
mereka yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras, dan rutin berolah
raga serta rutin menjalani medical check‐up, dikelompokkan ke dalam golongan
super‐preferred risk class.
Substandard Risks, merupakan golongan tertanggung yang risikonya lebih
tinggi dari mereka yang berada dalam kelompok standard risk class. Untuk
asuransi jiwa, mereka yang termasuk dalam kelompok ini akan dikenakan
substandard premium rate atau tingkat premi substandar yang lebih mahal dari
50
Risiko dan Asuransi
51
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Jadi karena sampai saat ini KUHPdt dan KUHD yang baru belum ada, maka
dengan segala kekurangannya KUHPdt dan KUHD warisan dari pemerintah Belanda
masih kita gunakan, artinya asuransi yang merupakan bagian dari hukum perikatan
akan banyak di atur pada KUHPdt dan KUHD.
Mempelajari hukum asuransi, berarti mempelajari ketentuan hukum yang
mengatur tentang perjanjian, Oleh karena itu sumber hukum asuransi adalah:
1. KUHPdt terdiri dari 4 (empat) buku, yang masing‐masing mengatur hal‐hal
sebagai berikut ini, yaitu:
Buku ke I mengatur tentang orang (van personen), dibagi dalam 18 bab
(title), yang terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 198 (198 pasal).
Buku ke II mengatur tentang kebendaan (van zaken), dibagi dalam 21
bab, yang terdiri dari pasal 199 sampai dengan pasal 1232 (1.034 pasal)
Buku ke III mengatur tentang perikatan (van verbintenissen), dibagi
dalam 18 bab, yang terdiri dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 (632
pasal).
Buku ke IV mengatur tentang pembuktian dan Daluarsa (van bewijs en
verjaring), dibagi dalam 7 bab, yang terdiri dari pasal 1865 sampai dengan
pasal 1993 (129 pasal).
Bab atau title dibagi lagi dalam bagian‐bagian. Bagian‐bagian tersebut terdiri
atas pasal‐pasal dan sebuah pasal terdiri dari satu atau beberapa ayat. KUHPdt
terdiri dari 1993 pasal.
Produk asuransi merupakan produk janji artinya yang dijual adalah suatu janji‐
janji yang harus ditepati apabila risiko yang diperjanjikan terjadi. Untuk itu
perjanjian asuransi hanya diatur dalam satu‐satunya pasal 1774 (Buku III tentang:
Perikatan, Bab‐XV tentang ”perjanjian‐perjanjian untung‐untungan” bagian ke‐1
tentang ketentuan umum), yang menyebutkan bahwa:
”suatu perjanjian untung‐untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya,
mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara
pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah:
perjanjian pertanggungan; bunga cagak hidup; perjudian dan pertaruhan.
Perjanjian yang pertama diatur didalam KUHD”.
Kalimat terakhir dari pasal ini memberikan pengertian bahwa tentang
asuransi atau pertanggungan berlaku asas ”lex specialis derogaat lex generale”
artinya undang‐undang yang berlaku khusus mengesampingkan undang‐undang
yang berlaku umum. Apabila pertanggungan dapat memenuhi ketentuan yang
diatur dalam KUHD, maka pertanggungan bukan merupakan perjanjian untung‐
untungan.
2. KUHD terdiri atas 2 (dua) buku, yang masing‐masing mengatur hal‐hal
sebagai berikut ini, yaitu:
52
Risiko dan Asuransi
Buku ke I mengatur tentang perdagangan pada umumnya, yang dibagi
dalam 10 bab, dan terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 308 (308
pasal).
Buku ke II mengatur tentang hak dan kewajiban yang timbul dari
pelayanan, yang terbagi dalam 13 bab, dan terdiri dari pasal 309
sampai dengan pasal 754 (446 pasal).
Dari 2 (dua) buku dalam KUHD yang terdiri atas 754 pasal, ada
beberapa ketentuan yang mengatur tentang asuransi, antara lain:
Buku ke‐I, bab ke 9 tentang asuransi atau pertanggungan pada
umumnya (pasal 246 – pasal 286); pada bab ke‐10 tentang
pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, terhadap bahaya yang
mengancam hasil pertanian di sawah dan tentang pertanggungan jiwa
(pasal 287 – pasal 308).
Buku ke‐II, bab ke 9 tentang pertanggungan terhadap bahaya‐bahaya
laut dan bahaya‐bahaya perbudakan (pasal 592 – pasal 685); bab ke 10
tentang pertanggungan terhadap bahaya‐bahaya pengangkutan di
darat dan di sungai‐sungai serta perairan pedalaman (pasal 686 – pasal
695); bab 11 yang mengatur tentang avarij atau kerusakan (pasal 696 –
pasal 740) dan bab 12 tentang ketentuan hapusnya perikatan‐
perikatan dalam perniagaan laut (pasal 741‐ pasal 747) sedangkan
gugurnya tuntutan asuransinya (pasal 746).
Dalam KUHD pasal 246 memberikan pengertian tentang ”asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tentu”. Pertanggungan‐pertanggungan itu antara lain dapat mengenai:
bahaya kebakaran; bahaya yang mengancam hasil‐hasil pertanian yang belum
dipaneni; jiwa; satu atau beberapa orang; bahaya laut dan perbudakan; bahaya yang
mengancam pengangkutan didarat, disungai‐sungai, dan diperairan darat (pasal 247).
Pengertian asuransi pada pasal 246 lebih menekankan pada pengertian untuk
asuransi umum saja dan tidak berlaku untuk asuransi sejumlah uang atau asuransi
jiwa karena dalam asuransi jiwa tidak ada ganti rugi. Dengan lahirnya tentang
Undang‐undang Usaha Perasuransian No. 2 tahun 1992 pasal 1, Bab‐I memberikan
pengertian tentang asuransi yaitu: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pemvbayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.
53
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Dari pengertian asuransi pasal 1 UU No. 2 diatas, maka yang menjadi obyek
asuransi adalah ”benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab
hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau
berkurang nilainya”. Pasal 3 ayat‐a UU No 2 tahun 1992 menyebutkan tentang jenis
usaha asuransi meliputi usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa dan usaha
reasuransi.
Pasal 1 ayat 6 UU No. 2 tahun 1992 menyebutkan bahwa “Perusahaan asuransi
jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Sedangkan ruang lingkup perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan
usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri
dan usaha anuitas, serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan
peraturan perundang‐undangan dana pensiun yang berlaku (pasal 4 ayat‐b).
2. Pengertian asuransi jiwa
Asuransi jiwa pada hakekatnya adalah suatu pengalihan atau pelimpahan risiko
(risk shifting) atas kerugian keuangan (financial loss) oleh tertanggung kepada
penanggung. Risiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah risiko hilangnya
jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan akibat hilangnya jiwa seseorang atau
karena mencapai usia lanjut sehingga tidak produktif lagi.
Nilai hidup manusia tercermin dalam besarnya proteksi atau lebih tepatnya
dalam jumlah uang pertanggungan (sum insured) atau UP. Secara teoritis jumlah UP
ditetapkan sesuai dengan nilai ekonomi hidup manusia, hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi UP terlalu besar (over insured) atau jumlah UP terlalu kecil (under
insured).
Sepanjang hidup manusia selalu dihadapkan kepada kemungkinan terjadinya
peristiwa‐peristiwa yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai
ekonomis seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan
keluarganya atau orang lain yang berkepentingan.
Adapun peristiwa‐peritiwa tersebut yang dapat menimbulkan risiko antara lain:
a. Meninggal dunia (death) baik secara alamiah (natural death) atau meninggal
pada usia muda yang dapat disebabkan oleh karena sakit, kecelakaan
(accidental death), dan lain‐lain.
b. Cacat badan (disability, invalidity, incapasity) karena sakit atau kecelakaan.
c. Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan (loss of health).
d. Usia langjut atau umur tua (old age), dan
e. Pengangguran (unemployment).
Asuransi jiwa pada umumnya hanya mengelola risiko butir (a) dan butir (d),
sedangkan butir (b), (c) pada umumnya dikelola oleh perusahaan asuransi kesehatan,
akan tetapi perusahaan asuransi jiwa akan memasukan sebagai jaminan tambahan
(rider) dalam produk utamanya. Sedangkan butir (e) pada umumnya menjadi
54
Risiko dan Asuransi
55
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
1. Fungsi primer
a) Risk transfer mechanism
Asuransi adalah suatu mekanisme peralihan risiko, dengan mana seseorang atau
perusahaan dapat memindahkan beberapa ketidakpastian hidupnya kepada
bahu orang lain. Dengan membayar suatu premi yang telah diketahui jumlahnya
(umumnya suatu jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan kerugian
potensial), kerugian tersebut dapat dialihkan kepada penanggung.
Tanpa asuransi, seseorang atau suatu perusahaan akan menghadapi banyak
ketidakpastian, baik tentang apakah suatu kerugian akan terjadi, maupun
tentang berapa besar kerugian yang timbul jika kerugian tersebut benar – benar
terjadi.
b) The common pool
Premi yang diterima penanggung dari tertanggung dihimpun oleh penanggung
sebagai suatu dana (fund) atau pool untuk jenis risiko yang sama dan klaim yang
akan terjadi akan diberikan ganti rugi dimana dananya berasal dari pool tersebut.
c) Eqitable premium
Dalam menetapkan premi , seorang underwriter harus yakin bahwa kontribusi
premi yang dibayarkan oleh seorang tertanggung harus seimbang dibandingkan
dengan resiko yang dipikul/diterimanya akibat adanya mekanisme pengalihan
risiko, kontribusi premi yang dibayarkan oleh tertanggung lainnya, sesuai dengan
frekuensi dan severity klaim yang mungkin diajukan oleh tertanggung tersebut.
2. Fungsi sekunder
a. Merangsang pertumbuhan usaha (Stimulus to business enterprise). Jumlah premi
yang dibayarkan kepada penanggung hanyalah sebagian kecil dari dana yang
perlu disediakan untuk pembentukan dana diluar metode asuransi. Oleh karena
itu dengan membeli jaminan asuransi sebagian dari dana yang dihimpun dengan
cara diluar asuransu dapat diinvestasikan dalam pertumbuhan usaha yang lain
seperti pembangunan pabrik, bangunan – bangunan dan stok barang.
b. Keamanan (Security). Kerugian dapat mengakibatkan operasi perusahaan
terganggu terutama bagi perusahaan yang masih berukuran kecil. Dengan
mengansuransikan risiko itu, perusahaan sudah merasa aman (secure) bahwa
nanti pihak asuransi yang akan menanggung kerugian, dengan demikian para
eksekutif perusahaan tersebut dapat lebih mengkonsentrasikan diri kepada
peningkatan produksi dan pengembangan usaha tanpa kekahawatiran terhadap
kerugian yang mungkin timbul risiko, yang tentunya dapat mengurangi tingkat
keuntungan perusahaan.
57
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
58
Risiko dan Asuransi
4. Manfaat asuransi
Kemungkinan‐kemungkinan yang terjadi atas hidup manusia yaitu tidak
seorangpun akan tahu risiko yang akan terjadi pada dirinya sendiri, seperti masa
depan seseorang yang tidak pasti. Salah satu yang menyebabkan ketidakpastian masa
depan seseorang adalah berkurang atau hilangnya nilai ekonomi hidupnya.
Ketidakpastian masa depan yang akan dihadapi oleh setiap orang dapat
diakibatkan oleh 3 (tiga) faktor yaitu:
a. Meninggal terlalu cepat atau meninggal muda (dies too soon). Setiap orang pasti
meninggal, tetapi tidak seorangpun akan mengetahui kapan waktu meninggal
itu terjadi. Jika meninggal terlalu cepat atau meninggal muda (dies too soon)
dapat menyebabkan hilangnya nilai finansial atau ekonomisnya seseorang.
Ada 6 (enam) macam kebutuhan pokok karena meninggalnya pencari nafkah
(saka guru) pada usia produktif antara lain:
1. Dana pemutihan (clean up fund). Banyak kekayaan atau aset‐aset keluarga
atau waris keluarga dan leluhur wajib dipertahankan keluarganya karena
telah diwasiatkan dan menjadi waris keluarga.
Adapun dana‐dana yang dibutuhkan atau diperlukan sebagai biaya
pemutihan antara lain:
Biaya penguburan;
Rekening tagihan mendiang yang belum dibayar (Kartu kredit, listrik,
air, saluran TV, dan lain‐lain);
Hutang‐hutang pribadi (kredit rumah, kredit kendaraan bermotor,
modal kerja dan lain‐lain) atau pinjaman perusahaan milik pribadi atau
keluarga (saham, kredit usaha, hutang kerja dan lain‐lain);
Biaya perawatan sebelum meninggal seperti biaya rawat inap di Rumah
Sakit (rawat inap, obat, dokter dan perawatan lainnya) dan biaya rawat
jalan (obat, dokter dan perawatan lainnya);
Biaya konsultan hukum dan biaya‐biaya untuk pelaksanaan wasiat atau
waris serta hutang‐hutang pajak dan lain‐lain.
2. Dana penyesuaian (readjustment fund). Biaya‐biaya penyesuaian akan
menjadi beban yang sangat berat setelah mampunya seseorang mengatasi
biaya‐biaya pemutihan. Adapun dana‐dana yang dibutuhkan atau
diperlukan sebagai biaya penyesuaian antara lain:
Biaya kebutuhan hidup yang telah menjadi kebiasaan keluarga sehari‐
hari seperti uang belanja untuk kebutuhan makan sehari‐hari;
Biaya atau uang saku bagi anak‐anak setiap hari; dan
Biaya‐biaya lain yang telah menjadi kebiasaan keluarga untuk seminimal
mungkin dapat disesuaikan dan atau masih dapat dipertahankan.
3. Pendapatan keluarga (family income). Pendapatan atau penghasilan yang
menjadi sumber pendanaan kebutuhan keluarga. Adapun dana‐dana yang
59
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
60
Risiko dan Asuransi
Adapun dana‐dana yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tempat tinggal
antara lain:
Biaya perawatan rumah seperti genteng atau atap bocor, dinding
tembok rumah atau pagar rusak, kran dan mesin atau pompa air rusak,
instalasi listrik rusak dan lain‐lain;
Biaya renovasi rumah yang belum dibayar dan biaya lain yang masih
harus diperlukan karena saat ini sedang direnovasi;
Cicilan kredit rumah yang belum diselesaikan dan atau hutang‐hutang
untuk pembelian rumah ataupun biaya renovasi rumah, dan lain‐lain.
b. Jika hidup terlalu lama (life too long). Hidup terlalu lama atau berusia lanjut akan
menjadi beban dalam kehidupan keluarga atau menurunkan produktivitas kerja
serta meningkatkan beban finansial hidup seseorang atau meningkatkan
kebutuhan hidup (living need) pribadi dan keluarga.
Adapun kebutuhan‐kebutuhan hidup diusia lanjut umumnya dana pension
(pension fund), antara lain:
1. Biaya perawatan kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap;
2. Biaya perawat untuk memberikan perawatan;
3. Biaya‐biaya pelatihan untuk melatih syaraf ingat dan penglihatan; dan
4. Biaya‐biaya lainnya yang diperlukan untuk masa lanjut atau pensiun.
c. Hilangnya kemampuan (disability). Kemampuan seseorang dapat hilang karena
sakit, kecelakaan dan cacat. Adapun hilangnya kemampuan seseorang ini dapat
diakibatkan oleh:
1. Setiap orang tidak dapat terhindar dari sakit karena flu, demam, sakit kepala
dan mungkin sakit‐sakit berat yang dapat diderita seseorang, sehingga
peluang atau kesempatan untuk menghasilkan menjadi hilang, karena harus
mendapatkan perawatan dan atau harus beristirahat karena sakit yang
dideritanya. Akibat sakit ini tidak cukup dana sedikit yang dibutuhkan.
2. Kecelakaan dapat juga menghilangkan kemampuan untuk menghasilkan dan
akibat kecelakaan dapat menyebabkan cacat sementara, sebagian dan
bahkan cacat tetap. Semua ini membutuhkan biaya sangat besar untuk
perawatan dan atau pengobatannya. Jika seseorang mendapatkan cacat
tetap maka harapan dan atau usaha untuk mendapatkan penghasilan
menjadi hilang sama sekali.
3. Sakit dan kecelakaan dapat mengakibatkan kematian. Jika hal ini yang terjadi
dan menimpa hidup seseorang, maka bukan saja hilangnya kemampuan
untuk menghasilkan dan bahkan putus atau berakhirnya sumber finansial
keluarga.
61
Kontrak Asuransi
BAB III
KONTRAK ASURANSI
IHTISAR BAB TUJUAN
Kontrak dan Asuransi Setelah membaca bab atau bagian ini
¾ Pengertian kontrak diharapkan dapat untuk:
¾ Asuransi adalah perjanjian
¾ Bentuk Kontrak (Contract form) Menjelaskan pengertian dari suatu
Syarat‐syarat Umum Kontrak kontrak;
¾ Status hukum dari kontrak
¾ Syarat‐syarat umum kontrak Mengenal bahwa asuransi adalah
Tipe Kontrak Asuransi suatu perjanjian atau kontrak;
¾ Formal contracts dengan Informal
contracts. Menyebutkan bentuk‐bentuk dari
¾ Bilateral contracts dengan Unilateral suatu kontrak;
contracts.
¾ Commutative contracts dengan Menjelaskan syarat‐syarat dari suatu
Aleatory contracts. kontrak;
¾ Bargining contracts dengan
Contracts of adhesion. Menyebutkan tipe‐tipe dari suatu
o Prinsip‐prinsip Asuransi kontrak asuransi;
¾ Prinsip ”Itikad baik”
¾ Prinsip ”Kepentingan” yang dapat Menjelaskan perbedaan kontrak
diasuransikan asuransi dengan kontrak lainnya; dan
¾ Pemahaman prinsip ”Ganti‐rugi”
¾ Prinsip proksima atau ”Penyebab Menjabarkan prinsip‐prinsip dari
utama terjadinya risiko” kontrak asuransi.
¾ Prinsip ”Kontribusi”
¾ Prinsip “subrogasi”
o Hak‐hak Properti dalam Polis Asuransi
Jiwa
¾ Property law
¾ Rights under life Insurance policy
terms
¾ Rights by operation of law
¾ Community property rights (Hak‐hak
property bersama)
¾
63
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
A. Kontrak dan Asuransi
Hukum kontrak (contract of law, overeenscomstrecht) merupakan ”perangkat hukum
yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu”
(Lawrence M. Friedman, 2001 : 196). Menurut Michael D. Bayles mengartikan bahwa
hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan
perjanjian atau persetujuan (Michael D. Bayles, 1987 : 143).
Hukum kontrak dapat dikatakan sebagai keseluruhan kaidah‐kaidah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum.
Hukum kontrak diatur dalam buku III KUHPdt, yang terdiri dari 18 Bab, mulai dari pasal
1233 sampai dengan pasal 1864 (632 pasal). Adapun hal‐hal yang diatur dalam buku III ini,
sebagai berikut:
a. Perikatan pada umumnya (pasal 1233 sampai dengan pasal 1312) yang meliputi:
sumber perikatan; prestasi; penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak
dipenuhinya suatu perikatan; dan jenis‐jenis perikatan.
b. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (pasal 1313 sampai dengan pasal 1351) yang
meliputi ketentuan umum, syarat‐syarat sahnya perjanjian; akibat perjanjian, dan
penafsiran perjanjian.
c. Hapusnya perikatan (pasal 1381 sampai dengan pasal 1456) yang hapusnya dapat
disebabkan oleh: karena pembayaran; penawaran pembayaran tunai yang diikuti
dengan penyimpanan atau penitipan; pembaruan utang; perjumpaan utang atau
kompensasi; percampuran utang; pembebasan utang; musnahnya barang terutang;
kebatalan atau pembatalan; berlakunya syarat batal; kedaluarsa.
d. Jual beli (pasal 1457 sampai dengan pasal 1540) yang meliputi: ketentuan umum;
kewajiban sipenjual; kewajiban sipembeli; hak membeli kembali; jual beli piutang, dan
lain‐lain hak tak bertubuh.
e. Tukar menukar (pasal 1541 sampai dengan pasal 1546).
f. Sewa menyewa (pasal 1547 sampai dengan pasal 1600) yang meliputi: ketentuan
umum; aturan‐aturan yang sama berlaku terhadap penyewaan rumah dan penyewaan
tanah, aturan khusus yang berlaku bagi sewa rumah dan perabot rumah.
g. Persetujuan untuk melakukan pekerjaan (pasal 1601 sampai dengan pasal 1617) yang
meliputi: ketentuan umum; persetujuan perburuhan pada umumnya; kewajiban
majikan; kewajiban buruh; macam‐macam cara berakhirnya hubungan kerja yang
diterbitkan karena perjanjian; dan pemborongan pekerjaan.
h. Persekutuan (pasal 1618 sampai dengan pasal 1652) yang meliputi: ketentuan umum;
perikatan antara para sekutu; perikatan para sekutu terhadap pihak ketiga; dan
macam‐macam cara berakhirnya persekutuan.
i. Badan hukum (pasal 1653 sampai dengan pasal 1665).
j. Hibah (pasal 1666 sampai dengan pasal 1693) yang meliputi: ketentuan umum;
kecakapan untuk memberikan hibah dan menikmati keuntungan dari suatu hibah;
cara mengibahkan sesuatu; penarikan kembali dan penghapusan hibah.
k. Penitipan barang (pasal 1694 sampai dengan pasal 1739) yang meliputi: penitipan
barang pada umumnya dan macam penitipan; penitipan barang sejati; sekestrasi dan
macamnya.
64
Kontrak Asuransi
l. Pinjam pakai (pasal 1740 sampai dengan pasal 1753) yang meliputi: ketentuan umum;
kewajiban orang yang menerima pinjaman; dan kewajiban orang meminjamkan.
m. Pinjam meminjam (pasal 1754 sampai dengan pasal 1769) yang meliputi: pengertian
pinjam meminjam; kewajiban orang yang meminjamkan; kewajiban sipeminjam; dan
meminjam dengan bunga.
n. Bunga tetap atau abadi (pasal 1770 sampai dengan pasal 1773).
o. Perjanjian untung‐untungan (pasal 1774 sampai dengan pasal 1791) yang meliputi:
pengertiannya (dalam pengertian inilah yaitu pada pasal 1774 menyebutkan bahwa
pertanggungan atau asuransi menjadi bagian dari perjanjian untung‐untungan);
persetujuan bunga cagak hidup dan akibatnya; perjudian dan pertaruhan.
p. Pemberian kuasa (pasal 1792 sampai dengan pasal 1819) yang meliputi: sifat
pemberina kuasa; kewajiban sikuasa (penerima kuasa); kewajiban pemberi kuasa; dan
macam‐macam cara berakhirnya pemberian kuasa.
q. Penanggung utang (pasal 1820 sampai dengan pasal 1850) yang meliputi: sifat
penanggungan, akibat‐akibat penanggungan antara siberutang dan sipenanggung;
akibat‐akibat penanggungan antara siberutang dan sipenanggung, dan antara para
penanggung sendiri; hapusnya penanggungan utang.
r. Perdamaian (pasal 1851 sampai dengan pasal 1864). Perdamaian atau perjanjian
perdamaian merupakan perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang bersengketa.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri suatu konflik atau perselisihan yang
timbul diantara mereka, baru dikatakan sah damai jika dibuat dalam bentuk tertulis.
1. Pengertian kontrak
Kontrak atau perjanjian adalah suatu persetujuan yang mengikat secara hukum
antara dua pihak atau lebih. Perjanjian itu meliputi suatu janji atau serangkaian janji
untuk melakukan satu atau beberapa tindakan, dimana janji atau janji‐janji tersebut
dibuat oleh hanya satu pihak pada kontrak, atau semua pihak yang terlibat.
Istilah kontrak sering diartikan sebagai suatu perjanjian yang dapat dipaksakan
secara hukum (an agreement enforceable at law) dan banyak juga suatu perjanjian
yang tidak dapat dipaksakan didepan hukum, sebagai contoh apabila seorang setuju
untuk makan malam di rumah makan dan mengingkari janji atau kontrak tersebut,
dalam hal ini hukum tidak dapat dipaksakan dalam perjanjian tersebut. Apabila suatu
kontrak dengan bentuk perjanjian khusus, maka dapat dipaksakan secara hukum.
Pengadilan sering menyatakan bahwa sebuah kontrak memerlukan suatu
“wujud kesepakatan bersama (manifestation of mutual assest)” untuk menyatakan
ide dari persetujuan dan untuk memperjelas bahwa hukum tidak mencoba untuk
menegaskan pernyataan pikiran yang aktual dari pihak‐pihak yang melakukan
kontrak. Hukum hanya berkaitan dengan kata‐kata atau tindakan‐tindakan yang
dapat dilihat. Biasanya adanya kata sepakat dapat dibuktikan dengan pembuatan
tawar menawar dari masing‐masing pihak.
65
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
2. Asuransi adalah perjanjian
Pasal 246 KUHD dan UU No. 2 Tahun 1992 Bab‐I, pasal 1, menyebutkan bahwa
asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian ......, dan perjanjian ini harus
dibuat secara tertulis dalam suatu akte yang dinamakan polis (pasal 255 KUHD).
Sebagai suatu perjanjian ia tunduk pada ketentuan‐ketentuan yang terdapat dalam
buku III KUHPdt yang dimulai dari pasal 1313.
Pasal 1313 (Buku‐III, Bab‐2, Bagian‐1) KUHPdt menyebutkan bahwa: “suatu
persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Dalam hal perjanjian asuransi pihak‐pihak yang saling mengikat diri tersebut
adalah penanggung dan tertanggung. Setelah kedua belah pihak saling mengikatkan
diri maka antara kedua belah pihak terjadi suatu perikatan. Perikatan adalah
hubungan hukum antara dua pihak yang saling mengikatkan diri melalui perjanjian.
Dalam perjanjian atau persetujuan kedua belah pihak saling berjanji untuk
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu janji yang demikian
itu dinamakan perjanjian atas beban. Bila kewajiban itu hanya ada pada satu pihak
saja, maka perjanjian tersebut dinamakan perjanjian cuma‐cuma.
Perjanjian atau persetujuan adalah suatu peristiwa, sesuatu yang kongkrit yang
dapat kita lihat, kita dengar bahkan kalau perjanjian itu dituangkan dalam suatu
naskah dan dapat dijadikan pegangan.
Sebaliknya suatu perikatan adalah suatu hubungan hukum. Sesuatu yang
abstrak, jadi tidak dapat kita lihat atau kita dengar. Hubungan kedua belah pihak
dalam suatu perikatan adalah hubungan hukum, karena hak kedua belah pihak
dijamin oleh hukum atau undang‐undang.
Kata kontrak yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari‐hari, adalah
perjanjian atau persetujuan yang mempunyai arti lebih sempit, karena yang dimaksud
disini adalah perjanjian atau persetujuan yang tertulis saja.
Kontrak sering diartikan sebagai suatu perjanjian. Ada kontrak yang dapat
dipaksakan dan tidak dapat dipaksakan didepan hukum, tetapi kontrak dalam
asuransi sangat berbeda dalam penerapannya.
Salah satu aspek yang amat penting dalam kontrak adalah pelaksanaan kontrak
itu sendiri, bahkan dapat dikatakan justru pelaksanaan kontrak inilah yang menjadi
tujuan orang‐orang mengadakan kontrak, karena dengan pelaksanaan kontrak
tersebut pihak‐pihak yang membuatnya akan dapat memenuhi kebutuhannya,
kepentingannya serta pengembangannya.
Kontrak kalau dilihat dari wujudnya merupakan rangkaian kata‐kata yang
mengandung janji‐janji atau kesanggupan‐kesanggupan yang diucapkan atau
66
Kontrak Asuransi
dituangkan dalam bentuk tulisan oleh pihak‐pihak yang membuat kontrak, dan dalam
kontrak tercantum hak‐hak dan kewajiban‐kewajiban dari pihak yang membuatnya.
Dalam kontrak asuransi jiwa, disebutkan bahwa kontrak yang dilakukannya yaitu
antara Penanggung (Perusahaan asuransi) dengan Pemegang Polis. Pemegang polis
adalah orang atau badan hukum yang mengadakan penjanjian tersebut. Sedangkan
Tertanggung adalah orang atas jiwanya diadakan pertanggungan, artinya secara
individu Tertanggung dapat menjadi atau dalam kedudukan sebagai Pemegang polis.
Adapun yang dimaksud Penanggung adalah Badan usaha perusahaan asuransi itu
sendiri, jadi bukan dalam bentuk perorangan atau individu.
3. Bentuk Kontrak (Contract form)
Terdapat sejumlah alasan‐alasan teknis untuk menyatakan bahwa kontrak
informal harus dibuat secara tertulis, sebab manusia sering tidak dapat dipercaya.
Kontrak yang dibuat secara tertulis akan lebih aman bagi para pihak dan juga lebih
mudah untuk membuktikannya.
Dalam praktek khususnya pada kontrak asuransi yang temporer pada umumnya
kontrak yang ditegakkan secara lisan, contoh pada asuransi cargo, sehingga jika
terjadi klaim maka proses pembuktiannya akan dapat menimbulkan sengketa.
Sebuah kesepakatan dapat menjadi ilegal karena kesepakatan itu pertentangan
dengan hukum, dilarang oleh UU. Pertentangan aturan‐aturan yang dinyatakan
secara jelas, melawan kebijaksanaan umum atau kepentingan umum. Adapun
kesepakatan dapat dikatakan elegal seperti: kesepakatan dalam pengendalian
perdagangan atau monopoli; kesepakatan yang sangat memberatkan; Kesepakatan
dalam judi/pertaruhan dan kesepakatan‐kesepakatan untuk merugikan atau
menghilangkan nyawa orang lain adalah merupakan kesepakatan‐kesepakatan yang
tidak sah secara umum. Hukum tidak akan membantu pihak manapun juga dalam
sebuah kesepakatan yang tidak sah, dalam kedua belah pihak tidak dapat memaksa
pihak lain yang manapun juga untuk memenuhi perjanjian dalam kontrak tersebut.
Namun bagaimana pun juga UU kadang‐kadang dibuat atau ditulis untuk
melindungi pihak‐pihak tertentu, sebagai contoh yang menentukan keabsahan
kontrak asuransi adalah kontrak yang dikeluarkan oleh penanggung, sedangkan
pemegang polis, tertanggung atau termaslahat diwajibkan untuk memenuhi atau
mematuhi aturan‐aturan dalam kontrak tersebut. Bentuk dari kontrak tersebut
menjadi kontrak sepihak (unilateral contract).
B. Syarat‐syarat Umum Kontrak
1. Status hukum dari kontrak
Prinsip‐prinsip undang‐undang kontrak menentukan status hukum dari suatu
kontrak, yaitu yang mengatakan apakah suatu persetujuan merupakan kontrak yang
secara hukum mengikat pihak yang terlibat dan dapat memaksa para pihak di
67
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
pengadilan. Untuk menjelaskan status hukum dari kontrak sering dipergunakan istilah
valid, void dan voidable.
Valid (berlaku). Valid contract adalah sesuatu yang dapat memaksa secara hukum.
Sebuah kontrak yang sah adalah kontrak dimana masing‐masing pihak dapat
melaksanakan kontraknya didepan hukum atau dapat memaksakan kontrak
tersebut dengan keputusan‐keputusan pengadilan.
Void (batal). Istilah void dipergunakan dalam undang‐undang untuk menjelaskan
sesuatu yang tidak pernah berlaku. Istilah umum yang dipergunakan adalah “void
ad initio” artinya “batal dari semula” (void from start). Kontrak batal adalah
sesuatu yang tidak pernah dapat memaksa secara hukum. Beberapa kontrak dari
orang‐orang yang mempunyai kapasitas kontraktual yang terbatas menjadi batal
atau dapat dibatalkan. Sebuah kontrak yang batal adalah persetujuan yang tidak
dapat dipaksakan/tidak dapat dinyatakan, dilaksanakan secara hukum dengan
keputusan dari pengadilan.
Voidable (dapat dibatalkan). Pada waktu tertentu, mungkin ada dasar hukum bagi
satu pihak dapat memaksa pihak lain untuk membatalkan atau menghentikan
kontrak. Kontrak tersebut dikatakan dapat dibatalkan. Kontrak yang dapat
dibatalkan, merupakan kontrak yang dapat secara hukum untuk membatalkan
kontrak tersebut untuk beberapa tindakan dalam situasi dimana sebuah kontrak
dilakukan oleh orang yang tidak kompeten secara hukum. Kontrak dapat
dibatalkan atau diperbaiki, namun apabila tidak dibatalkan maka kontraknya
tetap berlaku. Kekuatan dari beberapa orang dengan kapasitas kontraktual yang
terbatas itu untuk membatalkan atau untuk menghindari beberapa kontrak
setelah melakukan kontrak, merupakan hal yang penting untuk siapa saja yang
bermaksud membuat sebuah kontrak, pihak yang kompoten akan terikat.
Sedangkan orang yang mempunyai kontraktual terbatas mempunyai hak untuk
menentukan apakah dia melakukan kontrak/membatalkan kontraknya.
Suatu kontrak harus ditafsirkan yang benar sesuai ketentuan pasal 1342 sampai
dengan 1351 bab kedua, bagian keempat, Buku III KUHPdt yang isinya dapat
disimpulkan:
1. Apabila kata‐kata suatu perjanjian sudah jelas maka kata‐kata itu tidak boleh
disimpangkan dengan jalan menafsirkannya (pasal 1342)
2. Jika kata‐kata suatu perjanjian dapat diberikan belbagai penafsiran maka kata‐
kata dalam perjanjian tersebut harus ditafsirkan dengan jalan menyelidiki maksud
kedua belah pihak yang membuat perjanjian sewaktu perjanjian itu dibuat (pasal
1343 dan 1350)
3. Bilamana suatu perjanjian mengandung dua macam pengertian maka harus
dipilih pengertian yang memungkinkan perjanjian itu dilaksanakan (pasal 1344)
4. Seandainya dalam suatu perjanjian terdapat kata‐kata yang mengandung dua
macam pengertian maka harus dipilih pengertian yang paling selaras dengan sifat
perjanjian (pasal 1345)
68
Kontrak Asuransi
5. Sekiranya dalam suatu perjanjian terdapat suatu hal yang meragukan maka hal itu
harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan dalam suatu daerah
dimana perjanjian itu dibuat (pasal 1346), dan perjanjian tersebut harus
ditafsirkan atas kerugian pihak kreditur dan untuk keuntungan pihak debitur
(pasal 1349)
6. Segala sesuatu yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan, dianggap
secara diam‐diam dimasukkan dalam perjanjian, meskipun tidak dinyatakan
denga tegas dalam perjanjian yang bersangkutan (pasal 1347)
7. Semua janji‐janji yang dibuat dalam perjanjian harus diartikan dalam hubungan
satu sama lain dan harus ditafsirkan dalam rangka perjanjian seluruhnya (pasal
1348).
Dengan mempergunakan cara‐cara penafsiran tersebut, suatu perjanjian yang
semula isinya kurang lengkap dan kurang jelas, akan dapat ditafsirkan menjadi jelas.
Namun hal ini belumlah menjamin suatu perjanjian dapat dilaksanakan dengan sebaik‐
baiknya. Bahkan perjanjian yang sudah dirumuskan dengan syarat baku sekalipun,
belum menjamin perjanjian itu pasti dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya,
kecuali perjanjian itu dilaksanakan dengan itikad baik (Goede trouw, utmost good
faith).
Itikad baik yang dimaksud adalah itikad baik seperti yang diatur dalam pasal 1338
ayat (3) KUHPdt, yang menyebutkan bahwa: ”Perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik” artinya bahwa para pihak harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak.
2. Syarat‐syarat umum kontrak
Ada 4 persyaratan umum yang harus dipenuhi agar kontrak informal mengikat
semua pihak (legal status of a contract), yaitu:
1) Harus ada manifestasi kesepakatan bersama atas syarat‐syarat kontrak masing‐
masing pihak (mutual assent).
2) Masing‐masing pihak dalam kontrak harus mempunyai “legal capcity” atau
contractual capacity (wewenang atau kompetensi hukum) untuk membuat
kontrak.
3) Masing‐masing pihak dalam kontrak harus saling memberi dan menerima sesuatu
yang bernilai sama (legally adequate consideration).
4) Kontrak tidak bertentangan dengan hukum (lawful purpose).
Dalam hak polis asuransi jiwa sebagai kontrak informil, keempat persyaratan
tersebut harus dipenuhi.
Menurut Prof. Subekti, SH dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perjanjian”
(2005 : 17) menyebutkan bahwa: sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat:
1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya;
2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian;
69
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
3) Mengenai suatu hal tertentu;
4) Suatu sebab yang halal.
Demikian menurut pasal 1320 KUHPdt. Selanjutnya Prof. Subekti, SH.
menjelaskan bahwa dua syarat yang pertama, dinamakan syarat subyektif, karena
mengenai orang‐orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan
dua syarat yang terakhir dimakan syarat‐syarat obyektif karena mengenai
pekerjaannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.
a. Kesepakatan bersama (mutual assent)
Apakah satu kontrak dibuat oleh beberapa pihak dengan menanda‐tangani
persetujuan formil tertulis atau kedua belah pihak saling bersalaman, semua itu
menunjukkan bahwa pihak yang bersangkutan telah sepakat menyetujui sesuatu
yang diperjanjikan. Ini merupakan dasar persyaratan hukum dari kesepakatan
bersama yang menganggap bahwa satu pihak telah membuat penawaran dan
pihak lain telah menerima penawaran. Jika tidak ada manifestasi kesepakatan
bersama oleh pihak‐pihak yang bersangkutan terhadap janji dan syarat‐syarat
persetujuan berarti tidak ada yang dapat memaksa secara hukum adanya
kontrak. Manifestasi kesepakatan berarti dapat memberikan kelayakan bagi
setiap orang sehingga ada persetujuan antara pihak‐pihak yang bersangkutan.
Penawaran (offer)
Sebuah penawaran adalah sebuah proposal yang apabila diterima oleh
pihak lain sesuai dengan syarat‐syaratnya akan dapat menciptakan
persetujuan yang mengikat. Apabila kuasa yang diberikan kepada orang lain,
apabila dicabut maka tidak memiliki kekuatan hukum. Orang‐orang yang
membuat penawaran disebut Offeror dan orang menerima penawaran
disebut Offeree.
Apabila penerima penawaran bermaksud untuk memberi jawaban ada
beberapa pilihan, yaitu:
(1) Penerima dapat menolak penawaran;
(2) Membatalkan dan meminta penawaran baru yaitu dengan penawaran
ulang, yang dalam hukum berarti sebuah penolakan dari penawaran
yang pertama dan pemberian penawaran baru; atau
(3) Menerima penawaran sesuai dengan syarat‐syaratnya.
Suatu penawaran dapat berbentuk sebuah janji atau sebuah tindakan (a
promise or an act). Dapat juga berbentuk janji untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu. Sebagai contoh, sebuah penawaran dapat
berbentuk sebuah janji untuk membayar sejumlah uang apabila penerima
penawaran melakukan tindakan atau membuat janji yang diminta oleh
pemberi penawaran. Apabila pemberi penawaran meminta dilakukannya
semua tindakan atas janjinya, maka kontraknya akan menjadi sebuah kontrak
unilateral karena hal ini hanya melibatkan dari pemberi penawaran. Apabila
70
Kontrak Asuransi
71
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
72
Kontrak Asuransi
(3) Perjanjian pada saat menerima surat penerimaan/sampai di alamat penawar
atau tanggal atau hari SPA dan premi pertama diterima Penanggung
(Onvangs theorie), dan
(4) Perjanjian baru terjadi, apabila si penawar telah membuka dan membaca
surat penerimaan itu atau SPA telah diterima dan diakseptasi secara
underwriting (Vernemings theorie).
Dalam hal polis asuransi jiwa, sebagaimana kontrak lainnya, persyaratan
kesepakatan bersama itu dipenuhi melalui adanya proses penawaran dan
persetujuan. Akan tetapi dalam asuransi jiwa terdapat beberapa variabel yang
harus dipertimbangkan dalam menentukan siapa offeror, yaitu orang yang
sesungguhnya membuat penawaran dan siapa offeree yaitu kepada siapa
penawaran dibuat. Persyaratan penawaran dan persetujuan di dalam pembuatan
kontrak asuransi jiwa akan dibicarakan kemudian dalam bab atau bagian ini pada
waktu membahas surat permintaan yang diisi oleh seseorang yang mau membeli
polis asuransi jiwa.
Dari sudut hukum perjanjian, suatu kontrak dinyatakan sah apabila kontrak
tersebut telah memenuhi ketentuan pasal 1320 KUHPdt di atas. Adanya
“kesepakatan” yang merupakan salah satu syarat dari sahnya suatu kontrak
tersebut dalam perjanjian asuransi, secara lebih khusus diatur dalam pasal 257
KUHD yang menyatakan bahwa perjanjian asuransi antara penanggung dan
tertanggung telah terjadi dan mengikat kedua belah pihak atau diterbitkan
seketika setelah ia ditutup; sedangkan pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, menyebutkan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka
yang membuatnya.
b. Wewenang hukum (legal capacity)
Kewenangan hukum sangat berkaitan dengan pihak‐pihak yang Kompeten
(competent parties) dalam melakukan kontrak, dan seseorang dengan umur yang
secara hukum diakui tanpa mempunyai keterbatasan mental, mempunyai kelainan,
secara hukum kompeten untuk melakukan kontrak, atau orang seperti itu
dinyatakan mempunyai kapasitas dalam kontrak atau mempunyai kompetensi
hukum untuk membuat sebuah kontrak yang sah.
Namun bagaimana pun juga kapasitas kontrak dari kelas tertentu dari orang‐
orang yang mempunyai keterbatasan, seperti orang yang dibawah umur, orang
yang secara mental lemah, orang yang mabuk, narapidana, orang‐orang asing, dan
perusahaan‐perusahaan. Beberapa kontrak dari orang‐orang seperti ini menjadi
batal (void) atau dapat dibatalkan (voidable).
o Orang yang dibawah umur (minors)
Seorang yang dibawah umur tidak dapat memberikan kepastian hukum
yang tidak dapat dibatalkannya, sehingga pihak‐pihak yang kompeten sering
73
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
menolak melakukan kontrak dengan seorang yang dibawah umur hal ini
merupakan kerugian dari orang dibawah umur tersebut.
Kontrak‐kontrak yang tidak dapat dihindari oleh orang‐orang yang
dibawah umur (contracts that the minor cannot avoid). Orang‐orang dibawah
umur juga bertanggung‐jawab atas nilai‐nilai yang wajar terhadap
kebutuhan‐kebutuhan yang dibelinya untuk mereka sendiri. Dengan catatan:
mereka tidak bertanggung jawab atas nilai kontrak tetapi lebih pada nilai
yang wajar dari barang‐barang tersebut.
Bagi orang‐orang yang lemah mental, baik apakah mereka dibawah
perwaliannya atau tidak akan bertanggung jawab atas nilai‐nilai yang wajar
dari kebutuhannya, dibelinya asuransi bukanlah merupakan sebuah
kebutuhan maka kontrak‐kontrak asuransi bagi orang yang secara lemah
mental dapat dibatalkan.
Dalam praktek telah diberlakukan dan memberikan hak pada orang‐
orang yang dibawah umur diatas umur yang sudah ditentukan untuk
membuat kontrak asuransi jiwa atau kontrak asuransi kesehatan dalam
kondisi dan syarat‐syarat tertentu, contoh: kontrak asuransi jiwa/asuransi
kesehatan dan asuransi kecelakaan untuk jiwa mereka sendiri untuk benefit
yang diberikan kepada mereka sendiri/kepada ayahnya, ibunya, suaminya,
istrinya, anaknya, saudara laki‐laki atau saudara perempuannya dan dapat
melakukan/mendapatkan semua hal‐hal kekuatan‐kekuatan kontraktual
seperti itu terhadap kontrak apa pun juga terhadap kontrak asuransi seperti
itu yang mungkin dilakukan/dilaksanakan oleh orang yan berumur cukup
secara hukum.
Usia yang sah untuk membuat kontrak Biasanya tiap individu
mempunyai wewenang hukum untuk membuat kontrak jika telah berumur
dewasa menurut hukum dan mempunyai kompetensi (kecakapan/ kemauan)
mental. Tiap orang yang belum mencapai umur dewasa secara hukum atau
tidak mempunyai kecapakan mental, tidak dapat membuat kontrak kecuali
kontrak penyediaan dana untuk menutupi biaya kebutuhan yang rasionil.
Biaya kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan untuk hidup sehari‐
hari, seperti makanan, perumahan, pakaian. Kontrak untuk kebutuhan
tersebut tetap berlaku meskipun salah satu pihak tidak mempunyai
wewenang hukum terhadap kontrak. Kontrak polis asuransi jiwa belumlah
dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh pengadilan.
Kecuali untuk kontrak kebutuhan pokok dan jika tidak bertentangan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku, kontrak yang dibuat oleh orang
yang masih di bawah umur hanya dapat dibatalkan atas permintaan dari
orang yang di bawah umur tersebut.
74
Kontrak Asuransi
Orang yang dibawah umur ialah orang yang belum mencapai umur
dewasa menurut hukum untuk membuat kontrak. Umur sah menurut hukum
untuk dapat membuat kontrak adalah umur dewasa secara hukum. Di
Amerika Serikat dan Canada umumnya umur dewasa adalah 18 tahun, tetapi
ada juga di negara bagian tertentu yang menganggap umur 16, 15 atau 14
tahun sudah dewasa dan dapat membeli polis asuransi jiwa.
Undang‐undang perlu menetapkan umur dewasa menurut hukum pada
saat pembelian asuransi jiwa untuk melindungi perusahaan asuransi dari
kemungkinan adanya orang di bawah umur yang menolak kontrak di
kemudian hari dengan alasan belum mempunyai wewenang (kapasitas)
hukum. Jika seandainya perusahaan asuransi jiwa menjual polis kepada orang
yang masih dibawah umur maka perusahaan asuransi harus mendukungnya
sampai akhir kontrak. Akan tetapi, orang yang masih dibawah umur tersebut
dapat menuntut untuk membatalkan polis dan perusahaan asuransi harus
mengembalikan premi yang telah dibayar untuk polis tersebut walaupun
polis tersebut telah lama berjalan aktif.
o Orang yang secara mental tidak mampu (mentally infirm persons)
Orang yang secara mental tidak mampu dapat disebabkan oleh kegilaan,
keterbelakangan mental, penyakit, luka atau umur yang sudah tua, tingkat
dari ketidakmampuan/kelemah mental berkisar dari keterbelakangan yang
ringan sampai dari tingkat yang fungsi atau koma yang tetap yang sering
terjadi pada saat seseorang menerima luka yang sangat berat di kepalanya.
Kapasitas kontraktual dari orang yang lemah mental tergantung apakah
pengadilannya telah memutuskan bahwa orang tersebut secara mentalnya
telah kompeten dan telah menunjuk wali atas kekayaan orang itu atau jika
tidak apakah orang itu dapat secara wajar memahami sifat‐sifat atau akibat‐
akibat dari persetujuan itu.
Apabila seorang wali telah ditunjuk (If a guardian has been appointed).
Tujuan dari penunjukkan wali adalah untuk menjaga kekayaan dari orang
yang lemah mental tersebut dari penyimpangan yang dilakukannya sendiri
dan tujuannya ini akan dikalahkan apabila orang yang lemah mental itu
mempunyai kekuatan untuk melakukan kontrak. Wali tersebut mempunyai
kontrol terhadap properti dari orang yang lemah mental tersebut dan tunduk
pada supervisi dari Pengadilan.
Apabila belum ada wali yang ditunjuk (if no guardian has been
appointed). Apabila belum ada wali yang ditunjuk, maka kemampuan dari
orang yang lemah mental tersebut untuk memahami kompleksitas dari
perjanjian/persetujuan biasanya akan menentukan apakah kontraknya
batal/dapat dibatalkan. Sebagai contoh orang yang lemah mental mungkin
dapat memahami apa yang termaksud dalam pembelian sebuah sepeda
tetapi tidak memahami apa yang termasuk dalam kaitan membeli saham
dalam perusahaan. Apabila orang yang lemah mental tidak mempunyai
75
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
pemahaman secara total sama sekali mengenai karakteristik/sifat dan akibat‐
akibat dari persetujuan maka kontraknya batal untuk dilaksanakan. Namun
bagaimana pun juga, orang yang lemah mental tersebut masih mempunyai
pemahaman atau tidak secara total tidak tau tetapi secara wajar tidak
mengetahui sifat‐sifat/esensi dan akibat‐akibat dari perjanjiannya maka
kontraknya menjadi dibatalkan dan oleh orang yang lemah mental itu
seorang wali yang kemudian ditunjuk dapat membatalkan sebuah kontrak
bagi orang dibawah umur.
Jika orang tersebut kemudian dinyatakan cakap mental oleh pengadilan,
maka yang bersangkutan dapat membatalkan kontrak atau minta terus
dilanjutkan. Pihak lainnya pada kontrak tidak mempunyai hak untuk
membatalkan kontrak dan harus melaksanakan ketentuan‐ketentuan
tersebut dalam kontrak jika diminta.
Lebih jauh Prof. Subekti, SH di dalam bukunya sehubungan dengan
persyaratan yang kedua untuk sahnya perjanjian adalah sebagai berikut:
Cakap untuk membuat suatu perjanjian; atau sama dengan pengertian tentang
masing‐masing pihak dalam kontrak harus mempunyai legal capacity atau
wewenang hukum untuk membuat kontrak.
Pada pasal 1330 KUHPdt disebut sebagai orang‐orang yang tidak cakap
untuk membuat suatu perjanjian ialah:
1) Orang‐orang yang belum dewasa; yaitu anak yang belum mencapai umur
18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan (pasal 47 UU No. 1
tahun 1774 tentang UU Perkawinan), sedangkan dalam pasal 330 BW
menyebutkan belum dewasa dengan belum mencapai umur 21 tahun.
2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; yaitu yaitu orang‐orang
dewasa tetapi dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros
(pasal 433 KUHPdt)
3) Orang perempuan dalam hal‐hal yang ditetapkan oleh undang‐undang dan
semua orang kepada siapa undang‐undang telah melarang membuat
perjanjian‐perjanjian tertentu; misalnya pailit.
Yang dimaksud dengan “mereka yang ditaruh di bawah pengampuan“
adalah orang yang tidak sehat pikirannya, tidak mampu menginsyafi
tanggung jawab yang dipikul oelh seorang yang mengadakan suatu
perjanjian. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan menurut hukum tidak
dapat berbuat bebas dengan harta kekayaannya. Ia berada di bawah
pengawasan pengampuan. Kedudukannya sama dengan seorang anak yang
belum dewasa. Kalau seorang anak belum dewasa harus diwakili oleh orang
tua atau walinya, maka seorang dewasa yang ditaruh di bawah pengampuan
harus diwakili oleh pengampuan atau oratornya.
76
Kontrak Asuransi
77
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
78
Kontrak Asuransi
79
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Persyaratan tidak bertentangan dengan hukum dalam kontrak asuransi jiwa
dipenuhi dengan adanya unsur interest. Tujuan utama dari semua asuransi adalah
untuk proteksi terhadap kerugian finansial. Bukan untuk kemungkinan
pendapatan finansial. Persyaratan harus adanya insurable interest pada waktu
membuat permohonan asuransi memberikan jaminan bahwa kontrak asuransi
jiwa adalah sesuai dengan tujuan hukum, untuk proteksi terhadap kerugian
finansial akibat kematian. Bukan untuk tujuan yang bertentangan dengan
undang‐undang seperti, contohnya perjudian. Syarat tidak bertentangan hukum
merupakan dasar dalam pembuatan kontrak. Pada saat kontrak telah terbentuk,
bukti insurable interest tidak diperlukan lagi pada saat pertanggungan asuransi
jiwa atau Pemilik Polis tidak diharuskan menunjukkan insurable interest lagi untuk
perpanjangan kontrak.
Untuk sahnya kontrak diperlukan 2 (dua) macam syarat yaitu:
1. Mengenai subyek perjanjian atau kontrak, yaitu kecakapan melakukan
perbuatan hukum; Kesepakatan (consensus) yang menjadi dasar kontrak
yang harus dicapai atas dasar kebebasan menentukan kehendak (tidak ada
paksaan, kekhilafan ataupun penipuan).
2. Mengenai obyek dari kontrak, yaitu ditentukan bahwa apa yang dijanjikan
harus cukup jelas; yang dijanjikan harus sesuatu yang halal dalam arti tidak
bertentangan dengan undang‐undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Demikian juga tidak dipenuhinya syarat pertama berakibat dapat dimintakan
pembatalannya kepada Hakim sedangkan dalam hal tidak dipenuhinya syarat
kedua akan berakibat batalnya perjanjian demi hukum.
C. Tipe Kontrak Asuransi
Bahwa kontrak asuransi adalah “value contract”. Value contract adalah kontrak
sejumlah nilai yaitu sejumlah uang pertanggungan (UP) atau sebesar ganti rugi.
Pengertian kontrak dapat diuraikan dengan beberapa cara, tergantung pada bentuk
nyata dari kontrak, tipe janji yang dibuat dalam kontrak dan sifat hubungan antara
pihak‐pihak yang bersangkutan dalam kontrak. Untuk mengetahui bagaimana polis
asuransi jiwa berfungsi sebagai suatu kontrak, maka berikut ini akan dikaji atau
dibahas masing‐masing pasangan istilah yang dipakai untuk menggolongkan dan
menguraikan kontrak‐kontrak tersebut, yaitu: kontrak formal dan kontrak informal;
kontrak bilateral dengan kontrak unilateral; kontrak kommutatif dengan kontrak
aleatory; dan kontrak bargaining dengan kontrak adhesi.
Berikut ini akan menentukan istilah mana dari tiap pasangan tersebut yang
diaplikasikan pada kontrak asuransi jiwa dan mengapa istilah tersebut sesuai.
1. Formal contracts dengan Informal contracts
Ada kontrak yang disebut formal (formil) atau kontrak informal (informil).
Suatu kontrak disebut formil jika bentuknya mengikat secara hukum. Kontrak
formil harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu: dibuat secara tertulis, ditanda‐
80
Kontrak Asuransi
tangani secara khusus atau dibubuhi cap ibu jari di atas segel atau materai yang
sah dan bahkan dilakukan dihadapan pejabat perbuat akte.
Hanya karena seseorang yang berjanji suatu hal ini tidaklah berarti bahwa
janji itu akan bisa dipaksakan secara hukum. Namun apabila sebuah kontrak
sudah dimaksudkan sebagai sebuah janji seperti dibuat menjadi mengikat dalam
dua cara. Metode yang satu menyangkut hubungan dari bentuk instrumen
dimana janji tersebut dinyatakan.
Instrumen‐instrumen yang dapat dirundingkan, sebagai contohnya; memiliki
instrumen sebagai akibat kontrak‐kontrak yang mengikat hanya apabila mereka
mematuhi syarat‐syarat khusus sebagai suatu bentuk sebuah instrumen.
Instrumen yang dapat dirundingkan harus dalam bentuk tertulis dan
ditandatangani oleh pembuatnya. Cheqeu/cek adalah salah satu instrumen yang
dapat dirundingkan. Sebuah instrumen yang dapat dirundingkan bersifat
mengikat karena bentuknya dan oleh karena itulah maka disebut kontrak formal.
Dari persyaratan tersebut, kontrak asuransi jelas bukan kontrak formil.
Kontrak asuransi jiwa (polis) adalah kontrak informil. Disebut informil apabila
kekuatan hukumnya tidak tergantung dari bentuk tertulis, tetapi lebih
tergantung pada pemenuhan persyaratan mutlak yang menyebabkan kontrak
memiliki kekuatan hukum.
Kontrak informil dapat dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis.
Persetujuan yang dibuat secara tertulis semata‐mata sebagai bukti adanya
kontrak. Dalam hal tertentu, persetujuan lisan atau kontrak dapat diikat secara
hukum. Umpamakan: anda setuju membayar kepada Sdr. Anton sebesar Rp
50.000,‐ untuk upah memotong rumput pekarangan pada hari Minggu, maka
secara hukum kita wajib membayar Rp. 50.000,‐ kepada Sdr. Anton. Hal ini
berlaku tanpa melihat apakah persetujuan itu dibuat tertulis ataupun tidak. Jika
hal itu tidak dibuat secara tertulis maka persetujuan itu adalah lisan.
Dari persyaratan sahnya suatu kontrak atau perjanjian, dapat diketahui dari
elemen‐elemen yang penting dalam kontrak asuransi sebagai suatu kontrak
informal yang dapat dilaksanakan antara lain:
1. Adanya suatu penawaran (offer) dan suatu penerimaan;
2. Pertimbangan‐pertimbangan yang cukup secara hukum atau pihak‐pihak
yang melakukan kontrak kompeten secara hukum;
3. Sebuah bentuk kontrak yang diperkenankan oleh UU; dan
4. Para pihak yang mengadakan kontrak tidak dibawah paksaan atau akibat‐
akibat yang tidak semestinya.
Dalam teori, sebagai kontrak informal, kontrak asuransi jiwa dibuat secara
tertulis ataupun secara lisan. Akan tetapi, karena beberapa alasan praktis kontrak
asuransi jiwa harus dibuat dalam bentuk tertulis, yaitu:
81
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Pertama, pada umumnya, undang‐undang peradilan tidak mempersyaratkan
secara khusus supaya polis asuransi jiwa dibuat tertulis karena undang‐
undang peradilan bertindak dengan merujuk pokok masalah tersebut sesuai
dengan perjanjian yang dipergunakan dalam polis asuransi jiwa, sebagaimana
pokok masalah lainnya yang menganggap bahwa polis itu adalah dokumen
tertulis.
Kedua mengapa polis itu harus dibuat tertulis adalah karena polis itu memuat
banyak ketentuan‐ketentuan. Ketentuan‐ketentuan ini menerangkan kondisi
dan syarat‐syarat dari kontrak yang memungkinkan perusahaan
melaksanakan keinginan Pemilik Polis. Jika kontrak tidak tertulis, dapat
menimbulkan masalah hukum akibat adanya perbedaan pengertian antara
pihak‐pihak yang bersangkutan mengenai isi persetujuan.
Ketiga mengapa polis itu harus tertulis adalah karena polis asuransi memuat
catatan‐catatan yang dibuat saat perjanjian. Adalah sulit, atau tidak mungkin
untuk percaya atau mengingat janji lisan yang dibuat seseorang 50 tahun
yang lalu. Dengan demikian maka kontrak asuransi jiwa harus dalam bentuk
tertulis.
2. Bilateral contracts dengan Unilateral contracts
Seseorang yang membuat suatu janji dibawah kontrak disebut Promisor,
sedangkan yang menerima janji disebut Promisee. Perihal orang dalam nuansa
hukum sering diartikan sebagai manusia dan organisasi‐organisasi seperti
perusahaan atau Korporasi. Pengertian orang sering digunakan dalam buku ini,
karena membahas tentang asuransi jiwa dan kesehatan.
Kontrak atau janji‐janji kadang‐kadang dibuat atau dilakukan oleh dua orang
atau pihak dan satu pihak. Bilamana kontrak dilakukan oleh dua pihak yang
membuat janji disebut kontrak bilateral yaitu kontrak‐kontrak yang mempunyai
janji‐janji atau hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak, umpamakan: kita
mengadakan kontrak dengan perusahaan konstruksi PT. AGUNG untuk
mendirikan satu gedung dengan harga yang disetujui bersama. Perusahaan PT.
AGUNG berjanji untuk menyelesaikan kontruksi gedung tersebut dengan harga
tertentu dan kita berjanji untuk membayar sejumlah harga tersebut, dan apabila
hasilnya tidak sesuai dengan kontrak tersebut kontrak dapat dibatalkan atau
tidak dibayar lunas sesuai kontrak yang disepakati. Kontrak ini adalah kontrak
bilateral sebab kita maupun perusahaan kontruksi PT. AGUNG telah membuat
perjanjian hukum yang memaksa.
Prinsip sama‐sama memenuhi kewajiban dalam perjanjian timbal‐balik,
misalnya pada jual beli ditetapkan pada pasal 1478 KUHPdt yang menyatakan: “Si
penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar
harganya sedang si penjual tidak telah mengizinkan penundaan pembayaran
kepadanya”.
Sedangkan kontrak yang hanya terjadi dan dilakukan oleh satu pihak disebut
Kontrak unilateral yaitu kontrak yang hanya satu sisi. Mengkaji tentang kontrak
82
Kontrak Asuransi
83
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
Dalam sebuah kontrak aleatori, janji oleh satu pihak disyaratkan atas
terjadinya suatu kejadian yang tidak dapat diduga. Beberapa perjanjian aleatori
merupakan perjanjian tidak sah namun beberapa yang lain sah. Perjanjian‐
perjanjian pertaruhan atau judi merupakan perjanjian/ kesepakatan yang tidak
sah. Kontrak‐kontrak asuransi merupakan kesepakatan‐kesepakatan yang sah
dan dapat ditegakkan oleh pengadilan.
Kejadian yang tidak terduga dalam persyaratan judi atau pertaruhan dapat
berarti salah satu kuda berlari cepat dari yang lain dalam sebuah balapan atau
lemparan dadu. Kejadian yang tidak diduga dimana hal yang disyaratkan oleh
kontrak asuransi dapat berbentuk kebakaran, kecelakaan kendaraan, kematian
sakit, tergantung dari jenis kontrak asuransinya. Perusahaan asuransi berjanji
untuk membayar uang dengan terjadinya kejadian yang diasuransikan.
Polis asuransi jiwa adalah kontrak aleatory karena pelaksanaan janji
Penanggung untuk membayar Uang Pertanggungan polis adalah tidak pasti,
tergantung pada kapan peristiwa yang tidak pasti itu terjadi, yaitu kapan
meninggalnya Tertanggung. Tidak satu orang pun yang dapat mengatakan
dengan pasti kapan seseorang yang jiwanya dipertanggungkan akan meninggal.
Pada kenyataannya, jika polis berakhir atau batal sebelum meninggalnya
Tertanggung maka apa yang dijanjikan tidak harus dibayarkan, sekalipun
sejumlah premi tertentu telah pernah dibayar. Sebaliknya, meninggalnya
Tertanggung dapat saja terjadi segera atau beberapa saat setelah polis
diterbitkan dan karenanya Uang Pertanggungan harus dibayar. Ahli waris akan
menerima jumlah Uang Pertanggungan yang jauh lebih besar dari premi yang
telah dibayar/disetorkan.
4. Bargining contracts dengan Contracts of adhesion
Selanjutnya kontrak dapat digolongkan sebagai bargaining contracts atau
contracts of adhesion. Anggaplah umpamanya pada waktu anda membuat
kontrak dengan perusahaan kontruksi A untuk membangun gedung, dilakukan
pembicaraan mengenai isi kontrak. Anda meminta perusahaan kontruksi supaya
menentukan jadwal waktu penyelesaian gedung, material yang dipakai dan cara
penyelesaian dan penyerahan kontruksi terakhir. Sebaliknya pihak kontraktor
memberikan penawaran untuk semua itu. Misalkan anda kemudian bernegosiasi
dengan perusahaan kontruksi hingga tercapai persetujuan kontrak dengan anda.
Maka cara seperti ini merupakan contoh bargaining, dimana kedua belah pihak
secara bersama‐sama menetapkan syarat‐syarat dan ketentuan kontrak.
Polis asuransi jiwa bukanlah kontrak bargaining. Asuransi jiwa termasuk
contracts of adhesion, yaitu kontrak yang dipersiapkan oleh satu pihak dan harus
diterima atau ditolak secara keseluruhan oleh pihak lain. Pemohon berhak
memilih syarat‐syarat atau ketentuan tersebut dalam kontrak dan kemudian
kontrak dapat disetujui atau ditolak secara tertulis oleh perusahaan asuransi jiwa.
84
Kontrak Asuransi
Oleh karena polis asuransi jiwa merupakan kontrak adhesion dan Pemilik
Polis tidak diperkenankan ikut serta dalam menentukan syarat‐syarat umum polis
dan pembuatan tulisan dari kontrak, maka bagian polis yang tidak jelas isinya
biasanya ditafsirkan oleh pengadilan dengan sangat menguntungkan
kepentingan Pemilik Polis atau Penerima Manfaat/Ahli Waris.
D. Prinsip‐prinsip Asuransi
Pada bagian sebelumnya telah dijabarkan tentang polis asuransi sebagai suatu
kontrak, antara lain klasifikasinya dan penerapannya dalam kontrak asuransi itu
sendiri. Ada pepatah lama mengatakan bahwa “janji adalah utang”. Padahal asuransi
adalah suatu produk janji yaitu berjanji akan membayar sejumlah ganti‐rugi atau
sejumlah uang kepada tertanggung atau termaslahat (claimant) jika risiko yang
diperjanjikan terjadi, dan bahkan janji yang diperjanjikan dalam polispun tidak akan
dapat dinikmati oleh orang yang menerima janji, jika risiko yang diperjanjikan yaitu
risiko meninggal dunia itu terjadi. Janji harus dipenuhi, dan mengingkari janji adalah
hutang atau suatu perbuatan atau tindakan penipuan, tetapi mengapa tidak selalu
harus dipenuhi janji tersebut ?, apakah janji yang dibuat sejak awal sudah ada unsur‐
unsur kebohongan, penipuan ataupun kecurangan ? atau dengan sengaja janji
tersebut tidak dipenuhi atau diindahkan ?, atau hal‐hal yang diperjanjikan tidak sesuai
dengan harapan atau maksudnya diadakan suatu perjanjian ?
Polis asuransi adalah bukti perjanjian itu, dan memuat berbagai janji berikut
batasan atau pengecualiannya serta benefit yang diperjanjikan. Jika salah satu syarat
saja tidak dapat dipenuhi maka janji pun dapat tidak dipenuhi. Tetapi, mengapa
syarat‐syarat tidak dapat dipenuhi ?, berikut ini perlu memahami prinsip‐prinsip yang
melandasi perjanjian atau janji‐janji yang akan disepakati menjadi polis asuransi.
Dalam buku Klaim asuransi GAMPANG (Ketut Sendra 2009 : 53‐73) menjabarkan
tentang prinsip‐prinsip asuransi dengan segala permasalahannya. Adapun prinsip‐
prinsip yang diharapkan untuk dapat dipahami adalah: prinsip itikad baik; prinsip
kepentingan yang dapat diasuransikan; prinsip ganti‐rugi; prinsip proksima; prinsip
kontribusi; dan prinsip subrogasi.
Pada umumnya prinsip‐prinsip yang disebutkan di atas berlaku untuk asuransi
jiwa, akan tetapi dapat berlaku untuk asuransi kesehatan dan kecelakaan diri
(personal accident). Adapun prinsip‐prinsip tersebut, yaitu:
1. Prinsip ”Itikad baik”
Prinsip mendasar yang harus dimiliki adalah prinsip adanya itikad baik atau
“utmost good faith” atau “uberrimai fides”. Sedangkan dalam jual‐beli produk
nyata (tangible product) berlaku prinsip “caveat emptor” atau “let the buyer
beware” yaitu bahwa “pembelilah yang harus berhati‐hati” sebelum melakukan
pembelian atas suatu barang dan jasa.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa penanggung sebagai ‘penjual’ polis
perlu dilindungi terhadap kemungkinan adanya kesalahan informasi yang
85
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
diberikan oleh calon tertanggung mengenai obyek pertanggungan, sehingga jika
penanggung mengetahuinya ia tidak akan menerima pertanggungan tersebut
atau menerimanya tetapi dengan kondisi yang berbeda.
Untuk melindungi kepentingan tersebut, Kitab Undang‐undang Hukum
Dagang (KUHD) pasal 251 mengaturnya yaitu bahwa:
“setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal‐hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik
ada padanya. Yang demikian sifatnya, sehingga seandainya si penanggung telah
mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup, atau tidak
ditutup dengan syarat‐syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan”
Pelanggaran atas prinsip itikad baik ini dapat mengakibatkan pertanggungan
menjadi batal atau batal sejak awal dan atau dilakukan perbaikan dengan kondisi
yang berbeda. Kesalahan ini dapat terjadi karena:
1) Tidak menggungkapkan informasi material secara benar dan lengkap (non‐
disclosure) yang dilakukannya dengan tidak sengaja. Apabila penanggung
menerima aplikasi asuransi atau Surat Permintaan Asuransi Jiwa (SPAJ) dari
calon tertanggung, tidak dapat mengungkapkan informasi material secara
benar dan lengkap (non disclosure of material facts) tentang obyek yang akan
dipertanggungkan akan dapat menyebabkan batalnya perjanjian asuransi
tersebut.
Informasi material (material facts) merupakan informasi penting yang dapat
menyebabkan ditolaknya suatu permohonan pertanggungan, atau diterima
tetapi dengan syarat pertanggungan/ premi yang berbeda. Memang tidak
semua informasi merupakan informasi yang material, tetapi tidak mudah
untuk menentukan apakah sesuatu informasi merupakan informasi yang
material atau bukan. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar tertanggung
menyampaikan semua informasi yang diketahuinya dan yang seharusnya
diketahuinya tentang obyek yang akan dipertanggungkan tersebut.
Pelanggaran dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya;
Tidak mengungkapkan informasi secara benar dan lengkap,
Menyembunyikan informasi,
Informasi yang diungkapkannya keliru, atau
Dengan sengaja memberikan informasi yang tidak benar.
Pengungkapan atau penyampaian informasi biasanya dilakukan dengan
pengisian aplikasi asuransi (SPAJ) yang akan dipersiapkan oleh penanggung,
bahkan tertanggung sering kali diperingatkan agar menyampaikan segala
informasi yang diketahui dan yang seharusnya diketahui. Namun demikian
berdasarkan pengalaman dapat dikatakan bahwa “informasi yang meterial”
merupakan informasi yang diketahui atau yang seharusnya diketahui oleh
tertanggung mengenai obyek pertanggungan yang dapat mempengaruhi
sikap penanggung tentang penerimaan obyek pertanggungan tersebut.
86
Kontrak Asuransi
87
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
89
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
3. Pemahaman prinsip ”Ganti‐rugi”
Prinsip ganti‐rugi (indemnity) adalah prinsip yang memberikan ganti rugi atas
kerugian yang sebenarnya, artinya tidak akan terjadi pembayaran suatu kerugian
atas risiko yang direncanakan, maka dikenal dengan prinsip “volenti nonfit
injuria” atau suffer of a loss without a remedy”. Bahwa prinsip indemnity
merupakan suatu mekanisme yang akan menempatkan kembali tertanggung
kepada posisi semula sesaat sebelum terjadinya kerugian, dengan menerima
pembayaran ganti rugi dari penanggung setelah terjadinya suatu kerugian.
Besarnya ganti rugi yang diberikan tidak boleh melebihi kerugian yang
sebenarnya diderita (atau tidak boleh melebihi jumlah penggantian penuh/jumlah
uang pertanggungan).
Prinsip ganti‐rugi ini diataur dalam pasal 253, 273 dan 275 KUHD, yang dapat
disimpulkan bahwa:
(1). Jumlah uang pertanggungan (JUP) harus sama dengan jumlah harga yang
sebenarnya dari obyek pertanggungan.
(2). Bila terjadi kerugian, maka jumlah pemberian ganti rugi akan dilakukan
sepenuhnya (sesuai dengan kerugian yang diderita) sampai jumlah yang
dipertanggungkan.
Menghitung atau menakar besaran ganti‐rugi (indemnity) selalu menjadi
berdebatan, perbedaan perhitungan, dan bahkan akhirnya menjadi pertentangan
atau perselisihan atau sengketa. Akan tetapi dalam perjanjian asuransi yang
tertuang dalam polis akan ditentukan lembaga independen dan imparsial yang
akan ditunjuk untuk melakukan besarnya perhitungan suatu kerugian yang
disebut lembaga Loss Adjuster. Demikian juga dalam polis asuransi kesehatan
yang menetapkan besarnya biaya perawatan kesehatan yang dapat dijamin
perusahaan asuransi sesuai penilaian provider kesehatan yang ditunjuk. Khusus
untuk kerugian yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan sehingga berakibat pada
hilangnya ketidakmampuan seseorang pada umumnya ditentukan besarannya
sejak awal.
Mengulas tentang ganti‐rugi, senantiasa melahirkan kekecewaan atau
kekurang puasan dari salah satu pihak, atas dasar tersebut karena penanggung
yang memiliki produk serta menguasai ruang lingkup dari produk yang dibeli oleh
nasabah, berkewajiban untuk memberikan penjelasan atau sosialisasi secara
berkala dan berkesinambungan agar nasabah asuransi memahami benar tentang
apa yang menjadi hak dan kewajibannya, benefit yang akan didapatkan serta
proses untuk mendapatkannya, pengecualian yang wajib diketahui; artinya tahu
benar tentang polis yang dibelinya.
Perasaan kecewa dapat diartikan secara bebas yaitu perasaan yang dialami
oleh seseorang ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Hal inilah yang
sering terjadi tatkala tertanggung mengetahui besarnya jumlah ganti rugi yang
dapat dibayarkan oleh penanggung. Tertanggung tidak dapat mengerti mengapa
jumlah ganti rugi oleh Penanggung lebih kecil dari pada jumlah yang ia klaim.
90
Kontrak Asuransi
Tertanggung mungkin tak pernah membaca polisnya atau jika ia pernah, mungkin
ia tidak memahami sepenuhnya, atau ia keliru menginterpretasikannya.
Teranggung acapkali tidak memahami prinsip‐prinsip asuransi yang
mendasari penghitungan ganti rugi tersebut. Prinsip ganti‐rugi (indemnity) yaitu
prinsip dimana penaggung akan memberikan ganti rugi kepada tertanggung
sejumlah uang yang besarnya sama dengan posisi kekayaan yang dimiliki
tertanggung sesaat sebelum risiko yang menimbulkan kerugian terjadi. Dari
pengertian indemnity ini, orang akan bertanya;
o Berapa sesungguhnya besar kekayaan seseorang Tertanggung sesaat
sebelum risiko yang menimbulkan kerugian terjadi ?, Jawabannya adalah
bahwa besarnya ialah sama dengan harga barang itu jika dijual secara wajar,
tanpa adanya desakan kebutuhan akan uang, yaitu harga pasar barang itu
sesaat sebelum terjadinya risiko yang menimbulkan kerugian.
o Mengapa harus harga pasar ?, Jawabannya adalah, sebab seandainya sesaat
sebelum risiko penyebab kerugian terjadi barang itu dijual, maka
tertanggung mempunyai kekayaan sebesar harga pasar barang tersebut.
o Mengapa harus harga pasar dan bukan besarnya nilai yang
dipertanggungkan ?, Jawabannya adalah, sebab tujuan berasuransi ialah
untuk mempertahankan tingkat kekayaan/kesejahteraan Tertanggung dan
bukan untuk memperkaya dirinya.
Seandainya tidak demikian, maka pastilah banyak orang akan menjadi kaya‐
raya mendadak setelah klaim asuransinya dibayar.
4. Prinsip proksima atau ”Penyebab utama terjadinya risiko”
Prinsip proksima dalam asuransi adalah penyebab utama terjadinya risiko
(proximate cause), sering juga timbul perselisahan karena kesalahan dalam
penafsiran terhadap penyebab terjadinya risiko. Dalam polis‐polis asuransi selalu
tercantum penyebab‐penyebab apa saja yang dijamin. Pernyataan ini
mengandung arti bahwa perusahaan akan membayar ganti rugi terhadap
kerugian obyek yang dipertanggungkan apabila kerugian tersebut timbul akibat
salah satu sebab yang dijamin.
Sebelum seorang Tertanggung dapat mengklaim kerugian yang dideritanya
dari Penanggung, terlebih dahulu harus ditetapkan apa penyebab kerugian
tersebut. Artinya Tertanggung dapat mengklaim hanya jika kerugian yang
dideritanya disebabkan oleh suatu risiko yang dijamin polis. Penyebab yang
dijamin itu haruslah “penyebab terdekat” (proximate cause). Kausa Proxima
adalah: Suatu penyebab aktif dan efisien yang bergerak dalam suatu rantai
peristiwa yang membawa suatu akibat tanpa intervensi sesuau penyebab lain yang
bekerja secara aktif dan yang datang dari suatu sumber baru dan independen.
Doktrin ini menyatakan bahwa agar seseorang Tertanggung dapat
mengklaim, maka rantai peristiwa sejak penyebab yang dijamin polis hingga
kerugian financial yang diderita Tertanggung tidak boleh terputus. Jika rantai
91
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
peristiwa itu terputus oleh suatu penyebab baru yang dikecualikan dari polis
maka kerugian yang dijamin hanyalah kerugian yang diderita hingga penyebab
baru itu mulai bekerja. Kerugian yang diderita setelah terjadinya risiko yang tidak
dijamin tidak dapat diklaim.
Selain itu, asuransi juga mengenal istilah perluasan jaminan (extension of
cover). Apabila suatu sebab tidak dijamin dalam polis standar, tidak berarti sebab
itu tidak boleh ditanggung, melainkan masuk dalam perluasan jaminan. Dari
kasus berikut misalnya, SRCC (Strike, Riot, Civil Commotion) termasuk perluasan
untuk asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kebakaran. Tertanggung akan
memperoleh ganti rugi bila polis diperluas dengan jaminan itu, misalnya peristiwa
Mei 1998 di Jakarta pada umumnya, banyak kendaraan bermotor dan rumah
yang rusak serta terbakar akibat huru‐hara dan kerusakan yang terjadi saat itu.
Kendaraan dan rumah tersebut sebenarnya sudah diasuransikan, namun ketika
klaimnya diajukan, ditolak oleh perusahaan asuransi. Perusahaan menolak
membayar ganti rugi karena didalam Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor
dan Polis Standar Asuransi Kebakaran (PSKI), kerusakan atau kerugian yang
timbul akibat pemogokan, kerusuhan, huru‐hara atau SRCC tidak dijamin. Akan
tetapi, Nasabah terlanjur berpikir bahwa mobil atau rumahnya sudah
diasuransikan, oleh karena itu harus memperoleh ganti rugi, tidak peduli apa
penyebabnya. Untuk itu prinsip ini perlu diketahui, secara sederhana, hal ini
dapat diketahui dalam klasula sebab‐sebab yang dijamin yang tercantum dalam
kontrak.
Untuk memudahkan pemahaman beberapa ilustrasi berikut dapat
memberikan kejelasan tentang prinsip kausa proksima ini, sebagai berikut:
Asuransi jiwa atau kecelakaan diri (personal accident)
Seorang pemburu mendapat kecelakaan waktu ia berburu. Oleh karena
kecelakaan itu, ia tidak dapat berjalan dan terbaring di tanah yang basah dan
berlumpur, akibatnya ia menderita sesak napas (pneumonia) dan meninggal.
Rangkaian peristiwa antara penyebab (kecelakaan) yang dijamin dan akibat
(kematian) tidak terputus. Pneumonia bukan penyebab baru melainkan
sebagai akibat, sehingga kematian si pemburu adalah akibat kecelakaan.
Asuransi Kesehatan dan kecelakaan
Seorang mendapat kecelakaan tertusuk paku sedalam 0,5 cm dengan
robek 1 cm pada paha kakinya yang berakibat pada membusuknya kaki.
Dalam beberapa hari perawatan di Rumah Sakit, kakinya harus diamputasi
dan tidak ada alternatif lainnya. Dari hasil medis bahwa membusuknya paha
akibat tertusuk paku, bukan akibat terinfeksi titanus melainkan penyakit gula
yang dideritanya selama ini yang sudah pada tingkat membahayakan
(stadium IV). Rangkaian peristiwa antara penyebab teramputasinya kaki yang
tertusuk paku bukan akibat tertusuk paku, melainkan akibat penyakit gula
yang dideritanya selama ini, karena tertusuk paku adalah penyebab barunya.
Penanggung hanya dapat membayar biaya perawatan karena tertusuk paku
92
Kontrak Asuransi
dan bukan biaya perawatan akibat penyakit gula serta menolak pembayaran
ganti rugi akibat hilangnya fungsi salah satu kakinya karena diamputasi.
5. Prinsip ”Kontribusi”
Dalam kehidupan sehari‐hari kontribusi dapat berarti sumbangan, iuran,
pembayaran, ataupun dapat juga merupakan sesuatu yang dapat diberikan untuk
mencapai tujuan bersama, misalnya kontribusi dalam membangun sebuah
tempat ibadah. Kontribusi adalah hak penanggung untuk “menagih” bagian yang
menjadi tanggung jawab penanggung lain atas ganti rugi yang telah dibayarkan
kepada tertanggung. Dalam praktek perasuransian, kita melihat bahwa kontribusi
tidaklah selamanya dilakukan sesuai dengan cara “bayar dulu” kepada
tertanggung “baru tagih” kepada penanggung lainnya, hal ini tergantung dari
bagaimana cara penutupan asuransi dilakukan. Pada umumnya, kita mengenal
beberapa cara penutupan asuransi yang dengan sendirinya mempengaruhi cara
kontribusi dalam pembayaran klaim.
Cara penutupan asuransi (atas obyek pertanggungan yang sama) antara lain:
1. Penutupan asuransi bersama (co‐insurance). Dalam co‐insurance ini, beberapa
asuradur bersama‐sama menutup pertanggungan atas obyek pertanggungan
yang sama dengan mengeluarkan satu polis saja. Polis akan dikeluarkan oleh
“leading insurer” yang biasanya mempunyai bahagian (share) terbesar dan
penanggung lainnya juga turut menandatangani polis tersebut dengan
mencantumkan bahagian mereka masing‐masing. Dalam hal terjadi klaim
asuransi, maka kontribusi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Leading insurer menagih bahagian masing‐masing penanggung, setelah
itu baru pembayaran kepada tertanggung dapat dilakukan. Cara ini
terutama dilakukan jika menyangkut jumlah pembayaran yang cukup
besar.
Leading insurer membayar klaim kepada tertanggung baru melakukan
tagihan kepada penanggung lainnya.
2. Penutupan asuransi sendiri‐sendiri. Suatu obyek pertanggungan yang sama
dapat dipertanggungkan oleh beberapa penanggung. Penutupan dapat
dilakukan serentak pada saat yang sama ataupun pada saat yang berbeda‐
beda dengan mencantumkan atau menyebutkan bahwa polis yang
dikeluarkan itu “berjalan bersama” dengan polis yang dikeluarkan oleh
penanggung lainnya dengan nomor dan jumlah pertanggungan masing‐
masing.
Dalam hal terjadi klaim asuransi, tidak lazim “adanya” kontribusi cara
“mengumpulkan” pembayaran, lalu selanjutnya menyerahkannya kepada
tertanggung, melainkan tertanggung langsung menerima pembayaran klaim
asuransi dari masing‐masing asuradur.
Prinsip kontribusi diatur dalam KUHD pasal 252, yang menetapkan bahwa:
93
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
“Kecuali dalam hal‐hal yang disebutkan dalam ketentuan UU, maka tak
bolehlah suatu pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sudah
dipertanggungkan untuk harganya penuh, dan demikian itu atas ancaman
batalnya pertanggungan yang kedua tersebut”, dan Pasal 277 ayat (1).
“Apabila berbagai penanggung, dengan itikad baik telah diadakan mengenai
satu‐satunya barang, sedangkan dalam pertanggungan yang pertama itu tidak
dipertanggungkan harga sepenuhnya, maka penanggung yang berikut
bertanggung jawab untuk harga selebihnya, menurut tertib waktu ditutupnya
pertanggungan‐pertanggungan yang berikut ini”.
Dalam praktek perasuransian, kita menemui beberapa modifikasi
berbeda dari yang ditetapkan dalam KUHD, yaitu:
(1) Kontribusi proportional (prorata). Jika suatu objek dipertanggungkan
atas dasar “concurrent cover” (berjalan bersama) berarti bahwa luasnya
risiko yang dijamin, syarat‐syarat pertanggungan, dan kepentingan yang
diasuransikan harus juga sama. Jika terjadi sesuatu kerugian, maka
masing‐masing penanggung akan bertanggung jawab sebanding dengan
bahagiannya masing‐masing secara proporsional atau prorata.
(2) Kontribusi non‐proporsional (excess). Kontribusi non‐proporsional terjadi
karena masing‐masing penanggung mempunyai kewajiban sendiri‐
sendiri terhadap asuradur (independent liability), misalnya; Sesuai
dengan ketentuan polis “Health care”, Biaya perawatan tertanggung
yaitu Kamar dan pengobatan ditanggung oleh Salah satu Penanggung,
sedangkan Secara kebetulan kamera tersebut Biaya operasi penyakit
kritisnya ditanggung oleh Penanggung lainnya.
Dalam underinsurance, tertanggung seringkali mengira bahwa jumlah
ganti rugi yang akan diterimanya adalah sebesar jumlah kerugian yang
dideritanya, sepanjang jumlah tersebut masih berada di bawah harga
pertanggungan polisnya. Oleh karena berasuransi adalah proses
memindahkan risiko dari tertanggung kepada penanggung dan jika risiko
tidak dipindahkan seutuhnya, yang diwujudkan dalam bentuk underinsurance
(harga pertanggungan lebih rendah dari harga sesungguhnya), maka risiko
tersisa menjadi tanggungan tertanggung sendiri, dengan perkataan lain
”tertanggung menjadi penanggungnya sendiri”. Oleh karena itu, jika terjadi
kerugian, jumlah ganti rugi harus dibagi menurut prinsip kontribusi.
Jadi dalam prinsip kontribusi, jika sebuah obyek diasuransikan pada
beberapa perusahaan asuransi terhadap suatu risiko atau beberapa risiko
yang sama dan pada saat terjadinya risiko yang menyebabkan kerugian
(semua polis tersebut masih berlaku), maka setiap perusahaan asuransi yang
bersangkutan wajib membayar ganti rugi yang sebanding artinya sebesar
harga pertanggungan polis yang diterbitkannya dibandingkan dengan jumlah
harga pertanggungan semua polis yang tengah berjalan tersebut.
94
Kontrak Asuransi
6. Prinsip “subrogasi”
Subrogasi atau ‘subrogation’ (to subrogate) yang berarti menggantikan atau
menempatkan diri pada tempat orang lain. Dalam asuransi subrogasi berarti
bahwa penanggung menempatkan diri atau menggantikan tempat – tertanggung
dengan maksud untuk memperoleh/menuntut ganti kerugian dari pihak ketiga
atas kerugian yang diderita oleh tertanggung.
Dalam Kitab Undang‐undang Hukum Perdata (KUHPdt) pasal 1382,
disebutkan bahwa kemungkinan pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga,
pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada kreditur atas nama debitur
mengakibatkan terjadinya penggantian kedudukan debitur disebut subrogasi.
Ada subrograsi yang terjadi karena perjanjian (pasal 1401) dan ada karena
undang‐undang (pasal 1402).
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut; Jika kendaraan
tertanggung ditabrak oleh kendaraan lainnya sehingga mengalami kerusakan,
maka pemilik kendaraan yang ditabrak berhak menuntut pembayaran ganti rugi
atas biaya perbaikan dari si penabrak. Sebagai tertanggung, ia dapat memilih
apakah akan menuntut biaya perbaikan dari penabrak atau dari penanggung. Jika
ia memutuskan untuk menuntut ganti rugi dari sipenabrak, maka berdasarkan
prinsip indemnitas, ia tidak diperkenankan lagi untuk menuntut biaya perbaikan
dari penanggung.
Jika memilih untuk menuntut ganti rugi kepada penanggung, maka
penanggung menggantikan pihak ketiga tersebut dengan mengganti biaya
kerusakan tersebut dan tertanggung diminta untuk menandatangani tanda bukti
penyelesaian pembayaran klaim (loss subrogation receip) tersebut. Ini berarti
bahwa tertanggung tidak akan mengajukan tuntutan lagi atas kerugian yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang sama, dan tertanggung menyerahkan kepada
asuradur segala haknya yang mungkin timbul untuk memperoleh penggantian
kerugian dari pihak ketiga lainnya yang menyebabkan terjadinya kerugian
tersebut. Penyerahan “hak” dari tertanggung kepada penanggung inilah yang
dinamakan subrogasi.
Dengan kata lain subrogasi dapat dikatakan sebagai; ”penyerahan hak dari
tertanggung kepada penanggung untuk menggantikannya memperoleh/ menuntut
pembayaran ganti kerugian yang dideritanya dari pihak ketiga yang menimbulkan
kerugian tersebut”. Dengan demikian, seakan‐akan penanggung ditempatkan
pada posisi tertanggung. bahwa prinsip subrogasi sangat erat hubungannya
dengan prinsip indemnitas, Jika pada prinsip indemnitas dikatakan bahwa
tertanggung berhak untuk memperoleh ganti rugi, tetapi tidak boleh melebihi
jumlah kerugian yang sebenarnya diderita oleh tertanggung tersebut.
Prinsip subrogasi yaitu prinsip apabila kerugian yang timbul diakibatkan oleh
perbuatan kelalaian orang lain. KUHPdt pasal 1365 menetapkan bahwa: ”Tiap
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,
95
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
96
Kontrak Asuransi
97
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
b. Personal property
Personal property adalah hak atas sesuatu yang dapat dipindahkan selain
tanah dan segala sesuatu yang berada diatasnya (contoh: kursi, perhiasan,
uang, dan lain‐lain). Kursi dan perhiasan dapat juga disebut “chose in
possession”. Chose in possession adalah hak kepemilikan sesungguhnya atas
suatu hal yang nyata. Sebaliknya, kontrak perjanjian atau hutang disebut
“chose in action”. Chose in action adalah suatu hak yang dapat dijalankan
dengan legal action atau dengan tuntutan pengadilan.
b. Rights under life Insurance policy terms
Polis asuransi “whole life” biasanya memberikan sejumlah hak‐hak dini
sebelum masa habis kontrak (“prematurity rights”) kepada pemegang polis.
Diantaranya adalah hak untuk peminjaman polis, menerima deviden/bunga, atau
membatalkan polisnya untuk mendapatkan nilai tunai yang telah terkumpul.
Pada kasus‐kasus perceraian, polis asuransi yang dimiliki oleh salah satu
pasangan seringkali dijadikan bagian dari perjanjian property/harta milik. Pihak
termaslahat juga memiliki prematurity rights dalam sebuah polis. Jika pihak
tertanggung hendak mengajukan pinjaman polis atau bermaksud untuk
membatalkan polisnya maka ia harus memiliki ijin dari pihak termaslahat. Jika
tertanggung meninggal dunia, termaslahat akan memiliki suatu chose in action.
Artinya, pihak termaslahat memiliki hak dengan kekuatan hukum untuk
menerima manfaat asuransi.
c. Rights by operation of law
Pihak ketiga selain pemegang polis dan termaslahat kadang‐kadang dapat
juga memiliki hak dari kontrak perjanjian asuransi jiwa, hal ini lebih berdasarkan
landasan hukum dari pada berdasarkan ketentuan‐ketentuan asuransi.
Contohnya, pihak istri atau suami mengakui property bersama (community
property states) atau hak gono‐gini, pihak kreditur (yang membayarkan premi
Asuransi) dari pemegang polis atau termaslahat, pengawas dari kepailitan,
pasangan‐pasangan yang bercerai, kadang‐kadang menuntut hak‐hak yang
sebenarnya tidak terdapat pada polis asuransi jiwa.
d. Community property rights (Hak‐hak property bersama)
Hukum community property dapat berpengaruh terhadap hak‐hak dalam
polis asuransi jiwa.
a. General rules of community property law.
Pada negara‐negara bagian yang mengakui properti bersama/
”community property”, seorang suami dan seorang istri akan membentuk
suatu community. Community property adalah property tertentu yang dimiliki
oleh suami atau istri yang tinggal di suatu wilayah (harta gono‐gini). Masing‐
masing memiliki setengah bagian tak terpisahkan dari properti bersama
karena status pernikahan mereka. Community property yang dimaksud
adalah harta yang didapat selama perkawinan, kecuali properti yang
98
Kontrak Asuransi
99
Dasar-dasar asuransi jiwa dan asuransi kesehatan
100
POLIS ASURANSI
BAB IV
POLIS ASURANSI
IHTISAR BAB TUJUAN
Dasar‐Dasar Hukum Perjanjian Setelah membaca bab atau bagian ini
¾ Polis Asuransi diharapkan dapat untuk:
¾ Penafsiran isi polis.
¾ Penerbitan dan berlakunya polis Menjelaskan pengertian dari polis
Syarat‐Syarat Umum Polis asuransi;
¾ Entire contract (Kontrak
keseluruhan) Mengenal isi polis asuransi;
¾ Incotestability (Tidak dapat
disanggah) Mengenal proses penerbitan polis
¾ Grace Period (masa tenggang) asuransi;
¾ Non‐forfeiture benefits
¾ Policy loan (pinjaman polis), Menjelaskan syarat dasar dari polis
¾ Reinstatement (pemulihan) asuransi;
¾ Misstatement of age
¾ Dividends Menyebutkan kemudahan‐
¾ Settlement options kemudahan yang didapatkan
¾ Settlement options pemegang polis dari kontrak polis
¾ Perubahan Jenis Polis Asuransi asuransi;
Ketentuan Pengecualian (Optional
provisions) Mengenal hal‐hal yang dikecualikan
¾ Suicide clause dalam kontrak asuransi
¾ War exclusion
¾ Aviation exclusion
A. Dasar‐Dasar Hukum Perjanjian
1. Polis Asuransi
Pada pasal 255 KUHD menyebutkan bahwa ”Suatu kontrak pertanggungan harus
dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis”. Jadi polis asuransi
adalah kontrak tertulis yang memuat fakta‐fakta secara langsung mengenai pemilik
polis, penerima manfaat (termaslahat) asuransi, orang yang dipertanggungkan
(tertanggung) dan penanggung. Polis asuransi jiwa juga memuat hak‐hak dan
kewajiban penanggung dan pemilik polis serta memuat semua informasi yang
diperlukan untuk melengkapi kontrak. Polis itu juga memuat copy surat permintaan
asuransi (SPA) yang dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak.
101
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
102
POLIS ASURANSI
dilengkapi dalam aplikasi asuransi (SPPA/SPAJ). Polis yang diterbitkan harus sesuai
dengan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 73 tahun 1992 pasal 19 ayat
(1) tentang ”bentuk dan isi polis”, yang menetapkan bahwa:
“Polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang
merupakan satu kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata, kata‐kata,
atau kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko
yang ditutup asuransinya, kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung, atau
mempersulit tertanggung mengurus haknya”.
Lebih jelasnya diatur lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No.
422/KMK.06/2003 Bab‐III tentang ”Polis” mulai pasal 7 – 18.
o Pasal‐8, menyebutkan bahwa ada sekurang‐kurangnya 14 (empat belas)
ketentuan (a sampai dengan n) yang harus dimuat dalam polis;
o Pasal‐9, menyebutkan bahwa: ’Polis asuransi harus dicetak dengan jelas, sehingga
dapat dibaca dengan mudah dan dimengerti baik langsung maupun tidak langsung
oleh pemegang polis dan atau tertanggung’;
o Pasal‐11 menyebutkan bahwa: (1) Apabila dalam polis asuransi terdapat perumusan
yang dapat ditafsirkan sebagai pengecualian atau pembatasan penyebab risiko yang
ditutup berdasarkan polis asuransi yang bersangkutan, bagian......... (2)
Apabila......ditafsirkan sebagai pengurangan, pembatasan, atau pembebasan
kewajiban penanggung, bagian perumusan dimaksud harus ditulis atau dicetak
sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diketahui adanya pengecualian,
pengurangan, pembatasan, atau pembebasan penangung tersebut’.
Bahasa maupun tata letak dari tulisan‐tulisan yang dicantumkan dalam polis
harus mudah dimengerti dan tidak menyesatkan pemegang polis atau konsumen.
Dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang ”Perlindungan Konsumen”, pasal 18 ayat (2)
menyebutkan bahwa: “Pelaku usaha dilarang mencantumkan klasula baku yang letak
atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti”. Adapun konskuensi yuridisnya terhadap
pelanggaran pasal 18 UUPK ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam ayat (3) pasal ini yaitu
“dinyatakan batal demi hukum”.
Realitanya masih saja terdengar keluhan klasik tentang polis asuransi yang
menggunakan bahasa dan kalimat berbelit‐belit, istilah‐istilah yang sulit dipahami dan
hurufnya yang kecil‐kecil. Akibatnya para tertanggung menjadi enggan untuk
membaca polis dan seandainya mereka membaca, mereka tidak menghubungi
penanggung untuk kejelasannya.
Saat pertanggungan berakhir. Tanggal berakhirnya suatu pertanggungan
memang jelas tertera di dalam polis, tetapi orang bertanya: Pada jam berapa dan
di tempat mana?. Tentang jam berapa, rasanya tidak perlu dipersoalkan karena
akhir dari setiap hari adalah jam 24.00. Tentang di tempat mana, perlu penegasan
dalam polis dengan menyatakan misalnya, ”jam 24.00 waktu di tempat polis
diterbitkan” atau pilihan lain ialah ”waktu di tempat obyek pertanggungan
berada”. Jika dikehendaki waktu yang lain, maka waktu yang lain itu harus ditulis,
103
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
misalnya ”jam 12.00 siang waktu ditempat polis diterbitkan” atau ”waktu di
tempat obyek pertanggungan berada”.
”waktu” dapat menimbulkan sengketa, Contoh kasus: Polis asuransi perawatan
kesehatan kontrak berakhir hari ini (pastinya jam 24 malam nanti), dalam polis
ditetapkan biaya perawatan dijamin penanggung selama 60 hari terhitung mulai
hari pertama tertanggung dirawat di RS. Tertanggung masuk Rumah Sakit (RS)
hari ini jam 16.00, berdasarkan ketentuan dalam polis bahwa polis masih berlaku,
sehingga hak atau jaminan wajib didapatkan, tetapi karena kekurangpahaman
tentang waktu, hak jaminan yang seharusnya diterima tertanggung tidak
dibayarkan, dengan alasan kontrak dinyatakan berakhir pada hari itu. Benar dari
segi waktu kontrak berakhir hari ini jam 24.00, tetapi jaminan tetap harus
dibayarkan karena tertanggung dirawat di RS pada saat polis masih berlaku
(inforce).
Saat pertanggungan dimulai. Tanggal mulainya suatu pertanggungan juga tertera
dengan jelas di dalam polis, tetapi apakah pertanggungan benar‐benar telah
dimulai sejak detik pertama pada hari yang tanggalnya disebutkan dalam polis.
Polis asuransi jiwa belum mulai berlaku jika penanggung belum menyatakan
menerima premi pertama yang disepakati. Pada Asuransi Umum,
pemberlakuannya agak berbeda dan beragam. Ada polis yang memberikan
tenggang waktu pembayaran premi selama 14 hari, 30 hari atau bahkan 90 hari.
Oleh sebab itu pertanggungan sudah mulai berlaku sejak tanggal yang
disebutkan dan akan terus berlaku jika premi dibayarkan dalam masa tenggang
waktu (grace period). Ada juga polis yang tidak mengatur tentang tenggang
waktu pembayaran premi dan oleh karenanya pertanggungan belum berlaku jika
premi belum diterima penanggung. Sengketa timbul ketika terjadi klaim tetapi
premi belum dibayar sesuai ketentuan polis.
Ketentuan tentang grace period merupakan jangka waktu tambahan untuk
membayar premi setelah jatuh tempo. Selama jangka waktu tersebut, polis akan
tetap berlaku (inforce) dan premi tetap terhutang dan jika tertanggung
meninggal dunia penanggung harus tetap membayar dengan dikurangi premi
yang terhutang. Jika grace period berakhir dan premi belum dibayar maka tidak
ada proteksi yang berlaku.
Saat premi benar‐benar telah diterima. Premi dapat dibayar dengan berbagai cara
yaitu tunai, cek tunai, giro, transfer melalui kantor bank atau melalui ATM.
Pembayaran dengan tunai, cek tunai dan melalui ATM kiranya tidak bermasalah,
akan tetapi bagaimana dengan transfer melalui kantor bank? “Tertanggung bisa
berpendapat bahwa ia telah membayar premi ketika proses transfer di kantor bank
selesai dilakukan”, padahal saat itu rekening bank penanggung belum terisi
dengan jumlah uang yang ditransfer itu. Oleh sebab itu bagi penanggung, premi
masih belum dibayar dan akibatnya klaim ditolak dengan alasan tersebut. Polis
seharusnya dengan tegas menyatakan bilamana premi sungguh telah diterima
apabila dibayar dengan berbagai cara disebut diatas. Polis‐polis standar AAUI
104
POLIS ASURANSI
dewasa ini pada umumnya telah mencantumkan ketentuan mengenai hal ini,
akan tetapi masih terdapat banyak polis lain yang belum mengaturnya, contoh
lain yaitu: “Pembayaran premi melalui broker asuransi dan belum diteruskan
kepada penanggung adalah sama dengan belum membayar”.
Penggunaan obyek pertanggungan (okupasi). Tertanggung tidak atau kurang
menyadari bahwa perubahan fungsi atau penggunaan obyek pertanggungan
(bangunan atau mobil) yang diasuransikan dapat berdampak terhadap tanggung
jawab polis. Oleh karenanya, mereka tidak melaporkan kepada penanggung jika
terjadi perubahan itu. Rumah tinggal telah berubah menjadi toko, gudang atau
bengkel mobil. Mobil yang awalnya untuk penggunaan pribadi kemudian
disewakan. Masalah ini sering terjadi ketika tertanggung tidak memiliki polis
asuransi melainkan sertifikat asuransi, dan oleh karenanya ia tidak dapat
mengetahui syarat‐syarat dan ketentuan‐ketentuan polis, karena ia membeli
mobil dengan cara leasing.
Dalam asuransi jiwa pemegang polis tidak memberitahukan adanya perubahan
(penambahan, penggantian) penerima manfaat atau termaslahat, sehingga
dapat mempersulit penyelesaian haknya dikemudian hari. Jika ada perubahan
penerima manfaat, pemegang polis wajib mengajukan permohonan tertulis
kepada penanggung, yang selanjutnya penanggung akan mengeluarkan
adendum polis sebagai bagian tidak terpisahkan dari polis tersebut.
Uraian tentang obyek pertanggungan. Seringkali polis tidak menguraikan dengan
jelas tentang obyek yang dipertanggungan. Menyebut “Bangunan” saja tidak
cukup tetapi perlu ditambahkan dengan “termasuk semua perlengkapan yang
biasanya melekat padanya, pagar yang mengitarinya, bangunan tambahan yang
berada di dalam halaman rumah yang sama” atau keterangan apa saja agar
intensi berasuransi menjadi jelas. “Isi rumah” tanpa uraian, maka sepeda pun bisa
termasuk di dalamnya. Demikian juga ketika menyebut “Stok” saja, maka akan
berakibat stok apa saja termasuk bahan baku, bahan pembantu, bahan setengah
jadi, bahan jadi, persediaan suku cadang dan lain sebagainya.
Definisi atas kata atau istilah. Jika suatu kata atau istilah tidak didefinisikan di
dalam polis, maka pengertian terhadap kata atau istilah adalah pemahaman yang
berlaku dan dianut masyarakat umum dalam kehidupan sehari‐hari. Oleh
karenanya, ketika ada suatu kata atau istilah yang ingin diartikan berbeda dengan
pemahaman masyarakat umum, maka kata atau istilah tersebut harus
didefinisikan dengan jelas. Kita masih ingat, industri perasuransian umum
Indonesia mengalami kegalauan ketika perusahaan‐perusahaan reasuransi luar
negeri menolak membayar klaim akibat kerusuhan 12‐13 Mei 1998. Tertanggung
melihat kejadian itu sebagai “Kerusuhan” dan oleh karenanya ia menuntut ganti
rugi berdasarkan jaminan klasul SRCC. Perusahaan‐perusahaan asuransi umum di
Indonesia pun cenderung mempunyai pengertian serupa. Inilah sebabnya kata‐
kata dan istilah‐istilah seperti : “Kerusuhan”, “Pemogokan”, “Penghalangan
105
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Bekerja”, “Perbuatan Jahat”, “Huru‐Hara”, “Terorisme”, “Sabotase” dan lain‐lain
telah digunakan oleh AAUI.
Dalam asuransi jiwa banyak istilah‐istilah yang telah ditetapkan menjadi kata‐kata
baku, padahal nasabah asuransi belum tentu membaca ataupun memahaminya,
seperti klausula tidak dapat dibantah (incontestable clause), yaitu klasula yang
menyatakan bahwa setelah polis berlaku efektif selama 2 (dua) tahun dan
tertanggung tetap hidup, penanggung tidak akan membantah keabsahan
keterangan yang diberikan tertanggung yang dijadikan sebagai dasar terbitnya
polis tersebut. Hal ini dilakukan oleh penanggung untuk menguji kebenaran
keterangan yang diberikan oleh tertanggung (contestable) dengan tujuan untuk
menjaga prinsip itikad baik (utmost good faith).
Dalam asuransi kesehatan, dikenal dengan istilah “pre‐existing period” atau
periode polis pra‐kondisi yaitu masa/periode tertentu yang diberikan kepada
tertanggung, dimana penanggung tidak akan membayar manfaat/maslahat untuk
setiap kondisi kesehatan (penyakit) yang tadinya sudah ada sebelum polis
diterbitkan dan tidak diungkapkan didalam aplikasi asuransi (SPPA/SPAJ).
Untuk itu pemegang polis/termaslahat harus dapat memahami, mempelajari dan
tahu benar tentang ketentuan‐ketentuan yang diatur dalam polis yang
dimilikinya, antara lain: hal‐hal yang dijamin, yang dikecualikan atau adanya
pengurangan, pembatasan, atau pembebasan penanggung dari kewajibannya
untuk membayar klaim asuransi seperti polis dalam masa contestable, pre‐
existing, dan lain‐lain.
3. Penerbitan dan berlakunya polis
Polis asuransi jiwa adalah kontrak yang ditulis dalam tata bahasa yang mudah
dimengerti, sesuai dengan ketentuan atau hukum yang berlaku dimana kontrak polis
itu diterbitkan. Pada umunya, polis disertai blanko kosong pada bagian tertentu
dimana perusahaan mencatat informasi khusus dan yang membuat formulir polis
khusus ini menjadi satu kontrak bagi pemilik polis. Contoh polis dimasukkan dalam
lampiran tambahan.
Sebelum penanggung menerbitkan polis, semua berkas‐berkas permohonan
dimasukkan dahulu ke dalam catatan buku induk (master records) perusahaan
asuransi. Tiap polis harus mempunyai berkas catatan polis atau file tersendiri, yang
akan diperbaharui setiap tahun, sehingga perusahaan mempunyai sejarah yang
akurat mengenai polis tersebut. Catatan file polis ini akan menunjukkan pembayaran
premi, Penerima manfaat yang di tunjuk, hak (option) yang ada, alamat sekarang dan
informasi lain yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang efektif kepada
pemilik polis dan/atau penerima manfaat. Tergantung pada perusahaan sampai
berapa banyak informasi ini disimpan dalam master file di komputer. Walaupun
beberapa catatan polis, seperti berkas‐berkas SPA dan penilaian underwriting masih
tetap tersimpan dengan baik, biasanya perusahaan membuat komputerisasi catatan
106
POLIS ASURANSI
pembuatan kuitansi premi dan pembayaran premi serta evaluasi cadangan pada
waktu penerbitan polis.
a. Mulai berlakuknya polis
Mulai berlakunya polis asuransi jiwa tergantung pada faktor‐faktor yaitu :
1) Tanggal pada surat perrmintaan asuransi (SPA);
2) Tanggal pemeriksaan medical dilakukan;
3) Tanggal risiko disetujui oleh underwriting perusahaan asuransi;
4) Tanggal polis diterbitkan;
5) Tanggal polis diserahkan; atau
6) Tanggal uang premi pertama (UPP) dibayar atau diterima di kas.
Kadang‐kadang ada pemohon yang meminta supaya polis diterbitkan dengan
tanggal mulai berlakunya lebih awal dari tanggal permintaan yang sebenarnya,
artinya pemohon minta kepada penanggung untuk memundurkan tanggal mulai
berlakunya polis. Dalam hal tertentu, ada keuntungan finansial bagi pemilik polis
jika tanggal mulai berlakunya polis itu dibuat mundur. Misalnya Polis Asuransi
Seumur Hidup dimundurkan tanggal mulai berlakunya, sehingga umur
tertanggung menjadi lebih rendah. Dengan cara ini, tarif premi yang dibayar akan
lebih murah, karena dihitung berdasarkan umur lebih rendah. Sebaliknya,
kerugiannya adalah bahwa pemilik polis harus membayar selisih premi masa
lampau pada waktu mana pertanggungan tidak berjalan aktif sampai tanggal
permintaan sekarang. Pada umumnya, pengadilan menentukan bahwa tanggal
mulai berlakunya polis tidak dapat dimundurkan lebih dari 6 bulan dari tanggal
berlakunya polis yang sebenarnya.
b. Pemeriksaan Polis (Policy Inspection) :
Ada suatu keadaan dimana pemohon sudah memiliki polis tetapi
pertanggungan belum berlaku. Hal seperti ini bisa terjadi apabila polis yang
diserahkan masih dalam periode pemeriksaan. Dalam masa ini biasanya pemohon
harus menandatangani surat tanda terima pemeriksaan polis yang menyatakan
bahwa polis masih belum berlaku. Selama periode pemeriksaan, pemohon
berhak menyetujui atau menolak polis. Tanda terima pemeriksaan polis
menyatakan bahwa pertanggungan tidak berlaku selama periode pemeriksaan.
Keadaan tersebut di atas dapat menimbulkan masalah hukum jika
seandainya Calon Tertanggung meninggal selama periode pemeriksaan polis. Jika
masalah tersebut sampai ke pengadilan maka keputusan hakim akan dipengaruhi
oleh:
1) Isi keterangan atau ketentuan yang tertulis dalam surat tanda terima
pemeriksaan polis.
2) Apakah uang premi pertama telah dibayar.
Dengan demikian, ada kemungkinan pengadilan akan memaksa perusahaan
supaya membayar klaim walaupun pemohon telah menandatangani surat tanda
terima pemeriksaan polis.
107
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Masa bebas penyelidikan polis: Pemilik polis juga dapat mempelajari isi polis
yang diserahkan oleh perusahaan asuransi jiwa dalam masa “free examination
period” (masa bebas penyelidikan polis). Ada beberapa pokok antara masa bebas
penyelidikan dan pemeriksaan polis, yaitu pada masa bebas penyelidikan polis,
pertanggungan asuransi tetap berlaku sesuai dengan yang ditentukan, atau
hingga pemilik polis menolak polis sebelumnya. Masa tertentu tersebut biasanya
adalah 10 hari dan karena itu sering disebut istilah “10 day free look”.
Contoh isi surat masa bebas penyelidikan polis adalah sebagai berikut:
Masa bebas penyelidikan 10 Hari. “Mohon meneliti polis anda. Dalam
waktu 10 hari setelah penyerahan polis, anda dapat mengembalikan polis
kepada perusahaan atau kepada agen penutup dengan surat permohonan
pengembalian premi sepenuhnya. Atas adanya surat permohonan tersebut
maka polis akan batal dari semula”.
Sesudah Pemilik Polis membayar uang premi pertama dan menerima polis,
Pemilik Polis dapat memanfaatkan batas waktu yang diberikan untuk mengambil
keputusan terakhir apakah menerima atau membatalkan polis. Sebelum atau
pada akhir batas waktu masa bebas penyelidikan polis, Pemilik Polis berhak
mengembalikan polis yang dibatalkan kepada penanggung dan menerima
pengembalian premi pertama sepenuhnya. Para konsumen asuransi menyukai
sistem masa bebas penyelidikan polis karena hal ini memberikan kesempatan
kepada mereka untuk memikirkan kembali keputusan membeli polis. Tanggung
jawab penanggung selama masa penyelidikan polis tetap ada karena
pertanggungan dianggap berlaku dan setiap klaim yang timbul akibat
meninggalnya tertanggung dalam masa penyelidikan tersebut akan dibayar oleh
penanggung.
c. Panduan pembeli dan ringkasan polis
Di Amerika Serikat, diharuskan perusahaan asuransi untuk memberikan
publikasi yang disebut “Panduan Pembeli” bersama‐sama dengan penjelasan
ringkas polis kepada pemohon pada waktu penyerahan polis, jika polis itu
mengandung ketentuan masa bebas penyelidikan atau ketentuan masa bebas
penyelidikan tidak diberikan.
Panduan Pembeli adalah suatu brosur yang dirancang sedemikian rupa untuk
membantu pembeli asuransi jiwa memutuskan berapa banyak uang
pertanggungan yang dibutuhkan dan tipe polis mana yang paling baik dan cocok
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Panduan pembeli menguraikan program
dasar asuransi jiwa secara sederhana, ringkas dan mudah dimengerti.
Ringkasan Polis adalah suatu dokumen yang sering dibuat dalam bentuk
cetakan komputer, berisi data‐data yang diperlukan secara hukum dan
berhubungan dengan polis khusus yang dipertimbangkan oleh pemohon. Data‐
data tersebut meliputi besarnya premi yang dibayar, jumlah uang pertanggungan
yang diberikan, nilai tunai dan petunjuk atau indeks biaya. Figur dan data ini akan
108
POLIS ASURANSI
109
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
4) Non‐forfeiture benefit yang tersedia bagi pemilik polis asuransi jiwa yang telah
mempunyai nilai tunai polis.
5) Policy loan (hak pinjaman polis) yang diberikan kepada pemilik polis yang telah
mempunyai nilai tunai polis.
6) Hak reinstatement (pemulihan) polis, yang sudah batal yang diberikan kepada
pemilik polis.
7) Metode penyesuaian yang dipakai untuk memperbaiki kesalahan umur.
8) Cara penggunaan dividen oleh pemilik polis partisipasi.
9) Settlement options (hak memilih) cara pembayaran uang pertanggungan yang
ditawarkan oleh perusahaan asuransi.
10) Syarat‐syarat yang harus dipenuhi oleh pemilik polis dalam hal perubahan tipe
asuransi.
Penggunaan istilah khusus tersebut dalam polis asuransi jiwa adalah berbeda‐beda
antara satu perusahaan asuransi dengan perusahaan lainnya, akan tetapi isi syarat‐syarat
umum polis pada dasarnya adalah tetap. Berikut ini akan dibahas satu persatu istilah‐
istilah tersebut di atas.
1. Entire contract (Kontrak keseluruhan)
Ketentuan entire contract (kontrak keseluruhan) menyatakan bahwa polis itu
sendiri bersama‐sama dengan surat permintaan asuransi (SPA) beserta surat
keterangan lain yang disediakan untuk itu, jika terlampir, akan membentuk entire
contract dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari polis. Ketentuan ini menjamin
bahwa tidak ada dokumen resmi lainnya seperti undang‐undang perusahaan asuransi
atau keterangan lisan lainnya yang dapat dipergunakan untuk merubah polis atau
mempengaruhi manfaat. Ketentuan ini juga menyebutkan bahwa hanya pejabat
khusus yang ditunjuk perusahaan asuransi yang berhak merubah syarat‐syarat umum
polis, dan apabila setiap setiap diadakannya perubahan polis harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Pemilik Polis. Contoh ketentuan entire contract
yang sederhana adalah sebagai berikut:
Entire contract. Entire contract terdiri dari polis dan melampirkan copy SPA.
Hanya Komisaris, Direktur Utama atau pejabat yang ditunjuk khusus yang
berhak merubah kontrak dan setiap perubahan yang ada harus dibuat secara
tertulis. Tidak ada perubahan dalam kontrak, sebelum mendapat persetujuan
tertulis dari Pemilik Polis.
Meskipun halnya sama dengan syarat‐syarat umum polis, istilah dan ketentuan
dalam entire contract itu adalah dibuat oleh pihak penanggung sendiri, meskipun
demikian harus mengikuti dan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Ada 2 (dua) alasan utama mengapa ketentuan entire contract itu penting bagi
penanggung maupun bagi pemilik polis, karena:
a) Umumnya polis asuransi jiwa itu bersifat jangka panjang, sehingga tidaklah
mungkin untuk mengingat sesuatu yang dilengkapi, diputuskan dalam SPA atau
diperjanjiakan untuk 30 atau 40 tahun mendatang.
111
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
112
POLIS ASURANSI
Sebagai contoh, Tn. Abi menyatakan dalam SPAnya bahwa dia tidak pernah
menderita penyakit jantung. Jika penanggung percaya atas keterangan Tn. Abi
tersebut lalu polis asuransi diterbitkan, dan 3 tahun kemudian Tn. Abi meninggal
karena serangan jantung, maka perusahaan tidak berhak untuk menyanggah polis
dan menolak pembayaran klaim, sebab contestability period sudah lewat atau berlalu.
Jika Tn. Abi meninggal satu tahun setelah polis terbit atau sebelum 2 tahun,
penanggung berhak untuk menyanggah klaim berdasarkan penyembunyian
keterangan dalam SPA. Di negara tertentu seperti di Canada, undang‐undang
mengizinkan perusahaan asuransi jiwa untuk menyanggah kontrak setiap saat
kendatipun contestability period telah berakhir, apabila keterangan dalam surat
permohonan adalah keterangan palsu. Keterangan palsu adalah keterangan yang
tidak benar dengan maksud untuk menipu dan merugikan orang lain. Perusahaan
berhak menyanggah polis berdasarkan keterangan palsu walaupun surat bukti
penipuan sulit diperoleh sehingga sulit mendukung kasus seperti itu.
Di Indonesia menganut semua ketentuan di atas, yaitu setiap polis diberlakukan
ketentuan contestability period, dan hal‐hal yang menyimpang dari prinsip itikad baik
(pasal 251 KUHD) tetap diperhatikan sepanjang kontrak asuransi, artinya ada unsur‐
unsur kesengajaan untuk mendapatkan keuntungan dari kontrak asuransi tersebut.
3. Grace Period (masa tenggang)
Polis asuransi jiwa biasanya mencantumkan ketentuan tenggang waktu (grace
period) pembayaran premi lanjutan. Premi lanjutan adalah premi yang harus dibayar
setelah premi pertama. Grace period adalah jangka waktu tertentu, biasanya 30 atau
31 hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran premi lanjutan dalam jangka waktu
mana premi dapat dibayar tanpa sanksi. Pada umumnya diperadilan, grace period
selama 30 atau 31 hari tersebut adalah minimum tenggang waktu yang
diperbolehkan. Ada juga perusahaan yang memberikan grace period lebih lama
umpamanya 2 bulan. Selama grace period tersebut polis tetap aktif berlaku dan jika
premi dibayar dalam waktu grace period, perusahaan asuransi akan menyetujui
sebagai pembayaran tepat waktu. Jika Tertanggung meninggal dalam waktu grace
period, perusahaan akan membayar polis dengan mengurangi premi yang belum
dibayar. Contoh grace period adalah:
Grace Period. Batas waktu tenggang selama 31 hari untuk pembayaran premi
lanjutan terhitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran, dan pertanggungan
berlaku aktif (inforce) selama grace period tersebut.
Jika premi lanjutan polis tidak dibayar selama grace period, maka polis tersebut
disebut batal (lapse). Akan tetapi, dalam hal polis telah mempunyai nilai tunai, ada
beberapa penanggung menetapkan bahwa polis belum dianggap batal walaupun
tidak membayar premi selama grace period. Dalam buku ini pengertian lapse adalah
setiap polis yang preminya tidak dibayar sampai akhir grace period.
113
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
4. Non‐forfeiture benefits
Perusahaan asuransi jiwa memberikan manfaat tertentu bagi pemilik polis untuk
polisnya yang sudah memiliki nilai tunai dan perusahaan tidak menyerahkan nilai
tunainya, maka pemilik polis akan mengalami kerugian. Untuk menghindari hal itu di
negara tertentu termasuk Indonesia perusahaan memberikan non‐forfeiture benefits
dimana nilai tunai yang ada dapat dipergunakan untuk membeli Asuransi Jangka
Warsa. Ada juga beberapa perusahaan asuransi yang merasa layak mengembalikan
nilai tunai yang ada meskipun hal itu tidak diharuskan.
Pada tahun 1948, National Association of Insurance Commissioners (NAIC) di
Amerika Serikat mengeluarkan “Standard non‐forfeiture law” dan pada tahun 1980
diadakan perubahan yang antara lain menentukan setiap polis yang mempunyai
kewajiban cadangan harus menyediakan nilai tunai. Non‐forfeiture benefits meliputi
reduced paid up atau extended term insurance. Di Canada ketentuan APL atau
automatic premium loan (pinjaman premi otomatis) termasuk non‐forfeiture benefits.
Dibawah ini akan diuraikan lebih lengkap masing‐masing non‐forfeiture benefits atau
sering disebut non‐forfeiture options, antara lain:
Cash value (nilai tunai):
Standard NonForfiture Law mengatur bahwa penanggung memberikan nilai
tunai setelah hal iu tersedia menurut fomula/rumus yang ditetapkan dalam
undang‐undang. Perhitungan nilai tunai tersebut tergantung pada program
asuransi, umur polis dan lamanya masa pembayaran premi. Beberapa polis,
seperti polis asuransi dwi guna yang preminya besar sesuai dengan jumlah uang
pertanggungan (JUP) akan segera mempunyai nilai tunai. Polis yang preminya
lebih kecil seperti asuransi seumur hidup, memerlukan waktu yang lebih lama
untuk membentuk nilai tunai. Biasanya, jika tipe polis itu merupakan tipe asuransi
yang menghasilkan cadangan, oleh undang‐undang diatur bahwa nilai tunai harus
di adakan setelah polis berjalan aktif selama 3 tahun. Walaupun demikian, ada
juga perusahaan yang menyediakan nilai tunai setelah polis berjalan aktif 1 tahun
atau 2 tahun.
Rumus yang dinyatakan dalam undang‐undang dipergunakan sebagai dasar
untuk menghitung nilai tunai minimum yang diperlukan. Perusahaan asuransi
diperkenankan memberikan nilai tunai yang lebih tinggi dari ketentuan minimum.
Kadang‐kadang pemberian nilai tunai yang lebih tinggi ini dipakai sebagai alat
persaingan dalam penjualan polis.
Dalam polis harus dinyatakan cara menghitung nilai tunai beserta daftar nilai
tunai yang ada tiap akhir tahun selama 20 tahun pertama polis berjalan aktif.
Daftar nilai tunai ini adalah jumlah yang diterima oleh pemilik polis jika polis dijual.
Sebagai contoh dibawah ini terdapat daftar nilai tunai untuk 3 jenis polis
yang diterbitkan atas seorang laki‐laki yang berumur 35 tahun:
114
POLIS ASURANSI
Nilai Tunai Per 1.000 UP Pada Setiap Akhir
Jenis Polis
Tahun Polis Ke :
115
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Ada kejadian tertentu dimana pemilik polis yang tidak dapat atau tidak mau
lagi membayar premi polisnya tetapi masih menginginkan pertanggungan
asuransi. Menurut peraturan/undang‐undang, nilai tunai yang ada dapat
dipergunakan untuk membeli pertanggungan bebas premi dengan uang
pertanggungan baru yang telah berkurang dari semula (reduced paid up
insurance) atau asuransi perpanjangan jangka warsa (extended term insurance).
Reduced paid up insurance :
Pada ketentuan non‐forfeiture option berupa reduced paid up insurance, nilai
tunai netto polis dipergunakan sebagai premi tunggal untuk membeli asuransi
bebas premi yang sama dengan polis semula. Premi yang dibebankan pada paid
up insurance tersebut didasarkan pada umur tertanggung pada saat option itu
dilakukan. Jumlah uang pertanggungan paid up insurance yang dapat dibeli pada
option ini akan lebih dari uang pertanggungan polis asal dan itulah sebabnya
disebut “reduced paid up insurance”.
Sebagaimana persyaratan nilai tunai, polis harus memuat daftar jumlah
reduced paid up insurance yang ada tiap‐tiap tahun selama 20 tahun pertama polis
berjalan aktif. Jumlah sesungguhnya reduced paid up yang ada tersebut harus
lebih besar atau lebih kecil dari jumlah dalam daftar, tergantung pada besarnya
nilai tunai netto. Jumlah daftar reduced paid up untuk tiap tahun didasarkan pada
daftar nilai tunai polis tahun yang bersangkutan. Jika nilai tunai netto lebih besar
dari jumlah nilai tunai pada daftar, kemungkinan hal itu adalah karena termasuk
dividen, sehingga jumlah reduced paid up yang tersedia akan lebih tinggi dari
jumlah reduced paid up dalam daftar.
Jika ada pinjaman polis yang belum lunas, maka nilai tunai netto akan lebih
kecil, karena penanggung akan mengurangkan sisa pinjaman tambah bunga yang
jatuh tempo dari nilai tunai netto tersebut, sehingga jumlah uang pertanggungan
pada polis asal. Akan tetapi, pemilik polis dapat memohon supaya penanggung
menggunakan nilai tunai yang sesungguhnya tanpa mengurangkan jumlah uang
pinjaman untuk membeli reduced paid up insurance. Ini berarti, bahwa
penanggung akan terus membebankan bunga pada pinjaman polis dan pinjaman
itu akan dibayar kembali pada suatu saat dikemudian hari atau dipotong langsung
dari uang pertanggungan jika tertanggung meninggal. Dengan melanjutkan
pinjaman polis berarti jumlah asuransi jiwa paid up yang dibeli akan lebih besar.
Asuransi yang dibeli atas reduced paid up option mempunyai masa
pertanggungan yang sama dengan polis semula. Jadi jika polis asal adalah
asuransi seumur hidup maka pertanggungan reduced paid up tetap berlaku
seumur hidup. Bilamana polisnya adalah dwi guna maka pertanggungan reduced
paid up option baik manfaat asuransi jiwa dan pure endowment‐nya akan
dikurangi dengan jumlah yang sama. Masa pertanggungan polis dwi guna tidak
berubah bilamana pertanggungan dilanjutkan atas reduced paid up.
116
POLIS ASURANSI
117
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Jumlah uang pertanggungan asuransi jangka warsa yang tersedia:
9 Uang Pertanggungan Polis Rp. 10.000.000,‐
9 Uang Pertanggungan dari dividen Rp. 200.000,‐ (+)
Jumlah Rp.10.200.000,‐
9 Uang Pertanggungan dari sisa pinjaman Rp. 1.000.000,‐ (‐)
Jumlah Rp. 9.200.000,‐
Jumlah nilai tunai netto:
Daftar Nilai Tunai Rp. 2.500.000,‐
Nilai tunai dari tambahan dividen Rp. 50.000,‐ (+)
Jumlah Rp. 2.550.000,‐
Nilai tunai dari sisa pinjaman polis Rp. 1.000.000,‐ (‐)
Jumlah Rp. 1.550.000,‐
Jadi, jika yang dipilih adalah extended term insurance maka pemilik polis akan
mendapat UP Asuransi Jangka Warsa sejumlah Rp. 9.200.000,‐ untuk masa
pertanggungan yang dapat diberikan dengan nilai tunai netto sejumlah Rp.
1.550.000,‐. Bilamana polis asuransi dwi guna dilanjutkan dengan hak extended
term maka nilai tunai netto akan dipergunakan untuk membeli extended term
insurance sebesar uang pertanggungan polis semula. Jika nilai tunai netto tidak
cukup untuk membeli sepenuhnya uang pertanggungan dengan masa
pertanggungan seperti tersebut pada polis semula, maka masa pertanggungan
akan disesuaikan dengan masa pertanggungan yang dapat dibeli dengan
besarnya nilai tunai netto. Bilamana jumlah nilai tunai netto melebihi jumlah yang
dibutuhkan untuk membeli extended term insurance sesuai masa pertanggungan
pada polis semula, maka sisa jumlah itu akan dipergunakan untuk menyediakan
manfaat endownment yang akan dibayarkan pada tanggal habis kontrak
pertanggungan polis semula. Uang pertanggungan Endowment tersebut,
walaupun lebih kecil daripada uang pertanggungan semula tetapi pembayaran
premi lanjutan telah dilunasi.
Pada umumnya, bilamana polis dilanjutkan atas dasar extended term, pemilik
polis tidak dapat lagi menggunakan hak pinjaman polis atau hak menerima
dividen. Akan tetapi, pemilik polis dapat membatalkan extended term dan
menebus polis untuk mengambil nilai tunai yang ada. Di samping itu,
sebagaimana halnya hak reduced paid up, setiap manfaat tambahan yang ada
dalam polis semula biasanya akan hilang bila polis yang dipilih adalah extended
term insurance. Sama halnya dalam penebusan nilai tunai dan reduced paid up,
polis asuransi jiwa itu harus memuat daftar yang menunjukkan manfaat yang ada
pada extended term insurance. Lamanya masa berjalan aktif dengan uang
pertanggungan seperti pada polis semula, pada extended term yang dipilih harus
ditunjukkan dalam 20 tahun pertama.
Automatic premium loan :
118
POLIS ASURANSI
119
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
120
POLIS ASURANSI
lagi diasuransikan dimana‐mana karena kesehatan yang jelek atau faktor lain
akan lebih menyukai pemulihan polis daripada mereka yang kesehatannya baik.
Berapa banyak dan apa jenis evidence of insurability yang diperlukan, tergantung
pada keadaan masing‐masing polis individu dan praktek masing‐masing
perusahaan penanggung. Jika satu polis telah batal dalam waktu yang belum
lama dan tidak ada alasan/sebab yang mencurigakan, perusahaan tertentu akan
menyetujui dan mensyaratkan surat keterangan dokter biasa mengenai
tertanggung untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan dalam keadaan
sehat. Jika ternyata permintaan pemulihan dan penunggakan premi lanjutan
hanya satu bulan atau lewat grace period, maka penanggung tidaklah
mengharuskan evidence of insurability. Akan tetapi jika tunggakan premi
melewati masa grace period, maka umumnya Penanggung tidaklah
mengharuskan evidence of insurability.
b) Monetary
Setelah polis berjalan aktif kembali, maka harus tersedia cadangan yang
jumlahnya sama dengan jumlah cadangan untuk polis yang berjalan aktif tanpa
tunggakan pembayaran premi. Apabila premi tidak dibayar selama polis tidak
aktif, maka pada saat reinstatement pemilik polis harus membayar semua premi
masa lampau yang tertunggak ditambah bunga. Dalam transaksi ini bunga yang
dibebankan adalah tingkat bunga yang ditentukan dalam polis. Di samping itu,
ada beberapa polis tertentu yang menentukan bahwa setiap pinjaman polis
ditambah bunga harus dibayar lunas sebelum polis dipulihkan. Untuk pemulihan
polis diperlukan sejumlah uang yang besarnya telah ditentukan, untuk itu maka
setiap pemilik polis harus memutuskan apakah pemulihan polis yang ada
(semula) lebih menguntungkan daripada permohonan polis baru.
Keuntungan pemulihan polis semula (asal) adalah:
(1) Tarif premi polis asal dihitung berdasarkan umur tertanggung pada saat polis
dibeli. Sedangkan jika dibeli polis baru maka tarif premi menjadi lebih mahal,
karena dihitung berdasarkan umur yang dicapai saat ini, yang tentu lebih tinggi
dari umur tertanggung pada saat polis asal dibeli. Sebagai tambahan, polis asal
memuat ketentuan‐ketentuan yang lebih luwes, misalnya tingkat bunga
pinjaman polis pada polis asal mungkin lebih rendah daripada tingkat bunga
pinjaman polis yang diberikan pada polis baru.
(2) Dalam peradilan pada umumnya, masa contestability period (jangka waktu
yang dapat disanggah) pada polis yang baru dimulai pada tanggals saat polis
dipulihkan. Selama contestable period yang baru, perusahaan dapat
menyanggah polis hanya atas dasar keterangan yang dibuat dalam surat
permohonan reinstatement. Penanggung tidak dapat menyanggah polis atas
dasar keterangan yang dibuat dalam surat keterangan yang dibuat dalam surat
permohonan polis asal, kecuali jika contestable period tersebut belum habis.
7. Misstatement of age
121
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Pada suatu saat, mungkin penanggung atau pemilik polis menemukan fakta
bahwa umur tertanggung yang dicantumkan dalam polis tidak benar. Jika kesalahan
menyatakan umur itu adalah akibat kesalahan ketik dan kesalahan itu terjadi setelah
ditandatangani dan premi dihitung, maka perubahan yang diperlukan akan lebih
mudah dibandingkan jika kesalahan itu terjadi sebelum premi ditetapkan. Pemilik polis
mungkin akan membayar premi yang tidak benar untuk jumlah uang pertanggungan
yang dibeli; jika umur tertanggung dinyatakan lebih tinggi pada saat permohonan
polis, berarti bahwa pemilik polis telah membayar premi yang terlalu tinggi dan jika
umur dinyatakan lebih rendah, maka pemilik polis telah membayar premi terlalu
rendah (kurang cukup).
Dibeberapa negara tertentu, undang‐undang dan peraturan perasuransian
menyatakan bahwa polis asuransi jiwa harus mencantumkan ketentuan kesalahan
umur. Ketentuan ini menyebutkan bahwa jika umur ini menimbulkan kesalahan umur,
sehingga menimbulkan kesalahan perhitungan jumlah premi untuk Uang
Pertanggungan yang dibeli, maka jumlah pertanggungan polis yang dibeli akan
disesuaikan dengan umur Tertanggung yang dinyatakan dengan sebenarnya. Dengan
demikian, sesuai dengan syarat‐syarat umum polis jika seseorang yang berumur 30
tahun dinyatakan berumur 25 tahun dalam surat permohonan polis, maka besarnya
uang pertanggungan polis akan dikurangi. Jika seseorang yang berumur 30 tahun
dinyatakan berumur 35 tahun dalam surat permohonan maka besarnya Uang
Pertanggungan akan ditambah.
Prosedur yang ditetapkan dalam ketentuan kesalahan umur itu tetap diikuti
walaupun kesalahan umur itu baru ditemukan setelah meninggalnya tertanggung.
Akan tetapi, jika kesalahan itu ditemukan sebelum meninggalnya tertanggung,
Penanggung dapat memberikan pilihan tertentu kepada pemilik polis, untuk:
a) Membayar atau menerima selisih jumlah premi yang timbul karena kesalahan
umur, atau
b) Mengikuti jumlah uang pertanggungan polis yang disesuaikan dengan umur
tertanggung yang sebenarnya pada waktu polis diterbitkan.
8. Dividends:
Sebelumnya dalam buku ini telah dibahas mengenai dividen yang dibayarkan
kepada polis partisipasi. Ada beberapa pilihan Pemilik Polis yang dapat diambil untuk
memanfaatkan dividen‐dividen ini. Ketentuan yang menjelaskan pilihan dividen dalam
polis partisipasi merupakan ketentuan standard yang disyaratkan oleh undang‐
undang perasuransian pada umumnya.
9. Settlement options :
Ketentuan lain yang dimaksudkan penanggung sebagai standar praktis adalah
ketentuan yang memberikan beberapa pilihan kepada pemilik polis dan/atau
penerima manfaat dalam penyaluran hasil‐hasil (dividen) yang diperoleh dari polis.
Pilihan ini akan dijelaskan lebih detil dalam ketentuan pilihan (settlement options).
Settlement option. Ketentuan lain yang diberikan kepada Pemegang polis tidak
122
POLIS ASURANSI
saja hanya untuk menerima deviden dan manfaat polis lainnya akan tetapi harus
memenuhi relevansi dan kewajaran dalam proses penyelesaiannya.
KMK No: 422/KMK.06/2003 Bab‐III tentang Polis, yaitu:
o Pasal 15 yang mengatur tentang larangan untuk mencantumkan suatu ketentuan
yang dapat ditafsirkan bahwa tertanggung tidak dapat melakukan upaya hukum,
sehingga tertanggung harus menerima penolakan pembayaran klaim.
o Pasal 16 yang mengatur tentang larangan untuk mencantumkan suatu ketentuan
yang dapat ditafsirkan sebagai pembatasan upaya hukum bagi para pihak dalam
hal terjadi perselisihan mengenai ketentuan polis.
o Pasal 17 yang mengatur mengenai pemilihan pengadilan dalam hal terjadi
perselisihan yang menyangkut perjanjian asuransi, tidak boleh membatasi
pemilihan pengadilan hanya pada pengadilan negeri di tempat kedudukan
penanggung.
Penanggung dalam mengatur tentang ketentuan lain dalam polis, tidak dalam
usaha untuk membatasi pihak pemegang polis/tertanggung atau termaslahat dalam
upaya mendapatkan haknya dengan benar sesuai yang diperjanjikan dalam polis,
seperti ketentuan dalam pasal 17 di atas yaitu penanggung tidak hanya membatasi
pada pengadilan di tempat kedudukan penanggung, bahkan tidak hanya untuk
membatasi pada pegadilan negeri saja melain diberikan kebebasan kepada pemegang
polis/tertanggung atau termaslahat untuk mengunakan tempat penyelesaian
sengketa/perselisihan sebelum ke pengadilan seperti ke Badan Mediasi atau BMAI,
Badan Arbitrase atau BANI.
10. Perubahan Jenis Polis Asuransi :
Polis asuransi yang dibeli dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan. Sering
sekali kebutuhan‐kebutuhan tersebut berubah. Jabatan/pekerjaan baru,
pertambahan keluarga dan perubahan keadaan keuangan dapat menjadikan polis
yang sudah dibeli menjadi tidak sesuai lagi. Banyak polis yang memuat ketentuan
yang membolehkan pemilik polis untuk merubah polis yang ada menjadi salah satu
jenis polis yang lebih baik, untuk memenuhi kebutuhan pmilik polis karena adanya
perubahan kebutuhan.
Jika pemilik polis ingin merubah ke jenis yang mengharuskan tarif premi lebih
mahal tetapi dengan uang pertanggungan yang sama, maka perusahaan asuransi
biasanya hanya memerlukan syarat bahwa pemilik polis membayar:
a) Selisih premi masa lampau ditambah bunga.
b) Suatu jumlah tertentu yang akan membentuk cadangan pada polis sampai jumlah
cadangan diperlukan pada polis yang baru.
Jumlah cadangan polis adalah lebih tinggi pada polis yang preminya lebih mahal,
sehingga net amount at risk pada polis baru akan lebih rendah dari pada net amount
at risk pada polis awal. Evidence of insurability tidak diperlukan apabila Pemilik Polis
merubah polis dari polis yang preminya lebih rendah ke polis yang preminya lebih
tinggi.
123
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Akan tetapi, jika perubahan itu terhadap suatu polis dengan jumlah uang
pertanggungan yang sama tetapi dengan premi yang lebih rendah, misalnya
perubahan dari polis whole life dengan batasan 20 tahun pembayaran kepada
continous premium Whole Life, maka net amount at risk akan meningkat, karena
jumlah cadangan akan berkurang. Dalam hal ini biasanya perusahaan membayar
kekurangan dana sebesar selisih nilai tunai pada kedua polis tersebut. Di samping itu,
karena adanya net amount at risk yang lebih besar bagi penanggung, maka diperlukan
evidence of insurability. Dengan demikian, perubahan jenis polis hanya dapat
dilakukan atas persetujuan penanggung. Misalnya Harem berumur 25 tahun pada
waktu membeli Rp. 50.000.000,‐ U.P polis Dwi Guna untuk dirinya sendiri, dengan
kontrak sampai mencapai usia 65 tahun dari perusahaan asuransi Unbre Life. Jika 6
tahun kemudian ia memutuskan untuk merubah polis menjadi Rp. 50.000.000,‐ U.P
polis Whole Life dengan 10 tahun batasan pembayaran premi yang mempunyai
tingkat premi lebih tinggi, maka Harem harus membayar selisih premi masa lampau
dengan bunganya kepada perusahaan asuransi Unbre Life. Sebaliknya, jika Harem
memutuskan merubah polisnya kepada U.P Rp. 50.000.000,‐ polis continuous
premium Whole Life yang preminya lebih rendah dari polis Dwi Guna sampai umur 65
tahun, maka perusahaan asuransi Unbre Life akan membayar kekurangan dana selisih
nilai tunai kedua polis tersebut, akan tetapi Harem harus menyerahkan evidence of
insurability agar perubahan polis dapat dilakukan.
C. Ketentuan Pengecualian (Optional provisions)
Polis asuransi jiwa yang berisi beberapa ketentuan yang dimaksudkan untuk
membatasi kewajiban penanggung dalam hal‐hal tertentu. Ketentuan yang paling umum
terdapat adalah: 1). Suicide clause; 2). War exclusion; dan 3). Aviation exclusion.
Ketentuan‐ketentuan ini agak bersifat persetujuan daripada persyaratan yang
ditetapkan oleh undang‐undang, yang tercantum dalam polis.
1. Suicide clause:
Polis asuransi jiwa yang paling dahulu pada umumnya juga memuat pernyataan
yang berlaku bahwa uang pertanggungan tidak akan dibayarkan jika tertanggung
sengaja bunuh diri (suicide). Dalam hal tersebut berarti penerima manfaat menolak
proteksi yang dimaksudkan pada waktu pembelian polis. Dengan berkembangnya
industri asuransi jiwa, sikap perusahaan menjadi berubah dan syarat‐syarat umum
ditetapkan bahwa jika tidak terbukti bahwa tertanggung membeli polis dengan
maksud sengaja bunuh diri, maka uang pertanggungan harus dibayar. Sekarang ini
banyak perusahaan asuransi berusaha mencegah kemungkinan adanya anti‐seleksi
dengan memuat perkecualian bunuh diri sebagai suatu risiko pertanggungan yang
terjadi dalam waktu tertentu, yang biasanya 2 tahun. Menurut pendapat umum,
waktu perkecualian ini sudah cukup lama untuk menghindari bunuh diri yang
direncanakan. Jika seorang tertanggung sengaja bunuh diri selama periode
perkecualian itu, maka penerima manfaat (termaslahat) akan menerima nilai tunai
yang lebih besar, atau suatu pengembalian premi seluruhnya yang dibayar tanpa
124
POLIS ASURANSI
bunga (tergantung pada syarat‐syarat umum polis). Contoh klausul bunuh diri adalah
sebagai berikut:
Suicide exclusion. Bunuh diri dari tertanggung sengaja atau tidak sengaja yang
terjadi dalam waktu 2 tahun sejak tanggal penerbitan polis atau pemulihan polis
batal tidak dijamin dalam polis ini. Dalam hal tersebut terjadi polis ini akan
berakhir dan premi yang dibayar kepada perusahaan dikurangi pinjaman polis
yang ada akan dikembalikan kepada penerima manfaat.
Ketentuan bunuh diri dalam hukum syariah tidak memberikan batas waktu,
artinya usaha untuk bunuh diri saja sudah dilarang, apalagi bunuh diri telah dilakukan,
sehingga dalam hukum syariah manfaat asuransi bunuh diri tidak dapat dibayarkan.
2. War exclusion
Dalam masa perang yang lampau atau dalam ancaman perang yang ada,
perusahaan seringkali mencantumkan ketentuan yang menyatakan bahwa manfaat
polis tidak akan dibayarkan jika kematian terjadi akibat perang. Klausul ini jarang
dimasukkan dalam polis yang mencantumkan atau memberlakukan klausul
perkecualian perang.
Ada 2 tipe dari klausul perkecualian perang yang umum dipergunakan yaitu yang
disebut:
1. Status type yaitu yang menyatakan bahwa penanggung tidak akan membayar
manfaat meninggal jika tertanggung ikut sebagai anggota militer tanpa
memperhatikan sebab‐sebab meninggalnya tertanggung.
2. Result type yaitu yang menyatakan bahwa penanggung tidak akan membayar klaim
manfaat meninggal jika tertanggung meninggal sebagai akibat langsung dari
perang atau akibat hal‐hal yang berhubungan dengan peperangan. Oleh karena itu,
jika seseorang anggota tentara yang terbunuh akibat kecelakaan di rumah akan
ditanggung jika polis itu memuat perkecualian result type, tetapi tidak ditanggung
jika klausul perkecualian adalah status type.
3. Aviation exclusion
Pada permulaan adanya perjalanan melalui udara perusahaan asuransi jiwa
umumnya mencantumkan ketentuan dalam polis yang menyatakan bahwa uang
pertanggungan polis tidak akan dibayarkan jika tertanggung meninggal sebagai
akibat dari kegiatan yang berhubungan dengan penerbangan. Akan tetapi, sekarang
ini perkecualian tersebut hanya dipakai/diberlakukan terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan kemiliteran atau percobaan pesawat terbang. Penumpang‐
penumpang dari penerbangan pesawat udara yang sudah terdaftar atau tidak
(regulary scheduled or non‐scheduled) sepenuhnya adalah ditanggung/dijamin. Sampai
pilot pesawat terbang komersil pribadi‐pun adalah dianggap insurable walaupun
mereka mungkin harus membayar premi yang lebih tinggi dari pada mereka yang
mempunyai pekerjaan yang tidak begitu berbahaya.
125
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
BAB V
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
IHTISAR BAB TUJUAN
Dasar Pembentukan Dana Kematian Setelah mempelajari bab atau bagian ini
Metode Pendanaan Asuransi Jiwa diharapkan dapat:
¾ Sistem Cadangan o Memahami dasar pembentukan dana dan
Para Pihak dalam Perusahaan metode pendanaan pada perusahaan
Asuransi asuransi jiwa serta model sistem
Faktor‐Faktor yang Mempengaruhi pendanaannya.
Besaran Premi
¾ Umur o Mengidentifikasi kepentingan para pihak
¾ Jenis Kelamin dalam perusahaan asuransi.
¾ Lama Masa Asuransi
¾ Persistensi o Mengenal Faktor‐Faktor yang
¾ Hasil Underwriting mempengaruhi besaran Premi.
Prinsip‐Pinsip Penetapan Tarif Premi
¾ Kecukupan o Mengerti prinsip‐prinsip yang berlaku
¾ Kewajaran dan elemen‐elemen terkait dalam
¾ Persaingan menentukan besaran tarif premi.
¾ Strategi Perusahaan
Elemen‐Elemen dalamPenentuan Tarif o Mengetahui sistem perhitungan/
Premi Asuransi Jiwa pembentukan tarif premi tetap pada
Sistem Tarif Premi Tetap produk konvensional asuransi jiwa.
Polis dengan Hak Pembagian Laba (
Deviden) o Mengerti hak pembagian laba antara
perusahaan asuransi dengan pemegang
Cadangan Asuransi Jiwa
polis.
Cadangan Tak Terduga (contingency
reserves)
o Mengetahui konsep dasar perhitungan
Pembayaran Premi Berhenti dalam
cadangan untuk setiap pertanggungan.
Masa Kontrak
o Mengidentifikasi dampak berhentinya
sekelompok pemegang polis.
A. Dasar Pembentukan Dana Kematian
Sudah menjadi tradisi masyarakat kita, apabila ada kerabat yang meninggal dunia kita
memberikan sumbangan sukarela sebagai santunan yang jumlahnya tidak menentu.
Model pendanaan tersebut tidak dapat ditentukan baik dalam besaran sumbangan
maupun total yang diterima. Berbeda dengan model tersebut, di masyarakat kita juga
terdapat pembentukan dana kematian atau dana sosial yang bersumber dari iuran yang
127
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
dikutip dari tiap‐tiap kepala keluarga. Apabila terjadi musibah dimana salah seorang warga
kampung tersebut meninggal dunia, maka diberikan bantuan biaya pemakaman dari dana
yang terkumpul. Konsep tersebut memiliki kesamaannya dengan konsep pendanaan
perusahaan asuransi modern yaitu dana dikumpulkan sebelum terjadinya kematian.
Besarnya iuran ditetapkan atas dasar musyawarah warga. Besarnya santunan juga
berdasarkan kesepakatan antar warga, biasanya tidak ada biaya administrasi, karena para
pengurus perangkat desa atau pengurus rukun tetangga (RT) tidak diberikan gaji.
Biasanya dana yang terkumpul relatif kecil begitu juga besarnya santunan duka yang bisa
diberikan relatif sangat kecil, namun konsep tersebut jauh lebih baik dibandingkan apabila
iuran atau sumbangan baru diberikan pada saat terjadi kematian.
B. Metoda Pendanaan Asuransi Jiwa
Anggota perkumpulan dana kematian pada organisasi desa dalam konsep asuransi
disebut tertanggung sedangkan pengelolanya yaitu perusahaan asuransi disebut
penanggung. Hak dan kewajiban kedua belah pihak yaitu tertanggung dan penanggung
dituangkan dalam sebuah kontrak yang disebut polis. Hak tertanggung adalah
mendapatkan pembayaran manfaat sesuai dengan jenis risiko yang ditanggung,
sedangkan hak dari penanggung adalah mendapatkan pembayaran premi dari
tertanggung. Dana untuk membayar besarnya manfaat asuransi diperoleh dari iuran atau
premi yang dibayar oleh para tertanggung. Besarnya iuran atau premi tergantung pada
besarnya santunan atau uang pertanggungan yang dikehendaki oleh Tertanggung setelah
mempertimbangkan faktor‐faktor risiko tingkat kematian, seperti umur, pekerjaan, jenis
kelamin, riwayat kesehatan dan lain sebagainya. Para pengelola asuransi harus membayar
gaji karyawannya dan juga harus membiayai operasional perusahaan, sehingga premi
yang dibebankan kepada tertanggung sudah termasuk unsur biaya. Perusahaan asuransi
juga memerlukan biaya distribusi atau biaya penjualan berupa komisi yang diberikan
kepada agen.
Pada umumnya perusahaan asuransi jiwa didirikan juga bertujuan untuk mencari
keuntungan. Sumber‐sumber keuntungan lain bagi perusahaan asuransi adalah sebagai
berikut. Pertama adalah sumber keuntungan dari hasil investasi, dimana premi yang
terkumpul harus diinvestasikan, sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Kedua, sumber keuntungan dari faktor mortalita, yaitu selisih dari perhitungan tingkat
kematian yang diasumsikan, contoh: jika dalam tiap seribu tertanggung diasumsikan yang
meninggal dalam satu tahun sebanyak 3 (tiga) orang, ternyata pada tahun tersebut yang
meninggal hanya 2 (dua) orang, maka perusahaan asuransi mendapatkan keuntungan dari
selisih asumsi tersebut. Ketiga, sumber keuntungan dari alokasi biaya dibandingkan
dengan realisasi. Jika realisasi biaya administrasinya lebih kecil dari alokasi biaya yang
dianggarkan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan.
Pada awalnya ada 2 (dua) model sistem pendanaan perusahaan asuransi, yaitu
metode manfaat bersama dan metode penilaian.
Metode manfaat bersama (mutual benefit method) pertama kali diterapkan pada
perusahaan‐perusahaan mutual benefit societies di Amerika dan Eropa. Iuran baru
diberikan pada saat terjadi kematian. Para anggota sepakat untuk membayar iuran ketika
128
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
ada anggota yang meninggal dunia. Para pengelolanya mendapat upah yang bersumber
dari iuran tersebut. Iuran yang dikumpulkan akan dikurangi dengan biaya administrasi
kemudian diberikan kepada ahli waris anggota yang meninggal dunia. Misalkan suatu
perkumpulan mempunyai 1000 anggota sepakat memberikan iuran Rp. 10.000‐ per orang
jika ada anggota yang meninggal dunia, maka total dana yang terkumpul adalah Rp.
10.000.000,‐. Dana tersebut digunakan untuk biaya penagihan dan biaya pegawai sebesar
Rp. 1.000.000,‐ maka besarnya manfaat yang diberikan kepada ahli waris adalah sebesar
Rp. 9.000.000.‐.
Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan metode manfaat bersama ini.
Organisasi pengelola mengalami kesulitan dalam hal menagih iuran dan tidak bisa
memaksa, sehingga besarnya manfaat yang dapat diberikan juga tidak bisa dijamin
tentang besarnya manfaat tersebut. Apabila organisasi tidak menambah anggota baru,
maka semakin lama akan semakin sedikit jumlah anggotanya, sehingga dana yang
terkumpul juga semakin berkurang. Para anggota yang meninggal belakangan semakin
tidak terjamin. Masalah berikutnya adalah para anggota semakin tua usianya sehingga
jumlah yang meninggal semakin banyak, akibatnya frekuensi pembayaran iuran semakin
tinggi sementara jumlah anggota semakin sedikit. Untuk mengatasi masalah ini
organisasi‐organisasi melakukan metode pendanaan dengan metode penilaian, yaitu
menarik iuran sebelum terjadi kematian. Organisasi membuat perkiraan jumlah anggota
yang meninggal dan biaya operasional dalam satu tahun. Jumlah dana yang diperlukan
dibagi rata kepada para anggota. Misalnya ada suatu organisasi yang jumlah anggotanya
1000 orang, diperkirakan dalam satu tahun ada yang meninggal sebanyak 3 orang. Setiap
anggota yang meninggal dunia diberikan santunan sebesar Rp. 10.000.000, dan organisasi
memerlukan biaya Rp. 5.000.000 untuk biaya operasional, sehingga total dana yang
diperlukan dalam satu tahun adalah Rp. 35.000.000, kemudian dibagi dengan 1000
anggota, maka setiap anggota harus membayar iuran sebesar Rp. 35.000, untuk satu
tahun kebelakang.
Jika dalam kenyataannya jumlah dana yang diperlukan lebih kecil misalnya yang
meninggal dunia hanya 2 (dua) orang, maka setiap anggota akan menerima pengembalian
iuran, sedangkan jika dana yang diperlukan ternyata lebih besar misalkan yang meninggal
sebanyak 4 (empat) orang, maka kekurangannya dikutip dari para anggota yang masih
hidup.
Meskipun metode penilaian lebih baik daripada metode manfaat bersama, tetapi
masih ditemukan banyak kesulitan antara lain jika mengalami kekurangan dana, ternyata
sulit menagih iuran tambahannya. Jumlah kematian semakin tahun semakin banyak,
sehingga iuran yang diperlukan juga semakin besar. Biaya yang semakin besar membuat
para anggota enggan bertahan menjadi anggota, sehingga biaya untuk membayar
kematian harus ditanggung oleh jumlah orang yang semakin sedikit jumlahnya.
1. Sistem Pencadangan
Sistem modern untuk menetapkan besarnya premi asuransi jiwa dikembangkan
dari metode pendanaan awal. Sistem penetapan premi masa kini dikenal sebagai legal
129
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
reserve system. Adapun prinsip dasarnya menurut Harriet E. Jones dan Dani L. Long
dari LOMA, adalah sebagai berikut.
a. Manfaat kematian yang harus dibayar berdasarkan polis asuransi jiwa harus
dirinci dan dapat dihitung sebelum kematian tertanggung.
b. Dana yang dibutuhkan untuk membayar manfaat kematian harus dipungut
dimuka, sehingga perusahaan asuransi akan memiliki dana yang tersedia untuk
membayar klaim dan biaya‐biaya yang timbul.
c. Premi yang dibayar oleh seseorang untuk polis asuransi haruslah relevan dengan
nilai risiko yang ditanggung oleh perusahaan.
Perusahaan asuransi jiwa dituntut untuk menjaga setiap saat agar jumlah
kekayaannya melebihi jumlah kewajibannya. Di Indonesia jumlah selisih antara
kekayaan dan kewajiban harus melebihi 120% dari jumlah risiko‐risiko yang ditanggung
perusahaan. Metode tersebut terkenal dengan Risk Based Capital (RBC). Tentang
pencadangan ini telah diatur dalam Undang‐Undang Usaha Perasuransian yang
diperjelas dengan Peraturan Pemerintah serta aturan teknisnya yang dituangkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan.
C. Para Pihak dalam Perusahaan Asuransi
Pada perusahaan asuransi terdapat empat pihak utama pemangku kepentingan.
Pihak pertama adalah para pemegang saham yang menginginkan mendapat keuntungan
setinggi‐tingginya secara berkesinambungan, juga menginginkan perusahaan tetap dalam
kondisi sehat, sehingga dapat memberikan keuntungan yang selalu bertambah di masa
datang. Pihak kedua adalah para pengelola perusahaan yang mengharapkan mendapat
imbalan setinggi‐tingginya beserta fasilitas yang memadai. Para pekerja juga
mengharapkan posisi perusahaan dalam keadaan sehat, sehingga dapat dijadikan sumber
penghasilan di masa depan bahkan sampai pensiun. Pihak ketiga adalah para penjual atau
distributor. Sebagian besar perusahaan asuransi jiwa menggunakan jalur keagenan
sebagai jalur distribusi utamanya. Para penjualnya diberi nama agen atau istilah lain
seperti : Petugas Dinas Luar, Field Undewriter, Marketing Executive, Financial Planner dan
Sales Executive. Pada umumnya para penjual tidak mendapatkan gaji, akan tetapi
mendapatkan komisi sejumlah persentase dari premi yang diperoleh. Sebagian
perusahaan asuransi jiwa memberikan bantuan transpor, sebagian lagi tidak memberikan
bantuan apapun kecuali hanya bantuan pendidikan. Para penjual tentunya mengharapkan
mendapat komisi yang sebesar‐besarnya. Pihak keempat adalah para pembeli atau calon
pembeli yang disebut prospek, pada umumnya menginginkan premi yang murah dengan
pelayanan yang prima. Layaklah kiranya harapan ini, karena setiap pembeli ingin
mendapatkan barang yang berkualitas, harga yang terjangkau dan pelayanan yang prima.
Untuk memenuhi harapan keempat pihak tersebut, maka perusahaan harus membuat
tarif premi sedemikian rupa, sehingga dapat memuaskan ke empat pihak tersebut. Bisa
jadi perusahaan mengharapkan keuntungan yang sebesar‐besarnya dengan cara
memberikan komisi yang serendah rendahnya. Masalahnya adalah apakah para penjual
bersedia menjual produk yang komisinya relatif kecil. Bisa saja perusahaan menciptakan
premi yang serendah mungkin untuk menarik banyak pembeli, akan tetapi bagaimana
130
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
biaya pegawai dan komisi serta peluang untuk meraih keuntungan. Semua harus
dipertimbangkan secara cermat dan seimbang.
D. Faktor‐Faktor yang Mempengaruhi Besaran Premi
Premi asuransi jiwa perorangan adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh
tertanggung atau pemegang polis, sebagai imbalan atas santunan yang akan diberikan
sesuai dengan ketentuan polis. Besarnya premi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
besarnya uang pertanggungan, umur, pekerjaan, kondisi fisik, berat badan, tinggi badan,
riwayat kesehatan, gaya hidup dan faktor‐faktor lainnya tergantung dari kebijakan
perusahaan.
1. Besarnya Uang Pertanggungan
Sejumlah nilai kontrak pada polis asuransi jiwa disebut Uang Pertanggungan,
semakin besar Uang Pertanggungan semakin besar pula premi yang harus dibayar
oleh pemegang polis.
2. Umur
Sejalan dengan tingkat risiko yang tercermin dalam tabel mortalita, semakin tua
umur tertanggung semakin besar tingkat premi yang harus dibayar oleh pemegang
polis atau tertanggung. Pada umumnya, pada asuransi jiwa perorangan, tertanggung
sekaligus adalah pemegang polis. Dalam asuransi keluarga biasanya yang menjadi
pemegang polis adalah kepala keluarga, sedangkan yang menjadi tertanggung adalah
dirinya sendiri dan para anggota keluarganya. Premi dihitung berdasarkan umur
masing‐masing tertanggung.
3. Jenis Kelamin
Sebagian perusahaan asuransi membedakan tingkat premi antara pria dan
wanita, akan tetapi di Indonesia pada umumnya tidak dibedakan tingkat premi antara
pria dan wanita. Beberapa negara melarang perusahaan asuransi untuk membedakan
tarif antara pria dan wanita, karena dianggap melakukan diskriminasi gender atau
jenis kelamin. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena pada umumnya wanita
mempunyai pengharapan hidup yang lebih panjang dari pria.
4. Lama Masa Asuransi
Tarif premi dapat berbeda untuk usia yang sama, karena semakin lama masa
asuransi atau masa pertanggungan, maka semakin besar pula premi yang harus
dibayar.
5. Persistensi
Tidak semua polis berakhir sesuai dengan kontraknya, kontrak polis bisa berhenti
ditengah jalan atau lapse. Jika banyak polis yang lapse maka yang tersisa adalah para
tertanggung yang mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi. Sedangkan
tertanggung yang merasa sehat dan akan panjang umur, merasa tidak perlu
melanjutkan polisnya. Perusahaan asuransi jiwa dalam melakukan perhitungan premi
dan perhitungan proyeksi telah memasukkan asumsi tingkat pembatalan atau lapse
131
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
ini. Tingkat pembatalan pada awal tahun relatif tinggi dan akan semakin menurun
sejalan dengan bertambahnya usia polis.
6. Hasil Underwriting
Besarnya premi yang harus dibayar oleh pemegang polis juga tergantung dari
hasil seleksi risiko yang dikenal dengan istilah underwriting. Keputusan yang diambil
oleh underwriter adalah menerima calon tertanggung menjadi tertanggung tanpa
tambahan premi, atau calon tertanggung diterima dengan syarat harus membayar
premi tambahan atau dan calon tertanggung ditolak karena data kesehatannya tidak
baik.
E. Prinsip‐Prinsip Penetapan Tarif Premi
Salah satu obyekivitas perusahaan asuransi jiwa adalah memperoleh keuntungan.
Agar perusahaan asuransi jiwa memperoleh keuntungan, maka dalam menetapkan tarif
premi harus memperhatikan prinsip kecukupan, kewajaran, keadilan dan persaingan.
1. Kecukupan
Premi‐premi yang akan diterima perusahaan harus cukup untuk membayar klaim
sesuai dengan ruang lingkup santunan.
2. Kewajaran dan keadilan
Setiap pemegang polis harus dikenakan tarif yang wajar dan adil, bagi yang
mempunyai risiko lebih tinggi dikenakan premi yang lebih tinggi pula begitu juga
sebaliknya. Jadi setiap pemegang polis akan dikenakan premi yang mencerminkan
tingkat risiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi dalam memberikan
pertanggungan.
3. Persaingan
Tarif yang ditawarkan ke masyarakat harus mampu bersaing dengan premi
perusahaan asuransi lain atau kompetitif. Premi yang murah akan laku namun
berdampak merugikan perusahaan, sebaliknya premi yang terlalu tinggi akan tidak
laku untuk dijual.
4. Strategi Perusahaan
Ada kemungkinan, perusahaan asuransi membuat tarif premi yang relatif murah
dalam rangka merebut ceruk pangsa pasar yang lebih besar. Perusahaan yang
menerapkan strategi demikian biasanya ditopang dengan modal yang cukup besar.
F. Elemen‐Elemen dalam Penentuan Tarif Pemi Asuransi Jiwa
Tarif premi asuransi jiwa dibangun atas tiga elemen utama yaitu tingkat mortalita,
tingkat bunga dan biaya, dengan menggunakan prinsip dasar hak sama dengan
kewajiban. Dalam menentukan premi suatu produk asuransi jiwa, digunakan kesamaan
nilai sekarang dari manfaat yang akan diterima pada masa yang akan datang sama dengan
nilai sekarang dari premi‐premi yang akan dibayar.
132
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
1. Tingkat Mortalita
Salah satu produk asuransi jiwa adalah menjanjikan manfaat berupa sejumlah
uang yang diberikan manakala Tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi.
Untuk bisa menentukan besarnya premi, maka perusahaan asuransi harus dapat
memperhitungkan berapa banyak tertanggung yang akan meninggal dalam satu
tahun. Untuk setiap 1000 tertanggung, berapa orang yang akan meninggal dalam
satu tahun. Jika bisa memprediksi angka kematian, maka bisa dihitung besarnya klaim
yang akan dibayar. Total klaim yang akan dibayar dibagi rata ke setiap tertanggung,
sehingga diperoleh premi netto. Misalya diketahui bahwa untuk setiap 1000 orang
tertanggung terdapat 3 (tiga) orang yang meninggal dunia, jika setiap tertanggung
yang meninggal dunia diberikan santunan sebesar Rp. 10.000.000, maka dana klaim
yang dibutuhkan adalah sebesar 3 (tiga) kali sepuluh juta yaitu sebesar Rp.
30.000.000. Dana tersebut dibebankan kepada 1000 tertanggung atau masing‐
masing besarnya Rp. 30.000. Angka Rp. 30.000 ini disebut sebagai premi netto dan 3
(tiga) permil disebut tingkat premi. Angka tersebut didapat dari hasil pengamatan
beberapa tahun dengan menggunakan data dari industri asuransi jiwa yang dikenal
dengan tabel mortalita yang berisikan tabel tingkat kematian untuk setiap umur. Pada
umumnya tingkat kematian pada satu kelompok manusia, tinggi pada awal kelahiran,
kemudian menurun sejalan dengan bertambahnya umur hingga umur antara 23 ‐ 27
tahun, kemudian naik terus sejalan dengan bertambahnya umur.
Sebelum terbentuknya Tabel Mortalita Indonesia I pada tahun 1993 dan Tabel
Mortalita Indonesia II tahun 1999, perusahaan asuransi jiwa di Indonesia pada
umumnya menggunakan Tabel Mortalita CSO (Commisioner Standard Ordinary)
tahun 80. Sebelumnya menggunakan CSO 58 dan CSO 41 yaitu tabel mortalita yang
disusun oleh para aktuaris Amerika.
Dalam tabel mortalita terdapat simbol‐simbol yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
x menyatakan umur.
lx sebagai simbol jumlah orang yang berusia x tahun. Sedangkan kumpulan
bayi yang baru lahir disebut radix yang dilambangkan dengan lo.
lx+1 adalah banyaknya orang yang hidup pada usia x+1 tahun, lx+t adalah
banyaknya orang yang hidup pada usia x+t.
dx sebagai simbol jumlah orang yang meninggal antara usia x dan (x+1)
tahun
qx sebagai simbol probabilitas seseorang yang berumur x tahun meninggal
antara umur x dan (x+1) tahun.
nqx menyatakan probabilitas seseorang berumur x tahun meninggal antara
umur x dan x+n tahun.
px sebagai simbol probabilitas seseorang yang berumur x tahun akan hidup
sampai usia x+1 tahun.
npx sebagai simbol probabilitas seseorang yang berumur x tahun akan hidup
sampai usia x+n tahun.
ex menyatakan pengharapan hidup seseorang yang berumur x tahun.
133
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Persamaan‐Persamaan
px = lx+1/ lx
npx = lx+n / lx
qx =dx/lx =( lx – lx +1)/lx
nqx = ndx/ lx
dx = lx ‐ lx +1
px + qx =1
e x = p x + 2 p x + 3 p x + ..........w‐1 p x
Pada mulanya dari hasil penelitian diperoleh data yang tidak teratur, kemudian
dilakukan teknik graduasi yaitu suatu proses untuk mendapatkan variabel yang halus,
reguler dan kontinyu serta tetap konsisten pada hasil observasi. Secara lengkapnya
definisi teknik graduasi adalah suatu proses penghalusan dari sekelompok angka‐
angka pengamatan yang tidak beraturan menjadi serangkaian angka‐angka yang
halus, yang teratur dan kontinyu, yang bersesuaian dalam cara yang umum dengan
serangkaian angka‐angka hasil pengamatan. Tabel‐tabel mortalita yang telah
dipublikasikan adalah tabel mortalita yang telah mengalami teknik graduasi.
Tabel penduduk merupakan hasil yang diperoleh dari observasi mengenai mati atau
hidup seluruh penduduk dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan tabel pengalaman
diperoleh dari data Pemegang Polis seluruh atau sebagian besar perusahaan asuransi
jiwa dalam jangka waktu tertentu. Biasanya tabel dibedakan menurut jenis kelamin.
Karena pada tabel penduduk tidak menggambarkan lebih jelas tentang keadaan
Pemegang Polis, maka dibuatlah tabel pengalaman dari asuransi, dimana yang
menjadi obyek penelitian hanya para pemegang polis asuransi jiwa.
Berikut sebagian Tabel Mortalita Indonesia II Pria tahun 1999:
TABEL MORTALITA INDONESIA II (TMII‐II) PRIA TAHUN 1999
x lx dx qx px ex
134
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
Pada Tabel Mortalita Indonesia II dapat dijelaskan bahwa sejumlah orang yang
berumur nol tahun berjumlah 1.000.000 orang setelah diamati dalam satu tahun
terdapat 3.210 anak yang meninggal dunia sehingga q0 = 3.210/1.000.000 = 0,003210
yang menyatakan probabilitas meninggalnya seseorang yang berumur 0 tahun dalam
kurun waktu satu tahun. Sedangkan p0 = 1‐ q0 = 1‐ 0,003210 = 0,99679. Jumlah orang
yang hidup berumur 1 tahun menjadi 1.000.000 ‐ 3.210 = 996.790 . Setelah diamati
dalam satu tahun terdapat 817 orang yang meninggal dunia sehingga q1 = 817/996.790
= 0,00082. Proses selanjutnya dilakukan hal yang sama dan akhirnya pada kelompok
usia 101 tinggal 490 dan dalam satu tahun semuanya meninggal dunia.
Berikut adalah bagian dari tabel mortalita yang disusun berdasarkan data dari
seluruh perusahaan asuransi jiwa di Jepang pada tahun 1984 – 1985 untuk jenis
kelamin pria.
X lx dx qx px ex
135
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Salah satu penggunaan tabel mortalita adalah untuk menghitung pengharapan
klaim. Misalkan seorang tertanggung yang berumur 35 tahun, jika meninggal dunia
dalam kurun waktu satu tahun diberikan santunan atau manfaat asuransi sebesar Rp.
10.000.000,‐ maka pengharapan klaimnya adalah probabilitas meninggalnya
seseorang berumur 35 dikalikan besarnya manfaat asuransi. Dengan menggunakan
tabel mortalita Indonesia II maka pengharapan klaim adalah sebesar 0,00169 x Rp.
10.000.000,‐ = Rp.16.900,‐, atau angka tersebut juga merupakan premi neto bagi
seseorang berusia 35 tahun untuk masa asuransi 1 tahun dengan Uang
Pertanggungan sebesar Rp. 10.000.000,‐. Premi yang harus dibayar oleh tertanggung
tersebut adalah sejumlah premi neto ditambah beban (biaya).
2. Tingkat bunga
Jika kita menabung pada suatu bank maka kita akan mendapatkan bunga.
Besarnya bunga atau hasil investasi tergantung besarnya modal yang di tabung,
lamanya menabung dan tingkat bunga.
Besarnya pembayaran yang dilakukan oleh pengguna modal kepada pemilik
modal biasanya sudah diberikan jaminan atas besarnya bunga yang akan
ditambahkan.
Besarnya pendapatan bunga tergantung besarnya Pokok, jangka waktu investasi
dan tingkat bunga.
Sebagai contoh besar pokok Rp.1.000.000,‐ bunga tabungan 10% dalam jangka
waktu satu tahun, maka besar dana pada akhir tahun menjadi Rp. 1.100.000, yang
terdiri dari modal atau pokok Rp. 1.000.000,‐ ditambah bunga Rp. 100.000,‐.
136
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
Cara perhitungan bunga yang hanya berdasarkan pada perbandingan Pokok dan
jangka waktu investasinya dinamakan bunga sederhana atau bunga tunggal. Misal
besar pokok P, tingkat bunga i, jangka waktu investasi n tahun, maka besarnya bunga
adalah I = P n i
Setelah beberapa waktu kemudian total pokok berikut bunganya adalah sebesar
S = P + I = P (1 + n i)
Contoh
Pokok sebesar I = Rp. 1.000.000,‐
Tingkat bunga i = 5 %
Jangka waktu n = 5 tahun
Setelah 5 tahun jumlah pokok berikut bunga adalah Rp. 1.250.000,‐
Di dalam asuransi jiwa, hasil pemupukan dana segera dibungakan lagi sehingga
bunga yang diperoleh pada akhir tahun pertama itu digabungkan dengan pokoknya,
menjadi pokok baru, untuk kemudian dibungakan kembali dan seterusnya. Cara
pembungaan semacam ini disebut bunga majemuk.
Misalkan pokok sebesar P dibungakan setahun sebesar i, setelah satu tahun
uangnya menjadi P + Pi, dana ini menjadi pokok baru pada awal tahun ke dua,
sehingga pada akhir tahun kedua dananya menjadi P(1+ i) + P(1 + i)i atau menjadi
P(1+i)2 dan seterusnya sehingga apabila uang pokok P ditabung dengan bunga i
pertahun, maka setelah n tahun dananya menjadi P (1+ i)n.
Sering timbul pertanyaan, jika kita menginginkan dana pada akhir n tahun
sebesar A rupiah berapakah uang yang harus saya tabung sekarang. Misalkan uang
pokok kita adalah sebesar P maka pada akhir tahun ke n adalah P (1 + i)n = A atau P =
A/(1 + i)n atau P = A (1 + i)–n
Jika v = 1/(1+i ) maka P = Av n
Dapat dikatakan bahwa nilai sekarang dari uang 1 yang akan terjadi n tahun
kemudian adalah vn
Semakin besar tingkat bunga atau hasil investasi perusahaan asuransi semakin
murah pula premi yang harus dibayar oleh tertanggung atau pemegang polis.
Pada plan asuransi dwiguna dengan masa asuransi 10 tahun dan uang
pertanggungan Rp. 10.000.000,‐ menjanjikan manfaat jika terjadi risiko kepada ahli
warisnya dibayarkan sebesar Rp.10.000.000 dan jika hidup sampai akhir tahun ke
sepuluh dibayar sebesar Rp. 10.000.000,‐ Premi dibayar secara tahunan selama 10
tahun. Seandainya tidak memasukkan unsur bunga, maka besarnya premi lebih besar
dari Rp.1.000.000,‐ dengan adanya unsur bunga, maka besarnya premi tahunan
selama 10 tahun kurang dari Rp.1.000.000,‐.
137
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
3. Biaya
Premi neto adalah jumlah premi yang cukup untuk membayar manfaat‐manfaat
asuransi apabila:
a. bunga yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dalam mengivestasikan dana‐
dananya berdasar pada tingkat bunga yang diasumsikan dalam perhitungan
premi neto.
b. angka kematian yang terjadi dalam perusahaan asuransi jiwa sama dengan angka
kematian dalam tabel mortalita yang dipergunakan untuk menghitung premi
neto.
c. Manfaat kematian dibayarkan pada akhir tahun polis dimana kematian itu terjadi.
d. Tidak ada biaya‐biaya apapun.
Guna menjalankan operasional perusahaan perlu adanya biaya, seperti biaya
komisi, biaya seleksi, biaya cetak polis, biaya penagihan dan biaya administrasi
pemeliharaan polis. Jelaslah bahwa hanya dengan premi neto perusahaan asuransi
tidak bisa beroperasi, oleh karenanya premi yang dibebankan kepada pemegang polis
adalah premi bruto dimana didalamnya mengandung unsur biaya.
Premi Bruto = Premi Neto + Biaya
Persamaan pokok dalam perhitungan premi bruto adalah :
Nilai sekarang dari premi bruto harus sama dengan nilai sekarang dari manfaat
dan biaya
Biaya secara keseluruhan dapat digolongkan menjadi dua yaitu biaya investasi
dan biaya operasional asuransi. Biaya investasi antara lain perencanaan, pelaksanaan
dan pemilihan instrumen investasi serta biaya‐biaya penempatan investasi yang dapat
dikurangkan dari hasil investasi.
Biaya keseluruhan operasional perusahaan asuransi jiwa dapat dikelompokan
dalam 3 kategori biaya yaitu, biaya awal atau biaya tahun pertama, biaya inkaso dan
biaya administrasi. Pada prinsipnya seluruh biaya operasional dibebankan kepada
para pemegang polis. Premi yang dibayar oleh tertanggung atau pemegang polis
didalamnya termasuk komponen biaya operasional. Biaya‐biaya yang dibebankan
kepada para pemegang polis lebih tepat menggunakan biaya‐biaya yang riil
berdasarkan pengalaman dan kebijakan serta strategi perusahaan yang ditempuh.
Yang dimaksud biaya awal adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama
penerbitan polis misalnya biaya komisi penutupan polis, biaya underwriting, biaya
iklan dan biaya penerbitan polis.
Biaya inkaso atau biaya administrasi penagihan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk mengumpulkan premi, sedangkan biaya administrasi atau biaya pemeliharaan
polis adalah biaya yang dikeluarkan secara rutin selama masa asuransi.
138
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
G. Sistem Tarif Premi Tetap
Jika seorang pemegang polis membeli polis secara tahunan maka premi akan berubah
setiap tahun, besarnya premi bertambah sejalan dengan bertambahnya umur
tertanggung. Banyak orang yang tidak mampu membayar premi asuransi ketika
seseorang mencapai usia tua karena preminya sangat tinggi. Guna menyediakan
perlindungan asuransi jiwa untuk masa asuransi yang lebih dari satu tahun dengan tarif
premi yang tidak bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya usia tertanggung,
maka industri asuransi jiwa mengembangkan sistem penetapan premi tetap. Pada awal‐
awal pertanggungan premi yang dibayar oleh tertanggung lebih besar dari tarif premi
yang diperlukan, kelebihan premi tersebut digunakan untuk menutup pada periode
terjadinya kekurangan premi.
Produk konvensional asuransi jiwa dapat digolongkan dalam 4 produk yaitu asuransi
jiwa berjangka, asuransi seumur hidup, asuransi dwiguna dan asuransi anuitas (pensiun).
Masa pembayaran premi asuransi bisa sekaligus atau selama n tahun. Lama pembayaran
premi tidak harus sama dengan lama masa pertanggungan atau masa asuransi.
H. Polis Dengan Hak Pembagian Laba (Dividen)
Pada umumnya perusahaan yang berbadan hukum usaha bersama selalu menjual
polis asuransi dengan hak pembagian laba yang berarti bahwa jika perusahaan
mendapatkan laba maka pemegang polis berhak mendapatkan sebagian keuntungan,
polis tersebut dikenal sebagai Participating policy atau par policy. Sedangkan perusahaan
yang berbadan hukum perseroan terbatas pada umumnya menjual polis nonparticipating
policy atau dikenal sebagai non‐par policy adalah polis yang tidak memberikan hak kepada
pemegang polis untuk ikut menikmati surplus perusahaan asuransi. Dalam perkembangan
lebih lanjut perusahaan asuransi yang berbadan hukum perseroan terbatas juga menjual
polis participating policy. Pada umumnya asumsi‐asumsi yang digunakan pada perhitungan
polis dengan hak pembagian laba relatif agak tinggi bila dibandingkan dengan polis yang
tidak memberi hak pembagian laba. Laba diperoleh dari tiga sumber yaitu mortalita, hasil
investasi dan efisiensi biaya. Perusahaan asuransi harus memastikan bahwa dana yang
terkumpul cukup untuk membayar klaim‐klaim yang akan timbul, untuk itu pemilihan
tabel mortalita, asumsi tingkat bunga dan biaya harus dibuat secara hati‐hati. Jika
perusahaan asuransi mampu melakukan seleksi sehingga tingkat kematian bisa lebih kecil
dari yang diasumsikan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dari mortalita.
Sumber keuntungan yang dominan bagi polis yang berunsurkan tabungan adalah selisih
antara tingkat bunga riil hasil investasi dengan tingkat bunga yang digunakan dalam
perhitungan premi.
I. Cadangan Asuransi Jiwa
Setelah perusahaan asuransi jiwa menerima pembayaran premi, maka secara
otomatis perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar klaim yang akan timbul
dikemudian hari. Sumber dana untuk membayar klaim adalah akumulasi premi yang
dibukukan sebagai cadangan atau kewajiban masa depan. Istilah cadangan dalam
perusahaan asuransi jiwa sangat penting namun sering disalahartikan. Pada neraca selain
perusahaan asuransi jiwa juga terdapat cadangan, namun mempunyai arti yang
139
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
berlawanan dengan cadangan pada perusahaan asuransi jiwa. Secara umum pengertian
cadangan adalah dana yang tersedia untuk keperluan lain‐lain, sedangkan cadangan pada
neraca perusahaan asuransi jiwa berarti dana minimal yang harus disediakan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban‐kewajiban di masa yang akan datang antara lain untuk
membayar klaim kematian, pembayaran nilai tunai dan klaim habis kontrak sesuai dengan
besar jaminan yang tertera pada kontrak asuransi atau polis. Perusahaan asuransi jiwa
harus memiliki kekayaan yang melebihi kewajibannya, sehingga perusahaan mempunyai
dana untuk membayar klaim‐klaim yang jatuh tempo. Perhitungan cadangan diatur oleh
pemerintah misalnya penggunaan tingkat bunga dalam menghitung cadangan setinggi‐
tingginya 9%, begitu juga metode perhitungan aktuarianya. Perusahaan asuransi juga
diwajibkan menempatkan dananya sebesar 5% dari cadangan pada deposito atas nama
pemerintah. Guna menjamin keamanan kekayaan perusahaan asuransi yang menyangga
cadangan, maka penempatan dana investasi diatur oleh pemerintah dengan batasan‐
batasan yang diperkenankan pada instrumen investasi.
Untuk suatu polis, cadangan diakumulasikan dari tahun ke tahun sehingga pada akhir
tahun polis dwiguna misalnya, besarnya cadangannya sama dengan nilai kontrak pada
akhir tahun polis. Selisih antara jumlah uang pertanggungan pada suatu titik tertentu
dikurangi besarnya cadangan disebut jumlah risiko neto (Net amount at risk). Pada awal
masa asuransi jumlah risiko neto tinggi dan terus berkurang sejalan dengan
bertambahnya cadangan untuk plan asuransi yang dibayar tahunan. Untuk polis asuransi
dwiguna yang dibayar sekaligus maka jumlah risiko neto relatif sangat kecil . Bila terjadi
klaim maka dana cadangan dipergunakan untuk membayar klaim sedangkan jumlah risiko
neto merupakan risiko perusahaan. Untuk polis asuransi dwiguna pada akhir tahun polis
jumlah risiko sama dengan nol sedangkan besarnya cadangan sama dengan nilai kontrak.
1000
800
600
400
200
0 30 40 50 60 70 80 90 100
140
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
Ketika nilai akhir kontrak diserahkan kepada pemegang polis, maka besarnya cadangan
sama dengan nol sehingga selesailah transaksi asuransi untuk polis tersebut .
Tehnik menghitung cadangan bisa digunakan restrospektip dan prospektip. Pada
perhitungan cadangan secara restrospektip dapat dijelaskan sebagai berikut : jumlah
cadangan akhir tahun pertama adalah jumlah premi dibungakan dalam setahun kemudian
dikurangi dengan jumlah klaim. Cadangan premi akhir tahun pertama untuk setiap polis
adalah jumlah cadangan premi dibagi dengan jumlah tertanggung yang masih hidup pada
awal tahun berikutnya. Jumlah cadangan akhir tahun kedua adalah jumlah dana pada awal
tahun yaitu premi tahun tersebut ditambah cadangan pada awal tahun dibungakan dalam
satu tahun kemudian dikurangi klaim tahun kedua tersebut. Cadangan premi pada akhir
tahun untuk setiap polis adalah jumlah cadangan premi dibagi dengan jumlah
tertanggung yang masih hidup pada awal tahun berikutnya, demikian dan seterusnya.
Pada perhitungan cadangan dengan cara prospektip adalah melihat keadaan‐keadaan
yang akan datang. Setelah pertanggungan asuransi berjalan, maka nilai pada suatu saat
dari premi‐premi yang akan datang menjadi berkurang bila dibandingkan dengan nilai
pada saat yang sama untuk manfaat yang akan datang. Sehingga perusahaan asuransi
harus mempunyai dana untuk menutup kekurangan ini, dana tersebut adalah cadangan
premi yang nilainya sama dengan nilai sekarang dari manfaat yang akan datang dikurangi
dengan nilai sekarang dari premi yang akan dibayarkan. Besarnya cadangan retrospektip
sama dengan besarnya cadangan prospektip. Cadangan premi pada akhir tahun
didefinisikan sebagai cadangan premi pada akhir tahun itu sesaat sebelum premi untuk
tahun berikutnya dibayar. Cadangan premi awal tahun didefinisikan sebagai cadangan
premi pada permulaan tahun itu sesaat setelah premi tahun tersebut diterima, besarnya
cadangan awal tahun sama dengan cadangan premi akhir tahun ditambah premi neto.
Perusahaan asuransi harus membuat laporan ke Biro Asuransi setiap tiga bulan sekali dan
setiap tahun sekali harus membuat laporan keuangan termasuk didalamnya adanya
perhitungan besarnya kewajiban serta perhitungan Risk Based Capital (RBC).
J. Cadangan Tak Terduga ( contingency reserves )
Angka kematian yang digunakan dalam perhitungan premi adalah data yang
dikumpulkan dalam keadaan situasi normal. Kejadian tsunami pada tanggal 26 Desember
2004 di Aceh telah meluluhlantakkan semua benda yang ada dan menelan korban ratusan
ribu jiwa. Jika hal demikian terjadi dan menimpa perusahaan asuransi, maka perusahaan
asuransi pasti tidak mampu membayar klaim. Sebagai jalan keluar untuk menanggulangi
kejadian diluar dugaan, maka perusahaan perlu membangun cadangan tak terduga
sebagai katup pengaman. Sebuah perusahaan asuransi harus dapat membayar klaim
kematian walaupun seandainya situasi tidak sebaik yang diharapkan ketika tarif premi
diperhitungkan.
K. Pembayaran Premi Berhenti dalam Masa Kontrak
Plan asuransi konvensional kelompok seumur hidup, dwiguna dan asuransi pensiun
pada umumnya mempunyai kontrak dengan jangka waktu yang panjang misalnya 5 tahun,
10 tahun atau 20 tahun bahkan seumur hidup. Dalam perjalanannya tidak semua polis
asuransi jiwa berakhir sampai batas waktu kontrak, tetapi bisa saja. berhenti sebelum
141
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
jangka waktu kontrak berakhir dan pemegang polis menyerahkan kembali polisnya
kepada perusahaan asuransi. Atas premi yang telah dibayar pemegang polis meminta
haknya ketika polis diserahkan, hal ini dikenal dengan istilah nilai tebus atau nilai tunai.
Dalam menentukan nilai polis tersebut perlu diperhatikan beberapa faktor dari dampak
atas berhentinya sekelompok pemegang polis yaitu :
a. Mortalita
Para tertanggung yang menyerahkan polisnya dapat diduga mempunyai tingkat
mortalita yang relatip rendah. Bila banyak terjadi penyerahan polis, maka akan
mempengaruhi tingkat mortalita yang masih ada pada perusahaan, dimana para
tertanggung yang masih hidup mempunyai tingkat mortalita yang relatip lebih tinggi.
Hal ini akan merugikan perusahaan asuransi jiwa.
b. Tingkat Bunga
Perusahaan mengharapkan adanya sumber keuntungan dari selisih antara tingkat
bunga aktuarial dan tingkat bunga hasil investasi riil atas dana cadangan yang
dipupuk dari akumulasi premi masa lalu maupun yang akan datang. Dengan adanya
penyerahan polis, maka perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan hasil keuntungan dari investasi. Hal tersebut akan merugikan
perusahaan.
c. Biaya
Pada umumnya pada awal penutupan polis perusahaan mengeluarkan biaya
ekstra, dengan harapan dapat ditutupi dari pembayaran premi selanjutnya. Jika polis
diserahkan sebelum habis kontrak, maka perusahaan kehilangan kesempatan untuk
menutupi biaya‐biaya yang telah dikeluarkan. dengan demikian akan merugikan
perusahaan. Apabila premi‐premi dibayar sampai habis kontrak, tentulah biaya ekstra
itu sepenuhnya akan kembali.
Guna menutupi kerugian yang diakibatkan oleh berhentinya polis ditengah jalan
yaitu sebelum habis kontrak maka perhitungan besarnya nilai penyerahan harus
memperhitungan ketiga faktor tersebut. Besar nilai tunai lebih kecil dari nilai
cadangan.
Dalam hal penyerahan polis, terdapat tiga pilihan bagi pemegang polis yaitu :
i. Pemegang polis dapat menerima sejumlah uang tunai yang disebut nilai tunai.
ii. Pemegang polis tidak menerima uang tunai melainkan mendapatkan
perlindungan asuransi dengan program yang sama sampai habis kontrak dengan
uang pertanggungan yang lebih kecil, sebab pemegang polis tidak membayar
premi lanjutan. Hal semacam ini disebut asuransi bebas premi (Reduced Paid Up
Insurance).
iii. Pemegang polis tidak menerima uang tunai akan tetapi masih mendapat
perlindungan asuransi dengan plan asuransi jiwa berjangka serta uang
pertanggungan tetap tetapi tidak ada lagi pembayaran premi. Jangka waktu
asuransinya dapat kurang dari sisa jangka waktu asuransi yang diperjanjikan,
dapat pula sama dan bila sama masih mungkin ada sejumlah uang yang akan
142
ASPEK TEKNIS ASURANSI JIWA
diberikan bila tertanggung tidak meninggal dalam jangka waktu asuransinya. Hal
semacam ini disebut perluasan dengan asuransi berjangka (Extended Term
Insurance).
L. Penutup
Aspek Teknis dalam Asuransi Jiwa mencakup beberapa komponen seperti Metoda
Pendanaan Asuransi Jiwa, Penetapan Premi dan Sistem Pencadangan, Pada umumnya
perusahaan asuransi jiwa didirikan bertujuan untuk mencari keuntungan. Sumber‐sumber
keuntungan lain bagi perusahaan asuransi adalah sebagai berikut. Pertama adalah
sumber keuntungan dari hasil investasi, dimana dana yang terkumpul harus
diinvestasikan, sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal. Kedua, sumber
keuntungan dari faktor mortalita, yaitu jika dalam tiap seribu tertanggung diasumsikan
yang meninggal dalam satu tahun sebanyak 3 (tiga) orang, tetapi apabila kenyataannya
yang meninggal hanya 2 (dua) orang, maka perusahaan asuransi mendapatkan
keuntungan dari selisih asumsi mortalita tersebut. Ketiga, sumber keuntungan dari unsur
biaya yaitu alokasi biaya dibandingkan dengan realisasi. Jika realisasi biaya administrasinya
lebih kecil dari alokasi biaya dalam perhitungan premi, maka perusahaan akan
memperoleh keuntungan,
Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan tarif premi
dalam asuransi jiwa, gross premi selain harus mempertimbangkan kepentingan para
pihak dalam Perusahaan Asuransi juga harus memperhatikan klaim, cadangan, biaya,
margin dan faktor‐faktor seperti Uang Pertanggungan, umur, jenis kelamin, lamanya
asuransi. Menetapkan prinsip‐prinsip penetapan tarif premi, perusahaan asuransi harus
menyeimbangkan faktor‐faktor tersebut untuk mengembangkan tarif premi yang tidak
hanya fair dan wajar bagi pihak tertanggung, tetapi juga dapat bersaing di pasar dan
cukup memberikan kesempatan bagi perusahan untuk mendapatkan keuntungan yang
layak.
143
ASURANSI JIWA BERJANGKA
BAB VI
ASURANSI JIWA BERJANGKA
IHTISAR BAB TUJUAN
Karakteristik Asuransi Jiwa Berjangka Setelah mempelajari bab atau bagian ini
Klasifikasi Asuransi Jiwa Berjangka diharapkan dapat:
¾ Asuransi Jiwa Berjangka Tetap
¾ Asuransi Jiwa Berjangka Menurun o Menjelaskan karakteristik asuransi
¾ Asuransi Jiwa Hipotik jiwa berjangka;
¾ Asuransi Jiwa Kredit
¾ Asuransi Jiwa Penghasilan Keluarga o Menyebutkan jenis‐jenis asuransi jiwa
(Family Income Coverage) berjangka;
¾ Asuransi Jiwa Berjangka Meningkat
Fitur‐Fitur Asuransi Jiwa Berjangka o Membedakan antara asuransi jiwa
¾ Renewable Term Life Insurance berjangka yang dapat diperpanjang
¾ Convertible Term Life Insurance dengan asuransi jiwa berjangka yang
Kebutuhan Masyarakat Akan Asuransi dapat dikonversi;
Jiwa
o Menjelaskan kebutuhan individu atau
bisnis atas proteksi asuransi jiwa
berjangka
Produk asuransi jiwa dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu asuransi jiwa
berjangka, cash value insurance, dan asuransi dwiguna. Dalam bab ini, kita akan membahas
tentang asuransi jiwa berjangka.
A. Karakteristik Asuransi Jiwa Berjangka
Asuransi jiwa berjangka mengandung unsur (1) asuransi jiwa dan (2) berjangka. Dalam
hal ini, berjangka berarti “periode waktu tertentu”, misalnya 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun,
atau sampai dengan usia 70 tahun. Dengan demikian, asuransi jiwa berjangka adalah
produk asuransi jiwa yang akan memberikan santunan kematian apabila tertanggung
meninggal dunia dalam periode waktu yang dijanjikan dan polis masih dalam status aktif.
Jika tertanggung masih hidup pada akhir periode waktu yang diperjanjikan, maka polis
menjadi gugur dan perusahaan tidak membayarkan manfaat atau santunan.
Pemegang Polis dapat memperpanjang polis asuransi jiwa berjangka yang dimilikinya
pada setiap tanggal ulang tahun polis sesuai dengan ketentuan polis. Biasanya tanggal
efektif polis dan tanggal ekspirasi polis dicantumkan dalam Polis (face page).
Asuransi jiwa dapat dijual sebagai asuransi tunggal (stand alone) atau asuransi yang
dikaitkan dengan investasi (unit link) atau sebagai asuransi tumpangan (rider) pada
produk asuransi jiwa lain seperti asuransi jiwa seumur hidup atau asuransi jiwa dwiguna.
145
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
B. Klasifikasi Asuransi Jiwa Berjangka
Asuransi Jiwa Berjangka adalah produk asuransi jiwa yang memberikan perlindungan
maksimum dibandingkan dengan premi yang harus dibayar. Ini berarti tingkat premi
(premium rate) produk ini biasanya rendah (atau murah) dibandingkan produk asuransi
jiwa lain.
Asuransi jiwa berjangka dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu : asuransi jiwa
berjangka tetap (level term life insurance), asuransi jiwa berjangka menurun (decreasing
term life insurance) dan asuransi jiwa berjangka meningkat (increasing term life insurance).
1. Asuransi Jiwa Berjangka Tetap
Besarnya uang pertanggungan pada asuransi jiwa berjangka tetap selalu sama
sepanjang masa asuransi yang diperjanjikan. Sehingga kapanpun tertanggung
meninggal dunia selama masa asuransi, maka penanggung akan memberikan
santunan kematian yang besarnya sama dengan uang pertanggungan. Contoh: Ny.
Shanti membeli produk asuransi jiwa berjangka tetap dengan masa asuransi selama 5
(lima) tahun dengan uang pertanggungan sebesar Rp. 100.000.000. Dalam periode
waktu 5 tahun tersebut, kapanpun Ny. Shanti meninggal dunia, apabila klaim telah
disetujui untuk dibayar, maka pihak yang ditunjuk akan menerima santunan kematian
sebesar Rp. 100.000.000.
Pada umumnya premi dibayar secara tahunan. Besar premi tahunan yang
dibayarkan adalah tetap selama masa asuransi. Bila Ny. Shanti membayar Premi
Pertama sebesar Rp. 200.000 per tahun, maka untuk tahun ke 2 (dua) sampai dengan
tahun ke 5 (lima), premi lanjutan yang harus dibayar juga berjumlah sama, yakni Rp.
200.000 per tahun. Jumlah premi lanjutan yang harus dibayar tidak meningkat,
meskipun usia Ny. Shanti bertambah selama masa asuransi.
Asuransi jiwa berjangka tetap biasa dibeli oleh nasabah untuk memperbesar
jumlah santunan kematian dengan biaya yang relatif murah, dan memenuhi
kebutuhan tunggal seperti biaya penguburan.
2. Asuransi Jiwa Berjangka Menurun
Uang pertanggungan asuransi jiwa berjangka menurun akan berkurang sesuai
dengan berlalunya masa asuransi. Jumlah uang pertanggungan yang terbesar adalah
pada saat awal masa asuransi dan mencapai nilai nol pada saat akhir masa asuransi.
Contoh, Ny. Gina membeli produk asuransi jiwa berjangka menurun dengan masa
asuransi 10 tahun dan uang pertanggungan sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah). Kita asumsikan penurunan nilai uang pertanggungan adalah proporsional,
artinya uang pertanggungan akan berkurang Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
per tahun. Apabila Ny. Gina meninggal dunia pada tahun ke 8, maka santunan
kematian yang akan dibayarkan berjumlah Rp. 150.000.000 yang berasal dari Rp.
500.000.000 dikurangi dengan Rp. 50.000.000 x 7 = Rp. 350.000.000.
146
ASURANSI JIWA BERJANGKA
Asuransi jiwa berjangka menurun biasa dibeli oleh nasabah sebagai proteksi atas
sebuah pinjaman (misalnya kredit pemilikan rumah). Biasanya premi yang dibayarkan
berupa Premi Tunggal.
Asuransi jiwa berjangka menurun dijual dalam 3 bentuk yaitu asuransi jiwa
hipotik, asuransi jiwa kredit, dan asuransi penghasilan keluarga, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut.
3. Asuransi Jiwa Hipotik
Asuransi Jiwa Hipotik dirancang khusus untuk memberikan perlindungan bagi
nasabah yang mengambil hipotik (kredit pemilikan rumah). Jika Anda membeli rumah
secara kredit, maka pokok utang yang harus dibayarkan akan semakin mengecil dari
waktu ke waktu. Cicilan bulanan terdiri dari dua komponen yakni cicilan pokok utang
dan cicilan bunga atas pokok utang yang masih tersisa. Di awal masa kredit, cicilan
bulanan didominasi oleh cicilan bunga utang. Dengan berlalunya waktu, cicilan
bulanan akan didominasi oleh cicilan pokok utang, sedangkan cicilan bunga utang
akan semakin mengecil (Periksa tabel dan grafik). Pokok utang akan semakin
mengecil seiring dengan berlalunya waktu. Ini berarti bahwa besar uang
pertanggungan yang dibutuhkan apabila tertanggung meninggal dunia akan semakin
mengecil sesuai dengan jumlah pokok utang yang semakin menurun.
Di luar negeri, jika tertanggung meninggal dunia, maka penanggung akan
membayar santunan kematian kepada ahli waris tertanggung sebagai pihak yang
ditunjuk dalam polis. Setelah itu, diharapkan agar ahli waris tersebut menggunakan
santunan kematian yang diterima untuk membayar pokok utang yang masih tersisa,
sehingga rumah yang dihipotik dapat dilunasi. Dengan skema ini, sebenarnya ahli
waris bebas menentukan penggunaan santunan kematian tersebut, ia bisa
menggunakannya untuk melunasi pokok utang atau menggunakannya untuk
keperluan lain namun tetap membayar cicilan rumah seperti yang telah diperjanjikan.
Praktek yang umum terjadi di Indonesia adalah nasabah menerima kredit
pemilikan rumah dari bank. Nasabah juga membeli asuransi jiwa berjangka menurun
dengan uang pertanggungan yang besarnya sama dengan jumlah kredit pemilikan
rumah. Pemegang polisnya adalah bank, Tertanggung adalah nasabah (debitur), dan
pihak yang ditunjuk adalah bank. Jika tertanggung meninggal dunia, penanggung
akan membayar santunan kematian kepada bank selaku pihak yang ditunjuk. Dalam
hal ini, rumah yang dibeli secara kredit menjadi lunas karena pokok utang telah
dibayar dengan santunan kematian. Dengan demikian keluarga tertanggung dapat
tetap tinggal di rumah tanpa khawatir disita oleh bank.
4. Asuransi Jiwa Kredit
Asuransi jiwa kredit mirip dengan asuransi jiwa hipotik, bedanya adalah pada
asuransi jiwa kredit, pemberi pinjaman selalu merupakan pihak yang ditunjuk. Bila
Tertanggung meninggal dunia, maka santunan kematian harus diserahkan kepada
pemberi pinjaman untuk pelunasan pokok utang yang masih tersisa.
147
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
148
ASURANSI JIWA BERJANGKA
dibayar adalah Rp. 5.750.000 per tahun selama tiga tahun berikutnya. Untuk
selanjutnya, polis dapat diperpanjang sampai usia Ponijan mencapai 65 tahun.
2. Asuransi Jiwa Berjangka yang dapat dikonversi (Convertible term life
insurance)
Convertible Term Life Insurance memiliki ketentuan conversion privilege
(ketentuan khusus konversi) yang membolehkan pemegang polis mengkonversi polis
asuransi jiwa berjangka miliknya menjadi polis dengan fitur tabungan tanpa harus
menunjukkan bukti‐bukti bahwa tertanggung masih layak untuk dipertanggungkan.
Dalam hal ini, betapapun buruk kondisi kesehatan tertanggung, penanggung tetap
dapat melakukan konversi tersebut. Premi yang dibebankan akan bertambah tetapi
tidak dimaksudkan untuk mencerminkan kondisi kesehatan tertanggung atau risiko
mortalita tertanggung, namun semata‐mata karena usia tertanggung bertambah,
untuk itu tingkat premi yang dibebankan juga harus bertambah.
Proses antiseleksi juga dapat terjadi, sehingga premi yang dibebankan pastilah
lebih tinggi dibandingkan dengan premi dari polis‐polis yang tidak memiliki ketentuan
konversi ini.
Batasan‐batasan dalam melakukan konversi juga ditetapkan, misalnya polis tidak
dapat dikonversi apabila tertanggung telah mencapai usia tertentu, misalnya 65
tahun, atau polis telah aktif selama jangka waktu tertentu. Polis asuransi jiwa
berjangka 10 tahun hanya dapat dikonversi pada kurun waktu 7 ‐ 8 tahun pertama.
Uang pertanggunganpun dapat dibatasi, misalnya bila dikonversi dalam 5 tahun
pertama, maka uang pertanggungan polis baru bisa sama dengan polis awal. Bila
dikonversi dalam 5 tahun ke dua, maka uang pertanggungan polis baru dibatasi
maksimum 75 % dari uang pertanggungan polis awal, begitu seterusnya.
Premi baru hasil konversi pasti lebih tinggi dibandingkan dengan polis awal
karena polis baru memiliki nilai tunai. Ini berarti premi polis baru memiliki dua unsur
yakni unsur proteksi dan unsur pembentukan tabungan (nilai tunai). Polis awal hanya
memiliki satu unsur yakni proteksi, tanpa mengandung unsur tabungan.
Pembebanan premi untuk polis baru hasil konversi dapat menggunakan dua
metode yakni metode usia awal (original age conversion) dan metoda usia saat ini
(attained age conversion). Jika menggunakan metode usia saat ini, maka tingkat premi
polis baru didasarkan pada usia saat terjadi konversi. Jika menggunakan metode usia
awal, maka tingkat premi polis baru didasarkan pada usia awal saat penutupan polis
lama. Contoh, Ny. Sarah, berusia 25 tahun, saat membeli polis asuransi jiwa berjangka.
Pada usia 35 tahun, Ny. Sarah melakukan konversi polis sehingga polis baru memiliki
unsur tabungan. Jika menggunakan metode usia saat ini, maka pada saat konversi
dan selanjutnya, Ny Sarah harus membayar premi berdasarkan usia 35 tahun. Namun
jika menggunakan metode usia awal, maka Ny. Sarah harus membayar premi
berdasarkan usia 30 tahun. Tentu saja, tingkat premi polis baru pada usia 30 tahun
akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat premi usia 35 tahun. Penanggung
150
ASURANSI JIWA BERJANGKA
sering melakukan pembatasan atas metode usia awal, misalnya metode ini hanya
dapat digunakan pada lima tahun pertama masa asuransi polis awal.
Jika polis baru menggunakan metode usia saat ini, maka pembentukan nilai tunai
juga baru dimulai pada saat itu, sehingga nilai tunai terbentuk seiring berlalunya
waktu. Bila polis baru menggunakan metode usia saat awal maka pada saat terjadi
konversi, polis seharusnya sudah memiliki nilai tunai. Oleh karena itu, pemegang polis
biasanya harus menyerahkan sejumlah uang yang besarnya sama dengan jumlah nilai
tunai yang semestinya telah terbentuk. Dapat dimengerti bahwa pemegang polis
biasanya lebih menginginkan metoda usia saat ini, karena tidak perlu lagi
menyediakan sejumlah uang untuk membentuk nilai tunai seperti yang terjadi pada
metode usia saat awal.
Misalnya, Ny. Sarah (25 tahun) membeli polis asuransi jiwa berjangka selama 30
tahun pada tanggal 1 Januari 1995, uang pertanggungan Rp. 150.000.000 dengan
premi sebesar Rp. 750.000 per tahun, masa asuransi akan berakhir pada tanggal 1
Januari 2025. Pada tanggal 1 Januari 2005, Ny. Sarah melakukan konversi menjadi
polis yang memiliki unsur tabungan dengan masa asuransi 20 tahun. Jika ia
menggunakan metode usia saat ini maka ia harus membayar premi polis baru
berdasarkan usia 35 tahun, yaitu sebesar Rp. 6.000.000 per tahun. Pembayaran premi
selama 20 tahun (mulai dari tanggal 1 Januari 2005 sampai dengan 1 Januari 2025).
Akan tetapi jika ia menggunakan metode usia saat awal, maka ia cukup membayar
premi polis baru sebesar Rp. 4.500.000 (tingkat premi usia 30 tahun), Masa Asuransi
mulai dari 1 Januari 1995 sampai dengan 1 Januari 2025 (30 tahun). Oleh karena Polis
sudah berjalan selama 10 tahun, maka pada tanggal 1 Januari 2005, seharusnya nilai
tunai sudah terbentuk, sehingga Ny. Sarah harus menyerahkan sejumlah uang yang
besarnya sama dengan nilai tunai yang terbentuk.
Perpanjangan polis dan konversi polis menguntungkan kedua belah pihak,
pemegang polis dan penanggung. Pemegang polis diuntungkan karena dapat
memperpanjang perlindungan asuransi yang akan berakhir. Penanggung diuntungkan
karena dapat mempertahankan portofolio polis tanpa perlu mengeluarkan biaya
besar seperti pada penutupan polis baru.
D. Kebutuhan Masyarakat Akan Asuransi Jiwa
Semua produk asuransi jiwa akan memberikan santunan kematian apabila
tertanggung meninggal dunia. Santunan kematian ini dapat diberikan secara sekaligus
(lump sum) atau secara bertahap, misalnya setiap bulan selama sepuluh tahun.
Dibandingkan dengan produk asuransi jiwa lain, maka asuransi jiwa berjangka
memiliki keunggulan utama yakni menyediakan uang pertanggungan yang sama dengan
biaya premi yang paling rendah. Secara umum, kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh
produk‐produk asuransi jiwa dapat dibagi menjadi kebutuhan perorangan dan kebutuhan
bisnis.
151
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
1. Kebutuhan Perorangan
Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda‐beda. Kebutuhan atas asuransi
jiwa pada umumnya terdiri dari biaya rumah sakit dan penguburan, pengembalian
utang, tunjangan keluarga, dan estate planning.
2. Biaya Rumah Sakit dan Penguburan
Selain kecelakaan, meninggal dunia juga bisa disebabkan karena sakit. Lamanya
sakit juga bervariasi, bisa satu hari, satu minggu, atau bahkan bisa berbulan‐bulan
baru meninggal dunia. Biaya perawatanpun bisa jadi sangat besar terutama jika sakit
dalam jangka waktu lama. Ketika meninggalpun manusia masih membutuhkan biaya
yang cukup besar, biaya kremasi atau biaya pemakaman. Biaya yang dikeluarkan bisa
sangat besar, sehingga keluarga yang ditinggalkan terpaksa meminjam uang untuk
menutupi biaya tersebut. Adanya santunan kematian sangat membantu pembiayaan
perawatan rumah sakit maupun proses penguburan. Bahkan jika masih ada sisa dana,
dapat dipergunakan untuk biaya hidup keluarga yang ditinggalkan.
3. Pengembalian Utang
Orang yang meninggal dunia mungkin saja mempunyai utang kepada orang lain
atau bank. Utang tersebut harus dibayar oleh keluarganya. Santunan kematian dapat
digunakan untuk pembayaran utang. Contoh, Tuan Agus membeli rumah dengan
kredit pemilikan rumah senilai Rp. 500.000.000. Pada saat ia meninggal, pokok utang
yang masih belum lunas, sisanya berjumlah Rp. 200.000.000. Bila keluarga yang
ditinggalkan tidak mampu membayar utang sebesar Rp. 200.000.000 maka bank akan
menyita dan menjual rumah itu, misalnya dengan harga Rp. 275.000.000. Bank akan
menyimpan Rp. 200.000.000 sebagai pengembalian utang, sedangkan Rp.
75.000.000 akan diberikan kepada keluarga Tuan Agus. Dalam hal ini, keluarga Tuan
Agus akan kehilangan rumah tempat tinggal dan hanya menerima uang sebesar Rp.
75.000.000. Jika ada santunan kematian, misalya berjumlah Rp. 225.000.000, maka
keluarga Tuan Agus bisa membayar utang sebesar Rp. 200.000.000 kepada bank, dan
mereka masih memiliki sebuah rumah ditambah dengan uang Rp. 25.000.000.
4. Tunjangan Keluarga
Santunan kematian dapat dipergunakan untuk mempertahankan kualitas hidup
keluarga yang ditinggalkan oleh pencari nafkah. Sumber penghasilan keluarga yang
mendadak berhenti untuk sementara dapat digantikan oleh santunan kematian.
Keluarga segera menyesuaikan diri dengan kualitas hidup yang mungkin lebih rendah
dan berupaya untuk mendapatkan penghasilan pengganti akibat meninggalnya
pencari nafkah utama.
5. Estate Planning
Di Amerika Serikat, bila seseorang meninggal dunia, maka harta yang dimilikinya
akan dikenakan pajak (estate tax) sebelum dapat dibagi‐bagikan kepada ahli waris
sesuai keinginannya. Santunan kematian dapat digunakan sebagai dana untuk
membayar pajak, sehingga harta yang diwariskan akan tetap utuh tanpa perlu
khawatir tergerus oleh pajak.
152
ASURANSI JIWA BERJANGKA
6. Kebutuhan Bisnis
Kebutuhan bisnis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni kebutuhan pemegang
saham atau pengelola bisnis dan kebutuhan untuk kesejahteraan karyawan (employee
benefit).
Bila pemegang saham suatu perusahaan hanya terdiri dari beberapa orang dan
salah satu dari mereka meninggal dunia, maka pemegang saham yang masih hidup
kemungkinan tidak bersedia menjalin hubungan bisnis dengan ahli waris pemegang
saham yang meninggal. Dalam hal ini, pemegang saham akan berupaya membeli
saham dari ahli waris dan dana yang digunakan adalah Santunan kematian dari
perusahaan asuransi. Hal ini dikenal sebagai perjanjian jual‐beli (buy‐sell agreement).
Contoh, Ny. Hera dan Ny. Esther berkongsi membentuk sebuah perusahaan. Ny
Esther akan membeli asuransi jiwa atas diri Ny. Hera dengan uang pertanggungan
sebesar nilai saham Ny. Hera. Sebaliknya, Ny. Hera akan membeli asuransi jiwa atas
diri Ny. Esther dengan uang pertanggungan sebesar nilai saham Ny. Esther. Bila Ny.
Hera meninggal dunia, maka Ny. Esther akan mendapatkan santunan kematian yang
akan digunakan untuk membeli saham Ny. Hera sehingga Ny. Esther akan menguasai
seluruh saham perusahaan itu, sedangkan ahli waris Ny. Hera akan mendapatkan
sejumlah uang seharga nilai saham Ny. Hera.
Key Person Life Insurance adalah asuransi jiwa atas diri seorang karyawan atau
pengelola bisnis yang apabila ia meninggal dunia, maka perusahaan mengalami
kerugian. Santunan kematian akan diberikan kepada perusahaan sebagai
penggantian kehilangan penghasilan dan juga berfungsi sebagai dana rekrutmen
orang baru yang memiliki kualitas setara atau lebih baik dari karyawan yang telah
meninggal dunia.
Asuransi Jiwa Berjangka sebagai bagian dari program kesejahteraan karyawan
(employee benefits) adalah upaya perusahaan untuk meningkatkan kompetisi dalam
merekrut karyawan‐karyawan bermutu sekaligus untuk memberikan rasa aman bagi
karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut. Santunan kematian tidak diberikan
kepada perusahaan tetapi kepada ahli waris karyawan yang meninggal. Premi
asuransi jiwa berjangka dapat dianggap sebagai biaya, yang merupakan komponen
pemotong pajak sehingga memperkecil jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar
oleh perusahaan.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
Santunan kematian = santunan meninggal ? = death benefit
Aktif = inforce ?
Term insurance = asuransi jiwa berjangka
Cash value insurance
Endowment insurance = asuransi dwiguna
Expire = gugur ?
Tanggal ulang tahun polis = policy anniversary ?
Ketentuan polis = policy’s terms and conditions ?
153
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Tanggal efektif polis = effective date
Tanggal ekspirasi polis = expiration date
Polis = face page
Tunggal = stand alone = mandiri ???
Asuransi jiwa berjangka menetap = level term life insurance
Asuransi jiwa berjangka meningkat = increasing term life insurance
Asuransi jiwa berjangka menurun = decreasing term life insurance
Uang pertanggungan = sum assured
Penanggung = insurer
Tingkat premi = premium rate
Pihak Yang Ditunjuk = Beneficiary = ahli waris.
Premi pertama = initial premium
Premi lanjutan = renewal premium
Premi tunggal = single premium
Mortgage insurance = asuransi jiwa hipotik
Credit life insurance = asuransi jiwa kredit
Family income insurance = asuransi penghasilan keluarga
Fitur tabungan = cash value policy = cash value feature ???
154
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
BAB VII
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
IHTISAR BAB TUJUAN
Asuransi Jiwa Dengan Tabungan Setelah mempelajari bab atau
¾ Asuransi Jiwa Seumur Hidup Tradisional bagian ini diharapkan dapat:
¾ Pembayaran Premi
¾ Pembayaran Premi secara terus menerus 1. Mengenal fitur‐fitur asuransi
atau berkelanjutan jiwa dengan tabungan;
¾ Pembayaran Premi Berkala
¾ Asuransi Jiwa Seumur Hidup Dimodifikasi 2. Mengidentifikasi karakteristik
¾ Asuransi Jiwa Seumur Hidup Berpasangan dari berbagai jenis asuransi
¾ Last Survivor Life Insurance jiwa seumur hidup;
¾ Polis Keluarga
¾ Polis Debit Bulanan 3. Menyebutkan karakteristik
¾ Pre‐Need Funeral Insurance asuransi jiwa dwiguna;
Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment)
Asuransi Jiwa Tabungan Generasi Baru. 4. Membedakan karakteristik
¾ Asuransi Jiwa Universal (Universal Life asuransi jiwa dengan tabungan
Insurance) generasi baru
¾ Unbundled pricing factors
¾ Fleksibilitas Polis Asuransi Jiwa Universal 5. Mengenal produk asuransi
¾ Cara Kerja Polis Asuransi Jiwa Universal jiwa unit‐link
¾ Pengaruh regulasi pada asuransi jiwa
universal di Amerika Serikat
¾ Laporan‐laporan periodik
¾ Indeterminate Premium Life Insurance
Produk Unit‐link
¾ Produk asuransi yang cenderung dikaitkan
dengan ekuitas atau saham.
A. Asuransi Jiwa Dengan Tabungan
Jika seseorang membeli produk asuransi jiwa berjangka berarti ia membeli proteksi
atas kerugian ekonomi yang timbul apabila ia mengalami musibah. Proteksi ini bisa
berjangka waktu sangat pendek, misalnya proteksi untuk penerbangan dari Jakarta ke
Surabaya, bisa juga berjangka waktu sangat panjang, misalnya selama 30 tahun. Bila tidak
terjadi risiko maka polis akan menjadi gugur pada akhir masa asuransi. Pemegang polis
tidak menerima uang dalam bentuk apapun pada akhir masa asuransi. Produk asuransi
jiwa jenis ini serupa dengan produk asuransi umum seperti asuransi kebakaran atau
asuransi kendaraan bermotor. Masyarakat menyebutnya sebagai produk asuransi yang
bisa “hangus”.
155
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Produk asuransi jiwa dapat berfungsi sebagai investasi. Produk asuransi jiwa jenis ini
memiliki dua unsur yaitu unsur proteksi dan unsur tabungan (investasi). Dengan adanya
unsur tabungan, maka pemegang polis memiliki tabungan yang sewaktu‐waktu dapat
ditarik untuk digunakan sesuai keinginannya. Penarikan dana ini disebut sebagai
penebusan dan dana yang ditarik disebut nilai tunai. Apabila dana tersebut tidak ditarik,
maka pada akhir masa asuransi, penanggung akan mengembalikan dana tersebut dalam
bentuk manfaat habis kontrak.
Premi produk asuransi jiwa tabungan merupakan gabungan dua unsur yakni premi
risiko dan premi tabungan. Premi risiko berguna untuk memberikan santunan apabila
tertanggung mengalami musibah sesuai dengan yang diperjanjikan. Premi tabungan
sesungguhnya merupakan investasi bagi pemegang polis. Pada produk‐produk asuransi
jiwa konvensional, imbal hasil investasi ini dijamin oleh penanggung. Dengan jaminan ini,
maka pemegang polis bisa mendapatkan kepastian berapa jumlah uang yang akan ia
terima pada waktu tertentu (misalnya beasiswa anak) atau pada akhir masa asuransi
(Manfaat Habis Kontrak).
Produk asuransi jiwa modern menawarkan keleluasaan kepada pemegang polis untuk
turut serta dalam melakukan pilihan‐pilihan investasi, misalnya di pasar uang, obligasi,
saham, atau campuran ketiganya. Akibatnya, imbal hasil investasi tidak lagi dijamin oleh
penanggung. Dengan skema ini, pemegang polis turut bertanggung jawab atas imbal hasil
investasi yang diinginkan, karena penanggung hanya berperan sebagai manajer investasi.
Di Indonesia, produk jenis ini dikenal dengan nama unit link sedangkan di Singapura
disebut investment link.
Asuransi jiwa tabungan memiliki 2 (dua) karakteristik yang berbeda dengan asuransi
jiwa berjangka yakni:
1) Asuransi jiwa berjangka memberikan proteksi dalam kurun waktu tertentu, misalnya 1
sampai dengan 30 tahun. Sedangkan asuransi jiwa tabungan dapat memberikan
proteksi sampai dengan seumur hidup (lifetime coverage) sepanjang polis masih tetap
aktif.
2) Asuransi jiwa tabungan akan memberikan proteksi bila terjadi musibah dan
mengandung tabungan yang befungsi sebagai investasi. Sedangkan asuransi jiwa
berjangka tidak memiliki unsur tabungan, sehingga tidak bisa berfungsi sarana
investasi.
Asuransi jiwa tabungan biasanya berbentuk asuransi jiwa seumur hidup dengan
segala variasinya, seperti asuransi jiwa seumur hidup tradisional, asuransi jiwa seumur
hidup yang dimodifikasi, asuransi jiwa seumur hidup berpasangan, dan lain‐lain.
1. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Tradisional
Produk asuransi jiwa seumur hidup akan memberikan santunan kematian apabila
tertanggung meninggal dunia dengan masa asuransi seumur hidup tertanggung. Hal
ini berarti penanggung pasti memberikan santunan kematian kepada setiap
tertanggung yang meninggal dunia di dalam masa asuransi. Penanggung sering
mengasumsikan bahwa tertanggung pasti meninggal dunia pada ulang tahun ke‐100.
156
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
Berdasarkan asumsi ini, pada saat tertanggung berusia 100 tahun, santunan kematian
akan dibayarkan dan polis menjadi gugur. Saat ini, penanggung jarang
memberlakukan ulang tahun ke 100, namun lebih sering memberlakukan ulang tahun
ke 80, ke 85, ke 90 atau ke 95 sebagai akhir masa asuransi. Dengan bertambahnya
usia harapan hidup, maka diharapkan tertanggung masih hidup pada usia 80 dan
dapat menikmati dana tersebut sewaktu ia masih hidup.
Penanggung dapat membayar santunan kematian pada akhir masa asuransi,
karena penanggung secara teratur menyisihkan premi tabungan dalam suatu akun
tertentu yang dikenal sebagai cadangan premi (cadangan teknis). Premi tabungan ini
diinvestasikan oleh penanggung demikian juga dengan imbal hasil. Hal ini serupa
dengan deposito jangka panjang dengan tingkat bunga tetap, sehingga cadangan
premi akan selalu bertambah besar sesuai dengan imbal hasil yang dijanjikan oleh
penanggung. Cadangan premi akan mencapai jumlah maksimum tepat pada akhir
masa asuransi dan besarnya sama dengan jumlah uang pertanggungan yang
diperjanjikan.
Dari sudut pandang pemegang polis, asuransi jiwa seumur hidup dapat berfungsi
sebagai instrumen investasi dengan imbal hasil tetap, seperti yang dijanjikan oleh
Penanggung. Hal ini membawa dua konsekuensi penting. Imbal hasil tetap, terutama
bila berjangka waktu lama, akan dianggap riba oleh agama Islam, dan ini berarti
haram. Imbal hasil tetap juga membebani penanggung untuk menemukan instrumen
investasi yang akan memberikan imbal hasil yang sama atau lebih besar dari yang
dijanjikan kepada pemegang polis. Hal ini tidak mudah, karena polis ini berjangka
waktu panjang, sehingga bila terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan suku bunga
rendah, maka penanggung berisiko menanggung selisih tingkat bunga yang bisa
berakibat fatal (bangkrut), seperti yang dialami oleh perusahaan‐perusahaan asuransi
jiwa besar di Jepang.
Tabel xxx memberikan gambaran tentang jumlah nilai tunai yang tersedia pada
setiap akhir tahun pertanggungan dari sebuah polis asuransi jiwa seumur hidup.
Apabila pemegang polis ingin menghentikan pertanggungan, maka ia akan
mendapatkan nilai tebus. Besarnya nilai tebus adalah sebesar nilai tunai dikurangi
dengan pinjaman polis dan bunga, jika ada.
Hubungan antara cadangan premi, nilai tunai dan nilai tebus adalah sebagai
berikut :
Nilai Tunai = Cadangan Premi ‐ biaya administrasi
Nilai Tebus = Nilai Tunai ‐ Pinjaman Polis
Nilai Tebus = Cadangan Premi ‐ biaya administrasi ‐ Pinjaman Polis
Besarnya nilai tunai pada suatu waktu tertentu bergantung pada beberapa faktor
berikut yakni : uang pertanggungan, premi, besarnya lama aktif polis, dan masa
pembayaran premi.
157
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Tuan Kenneth pasti akan lebih besar dari nilai tunai polis milik Ny. Desi. Hal ini logis,
karena Tuan Kenneth sudah membayar premi sebesar Rp. 20.000.000 (5 x Rp.
4.000.000). Sedangkan Ny. Desi baru membayar premi sebesar Rp. 10.000.000 (5 x
Rp. 2.000.000).
4. Pembayaran Premi Berkala
Pembayaran premi berkala berarti masa pembayaran premi bersifat terbatas,
misalnya selama 10 tahun. Pemegang polis harus membayar premi selama 10 tahun
atau sampai tertanggung meninggal dunia, yang mana yang terjadi lebih dahulu.
Contoh: Tuan Hasyim, usia 30 tahun membeli polis asuransi jiwa seumur hidup dengan
pembayaran premi 10 tahun. Jika Tuan Hasyim meninggal dunia pada usia 37 tahun,
maka santunan meninggal dunia dibayarkan, polis menjadi gugur, sehingga premi
tidak perlu dibayar lagi. Bila Tuan Kenneth tetap hidup sampai dengan usia 40 tahun,
maka ia tidak perlu lagi membayar premi namun pertanggungan tetap berlanjut
sampai dengan ia berusia 90 tahun atau pada saat ia meninggal dunia.
Pembayaran premi berkala dapat dibagi menjadi dua yaitu pembayaran premi
sampai dengan mencapai usia tertentu, misalnya usia 65 tahun, atau pembayaran
premi selama kurun waktu tertentu, misalnya 5 tahun, 10 tahun, dan seterusnya.
Kemampuan ekonomi seseorang semakin berkurang dengan bertambahnya usia,
terutama bila telah memasuki usia pensiun (55 tahun). Bila premi harus tetap dibayar
seumur hidup, maka semakin tua usia pemegang polis semakin tidak mampu untuk
membayar premi.
Pembayaran premi secara berkala akan sangat menguntungkan bagi pemegang
polis, karena memberikan kesempatan untuk merencanakan kemampuannya dalam
membayar premi. Logikanya adalah pembayaran premi dilakukan pada saat
pemegang polis masih mampu mendapatkan penghasilan yang layak, dan tidak perlu
lagi membayar premi pada saat kemampuannya untuk berpenghasilan telah
berkurang secara drastis.
Nilai tunai yang terbentuk pada polis‐polis dengan pembayaran premi berkala
akan lebih cepat dibandingkan dengan pembayaran premi secara terus‐menerus atau
berkelanjutan.
Premi Tunggal, Pembayaran premi tunggal adalah salah satu bentuk dari
pembayaran premi berkala. pemegang polis cukup membayar satu kali dan
selanjutnya tidak perlu lagi membayar premi. Nilai tunai polis dengan premi tunggal
langsung terbentuk pada awal masa asuransi.
5. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Dimodifikasi
Asuransi jiwa seumur hidup tradisional memiliki uang pertanggungan yang
besarnya sama sepanjang masa asuransi. Pada pembayaran premi berkala, jumlah
premi yang dibayar pun selalu sama. Penanggung dapat mengadakan modifikasi, baik
pada premi maupun pada uang pertanggungan sesuai kebutuhan pemegang polis.
159
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
a. Modifikasi Premi
Premi yang dibayar pada tahun‐tahun pertama masa asuransi berjumlah lebih
kecil dibandingkan dengan tahun‐tahun selanjutnya. Contoh: Nona Shinta,
berusia 25 tahun, membeli sebuah polis asuransi jiwa seumur hidup dengan uang
pertanggungan Rp. 50.000.000 per tahun dan masa pembayaran premi 30 tahun.
Pada 5 tahun pertama, Nona Shinta membayar Rp. 2.000.000 per tahun,
sedangkan dari tahun ke 6 sampai dengan ke 30, Premi yang dibayar adalah Rp.
2.750.000 per tahun. Jumlah uang pertanggungan tetap sama selama masa
pertanggungan, yang berbeda hanya jumlah premi yang harus dibayarkan dalam
5 tahun pertama.
Dengan modifikasi premi seperti ini, diharapkan pemegang polis dengan
kemampuan terbatas dapat membeli polis asuransi dengan uang pertanggungan
yang lebih tinggi. Di masa mendatang, diharapkan pemegang polis dapat
membayar premi yang lebih besar seiring dengan peningkatan penghasilannya.
Skema modifikasi Premi bisa sangat bervariasi. Misalnya 5 atau 10 tahun
pertama, Premi yang dibayarkan berjumlah “Rp. x”, setelah itu Premi akan
menjadi “Rp. x+y” yang akan dibayarkan sampai dengan akhir masa pembayaran
premi. Bisa juga, premi akan meningkat setiap interval tahun tertentu, misalnya
setiap 3 tahun naik 10%. Contoh : Premi 3 tahun pertama adalah Rp. 1.000.000, 3
tahun ke dua naik 10%, menjadi Rp. 1.100.000,‐, 3 tahun ke tiga naik 10% menjadi
Rp. 1.200.000,‐ dan seterusnya.
Satu kelemahan mencolok dari modifikasi premi adalah pembentukan nilai
tunai yang relatif kecil di awal masa pertanggungan.
b. Modifikasi Uang Pertanggungan
Bila modifikasi premi fokus pada kemampuan pemegang polis untuk
membayar premi, maka modifikasi uang pertanggungan fokus pada
pemegang polis yang membutuhkan uang pertanggungan besar di awal
masa asuransi dan semakin berkurang seiring dengan berlalunya masa
asuransi.
Secara logis, kebutuhan orang akan asuransi jiwa akan semakin
berkurang dengan bertambahnya usia. Di saat usia muda, tatkala kebutuhan
masih banyak, maka proteksi finansial sangat dibutuhkan. Misalnya untuk
membayar cicilan mobil, cicilan rumah, biaya sekolah anak, biaya gaya hidup
dan lain sebagainya. Semakin tua, kebutuhan itu semakin berkurang,
sehingga proteksi finansial pun semakin surut.
Modifikasi uang pertanggungan dibuat sedemikian dimana jumlah uang
pertanggungan lebih tinggi di awal masa asuransi lalu berkurang secara
bertahap sampai dengan akhir masa asuransi. Contoh, Tuan Francis, 40
tahun, membeli polis asuransi jiwa seumur hidup dengan uang
pertanggungan Rp. 500.000.000,‐ untuk 10 tahun pertama (atau sampai
160
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
dengan usia 50 tahun), lalu menjadi Rp. 400.000.000,‐ untuk 10 tahun ke dua
(atau sampai dengan usia 60 tahun), dan akhirnya menjadi Rp. 300.000.000,‐
sampai dengan akhir masa pertanggungan atau sampai ia meninggal dunia.
Dengan modifikasi uang pertanggungan, premi yang dibayar menjadi
lebih rendah dibandingkan dengan produk yang sama namun uang
pertanggungan tetap selama masa pertanggungan. Hal ini berarti pemegang
polis yang kurang mampu dapat membeli asuransi dengan uang
pertanggungan yang cukup besar atau dengan kata lain pemegang polis
membayar premi yang lebih murah untuk uang pertanggungan yang sama.
6. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Berpasangan
Produk asuransi jiwa seumur hidup berpasangan memiliki fitur‐fitur yang sama
dengan polis asuransi jiwa seumur hidup. Yang membedakan hanyalah ada dua orang
tertanggung yang dipertanggungkan dalam produk asuransi jiwa seumur hidup
berpasangan, sedangkan jumlah tertanggungan pada asuransi jiwa seumur hidup
hanya satu orang. Biasanya para tertanggungan adalah suami‐istri.
Santunan kematian akan dibayarkan apabila salah satu tertanggung meninggal
dunia, untuk selanjutnya polis menjadi gugur. Tujuan dari polis ini adalah memberikan
santunan kematian kepada pasangan hidup yang ditinggalkan.
Bila dilihat sepintas lalu, polis ini mirip dengan dua buah polis digabungkan
menjadi satu. Polis pertama adalah suami sebagai tertanggung dengan ahli waris
adalah istri. Polis kedua adalah istri sebagai tertanggung dengan ahli waris adalah
suami. Pada kenyataannya, memang polis ini adalah gabungan kedua polis tersebut.
Keuntungan yang paling utama dengan menggabungkan ke dua polis adalah
penghematan biaya, baik biaya administrasi maupun biaya pemasaran.
Bila salah satu tertanggung meninggal dunia, polis menjadi gugur, akibatnya
tertanggung yang masih hidup tidak lagi diproteksi oleh asuransi jiwa. Beberapa
penanggung menawarkan peluang kepada tertanggung yang masih hidup untuk
membeli asuransi jiwa untuk dirinya sendiri dengan jumlah uang pertanggungan yang
sama. Pembelian polis ini tidak memerlukan bukti‐bukti layak asuransi dan harus
dilakukan dalam waktu 60 atau 90 hari sejak meninggalnya tertanggung pertama.
Bahkan beberapa penanggung yang kreatif memberikan asuransi jiwa berjangka
secara gratis dengan masa asuransi 60 atau 90 hari kepada tertanggung kedua yang
masih hidup.
Di Amerika Serikat, produk asuransi jiwa seumur hidup berpasangan ini dikenal
juga sebagai first‐to‐die life insurance.
7. Last Survivor Life Insurance
Berbeda dengan asuransi jiwa seumur hidup berpasangan yang membayar
santunan kematian pada saat tertanggung pertama meninggal dunia, maka produk ini
akan membayar santunan kematian pada saat tertanggung kedua meninggal dunia.
161
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Tidak ada pembayaran santunan kematian pada saat tertanggung pertama meninggal
dunia.
Pembayaran premi berakhir pada saat tertanggung pertama meninggal atau
pada sampai dengan tertanggung kedua meninggal. Apapun metoda pembayaran
premi yang dipilih, jumlah premi yang dibayar selalu lebih murah dibandingkan apabila
pasangan suami‐istri membeli dua buah polis asuransi jiwa seumur hidup untuk diri
masing‐masing atau membeli satu buah polis asuransi jiwa seumur hidup
berpasangan.
Di Amerika Serikat, produk ini dirancang terutama untuk membayar pajak
warisan tatkala suami dan istri tersebut telah meninggal dunia dan hartanya akan
diwariskan kepada anak‐anak mereka.
8. Polis Keluarga
Polis keluarga adalah pertanggungan asuransi jiwa seumur hidup ditambah
dengan pertanggungan asuransi jiwa berjangka bagi pasangan hidup dan anak‐anak
mereka. Uang pertanggungan bagi pasangan hidup dan anak‐anak biasanya adalah
persentase dari tertanggung.
Contoh, Tuan Iskandar membeli Polis Keluarga dengan Uang Pertanggungan Rp.
100.000.000,‐ dengan Uang Pertanggungan 50% (Rp. 50.000.000,‐) untuk istri dan 10%
(Rp. 10.000.000,‐) untuk masing‐masing anak.
Polis Keluarga umumnya mensyaratkan seluruh tertanggung harus
menyampaikan bukti‐bukti layak asuransi setelah polis efektif, namun tidak
diperlukan untuk anak yang baru lahir. Khusus untuk anak baru lahir, sering ada masa
tenggang berlaku asuransi selama 15 hari pertama, artinya apabila bayi itu meninggal
sebelum berusia lebih dari 15 hari maka uang pertanggungan tidak akan dibayarkan.
Premi untuk anak yang baru lahir dapat dibebankan, artinya total premi menjadi
bertambah, atau dapat digratiskan artinya total premi tidak berubah.
9. Polis Debit Bulanan (Monthly Debit Ordinary)
Polis Asuransi Jiwa Seumur Hidup dengan pembayaran premi secara bulanan.
Pada umumnya polis dijual melalui sistem distribusi layanan rumah (home service
distribution system). Jadi secara fitur, tidak berbeda dengan polis asuransi jiwa
seumur hidup tradisional. Yang berbeda hanyalah sistem distribusi yang digunakan
dan interval pembayaran premi. Umumnya uang pertanggungan yang ditawarkan
jauh lebih kecil daripada polis asuransi jiwa seumur hidup tradisional.
Sistem distribusi layanan rumah adalah satu sistem distribusi yang mengandalkan
agen layanan rumah (home service agents), yang menjual produk‐produk asuransi
jiwa dan melayani nasabahnya, termasuk penagihan premi, dalam satu wilayah
tertentu.
162
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
10. Pre‐Need Funeral Insurance
Asuransi jiwa seumur hidup akan mengganti biaya‐biaya penguburan atau
kremasi apabila tertanggung meninggal dunia. Di Amerika Serikat, perjanjian antara
pemegang polis dengan rumah duka menyebutkan bahwa penanggung akan
membayar santunan kematian kepada rumah duka, sehingga rumah duka dapat
menyiapkan seluruh jasa layanan yang berkaitan dengan penguburan atau kremasi.
Besarnya uang pertanggungan disesuaikan dengan kebutuhan dana untuk
mengurus proses penguburan atau kremasi.
Di Indonesia, praktik yang sering terjadi adalah rumah duka membeli asuransi
kumpulan dari penanggung. Rumah duka bertindak selaku pemegang polis. Rumah
duka menjual program kepesertaan (keanggotaan) kepada masyarakat luas. Orang
yang menjadi peserta atau anggota rumah duka akan menikmati fasilitas layanan
penguburan atau kremasi dari rumah duka sesuai paket –paket yang berlaku. Jadi
apabila peserta meninggal dunia, maka dana untuk pengurusan penguburan atau
kremasi akan ditanggung oleh pihak penanggung sesuai paket yang dibeli. Dalam
konteks ini, rumah duka dapat bertindak sebagai pemegang polis dan ahli waris
sekaligus. Premi sudah dibebankan ke dalam iuran kepesertaan (keanggotaan).
B. Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment)
Asuransi Jiwa Dwiguna memiliki dua manfaat yakni membayar santunan kematian
apabila tertanggung meninggal dalam masa asuransi dan membayar manfaat habis
kontrak apabila tertanggung masih hidup pada akhir masa asuransi.
Masa asuransi dari asuransi jiwa dwiguna adalah 5, 10, 15 atau bahkan 30 tahun, bisa
pula berakhir pada usia tertentu, misalnya pada usia 55, 60, 65 atau 70 tahun.
Contoh, Ny. Crescenzia, 38 tahun, membeli polis asuransi jiwa dwiguna yang akan
berakhir pada saat ia berusia 65 tahun. Apabila Ny. Crescenzia meninggal sebelum usia 65
tahun, maka penanggung akan membayar santunan kematian kepada ahli warisnya,
sedangkan apabila Ny. Crescenzia berumur panjang dan tetap hidup sampai dengan usia
65 tahun, maka penanggung akan membayar manfaat habis kontrak sebesar uang
pertanggungan.
Contoh lain, Tuan Marpaung, 42 tahun, membeli polis asuransi jiwa dwiguna dengan
masa asuransi 20 tahun. Ini berarti penanggung akan membayar manfaat habis kontrak
pada akhir tahun ke 20, kecuali bila Tuan Marpaung meninggal dunia terlebih dahulu.
Asuransi jiwa dwiguna memiliki fitur‐fitur yang hampir sama dengan asuransi jiwa
seumur hidup tradisional, misalnya pembayaran premi berkala dan memiliki nilai tunai.
Karena masa asuransi lebih pendek, maka pembentukan nilai tunai asuransi jiwa dwiguna
lebih cepat dibandingkan dengan asuransi jiwa seumur hidup tradisional. Polis asuransi
jiwa seumur Hidup akan berakhir apabila tertanggung berusia 99 tahun, sedangkan polis
asuransi jiwa dwiguna akan berakhir pada usia yang jauh lebih muda.
163
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Di Amerika Serikat, akibat perlakuan pajak yang berbeda, penjualan polis‐polis
asuransi jiwa dwiguna semakin menurun. Sebaliknya di beberapa negara, polis‐polis
asuransi jiwa dwiguna masih tetap populer. Di Indonesia, polis‐polis asuransi jiwa dwiguna
pernah sangat populer sampai dengan tahun 2003 – 2005. Setelah itu, polis‐polis unit link
lebih mendominasi penjualan. Namun pada tahun 2007 – 2009, terjadi krisis keuangan
global, banyak pemegang polis mulai melirik lagi polis asuransi jiwa dwiguna karena
memberikan imbal hasil yang lebih pasti dibandingkan polis‐polis unit link yang terpuruk
karena memberikan imbal hasil yang cenderung stagnan atau bahkan negatif.
C. Asuransi Jiwa Tabungan Generasi Baru
Di Amerika Serikat, pada tahun 1970‐1980an, banyak penanggung harus mengkaji
ulang produk‐produk asuransi jiwa tabungan yang mereka tawarkan kepada masyarakat
luas. Inflasi tinggi, suku bunga tabungan naik dan pinjaman konsumer meningkat. Tingkat
imbal hasil yang dijanjikan oleh produk‐produk asuransi jiwa jauh lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat suku bunga tabungan. Kondisi ini memaksa penanggung
mulai memasarkan produk‐produk generasi baru yang dapat memenuhi kebutuhan
nasabah, seperti universal life, adjustable life, variable life, variable universal life, interest‐
sensitive whole life, dan indeterminate premium products.
Di Indonesia, asuransi jiwa tabungan generasi baru, umumnya berupa asuransi jiwa
unit link (variable life) dan saving plans yakni produk asuransi jiwa dwiguna dengan jangka
waktu pendek, biasanya 3‐5 tahun. Imbal hasil produk saving plans ada yang digaransi
selama masa auransi atau digaransi hanya selama periode waktu tertentu, misalnya 3
bulan atau 12 bulan pertama, setelah itu imbal hasil akan ditetapkan lagi oleh penanggung
sesuai kondisi saat itu.
1. Asuransi Jiwa Universal (Universal Life Insurance)
Asuransi jiwa universal dikenal karena fleksibilitasnya. Ini tercermin dari
fleksibilitas jumlah premi yang dibayar, jumlah nilai tunai yang tersedia dan besarnya
uang pertanggungan yang diperjanjikan. Hal ini dimungkinkan karena polis asuransi
jiwa universal merincikan tiga faktor harga secara terpisah yakni faktor mortalita,
faktor bunga, dan faktor biaya. Semakin besar premi yang dibayar, maka nilai tunai
dan uang pertanggungan akan meningkat pula.
Bila pemegang polis menebus polisnya, jumlah uang yang diterima (nilai tebus)
biasanya lebih kecil daripada jumlah nilai tunai yang tersedia, karena penanggung
akan membebankan biaya penebusan. Jadi nilai tebus = nilai tunai – biaya penebusan.
Agar lebih sederhana, dalam buku ini kita tidak membedakan istilah nilai tunai dan
nilai tebus, namun hanya menggunakan istilah nilai tunai saja.
2. Unbundled pricing factors
a. Biaya mortalita (mortality charges)
Secara periodik, penanggung akan membebankan biaya mortalita atas nilai
tunai, artinya jumlah nilai tunai yang tersedia akan berkurang sesuai dengan biaya
mortalita yang dibebankan. Biaya mortalita adalah sejumlah uang yang
164
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
165
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
kematian bersifat tetap atau dapat berubah sesuai dengan besarnya nilai tunai
yang tersedia.
Pada opsi A (opsi 1), santunan kematian bersifat tetap yakni selalu sama
dengan uang pertanggungan. Jumlah risiko bersih akan berkurang seiring dengan
naiknya nilai tunai yang tersedia. Pada opsi B (opsi 2), santunan kematian
merupakan penjumlahan dari uang pertanggungan dengan nilai tunai yang
tersedia pada saat tertanggung meninggal dunia. Jumlah risiko bersih selalu sama
dengan nilai uang pertanggungan.
Setelah polis melewati tenggang waktu tertentu, biasanya satu tahun,
pemegang polis dapat meminta perubahan uang pertanggungan. Syarat‐syarat
perubahan ditentukan oleh penanggung. Bila terjadi kenaikan uang
pertanggungan, maka bukti‐bukti layak asuransi mungkin diperlukan.
Bila terjadi penurunan uang pertanggungan, maka penanggung harus
memastikan bahwa nilai uang pertanggungan yang baru tidak boleh lebih rendah
dari yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan. Sebab bila nilai uang
pertanggungan terlalu rendah, maka produk ini akan berubah sifatnya, bukan lagi
sebagai produk asuransi jiwa melainkan menjadi produk investasi.
b. Premi fleksibel
Premi asuransi jiwa universal sangat fleksibel. Pemegang polis dapat
menentukan berapa jumlah premi inisial dan premi lanjutan yang akan dibayar,
bahkan pemegang polis dapat menentukan kapan ia akan membayar premi
lanjutan. Jumlah premi inisial harus lebih dari jumlah premi minimum yang
disyaratkan. Penanggung menetapkan jumlah maksimum premi yang dapat
dibayar. Ini untuk menghindari agar polis tidak berubah sifatnya menjadi produk
investasi.
Walaupun pemegang polis tidak membayar premi lanjutan, namun selama
nilai tunai masih mencukupi untuk membayar biaya mortalita dan biaya lain yang
dibebankan oleh penanggung, maka polis akan tetap aktif. Bila nilai tunai tidak
lagi mencukupi, maka polis otomatis menjadi lapse, untuk mencegah hal ini
terjadi maka pemegang polis membayar premi lanjutan.
4. Cara Kerja Polis Asuransi Jiwa Universal
Premi yang diterima oleh penanggung akan dikurangi terlebih dahulu dengan
biaya‐biaya, sisa premi akan dimasukkan ke dalam rekening nilai tunai. Setiap bulan,
penanggung akan membebankan biaya mortalita dan biaya lain‐lain serta
menambahkan bunga pada rekening nilai tunai. Proses ini akan selalu berulang
sepanjang rekening nilai tunai masih memiliki dana untuk membayar biaya mortalita,
bilsa sudah tidak cukup, maka polis akan lapse.
166
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
Untuk mempertahankan agar rekening nilai tunai selalu tersedia dana yang
cukup, maka pemegang polis harus membayar premi lanjutan dalam jumlah yang
cukup untuk membayar biaya mortalita dan biaya lain‐lain. Bila rekening nilai tunai
sudah tidak memiliki cukup dana untuk membayar biaya mortalita, maka penanggung
akan memberitahu pemegang polis untuk segera membayar premi lanjutan. Bila
pemegang polis tidak membayar premi lanjutan, maka polis akan lapse.
Nilai tunai yang tersedia dapat juga digunakan untuk jaminan dari pinjaman
polis yang dilakukan pemegang polis. Hal ini mirip dengan pinjaman polis pada polis
asuransi jiwa seumur hidup atau dwiguna. Bila pemegang polis melakukan pinjaman
polis, maka penanggung akan mengurangi nilai tunai sebesar pinjaman polis dan
biaya‐biaya terkait.
1. Pengaruh regulasi pada asuransi jiwa universal di Amerika Serikat
Karena pemegang polis dapat membayar premi sesuai keinginannya, maka
terbuka peluang premi yang dibayarkan akan jauh melebihi biaya mortalita yang
dibebankan. Bila jumlah nilai tunai terlalu berlebihan, maka produk ini akan lebih
menyerupai produk investasi dibandingkan sebagai produk asuransi jiwa.
Peraturan perpajakan Amerika Serikat memberikan berbagai kemudahan
atas produk‐produk asuransi jiwa dibandingkan dengan produk‐produk investasi.
Untuk memastikan agar polis asuransi jiwa universal tetap merupakan produk
asuransi jiwa dan bukan beralih menjadi produk investasi, maka pemerintah Amerika
Serikat menetapkan batas maksimum nilai tunai dibandingkan dengan uang
pertanggungan polis itu. Bila nilai tunai melampaui batas maksimum yang ditetapkan,
dari sudut pandang perpajakan, produk itu akan dianggap sebagai produk investasi
dan bukan lagi sebagai produk asuransi jiwa. Selisih antara uang pertanggungan
dengan jumlah nilai tunai maksimum agar polis tetap dianggap sebagai produk
asuransi jiwa disebut dengan section 7702 corridor. Nama ini berasal dari Internal
Revenue Code Section 7702 yakni pasal yang mengatur batas maksimum nilai tunai
polis asuransi jiwa universal agar dapat tetap dianggap sebagai produk asuransi jiwa.
Penanggung biasanya tidak akan mengijinkan pemegang polis untuk
membayar premi, sehingga nilai tunai yang tersedia akan melampaui batas maksimum
seperti yang dimaksud dalam peraturan perundangan. Penanggung bisa juga
menerapkan bahwa apabila nilai tunai meningkat sejumlah persentase tertentu, maka
uang pertanggungan polis secara otomatis juga akan meningkat sehingga tetap
sesuai dengan peraturan perundangan.
a. Laporan‐laporan periodik
Karena fleksibel, maka terbuka peluang terjadi berbagai transaksi yang
mengakibatkan perubahan‐perubahan pada polis. Oleh karena itu, biasanya
penanggung akan membuat laporan‐laporan secara periodik kepada pemegang polis,
misalnya setiap triwulan, semester atau tahunan.
167
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Laporan‐laporan yang dimaksud antara lain :
Jumlah santunan kematian yang tersedia
Jumlah nilai tunai yang tersedia
Jumlah nilai tebus yang tersedia, bila nilainya berbeda dengan nilai tunai
Jumlah bunga yang dikredit pada nilai tunai
Jumlah biaya mortalita yang dibebankan
Jumlah biaya‐biaya yang dibebankan.
Jumlah premi yang dibayar
Jumlah pinjaman polis
Jumlah nilai tebus yang diterima
b. Indeterminate Premium Life Insurance
Indeterminate premium life insurance adalah salah satu bentuk dari polis
asuransi jiwa seumur hidup non‐partisipasi. Polis ini memiliki dua macam tingkat
premi yakni tingkat premi maksimum garansi (maximum guaranteed premium rate)
dan tingkat premi yang lebih rendah.
Pada awal penutupan, pemegang polis harus membayar premi berdasarkan
tingkat premi yang lebih rendah. Penanggung menjamin tingkat premi untuk jangka
waktu minimum satu tahun, atau bisa pula selama dua, tiga, lima atau bahkan selama
sepuluh tahun. Setelah itu, penanggung dapat mengenakan tingkat premi yang baru
berdasarkan mortalita, tingkat suku bunga dan biaya yang dialami oleh penanggung.
Premi yang baru dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari premi sebelumnya, namun
tidak boleh melampaui tingkat premi maksimum garansi. Perubahan tingkat premi
berlangsung terus sampai dengan akhir masa asuransi. Umumnya, tingkat premi
maksimum garansi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat premi polis
asuransi jiwa seumur hidup non‐partisipasi.
Sesungguhnya polis jenis ini adalah polis asuransi jiwa seumur hidup non‐
partisipasi namun lebih fleksibel karena penanggung dapat mengubah mortalita,
biaya dan bunga sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Satu hal yang perlu diingat
adalah perubahan tingkat premi harus berlaku untuk seluruh polis dalam kelompok
atau kelas yang sama. Perubahan tidak boleh dilakukan hanya pada polis‐polis
tertentu.
a. Asuransi jiwa seumur hidup sensitif‐bunga (Interest Sensitive Whole Life Insurance)
Polis ini hampir sama dengan indeterminate premium life insurance,
dengan satu tambahan fitur yakni jumlah nilai tunai dapat bertambah bila terjadi
kenaikan tingkat suku bunga. Jadi polis ini dapat mengalami dua perubahan yakni
perubahan tingkat premi dan perubahan nilai tunai.
Bila terjadi kenaikan tingkat suku bunga, maka pemegang polis memiliki
dua opsi yakni mengubah jumlah premi yang harus dibayar atau menaikkan
168
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
jumlah nilai tunai. Perubahan ini dapat dilakukan sepanjang polis masih tetap
aktif. Bila pemegang polis tidak menyatakan pilihannya, maka penanggung akan
berasumsi bahwa pemegang polis telah memilih opsi menaikkan nilai tunai.
Bila perubahan yang terjadi mengakibatkan jumlah premi yang harus
dibayar meningkat, maka pemegang polis memiliki dua opsi yakni (1) mengurangi
jumlah uang pertanggungan dan mempertahankan jumlah premi yang harus
dibayar atau (2) membayar premi yang lebih besar dan mempertahankan uang
pertanggungan agar tetap sama seperti semula. Polis ini juga menjamin bahwa
tingkat premi yang dibebankan tidak boleh melampaui tingkat premi maksimum
garansi.
b. Asuransi jiwa variabel (Variable Life Insurance)
Asuransi jiwa variabel adalah salah satu bentuk dari asuransi jiwa
tabungan dengan fitur premi tetap namun uang pertanggungan dan nilai‐nilai
fitur lainnya dapat berubah sesuai dengan kinerja investasi subakun (subaccount)
yang dipilih oleh pemegang polis. Subakun adalah kumpulan beberapa alternatif
investasi yang dipilih oleh pemegang polis sebagai dasar alokasi/premi dan
akumulasi nilai tunai.
Subakun berisikan premi dan nilai tunai polis yang diinvestasikan dan
merupakan bagian dari akun terpisah (separate account) penanggung, disebut
juga dengan akun segregasi (segregate account). Investasi dana subakun dikelola
secara terpisah dengan dana akun umum (general account). Untuk memenuhi
kewajiban kontrak asuransi dengan imbal hasil tetap dan digaransi, misalnya
manfaat habis kontrak, maka penanggung mengelola dana tersebut dalam satu
buah akun yang disebut dengan akun umum. Dana ini biasanya diinvestasikan
pada instrumen investasi yang relatif aman, sehingga memberikan jaminan bagi
penanggung untuk dapat membayar manfaat asuransi sesuai dengan kontrak
asuransi.
Pemegang polis berhak untuk mengalokasikan dananya ke dalam
beberapa rekening subakun sekaligus. Misalnya, pemegang polis dapat
mengalokasikan dananya ke dalam rekening subakun saham dan subakun
obligasi. Pemegang polis juga berhak untuk mengubah alokasi dana. Perubahan
biasanya hanya dapat dilakukan sekali dalam satu tahun. Jumlah santunan
kematian dan nilai tunai tergantung dari kinerja investasi subakun. Bila imbal hasil
subakun tinggi, maka santunan kematian dan nilai tunai akan meningkat, begitu
sebaliknya.
Kebanyakan polis asuransi jiwa variabel akan menjamin bahwa santunan
kematian tidak boleh lebih rendah daripada jumlah santunan kematian pada saat
awal penutupan polis. Namun penanggung tidak menjamin nilai tunai yang
tersedia, hal ini mutlak tergantung dari kinerja investasi.
169
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
170
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
171
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Bab – III, tentang Polis, pasal‐7 yaitu; Dalam setiap penutupan asuransi, polis
asuransi harus sesuai specimen polis asuransi yang dilaporkan kepada Menteri
sebagaimana dimaksud dalam pasal‐3.
Bab – III, Pasal‐8, yang menyebutkan bahwa: Polis asuransi harus memuat
sekuarang‐kurangnya ketentuan mengenai:
a. Saat berlakunya pertanggungan,
b. Uraian manfaat yang diperpanjang,
c. Cara pembayaran premi,
d. Tenggang waktu (grace period) pembayaran premi,
e. Kurs yang digunakan untuk polis asuransi dengan mata uang asing apabila
pembayaran premi dan manfaat dikaitkan dengan mata uang rupiah,
f. Waktu yang diakui sebagai alat diterimanya pembayaran premi,
g. Kebijakan perusahaan yang ditetapkan apabila pembayaran premi dilakukan
melewati tenggang waktu yang disepakati;
h. Periode dimana pihak perusahaan tidak dapat meninjau ulang keabsahan
kontrak asuransi (incostestable period);
i. Table nilai tunai, bagi polis asuransi jiwa yang mengandung nilai tunai;
j. Perhitungan dividen polis atau sejenis, bagi polis asuransi jiwa yang menjanjikan
dividen polis atau yang sejenis;
k. Penghentian pertanggungan, baik dari pihak penanggung maupun dari pihak
pemegang polis, termasuk syarat dan penyebabnya;
l. Syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung yang
diperlukan dalam pengajuan klaim;
m. Pemilihan tempat penyelesaian perselisihan;
n. Bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa atau beda pendapat,
untuk polis asuransi yang dicetak dalam 2 (dua) bahasa atau lebih.
2. Sesuai ketentuan pada Bab‐II, pasal 5 KMK No. 422, pada ayat 2 menyebutkan bahwa:
Ketentuan lebih lanjut mengenai produk asuransi baru sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) di atur dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan.
Ketentuan tentang produk unit‐link diatur dalam Keputusan Bapepam‐LK,
No: KEP‐104/BL/2006 tanggal 31 Oktober 2006 sebagai sebagai surat keputusan yang
mengganti surat keputusan sebelumnya yaitu surat keputusan DLK No. KEP –
2475/LK/2004 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PADI).
Surat keputusan ini mengatur tentang:
1. Kriteria dari suatu produk unit‐link;
2. Ketentuan yang wajib dipenuhi;
3. Nama dan strategi investasi produk unit‐link;
4. Nilai aset sub‐dana;
5. Brosur pemasarannya;
6. Informasi yang wajib disediakan untuk publik mengenai harga unit subdana yang
dikelolanya setiap hari kerja;
7. Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh polis asuransi untuk produk unit‐link;
172
ASURANSI JIWA TABUNGAN DAN DWIGUNA
8. Pelaporan perkembangan dana kepada pemegang polisnya; dan
9. Kewajiban seorang agen atau tenaga pemasaran untuk memiliki sertifikasi
keagenan.
Penebusan = surrender
Nilai Tunai = surrender value.
Nilai Tebus = cash surrender value
Manfaat Habis Kontrak = maturity benefit
Premi Risiko = risk premium
Premi Tabungan = saving
Asuransi jiwa Tabungan = cash value life insurance
Aktif = inforce.
Asuransi jiwa Seumur Hidup Berpasangan = Joint Whole Life Insurance.
Cadangan Premi = Premium Reserve
Cadangan Teknis = Technical Reserve
Uang Pertanggungan = sum assured
Pinjaman Polis = Policy loan
Masa Pembayaran Premi = Premium Payment Periods
Premi tunggal = premi sekaligus = single premium
Premi secara terus menerus = premi berkelanjutan = continuous premium (policies)
Premi berkala = limited payment (policies)
Pasangan hidup = spouse
Bukti‐bukti layak asuransi = evidence of insurability
Pajak Warisan = estate tax
Polis Keluarga = family policies
Home service distribution system = sistem distribusi layanan rumah
Home service agents = agen layanan rumah.
Funeral home = Rumah Duka
Endowment= asuransi jiwa dwiguna
Surrender charges = biaya penebusan
Nilai tebus = net cash value atau cash surrender value
Nilai tunai = cash value, account value, reserve value, accumulation value.
Pengalaman mortalita = mortality experience
Jumlah risiko bersih = net amount at risk.
Non participating whole life policy = polis asuransi jiwa seumur hidup non‐partisipasi.
Subakun = subaccount
Akun terpisah = separate account
Akun segregasi = segregated account
Akun umum = general account
173
MANFAAT-MANFAAT TAMBAHAN
BAB VIII
MANFAAT‐MANFAAT TAMBAHAN
IHTISAR BAB TUJUAN
Manfaat Asuransi Cacat Tetap (Supplemental disability Setelah mempelajari bab atau
benefits) bagian ini diharapkan dapat:
¾ Asuransi Bebas Premi Akibat Cacat Tetap (waiver
of premium for disability benefit) 1. Mengenal berbagai jenis
¾ Asuransi Bebas Premi bagi Pemegang Polis manfaat asuransi tambahan;
(Waiver of premium for payor benefit)
Manfaat Asuransi Cacat Tetap (Disability income 2. Menyebutkan berbagai jenis
benefit) asuransi jiwa kecelakaan diri
Manfaat Asuransi Kecelakaan Diri beserta manfaatnya;
¾ Asuransi Kematian akibat kecelakaan
(accidental death benefit = Risiko A) 3. Mengidentifikasi berbagai
¾ Asuransi cacat tetap akibat kecelakaan jenis manfaat asuransi
(dismemberment benefit = Risiko B) tambahan akselerasi berserta
Manfaat Kematian Akselerasi (Accelerated Death manfaatnya.
Benefits)
¾ Manfaat Penyakit Terminal
¾ Manfaat Penyakit Kritis
¾ Long Term Care Insurance Benefit
Asuransi Untuk Tertanggung Tambahan
¾ Asuransi tumpangan pasangan hidup dan anak
(spouse and children’s insurance rider)
¾ Asuransi tumpangan anak (children’s
insurance rider)
¾ Asuransi tumpangan tertanggung kedua
(second insured rider)
Manfaat Layak Asuransi (Insurability Benefits)
¾ Manfaat jaminan layak asuransi (guaranteed
insurability benefit)
¾ Manfaat opsi tambahan uang
pertanggungan (paid up additions option
benefit)
Pada dasarnya asuransi jiwa akan memberikan perlindungan terhadap kerugian ekonomi
akibat meninggalnya tertanggung. Bila tertanggung meninggal dunia, maka ia tidak dapat lagi
mencari penghasilan, sehingga keluarga yang ditinggalkan secara mendadak kehilangan
sumber penghasilan. Produk‐produk asuransi jiwa akan membayar santunan kematian dalam
upaya memberikan penggantian penghasilan bagi keluarga yang ditinggalkan.
175
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Saat ini, kita mengenal berbagai asuransi tambahan yang memberikan manfaat asuransi
bukan dalam bentuk santunan kematian, misalnya santunan cacat tetap total.
Asuransi tambahan biasanya dijual secara bersamaan dengan asuransi pokok – sehingga
disebut sebagai asuransi tumpangan (riders). Premi untuk asuransi tumpangan dapat dirinci
sesuai dengan jumlah asuransi tambahan yang ditumpangkan kepada asuransi pokok. Analogi
yang dapat digunakan adalah kita membeli sebuah mobil (asuransi pokok) lalu kita ingin
menambah berbagai variasi mobil (asuransi tumpangan) seperti TV, DVD player, dan jok kulit.
Kita dapat membeli TV saja, TV tambah DVD player, dan semua kombinasi yang mungkin.
Begitu pula dengan asuransi tumpangan, kita dapat membeli jenis asuransi tumpangan dan
besarnya uang pertanggungan yang sesuai dengan kebutuhan kita. Fleksibilitas ini
menguntungkan bagi penanggung maupun pemegang polis.
Pada umumnya premi asuransi tumpangan tidak akan berpengaruh pada jumlah nilai tunai
dari asuransi pokok. Pembayaran premi asuransi tumpangan akan berakhir pada saat akhir
masa asuransi masing‐masing asuransi tumpangan sesuai ketentuan yang berlaku.
A. Manfaat Asuransi Cacat Tetap (Supplemental disability benefits)
Asuransi cacat umumnya diklasifikasikan ke dalam kelompok asuransi kesehatan.
Manfaat asuransi cacat adalah untuk melindungi kerugian finansial akibat sakit atau
cedera tubuh yang diderita oleh tertanggung, jadi bukan karena tertanggung meninggal.
1. Asuransi Bebas Premi Akibat Cacat Tetap (waiver of premium for disability benefit)
Asuransi tambahan yang paling sering dijual sebagai tumpangan dari polis
asuransi jiwa perorangan adalah asuransi bebas premi akibat cacat tetap. Bila
tertanggung menderita cacat tetap total, maka pemegang polis tidak perlu lagi
membayar premi lanjutan yang jatuh tempo setelah tertanggung menderita cacat
tetap total. Sebenarnya premi lanjutan tetap harus dibayar agar polis pokok tetap
aktif, namun kewajiban membayar premi tersebut beralih dari pemegang polis
kepada penanggung. Jadi penanggung akan membayar premi lanjutan asuransi
pokok agar polis tersebut tetap aktif. Bila polis pokok memiliki nilai tunai, maka nilai
tunai tersebut tetap bertambah sesuai dengan yang diperjanjikan dalam ketentuan
polis karena premi lanjutan tetap dibayar oleh penanggung. Begitu pula dengan polis
partisipasi, pemegang polis tetap dapat menerima dividen polis, karena seolah‐olah
pemegang polis tetap membayar premi lanjutan.
Untuk menerima manfaat asuransi bebas premi akibat cacat tetap, pemegang
polis harus memberitahu penanggung secara tertulis bahwa tertanggung menderita
cacat tetap total sesuai dengan ketentuan polis asuransi tumpangan. Definisi cacat
tetap total yang paling sering digunakan adalah cacat tetap yang menyebabkan
tertanggung tidak dapat mengerjakan tugas‐tugas penting dalam pekerjaannya
sebelum menderita cacat atau tidak dapat mengerjakan pekerjaan apapun yang
sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman tertanggung. Penanggung
memiliki hak untuk memeriksa tertanggung apakah ia benar menderita cacat tetap
total atau tidak, dan memeriksa secara periodik kondisi tertanggung bahwa ia tetap
menderita cacat tersebut. Premi asuransi pokok tidak perlu dibayar lagi sepanjang
176
MANFAAT-MANFAAT TAMBAHAN
masa pembayaran premi yang masih tersisa, selama tertanggung menderita cacat
tetap total.
Paling sedikit ada 4 limitasi pada manfaat asuransi bebas premi akibat cacat
tetap yakni :
a. Tertanggung harus tetap terbukti cacat selama masa tunggu 3‐6 bulan sebelum
manfaat asuransi bebas premi ini berlaku. Dalam masa tunggu, pemegang polis
harus tetap membayar premi yang jatuh tempo. Polis baru menjadi bebas premi
setelah masa tunggu terlampaui. Kadang‐kadang ada polis yang menetapkan
manfaat asuransi bebas premi terhitung saat tertanggung menderita cacat tetap,
sehingga penanggung akan mengembalikan premi yang telah dibayarkan selama
masa tunggu. Contoh, Tuan Benny menderita cacat tetap total pada tanggal 01
Februari. Pembayaran premi secara bulanan dengan masa tunggu 6 bulan. Tuan
Benny harus tetap membayar premi selama 6 bulan, yakni bulan Februari s/d Juli.
Bila Tuan Benny masih menderita cacat tetap total pada tanggal 01 Agustus,
maka manfaat asuransi bebas premi akibat cacat tetap total menjadi efektif. Jadi
terhitung mulai tanggal 01 Agustus sampai dengan akhir masa pembayaran
premi, Tuan Benny tidak perlu lagi membayar premi yang jatuh tempo.
b. Cacat tetap total yang ditanggung adalah cacat tetap total yang terjadi sebelum
tertanggung mencapai usia tertentu, misalnya sebelum usia 65 tahun. Ini logis,
karena peluang untuk menderita cacat tetap total semakin meningkat dengan
bertambahnya usia. Bila masih mau ditanggung, maka premi pun akan melonjak
sangat tinggi sehingga pemegang polis pun akan enggan untuk membeli asuransi
ini.
c. Metode pembayaran premi tidak dapat diubah. Bila pembayaran premi awal
adalah tahunan, maka interval pembayaran premi tetap berlaku tahunan. Hal ini
untuk mencegah pemegang polis mengganti metode pembayaran premi menjadi
lebih sering, misalnya dari tahunan menjadi bulanan. Contoh Tuan Paulus
menderita cacat tetap total dari tanggal 01 Maret 2007 s/d 01 Desember 2007.
Pembayaran premi secara tahunan dengan masa tunggu 6 bulan. Dalam kasus ini,
Tuan Paulus tetap menderita cacat tetap total setelah melewati masa tunggu (01
September 2007), dan seyogyanya premi yang jatuh tempo pada tanggal 01
Maret 2008, tidak perlu lagi dibayar. Namun karena ia sembuh dari cacat tetap
total pada tanggal 01 Desember 2007, maka premi yang jatuh tempo pada
tanggal 01 Maret 2008 tetap harus dibayar dan pertanggungan berlanjut seperti
semula. Bila premi tahunan dapat diubah menjadi premi bulanan, maka Tuan
Paulus tidak perlu bayar premi untuk bulan September 2007 s/d November 2007.
Namun ia tetap harus membayar premi lanjutan terhitung sejak tanggal 01
Desember 2007. Untuk mencegah terjadinya hal di atas, maka pembatasan ini
diberlakukan.
d. Cacat tetap total akibat sebab‐sebab tertentu dikecualikan dari pertanggungan
ini, misalnya akibat dari (a) sengaja melukai diri sendiri, (b) cedera tubuh pada
saat tertanggung sedang melakukan tindakan kriminal, (c) akibat dari kondisi
177
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
kesehatan tertentu seperti pre‐existing conditions, yakni kondisi yang telah ada
sebelum asuransi tumpangan ini efektif, (d) cedera tubuh akibat tindakan perang
(act of war) pada saat tertanggung menjalani tugas militer.
Manfaat asuransi bebas akibat cacat tetap total dapat ditumpangkan kepada
hampir seluruh produk asuransi jiwa, termasuk asuransi jiwa berjangka yang dapat
diperpanjang otomatis (renewable) atau yang dapat dikonversikan menjadi asuransi
jiwa seumur hidup (convertible).
Biasanya manfaat asuransi bebas premi ini akan tetap melekat pada polis
asuransi jiwa yang dapat diperpanjang otomatis, artinya polis dapat diperpanjang
tanpa perlu membayar premi lagi. Pembebasan pembayaran premi tetap berlaku
sampai tertanggung sembuh dari cacat tetap total atau sampai polis tidak dapat
diperpanjang lagi sesuai ketentuan yang berlaku.
Manfaat asuransi bebas premi pada asuransi jiwa berjangka yang dapat
dikonversi terbagi dua, yakni melekat pada asuransi jiwa seumur hidup hasil dari
konversi atau tidak harus melekat pada polis baru. Bila melekat, maka premi asuransi
jiwa seumur hidup yang jatuh tempo tidak perlu dibayar lagi selama ia masih
menderita cacat tetap total. Bila manfaat asuransi bebas premi ini tidak melekat,
maka pemegang polis tetap harus membayar premi yang jatuh tempo agar polis
asuransi jiwa seumur hidup itu tetap aktif.
Asuransi bebas premi akibat cacat tetap total biasanya tidak dapat dimasukkan
kedalam polis asuransi jiwa universal, karena jumlah premi yang harus dibayarkan
tidak pasti. Sebagai gantinya adalah asuransi tumpangan ini akan menanggung biaya
mortalita yang dibebankan pada polis asuransi jiwa universal
2. Asuransi Bebas Premi bagi Pemegang Polis (Waiver of premium for payor benefit)
Biasanya orang membeli polis asuransi jiwa untuk dirinya sendiri. Ini berarti
pemegang polis dan tertanggung adalah orang yang sama. Jadi bila tertanggung
mengalami cacat tetap, berarti pemegang polis mengalami cacat tetap, akibatnya
pemegang polis bisa jadi tidak lagi mampu berpenghasilan. Atas dasar ini, asuransi
bebas premi akibat cacat tetap akan bermanfaat karena membebaskan pemegang
polis dari kewajiban membayar premi.
Pada beberapa jenis polis, pemegang polis dan tertanggung adalah orang yang
berbeda, misalnya pada asuransi juvenil (juvenile insurance). Tertanggung adalah
anak, sedangkan pemegang polis adalah orang tuanya. Pembayaran premi dapat
terhenti apabila orang tua anak (pemegang polis) meninggal dunia atau mengalami
cacat tetap total. Agar polis tetap dapat aktif, maka asuransi bebas premi bagi
pemegang polis dapat dibeli untuk mengantisipasi situasi tersebut.
Asuransi bebas premi bagi pemegang polis biasanya terdiri dari dua bagian yakni
(1) dalam dua tahun pertama, pemegang polis akan dianggap cacat tetap total
apabila ia tidak dapat melaksanakan fungsi‐fungsi penting dari pekerjaannya sehari‐
178
MANFAAT-MANFAAT TAMBAHAN
hari, dan (2) setelah dua tahun, pemegang polis akan dianggap cacat tetap total
apabila ia tidak dapat melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan,
pelatihan dan pengalaman yang dimilikinya.
Polis yang memiliki manfaat tambahan asuransi bebas premi bagi pemegang
polis memiliki dua orang tertanggung, yakni tertanggung dan pemegang polis, karena
keduanya merupakan dua orang yang berbeda. Dalam konteks ini, penanggung
biasanya juga mewajibkan pemegang polis untuk mengajukan bukti‐bukti layak
asuransi kepada penanggung.
B. Manfaat Asuransi Cacat Tetap (Disability income benefit)
Manfaat asuransi cacat tetap adalah asuransi yang menyediakan sejumlah uang
dalam kurun waktu tertentu apabila tertanggung (sekaligus pemegang polis) mengalami
cacat tetap total. Jumlah uang pertanggungan biasanya berupa persentase tertentu dari
uang pertanggungan polis pokok. Masa tunggu biasanya berkisar antara 3 – 6 bulan.
Contoh, Tuan Hendra membeli polis asuransi jiwa dengan uang pertanggungan Rp.
500.000.000,‐ dan manfaat asuransi cacat tetap Rp 10.‐ untuk setiap Rp. 1.000.‐ uang
pertanggungan polis pokok. Manfaat asuransi cacat tetap total akan dibayarkan setiap
bulan. Tuan Hendra mengalami kecelakaan berakibat cacat tetap total. Setelah melewati
masa tunggu 6 bulan, Tuan Hendra akan menerima manfaat asuransi cacat tetap sebesar
Rp. 10,‐ x (Rp. 500.000.000,‐ : Rp. 1.000,‐) = Rp. 5.000.000,‐ per bulan sepanjang ia masih
menderita cacat tetap total sesuai persyaratan yang tercantum dalam polis. Bila ia
meninggal dunia, maka pihak yang ditunjuk akan menerima santunan kematian sebesar
Rp. 500.000.000,‐.
C. Manfaat Asuransi Kecelakaan Diri
Asuransi kecelakaan diri adalah asuransi yang menyediakan santunan apabila
tertanggung mengalami kecelakaan. Ada 4 komponen asuransi kecelakaan diri dikenal
dengan (1) risiko A, (2) risiko B, (3) risiko C, dan (4) risiko D. Risiko A memberikan santunan
kematian apabila tertanggung meninggal dunia akibat kecelakaan. Risiko B memberikan
santunan cacat tetap apabila tertanggung menderita cacat tetap (kehilangan anggota
tubuh atau kehilangan fungsi anggota tubuh) akibat kecelakaan. Risiko C memberikan
santunan cacat sementara akibat kecelakaan. Risiko D memberikan penggantian biaya
pengobatan bila tertanggung mengalami kecelakaan.
Uang pertanggungan asuransi kecelakaan diri biasanya sama dengan uang
pertanggungan polis pokok. Ini berlaku untuk risiko A dan risiko B. Saat ini risiko C sudah
jarang di jual di Indonesia. Uang pertanggungan risiko D, biasanya berkisar antara 10% ‐
20% dari risiko A untuk setiap kali kecelakaan.
1. Asuransi Kematian akibat kecelakaan (accidental death benefit = Risiko A)
Uang pertanggungan risiko A biasanya sama dengan uang pertanggungan polis
pokok. Bila tertanggung meninggal dunia, maka pihak yang ditunjuk akan menerima
santunan kematian sebesar 200% dari uang pertanggungan polis pokok. Dalam
179
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
180
MANFAAT-MANFAAT TAMBAHAN
dianggap cacat tetap total bila jumlah persentase mencapai 100% uang
pertanggungan. Tertanggung juga dianggap cacat tetap total apabila kehilangan
fungsi penglihatan kedua mata atau kehilangan dua anggota tubuh (satu lengan dan
satu tungkai, dua lengan, atau dua tungkai).
Uang pertanggungan maksimum yang dapat dibayarkan adalah 100%. Sehingga
bila tertanggung mengalami cacat tetap dan kehilangan anggota tubuh, misalnya 20%,
lalu tertanggung meninggal dunia, maka santunan kematian yang akan dibayarkan
hanya tersisa 80%. Begitu pula, bila kehilangan anggota tubuh mencapai lebih dari
100%, maka uang pertanggungan yang akan dibayarkan adalah maksimum 100%.
Pertanggungan menjadi gugur apabila 100% uang pertanggungan sudah dibayarkan.
D. Manfaat Kematian Akselerasi (Accelerated Death Benefits)
Santunan kematian hanya diberikan apabila tertanggung meninggal dunia. Santunan
kematian tidak akan dibayarkan selama tertanggung masih hidup. Saat ini, usia harapan
hidup semakin tinggi, ilmu kedokteran berkembang pesat dan biaya pengobatan pun
semakin meningkat. Bila seorang tertanggung menderita sakit yang cukup parah namun
hidupnya masih dapat diperpanjang berkat pengobatan mutakhir, maka kebutuhan akan
dana pengobatan pun semakin mendesak. Di lain pihak, manfaat asuransi (berupa
santunan kematian) hanya dapat dibayarkan apabila tertanggung telah meninggal dunia.
Hal ini menciptakan kebutuhan akan dana yang dapat diterima selama tertanggung masih
hidup dengan konsekuensi mengurangi santunan kematian yang akan diterima bila kelak
tertanggung meninggal dunia. Dalam bahasa Inggris, manfaat asuransi ini sering disebut
dengan living benefit.
Pada hakikatnya santunan kematian akselerasi adalah sebuah pilihan bagi
tertanggung untuk menerima dana selama ia masih hidup (sesuai syarat dan ketentuan
yang berlaku) dengan konsekuensi mengurangi santunan kematian apabila ia meninggal
dunia kelak kemudian hari. Biasanya santunan kematian akselerasi ini diberikan apabila
uang pertanggungan polis cukup besar. Hal ini untuk efisiensi dalam proses administrasi.
Ada tiga jenis santunan kematian akselerasi yaitu (1) manfaat penyakit terminal =
terminal illness benefit, (2) manfaat penyakit kritis = dread disease benefit, dan (3) long
term care insurance benefit
1. Manfaat Penyakit Terminal
Bila seorang tertanggung menderita sakit yang parah sehingga diperkirakan
hanya dapat bertahan hidup kurang dari 12 bulan, maka pemegang polis dapat
memilih untuk menerima manfaat penyakit terminal.
Manfaat penyakit terminal dapat dibayarkan apabila penanggung telah
menerima surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa tertanggung menderita
sakit parah dengan harapan hidup kurang dari 12 bulan. Besarnya manfaat penyakit
terminal berkisar antara 25% ‐ 75% dari uang pertanggungan polis pokok, dan tidak
melebihi jumlah maksimum tertentu. Manfaat penyakit terminal dapat diberikan
sekaligus bila diperbolehkan oleh ketentuan polis yang berlaku.
181
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Penanggung tidak membebankan premi atas manfaat penyakit terminal, namun
membebankan biaya administrasi pada saat pembayaran manfaat tersebut.
2. Manfaat Penyakit Kritis
Dalam bahasa Inggris disebut sebagai dread disease benefit atau critical illness
benefit. Penanggung bersedia membayar bagian dari santunan kematian apabila
tertanggung menderita sakit atau menjalani prosedur medis tertentu seperti yang
tercantum dalam ketentuan polis. Sisa uang pertanggungan akan dibayarkan pada
saat tertanggung meninggal dunia.
Contoh kondisi sakit atau prosedur medis yang dijalani adalah :
1. Kanker
2. AIDS (acquired immunodeficiency syndrome)
3. Gagal ginjal stadium akhir
4. Infark miokard akut (serangan jantung)
5. Stroke
6. Operasi bypass arteri koroner jantung
7. Transplantasi organ tubuh penting seperti paru dan hati
8. Penyakit Alzheimer’s
Untuk memperoleh manfaat penyakit kritis, biasanya penanggung
membebankan premi dan hanya diberlakukan kepada tertanggung yang sehat dan
berusia kurang dari 70 tahun.
Manfaat penyakit kritis biasanya dibayarkan sekaligus, walau kadang‐kadang
penanggung membayar dalam bentuk cicilan selama 6 – 12 bulan. Manfaat penyakit
kritis hanya dibayarkan satu kali. Bila tertanggung menderita sakit yang berbeda
walau tercantum dalam tabel, penanggung tidak akan membayar lagi manfaat
penyakit kritis untuk kedua kali. Manfaat penyakit kritis juga dapat digunakan untuk
membebaskan pemegang polis dari kewajiban membayar premi lanjutan.
3. Long Term Care Insurance Benefit
Penanggung akan membayar manfaat long term care setiap bulan apabila kondisi
kesehatan tertanggung membutuhkan perawatan medis yang teratur dan memenuhi
ketentuan polis yang berlaku. Penanggung juga akan membebaskan pembayaran
premi polis pokok dan asuransi long term care.
Besarnya manfaat asuransi long term care biasanya berupa persentase tertentu
dari uang pertanggungan. Bila tertanggung dirawat di panti, maka manfaat long term
care yang dibayarkan setiap bulan adalah 2% dari uang pertanggungan. sedangkan bila
tertanggung di rawat di rumah, maka manfaat long term care hanya sebesar 1% dari
uang pertanggungan. Manfaat asuransi long term care akan tetap dibayarkan sampai
mencapai jumlah persentase tertentu, misalnya 50% atau 100% uang pertanggungan.
apabila tertanggung meninggal dunia, dan uang pertanggungan masih tersisa, maka
akan dibayarkan kepada pihak yang ditunjuk.
182
MANFAAT-MANFAAT TAMBAHAN
Manfaat asuransi long term care baru dapat dinikmati apabila pertanggungan
telah berlangsung untuk jangka waktu tertentu, misalnya 1 tahun atau lebih. Di
samping itu terdapat pula masa tunggu (biasanya 90 hari). Tidak ada pembayaran
manfaat asuransi long term care dalam masa tunggu.
E. Asuransi Untuk Tertanggung Tambahan
Pemegang polis dapat membeli pertanggungan tambahan atas diri tertanggung,
seperti asuransi jiwa berjangka, asuransi kecelakaan diri dan lain‐lain. Pemegang polis juga
dapat membeli pertanggungan tambahan atas diri orang lain selain dari tertanggung.
Orang tersebut biasa disebut dengan tertanggung tambahan.
Asuransi tertanggung tambahan dapat berupa (1) asuransi tumpangan pasangan
hidup dan anak (spouse and children’s insurance rider), (2) asuransi tumpangan anak
(children’s insurance rider), dan (3) asuransi tumpangan tertanggung kedua (the second
insured rider).
1. Asuransi tumpangan pasangan hidup dan anak (spouse and children’s insurance rider)
Asuransi tumpangan ini sesungguhnya adalah asuransi jiwa berjangka bagi
pasangan hidup dan anak‐anak mereka. Uang pertanggungan biasanya berupa
persentase dari uang pertanggungan polis pokok atau berupa jumlah unit tertentu,
misalnya 1 unit untuk pasangan hidup bernilai Rp. 5.000.000,‐ sedangkan 1 unit untuk
anak bernilai Rp. 1.000.000,‐. Jumlah uang pertanggungan yang dapat dibeli untuk
masing‐masing tertanggung tambahan biasanya dibatasi sampai jumlah maksimum
tertentu.
Besarnya premi yang dibebankan untuk tertanggung anak besifat tetap, artinya
jumlah premi tidak bertambah meskipun jumlah anak bertambah. Jumlah premi yang
dibebankan untuk 1 orang anak akan sama dengan jumlah premi yang dibebankan
untuk 5 orang anak, misalnya. Dengan demikian, pertanggungan untuk anak‐anak
yang baru dilahirkan setelah polis pokok efektif tidak akan mengubah jumlah premi
yang harus dibayarkan. Usia minimum anak adalah 15 hari agar pertanggungan
menjadi efektif.
Pertanggungan untuk anak akan gugur secara otomatis apabila anak telah
mencapai usia 21 atau 25 tahun, sesuai ketentuan polis. Penanggung dapat
menambahkan ketentuan konversi khusus bagi anak yang telah mencapai usia 21 atau
25 tahun sehingga ia dapat mengkonversikan pertanggungannya menjadi
pertanggungan asuransi jiwa atas nama diri sendiri. Konversi ini tidak membutuhkan
bukti‐bukti layak asuransi.
2. Asuransi tumpangan anak (children’s insurance rider)
Di Amerika Serikat, produk ini diluncurkan untuk mengantisipasi semakin
banyaknya orang tua tunggal. Proses kerja sama dengan asuransi tumpangan
pasangan hidup dan anak, hanya saja pada asuransi tumpangan ini tidak disertakan
pasangan hidup.
183
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Jumlah premi yang dibebankan pun selalu sama, tidak mengacu kepada usia,
jenis kelamin maupun jumlah anak yang dipertanggungkan.
3. Asuransi tumpangan tertanggung kedua (second insured rider)
Asuransi tumpangan ini mempertanggungkan diri seseorang yang bukan
merupakan tertanggung dalam polis pokok. Tertanggung kedua bisa berupa
pasangan hidup tertanggung, keluarga tertanggung atau bahkan rekan kerja
tertanggung. Jumlah uang pertanggungan untuk tertanggung kedua tidak dikaitkan
dengan jumlah uang pertanggungan bagi tertanggung dalam polis pokok. Jumlah
premi yang dibebankan didasarkan atas karakteristik risiko tertanggung kedua, dan
bukan atas karakteristik risiko tertanggung pada polis pokok.
Di Indonesia, jarang atau tidak pernah terdengar adanya asuransi tumpangan
yang dimaksud.
F. Manfaat Layak Asuransi (Insurability Benefits)
Penanggung dapat pula menawarkan 2 jenis manfaat layak asuransi yakni manfaat
jaminan layak asuransi (guaranteed insurability benefit) dan manfaat opsi tambahan uang
pertanggungan (paid up additions option benefit).
1. Manfaat jaminan layak asuransi (guaranteed insurability benefit)
Manfaat ini memberikan kesempatan bagi pemegang polis untuk membeli
asuransi tambahan dari jenis yang sama dengan polis pokok pada waktu yang telah
ditetapkan tanpa perlu memberikan bukti‐bukti layak asuransi. Dengan adanya
manfaat ini maka pemegang polis dapat membeli asuransi tambahan walaupun
kondisi kesehatannya sudah tidak baik lagi. Uang pertanggungan dari polis asuransi
yang baru adalah maksimum sama dengan uang pertanggungan polis pokok atau
sama dengan jumlah uang pertanggungan yang ditetapkan, yang mana yang lebih
kecil.
Contoh, Nyonya Susi, 30 tahun, membeli polis asuransi jiwa seumur hidup dengan
uang pertanggungan Rp. 100.000.000‐. Setiap 5 tahun, sampai dengan usia 45 tahun,
ia berhak untuk membeli asuransi tambahan dengan uang pertanggungan maksimum
Rp. 10.000.000,‐. Pada saat nyonya Susi berusia 35 tahun, ia menderita sakit, namun ia
tetap berhak untuk membeli asuransi jiwa seumur hidup dengan nilai maksimum
sebesar Rp. 10.000.000,‐. Ia juga harus membayar premi atas polis asuransi yang baru.
Penanggung hanya menjamin hak untuk membeli asuransi tambahan pada
waktu‐waktu yang telah ditetapkan. Bila hak tersebut tidak digunakan, maka
pemegang polis kehilangan hak untuk pembelian asuransi tambahan. Ia dapat
menggunakan lagi hak tersebut pada periode berikutnya, bila masih tersedia.
184
MANFAAT-MANFAAT TAMBAHAN
185
SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN
BAB IX
SYARAT‐SYARAT UMUM POLIS ASURANSI
PERORANGAN
IHTISAR BAB TUJUAN
Ketentuan Umum Polis Standar Setelah mempelajari bab atau bagian ini
¾ Free Look Provision diharapkan dapat:
¾ Ketentuan satu‐kesatuan kontrak
(entire contract provision) 1. Menyebutkan fitur‐fitur yang
¾ Ketentuan inkontesabilitas terdapat di ketentuan umum polis
(incontestability provision) standar;
¾ Misrepresentasi yang bersifat material
(material misrepresentation) 2. Menyebutkan fitur‐fitur unik yang
¾ Ketentuan Masa Tenggang / Masa hanya terdapat di ketentuan
Leluasa (grace period provision) umum polis asuransi jiwa dengan
¾ Ketentuan pemulihan (reinstatement tabungan;
provision)
¾ Pernyataan salah usia atau jenis kelamin 3. Menjabarkan ketentuan
(misstatement of age or sex provision) penebusan nilai tunai;
Ketentuan Unik Pada Polis Asuransi Jiwa Dengan
Unsur Tabungan 4. Mengidentifikasi pengecualian‐
¾ Pinjaman polis dan penebusan sebagian pengecualian yang sering terdapat
¾ Ketentuan penebusan nilai tunai di polis standar.
(Nonforfeiture provision)
¾ Pengecualian Dalam Polis Asuransi Jiwa
Polis asuransi jiwa individu pada hakikatnya merupakan sebuah kontrak antara
penanggung dengan pemegang polis. Sebuah kontrak pasti berisikan hak dan kewajiban
masing‐masing pihak. Di seluruh dunia, hak dan kewajiban yang tercantum dalam ketentuan
polis asuransi jiwa individu pada hakikatnya adalah sama, yang berbeda hanyalah susunan
redaksi kontrak.
Pada bab ini, kita akan mendiskusikan ketentuan‐ketentuan yang umum berlaku pada
seluruh polis asuransi jiwa individu. Lalu kita akan membahas ketentuan‐ketentuan khusus
yang berlaku hanya untuk polis‐polis asuransi jiwa tabungan, termasuk pula ketentuan‐
ketentuan mengenai dividen polis dan opsi pengaturan (settlement options).
A. Ketentuan Umum Polis Standar
Seluruh jenis polis asuransi jiwa individu memiliki ketentuan‐ketentuan yang
menjelaskan mekanisme kerja dan dampak polis sebagai dokumen kontrak yang
187
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
berkekuatan hukum dan mengikat para pihak. Ketentuan‐ketentuan yang bersifat umum
harus ada pada seluruh polis asuransi jiwa individu, walau dengan susunan redaksi yang
dapat berbeda antara satu polis dengan polis yang lain. Ketentuan‐ketentuan umum yang
dimaksud antara lain, ketentuan free look (free look provision), ketentuan satu‐kesatuan
kontrak (entire contract provision), ketentuan inkontestabilitas (incontestability provision),
ketentuan masa tenggang (masa leluasa) atau grace period provision, ketentuan
pemulihan polis (reinstatement provision), dan ketentuan pernyataan salah usia atau jenis
kelamin (misstatement of age or sex provision). Seluruh ketentuan polis harus tunduk pada
peraturan perundangan yang berlaku di negara yang bersangkutan.
Di Amerika Serikat, peraturan perundangan yang mengatur bisnis asuransi jiwa
terutama diatur oleh peraturan perundangan di tingkat negara bagian, dan hanya bagian
kecil diatur oleh pemerintah federal. Dengan demikian, polis‐polis asuransi jiwa individu di
Amerika Serikat dapat berbeda‐beda antara satu negara bagian dengan negara bagian
yang lain. Walaupun demikian, para komisioner (pengawas) industri asuransi jiwa di
Amerika Serikat selalu merancang model peraturan perundangan yang diharapkan dapat
diterima oleh seluruh negara bagian. Prakteknya, banyak negara bagian mengadopsi
model itu dan hanya melakukan modifikasi seperlunya untuk menyesuaikan dengan
peraturan perundangan yang umum berlaku di negara bagian itu.
Di Indonesia, peraturan perundangan yang berlaku didasarkan atas Undang Undang
Dasar 1945, Undang‐Undang (saat ini yang berlaku adalah UU No: 2 tahun 1992 tentang
Perasuransian), Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri Keuangan (KMK), Kitab
Undang‐Undang Hukum Perdata, dan Kitab Undang‐Undang Hukum Dagang (KUHD).
Secara umum, peraturan perundangan yang berlaku lebih banyak mengatur tentang
bisnis asuransi jiwa secara institusional seperti permodalan, kesehatan keuangan
perusahaan asuransi jiwa, uji layak dan kepatutan bagi direksi asuransi jiwa. Peraturan
perundangan yang mengatur tentang mekanisme kerja asuransi jiwa masih sangat minim
dan bersifat umum, sehingga tidaklah heran sering terjadi perbedaan pandangan antara
penanggung dengan pemegang polis dalam menafsirkan ketentuan‐ketentuan polis
asuransi jiwa.
1. Free Look Provision
Polis asuransi jiwa individu umumnya mengandung free look provision yakni
ketentuan yang memberikan kesempatan kepada pemegang polis untuk mempelajari
polis asuransi jiwa yang dibelinya dalam tenggang waktu tertentu – biasanya berkisar
antara 7 – 10 hari sejak polis diterima. Selama masa itu, pemegang polis berhak untuk
membatalkan polis dan menerima pengembalian premi inisial secara penuh.
Pertanggungan asuransi jiwa tetap berlaku selama masa free look atau sampai
dengan tanggal pembatalan polis, yang mana yang lebih dahulu.
Contoh, Nyonya Dewi menerima polis asuransi jiwa seumur hidup pada tanggal 1
Maret 2009. Masa free look adalah sejak tanggal 1 Maret 2009 sampai dengan 10
Maret 2009. Bila nyonya Dewi membatalkan polis tersebut pada tanggal 07 Maret
2009, maka pertanggungan polis tersebut menjadi batal pada tanggal 07 Maret 2009,
bukan pada tanggal 10 Maret 2009. Bila nyonya Dewi tidak melakukan tindakan
188
SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN
apapun, maka dianggap nyonya Dewi menerima polis itu dan polis berlaku sejak
tanggal 1 Maret 2009. Namun bila nyonya Dewi meninggal pada tanggal 5 Maret
2009, maka pertanggungan tetap efektif, penanggung akan membayar santunan
kematian kepada pihak yang ditunjuk.
2. Ketentuan satu‐kesatuan kontrak (entire contract provision)
Ketentuan satu‐kesatuan kontrak adalah ketentuan yang menetapkan jenis‐jenis
dokumen sebagai bagian dari kontrak antara penanggung dengan pemegang polis.
Dengan penetapan ini, para pihak harus merujuk arti istilah dan ketentuan‐ketentuan
kontrak yang didasarkan atas pernyataan tulisan yang tercantum dalam dokumen
tersebut. Hal ini penting untuk mencegah pernyataan‐pernyataan lisan yang dapat
menimbulkan kontroversi bila digunakan untuk menafsirkan maksud kontrak.
Redaksi kontrak yang spesifik sangat tergantung dari sifat kontrak, bisa bersifat
kontrak tertututp atau kontrak terbuka.
Dalam kontrak tertutup, syarat dan ketentuan yang berlaku adalah yang
tercantum dalam dokumen‐dokumen yang dicetak atau yang dilekatkan pada kontrak
tersebut. Ketentuan satu‐kesatuan kontrak menyatakan bahwa fotokopi surat
permohonan asuransi jiwa, polis asuransi jiwa, endorsemen‐endorsemen, dan
lampiran‐lampiran yang ada merupakan satu kesatuan kontrak. Untuk memahami
maksud dan tujuan kontrak, maka para pihak harus menafsirkan isi dari dokumen‐
dokumen tersebut sebagai satu kesatuan. Pemegang polis harus memiliki akses
penuh atas dokumen‐dokumen tersebut untuk menjamin adanya kesetaraan posisi
para pihak.
Dalam kontrak terbuka, misalnya pada polis asuransi jiwa yang diterbitkan oleh
perkumpulan fraternal, satu‐kesatuan kontrak meliputi polis asuransi jiwa,
endorsemen‐endorsemen dan lampiran‐lampiran, akta pendirian perkumpulan
fraternal, anggaran dasar dan anggaran rumah tanggal fraternal, fotokopi surat
permohonan keanggotaan fraternal, dan pernyataan layak asuransi (declaration of
insurability) yang ditandatangani oleh pemohon. Dalam hal ini, perkumpulan fraternal
tidak perlu melampirkan akta pendirian, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
pada polis asuransi jiwa yang diterbitkannya. Ini dimungkinkan karena pada saat
tertanggung menjadi anggota perkumpulan, maka ia sudah pasti akan mendapatkan
salinan akta pendirian, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perkumpulan itu,
sehingga dapat memeriksa isi dari seluruh dokumen dimaksud.
Ketentuan satu‐kesatuan kontrak sering mencantumkan pernyataan (1) hanya
orang‐orang dengan wewenang tertentu yang dapat mengubah isi kontrak, (2)
perubahan kontrak hanya akan berlaku efektif bila dilakukan secara tertulis dan (3)
perubahan kontrak tidak akan dibuat apabila tidak disetujui secara tertulis oleh
pemegang polis.
189
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
3. Ketentuan inkontesabilitas (incontestability provision)
Ketentuan ini mengatur tentang hak penanggung untuk membatalkan polis dan
atau menghindarkan diri dari kewajiban terhadap kontrak asuransi. Hak ini timbul bila
pemegang polis dan atau tertanggung melakukan tindakan misrepresentasi yang
bersifat material (material misrepresentation). Hak penanggung ini hanya efektif pada
beberapa tahun pertama sejak polis berlaku, biasanya berkisar dua atau tiga tahun.
Setelah waktu yang telah ditetapkan, penanggung tidak dapat lagi menggunakan hak
tersebut.
4. Misrepresentasi yang bersifat material (material misrepresentation)
Surat permohonan asuransi jiwa (SPAJ) selalu mengandung pertanyaan‐
pertanyaan yang harus dijawab oleh pemegang polis dan atau tertanggung. Jawaban
dari pertanyaan‐pertanyaan tersebut merupakan sumber informasi yang benar dan
relevan yang dibutuhkan oleh penanggung untuk memutuskan apakah ia akan
mengambil alih risiko tersebut atau tidak. Bila jawaban tersebut tidak benar, maka
penanggung dapat berbuat salah dalam proses pengambilan putusan. Penanggung
bisa bersedia untuk menerima risiko tersebut, padahal bila penanggung tahu
informasi yang sesungguhnya maka penanggung akan menolak untuk menanggung
risiko itu. Informasi salah yang meyebabkan penanggung mengambil putusan yang
berbeda disebut informasi yang material.
Dalam hukum kontrak, pernyataan yang dibuat oleh para pihak dapat bersifat
‘warranty’ atau representasi (representation). Disebut ‘warranty’ apabila pernyataan
itu harus benar secara harafiah, bila tidak benar maka kontrak dapat dibatalkan.
Disebut representasi apabila pernyataan itu harus benar secara substansi, bila tidak
benar maka kontrak dapat dibatalkan.
Contoh: Dalam SPAJ, Tuan Mahavira menyatakan bahwa dua tahun lalu ia pernah
mengajukan klaim kecelakaan atas luka robek pada betis kiri, padahal semestinya luka
robek tersebut terdapat pada betis kanan. Oleh karena hal ini tidak berpengaruh
besar pada proses seleksi risiko asuransi jiwa berjangka yang ia ajukan, maka
informasi ini bersifat tidak material.
Misrepresentasi disebut material apabila kondisi yang sebenarnya diketahui oleh
penanggung, sehingga penanggung tidak akan mengambil risiko tersebut atau
mengambil risiko dengan syarat tertentu, misalnya uang pertanggungan yang lebih
rendah atau dilakukan pembebanan premi ekstra. Seringkali penanggung tidak
memiliki kesempatan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya, untuk itu
penanggung diberikan hak untuk membatalkan polis atas dasar misrepresentasi yang
bersifat material. Dalam kondisi ini, penanggung diberikan kesempatan untuk kembali
kepada posisi semula, sehingga ia dapat melakukan seleksi risiko ulang. Bila ia tetap
tidak mau mengambil risiko tersebut, maka polis menjadi batal. Bila ia mau
mengambil risiko itu maka penanggung menganggap informasi itu bersifat tidak
material.
190
SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN
Contoh: Nyonya Kartika menyatakan bahwa pada tanggal 05 September 2003, ia
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin di rumah sakit. Kondisi sebenarnya adalah
nyonya Kartika berobat ke rumah sakit pada tanggal 06 September 2003 untuk
penyakit jantung koroner. Kesalahan penyebutan tanggal 05 September 2003 tidak
bersifat material, apabila nyonya Kartika benar‐benar melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin, karena perbedaan tanggal (hanya 1 hari) tidak bersifat material.
Pernyataan bahwa ia melakukan pemeriksaan kesehatan rutin padahal sesungguhnya
ia berobat bersifat material, karena bila penanggung mengetahui bahwa ia menderita
penyakit jantung koroner, maka penanggung bisa meminta pemeriksaan tambahan
atau membebankan premi ekstra atau mengurangi uang pertanggungan yang
diminta, bahkan menolak pengajuan asuransi jiwa yang diminta.
Bila misrepresentasi material diketahui oleh penanggung pada saat mengevaluasi
SPAJ, maka penanggung dapat menolak risiko tersebut. Bila penanggung baru
mengetahui adanya misrepresentasi material setelah polis efektif, maka penanggung
berhak untuk membatalkan polis dalam kurun waktu tertentu (misalnya dua tahun)
setelah polis efektif. Kurun waktu ini disebut sebagai periode kontes (contestable
period). Penanggung tidak berhak untuk membatalkan polis karena misrepresentasi
material apabila telah melampaui kurun waktu tersebut, kecuali bila pemegang polis
bermaksud untuk melakukan penipuan (fraud). Biasanya penanggung tetap akan
membayar manfaat pertanggungan, meskipun ada unsur penipuan, karena
penanggung seringkali sulit mendapatkan bukti‐bukti yang meyakinkan bahwa telah
terjadi penipuan oleh pemegang polis untuk mendapatkan manfaat pertanggungan.
Hal ini perlu diperhatikan oleh praktisi klaim asuransi, karena hak penanggung untuk
membatalkan polis tetap berlaku bila dapat dibuktikan bahwa pemegang polis telah
melakukan penipuan.
Klausula misrepresentasi material perlu untuk melindungi kepentingan
pemegang polis dan ahli waris karena penanggung tidak dapat menghindar dari
kewajiban untuk membayar manfaat asuransi (walaupun telah terjadi misrepresentasi
material) asalkan polis telah berusia dua tahun atau lebih.
Contoh klausula baku untuk inkontesabilitas adalah “penanggung tidak akan
membatalkan polis bila telah berlangsung lebih dari dua tahun sejak tanggal polis
diterbitkan dan tertanggung masih tetap hidup dalam masa tersebut.” atau dalam
bahasa Inggris dinyatakan sebagai “we will not contest this policy after it has been
inforce during the lifetime of the insured for two years from the date of issue.”
Frasa “tertanggung masih tetap hidup dalam masa tersebut” atau “during the
lifetime of the insured” menyebabkan penanggung dapat membatalkan polis kapan
saja apabila tertanggung meninggal dunia dalam periode kontes dan terbukti telah
terjadi misrepresentasi material. Tanpa frasa tersebut, apabila tertanggung
meninggal dunia dalam periode kontes dan pihak yang ditunjuk baru mengajukan
klaim setelah periode kontes dilampaui, maka penanggung harus membayar manfaat
pertanggungan walaupun telah terjadi misrepresentasi material. Dengan demikian
191
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
frasa itu berguna untuk melindungi penanggung atas potensi kerugian yang
ditimbulkan misrepresentasi material.
Di Amerika Serikat, salinan SPAJ harus dilampirkan di dalam polis apabila
penanggung ingin menggunakan misrepresentasi material sebagai dasar untuk
pembatalan polis. Salinan SPAJ adalah satu kesatuan dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kontrak asuransi. Apabila salinan SPAJ tidak dilampirkan, maka
ia bukan merupakan bagian dari kontrak, sehingga tidak dapat digunakan sebagai
dasar pembatalan polis. di Kanada, SPAJ merupakan bagian dari kontrak asuransi, jadi
salinan SPAJ tidak perlu dilampirkan dalam kontrak asuransi.
5. Ketentuan Masa Tenggang / Masa Leluasa (grace period provision)
Ketentuan masa tenggang menyatakan suatu periode waktu tertentu dimana
pertanggungan masih berlaku walaupun premi lanjutan yang telah jatuh tempo
belum dibayar. Biasanya masa tenggang adalah 30 atau 31 hari setelah tanggal jatuh
tempo premi lanjutan. Bila tertanggung meninggal pada masa tenggang, maka
penanggung akan membayar manfaat pertanggungan setelah dikurangi dengan
premi lanjutan yang jatuh tempo.
Jika premi lanjutan tidak dibayar walaupun telah melewati masa tenggang, maka
pertanggungan berhenti atau lapse. Apabila polis memiliki nilai tunai, maka
pertanggungan dapat dilanjutkan sesuai opsi yang tersedia (non‐forfeiture option).
Beberapa jenis polis, seperti polis asuransi jiwa universal, tidak mewajibkan
pembayaran premi lanjutan secara teratur. Dalam hal ini, masa tenggang baru akan
berlaku apabila nilai tunai polis itu tidak lagi mencukupi untuk membayar beban
mortalita dan biaya bulanan. Masa tenggang dapat dimulai dari (1) tanggal pada saat
nilai tunai tidak mencukupi untuk membayar beban mortalita dan biaya bulanan,
masa tenggang yang berlaku adalah 61 atau 62 hari, atau (2) tanggal pada saat nilai
tunai adalah nihil, masa tenggang yang berlaku adalah 30 atau 31 hari. Polis
menyatakan bahwa paling sedikit 30 atau 31 hari sebelum pertanggungan berakhir,
penanggung harus memberitahukan secara tertulis kepada pemegang polis bahwa
nilai tunai polis yang tersedia tidak lagi mencukupi untuk membayar beban mortalita
dan biaya bulanan.
6. Ketentuan pemulihan (reinstatement provision)
Apabila premi lanjutan tidak dibayar setelah masa tenggang dilampaui, maka
pertanggungan akan terhenti pada polis yang tidak mengandung unsur tabungan.
Sedangkan pada polis dengan unsur tabungan, polis diubah menjadi (1) polis bebas
premi dengan uang pertanggungan yang lebih kecil dari semula atau (2) polis asuransi
berjangka dengan uang pertanggungan yang sama. Penanggung biasanya tidak
memperkenankan pemulihan polis bila polis ditebus dan pemegang polis telah
menerima nilai tebus.
Pemegang polis dapat melanjutkan pertanggungan yang terhenti dengan
mengajukan pemulihan polis kepada penanggung apabila memenuhi syarat‐syarat
192
SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN
tertentu seperti (1) mengajukan permohonan pemulihan polis dalam kurun waktu
tertentu seperti yang tercantum dalam polis, (2) melampirkan bukti‐bukti layak
asuransi, (3) membayar premi yang tertunggak dan bunganya (bila ada).
Bukti‐bukti layak asuransi sangat diperlukan dalam proses pemulihan polis.
Pemegang polis yang memiliki kesehatan kurang baik cenderung akan memulihkan
polis, karena tidak dapat menjadi tertanggung dengan kualifikasi standar. Kebijakan
masing‐masing penanggung dalam menetapkan bukti‐bukti layak asuransi bisa
berbeda‐beda, mulai dari hanya membuat pernyataan sehat sampai dengan
pemeriksaan kesehatan yang lebih lengkap. Biasanya pemeriksaan kesehatan akan
diminta apabila (1) jangka waktu antara permohonan pemulihan polis dengan akhir
masa tenggang lebih dari satu bulan, (2) kesehatan tertanggung diduga menurun,
atau (3) uang pertanggungan yang tinggi.
Pada polis dengan pembayaran premi fleksibel seperti polis asuransi jiwa
universal, premi yang dibayarkan paling sedikit sama dengan dua kali premi bulanan.
Jumlah ini diperkirakan cukup untuk membayar beban mortalita dan biaya bulanan.
Pada polis dengan pembayaran premi tetap seperti polis asuransi jiwa seumur hidup,
premi yang dibayarkan adalah premi yang tertunggak ditambah dengan bunga (bila
ada).
Pemegang polis seyogyanya mempertimbangkan untung rugi pemulihan polis
dibandingkan bila ia membeli polis baru. Keuntungan pemulihan poils adalah (1)
tingkat premi yang dibebankan adalah berdasarkan usia masuk, bukan berdasarkan
pada usia saat pemulihan, dan (2) nilai tunai langsung terbentuk sesuai yang
dijanjikan.
Pada pemulihan polis, berlaku periode kontes baru yang didasarkan atas
pernyataan‐pernyataan yang tercantum dalam surat permohonan pemulihan polis.
Penanggung tidak dapat membatalkan polis berdasarkan misrepresentasi material
yang tercantum pada SPAJ bila periode kontes awal telah terlampaui.
7. Pernyataan salah usia atau jenis kelamin (misstatement of age or sex
provision)
Usia dan jenis kelamin adalah faktor penting dalam menetapkan jumlah premi
yang harus dibayar. Semakin tinggi usia maka semakin besar jumlah premi yang harus
dibayar. Penanggung sering menemukan terjadi kesalahan usia tertanggung yang
tercantum dalam SPAJ.
Bila penanggung menemukan kesalahan usia setelah tertanggung meninggal
dunia, maka jumlah uang pertanggungan akan disesuaikan berdasarkan usia
sesungguhnya. Pada umumnya penanggung akan menyesuaikan jumlah uang
pertanggungan, bila usia sesungguhnya lebih besar daripada usia yang tercantum di
SPAJ. Bila sebaliknya, maka jumlah uang pertanggungan akan tetap dan penanggung
akan mengembalikan kelebihan premi yang telah dibayarkan.
193
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Contoh: Nyonya Lisa, usia 50 tahun, uang pertanggungan Rp. 100.000.000,‐
tingkat premi 8 per mil, premi yang dibayarkan berjumlah Rp. 800.000,‐ per tahun.
Pada tahun ke empat, nyonya Lisa meninggal dunia dan baru diketahui usia
sesungguhnya pada saat awal pertanggungan adalah 51 tahun. Tingkat premi usia 51
tahun adalah 10 per mil.
Perhitungan :
a. Jumlah premi (usia 51 tahun) = 10 per mil x Rp. 100.000.000,‐ = Rp.
1.000.000,‐ x 4 tahun = Rp. 4.000.000,‐
b. Jumlah premi (usia 50 tahun) = 8 per mil x Rp. 100.000.000,‐ = Rp. 800.000,‐
x 4 = Rp. 3.200.000,‐
c. Uang pertanggungan yang disesuaikan = (Rp. 3.200.000,‐ / Rp. 4.000.000,‐) x
Rp. 100.000.000,‐ = Rp. 80.000.000,‐
Bila nyonya Lisa berusia 51 tahun, tapi tertulis usia 50 tahun, maka jumlah premi
yang telah dibayarkan adalah Rp. 4.000.000,‐ untuk uang pertanggungan Rp.
100.000.000,‐ Bila berdasarkan usia 50 tahun, maka jumlah premi yang harus dibayar
adalah Rp. 3.200.000,‐. Penanggung akan membayar uang pertanggungan Rp.
100.000.000,‐ dan mengembalikan premi sebesar Rp. 800.000,‐ (= Rp. 4.000.000,‐ ‐
Rp. 3.200.000,‐)
Bila penanggung menemukan kesalahan pada saat tertanggung masih hidup,
maka penanggung biasanya akan memberikan pilihan yakni (1) penyesuaian uang
pertanggungan atau (2) pengembalian kelebihan premi yang telah dibayarkan
Contoh: Apabila kesalahan usia ditemukan pada saat nyonya Lisa masih hidup
dan usia sesungguhnya adalah 50 tahun, sedang yang tercantum adalah 51 tahun,
maka nyonya Lisa akan menerima pengembalian premi. Sebaliknya bila usia
sesungguhnya adalah 51 tahun dan yang tercantum adalah 50 tahun, maka nyonya
Lisa bisa menambah jumlah premi yang harus dibayar agar uang pertanggungan tetap
sama, atau meminta penyesuaian uang pertanggungan dan jumlah premi yang
dibayar akan tetap sama.
B. Ketentuan Unik Pada Polis Asuransi Jiwa Dengan Unsur Tabungan
Ada dua ketentuan yang khas pada polis asuransi jiwa dengan unsur tabungan yakni
(1) pinjaman polis dan penebusan dan (2) nonforfeiture options
1. Pinjaman polis dan penebusan sebagian
Bila pemegang polis asuransi jiwa dengan unsur tabungan membutuhkan uang,
maka ia dapat meminjam dari penanggung dengan jaminan nilai tunai polis yang
tersedia. Biasanya nilai pinjaman yang diberikan tidak boleh lebih dari 80% nilai tunai
polis saat itu. Penanggung akan membebankan bunga atas pinjaman polis tersebut.
Yang unik adalah pemegang polis tidak perlu mencicil atau bahkan tidak perlu
mengembalikan pinjaman polis sepanjang nilai tunai yang tersedia masih lebih besar
daripada saldo pinjaman polis ditambah bunga (bila ada). Bila tertanggung meninggal
dunia, pihak yang ditunjuk akan menerima santunan kematian yang akan dikurangi
194
SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN
dengan saldo pinjaman polis ditambah bunga (bila ada). Pada saat habis kontrak,
pemegang polis juga akan menerima nilai habis kontrak yang akan dikurangi dengan
saldo pinjaman polis ditambah bunga (bila ada). Oleh karena itu, ada yang
berpendapat bahwa istilah pinjaman polis sebenarnya kurang tepat karena dana yang
diterima lebih tepat dianggap sebagai pembayaran dimuka atas manfaat asuransi.
Pemegang polis dapat mengembalikan sebagian atau seluruh pinjaman polis.
Apabila saldo pinjaman polis masih ada, maka akan dikenakan bunga pinjaman polis.
Bila saldo pinjaman polis sama dengan jumlah nilai tunai yang tersedia, maka
pertanggungan polis itu akan berhenti. Untuk menghindari terhentinya
pertanggungan, biasanya penanggung akan memberitahukan pemegang polis bahwa
saldo pinjaman polis hampir menyamai jumlah nilai tunai yang tersedia dan
menganjurkan pemegang polis untuk membayar pinjaman polis sebagian atau
seluruhnya.
Berbeda dengan bank, penanggung tidak perlu repot meneliti kemampuan
pemegang polis untuk mengembalikan pinjaman, karena nilai tunai polis adalah
jaminan dari pinjaman polis. Tetapi dapat juga mirip dengan bank, dimana bunga
pinjaman polis ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai kondisi pasar.
Pada polis asuransi jiwa universal atau unit‐link, dimana pemegang polis dapat
menarik dana yang bersumber dari dana investasi polis disebut penebusan sebagian,
karena saldo dana investasi akan berkurang sesuai dengan jumlah dana yang ditarik.
Dana yang diambil tidak dibebankan bunga, sedangkan penanggung dapat
membebankan biaya penebusan atas transaksi tersebut dan membatasi jumlah
transaksi dalam satu periode waktu tertentu, misalnya maksimum satu kali per bulan.
2. Ketentuan penebusan nilai tunai (Nonforfeiture provision)
Nonforfeiture provision adalah ketentuan yang mengatur opsi‐opsi yang dapat
dipilih oleh pemegang polis bila premi lanjutan tetap tidak dibayar setelah melampaui
masa tenggang. Tersedia empat opsi yakni (1) pembayaran nilai tebus secara tunai
dan sekaligus, (2) melanjutkan pertanggungan dengan jumlah uang pertanggungan
yang disesuaikan, (3) pertanggungan diubah menjadi asuransi berjangka, dan (4)
pinjaman premi otomatis. Jika pemegang polis tidak memilih salah satu opsi yang
tersedia, pada umumnya penanggung akan memberlakukan pinjaman premi otomatis
yakni nilai tunai yang tersedia akan dikurangi untuk membayar premi yang
tertunggak.
a. Pembayaran nilai tebus secara tunai
Peraturan perundangan biasanya mengatur jumlah nilai tunai yang harus
tersedia dari waktu ke waktu bila pertanggungan tetap berlanjut. Penanggung
harus mencantumkan nilai tunai yang tersedia dalam lampiran polis tersendiri.
Jumlah nilai tunai yang tersedia tergantung dari (1) jenis polis, (2) jumlah premi
yang dibayar, dan (3) usia polis.
195
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Jumlah nilai tebus yang diterima oleh pemegang polis tidak harus sama
dengan jumlah nilai tunai yang tersedia. Jumlah nilai tebus yang diterima sama
dengan nilai tunai ditambah dengan dividen polis, premi dibayar dimuka dan
dikurangi dengan saldo pinjaman polis.
Bila nilai tebus telah diterima seluruhnya maka pertanggungan akan
berhenti.
b. Pertanggungan dengan jumlah uang pertanggungan yang disesuaikan (reduced
paid up).
Polis dengan unsur tabungan biasanya akan memiliki nilai tunai setelah polis
berusia dua tahun atau lebih. Bila premi lanjutan tidak dibayar, pemegang polis
memiliki opsi untuk mengurangi jumlah uang pertanggungan polis (reduced paid
up). Logika yang digunakan adalah polis asli “ditebus”, nilai tebus langsung
digunakan sebagai premi tunggal untuk membeli polis baru dengan jenis
pertanggungan yang sama dengan polis asli. Tingkat premi polis baru didasarkan
atas usia tertanggung saat itu. Seluruh asuransi tumpangan tidak diikutsertakan.
Metoda ini menjamin pemegang polis memiliki polis dengan jenis
pertanggungan dan masa pertanggungan yang sama, tanpa harus membayar lagi
premi lanjutan, namun dengan jumlah uang pertanggungan yang lebih rendah.
c. Pinjaman premi otomatis (automatic premium loan)
Opsi ini menjamin bahwa polis asli tetap memiliki karakteristik semula
walaupun premi lanjutan tidak dibayar. Sesungguhnya pinjaman premi otomatis
adalah pinjaman polis dimana uang pinjaman yang diterima, langsung digunakan
untuk membayar premi lanjutan yang telah jatuh tempo. Pada pinjaman polis,
pemegang polis berhak untuk menggunakan uang tersebut untuk keperluan apa
saja sesuai kehendaknya.
Pinjaman premi otomatis akan berlangsung terus sampai dengan nilai tunai
yang tersedia tidak lagi mencukupi untuk membayar premi lanjutan. Pada saat
itu, polis otomatis akan mengalami penebusan dan sisa nilai tunai yang tersedia
akan diserahkan kepada pemegang polis.
Setiap bulan, polis asuransi jiwa universal akan memotong biaya asuransi dari
nilai investasi yang ada. Mekanisme ini secara hakiki adalah sama dengan
pinjaman premi otomatis.
3. Pengecualian Dalam Polis Asuransi Jiwa
Pengecualian‐pengecualian yang terdapat pada polis asuransi jiwa menjelaskan
tentang kondisi‐kondisi yang apabila terjadi klaim, maka manfaat asuransi tidak akan
dibayarkan oleh penanggung. Biasanya pengecualian‐pengecualian mencantumkan
kondisi‐kondisi yang bila terjadi akan menyebabkan kerugian masif bagi penanggung
seperti perang, huru hara, dan lain sebagainya.
196
SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI PERORANGAN
Salah satu pengecualian yang unik adalah meninggal dunia karena bunuh diri.
Klausula pengecualian meninggal karena bunuh diri biasanya berbunyi :
Bunuh diri, baik dalam kondisi waras atau tidak waras, dalam waktu dua tahun
setelah polis terbit, tidak ditanggung dalam polis ini. Penanggung akan
mengembalikan premi yang telah dibayar dikurangi dengan pinjaman polis dan bunga
pinjaman polis (bila ada) dan selanjutnya polis menjadi gugur.
Suicide of the insured, while sane or insane, within two years of the date of issue, is
not covered by this policy. In that event, this policy will end and the only amount
payable will be the premiums paid to us, less any loan.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa sesungguhnya bunuh diri tidak
termasuk dalam pengecualian, namun manfaat asuransi yang dibayarkan tidak
berupa uang pertanggungan penuh melainkan nilai tunai yang telah tersedia pada
saat itu atau seluruh jumlah premi yang telah dibayar.
==========
Opsi pengaturan = settlement options
Ketentuan polis standar = standard policy provisions
Free look provision = ?????
Ketentuan masa tenggang = ketentuan masa leluasa = grace period provision
Ketentuan pemulihan polis = reinstatement provision
Ketentuan pernyataan salah usia atau jenis kelamin = misstatement of age or sex provision
Ketentuan satu‐kesatuan kontrak = entire contract provision
Ketentuan inkontesabilitas = incontestability provision
Penyataan layak asuransi = declaration of insurability
Charter = akta pendirian
Constitution = anggaran dasar
Bylaws = anggaran rumah tangga
197
HAK-HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI
BAB X
HAK HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI
IHTISAR BAB TUJUAN
Penamaan Pihak Yang Ditunjuk Setelah mempelajari bab atau bagian ini
¾ Pihak yang ditunjuk primer dan diharapkan dapat:
pihak yang ditunjuk sekunder
¾ Klausula fasilitas pembayaran 1. Mengidentifikasi hak‐hak pemegang
(facility‐of‐payment clause) polis yang berkaitan dengan polis yang
¾ Penggantian pihak yang ditunjuk dimilikinya seperti penunjukan
Pembayaran Premi termaslahat, pembayaran premi, dan
¾ Frekuensi pembayaran premi lain‐lain;
¾ Metoda pembayaran premi
¾ Dividen polis 2. Menjelaskan bagaimana penunjukan
¾ Pembayaran manfaat asuransi termaslahat,
(Settlement options)
Alih Kepemilikan Polis 3. Membedakan antara termaslahat primer
¾ Alih kepemilikan dengan cara dan sekunder;
penetapan (assignment)
¾ Jenis‐jenis penetapan (assignment) 4. Menyebutkan frekuensi dan moda
¾ Alih kepemilikan dengan cara pembayaran premi;
endorsemen
5. Menyebutkan karakteristik dividen polis;
6. Mengenal berbagai opsi untuk
pembayaran manfaat asuransi
7. Mengenal tentang alih kepemilikan polis
Pada dasarnya, polis asuransi jiwa adalah sebuah kontrak antara penanggung dengan
pemegang polis. Kedua pihak memiliki hak dan tanggungjawab yang diatur dalam kontrak
tersebut. Dalam bab ini, kita akan membahas hak‐hak pemegang polis seperti (1) penamaan
pihak yang ditunjuk, (2) pembayaran premi, (3) opsi pengaturan, dan (4) alih kepemilikan
polis.
A. Penamaan Pihak Yang Ditunjuk
Pemegang polis adalah pemilik polis asuransi jiwa dan tertanggung adalah orang yang
atas dirinya diadakan perjanjian asuransi, sedangkan pihak yang ditunjuk adalah orang
atau badan yang akan menerima manfaat asuransi bila tertanggung meninggal dunia
(biasanya berupa santunan meninggal). Hal ini berarti pihak yang ditunjuk bisa berupa
orang perorang atau badan seperti misalnya perusahaan, organisasi, gereja atau masjid,
yayasan, dan lain‐lain.
199
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Pihak yang ditunjuk dapat didasarkan atas nama orang secara spesifik, misalnya Budi,
Tuti, atau dapat didasarkan atas kelompok atau kelas seperti “anak‐anak saya”.
Satu syarat penting agar dapat menjadi pihak yang ditunjuk adalah terdapat
“kepentingan asuransi” (insurable interest). Syarat ini hanya berlaku pada awal
penerbitan polis, setelah itu perubahan nama‐nama pihak yang ditunjuk tidak lagi
memerlukan syarat “kepentingan asuransi”. Di Indonesia, dianjurkan agar syarat
“kepentingan asuransi” tetap harus diberlakukan terhadap masing‐masing pihak yang
ditunjuk baik pada awal penerbitan polis maupun periode‐periode selanjutnya.
1. Pihak yang ditunjuk primer dan pihak yang ditunjuk sekunder
Pihak yang ditunjuk primer (primary beneficiary) adalah orang atau badan yang
akan menerima manfaat asuransi bila tertanggung meninggal dunia. Pemegang polis
dapat mengatur pembagian manfaat asuransi yang akan diterima oleh pihak yang
ditunjuk. Bila ini tidak dilakukan, maka penanggung akan membagi manfaat asuransi
secara merata untuk masing‐masing pihak yang ditunjuk. Di Indonesia, jarang
dilakukan penetapan pembagian manfaat asuransi pada saat pengajuan polis.
Penanggung biasanya mewajibkan seluruh pihak yang ditunjuk untuk
menandatangani berita acara penerimaan manfaat asuransi, selanjutnya pembagian
manfaat asuransi dilakukan sesuai kesepakatan di antara mereka.
Tindakan ini juga perlu agar penanggung terhindar dari tuntutan salah satu pihak
yang ditunjuk, karena merasa belum menerima pembayaran manfaat asuransi.
Bagaimana bila pihak yang ditunjuk primer meninggal lebih dulu daripada
tertanggung? Dalam hal ini, manfaat asuransi akan diterima oleh pihak yang ditunjuk
sekunder (contingent beneficiary). Bila tertanggung meninggal dunia, manfaat
asuransi bukan menjadi bagian dari harta warisan (estate) namun menjadi hak dari
pihak yang ditunjuk.
Bila seluruh pihak yang ditunjuk telah meninggal sebelum tertanggung
meninggal, maka manfaat asuransi baru dapat dijadikan bagian dari warisan
almarhum tertanggung. Di Ameriksa Serikat, bila pemegang polis dan tertanggung
berbeda, maka manfaat asuransi akan dibayarkan kepada pemegang polis atau
menjadi bagian dari warisan pemegang polis bila ia telah meninggal dunia.
2. Klausula fasilitas pembayaran (facility‐of‐payment clause)
Di Amerika Serikat, penanggung dapat membayar sebagian atau seluruh manfaat
asuransi kepada pihak lain, selain dari pihak yang ditunjuk. Hal ini hanya berlaku pada
polis‐polis dengan jumlah uang pertanggungan kecil, misalnya pada asuransi jiwa
kumpulan. Manfaat asuransi akan diberikan kepada pihak yang diyakini telah
menanggung biaya penguburan atau biaya perawatan rumah sakit selama
tertanggung dirawat. Hal ini perlu apabila pihak yang ditunjuk adalah anak‐anak yang
masih di bawah umur atau pihak yang ditunjuk telah meninggal dunia.
200
HAK-HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI
3. Penggantian pihak yang ditunjuk
Pemegang polis dapat mengganti pihak yang ditunjuk setiap saat yang dikenal
sebagai revocable beneficiary, sedangkan bila tidak dapat diganti disebut irrevocable
beneficiary.
Revocable beneficiary tidak memiliki hak apapun dalam polis. Hak mereka akan
timbul pada saat tertanggung meninggal dunia. Oleh karena itu, pemegang polis
dapat mengganti revocable beneficiary kapanpun sepanjang tertanggung masih
hidup.
Pemegang polis tidak dapat mengganti irrevocable beneficiary yang telah
ditetapkan. Ini berarti pemegang polis melepaskan hak untuk mengganti pihak yang
ditunjuk kecuali dengan persetujuan dari irrevocable beneficiary. Dalam hal ini,
irrevocable beneficiary memiliki hak penuh untuk mendapatkan manfaat asuransi bila
tertanggung meninggal dunia.
Penetapan irrevocable beneficiary juga membatasi hak‐hak pemegang polis
seperti pinjaman polis, penebusan polis, atau mengalihkan kepemilikan polis kepada
pihak lain. Hak irrevocable beneficiary akan berakhir bila ia meninggal dunia dan
pemegang polis dapat menunjuk orang lain sebagai pihak yang ditunjuk.
Pada umumnya disepakati bahwa penetapan pihak yang ditunjuk selalu
merupakan revocable beneficiary kecuali dinyatakan secara khusus bahwa pihak yang
ditunjuk akan merupakan irrevocable beneficiary.
Penggantian pihak yang ditunjuk dapat dilakukan dengan dua cara yakni (1)
metode pencatatan dan (2) metode endorsemen.
Bila menggunakan metode pencatatan, maka pemegang polis cukup
memberitahukan secara tertulis kepada penanggung bahwa ia akan mengganti pihak
yang ditunjuk sambil mencantumkan nama‐nama yang akan diganti dan nama‐nama
baru yang akan menjadi pihak yang ditunjuk. Bila diperlukan, pemberitahuan secara
tertulis harus ditandatangani di atas surat bermaterai atau dalam bentuk akta notaris.
Bila menggunakan metoda endorsemen, penggantian pihak yang ditunjuk baru
akan menjadi efektif setelah penanggung menerbitkan endorsemen sebagai lampiran
dari kontrak asuransi jiwa.
B. Pembayaran Premi
Hak pemegang polis dalam pembayaran premi berkaitan dengan frekuensi
pembayaran premi dan metoda pembayaran premi.
1. Frekuensi pembayaran premi
Pemegang polis dapat membayar premi secara sekaligus, biasa disebut dengan
premi tunggal atau premi sekaligus atau single premium. Umumnya premi akan
dibayar secara tahunan, walau kadang‐kadang dapat dibayar secara semesteran,
201
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
202
HAK-HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI
Pemegang polis dapat menerima dividen polis dalam berbagai bentuk seperti (1)
uang tunai, (2) pengurangan premi yang jatuh tempo, (3) diinvestasikan kembali, (4)
untuk membeli polis jenis sama sehingga menambah uang pertanggungan (paid‐up
additional insurance option), dan (5) untuk membeli polis asuransi jiwa berjangka.
Pilihan dividen polis biasanya dinyatakan pada SPAJ. Pemegang polis dapat
mengubah pilihan ini dari waktu ke waktu sesuai ketentuan yang berlaku. Bila
pemegang polis tidak membuat pilihan, maka pilihan otomatis akan diberlakukan
yakni dividen akan digunakan untuk membeli polis dengan jenis yang sama.
Penanggung membatasi penggunaan dividen polis sebagai premi untuk membeli
polis asuransi jiwa berjangka karena (1) uang pertanggungan polis baru maksimum
berjumlah sama dengan nilai tunai polis dan (2) tertanggung harus melampirkan
bukti‐bukti layak asuransi untuk mencegah anti‐seleksi.
4. Pembayaran manfaat asuransi (Settlement options)
Bila tertanggung meninggal dunia, penanggung akan membayar santunan
meninggal dan manfaat asuransi lain secara sekaligus (lump sum) kepada pihak yang
ditunjuk. Di Amerika Serikat, penanggung menyediakan beberapa alternatif
pembayaran manfaat asuransi disebut dengan settlement options. Di Indonesia,
settlement options tampaknya belum ada atau tidak populer.
Pemegang polis dapat memilih salah satu alternatif pembayaran manfaat
asuransi pada saat pengajuan SPAJ dan dapat mengubahnya dari waktu ke waktu
selama polis masih tetap aktif. Pemegang polis dapat menetapkan bahwa pilihan ini
bersifat tidak dapat diubah atau irrevocable, dalam hal ini pihak yang ditunjuk tidak
dapat mengubah alternatif yang telah ditetapkan menjadi alternatif yang sesuai
keinginannya.
Ada empat opsi pembayaran manfaat asuransi yakni (1) opsi bunga (2) opsi
periode tetap (3) opsi jumlah tetap dan (4) opsi seumur hidup.
a. Opsi Bunga
Opsi bunga menjamin bahwa penanggung akan menginvestasikan manfaat
asuransi dan membayar bunga secara teratur kepada pihak yang ditunjuk.
Penanggung biasanya menjamin tingkat bunga minimum. Penanggung dapat
memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi, jika hasil investasi lebih tinggi
daripada yang diharapkan.
Pembayaran bunga dilakukan per tahun. Frekuensi pembayaran dapat lebih
sering bila bunga yang dihasilkan berjumlah cukup besar.
Kadang‐kadang, bunga dapat diinvestasikan kembali dan menghasilkan
bunga majemuk. Hal ini sering terjadi bila pihak yang ditunjuk adalah anak di
bawah umur. Dengan menginvestasikan kembali bunga yang diterima, maka
jumlah dana akan semakin membesar yang nanti akan dapat ditarik oleh anak itu
203
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
bila ia sudah dewasa. Penanggung biasanya membatasi jangka waktu untuk
menginvestasikan kembali bunga yang diperoleh, misalnya sampai dengan pihak
yang ditunjuk meninggal dunia atau selama 30 tahun, yang mana yang lebih
dahulu.
b. Opsi periode tetap
Pemegang polis atau pihak yang ditunjuk menetapkan jangka waktu
pembayaran manfaat asuransi. Penanggung akan menghitung berapa besar
jumlah uang yang harus dibayarkan kepada mereka untuk setiap periode.
Penanggung akan menginvestasikan manfaat asuransi dengan tingkat imbal hasil
investasi minimum. Total jumlah uang yang dibayarkan selama periode waktu
tersebut pasti lebih besar daripada jumlah manfaat asuransi awal. Selisih jumlah
tersebut mencerminkan hasil investasi dari manfaat asuransi.
Jumlah manfaat asuransi yang dibayarkan untuk setiap periode tergantung
pada (1) jumlah manfaat asuransi awal, (2) tingkat suku bunga, (3) periode waktu
pembayaran.
Pihak yang ditunjuk tidak berhak untuk mengambil sebagian dari manfaat
asuransi yang sedang diinvestasikan, karena dapat menyebabkan berkurangnya
jumlah uang yang diterima untuk setiap periode.
c. Opsi jumlah tetap
Pemegang polis atau pihak yang ditunjuk menetapkan jumlah manfaat
asuransi yang akan diterima per periode. Penanggung akan menginvestasikan
manfaat asuransi dengan menjamin tingkat imbal hasil minimum. Penanggung
akan terus membayar manfaat asuransi sampai dengan saldo menjadi nihil. Lama
periode pembayaran tergantung pada (1) jumlah manfaat asuransi awal, (2)
tingkat suku bunga, (3) jumlah pembayaran per periode. Bila pihak yang ditunjuk
meninggal dunia sebelum saldo menjadi nihil, maka seluruh saldo yang tersisa
akan dibayarkan secara sekaligus kepada ahli warisnya.
Pihak yang ditunjuk diperbolehkan untuk menarik sejumlah uang dari saldo
yang masih tersedia. Penanggung tetap membayar dengan jumlah yang sama
untuk setiap periode, sehingga jumlah periode pembayaran akan berkurang bila
terjadi penarikan dana.
c. Opsi seumur hidup
Mekanisme opsi ini adalah penanggung akan menggunakan manfaat
asuransi sebagai premi tunggal untuk membeli anuitas seumur hidup (life
annuity). Hal ini berarti pihak yang ditunjuk akan menerima uang dengan jumlah
tetap sampai dengan ia meninggal dunia.
Ada empat jenis anuitas yang umum diberlakukan yakni (1) straight life
annuity, (2) life income annuity with period certain, (3) life income with refund
annuity, (4) joint and survivor annuity.
204
HAK-HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI
pengalihan hak ini akan dianggap sebagai pemberian hadiah, misalnya dari orang tua
kepada anak. Sebaliknya bila pengalihan ini menuntut adanya kompensasi secara
finansial, maka ini adalah transaksi jual beli, misalnya dari perusahaan kepada
karyawan yang akan pensiun.
Pada collateral assignment, pengalihan hak bersifat sementara karena polis akan
menjadi jaminan bagi kreditur bila debitur meninggal dunia atau tidak sanggup lagi
membayar hutangnya.
Pada collateral assignment, hak‐hak kepemilikan polis hanya berkaitan dengan
unsur finansial sedangkan unsur lain tidak dialihkan, misalnya hak untuk mengubah
nama pihak yang ditunjuk tetap merupakan hak pemegang polis. Kreditur hanya
berhak atas nilai finansial yang setara dengan saldo hutang yang masih tersisa. Bila
manfaat asuransi yang akan diterima lebih besar daripada saldo hutang, maka
kelebihan manfaat asuransi tersebut tidak dapat dimiliki oleh kreditur. Collateral
assignment tidak bersifat permanen karena akan berakhir bila hutang telah lunas.
3. Alih kepemilikan dengan cara endorsemen
Penanggung biasanya menetapkan bahwa bila terjadi alih kepemilikan, maka hal
tersebut harus diberitahukan secara tertulis dan penanggung akan menerbitkan
endorsemen sebagai bukti alih kepemilikan polis tersebut. Hal ini biasanya terjadi bila
polis diberikan sebagai hadiah kepada pihak lain. Dengan metoda ini, kedua belah
pihak dapat yakin bahwa proses alih kepemilikan telah sesuai dengan ketentuan polis
dan diketahui pula oleh penanggung.
206
ASURANSI JIWA KUMPULAN
BAB XI
ASURANSI JIWA KUMPULAN
IHTISAR BAB TUJUAN
Kontrak Asuransi Jiwa Kumpulan Setelah mempelajari bab atau bagian ini
Underwriting Dalam Asuransi Jiwa diharapkan dapat:
Kumpulan
¾ Alasan tentang terbentuknya 1. Mendefinisikan kontrak Asuransi jiwa
kelompok kumpulan;
¾ Besar Kecilnya Anggota kelompok
¾ Aliran Masuk dan Keluarnya 2. Menjelaskan bagaimana proses
Anggota Kelompok underwriting dalam Asuransi jiwa
¾ Stabilitas Kelompok kumpulan,
¾ Tingkat Kepesertaan
¾ Penentuan Tingkat Santunan 3. Mengenal pembentukan premi asuransi
¾ Kegiatan/Aktifitas Kelompok jiwa kumpulan;
Premi Asuransi Jiwa Kumpulan
¾ Manual Rating 4. Menjabarkan proses administrasi
¾ Experience Rating asuransi jiwa kumpulan;
¾ Blended Rating
¾ Pengembalian Premi (Premium 5. Menyebutkan karakteristik dividen polis;
Refund)
Administrasi Asuransi Jiwa Kumpulan 6. Mengidentifikasi syarat‐syarat umum
Syarat‐Syarat Umum Polis Asuransi polis asuransi jiwa kumpulan;
Jiwa Kumpulan
¾ Eligible members provision 7. Membedakan syarat‐syarat umum dan
¾ Policy’s grace provision syarat‐syarat khusus asuransi jiwa
¾ Incontestability provision kumpulan;
¾ Group insurance termination
provision 8. Mengenal produk‐produk inti dari
Syarat‐Syarat Khusus Asuransi Jiwa asuransi jiwa kumpulan.
Kumpulan
Produk‐Produk Inti Asuransi Jiwa
Kumpulan
A. Kontrak Asuransi Jiwa Kumpulan
Di berbagai negara termasuk di Indonesia, asuransi jiwa kumpulan atau “Group Life
Insurance“ merupakan bagian bisnis asuransi jiwa yang paling cepat tumbuh dan
berkembang. Pada tahun 1950 di Amerika Utara, asuransi jiwa kumpulan baru mencapai
angka 20% dari seluruh nilai bisnis asuransi jiwa di sana. Pada tahun 1970, bisnis asuransi
207
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
jiwa kumpulan di seluruh Amerika Serikat telah meningkat menjadi 3 kali lebih besar jika
kita bandingkan dengan volumenya 20 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003, nilai yang
dicapai oleh bisnis ini telah meraih angka lebih dari 42% dari total nilai yang diraih oleh
seluruh bisnis asuransi jiwa di negara itu. Sedangkan di Kanada pada tahun 2003 tersebut,
bisnis asuransi jiwa kumpulan ini telah mencapai angka lebih dari 50% dari seluruh bisnis
asuransi jiwanya.
Kontrak asuransi jiwa kumpulan, dalam terminologi aslinya disebut master group
insurance contract. Polis yang diterbitkan untuk sejumlah Peserta asuransi jiwa kumpulan
ini hanya satu polis untuk setiap kelompok, misalnya polis asuransi jiwa kumpulan untuk
para karyawan PT. Pesona Khayangan Estate, sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang perumahan (property development) di kota Depok Jawa Barat. Akan tetapi, bukan
berarti bahwa perusahaan asuransi jiwa hanya boleh menerbitkan satu polis untuk PT.
Pesona Kahayangan Estate. Ada kemungkinan perusahaan asuransi jiwa yang
menerbitkan polis untuk para karyawan PT. Pesona Kahayangan Estate tersebut,
menerbitkan polis asuransi jiwa kumpulan yang lain, bagi para Manager atau untuk para
Direktur di nasabah tersebut, meskipun individu yang ditunjuk sebagai Pemegang Polisnya
sama, misalnya Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary) atau salah seorang dari
Anggota Direksi, atau Presiden Direkturnya (Chief Executive Officer).
Di Indonesia, bisnis asuransi jiwa kumpulan yang juga sering disebut dengan istilah
asuransi jiwa kolektif ini, telah dimulai sejak tahun 1960‐an atau beberapa tahun sejak
Indonesia merdeka. Dan sejak tahun 1970‐an, setelah beberapa orang dari perusahaan
asuransi jiwa dikirim untuk studi di luar negeri antara lain ke Amerika Serikat, bisnis
asuransi jiwa kumpulan ini mulai dikembangkan dan terus tumbuh sampai dengan tahun
1997.
Dalam tahun 1997 yang lalu terjadilah Global Economic Crisis, dan Indonesia
merupakan salah satu negara yang terimbas petaka ekonomi ini. Sebagai dampak dari
krisis ekonomi tersebut, banyak perusahaan yang kemudian mengalami kebangkrutan
dan tidak mampu lagi membayar premi asuransi jiwa kumpulan bagi karyawannya. Ada
perusahaan asuransi jiwa kemudian kehilangan lebih dari 1 (satu) juta peserta asuransinya,
bahkan ada satu perusahaan yang kehilangan lebih dari 2 (dua) juta orang pesertanya.
Sayangnya, pencatatan data asuransi kumpulan di Indonesia tidak terlalu detail dan
cermat, sehingga sulit untuk melakukan kajian secara statistikal. Untuk keperluan analisis
di masa yang akan datang, nampaknya secara administratif cara pencatatan atau
Recording Management System dalam bidang asuransi kumpulan ini harus ditata kembali.
Terminologi yang dipergunakan untuk menyebutkan kelompok orang‐orang yang
diasuransikan pada asuransi jiwa kumpulan, di Amerika Serikat adalah Group Insureds.
Sedangkan di Kanada, peserta asuransi jiwa kumpulan ini disebut dengan istilah Group Life
Insured, dan khusus bagi peserta asuransi kesehatan kumpulan, disebut Group Person
Insured, karena meskipun secara sederhana, kondisi kesehatan para peserta asuransi akan
di cek satu persatu. Oleh karena itu, untuk jenis asuransi kesehatan kumpulan yang
komprehensif pada umumnya jumlah pesertanya dibatasi, sepanjang dapat dilakukan
underwriting terhadap kondisi kesehatan yang diperlukan. Di Indonesia, kita hanya
208
ASURANSI JIWA KUMPULAN
209
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
210
ASURANSI JIWA KUMPULAN
tersebut. Tingkat risikonyapun akan diambil secara prorata dari total risiko seluruh
peserta.
Tujuan underwriting yang dilakukan dalam asuransi jiwa kumpulan, tidak jauh berbeda
dengan underwriting dalam asuransi jiwa perorangan, yaitu untuk dapat menemukan
risiko yang tepat dan secara kuantitatif dapat dipergunakan untuk menentukan besarnya
tarif premi yang dikenakan untuk suatu kelompok.
Untuk menentukan risiko yang mendekati ketepatan, ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam asuransi jiwa kumpulan, antara lain :
Tabel B: Dasar Terbentuknya Kelompok Dalam A.J. Kumpulan
a. Alasan tentang terbentuknya satu kelompok
b. Ukuran atau banyaknya orang yang tergabung dalam kelompok
c. Aliran masuk dan keluarnya anggota kelompok
d. Stabilitas kelompok
e. Persentase tertentu dari kelompok yang dapat diasuransikan
f. Cara yang dapat dipergunakan sebagai dasar menentukan santunan
g. Kegiatan‐kegiatan dari kelompok, apakah sesuai ketentuan hukum
Selain itu dalam prakteknya dapat dipertimbangkan pula faktor‐faktor lain yang dinilai
terkait dengan permohonan asuransi jiwa kumpulan tertentu yang dijaukan kepada
perusahaan asuransi jiwa.
Mengenai faktor‐faktor tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Alasan tentang terbentuknya kelompok
Suatu kelompok akan dapat dipertimbangkan untuk dapat diasuransikan jika
alasan‐alasan didirikannya merupakan salah satu dari alasan di bawah ini :
Kelompok yang bernaung di bawah satu majikan atau pengusaha dan
mempunyai tujuan yang tidak bertentangan dengan perundang‐undangan atau
hukum. Kelompok seperti ini disebut dengan istilah single‐employer group.
Pemegang polisnya bisa majikan dari organisasi atau kuasa khusus yang ditunjuk
oleh majikan. Misalnya saja seorang pengusaha property yang memberikan kredit
(seperti kredit pemilikan rumah), maka layaklah jika ia menjadi Trust Beneficiary
(ahli waris yang ditunjuk, meskipun ia bukan anggota keluarga) atau orang yang
akan menerima santunan jika tertanggung (sebagai orang yang telah menerima
kredit) meninggal dunia. Trust beneficiary ini juga dikenal dengan sebutan
Fiduciary.
Kelompok Serikat Buruh (Labor Union Group) yaitu kelompok yang terdiri atas
pegawai‐pegawai atau karyawan‐karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja
di satu perusahaan.
211
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
212
ASURANSI JIWA KUMPULAN
cenderung tidak stabil (unstable) atau tingkat perubahannya diperkirakan akan tinggi.
Misalnya saja untuk kelompok‐ kelompok pegawai musiman yang berjangka waktu
kontrak pendek atau pegawai temporer.
5. Tingkat Kepesertaan
Telah kita bahas sebelumnya bahwa dalam asuransi jiwa kumpulan, ada yang non‐
contributory product dan ada pula yang contributory product. Untuk yang non‐
contributory product, seluruh anggota organisasi harus menjadi peserta asuransi jiwa
kumpulan yang diambil, karena perlakuan majikan/pengusaha tidak boleh
diskriminatif kepada para pegawainya yang akan diasuransikan. Akan tetapi dalam
contributory product, pada umumnya perusahaan asuransi mempersyaratkan
pegawai yang diasuransikan minimum 75% dari jumlah pegawai yang layak untuk
diasuransikan (memiliki insurable interest). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir anti‐
selection.
6. Penentuan Tingkat Santunan
Dalam asuransi jiwa kumpulan, pemegang polis bersama‐sama perusahaan
asuransi menentukan metoda untuk menetapkan besarnya santunan (benefit) yang
adil dan tidak diskriminatif bagi peserta asuransinya, dan pada umumnya meliputi
penentuan jenis serta besarnya santunan. Besarnya manfaat asuransi pada umumnya
sama untuk setiap peserta asuransi, tidak memandang jabatan, jenis kelamin
(gender), suku dan sebagainya. Hal ini dapat kita lihat di sebuah perusahaan di
Jakarta, besarnya santunan, baik untuk seorang kerani (office boy, atau cleaning
service), pegawai biasa, staff, manager, apapun jabatannya akan sama‐sama
memperoleh santunan sebesar Rp.10.000.000 pada saat pensiun. Akan tetapi bagi
pejabat yang mempunyai tanggung‐jawab yang lebih tinggi disediakan asuransi jiwa
kumpulan yang lain, yang besarnya santunan akan disesuaikan dengan tanggung‐
jawab masing‐masing.
7. Kegiatan/Aktifitas Kelompok
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kegiatan/aktifitas yang biasa
dilakukan oleh kelompok calon peserta. Suatu kelompok dalam kaitannya dengan
permohonan asuransi jiwa kumpulan akan diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga ) golongan
risiko yaitu : standard, sub‐standard dan declined. Untuk kelompok‐kelompok normal,
seperti golongan‐golongan pegawai yang melakukan kegiatan administrasi, pada
umumnya digolongkan ke dalam kelompok risiko standar. Sedangkan bagi kelompok‐
kelompok buruh pertambangan, seperti pegawai tambang batubara, tambang emas,
dan sejenisnya, dikarenakan oleh pekerjaannya yang berisiko lebih tinggi, atau risiko
yang tergolong sub‐standard, maka kepada mereka akan dikenakan tarif premi yang
lebih tinggi.
Pada prinsipnya, untuk dapat menentukan apakah suatu kelompok bisa diterima
menjadi Peserta asuransi jiwa kumpulan atau tidak, underwriter perlu
mempertimbangkan secara cermat berbagai hal sebagaimana telah kita uraikan di
atas. Jadi para pemohon asuransi jiwa kumpulan harus memahami benar‐benar
kualifikasi yang harus dipenuhi.
214
ASURANSI JIWA KUMPULAN
C. Premi Asuransi Jiwa Kumpulan
Perusahaan asuransi pada umumnya menentukan besarnya premi yang harus dibayar
oleh pemegang polisnya. Demikian pula dalam asuransi jiwa kumpulan, atau dalam
asuransi kesehatan kumpulan. Dalam menentukan besarnya premi yang harus dibayar,
perusahaan akan menghitung terlebih dahulu 2 (dua) faktor sebagai berikut:
Berapa besarnya santunan yang akan dibayarkan kepada peserta jika terjadi klaim.
Berapa besarnya biaya administrasi yang akan dikeluarkan untuk melakukan
pengelolaan asuransi tersebut.
Dalam kaitannya dengan penentuan besarnya premi, kita mengenal beberapa
terminologi yaitu : manual rating, experience rating dan blended rating, yang dapat kita
jelaskan sebagai berikut :
1. Manual Rating
Merupakan metoda yang dipergunakan oleh perusahaan asuransi untuk
menentukan besarnya premi tanpa mempertimbangkan pengalamannya, dan pada
umumnya hal ini dipergunakan pada saat yang bersangkutan memang belum memiliki
pengalaman sebelumnya, atau untuk menentukan premi bagi kelompok‐kelompk
baru yang berbeda karakteristiknya dengan pelanggan‐pelanggan terdahulu.
2. Experience Rating
Metoda yang satu ini dipergunakan untuk menentukan besarnya premi yang akan
dikenakan pada pelanggan baru, berdasarkan pada pengalaman yang pernah dilalui,
baik oleh perusahaannya sendiri, maupun pengalaman dari perusahaan asuransi lain
yang pernah memberikan proteksi yang serupa. Misalnya perusahaan asuransi jiwa
PT. Megah Sejahtera pernah menutup asuransi jiwa kumpulan untuk karyawan PT.
Bumi Kencana yang merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. 4
(empat) tahun kemudian PT. Bumi Kencana harus melakukan tender ulang untuk
asuransi jiwa kumpulan bagi karyawannya. Dalam tender tersebut, terpilihlah
perusahaan asuransi yang lain, misalnya PT. Awan Biru Life Insurance. Karena PT.
Awan Biru Life baru pertama kali menggarap asuransi jiwa kumpulan ini, maka
manager perusahaan bekerjasama dengan PT. Megah Sejahtera, untuk mendapatkan
berbagai data dan informasi tentang pengalaman sebelumnya dengan PT. Bumi
Kencana. Data dan informasi tersebut akan dijadikan pertimbangan dalam
menentukan premi yang akan dikenakan bagi PT. Bumi Kencana.
3. Blended Rating
Dalam realita bisnis, banyak Perusahaan Asuransi yang memiiki pengalaman
menggarap kelompok‐kelompok kecil, sehingga sulit untuknya memperoleh
pengalaman yang signifikan dalam menghitung besarnya premi yang tepat untuk
kelompok yang jumlah Pesertanya cukup besar. Misalnya saja ada sebuah perusahaan
asuransi yang sudah sangat berpengalaman menangani produk‐produk asuransi
kumpulan, akan tetapi nasabah yang digarapnya itu pada umumnya terdiri paling
banyak 20 orang. Pada suatu saat, Agen dari perusahaan tersebut menemukan
215
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
prospek yang calon pesertanya mencapai lebih dari 930 ribu orang, yaitu asuransi
kumpulan masyarakat dari sebuah kabupaten di Indonesia. Untuk menggarap bisnis
yang demikian, perusahaan menerapkan Blended Rating atau kombinasi dari
Experinece Rating dan Manual Rating. Untuk kelompok‐kelompok prospek yang besar,
perusahaan mempergunakan experience rating, meskipun data dan informasi
diperoleh dari pengalaman perusahaan lain, dan untuk calon nasabah dengan jumlah
peserta sampai dengan angka tertentu misalnya 25 orang, perusahaan akan
menerapkan manual rating.
Pada dasarnya, menentukan tarif premi asuransi kumpulan tidak semudah seperti
dalam menentukan tarif premi asuransi perorangan. Lebih banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tarif premi kumpulan, selain harus
mempertimbangkan besarnya santunan yang diperjanjikan untuk dibayarkan dan
besarnya biaya administrasi dalam pengelolaan bisnis.
Umumnya premi asuransi kumpulan dibayar setiap bulan sekali. Akan tetapi ada
juga yang dibayarkan setahun sekali atau satu semester sekali. Contoh: PT. Bumi
Kencana Propertindo, mempunyai karyawan tetap sebanyak 900 orang. Kepada para
karyawannya diasuransikan dengan santunan yang besarnya sama yaitu sejumlah Rp.
25.000.000, dengan premi sebesar Rp. 1.250 per Rp. 1.000.000 santunan. Berapakah
besarnya premi yang harus dibayar oleh PT. Bumi Kencana Propertindo selama 3
bulan sejak diterbitkannya polis asuransi ?
Perhitungannya :
Rp. 25.000.000 nilai santunan per karyawan
x 900 jumlah karyawan tetap PT. Bumi Kencana Prop.
Rp. 22.500.000.000 jumlah santunan seluruh Peserta
Rp. 1.250 premi bulanan per Rp. 1.000.000 santunan
x 22.500 Jumlah unit santunan = 22.500.000.000 dibagi dengan
1.000.000
Rp. 28.125.000 ini adalah premi per bulan untuk 900 karyawan
Premi yang harus dibayarkan untuk 3 bulan adalah =
3 x Rp. 28.125.000 = Rp. 84.375.000
Jika selama tiga telah berlalu, dan kemudian perusahaan menambah Pegawai
baru sebanyak 100 orang, berapakah besarnya premi yang harus dibayar ?
(asumsinya bahwa tidak ada penambahan besar santunan dan juga belum ada
pengurangan jumlah Peserta).
Rp. 1.250 premi bulanan per Rp. 1.000.000 santunan
x 25.000 Jumlah unit santunan = 25.000.000.000 dibagi dengan
1.000.000
216
ASURANSI JIWA KUMPULAN
217
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
jaminan (coverage) dari asuransi. Misalnya saja, dalam satu perusahaan yang
mengajukan permohonan asuransi kesehatan kumpulan, jumlah karyawannya 523
orang. Apakah seluruh karyawan tersebut telah berhak menjadi peserta asuransi
kesehatan yang diajukan? Pada umunya dalam polis ditentukan syarat‐syarat yang
harus dipenuhi oleh calon peserta asuransi tersebut, antara lain bahwa peserta telah
diangkat menjadi pegawai tetap (full‐time employee). Bagi karyawan yang masih
berstatus part‐timer, belum mempunyai hak untuk menjadi peserta.
Beberapa produk asuransi jiwa kumpulan, menawarkan cakupan yang sedikit
lebih luas, selain bagi para karyawan yang telah berstatus sebagai full‐timer, juga
mencakup keluarga mereka.
Dalam kaitannya dengan eligibility provision ini, ada kalanya diatur tentang
actively‐at‐work, yang menyatakan bahwa asuransi hanya berlaku jika Peserta
berstatus aktif bekerja di perusahaan. Jika Peserta dalam keadaan sakit, tidak dapat
melakukan tugasnya di perusahaan, maka asuransinya untuk sementara waktu tidak
berlaku, dan akan diberlakukan kembali setelah yang bersangkutan dapat kembali
bekerja di perusahaan.
Hal lain yang juga sering diberlakukan dalam kaitannya dengan eligibility provision
ini adalah probationary period, yang dalam bahasa kita dikenal dengan masa
percobaan, yang lamanya bervariasi, antara 1 (satu) hingga 6 (enam) bulan. Selama
masa percobaan ini, pada umumnya calon pegawai belum berhak menjadi peserta
asuransi kumpulan di perusahaan, karena statusnya masih belum pasti. Apakah
setelah berakhirnya masa percobaan ini secara otomatis seseorang akan berhak
menjadi peserta? Belum tentu, tergantung dari sistem pembayaran yang diaplikasikan
di perusahaan. Jika sistem yang diterapkan adalah non‐contributory, maka seseorang
yang telah melalui masa percobaan dan ditetapkan menjadi pegawai tetap, secara
otomatis ia berhak menjadi peserta. Sedangkan jika sistem yang diterapkan adalah
contributory, maka diperlukan waktu tambahan kepada calon peserta apakah ia akan
ikut serta dalam asuransi kumpulan itu atau tidak, biasanya diberi kesempatan untuk
berfikir selama jangka waktu tertentu, biasanya 31 hari. Jika dalam jangka waktu
tersebut ia memutuskan untuk berpartisipasi, maka ia harus memberikan
kewenangan kepada majikan/perusahaan untuk memotong gaji guna membayar
kontribusi preminya. Waktu tambahan ini disebut dengan istilah enrollment period.
2. Policy’s Grace Provision
Asuransi jiwa kumpulan pada umumnya menentukan tenggat waktu (grace
period) selama 31 hari. Selama 31 hari setelah berakhirnya masa berlakunya polis, polis
dinyatakan tetap berlaku (inforce). Jika tenggat waktu tersebut terlewati dan premi
perpanjangannya belum dibayar, maka polisnya akan dinyatakan batal (expired), dan
jika hal ini terjadi, secara hukum Pemegang Polis diwajibkan untuk melunasi premi
selama masa tenggat atau grace period yang telah dilalui.
218
ASURANSI JIWA KUMPULAN
3. Incontestability Provision
Dalam asuransi jiwa kumpulan juga dikenal incontestability yang menentukan
bahwa selama jangka waktu tertentu, pada umumnya sampai dengan 1 (satu) atau 2
(dua) tahun sejak diterbitkannya polis induk (group master policy), perusahaan dapat
melakukan pemeriksaan / pengecekan kembali terhadap data yang tertulis dalam
polis induk dan selama incontestable period terebut, data masih dapat dikoreksi atau
dibicarakan oleh perusahaan asuransi dengan pemegang polisnya. Ada kalanya
perusahaan asuransi juga perlu melakukan pemeriksaan kembali terhadap peserta
asuransinya hanya untuk meyakini kebenaran data yang diajukan, akan tetapi
biasanya tidak akan merubah kontrak yang telah dibicarakan dan disepakati antara
pemegang polis dengan perusahaan asuransi.
Misalnya dalam kontrak asuransi kesehatan kumpulan, ada salah seorang peserta
yang menyatakan bahwa dirinya tidak pernah menderita suatu penyakit tertentu,
akan tetapi realitanya peserta itu pernah menderita suatu penyakit yang sama.
Beberapa bulan kemudian, dalam masa contestable, di mana kondisi polis masih dapat
diuji atau dicek kembali, ternyata peserta tersebut menderita sakit yang berkaitan
dengan penyakitnya terdahulu. Dalam hal demikian, keabsahan polis induknya tidak
terganggu dan tetap dinyatakan sah (valid). Pernyataan yang salah dalam pengisian
formulir atau questioner yang diisi oleh para Peserta pada umumnya tidak
mempengaruhi keabsahan polis induk yang telah diterbitkan. Kesalahan seperti ini
disebut misrepresentation, dan kesalahan yang agak berat, misalnya kesalahan data
tanggal lahir, yang benar seharusnya 20‐06‐1963 (20 Juni 1963) tertulis 20‐08‐1983 (20
Agustus 1983), dan kesalahan tidak menyebutkan penyakit yang pernah diderita,
dinamakan material misrepresentation.
4. Group Insurance Termination Provision
Dalam asuransi jiwa perorangan, perlindungan atau coverage akan tetap berlaku
selama polis dalam keadaan in force, dan perlindungan akan batal demi hukum jika
polis perorangan tersebut batal. Demikian halnya dalam asuransi jiwa kumpulan,
proteksi bagi para peserta juga akan batal, jika polis induknya batal. Akan tetapi jika
kepesertaan dari salah seorang peserta yang batal, tidak secara otomatis
membatalkan berlakunya polis induknya. Oleh karena itu, dalam asuransi jiwa
kumpulan dan asuransi kesehatan kumpulan dikenal 2 (dua) jenis pembatalan
(termination) yaitu:
Termination of the Group Insurance Policy
Dalam hal ini, polis induknya dinyatakan batal, baik atas permintaan
pemegang polis, mungkin dikarenakan adanya perusahaan lain yang dapat
memberikan proteksi yang lebih berkualitas, atau dibatalkan oleh perusahaan
asuransi karena pemegang polis tidak memenuhi salah satu persyaratan yang
telah ditentukan atau disepakati.
Termination of a Group Insured’s Coverage
Batalnya proteksi yang berlaku bagi peserta asuransi jiwa kumpulan atau
asuransi kesehatan kumpulan dapat disebabkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu :
219
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
o Peserta yang bersangkutan tidak lagi elgible (memenuhi syarat) sebagai
peserta, misalnya seseorang menyatakan bahwa dirinya tidak ingin lagi
diberikan proteksi oleh asuransi tersebut, misalnya dengan alasan bahwa
yang memberikan proteksi bukan asuransi syariah.
o Peserta tersebut tidak lagi bekerja pada kelompok/perusahaan yang
memberikan jaminan asuransi kumpulan.
o Dalam asuransi jiwa kumpulan yang contributory, peserta tidak lagi
mampu memberikan kontribusi pembayaran preminya.
F. Syarat‐Syarat Khusus Asuransi Jiwa Kumpulan
Syarat‐syarat umum dalam polis asuransi jiwa kumpulan, pada umumnya tidak
berbeda dengan syarat‐syarat umum polis asuransi jiwa perorangan. Akan tetapi ada
beberapa ketentuan khusus yang berlaku pada asuransi jiwa kumpulan antara lain yang
mengatur tentang :
Besarnya santunan (benefit amount)
Penunjukan ahli waris (beneficiary designation)
Konversi polis (conversion)
Kesalahan data usia (misstatement of age)
Cara pembayaran klaim (settlement option)
1. Besarnya santunan dalam asuransi jiwa kumpulan pada dasarnya tidak boleh dibeda‐
bedakan berdasarkan kondisi perorangan dari peserta asuransinya, karena hal itu
akan menyalahi aturan underwriting asuransi jiwa kumpulan. Pembedaan besar
kecilnya santunan hanya boleh dilakukan berdasarkan sasaran asuransinya, misalnya
untuk memotivasi para karyawan untuk berkinerja secara lebih optimal. Untuk
membedakannya, santunan didasarkan pada klasifikasi jabatan (job classification)
atau pada perbedaan tingkat gaji (salary level). Contoh asuransi jiwa kumpulan di
salah satu perusahaan di kota Jakarta yang bergerak di bidang usaha sepatu dan tas
kulit, dibedakan sebagai berikut:
KLASIFIKASI JABATAN BESARNYA SANTUNAN
Direktur Muda, Kepala Divisi Rp. 750.000.000
Kepala Departemen Rp. 600.000.000
Kepala Bagian Rp. 450.000.000
Kepala Seksi Rp. 350.000.000
Pejabat Fungsional Rp. 300.000.000
Karyawan Biasa Rp. 200.000.000
Di perusahaan lain yang juga berkantor pusat di Jakarta, menetapkan besarnya
santunan atau employee benefit itu berdasarkan pada besarnya gaji di luar tunjangan‐
tunjangan seperti tunjangan jabatan, uang makan dan uang transport harian sebagai
berikut:
220
ASURANSI JIWA KUMPULAN
TOTAL ANNUAL SALARY EMPLOYEE BENEFIT
Lebih dari Rp. 240 juta Rp. 750.000.000
Rp. 150 juta ‐ Rp. 240 juta Rp. 600.000.000
Rp. 90 juta ‐ Rp. 150 juta Rp. 450.000.000
Rp. 60 juta ‐ Rp. 90 juta Rp. 350.000.000
Rp. 36 juta ‐ Rp. 60 juta Rp. 300.000.000
Rp. 24 juta ‐ Rp. 36 juta Rp. 200.000.000
Kurang dari Rp. 24 juta Rp. 120.000.000
Kedua contoh di atas ini menerapkan contributory plan. Dikarenakan oleh
kontribusi karyawan dihitung berdasarkan persentase dari gaji masing‐masing,
nampaknya besarnya santunan yang ditetapkan itu dapat diterima oleh para
karyawan dan sekaligus memacu dan memotivasi kinerja para karyawan tersebut,
meskipun ada pula beberapa karyawan yang merasa bahwa ketentuan tersebut
kurang adil karena bagi karyawan atau pejabat yang semakin besar gajinya
dikarenakan oleh posisi/jabatan mereka, akan mendapatkan kontribusi yang semakin
besar dari perusahaan.
Selain kedua contoh tersebut, ada pula besar santunan yang ditetapkan tanpa
mempertimbangkan jabatan, statusnya di masyarakat, ataupun faktor‐faktor yang
lain. Misalnya saja asuransi jiwa kumpulan yang diperuntukkan bagi masyarakat kota
Depok Jawa Barat. Apabila anggota masyarakat kota Depok meninggal dunia, maka
kepada ahli waris yang ditinggalkan (yang ditunjuk) akan diberikan uang asuransi atau
santunan sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) oleh Pemerintah Kota Depok.
Asuransi jiwa kumpulan seperti ini, juga diberikan kepada masyarakat di berbagai
kabupaten, kota, dan provinsi lainnya, dengan premi yang dibayar dengan
menggunakan dana anggaran belanja daerah. Besarnya santunan sangat tergantung
dari anggaran belanja daerah yang disediakan, dan besarnya anggaran untuk ini juga
ditentukan oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau sumber‐sumber lain
dari daerah tersebut. Untuk daerah yang PAD‐nya besar, biasanya santunan ini cukup
besar pula.
2. Penunjukan Ahli Waris (beneficiaries). Dalam asuransi jiwa kumpulan, kecuali jika
produknya Asuransi Jiwa Kredit kumpulan atau Creditor Group Life Plan, setiap
peserta berhak menunjuk ahli waris yang akan menerima santunan jika peserta
tersebut meninggal dunia. Peserta inilah yang berhak menunjuk ahli waris, dan juga
merupakan fihak yang berhak merubah ahli waris, bukannya pemegang polis. Perlu
digarisbawahi bahwa pemegang polis asuransi jiwa kumpulan juga tidak boleh
ditunjuk menjadi ahli waris, kecuali jika produknya adalah Asuransi Jiwa Kredit
Kumpulan.
Dalam asuransi jiwa kumpulan terdapat ketentuan yang mengatur tentang
preference beneficiary clause yang menyatakan bahwa jika tidak ada ahli waris yang
ditunjuk, maka perusahaan asuransi dapat membayar santunan kepada fihak yang
ditentukan berdasarkan preferensi yang diatur di dalam polis. Selain itu, dalam polis
221
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
222
ASURANSI JIWA KUMPULAN
223
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Secara lebih detail mengenai produk‐produk asuransi jiwa kumpulan ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Group Term Life Insurance
Group term life insurance atau asuransi jiwa kumpulan berjangka ini pada
dasarnya sama seperti asuransi jiwa berjangka perorangan. Bukti tentang kelayakan
berasuransi tidak diperlukan pada saat dilakukan perpanjangan. Polis asuransi jiwa
kumpulan berjangka tersebut tidak ada nilai tunainya dan perusahaan asuransi yang
bersangkutan berhak merubah (menaikkan) tarif premi setiap tahun karena usia
peserta yang semakin meningkat.
Kaitannya dengan masalah perpajakan, di Amerika Serikat ada ketentuan bahwa
seorang karyawan yang menerima santunan asuransi sampai dengan US.$. 50.000
(lima puluh ribu US Dollar) atau setara dengan kurang lebih Rp. 470.000.000 (empat
ratus tujuh puluh juta rupiah) pada saat ini di Indonesia dari asuransi jiwa kumpulan
yang non‐contributory plan, tidak diwajibkan membayar pajak pendapatan. Premi
seluruhnya ditanggung oleh perusahaan, peserta hanya diwajibkan untuk membayar
Federal Income Tax (Pajak Pendapatan Nasional) atas biaya yang dibayarkan oleh
majikan atau pengusahanya sebagai premi asuransi jiwa kumpulan yang manfaatnya
tidak lebih dari US.$. 50.000. Hal ini memang pada saat ini belum diatur secara spesifik
dalam ketentuan perundang‐undangan di Indonesia. Contoh kasus di Amerika Serikat
:
Charlie dan Armando bekerja di Atrium Corporation dan mereka berdua
mendapatkan asuransi jiwa kumpulan yang non‐contributory. Karena
perbedaan posisi dan tanggung jawabnya, maka Charlie mendapatkan uang
pertanggungan (benefit) sebesar US.$. 80.000 sedangkan Armando
memperoleh benefit senilai US.$. 40.000. Bagaimanakah solusinya?
Dalam hal seperti kasus ini, karena ketentuan yang berlaku adalah
bahwa kedua orang itu berhak mendapatkan santunan tanpa harus
membayar pajak, sampai dengan US.$. 50.000, maka jelaslah bahwa
Armando tidak diwajibkan membayar pajak pendapatan. Akan tetapi Charlie
yang memperoleh benefit sampai dengan US.$. 80.000, maka ia diwajibkan
membayar Federal Income Tax atas kelebihan jumlah santunan yang senilai
US.$. 30.000 sebesar ketentuan dalam tabel yang dibuat oleh pemerintah
berdasarkan premi yang dibayarkan oleh perusahaan yang mengasuransikan
karyawannya. Dalam kasus ini, pajaknya didasarkan pada besaran premi
untuk kelebihan nilai manfaat bukan dari nilai keseluruhan manfaat yang
akan diperolehnya, yaitu berdasarkan nilai premi untuk manfaat yang
sebesar US.$. 30.000.
Tentang hal ini, tidak perlu dikhawatirkan, karena sejauh ini sebagaimana telah
kita sebutkan, memang belum diatur secara spesifik di Indonesia.
224
ASURANSI JIWA KUMPULAN
2. Survivor Income Plan
Produk ini akan memberikan santunan secara periodik kepada keluarga atau
orang yang menjadi tanggungan peserta, yang ditunjuk untuk menerimanya apabila
peserta meninggal dunia, yang besarnya didasarkan pada gaji atau penghasilan
terakhir peserta sebelum meninggal dunia serta pertimbangan jumlah keluarga
tersebut. Misalnya saja Tn. Ahmad yang sudah mendapatkan green card di Amerika
Serikat dan bekerja di sebuah perusahaan di San Fransisco, diikutsertakan dalam polis
asuransi jiwa kumpulan dengan produk Survivor Income Plan. Tn. Ahmad mempunyai
isteri Stefani dan 2 orang anak Sandra dan Sandrina. Dalam produk asuransinya
ditentukan apabila Peserta meninggal dunia maka kepada keluarga (dependent) akan
diberikan:
Jika keluarga yang ditinggalkan hanya seorang isteri atau hanya anak‐anak
saja, maka santunan periodiknya adalah sebesar 20% dari gaji terakhir
peserta.
Jika keluarga yang ditinggalkan adalah seorang isteri dan anak‐anak, maka
santunan periodiknya adalah sebesar 30% dari gaji terakhir peserta.
Santunan akan dibayarkan sampai dengan waktu tertentu, atau sampai
dengan sesaat sebelum isteri yang ditinggalkan itu menikah kembali, atau
jika tidak menikah kembali sampai dengan isteri mencapai usia 65 tahun.
Apabila hanya anak‐anak saja yang ditinggalkan, maka santunan akan
dibayarkan sampai sesaat sebelum anaknya menikah, atau anaknya
mencapai usia 23 tahun, mana yang dicapai terlebih dahulu.
Ketentuan ini akan dijadikan sebagai panduan bagi perusahaan asuransi dalam
membayarkan santunan jika peserta meninggal dunia. Di Indonesia produk seperti ini
pada umumnya hanya diberlakukan atau diterapkan pada asuransi jiwa perorangan
(individual life insurance plan).
Dalam kaitannya dengan pajak pendapatan, untuk Survivor Income Plan juga
berlaku ketentuan sebagaimana diberlakukan dalam ketentuan perpajakan untuk
Group Term Life Insurance.
3. Accidental Death and Dismemberment Insurance (AD & D)
Produk ini dapat dipasarkan sendiri‐sendiri atau dapat pula menjadi bagian dari
asuransi jiwa kumpulan yang lain atau bagian dari asuransi kesehatan kumpulan.
Biaya yang rendah (low cost) dari jenis produk asuransi yang ini merupakan daya tarik
tersediri terutama bagi asuransi jiwa kumpulan yang disebut Employer‐Employee
Group Plans atau asuransi jiwa kumpulan bagi para karyawan perusahaan (employee
benefit).
Jika Accidental Death Benefit menjadi bagian dari asuransi jiwa kumpulan,
misalnya saja jika peserta akan diberikan santunan sebesar Rp. 100.000.000 sebagai
225
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
santunan dasar asuransi jiwa kumpulannya, dan santunan AD & D sebesar juga Rp.
100.000.000, maka jika peserta meninggal karena sebuah kecelakaan, maka santunan
yang akan dibayarkan adalah Rp. 200.000.000.
Ada kalanya perusahaan asuransi jiwa yang memberikan additional travel
accident benefit, yang akan memberikan tambahan santunan jika seorang peserta
mengalami suatu kecelakaan atau meninggal karena kecelakaan dalam perjalanan
dinas dari perusahaannya. Jika peserta tersebut meninggal dalam dalam perjalanan
sebuah wisata bukan karena dinas, maka santunan tambahan ini tidak diberikan.
Contoh untuk sebuah kasus :
Catherine adalah seorang Ibu yang single parent, mempunyai putra bernama
Dani. Catherine bekerja di perusahaan otomotive sebagai Manajer Pemasaran. Di
perusahaan ini ia diberikan Group Term Life Insurance dengan manfaat Rp.
200.000.000. Selain itu juga mendapat Group AD & D senilai Rp. 100.000.000 dan
Business Travel Accident Insurance senilai Rp. 75.000.000.
Pada saat Ibu Catherine menjalankan tugasnya dari Kantor Pusat di Jakarta ke
Bandung dalam rangka promosi produksi perusahaan di sana, sekembalinya
mobil sedan yang dibawanya ditabrak oleh sebuah truk yang membawa
container, dan beliau meninggal beberapa saat setelah dirawat di rumah sakit.
Kepada ahli warisnya, perusahaan asuransi kemudian membayarkan santunan
sebesar (Rp. 200.000.000 + Rp. 100.000.000 + Rp.75.000.000) = Rp. 375.000.000.
Produk Accidental Death and Dismemberment juga sering dijadikan bagian dari
asuransi jiwa kumpulan yang diambil oleh sekumpulan orang yang berwisata,
kelompok penggemar mobil seperti Mercy Club dan Morris Club, dan juga
perusahaan‐perusahaan transportasi seperti PT. Eurasia Wisata, perusahaan kereta
api, perusahaan angkutan laut, dan tidak ketinggalan pula perusahaan penerbangan.
4. Group Cash Value Life Insurance
Produk asuransi jiwa kumpulan ini, di Amerika Serikat memang kurang diminati
masyarakat jika dibandingkan dengan group term life insurance, terutama
dikarenakan oleh tidak adanya perlakuan istimewa dalam hal perpajakan. Meskipun
demikian, baik di Amerika Serikat yang sudah menjadi negara maju dalam bidang
perasuransian maupun di negara‐negara lain termasuk Indonesia, banyak perusahaan
yang mulai membantu memikirkan masa depan karyawannya, utamanya setelah
pensiun. Dalam hal seperti ini, pada umumnya group cash value insurance ditawarkan
sebagai supplemental coverage, yang sifatnya opsional bagi karyawan, karena untuk
memperoleh santunan produk ini, karyawan harus menentukan sendiri dan
membayar tambahan premi yang cukup signifikan. Oleh karena itu, pasar dari produk
ini sangat kecil jika dibandingkan dengan produk‐produk asuransi jiwa kumpulan yang
lain.
Dalam group cash value life insurance ini terdapat 3 jenis produk:
226
ASURANSI JIWA KUMPULAN
Group Paid‐Up Plan
Produk ini merupakan kombinasi antara paid‐up wholelife insurance dengan
decreasing amount term insurance (asuransi jangka waktu dengan manfaat yang
semakin menurun), dan merupakan contributory plan di mana : premi dari
kontribusi karyawan merupakan premi tunggal untuk mendapatkan paid‐up
whole life insurance dan premi dari kontribusi perusahaan merupakan premi
untuk membeli group term insurance guna memperoleh santunan dalam jumlah
tertentu.
Nilai santunan yang berasal dari kontribusi karyawan akan semakin
meningkat setiap tahun, sedangkan nilai santunan yang berasal dari kontribusi
perusahaan akan semakin menurun setiap tahun, sehingga besar santunannya
tetap stabil. Yang membedakan dengan produk asuransi jiwa kumpulan lainnya
adalah bahwa jaminan atau proteksi dari produk ini akan tetap inforce selama
individu yang menjadi peserta asuransinya masih tetap hidup meskipun telah
pensiun atau tidak bekerja lagi di perusahaan yang mengasuransikannya.
Level Premium Whole Life Plan
Beberapa perusahaan asuransi jiwa juga memasarkan produk asuransi jiwa
kumpulan seumur hidup dengan premi tetap ini, dan biasanya santunan yang
disediakan dalam jumlah terbatas untuk waktu tertentu misalnya sampai dengan
peserta berusia 65 tahun. Karena produk ini mempunyai nilai tunai (cash value),
maka pada umumnya oleh perusahaan/pengusaha dipergunakan untuk
menyiapkan santunan pensiun karyawannya.
Jika dalam group whole life insurance plan dipilih yang bersifat non‐
contributory, maka jika peserta mengundurkan diri atau meninggalkan
perusahaan akan menyebabkan hilangnya hak kepesertaan dalam asuransi dan ia
tidak berhak atas nilai tunai yang ada dalam asuransi tersebut. Nilai tunai yang
telah ada menjadi hak perusahaan yang membayar premi asuransinya. Akan
tetapi jika produk asuransinya bersifat contributory, dimana peserta turut serta
memberikan kontribusi dalam pembayaran premi, maka peserta itu juga
mempunyai hak atas nilai tunai yang besarnya adalah proporsional dengan
kontribusi yang disertakannya dalam pembayaran premi. Mudahnya dapat kita
gambarkan, kalau peserta memberikan kontribusi 25% dan pengusaha
memberikan kontribusi 75%, maka pada saat meninggalkan perusahaan, dan nilai
tunai yang telah terkumpul adalah Rp. 20.000.000, maka peserta itu berhak
mendapatkan nilai tunai sebesar 25% dari nilai tunai, yaitu sebesar Rp. 5.000.000.
Group Universal Life Plan
Produk asuransi jiwa universal kumpulan ini dipasarkan segera setelah
produk asuransi jiwa universal perorangan ditemukan. Produk ini juga dapat kita
sebut sebagai produk asuransi jiwa kumpulan serba guna, yang selanjutnya kita
pergunakan dalam berbagai pembahasan. Pengusaha atau majikan sering
memperguanakan produk ini untuk membantu para karyawannya untuk
mempersiapkan diri menghadapi pensiunnya. Dalam group universal life plan,
227
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
pada umumnya peserta menentukan sendiri berapa premi yang akan dibayarnya,
dan majikan atau pengusahanya tidak berkontribusi dalam pembayaran premi,
sehingga nilai tunai atau santunan yang akan dibayarkan oleh perusahaan
asuransi seluruhnya menjadi hak peserta asuransinya. Meskipun uang
pertanggungan atau benefit yang akan dicakup cukup besar/tinggi, akan tetapi
karena ini merupakan produk asuransi jiwa kumpulan, maka proses
underwritingnyapun mengikuti prinsip‐prinsip asuransi jiwa kumpulan yang lebih
longgar. Ada kalanya, peserta diminta untuk menyerahkan bukti kelayakan
diasuransikan apabila uang pertanggungan yang diminta cukup signifikan. Angka
claim experience sering dipakai sebagai dasar dalam menentukan tingkat
mortalita. Pada umumnya premi yang dikenakan dalam asuransi jiwa kumpulan
serba guna ini lebih murah jika dibandingkan dengan premi asuransi jiwa
perorangan serba guna, karena biaya administrasi yang rendah. Administrasi
dalam produk ini banyak dilakukan oleh Pemegang Polis, bukan oleh perusahaan
asuransi.
Yang membedakan produk asuransi jiwa kumpulan serba guna ini dengan
asuransi jiwa kumpulan lainnya, adalah jika seorang peserta mengundurkan diri,
ia akan tetap berhak menjadi peserta asuransi ini. Sedangkan dalam asuransi jiwa
kumpulan yang lain, Peserta harus terlebih dahulu mengkonversi kepesertaannya
ke dalam polis asuransi jiwa perorangan. Keistimewaan seperti ini, peserta
dinamakan memiliki Portable coverage atau proteksi yang dapat dipindah‐
pindahkan.
Group Variable Universal Life Plan
Produk ini mempunyai satu keistimewaan yaitu bahwa peserta dapat
memilih beberapa opsi yang berbeda untuk menginvestasikan nilai tunai yang
diperoleh dari asuransinya.
5. Group Creditor Life Insurance (Asuransi Jiwa Kredit Kumpulan)
Produk asuransi jiwa kumpulan yang satu ini, diterbitkan oleh perusahaan
asuransi bagi para kreditur, seperti bank‐bank untuk memberikan jaminan atas dana
pinjaman yang telah diberikannya kepada para penerima pinjaman (debitur).
Berbeda dengan asuransi jiwa kumpulan yang lain, asuransi jiwa kredit kumpulan ini,
ahli warisnya adalah pemegang polis yang merupakan kreditur yang nantinya berhak
menerima manfaat asuransi apabila peserta asuransinya meninggal dunia. Manfaat
asuransinya, pada umumnya semakin menurun (decreasing benefit) sesuai dengan
saldo pinjaman yang belum terselesaikan (belum dibayar). Premi untuk asuransi jiwa
kredit kumpulan ini menjadi beban peserta selaku debitur, tetapi juga sebagai daya
tarik dari pinjaman yang diberikan. Ada kalanya bank tersebut sebagai kreditur akan
berpartisipasi memberikan kontribusi pada pembayaran preminya. Jika premi yang
akan dikenakan untuk asuransi jiwa kredit kumpulan tersebut dinilai terlalu mahal
oleh calon penerima pinjaman, maka calon kreditur dapat mengajukan keberatan,
selanjutnya kreditur dapat memilih asuransi jiwa kredit lain yang ia yakini lebih murah
atau lebih baik.
228
ASURANSI KESEHATAN
BAB XII
ASURANSI KESEHATAN
IHTISAR BAB TUJUAN
Ragam Jaminan Asuransi Kesehatan di Setelah mempelajari bab atau bagian ini
Indonesia diharapkan dapat:
Program‐Program Asuransi Kesehatan
Khusus 1. Mengenal ragam jaminan asuransi
¾ Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri kesehatan di Indonesia;
Sipil
¾ Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 2. Mengidentifikasi berbagai program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja asuransi kesehatan khusus yang
¾ Jaminan Kesehatan Masyarakat diterapkan di Indonesia;
(Jamkesmas)
Produk‐Produk Asuransi Kesehatan 3. Menjelaskan manfaat berbagai produk
¾ Santunan Tunai Harian Rumah Sakit asuransi kesehatan;
¾ Asuransi Perawatan di Rumah Sakit
atau Asuransi Kesehatan rawat 4. Membedakan asuransi kesehatan
Inap dengan kecelakaan diri;
¾ Asuransi Kesehatan Pensiun
¾ Asuransi Penyakit Kritis 5. Mengenal hal‐hal yang dikecualikan dan
¾ Asuransi Perawatan Jangka dibatasi dalam asuransi kesehatan;
Panjang (Long Term Care)
¾ Asuransi Kesehatan Unit Link 6. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan
¾ Asuransi Perjalanan jaminan pemeliharaan kesehatan
Asuransi Kecelakaan Diri masyarakat (JPKM);
Pengecualian dan Pembatasan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 7. Menentukan berapa besar kontribusi
Masyarakat (JPKM) atau partisipasi biaya dalam asuransi
Partisipasi Biaya. kesehatan;
Penetapan Premi Asuransi Kesehatan
8. Menjelaskan berapa besar penetapan
besarnya premi asuransi kesehatan
yang dikontribusikan.
A. Ragam Jaminan Asuransi Kesehatan di Indonesia
Jika dilakukan pemetaan berdasarkan jenis pekerjaan dan pemberian jaminan
kesehatan, ternyata banyak ragam dan sistem jaminan kesehatan yang dimiliki oleh setiap
kelompok pekerja. Kelompok pertama adalah pegawai negeri, pensiunan pegawai negeri,
pensiunan TNI dan POLRI beserta keluarganya serta mantan pejabat negara dengan hak
pensiun, akan mendapatkan jaminan kesehatan secara komprehensif dalam bentuk
pelayanan. Kelompok kedua adalah tenaga kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
229
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah (BUMD) serta para tenaga kerja formal mendapat
jaminan kesehatan sesuai dengan peraturan perusahaan atau minimal sama dengan
program jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek. Sebagian perusahaan
mempercayakan pengelolaan kesehatannya pada PT Jamsostek, PT Askes dan
perusahaan asuransi swasta baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa. Sebagian dari
para pekerja juga menambah asuransi kesehatan perorangan. Kelompok ketiga adalah
pekerja informal seperti pedagang kecil di pasar, pedagang kaki lima, petani dan buruh
tani, nelayan dan buruh nelayan pada umumnya tidak memiliki sistem jaminan kesehatan,
artinya jika sakit dan memerlukan biaya kesehatan maka biayanya ditanggung sendiri, dan
sebagian kecil saja yang memiliki asuransi kesehatan perorangan. Selanjutnya kelompok
keempat yaitu masyarakat yang tergolong miskin mendapat jaminan kesehatan secara
komprehensif dari pemerintah dengan anggaran premi setiap bulan pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 sebesar Rp. 5.000 per orang setiap bulan yang jumlah
pesertanya pada tahun 2009 ini mencapai 76,4 juta orang lebih. Di beberapa daerah
tingkat kabupaten mendirikan Badan Pelaksana Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat yang disponsori oleh Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi. Beberapa
daerah/kota juga mengembangkan asuransi kesehatan sosial dengan nama asuransi
kesehatan sosial (Askesos) yang dimotori oleh Departemen Sosial.
Kelompok yang tidak memiliki sistem asuransi atau jaminan kesehatan adalah
kelompok yang terbesar yang terdiri dari para pengusaha kecil, petani, nelayan, buruh tani
dan buruh nelayan, pedagang kecil dan pedagang kaki lima dan para pekerja sektor
informal lainnya. Selanjutnya pada bab ini akan mengupas tentang program‐program
jaminan kesehatan yang disponsori oleh pemerintah maupun produk‐produk asuransi
swasta.
B. Program‐Program Asuransi Kesehatan Khusus
Program‐program asuransi/jaminan kesehatan khusus ini meliputi berbagai variasi
yang secara ringkas dapat kami jelaskan sebagai berikut:
1. Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri Sipil
Peserta Asuransi Kesehatan yang dikelola oleh PT. Asuransi Kesehatan
(Persero) meliputi calon dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penerima Pensiun, Veteran
dan perintis kemerdekaan. Penerima pensiun terdiri dari PNS yang berhenti dengan
hak pensiun, Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan POLRI serta PNS di lingkungan
Departemen Pertahanan dan Keamanan dan Kepolisian Republik Indonesia yang
berhenti dengan hak pensiun, Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun,
janda atau duda atau anak yatim piatu dari PNS, TNI dan Polri serta pejabat negara
yang berhenti dengan hak pensiun. Keluarga yang ditanggung meliputi istri atau
suami dari peserta dan anak yang sah atau anak angkat dari peserta sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Kepesertaannya bersifat wajib dengan pembayaran premi yang dipotong
langsung dari gaji atau uang pensiun. Besarnya premi yang dibayar oleh pegawai
sebesar 2% dari gaji pokok dan sumbangan pemerintah sebesar 2% sehingga total
preminya adalah 4% dari gaji pokok.
230
ASURANSI KESEHATAN
Dalam kelompok ini, jaminan yang diperoleh oleh setiap peserta adalah Program
Jaminan Kesehatan secara komprehensif yang meliputi upaya peningkatan/promosi,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Jaminan yang diberikan dalam bentuk
pelayanan, pemeriksaaan dan pengobatan rawat jalan tingkat pertama harus
dilakukan di puskesmas. Setiap peserta yang telah mendaftarkan diri, dengan
membawa bukti‐bukti bahwa yang bersangkutan adalah berhak menjadi peserta
memilih satu puskesmas dimana ia akan berobat. Pelayanan kesehatan rujukan adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan melalui sarana pelayanan kesehatan rujukan
antara lain dokter spesialis, dokter gigi, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan
khusus lainnya. Persalinan dapat dilayani di Puskesmas, balai pengobatan ibu dan
anak, rumah sakit bersalin dan rumah sakit.
Peserta yang memerlukan rawat inap harus mendapatkan surat rujukan dari
puskesmas dapat dilakukan di rumah sakit pemerintah, termasuk rumah sakit tentara
dan Polri atau di rumah sakit swasta yang ditunjuk. Untuk pegawai negeri golongan I
dan II, kelas perawatan yang diberikan adalah kelas III, golongan III mendapatkan hak
kelas II dan golongan IV memperoleh kelas I di rumah sakit pemerintah. Operasi
jantung, tindakan hemodialisa, cuci darah, dan transplantasi ginjal juga ditanggung
oleh PT Askes. Apabila biaya perawatan ternyata melebihi dari yang dijamin oleh PT
Askes, misalnya karena peserta meminta perawatan di kelas yang lebih tinggi atau
menerima obat diluar Daftar Pelafon Harga Obat (DPHO) maka peserta harus
membayar kelebihan biayanya. Obat‐obatan yang diperlukan dapat diperoleh pada
apotik yang ditunjuk berdasarkan resep yang dibuat oleh dokter, jika obat yang
diperlukan terdapat pada DPHO maka peserta itu tidak perlu membayar obat
tersebut. Jika tidak ada dalam daftar DPHO, maka peserta yang bersangkutan harus
membayar sendiri.
2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) melaksanakan 4 (empat) program
yaitu program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Setiap institusi yang
memperkerjakan tenaga kerja minimal 10 orang atau lebih atau membayar upah satu
juta rupiah setiap bulan wajib menjadi peserta program Jamsostek. Khusus untuk
JPK, suatu institusi diperbolehkan untuk tidak mengikuti program JPK dari Jamsostek
dengan syarat tenaga kerja mendapatkan jaminan minimal sama atau lebih baik dari
program JPK Jamsostek.
Ruang Lingkup JPK Jamsostek ini berupa pelayanan pada pemberi pelayanan
yang ditunjuk pada saat pekerja masih aktif bekerja dan tidak ada pelayanan bagi
pekerja yang tidak bekerja atau yang telah menjalani masa pensiun. Pelayanan yang
dilakukan di luar pemberi pelayanan kesehatan yang ditunjuk tidak diberikan
santunan kecuali gawat darurat. Jaminan yang diberikan meliputi aspek promotif,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Paket JPK Jamsostek meliputi:
1) Rawat jalan tingkat pertama
2) Rawat jalan tingkat lanjutan
231
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
3) Pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat dan Daerah serta rumah sakit
swasta yang ditunjuk .
4) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan baik persalinan normal
maupun persalinan patologis dan atau gugur kandungan.
5) Penunjang diagnostik yang dipandang perlu oleh pelaksana pelayanan kesehatan
yang meliputi pemeriksaan laboratorium, radiologi dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
6) Pelayanan khusus yang meliputi kacamata, prothese gigi, alat bantu dengar,
prothese anggota gerak dan prothese mata.
7) Pelayanan gawat darurat yang merupakan pelayanan yang harus segera
dilakukan untuk menghindari hal yang fatal bagi penderita.
Besarnya premi bagi tenaga kerja lajang sebesar 3% dari upah dan untuk pekerja
yang sudah berkeluarga preminya sebesar 6% dari upahnya, dengan batasan
maksimum upah yang digunakan sebesar satu juta rupiah. Jumlah yang ditanggung
dalam satu keluarga adalah suami/istri dan anak maksimum tiga orang. Bagi tenaga
kerja yang sudah berkeluarga jika memiliki upah sebesar tiga juta rupiah, maka
besarnya premi yang harus dibayar adalah sebesar 6% dari satu juta rupiah yaitu
sebesar Rp. 60.000 setiap bulan. Semua premi ditanggung oleh majikan atau
perusahaan, dan tidak ada kontribusi dari tenaga kerja.
3. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Sebagai cikal bakal pelaksanaan Undang‐Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional atau UU SJSN, pada tahun 2005 Departemen
Kesehatan Republik Indonesia mencetuskan asuransi kesehatan bagi orang miskin
(Askeskin) yang sekarang berubah nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas). Syarat menjadi peserta Jamkesmas adalah penduduk yang tergolong
miskin atau tidak mampu. Total peserta Jamkesmas pada tahun 2009 mencapai 76,4
juta jiwa. Besarnya premi Rp. 5.000 per bulan yang semuanya ditanggung oleh
pemerintah pusat yang dananya diambilkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pemerintah (APBN).
Ruang Lingkup Jaminan yang diberikan cukup komprehensif mulai dari rawat
jalan, gigi, kacamata, melahirkan, ambulan, perawatan di rumah sakit. Jaminan yang
diberikan dalam bentuk pelayanan pada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang
ditunjuk yaitu Puskesmas untuk pelayanan rawat jalan tingkat satu. Untuk rawat inap
diberikan pada Rumah Sakit Umum Daerah.
C. Produk‐Produk Asuransi Kesehatan
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan dipasarkan oleh perusahaan asuransi jiwa
maupun asuransi umum dalam bentuk asuransi perorangan dan asuransi kumpulan atau
kelompok atau kolektif. Pada umumnya asuransi yang ditawarkan secara perorangan atau
keluarga hanya asuransi rawat inap sedangkan untuk asuransi kesehatan kumpulan dapat
diperluas meliputi rawat jalan, melahirkan, gigi dan kacamata.
232
ASURANSI KESEHATAN
1. Santunan Tunai Harian Rumah Sakit
Bentuk paling sederhana dari produk asuransi kesehatan adalah Santunan Tunai
Harian Rumah sakit atau dengan istilah HCP (Hospital Cash Plan) atau DHB (Daily
Hospitalization Benefit). Produk ini dipasarkan sebagai asuransi perorangan dengan
jalur distribusi agen atau bancassurance. Perusahaan asuransi akan membayar biaya
perawatan sesuai yang tercantum dalam polis untuk setiap hari perawatan di rumah
sakit, tanpa memperhatikan biaya perawatan aktual yang dibayarkan tertanggung
kepada rumah sakit. Untuk asuransi perorangan tertanggung sekaligus sebagai
pemegang polis. Beberapa perusahaan asuransi membuat paket asuransi untuk satu
keluarga dimana pemegang polisnya adalah kepala keluarga biasanya suami dan para
tertanggungnya adalah dirinya sendiri ditambah istri dan anak. Jumlah harian bisanya
dibatasi 60 hari atau 90 hari akan tetapi ada juga perusahaan asuransi yang tidak
memberikan batasan jumlah santunan harian dalam satu tahun.
2. Asuransi Perawatan di Rumah Sakit atau Asuransi Kesehatan rawat Inap
Dalam hal tertanggung menderita sakit, baik akibat suatu penyakit maupun suatu
kecelakaan maka biaya selama perawatan di rumah sakit sesuai kuitansi akan diganti
dengan batasan maksimum sebagaimana tercantum dalam polis. Biaya‐biaya yang
dijamin oleh program asuransi kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut:
* Biaya kamar dan biaya makan per hari di rumah sakit. Manfaat dibatasi
maksimum per hari sesuai dengan kelas kamar yang menjadi hak tertanggung,
sedangkan batasan dari jumlah hari per tahun atau per perawatan dicantumkan
dalam polis misalnya 60 hari atau 90 hari.
* Biaya kunjungan dokter umum selama dirawat di rumah sakit. Manfaat ini
dibatasi maksimum per hari sesuai dengan manfaat yang menjadi hak
tertanggung sebagaimana yang tercantum dalam polis.
* Biaya kunjungan dokter spesialis.
* Biaya pembedahan, yang meliputi :
Dokter bedah. Penggantian biaya untuk dokter bedah tergantung dari jenis
operasi yang dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan pada daftar
pembedahan dengan batas maksimum santunan yang telah ditetapkan.
Kamar Bedah. Penggantian kamar bedah diberikan hanya sebatas santunan
yang telah ditetapkan untuk tertanggung dengan batas maksimum
penggantian, biasanya 30% dari biaya dokter bedah.
Anestesi. Penggantian biaya ahli anestesi diberikan hanya sebatas kelas
santunan yang telah ditetapkan untuk tertanggung dengan batasan
penggantian, biasanya sebesar 25% dari biaya dokter bedah.
* Biaya obat‐obatan selama perawatan dan biaya penunjang diagnosa.
* Biaya pengobatan untuk kejadian darurat akibat kecelakaan, termasuk perbaikan
segera terhadap gigi yang rusak akibat kecelakaan.
* Biaya ambulan, biaya yang dibebankan kepada tertanggung oleh rumah sakit
atau suatu institusi untuk mengangkut pasien dari rumah ke rumah sakit atau
sebaliknya, atau dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya pada saat diperlukan
tindakan secara medis dengan batasan maksimum yang dicantumkan dalam
polis.
233
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
* Biaya perawatan intensif, yang terdiri dari perawatan intensif umum (ICU) atau
perawatan intensif penyakit jantung (ICCU). Besarnya manfaat biasanya sampai
maksimum jumlah hari atau rupiah tertentu atau kombinasi keduanya
sebagaimana ditetapkan dalam polisnya.
Asuransi kesehatan rawat inap ini bisa dipasarkan secara kumpulan atau
perorangan. Untuk asuransi kumpulan bisa diperluas rawat jalan, rawat gigi,
melahirkan dan kacamata. Asuransi kesehatan rawat inap juga bisa diperluas sampai
ke jaminan kecelakaan. Bagi perusahaan asuransi jiwa bisa diperluas dengan asuransi
jiwa. Pada umumnya asuransi perorangan tidak diperluas dengan rawat jalan, gigi,
dan kacamata.
Variasi asuransi kesehatan atau asuransi biaya medis. Variasi menurut metode
penyelesaian klaim yaitu ganti rugi dan pelayanan, atau kombinasi dari dua model
tersebut.
Ganti rugi (reimbursement). Dalam hal tertanggung dirawat di rumah sakit, maka
semua biaya ditanggung terlebih dahulu oleh tertanggung, baru kemudian ditagihkan
ke perusahaan asuransi, selanjutnya perusahaan asuransi melakukan verifikasi klaim
dan membayar semua tagihan sesuai batasan yang tercantum dalam polis.
Jaminan berupa pelayanan. Perusahaan asuransi mengadakan kontrak kerjasama
dengan pemberi pelayanan kesehatan (PPK) seperti poliklinik, rumah sakit dan
apotik. Bagi peserta atau tertanggung perusahaan asuransi, jika memerlukan
perawatan maka langsung datang ke PPK tanpa dipungut biaya, apabila datang ke
PPK di luar yang telah ditentukan maka tertanggung harus membayar sendiri bahkan
ada perusahaan yang tidak memberikan ganti rugi. Kontrak antara perusahaan
asuransi dan PPK bisa dalam model kapitasi atau borongan dan juga bisa dalam
bentuk pembayaran sesuai jasa yang diberikan (fee for services). Rumah sakit pada
umumnya kurang senang dengan kontrak model kapitasi ini, sedangkan poliklinik
banyak yang telah bersedia bekerjasama dengan perusahaan asuransi dalam bentuk
kapitasi.
Kombinasi ganti rugi dan pelayanan. Perusahaan asuransi di Indonesia telah
mengembangkan kombinasi antara sisitem berdasarkan ganti rugi dan dalam bentuk
pelayanan. Misalnya untuk rawat jalan menggunakan sistem pelayanan, sedangkan
rawat inap dalam bentuk sistem klaim ganti rugi. Perusahaan asuransi swasta lebih
fleksibel dalam menerapkan sistem klaim jika dibandingkan dengan asuransi sosial
yang menerapkan konsep sistem klaim dalam bentuk mutlak pelayanan dimana
apabila tertanggung berobat di luar PPK yang ditunjuk, tidak mendapatkan
penggantian sama sekali kecuali dalam keadaan darurat.
Variasi Batasan Manfaat. Ditinjau dari sisi besarnya manfaat yang diberikan oleh
perusahaan asuransi dapat dibedakan secara per komponen unit pelayanan, per
penyakit per tahun atau sesuai dengan tagihan (as charged ).
234
ASURANSI KESEHATAN
3. Asuransi Kesehatan Pensiun
Para pegawai negeri TNI dan POLRI mendapat jaminan kesehatan secara
komprehensif pada masa pensiun yang dikelola oleh PT. Askes. Sebagian BUMN
mendirikan Yayasan untuk mengelola program jaminan kesehatan bagi para
pensiunannya, sebagian dipercayakan pada perusahaan asuransi. Premi dibayar saat
aktif bekerja sedangkan jaminan diberikan sejak pekerja mulai pensiun sampai usia
tertentu bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
4. Asuransi Penyakit Kritis
Produk ini dipasarkan oleh perusahaan asuransi jiwa sebagai manfaat tambahan
pada produk asuransi perorangan. Asuransi Penyakit Kritis atau juga sering disebut
critical illness. Dalam hal tertanggung, berdasarkan hasil diagnosa dokter menderita
salah satu penyakit kritis yang terdaftar dalam polisnya, maka tertanggung akan
menerima manfaat asuransi sebesar 50% sampai dengan 100% dari uang
pertanggungan.
5. Asuransi Perawatan Jangka Panjang (Long Term Care)
Produk asuransi perawatan jangka panjang di Indonesia belum begitu populer
seperti di Amerika Serikat dan Kanada. Jaminan yang diberikan adalah berupa biaya
perawatan ketika tertanggung menderita sakit akibat suatu penyakit maupun
kecelakaan yang memerlukan bantuan perawatan tingkat dasar misalnya dalam hal
mandi, makan, minum, berpakaian, menggunakan toilet. Perawatan spesialis,
misalnya dalam perawatan mental dan melakukan suntikan atau pengambilan darah
dan urine untuk diagnosis.
6. Asuransi Kesehatan Unit Link
Asuransi Kesehatan Unit Link adalah perluasan dari produk Asuransi Jiwa Unit
Link. Premi yang dibayarkan oleh tertanggung didistribusikan ke dalam rekening
asuransi kesehatan dan rekening unit investasi. Pada umumnya produk asuransi
kesehatan yang ditawarkan adalah rawat inap perorangan. Dalam hal tertanggung
sakit akibat suatu kecelakaan atau suatu penyakit sedemikian rupa sehingga harus
dirawat di rumah sakit, maka perusahaan asuransi akan membayar ganti rugi atas
biaya‐biaya yang dikeluarkan yang besarnya sesuai dengan batasan dalam polis, atau
bisa berupa pemberian santunan uang tunai per hari perawatan yang besarnya sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam polis. Dana investasi tidak akan berkurang
akibat tertanggung menerima pembayaran klaim asuransi kesehatan tersebut.
7. Asuransi Perjalanan
Asuransi perjalanan (Travel Insurance) banyak dipasarkan oleh perusahaan
asuransi kerugian yang terdiri dari asuransi kesehatan dan kecelakaan, keterlambatan
pesawat (delay schedule) dan kecurian atau kehilangan barang selama dalam
perjalanan, termasuk biaya evakuasi dan juga santunan meninggal akibat kecelakaan
selama dalam perjalanan.
235
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
D. Asuransi Kecelakaan Diri
Asuransi kecelakaan diri memberikan jaminan atas peristiwa yang terjadi secara tiba‐
tiba, tidak terduga sebelumnya, datang dari luar diri tertanggung, bersifat kekerasan,
tidak dikehendaki dan tidak ada unsur‐unsur kesengajaan dalam peristiwa tersebut.
Asuransi kecelakaan diri dapat dipasarkan oleh perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi
umum (kerugian). Asuransi kecelakaan diri menjamin tertanggung akibat dari suatu
kecelakaan yang menimpa dirinya selama 24 jam dalam masa asuransi. Biasanya
pertanggungan berlaku di seluruh dunia dan masa asuransi biasanya satu tahun dan juga
selama beberapa hari misalnya asuransi kecelakaan dalam perjalanan. Masa asuransi yang
terpendek adalah asuransi dalam waktu satu kali penerbangan yang menjamin kecelakaan
diri mulai di bandara keberangkatan sampai mencapai bandara yang menjadi tempat
tujuan. Pada Umumnya risiko kecelakaan yang ditanggung dibagi dalam 3 atau 4 macam
yaitu:
a. Risiko A : Risiko Meninggal Dunia. Dalam hal tertanggung meninggal dunia akibat
sebuah kecelakaan, maka kepada ahli warisnya akan diberikan santunan sebesar uang
pertanggungan sebagaimana tercantum dalam polis.
b. Risiko B : Risiko Cacat Tetap. Dalam hal tertanggung mengalami cacat tetap akibat
suatu kecelakaan, maka kepadanya diberikan santunan cacat tetap yang besarnya
sesuai tabel cacat tetap sebagaimana yang tercantum dalam polis.
c. Risiko C : Cacat Sementara. Dalam hal tertanggung mengalami cacat sementara akibat
suatu kecelakaan, maka kepadanya akan diberikan santunan mingguan atau bulanan
selama tertanggung mengalami cacat sementara.
d. Risko D : Risiko Pengobatan. Dalam hal tertanggung sakit sebagai akibat suatu
kecelakaan maka diberikan penggantian biaya pengobatan biasanya maksimum
sebesar 10% dari uang pertanggungan.
Pada asuransi jiwa perorangan biasanya produk asuransi kecelakaan sebagai produk
tambahan, sehingga dalam hal terjadi tertanggung meninggal dunia akibat kecelakaan
maka kepada ahli warisnya diberikan santunan sebesar 2 sampai 3 kali atau lebih dari uang
pertanggungan.
E. Pengecualian dan Pembatasan
Pada umumnya tidak ada pembayaran manfaat asuransi kecelakaan diri akibat:
a. secara sengaja melukai diri sendiri, percobaan bunuh diri,
b. perang atau ikut perang,
c. penggunaan obat‐obatan kecuali dengan resep dokter,
d. kecelakaan yang disebabkan mabuk minuman keras,
e. terjadi pada saat tertanggung menjadi penumpang pesawat yang mempunyai
jadwal penerbangan secara tidak rutin (non‐scheduled flight).
f. terlibat aksi penyerangan atau pembunuhan.
g. penyakit dan pengobatan medis dan pembedahan.
F. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
Asuransi kesehatan tradisional khususnya di Amerika mendapat kritikan dari para
konsumen maupun dari para pengamat asuransi. Salah satu kritikannya adalah bahwa
236
ASURANSI KESEHATAN
asuransi sebagai penyebab mahalnya biaya kesehatan. Dari kritik inilah terjadi evolusi
dalam sistem jaminan kesehatan dan muncullah ide‐ide dan pemikiran baru yang
aplikasinya saat ini dikenal dengan istilah managed care. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) adalah tafsir Indonesia untuk sistem managed care ini. Badan
Pelaksana (Bapel) JPKM mirip dengan Health Maintenance Organization (HMO) di Amerika.
Sejak dikeluarkannya UU Nomor 23/92 Tentang Kesehatan Program JPKM mulai populer
dimana pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong JPKM sebagai cara
pemeliharaan kesehatan pra‐upaya berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan. Hingga
tahun 2009 terdapat 23 Bapel JPKM yang beroperasi di Indonesia, izin operasional
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI. Ditinjau dari sistem pembayaran premi dan
ruang lingkup santunan program JPKM setara dengan asuransi kesehatan, dalam
prakteknya perusahaan asuransi menggunakan teknik‐teknik pengendalian biaya
sebagaimana yang diterapkan pada program JPKM.
Health Maintenance Organization (HMO). HMO adalah suatu sistem pembiayaan dan
penyediaan perawatan kesehatan yang memberikan layanan perawatan kesehatan secara
komprehensif kepada para peserta. Di Amerika Serikat HMO dapat dimiliki atau disponsori
oleh berbagai jenis organisasi antara lain perusahan asuransi, rumah sakit dan sekolah
kedokteran. HMO dapat beroperasi sebagai organisasi yang berorientasi mencari
keuntungan dan juga bisa tidak mencari keuntungan.
a. Karakteristik HMO
HMO adalah suatu sistem pembiayaan dan sekaligus penyedia layanan. HMO
menangani pembayaran biaya perawatan medis tertanggung juga menangani
pengaturan dokter, rumah sakit, poliklinik dan organisasi‐organisasi perawatan medis
lainnya dan personil untuk memberikan perawatan medis kepada para tertanggung
atau peserta. HMO telah berkembang menjadi berbagai model namun mempunyai
karakteristik yang sama.
b. Perawatan Komprehensif
Program HMO meliputi pencegahan, penyuluhan kesehatan dan penyembuhan.
para peserta berhak menerima layanan perawatan medis secara komprehensif,
termasuk rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit. Untuk mengurangi terjadinya
penyakit dan bertambah parahnya penyakit, HMO menekankan perawatan untuk
pencegahan, termasuk pemeriksaan fisik secara rutin, uji diagnostik, perawatan
kandungan dan bayi sehat, serta imunisasi. Sedangkan pada umumnya program
asuransi tradisional tidak menekankan perawatan pencegahan.
G. Partisipasi Biaya
Kesehatan adalah tanggung jawab pribadi, perusahaan, masyarakat dan pemerintah.
Oleh karenanya ketika seseorang menderita sakit maka pihak‐pihak yang terkait ikut
bertanggung jawab dalam pemulihannya, termasuk seorang tertanggung asuransi
kesehatan harus ikut serta dalam partisipasi pembiayaannya. Persyaratan ini mendorong
tertanggung untuk tetap menekan biaya perawatan medis sekecil mungkin, dan pada
akhirnya membantu mengurangi biaya pertanggungan. Semakin besar porsi partisipasi
biaya oleh tertanggung semakin rendah premi yang harus dibayar. Metode partisipasi
237
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
biaya yang paling umum adalah koasuransi dan deductible (pengurangan klaim).
Deductible adalah sejumlah biaya klaim yang menjadi beban tertanggung sebelum klaim
tersebut diajukan dan dibayar oleh penganggung. Tujuan utama diterapkannya deductible
adalah untuk menekan biaya kesehatan dengan cara menghindari pelayanan‐pelayanan
yang tidak perlu dan biaya‐biaya yang relatif kecil yang sebenarnya dapat ditanggung
sendiri oleh tertanggung.
Koasuransi adalah kesepakatan antara penanggung dan tertanggung untuk membagi
dalam bentuk persentase tertentu dari biaya klaim, misalnya 20% menjadi beban
tertanggung dan 80% menjadi beban penanggung. Koasuransi bertujuan untuk menekan
biaya kesehatan dengan cara menahan keinginan tertanggung untuk mendapatkan
pelayanan yang berlebihan dan untuk membatasi pelayanan yang dianggap tidak perlu.
H. Penetapan Premi Asuransi Kesehatan
Dalam lingkungan perusahaan asuransi komersil, ada empat kelompok yang
bekepentingan dimana masing‐masing mempunyai keinginan tersendiri. Para pemegang
saham menginginkan keuntungan yang setinggi‐tingginya, para pimpinan dan karyawan
perusahaan menghendaki mendapatkan gaji dan program kesejahteraan yang setingi‐
tinginya, dan para agen menghendaki komisi yang besar. Para pembeli asuransi
menginginkan premi yang wajar dan pelayanan yang prima. Semua keinginan para pihak
sumbernya adalah premi asuransi, untuk itu perlu adanya penetapan premi yang dapat
memenuhi keinginan pihak‐pihak tersebut.
Premi asuransi perorangan kesehatan adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh
seseorang sebagai tertanggung atau pemegang polis sebagai imbalan atas dijaminnya
biaya kesehatan akibat timbulnya suatu risiko sakit sebagaimana tertuang dalam polis.
Sedangkan premi asuransi kumpulan kesehatan pada umumnya merupakan penjumlahan
dari premi perorangan dalam suatu instansi. Tarif premi asuransi kesehatan kumpulan
biasanya lebih murah dari asuransi kesehatan perorangan karena alasan biaya. Besarnya
premi dipengaruhi banyak faktor, antara lain ruang lingkup manfaat asuransi, umur, jenis,
kelamin, tingkat pendapatan, dan pekerjaan, lokasi, riwayat medis, inflasi, seleksi risiko,
masa berlakunya tarif, peraturan pemerintah, persistensi, strategi pemasaran dan
obyektivitas perusahaan. Dalam menentukan tarif premi perusahaan asuransi
menggunakan prinsip kecukupan dimana premi yang ditentukan harus cukup untuk
membayar klaim dan biaya‐biaya. Premi juga harus wajar dan seimbang, porsi premi yang
terbesar adalah untuk membayar klaim. Jika porsi dari premi terlalu besar untuk biaya dan
keuntungan maka premi menjadi tidak wajar. Bagi seseorang yang memiliki risiko tinggi
harus membayar premi yang lebih tinggi yaitu prinsip keadilan atau kesamaan. Premi yang
ditetapkan juga harus bisa bersaing dipasar.
Komponen terbesar dari premi adalah biaya untuk membayar manfaat atau juga
disebut biaya klaim atau pengharapan klaim, selanjutnya untuk biaya operasional dan
komisi serta keuntungan perusahaan. Seperti pada produk asuransi jiwa yang
menggunakan tabel mortalita, asuransi kesehatan menggunakan tabel morbidita sebagai
dasar utama dalam penyusunan tarif premi.
238
ASURANSI KESEHATAN
Beberapa perbedaan antara asuransi jiwa dan asuransi kesehatan antara lain sebagai
berikut :
a. Aneka ragam dan variasi pada asuransi kesehatan lebih banyak jika dibandingkan
dengan asuransi jiwa, sehingga pada perhitungan premi banyak digunakan banyak
macam ragam tabel morbidita, sedangkan asuransi jiwa hanya digunakan satu macam
tabel mortalita.
b. Jumlah yang dibayarkan untuk klaim asuransi jiwa sudah dapat dipastikan sesuai yang
tercantum dalam polis, sedangkan jumlah klaim pada asuransi kesehatan bisa tidak
menentu khususnya polis asuransi kesehatan yang bukan berdasarkan nilai yang
disetujui (ganti rugi dan pelayanan).
c. Pada asuransi kesehatan dimungkinkan terjadi klaim lebih dari satu kali, sedangkan
pada asuransi jiwa klaim hanya terjadi sekali saja.
d. Inflasi, perubahan dalam perekonomian dan perubahan dalam praktek pemberi
pelayanan kesehatan lebih besar pengaruhnya terhadap jumlah manfaat yang
dibayarkan untuk klaim asuransi kesehatan dibandingkan dengan klaim asuransi jiwa.
e. Premi asuransi kesehatan bisa berbeda untuk setiap daerah sedangkan asuransi jiwa
sama untuk semua wilayah.
Pengukuran morbidita tergantung pada dua elemen, yaitu frekuensi atau tingkat
utilisasi dan tingkat keparahan. Frekuensi didefinisikan kemungkinan terjadinya suatu
peristiwa pada sejumlah populasi. Misalnya, frekuensi rata‐rata rawat inap dalam setahun
berdasarkan hasil pengamatan adalah sebesar 5%, maka dapat dikatakan bahwa dari 1000
orang dalam suatu kelompok terdapat 50 orang yang sakit sedemikian rupa dirawat di
rumah sakit. Sedangkan keparahan (severity) didefinisikan sebagai rata‐rata ukuran dari
setiap kerugian. Misalnya rata‐rata lama perawatan di rumah sakit dalam setahun adalah 8
hari, maka untuk setiap manfaat harian sebesar Rp. 1 rata‐rata besarnya klaim adalah Rp.
8. Dengan demikian estimasi biaya klaim tahunan dapat dihitung dengan mengalikan
frekuensi dan keparahan, sehingga untuk setiap santunan biaya perawatan santunan
harian sebesar Rp. 200.000, maka estimasi biaya klaimnya untuk satu orang adalah
sebesar Rp. 200.000 x 5% x 8 = Rp. 80.000
Selanjutnya dengan menambahkan komponen biaya dan keuntungan akan diperoleh
premi bruto yang harus dibayar oleh pemegang polis.
239
ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN
BAB XIII
ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN
IHTISAR BAB TUJUAN
¾ Klasifikasi Polis Asuransi Kesehatan o Setelah mempelajari bab atau
Perorangan bagian ini diharapkan dapat:
¾ Berdasarkan nilai yang disetujui
¾ Berdasarkan ganti rugi o Memahami ketiga model kontrak
(reimbursement) asuransi kesehatan dan cakupan
¾ Berdasarkan Pelayanan tertanggung.
¾ Ketentuan‐ketentuan Polis Asuransi
Perorangan o Mengerti syarat‐syarat polis
¾ Syarat‐syarat umum polis asuransi kesehatan perorangan
¾ Ketentuan lanjutan (renewal pada umumnya dan dapat
provision) membedakan antara berbagai
¾ Masa leluasa (grace period) ketentuan lanjutan (renewal
¾ Ketentuan pemulihan polis provision), serta masa leluasa
¾ Ketentuan yang tidak dapat (grace period) dan ketentuan‐
disanggah ketentuannya.
¾ Kondisi yang telah ada sebelumnya
(pre‐existing conditions provision o Memahami prinsip dasar seleksi
¾ Ketentuan klaim risiko serta klasifikasinya, dan
¾ Ketentuan tindakan hukum mengidentifikasi hal‐hal yang
¾ Underwriting dalam Asuransi mempengaruhi tingkat risiko
Kesehatan Perorangan morbiditas calon tertanggung,
¾ Prinsip dasar underwriting asuransi yang mana setiap faktor
kesehatan peorangan mempengaruhi risiko morbiditas.
¾ Klasifikasi risiko
¾ Tanggung jawab underwriter
¾ Sumber informasi underwriting
A. Klasifikasi Polis Asuransi Kesehatan Perorangan
Pada umumnya kontrak asuransi kesehatan jika ditinjau dari sistem pembayaran
klaimnya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga model yaitu : berdasarkan nilai yang
disetujui, berdasarkan ganti rugi, dan berdasarkan pelayanan.
1. Berdasarkan nilai yang disetujui
Tertanggung menerima sejumlah santunan akibat dari timbulnya suatu risiko
sakit sebesar nilai tertentu sesuai yang dicantumkan dalam polis. Misalkan produk
asuransi kesehatan santunan tunai harian. Dalam hal tertanggung mengalami sakit
baik sebagai akibat suatu penyakit maupun suatu kecelakaan sedemikian rupa
sehingga harus dirawat di rumah sakit, maka kepada tertanggung akan diberikan
241
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
santunan harian sebesar tertentu misalnya Rp. 1.000.000 untuk setiap hari
perawatan. Besarnya santunan bukan berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh tertanggung melainkan berdasarkan jumlah hari perawatan dan besarnya
santunan sesuai dengan yang tercantum dalam polis.
2. Berdasarkan Ganti Rugi (reimbursement)
Dalam hal tertanggung sakit dan melakukan perawatan pada Instansi Pemberi
Pelayanan Kesehatan, kemudian biaya yang telah dikeluarkan diajukan klaimnya
kepada perusahaan asuransi, dan perusahaan asuransi mengganti seuai dengan
besarnya biaya yang tercantum dalam bukti pembayaran dengan batasan sesuai yang
tercantum dalam polis.
3. Berdasarkan Pelayanan
Model ini banyak diterapkan pada polis asuransi kesehatan kumpulan dan belum
begitu populer pada asuransi kesehatan perorangan. Dalam hal terjadi sakit,
tertanggung tidak perlu mengeluarkan uang terlebih dahulu cukup datang ke Instansi
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang telah ditunjuk oleh perusahaan asuransi.
Polis asuransi perorangan yang beredar adalah model klaim berdasarkan nilai
yang disetujui dan berdasarkan ganti rugi. Polis asuransi kesehatan bisa dipasarkan
oleh perusahaan asuransi jiwa dan juga oleh perusahaan asuransi kerugian (umum)
secara tersendiri.
4. Cakupan Tertanggung
Sebagai perluasan cakupan tertanggung, perusahaan asuransi menerbitkan polis
asuransi perorangan dengan tambahan tertanggung istri dan anak. Produknya
dikemas dalam satu paket yang mencakup satu keluarga yang terdiri dari suami istri
dan seluruh anak.
B. Ketentuan‐ketentuan Polis Asuransi Perorangan
Ketentuan polis atau sering disebut dengan istilah Syarat‐Syarat Polis (Policy
conditions) pada umumnya dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu syarat‐syarat umum polis
(general conditions) dan syarat‐syarat khusus (special conditions).
1. Syarat‐Syarat Umum Polis
Pada saat ini belum ada peraturan secara khusus dari pemerintah tentang polis
asuransi kesehatan perorangan, namun perusahaan asuransi sebelum memasarkan
produk asuransi kesehatan harus membuat laporan tentang produk yang akan
dipasarkan kepada Menteri Keuangan R.I. dan juga melampirkan rancangan polis
beserta ketentuan umum polis dan ketentuan khususnya.
Produk asuransi perorangan bisa dijual sebagai produk tersendiri dan juga bisa
dipasarkan sebagai produk tambahan. Segala ketentuannya mengikuti polis utama,
sedangkan untuk jenis pertanggungan asuransi kesehatan, perusahaan membuat
242
ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN
ketentuan khusus yang belum diatur dalam polis utama. Polis utama asuransi jiwa
telah dibahas dalam bab sebelumnya ketika kita membahas asuransi jiwa.
2. Ketentuan Lanjutan (renewal provision)
Ketentuan lanjutan menjelaskan tentang hak perusahaan asuransi untuk
menolak, melanjutkan atau membatalkan pertanggungan dan juga hak perusahaan
asuransi untuk menaikkan premi. Pada umumnya, perusahaan asuransi di Amerika
Serikat dan Kanada telah menggunakan lima klasifikasi umum sebagai berikut :
Polis yang dapat dibatalkan (cancellable policy)
Polis yang dapat dilanjutkan dengan pilihan (optionally renewable policy)
Polis yang dapat dilanjutkan dengan syarat tertentu (conditionally renewable
policy).
Polis dijamin dapat dilanjutkan (guaranteed renewable policy).
Polis yang tidak dapat dibatalkan (noncancelable policy).
3. Polis yang dapat dibatalkan
Memberikan hak kepada perusahaan asuransi untuk membatalkan polis setiap
saat dengan alasan apapun hanya dengan memberitahukan bahwa polis tersebut
dibatalkan dengan mengembalikan premi yang telah dibayar oleh Pemegang Polis.
Beberapa negara bagian di Amerika Serikat melarang perusahaan asuransi untuk
menerbitkan polis yang dapat dibatalkan sedangkan di Indonesia hal tersebut belum
diatur.
4. Polis yang dapat dilanjutkan dengan pilihan
Dalam polis ini perusahaan asuransi mempunyai hak untuk menolak melanjutkan
polis pada tanggal tertentu, khususnya pada saat ulang tahun polis atau pada saat
jatuh tempo pembayaran premi tahun berikutnya. Juga mempunyai hak untuk
melakukan perubahan atau menambah batasan dan juga menaikkan preminya.
5. Polis dilanjutkan dengan syarat
Berdasarkan alasan tertentu misalnya usia dan perubahan pekerjaan, perusahaan
berhak menolak untuk melanjutkan polis dan juga berhak untuk menaikkan premi.
6. Polis dijamin dapat dilanjutkan
Pada polis ini perusahaan asuransi harus melanjutkan polis selama premi dibayar
sampai batas waktu sesuai yang tercantum dalam polis biasanya pada usia 65 tahun.
Perusahaan asuransi berhak untuk menaikkan tarif premi untuk polis tersebut hanya
jika kenaikkan tarif premi untuk seluruh kelas polis.
7. Polis yang tidak dapat dibatalkan
Polis dijamin dapat dilanjutkan sampai tertanggung mencapai batas usia yang
dicantumkan dalam polis. Perusahaan asuransi tidak berhak untuk menaikkan tarif
premi dalam keadaan apapun.
243
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
8. Masa leluasa (grace period)
Dalam ketentuan masa leluasa pada polis asuransi perorangan, pemegang polis
dimungkinkan untuk membayar premi lanjutan dalam masa leluasa tertentu yang
pada umumnya selama 31 hari sampai 60 hari setelah tanggal jatuh tempo. Pada
masa leluasa polis, jika terjadi klaim, perusahaan asuransi berkewajiban untuk
membayarnya. Jika dalam masa leluasa premi belum juga dibayar, maka polis
berstatus batal artinya jika terjadi klaim maka perusahaan tidak akan membayar klaim
tersebut.
9. Ketentuan pemulihan polis
Polis yang dinyatakan batal akibat tidak dibayarnya premi lanjutan, dapat
dipulihkan (re‐instated) atau dihidupkan kembali dengan persyaratan tertentu
termasuk membayar premi yang tertunggak beserta dendanya. Perusahaan asuransi
berhak untuk mengevaluasi surat permintaan pemulihan dan berhak untuk menolak
memulihkan kembali.
10. Ketentuan yang tidak dapat disanggah
Jika dalam waktu tertentu misalnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya polis
ditemukan sesuatu yang tidak benar dari pernyataan tertanggung, maka perusahaan
asuransi dapat membatalkan polis tanpa harus mengembalikan premi yang telah
dibayar. Jika diketemukannya setelah 2 (dua) tahun sejak polis diterbitkan, maka
perusahaan asuransi tidak berhak untuk membatalkan polis tersebut. Ketentuan
tersebut dikenal dengan istilah incontestability provision.
11. Kondisi yang telah ada sebelumnya (pre‐existing conditions provision)
Ketentuan ini menyatakan bahwa perusahaan asuransi baru membayar manfaat
untuk kondisi yang telah ada sebelumnya, setelah pertanggungan atas diri
tertanggung berlaku selama jangka waktu tertentu. Kondisi yang telah ada
sebelumnya didefinisikan dalam polis asuransi kesehatan perorangan sebagai cedera
yang terjadi atau penyakit yang pertama kali muncul atau timbul dalam jangka waktu
tertentu biasanya dua tahun sebelum polis tersebut diterbitkan dan yang tidak
dinyatakan di dalam surat permintaan.
12. Ketentuan Klaim
Dalam polis diatur tentang persyaratan klaim termasuk formulir yang harus diisi
dan batas pengajuan setelah terjadinya perawatan di rumah sakit pada umumnya
selama jangka waktu satu bulan, kemudian perusahaan asuransi akan membayarkan
klaim antara 15 hari sampai 60 hari.
13. Ketentuan Tindakan Hukum
Biasanya di dalam polis dicantumkan pengaturan tentang perselisihan antara
pemegang polis dengan perusahaan asuransi. Langkah yang diambil pertama kali
adalah melakukan musyawarah. Jika tidak berhasil bisa dilanjutkan ke badan arbitase,
di Indonesia dapat melalui Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI), jika masih gagal
maka para pihak dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan.
244
ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN
C. Underwriting dalam Asuransi Kesehatan Perorangan
Alasan diperlukannya undewriting dikarenakan individu yang memiliki status
kesehatan buruk cenderung lebih tertarik untuk membeli produk asuransi kesehatan
dengan paket jaminan yang lebih komprehensif, sedangkan individu dengan status
kesehatan baik cenderung menolak untuk membeli produk asuransi tersebut, karena tarif
preminya relatif mahal. Fenomena ini dalam istilah asing disebut adverse selection.
Fenomena adverse selection terjadi karena tidak seimbangnya informasi yang dimiliki
antara perusahaan asuransi dengan calon tertanggung atau peserta asuransi. Informasi
tentang kondisi status kesehatan calon peserta asuransi biasanya hanya diketahui dengan
benar oleh calon peserta, sedangkan perusahaan asuransi biasanya kurang atau bahkan
tidak memahami dengan baik informasi tersebut. Apabila motivasi utama perorangan
membeli asuransi kesehatan karena memiliki status kesehatan yang buruk dan jika
permohonan dikabulkan oleh perusahaan asuransi, maka ia akan memiliki probabilitas
yang lebih tinggi dalam mengkonsumsi pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
peserta yang berstatus kesehatannya lebih baik. Jika tarif premi tidak disesuaikan dengan
tingkat risiko pemohon maka dapat membahayakan kelangsungan bisnis perusahaan
asuransi. Untuk itu perusahaan asuransi harus melakukan kajian atas setiap permohonan
yang diajukan oleh calon tertanggung. Suatu proses untuk menentukan apakah suatu
permohonan asuransi calon tertanggung diterima atau ditolak disebut underwriting.
Alasan mendasar mengapa perusahaan asuransi melakukan underwriting adalah
untuk meminimalkan terjadinya adverse selection. Pada situasi pasar sukarela, orang
cenderung membeli polis asuransi kesehatan jika mereka yakin dan paham kalau di masa
depan akan memerlukan biaya tinggi sehubungan dengan risiko sakit yang dimilikinya.
Semakin tinggi tingkat risiko sakit yang dihadapi oleh seseorang maka semakin tinggi pula
permintaan orang tersebut terhadap produk asuransi kesehatan. Jika tidak dilakukan
aktivitas underwriting yang ketat bisa jadi seseorang diterima dengan premi yang tidak
sebanding dengan tingkat risiko yang dimiliki. Jika hal ini terjadi maka perusahaan
asuransi bisa mengalami kebangkrutan.
Perusahaan asuransi dengan teknik undewrting dapat memprediksi apakah calon
tertanggung akan membutuhkan biaya tinggi atau tidak yaitu dengan melihat
pengalaman‐pengalaman, kasus‐kasus kesehatan masa lalu dari calon tertanggung.
1. Prinsip Dasar Underwriting Asuransi Kesehatan Perorangan
Prinsip dasar dalam melakukan underwriting asuransi kesehatan perorangan
adalah bahwa kesehatan pemohon hanya diketahui oleh pemohon yang
bersangkutan. Underwriter asuransi kesehatan perorangan harus mengevaluasi
riwayat kesehatan dari setiap pemohon untuk menentukan apakah pemohon
memiliki risiko yang dapat diterima atau ditolak.
2. Klasifikasi Risiko
Melalui aktivitas underwriting, perusahaan asuransi dapat memprediksi besaran
tingkat risiko dan melakukan klasifikasi risiko calon tertanggung. Keputusan
underwriting bagi calon tertanggung adalah diterima dengan premi standar atau
diterima dengan premi tambahan atau diterima dengan catatan adanya ketentuan‐
245
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
ketentuan yang harus dipenuhi oleh calon peserta atau memodifikasi terhadap
perubahan paket jaminan yang diminta. Keputusan undewriting bisa juga menolak
atas permohonan asuransi.
3. Tanggung Jawab Underwriter
Tanggung jawab underwriter asuransi kesehatan perorangan lebih difokuskan
pada analisis pola sakit seperti frekuensi, lama perawatan dan keparahan suatu
penyakit. Fungsi‐fungsi utama underwriter asuransi kesehatan perorangan adalah :
Menilai dan memilih pemohon asuransi kesehatan.
Memutuskan apakah sebuah permohonan asuransi dapat disetujui dan jika
disetujui apa dasar persetujuan itu, serta
Memelihara dan menjaga komunikasi yang cukup baik dengan tenaga lapangan
khususnya agen.
4. Sumber Informasi Underwriting
Informasi yang detil sangat diperlukan bagi underwriter untuk membuat
keputusan yang tepat. Adapun sumber‐sumber informasi secara detil dapat diperoleh
melalui aplikasi asuransi, pemeriksaan kesehatan, pernyataan dokter yang memeriksa
dan pernyataan agen dan laporan inspeksi.
a. Faktor‐Faktor Morbiditas
Faktor‐faktor utama yang mempengaruhi morbiditas adalah :
Jika dalam suatu kelompok yang terdiri dari 100 orang kemudian diamati selama
setahun dan ternyata ada 5 orang yang sakit sedemikian rupa sehingga harus
dirawat di rumah sakit maka dikatakan angka utilisasi atau frekuensi sakit sebesar
5%. Jika diketahui tarif rata‐rata pelayanan kesehatan dan kemudian dikalikan
dengan frekuensi maka akan menghasilkan biaya kesehatan. Angka frekuensi
sakit dan tingkat keparahan dikenal dengan istilah morbidity atau morbiditas.
Faktor‐faktor yang mempengaruhi tingkat risiko morbiditas yang dimiliki
seseorang adalah usia, kondisi kesehatan saat ini dan masa lalu (faktor medis),
jenis kelamin, kegemaran atau hobi, riwayat pekerjaan, serta kebiasaan dan gaya
hidup.
b. Usia :
Angka kesakitan pada usia balita dan usia tua biasanya jauh melebihi angka
kesakitan rata‐rata seluruh populasi. Sedangkan angka kesakitan terendah
biasanya ditemukan pada kelompok usia produktif. Ketika seseorang semakin tua
ia akan cenderung mengalami sakit, dan juga rata‐rata lamanya waktu sakit
semakin meningkat.
c. Faktor Medis :
Dalam melakukan underwriting medis, seorang underwriter harus mengevaluasi
riwayat medis dan kondisi fisik calon tertanggung. Riwayat medis dan kondisi
fisik saat mengajukan permohonan asuransi kesehatan adalah indikator dasar
tentang kemungkinan masalah kesehatan masa datang yang akan menjadi beban
pengeluaran biaya‐biaya kesehatan. Orang yang memiliki riwayat kesehatan
246
ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN
buruk cenderung memiliki risiko sakit yang lebih tinggi. Contoh bagi seseorang
yang pernah menderita penyakit serangan jantung akan memiliki probabilitas
risiko sakit serupa pada masa yang akan datang. Tujuan underwriter mengkaji
riwayat kesehatan adalah untuk menentukan :
Apakah kasus serupa kemungkinan dapat terjadi lagi.
Kemungkinan efek riwayat kesehatan yang dimiliki terhadap keseluruhan
kesehatan para tertanggung.
Kemungkinan komplikasi yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Pernyataan‐pernyataan calon peserta pada saat permohonan dilakukan dan hasil‐
hasil pemeriksaan medis merupakan indikator‐indikator pertama kondisi fisik
sekarang. Berbagai tes dan penelitian lebih lanjut mungkin dibutuhkan
tergantung usia dan paket jaminan kesehatan yang diminta.
d. Jenis Kelamin :
Wanita pada usia 17 tahun sampai dengan tahun 45 tahun memliki tingkat risiko
yang lebih tinggi bila dibandingkan pria pada kelompok usia yang sama. Maka
biaya untuk perawatan kesehatan bagi wanita biayanya lebih tinggi sehingga
premi bagi wanita juga lebih tinggi dari pada pria.
e. Pekerjaan :
Underwriter harus meneliti secara seksama tentang jenis pekerjaan seseorang,
seorang akuntan yang bekerja pada kantor pusat perusahaan tambang tentunya
mempunyai tingkat risiko sakit yang lebih baik apabila dibandingkan dengan para
pekerja tambang di lapangan. Faktor‐faktor yang berhubungan dengan pekerjaan
seseorang yang mempengaruhi tingkat risiko morbiditasnya termasuk bahaya
yang terkait dengan pekerjaan tersebut, stabilitas pekerjaan, dan lamanya
pemulihan yang biasanya diperlukan oleh seseorang untuk memulai kembali
tugas‐tugas pekerjaan secara normal. Underwriter asuransi kesehatan
menetapkan beberapa kelas pekerjaan, kemudian menetapkan peringkat kelas‐
kelas sesuai dengan morbiditasnya.Tingkat premi ditetapkan berdasarkan kelas
pekerjaan seseorang. Harriet E. Jones dan Dani L. Long dalam buku tentang
Prinsip‐Prinsip Asuransi Jiwa, Kesehatan dan Anuitas dari LOMA membuat
klasifikasi sebagai berikut :
Klas I : Kelas ini mencakup orang‐orang yang memiliki pekerjaan yang
paling tidak berbahaya, seperti Akuntan, Aktuaris, Pengacara,
Konsultan, dan petugas administrasi.
Klas II : Kelas ini mencakup orang‐orang yang bekerja pada pekerjaan
tertentu yang berbahaya dimana suatu cedera yang kecilpun dapat
menyebabkan cacat, seperti petugas laboratorium, orang‐orang
yang bekerja pada profesi kedokteran dan musisi. Juga bagi orang‐
orang yang memiliki kantor dan tanggung jawab pengawasan secara
keseluruhan di pabrik atau di area konstruksi, seperti arsitek dan
manajer pabrik. Kelas ini mencakup orang‐orang yang bekerja pada
pekerjaan tertentu yang tidak berbahaya namun orang‐orang
247
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
248
ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN
D. Penutup
Kontrak asuransi adalah dokumen perjanjian antara Penanggung (asuradur) dengan
tertanggung, yang biasa disebut polis, polis ini menggambarkan janji‐janji yang dibuat
oleh pihak penanggung dan disepakati oleh tertanggung, perusahaan asuransi diharuskan
membuat polis dengan jelas, dan isi polis mengikat dibawah hukum sesuai dengan hukum
yang berlaku dimana polis tersebut diterbitkan.
Underwriting adalah seleksi risiko yang dikarenakan tidak seimbangnya informasi
yang dimiliki antara perusahaan asuransi dengan calon tertanggung atau peserta asuransi,
fenomena yang biasa disebut adverse selection. Underwriting adalah untuk meminimalkan
terjadinya adverse selection, dengan prinsip dasar, klasifikasi risiko dan sumber informasi
yang detail.
Mungkin lebih digunakan istilah antiseleksi daripada adverse selection. Karena anti
seleksi bisa di‐indonesia‐kan, sedangkan adverse selection memang sukar dicarikan
padanan katanya.
249
ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN
BAB XIV
ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN
IHTISAR BAB TUJUAN
Polis Asuransi Kesehatan Kumpulan Setelah mempelajari bab atau bagian ini
¾ Ketentuan‐Ketentuan Polis Asuransi diharapkan dapat:
Kesehatan Kumpulan o Mengerti perbedaan antara polis
¾ Kondisi yang telah ada sebelumnya asuransi kesehatan perorangan dengan
(pre‐existing condition) kumpulan dan dapat mengidentifikasi
¾ Ketentuan Konversi ketentuan‐ketentuan yang biasanya
¾ Ketentuan Coordination of Benefit tercantum dalam polis asuransi
¾ Persyaratan Kepesertaan kesehatan kumpulan.
Underwriting dalam Asuransi Kesehatan o Menghitung pembayaran yang dibayar
Kumpulan oleh pihak penanggung kepada
¾ Faktor Seleksi Risiko tertanggung apabila seorang peserta
Mekanisme Pembiayaan Asuransi ditanggung dalam dua polis asuransi
Kesehatan Kumpulan kesehatan kumpulan yang keduanya
¾ Pengaturan Khusus memuat ketentuan coordination of
¾ Program Asuransi Diri Sendiri (self‐ benefit (COB)
insured plan) o Memahami faktor seleksi risiko serta
¾ Stop Loss Coverage klasifikasinya, dan mengidentifikasi hal‐
¾ Program Jasa Administrasi hal yang mempengaruhi tingkat risiko
morbiditas calon Pemegang Polis, yang
mana setiap faktor mempengaruhi risiko
morbiditas.
o Mengerti mekanisme pembiayaan yang
digunakan dalam kaitannya dengan
program asuransi kesehatan kumpulan
A. Polis Asuransi Kesehatan Kumpulan
Polis asuransi kesehatan kumpulan merupakan suatu kontrak antara perusahaan
asuransi dengan satu institusi sebagai Pemegang Polis asuransi kesehatan kumpulan yang
membeli pertanggungan asuransi kesehatan kumpulan. Tidak semua perusahaan asuransi
di Indonesia menggunakan istilah yang sama, ada yang menyebut asuransi kumpulan, ada
yang memberi nama asuransi kelompok dan ada pula perusahaan asuransi yang
menggunakan nama asuransi kolektif. Anggota kelompok yang diasuransikan bukan
merupakan pihak dalam kontrak dan tidak menerima polis perorangan. Pada umumnya
perusahaan asuransi memberikan sertifikat kepada setiap Tertanggung atau kepala
keluarga Tertanggung dan diberikan buku panduan yang berisi hak dan kewajiban tentang
pertanggungan asuransi kesehatan khususnya tentang ruang lingkup jaminan dan
prosedur klaim.
251
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Yang dituangkan dalam polis asuransi kesehatan antara lain tentang jenis‐jenis
santunan yang diberikan serta batasan besarnya santunan yang diberikan oleh
perusahaan asuransi itu, batasan maksimum untuk setiap kejadian sakit, jumlah yang
ditanggung sendiri (deductible dan koasuransi).
1. Ketentuan‐ketentuan Polis Asuransi Kesehatan Kumpulan :
Polis asuransi kesehatan kumpulan berisi definisi‐definisi dan ketentuan yang
menjelaskan tentang syarat‐syarat dan ketentuan tentang hak dan kewajiban kedua
belah pihak yang meliputi antara lain :
a. Syarat‐syarat untuk bisa menjadi Tertanggung
b. Ruang lingkup, tipe atau kelas manfaat asuransi kesehatan
c. Ketentuan yang berkaitan dengan klaim, administrasi serta aspek hukum
d. Proses pembatalan pertanggungan dan polis
e. Manfaat yang diperoleh oleh Tertanggung atau Pemegang Polis jika polis
dibatalkan.
f. Pengecualian‐Pengecualian (exception)
2. Kondisi yang telah ada sebelumnya (Pre‐existing Condition) :
Polis asuransi kumpulan sering kali memuat ketentuan tentang kondisi yang telah
ada sebelumnya (Pre‐Existing Condition) yang menyatakan bahwa manfaat tidak akan
dibayarkan untuk kondisi penyakit yang telah diderita sebelumnya sampai peserta
telah ditanggung dalam polis selama jangka waktu tertentu. Kondisi yang ada
sebelumnya didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang menerima
perawatan medis dalam waktu 3 (tiga) bulan sebelum tanggal masa berlaku
pertanggungan. Polis asuransi kesehatan kumpulan juga menyebutkan bahwa kondisi
yang telah ada sebelumnya tidak diberlakukan jika peserta tidak pernah menerima
perawatan medis selama 3 (tiga) bulan terakhir atau seseorang telah menjadi peserta
dalam polis selama 12 bulan berturut‐turut. Suatu kelompok bisa dibebaskan dari
ketentuan ini (pre existing condition) jika kelompok tersebut sebelumnya telah
menjadi pemegang polis dari asuransi kesehatan lain dan anggota kelompok tersebut
sebelumnya telah menjadi peserta dalam polis tersebut.
3. Ketentuan Konversi :
Di Indonesia belum ada pengaturan tentang konversi, namun undang‐undang di
sebagian besar negara bagian Amerika Serikat mengharuskan polis asuransi
kesehatan kumpulan untuk mencantumkan ketentuan konversi. Ketentuan konversi
memberikan hak yang terbatas kepada anggota kelompok yang meninggalkan
kelompoknya untuk membeli polis asuransi kesehatan perorangan tanpa harus
menyerahkan bukti dapat diasuransikan (evidence of insurability). Perusahaan
asuransi bisa menolak jika ternyata peserta memiliki asuransi lebih dari yang
dibutuhkan (over insured). Premi asuransi perorangan biasanya lebih mahal dari
asuransi kumpulan.
4. Ketentuan Koordinasi Manfaat :
Ketentuan koordinasi manfaat (coordination of benefit) dirancang untuk
mencegah anggota kelompok yang diasuransikan dengan lebih dari satu polis
252
ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN
asuransi kesehatan kumpulan untuk menerima jumlah manfaat yang lebih besar dari
pada jumlah biaya perawatan medis yang sebenarnya dikeluarkan oleh peserta.
Ketentuan tentang koordinasi manfaat ini, di Indonesia belum diatur. Misalkan
seorang istri telah dijamin oleh polis asuransi kesehatan pada perusahaan dimana
suaminya bekerja disamping dirinya sendiri juga mendapatkan jaminan dari
perusahaanya. Jika terjadi sakit seorang istri bisa berpeluang mendapatkan jaminan
ganda yaitu jaminan dari tempat bekerjanya dan dari tempat suaminya bekerja. Salah
satu cara mencegah adanya jaminan ganda adalah perusahaan asuransi mensyaratkan
untuk menyerahkan kuitansi pembayaran yang asli.
Ketentuan koordinasi manfaat di Amerika mencegah pembayaran manfaat ganda
dengan cara menentukan program kesehatan kumpulan mana yang merupakan
penjamin utama (primary provider) dari manfaat yang dimaksud dan program mana
yang menjadi penjamin kedua (secondary provider) untuk anggota kelompok yang
memiliki pertanggungan ganda. Penjamin utama dari manfaat adalah program yang
bertanggung jawab untuk membayar jumlah manfaat secara penuh sebagaimana
yang dijanjikan menurut program tersebut. Apabila program yang telah ditunjuk
sebagai program utama (primary plan) telah membayar jumlah manfaat secara penuh
maka Peserta dapat menyampaikan klaim untuk program kedua (secondary plan),
bersama dengan penjelasan mengenai jumlah manfaat yang telah dibayar oleh
program utama. Penjamin program kedua lalu akan menentukan jumlah yang dibayar
untuk klaim sesuai dengan ketentuan program.
Berikut kasus yang dialami Ibu Wati yang ditanggung oleh dua perusahaan
asuransi, kedua program memberlakukan koordinasi manfaat. Setiap program juga
memberlakukan adanya deductible sebesar Rp 1.000.000 dan koasuransi sebesar 20%.
Pada suatu saat, Ibu Wati sakit dengan menghabiskan biaya sebesar Rp. 10.000.000.
Program asuransi utama membayar sebesar Rp. 7.200.000, dengan rincian sebagai
berikut :
- Total biaya kesehatan Rp. 10.000.000
- Deductible RP. 1.000.000.
- Koasuransi sebesar 20% dari (Rp. 10 juta ‐ Rp. 1 juta) = Rp. 1.800.000
Sehingga total yang dibayar oleh program utama sebesar Rp. 7.200.000. Biaya
sisanya sebesar Rp. 2.800.000 ditanggung sendiri seandainya Ibu Wati tidak menjadi
Peserta dari dua polis. Karena Ibu Wati memiliki program kedua maka sisa biaya
sebesar Rp. 2.800.00 dibayar oleh program kedua. Seandainya Ibu Wati menjadi
Peserta dari dua polis dan tidak ada ketentuan koordinasi manfaat maka Ibu Wati
dapat memperoleh klaim sebesar Rp. 14.400.000 dari dua perusahaan asuransi, yaitu
masing‐masing sebesar Rp. 7.200.000.
5. Persyaratan Kepesertaan :
Dalam polis asuransi kumpulan juga mengatur tentang kepesertaan yang
meliputi antara lain :
Tentang hubungan antara karyawan yang memenuhi syarat dan perusahaan atau
pihak lain yang menyediakan group medical benefit atau Pemegang Polis Induk.
253
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Daftar kelas karyawan yang memenuhi syarat tentang pekerja tetap dan honorer
atau karyawan yang bekerja di lokasi tertentu.
Daftar kelas karyawan yang dikecualikan dari jaminan polis.
Adanya persyaratan bahwa setiap karyawan harus mendaftar asuransi,
melengkapi formulir pendaftaran dan mengijinkan potongan dari gajinya untuk
pembayaran kontribusi premi.
Deskripsi yang jelas tentang kapan karyawan menjadi peserta.
Deskripsi yang jelas tentang kapan jaminan asuransi karyawan dimulai.
6. Tanggal Mulai Kepesertaan :
Seseorang yang berhak menjadi peserta biasanya telah berstatus pegawai tetap
yakni setelah menjalani masa percobaan (probation period).
7. Tanggal Efektif Asuransi :
Tanggal efektif asuransi bagi seorang karyawan asuransi non‐kontribusi adalah
hari dimana karyawan memenuhi syarat bagi asuransi.
8. Tanggal efektif bagi asuransi kontributori adalah:
Hari ketika karyawan memenuhi syarat, jika pemilik perusahaan menerima
permintaan asuransi atau sebelum hari karyawan tersebut memenuhi syarat,
atau
Hari ketika karyawan mendaftar sebagai peserta asuransi, jika perusahaan
menerima permintaan asuransi karyawan yang bersangkutan pada periode awal
pendaftaran.
9. Pengecualian :
Pengecualian merupakan situasi tertentu antara lain meliputi penangguhan
jaminan, membatasi jaminan atau dihilangkannya persyaratan tertentu.
10. Masa Leluasa :
Perusahaan asuransi memberikan masa leluasa selama 31 hari setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran premi. Pada masa leluasa jaminan tetap berlaku kecuali
Pemegang Polis memberitahukan tentang penghentian pertanggungan. Jika pada
akhir masa leluasa premi belum juga dibayar, maka perusahaan asuransi dapat
menghentikan kontrak asuransinya.
11. Hak Terminasi :
Pemegang Polis mempunyai hak untuk berhenti sebagai pemegang polis dengan
memberitahukan secara tertulis 31 hari sebelumnya kepada perusahaan asuransi.
12. Pembagian Keuntungan :
Pada umumnya polis juga mengatur tentang pembagian keuntungan pada akhir
periode polis yang perhitungannya dilakukan tiga bulan setelah polis berakhir dan
tidak akan ada klaim lagi.
254
ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN
13. Otoritas untuk mengubah kontrak :
Polis dapat dimodifikasi pada pertengahan atau pada saat pembaharuan polis
hanya dengan persetujuan pemegang polis dan perusahaan asuransi. Agen, Pialang
atau perwakilan asuransi lainnya tidak boleh melakukan perubahan polis. Kontrak
yang dirancang secara spesifik hanya dapat diubah oleh orang yang mempunyai
otoritas yaitu petugas atau karyawan perusahaan asuransi yang diserahkan otoritas
tersebut.
14. Manfaat (Benefits) :
Kontrak memuat manfaat yang menjelaskan sepenuhnya kondisi dan tingkat
manfaat dan juga batasan dari jaminan. Tipe dan besarnya manfaat tergantung pada
paket yang dibeli oleh Pemegang Polis.
15. Klaim yang tidak diganti atau dibatasi :
Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan ditanggung
oleh perusahaan asuransi, hal‐hal di bawah ini, antara lain yang tidak ditanggung :
a. Operasi bedah plastik untuk kencantikan.
b. Pemasangan gigi palsu.
c. Bayi tabung.
d. Penyakit kelamin dan AIDS/HIV.
e. Akibat narkotika dan sejenisnya.
f. Kecelakaan akibat mabuk minuman keras.
g. Percobaan bunuh diri.
h. Bencana alam nasional.
i. Perang.
j. Akibat tindak kriminal.
k. Klaim yang tidak wajar dari segi jumlah maupun harga.
l. Kondisi‐kondisi yang telah ada sebelumnya.
m. Stres dan sakit gila.
B. Underwriting dalam Asurani Kesehatan Kumpulan
Underwriting adalah suatu proses seleksi risiko yang menentukan apakah sebuah
permintaan asuransi diterima dengan atau tanpa persyaratan tertentu atau ditolak.
Undewriting asuransi kesehatan sangat mengutamakan morbiditas, yaitu terjadinya risiko
sakit yang diakibatkan oleh suatu penyakit maupun kecelakaan pada suatu populasi
tertentu dikalikan dengan rata‐rata setiap kejadian sakit. Kemajuan di bidang ilmu
kedokteran dapat meningkatkan pengharapan hidup (life expectancy) atau dapat
mengurangi angka kematian. Sebagai contoh pada masa lalu, bayi kembar dan atau
prematur dapat dipastikan akan meninggal dunia, namun kini dapat diatasi dengan biaya
yang cukup tinggi yang berarti meningkatkan angka morbiditas.
1. Faktor Seleksi Risiko :
Setiap perusahaan asuransi mempunyai pedoman yang baku tentang sistem
underwriting yang mungkin saja berbeda satu dengan yang lainnya tergantung
kebijakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Misalkan perusahaan asuransi
255
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
yang baru berdiri agar mendapatkan nasabah, ia membuat kebijakan underwriting
yang agak longgar. Bagi perusahaan asuransi yang telah mempunyai nasabah
dirasakan telah cukup banyak melakukan undewriting yang cukup ketat terhadap
calon nasabah baru.
Untuk kelompok besar yang beranggotakan lebih dari 1000 Peserta, underwriter
melihat riwayat klaim kelompok secara keseluruhan untuk dijadikan indikator dasar
tentang kemungkinan masalah di masa yang akan datang, yang akan menjadi
pengeluaran biaya kesehatan. Untuk kelompok kecil (kurang dari 15 Peserta), riwayat
kesehatan tidak begitu kredibel, dan underwriter biasanya memerlukan pernyataan
tentang kesehatan dari calon peserta.
Faktor seleksi risiko yang dominan yang akan mempengaruhi kontrak asuransi
kesehatan adalah banyaknya peserta dalam satu kelompok, jenis industri atau jenis
pekerjaan dari peserta, komposisi kelompok, lokasi, disain polis, kontribusi majikan,
pengalaman klaim sebelumnya, paket asuransi kesehatan kelompok sebelumnya,
kebutuhan administrasi, komisi bagi perantara atau agen. Klasifikasi risiko kelompok
adalah standar, di luar standar atau tidak standar dan ditolak.
2. Besarnya Jumlah Peserta :
Morbiditas cenderung lebih besar pada kelompok kecil dari pada kelompok
besar. Salah satu penyebabnya adalah adanya seleksi terbalik yang lebih sering terjadi
pada kelompok yang lebih kecil. Misalnya saja, majikan dari kelompok kecil
menyembunyikan informasi atas Peserta yang sedang sakit atau sedang melakukan
terapi medis yang mahal agar dapat menjadi Peserta asuransi kesehatan dengan
premi yang standar.
Besarnya jumlah Peserta juga mempengaruhi besarnya biaya administrasi.
Persentase untuk biaya tertentu jauh lebih besar pada kelompok yang pesertanya
kecil.
3. Jenis Industri :
Tingkat morbiditas beberapa industri dan pekerjaan tertentu cenderung lebih
tinggi antara lain yaitu pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi seperti polisi dan
pemadam kebakaran, pekerjaan yang akses pelayanan kesehatan sudah tersedia
seperti karyawan rumah sakit, industri yang tingkat penyalahgunaan obat dan alkohol
tinggi seperti kelab malam. Para pekerja yang tidak memiliki jam kerja yang teratur
pada umumnya tingkat morbiditasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan para
pekerja yang mempunyai jam kerja yang teratur. Besarnya tingkat premi akan
tergantung pada jenis industri atau jenis pekerjaan. Premi bagi pekerja administrasi
relatif paling murah sedang para pekerja tambang bawah tanah preminya relatif
paling mahal.
4. Komposisi :
Tingkat morbiditas juga dipengaruhi oleh kelas peserta yang dijamin, distribusi
umur, jenis kelamin dan pendapatan.
256
ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN
5. Kelompok karyawan yang dijamin :
Perusahaan asuransi cenderung untuk menerima peserta yang berstatus
karyawan tetap, karyawan yang belum menjadi pegawai tetap belum boleh menjadi
peserta, begitu juga pegawai yang berstatus sebagai pekerja paruh waktu atau
pekerja yang berstatus kontrak cenderung dihindari oleh perusahaan asuransi.
6. Distribusi umur :
Tingkat morbiditas sejalan dengan tingkat mortalitas, bayi yang baru lahir
mempunyai tingat risiko sakit yang tinggi kemudian menurun seiring dengan
bertambahnya umur sampai usianya mencapai 29 tahun kemudian meningkat terus
sesuai dengan bertambahnya umur. Semakin tua seseorang semakin tinggi tingkat
morbiditasnya.
7. Distribusi jenis kelamin :
Pada kelompok usia 17 tahun sampai dengan usia 45 tahun, wanita pada
umumnya mempunyai tingkat morbiditas lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria
untuk kelompok umur yang sama.
8. Tingkat Pendapatan :
Bagi karyawan yang mempunyai penghasilan yang tinggi diatas rata‐rata ternyata
cenderung untuk menggunakan paket kesehatannya lebih tinggi jika dibanding
karyawan yang pendapatannya lebih rendah. Kelompok pekerja yang mempunyai
pendapatan lebih rendah dari rata‐rata mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi.
Pekerja bergaji rendah sering berhubungan dengan kondisi kerja yang buruk dan gizi
yang kurang memadai.
9. Lokasi :
Tingkat morbiditas sangat sensitif terhadap tempat tinggal para peserta, karena
bervariasinya biaya pelayanan kesehatan dan utilisasi. Biaya kesehatan di Jakarta
misalnya pada umumnya secara rata‐rata jauh lebih mahal dari yang di Pacitan,
Wonosari, atau di Kulonprogo.
10. Disain Paket :
Dua komponen dasar dari sebuah paket asuransi kesehatan adalah persyaratan
kepesertaan atau eligibilitas dan struktur manfaat.
11. Persyaratan kepesertaan :
Di Indonesia, secara detil tentang polis asuransi kesehatan kumpulan tidak diatur
dalam suatu peraturan pemerintah. Produk asuransi kesehatan kumpulan sebelum
dipasarkan ke masyarakat harus dilaporkan terlebih dahulu kepada Biro
Perasuransian Bapepam‐LK Departemen Keuangan. Di Amerika Serikat misalnya,
persyaratan tidak boleh berdasarkan suku, agama, umur, dan jenis kelamin, juga
melarang perusahaan asuransi dan pengusaha untuk menetapkan persyaratan
kepesertaan yang dikaitkan dengan status kesehatan karyawan dan keluarganya.
Pada umumnya anggota keluarga yang dapat diasuransikan adalah istri yang sah dan
257
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
anak sejak lahir sampai usia 25 tahun atau telah menikah atau telah bekerja sebelum
mencapai usia 25 tahun. Pada umumnya karyawan dapat menjadi peserta sejak
diangkat menjadi pegawai tetap.
12. Struktur Manfaat :
Disain paket akan mempengaruhi tingkat premi, paket dengan partisipasi biaya
tinggi akan memberikan premi yang lebih murah. Underwriter perlu waspada atas
permintaan jaminan yang minimal yang akan mengakibatkan adanya beban bagi
Peserta yang tinggi bila terjadi klaim. Jaminan yang tinggi akan mengakibatkan
tingginya utilisasi.
13. Kontribusi pengusaha atau majikan :
Jika semua premi dibayar oleh pengusaha atau majikan, maka paketnya bersifat
non‐kontributori artinya para karyawan tidak membayar premi sepeserpun. Dan
dikatakan kontribusi penuh jika membayar seratus persen. Dari sudut pandang
undewriting, non‐kontributori sangat disenangi oleh perusahaan asuransi karena
tingkat kepesertaan akan mencapai 100%.
14. Pengalaman Paket dan Klaim Sebelumnya :
Untuk perusahaan yang jumlah karyawannya relatif lebih besar, misalnya lebih
dari 1000 orang, maka pengalaman paket beserta klaimnya lebih kredibel untuk
dijadikan pegangan dalam menentukan premi yang bisa diyakini sebagai cermin klaim
pada masa yang akan datang, sehingga perhitungan preminya akan lebih akurat.
C. Mekanisme Pembiayaan Asuransi Kesehatan Kumpulan
Praktek di Indonesia tentang cara yang digunakan dalam membayar biaya klaim
asuransi kesehatan kumpulan dan biaya administrasinya adalah program asuransi penuh
dimana perusahaan asuransi akan membayar semua klaim sesuai dengan polis, meskipun
nilainya bisa lebih besar dari premi yang diterima oleh perusahaan asuransi. Sebaliknya
jika klaim yang dibayarkan jauh lebih kecil dari premi, maka perusahaan asuransi akan
memperoleh keuntungan yang cukup besar. Pada akhir masa polis, jika memperoleh
keuntungan maka perusahaan asuransi akan mengembalikan sebagian dari
keuntungannya kepada pemegang polis yang terkenal dengan istilah experience refund.
Besarnya premi dihitung berdasarkan jumlah Peserta yang dirinci sesuai kelas pelayanan
atau plan masing‐masing peserta. Premi pada umumnya dibayar secara tahunan, namun
bisa dibayar secara semesteran, triwulanan, bahkan untuk perusahaan dengan jumlah
karyawan yang relatif besar, premi bisa dibayar secara bulanan. Perusahaan asuransi
meminta pembayaran tiga bulan pertama pada awal kontrak. Mekanisme klaim dapat
dikategorikan dalam 2 (dua) model yaitu dalam bentuk ganti rugi dan pelayanan. Pada
model ganti rugi, jika peserta mengalami sakit datang ke tempat pelayanan kesehatan
dengan membayar terlebih dahulu kemudian dengan membawa bukti atas biaya
kesehatan, diajukan klaim ke perusahaan asuransi melalui Bidang Personalia atau Bidang
SDM perusahaan, kemudian dalam jangka waktu dua minggu setelah persyaratan klaim
diterima secara lengkap maka perusahaan akan membayar ganti rugi sesuai dengan
ketentuan dalam polis. Model yang kedua adalah para peserta itu jika mengalami sakit
258
ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN
bisa datang ke tempat pelayanan kesehatan yang ditunjuk tanpa membayar terlebih
dahulu atau seandainya harus membayar hanya sebagian kecil atau biaya‐biaya yang tidak
ditanggung dalam polis. Perusahaan asuransi dalam menjalin kerja sama dengan pemberi
pelayanan kesehatan menggunakan dua model yaitu kapitasi atau borongan dan sistem
pembayaran sesuai jasa yang diberikan (fee for services). Besarnya premi pada umumnya
berlaku dalam satu tahun. Jika besarnya tarif premi berlaku untuk jangka waktu lebih dari
satu tahun maka diberlakukan premi yang lebih mahal.
1. Pengaturan Khusus :
Perusahaan asuransi setuju untuk mengenakan premi yang lebih rendah kepada
pemegang polis dibandingkan dengan yang dikenakan secara normal berdasarkan
pengalaman sebelumnya. Jika ternyata klaimnya lebih tinggi maka Pemegang Polis
diminta untuk membayar tambahan premi. Cara tersebut dikenal dengan istilah
retrospective rating arrangement. Praktek di Indonesia tentang hal tersebut boleh
dikatakan tidak ada atau sangat jarang ada.
Pengaturan khusus lainnya adalah yang disebut premium delay arrangement
yang memungkinkan Pemegang Polis asuransi kumpulan menunda pembayaran
premi untuk jangka waktu tertentu biasanya 60 hingga 90 hari setelah berakhirnya
masa leluasa (grace period).
Program premi minimum (minimum premium plan), dalam pengaturan ini
pemegang polis menyetor dana ke dalam rekening khusus yang besarnya cukup
untuk membayar sejumlah besarnya klaim yang diperkirakan, misalkan membayar
80% dari perkiraan besarnya klaim. Kemudian perusahaan asuransi bertanggung
jawab atas klaim. Pada akhir polis perusahaan asuransi menghitung premi yang
sebenarnya harus dibayar oleh Pemegang Polis.
2. Program Asuransi Diri Sendiri (self‐insured plan) :
Setiap perusahaan di Indonesia wajib memberikan jaminan kesehatan kepada
karyawan beserta keluarganya, adapun pengelolaannya bisa dimungkinkan oleh
perusahaan sendiri asalkan minimal sama dengan Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Jamsostek. Bagi perusahaan yang jumlah karyawannya puluhan ribu pada
umumnya jaminan kesehatannya dikelola sendiri. Dalam menentukan tarif asuransi
kesehatan, perusahaan asuransi harus menentukan tarif yang memadai untuk
membayar klaim, membayar komisi, membayar biaya‐biaya pengelolaan perusahaan
dan harus bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan. Semuanya itu dibebankan
kepada Pemegang Polis yang tercermin dalam tarif. Untuk itu banyak perusahaan
yang merasa yakin bahwa mengasuransikan secara mandiri dapat membantu mereka
dalam mengendalikan biaya perawatan kesehatan yang selalu meningkat setiap
tahunnya.
3. Stop loss Coverage :
Bagi perusahaan yang mengasuransikan secara mandiri ada kemungkinan akan
mengalami jumlah klaim yang relatif sangat besar, sehingga akan kekurangan dana.
Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan bisa membeli program asuransi Stop loss.
259
DASAR-DASAR ASURANSI JIWA DAN ASURANSI KESEHATAN
Dalam hal stop loss ini, ada 2 (dua) model, yang pertama stop loss perorangan dan ke
dua stop loss akumulasi. Dalam stop loss perorangan, perusahaan asuransi stop loss
membayar sebagian dari setiap klaim yang melebihi jumlah klaim yang telah
ditentukan. Sedangkan menurut stop loss akumulasi, perusahaan asuransi membayar
klaim ketika total klaim perusahaan melebihi jumlah yang ditentukan dalam jangka
waktu tertentu.
4. Program Jasa Administrasi :
Perusahaan yang melakukan asuransi sendiri dalam pengelolaan klaimnya dapat
mempercayakan kepada perusahaan penyedia jasa administrasi klaim. Jasanya
dikenal dengan istilah administrative service only (ASO), perusahaannya dikenal
dengan istilah Third Party Administrator (TPA). Di Indonesia, perusahaan asuransi
belum dimungkinkan untuk memasarkan jasa administrasi klaim saja seperti
mengelola Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Perusahaan jasa pengelola administrasi
jaminan kesehatan tidak menanggung risiko. Keuntungan diperoleh dari biaya jasa
pengelolaan saja.
D. Penutup
Polis asuransi Kesehatan kumpulan tidak sama dengan polis asuransi kesehatan
perorangan, anggota kelompok yang diasuransikan bukan merupakan pihak dalam
kontrak dan tidak menerima polis perorangan, pada umumnya perusahaan asuransi
memberikan sertifikat kepada setiap tertanggung atau kepala keluarga tertanggung.
Ketentuan koordinasi manfaat (coordination of benefit) dirancang untuk mencegah
anggota kelompok yang diasuransikan dengan lebih dari satu polis asuransi kesehatan
kumpulan untuk menerima jumlah manfaat yang lebih besar dari jumlah biaya perawatan
medis yang sbenarnya dikeluarkan oleh peserta.
Underwriting adalah suatu proses seleksi risiko yang menentukan apakah sebuah
permintaan asuransi diterima dengan atau tanpa persyaratan tertentu atau ditolak.
Undewriting asuransi kesehatan sangat mengutamakan morbiditas, yaitu terjadinya risiko
sakit yang diakibatkan oleh suatu penyakit maupun kecelakaan pada suatu populasi
tertentu dikalikan dengan rata‐rata setiap kejadian sakit
Stop loss perorangan perusahaan asuransi membayar sebagian dari setiap klaim yang
melebihi jumlah klaim yang telah ditentukan. Sedangkan menurut stop loss akumulasi,
perusahaan asuransi membayar klaim ketika total klaim perusahaan melebihi jumlah yang
ditentukan dalam jangka waktu tertentu.
260