You are on page 1of 24

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.

Selain "narkoba", istilah


lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah
Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya
mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya
adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-
obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang
telah diluar batas dosis.

Penyebaran
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh
penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah
sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini
bisa membuat para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu
meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit
kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan
anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang
paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan
keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi
Narkoba.

Efek
 Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian dosis
tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu
hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LSD
 Stimulan , efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung
dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih
bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih
senang dan gembira untuk sementara waktu
 Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi
aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat
pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw
 Adiktif , Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin
lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat
pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam
otak,contohnya ganja , heroin , putaw
 Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh
akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan
akhirnya kematian

Jenis
 Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid.

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin)
dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam
hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan kecanduan.

 Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol
(THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia
(rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya
dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga
didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara
kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva
menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara
menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

Kontroversi

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya
menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan
merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Diantara pengguna
ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta
hilangnya konsentrasi untuk berpikir diantara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan menjadi malas dan
otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak
sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan
marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk
penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan
kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para spara eniman dan musisi.

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di pengaruhi oleh jenis ganja
yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah hasil silangan
modern "Cannabis indica" yang berasal dari India dengan "Cannabis sativa" dari Barat, dimana
jenis Marijuana silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam golongan tertentu
ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang
menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang
dihasilkan Methamphetamin). Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai
penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar
biasa, dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-
obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga
tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk
mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.

Pemanfaatan
Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat
kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak.

Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih
bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat
disalahgunakan.

Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman
ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang
ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.

Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen
sayur dan umum disajikan.

Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap
dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

 Budidaya

Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara beriklim dingin
pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.

 Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang
ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk
menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran,
euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar,
merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan
tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita insomnia
dan mimpi buruk.

Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

 Kokain adalah senyawa sintetis yg memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.

Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman Erythroxylon coca, yang berasal dari
Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat
untuk mendapatkan “efek stimulan”.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata,
hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif.
Bahaya Narkoba
Apa yang disebut NARKOBA

Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah
bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba
dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang
termasuk jenis Narkotika adalah :

• Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina,
kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

• Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan
sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk
psikotropika antara lain:

• Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin,


Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic
Alis Diethylamide), dsb.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis
yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim
syaraf pusat, seperti:

• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik
(karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether, dsb.

Jenis Narkoba menurut efeknya

Dari efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:

1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh
sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila
kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan
berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis
stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-
shabu dan Ekstasi.

3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi.
Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari
jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak
dipakai adalah marijuana atau ganja.

Penyalahgunaan Narkoba

Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penefitian. Tetapi
karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya, lambang status
sosial, ingin melupakan persoalan, dll. - maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan
terus menerus dan berianjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga
kecanduan.

Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut:

1. coba-coba
2. senang-senang
3. menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
4. penyalahgunaan
5. ketergantungan

Dampak penyalahgunaan Narkoba

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan
mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan
psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh
seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang
dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak
kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

Dampak Fisik:

1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan


kesadaran, kerusakan syaraf tepi

2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah

3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim


4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur

6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan


fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual

7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode
menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat
ini belum ada obatnya

9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian 

  Dampak Psikis:

1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

Dampak Sosial:

1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa
sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya)
dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya
sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan
untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

Bahaya bagi Remaja


Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa.
Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan
diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena
narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.

Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta
bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal
itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data
menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia
remaja.

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan
menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak
akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan
kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.

Apa yang masih bisa dilakukan?

Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan
membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi,
yaitu

1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran


informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah,
seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan
seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja
langsung dan keluarga.

2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake)antara 1 - 3 hari dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik,
antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara
bertahap.

3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses
penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk
mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat, agar
mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di
masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok
dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
1. Pendahuluan

Dewasa ini kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) telah merebak di negara
kita, baik sebagai pengedar, pemakai, penjual, bahkan sebagi sebagai bandar. Kalangan
pengonsumsi narkoba mulai dari orang-orang tua  sampai pada generasi muda dan anak-anak.
Jenisnya macam-macam, antara lain: ganja, morfin, ekstasi (ineks), lem aibon, atau shabu-shabu.

Pemakaian narkoba sangat dilarang di Indonesia  (kecuali untuk kepentingan dunia


kedokteran atau pengobatan). Bagi yang kedapatan membawa, menjual, memakai, bahkan
memperjualbelikan narkoba akan dikenakan sanksi pidana karena telah melanggar Undang-
Undang Psikotropika.

Meskipun orang yang terlibat dalam narkoba diberi sanksi hukum, tapi tidak membuat
peredaran dan pemakainya jera dan terhenti. Secara nasional hampir setiap tahun kasus ini
meningkat jumlahnya. Tahun 1998 pihak kepolisian mencatat 958 kasus, tahun 1999 meningkat
menjadi 1.833, tahun 2000 menjadi 3.478, dan tahun 2001 bertambah lagi menjadi 3.617 (Data
Polri tahun 1998-2001).

Menyikapi banyaknya kasus yang tercatat di pihak kepolisian di atas, kita sebagai generasi
muda harus mawas diri jangan sampai ikut terlibat di dalamnya. Untuk itu diperlukan berbagai
upaya pencegahannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan upaya pencegahan narkoba yang
barangkali bermanfaat sekali bagi generasi muda.

2. Pembahasan

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pepatah ini masih berlaku bagi kita generasi
muda yang belum terjamah narkoba. Pencegahan terhadap keterlibatan narkoba dapat dilakukan
dengan dua pendekatan, yaitu: (1) melalui pendidikan agama; (2) organisasi.

2.1 Pendidikan Agama

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen pasal 29 ayat (1)
dan (2) dan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia, maka pendidikan
agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya.

Pentingnya Pendidikan Agama Islam berguna bagi siswa untuk menempatkan dirinya
dalam pergaulan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga (rumah), di lingkungan masyarakat,
maupun di lingkungan sekolah.

Menurut Purwanto (2000:158), “Pendidikan agama harus dimulai sedini mungkin sejak
masih kecil”. Pendidikan agama ini harus dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua atau ayah
sebagai kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-
nilai dan norma-norma Agama Islam kepada anaknya. Penanaman nilai-nilai agama Islam dapat
berguna bagi anak dalam mempertebal iman dan taqwa. Dengan bekal iman dan taqwa ini akan
membentengi anak dalam menghadapi pengaruh-pengaruhi negatif yang berkembang di
masyarakat.

Pendidikan Agama Islam termasuk salah satu mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dan memiliki fungsi bagi siswa. Fungsi Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu
mata pelajaran yang diberikan di sekolah adalah sebagai pengembangan, penyaluran, perbaikan,
pencegahan, penyesuaian, sumber nilai, dan pengajaran (Depdikbud, 1993:1-2). Berikut ini
diuraikan satu persatu fungsi Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran wajib yang
diberikan di sekolah adalah:

a. Pengembangan

Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai pengembangan yaitu mampu meningkatkan


keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Menanamkan keimanan dan ketaqwaan ini merupakan kewajiban bagi orang tua dalam keluarga,
sedangkan sekolah hanya berfungsi untuk menumbuhkembangkan diri siswa dengan melalui
bimbingan. Pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penyaluran

Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai penyaluran artinya menyalurkan siswa yang
ingin mendalami bidang agama agar mereka dapat berkembang secara optimal.

c. Perbaikan

Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai perbaikan artinya dengan Pendidikan Agama,
siswa dapat memperbaiki kesalahannya, kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan yang
terjadi dalam meyakini dan memahami ajaran Islam pada kehidupan sehari-hari.

d. Pencegahan

Pendidikan Agama Islam dapat mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif dari
lingkungannya atau dari budaya asing yang dapat membahayakan dan menghambat
perkembangan diri siswa menuju manusia Indonesia seutuhnya.

e. Penyesuaian

Pendidikan Agama Islam memberikan penyesuaian dalam membentuk siswa agar mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Agama Islam.

f. Sumber Nilai

Pendidikan Agama Islam dapat memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
g. Pengajaran

Pendidikan Agama Islam dapat berfungsi menyampaikan pengetahuan dan pengajaran


secara fungsional di lembaga-lembaga pendidikan formal, mulai dari SD, SLTP, SMU/SMK,
sampai dengan Perguruan Tinggi. Tujuannya adalah untuk memberikan bekal tentang
pengetahuan keagamaan. Dengan harapan siswa dapat mengkaji lebih mendalam hal-hal yang
berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan.

Dalam praktik sehari-hari terdapat hal-hal yang turut serta mempengaruhi Pendidikan
Agama Islam terhadap siswa. Hal-hal yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam terhadap
perkembangan siswa menyangkut tiga aspek (Depag RI, 2001:42-43). Ketiga aspek itu antara
lain:

a. Aspek keyakinan (Aqidah)

Yang disebut keyakinan (aqidah) adalah sesuatu yang berkenaan dengan keimanan terhadap
Allah SWT dan semua yang telah difirmankan untuk diyakini. Keyakinan seseorang mudah
sekali goyah dan terpengaruh. Hal tersebut sebagai akibat dari lemahnya nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan yang ada dalam diri seseorang.

b. Aspek norma atau hukum (syari’ah)

Yang dimaksud norma atau hukum (syari’ah) adalah aturan-aturan atau ketentuan yang telah
ditentukan oleh Allah SWT yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Aspek ini sering disalahgunakan dalam
praktik sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman seseorang terhadap norma
atau hukum yang mengatur tentang tata hubungan seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan.

c. Aspek Perilaku (akhlak)

Yang dimaksud dengan perilaku (akhlak) ialah sikap-sikap atau perilaku yang tampak dari
pelaksanaan aqidah dan syariah. Persoalan akhlak menyangkut perkembangan kepribadian
seseorang. Seseorang akan mempunyai akhlak yang mulia apabila ia telah memiliki dasar-dasar
keimanan dan ketaqwaan. Tetapi, bila dasar keimanan dan ketaqwaan seseorang rendah, maka
rendah pula akhlak dan moral seseorang. Mereka akan berbuat apa saja yang menurut pikiran
dan perasaan walaupun bertentangan dengan ajaran Agam Islam.
Bahaya narkoba sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Berbagai kampanye anti
narkoba dan penanggulangan terhadap orang-orang yang ingin sembuh dari ketergantungan narkoba
semakin banyak didengung-dengungkan.

Sebab, penyalahgunaan narkoba bisa membahayakan bagi keluarga, masyarakat, dan masa depan
bangsa.

Bahaya penyalahgunaan narkoba bagi tubuh manusia

Secara umum semua jenis narkoba jika disalahgunakan akan memberikan empat dampak sebagai
berikut:

1. Depresan
Pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri.
2. Halusinogen
Pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).
3. Stimulan
Mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih
bertenaga untuk sementara waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas
normal, lama-lama saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian.
4. Adiktif
Pemakai akan merasa ketagihan sehingga akan melakukan berbagai cara agar terus bisa
mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi
kritis (sakaw).

Adapun bahaya narkoba berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut:

1. Opioid:
o depresi berat
o apatis
o rasa lelah berlebihan
o malas bergerak
o banyak tidur
o gugup
o gelisah
o selalu merasa curiga
o denyut jantung bertambah cepat
o rasa gembira berlebihan
o banyak bicara namun cadel
o rasa harga diri meningkat
o kejang-kejang
o pupil mata mengecil
o tekanan darah meningkat
o berkeringat dingin
o mual hingga muntah
o luka pada sekat rongga hidung
o kehilangan nafsu makan
o turunnya berat badan
2. Kokain
o denyut jantung bertambah cepat
o gelisah
o rasa gembira berlebihan
o rasa harga diri meningkat
o banyak bicara
o kejang-kejang
o pupil mata melebar
o berkeringat dingin
o mual hingga muntah
o mudah berkelahi
o pendarahan pada otak
o penyumbatan pembuluh darah
o pergerakan mata tidak terkendali
o kekakuan otot leher
3. Ganja
o mata sembab
o kantung mata terlihat bengkak, merah, dan berair
o sering melamun
o pendengaran terganggu
o selalu tertawa
o terkadang cepat marah
o tidak bergairah
o gelisah
o dehidrasi
o tulang gigi keropos
o liver
o saraf otak dan saraf mata rusak
o skizofrenia
4. Ectasy
o enerjik tapi matanya sayu dan wajahnya pucat,
o berkeringat
o sulit tidur
o kerusakan saraf otak
o dehidrasi
o gangguan liver
o tulang dan gigi keropos
o tidak nafsu makan
o saraf mata rusak
5. Shabu-shabu:
o enerjik
o paranoid
o sulit tidur
o sulit berfikir
o kerusakan saraf otak, terutama saraf pengendali pernafasan hingga merasa sesak nafas
o banyak bicara
o denyut jantung bertambah cepat
o pendarahan otak
o shock pada pembuluh darah jantung yang akan berujung pada kematian.
6. Benzodiazepin:
o berjalan sempoyongan
o wajah kemerahan
o banyak bicara tapi cadel
o mudah marah
o konsentrasi terganggu
o kerusakan organ-organ tubuh terutama otak

Perilaku pemakai untuk mendapatkan narkoba

 melakukan berbagai cara untuk mendapatkan narkoba secara terus-menerus


 Pemakai yang sudah berada pada tahap kecanduan akan melakukan berbagai cara untuk bisa
mendapatkan narkoba kembali. Misalnya, pelajar bisa menggunakan uang sekolahnya untuk
membeli narkoba jika sudah tidak mempunyai persediaan uang.
 Bahkan, mereka bisa mencuri uang dari orangtua, teman, atau tetangga. Hal tersebut tentu akan
mengganggu stabilitas sosial.
 Dengan kondisi tubuh yang rusak, mustahil bagi pemakai untuk belajar, bekerja, berkarya, atau
melakukan hal-hal positif lainnya.
Apa Narkoba Itu?

Istilah ‘narkoba’ adalah kependekan dari ‘narkotik dan obat-obatan berbahaya’. Namun sekarang
narkoba umumnya diartikan untuk meliputi narkotik, psikotropik dan alkohol. Pihak pemerintah
cenderung lebih senang istilah ‘NAPZA (narkotik, psikotropik dan zat adiktif)’. Bahan ini
termasuk zat ilegal (drugs): heroin (mis. putaw); metamfetamin (mis. sabu); mariyuana (ganja);
dan halusinogen (mis. LSD); serta obat resep yang dapat disalahgunakan, misalnya
benzodiazepin, sering disebut sebagai ‘pil BK’.

Ada berbagai dampak dari penggunaan narkoba, termasuk overdosis dan perilaku yang
meningkatkan risiko tertular HIV dan infeksi lain. Lembaran Informasi (LI) ini hanya membahas
dampak narkoba pada kesehatan orang yang sudah terinfeksi HIV (Odha), serta interaksi antara
narkoba dengan obat antiretroviral (ARV) dan obat lain yang dipakai oleh Odha. Untuk
informasi lebih lanjut mengenai pencegahan infeksi terkait dengan penggunaan narkoba, lihat
LI 156.

Karena penggunaan narkoba cenderung ilegal, membuat penelitian terhadapnya secara teliti atau
resmi sangat sulit. Jadi jarang ada informasi yang jelas mengenai dampak narkoba. Tentu juga,
karena narkoba umumnya dianggap ‘haram’, informasi yang ada sering mencerminkan
prasangka orang yang menyediakannya daripada pendekatan yang objektif.

Ada masalah lagi. Informasi yang ada berlaku untuk bentuk narkoba yang ‘murni’. Namun
narkoba yang dijual di jalan jarang murni; sering kali narkoba tersebut dicampur dengan
senyawa lain yang tidak ‘baku’. Senyawa ini juga dapat mempengaruhi HIV atau berinteraksi
dengan obat lain.

Dampak Narkoba pada HIV

Umumnya, narkoba tidak langsung mempengaruhi infeksi HIV. Namun beberapa pakar
menganggap bahwa jumlah sel CD4 orang di Indonesia yang terinfeksi HIV melalui penggunaan
narkoba suntikan lebih cepat menurun sehingga mereka sampai ke masa AIDS rata-rata lima
tahun setelah terinfeksi (biasanya masa ini dianggap rata-rata 7-10 tahun). Hal ini sulit
dibuktikan, karena Odha jarang mampu menentukan secara tepat kapan dirinya tertular HIV, dan
diagnosis HIV-nya mungkin dilakukan beberapa tahun setelah terinfeksi. Lagi pula, mungkin
dampak ini diakibatkan oleh kehidupan yang semrawut dan kurang sehat (yang sering dialami
oleh pengguna narkoba).

Satu penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan HIV yang memakai kokain, heroin atau
metadon, atau menyuntikkan narkoba apa pun, mengalami 65% lebih banyak penyakit terkait
AIDS selama lima tahun dibandingkan dengan Odha perempuan lain. Namun tidak ditemukan
kaitan yang bermakna antara penggunaan narkoba ini dengan jumlah CD4, viral load HIV, atau
angka kematian. Kemungkinan pengguna narkoba secara umum lebih rentan terhadap infeksi apa
pun, dan pengguna narkoba terinfeksi HIV lebih rentan lagi.
Ada anggapan bahwa penggunaan kokain meningkatkan viral load HIV. Hal ini dibuktikan oleh
penelitian terhadap tikus. Diperkirakan penggunaan kokain mempengaruhi sel CD4, yang
memungkinkan HIV lebih mudah masuk sel tersebut.

Demensia (kerusakan pada otak; lihat LI 504) terkait AIDS juga dapat didorong oleh
penggunaan kokain atau metamfetamin.

Dampak HIV pada Kesehatan Pengguna Narkoba

Sekali lagi, umumnya tidak ada dampak khusus oleh HIV pada kesehatan pengguna narkoba.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kokain oleh Odha berhubungan dengan
kerusakan pada pembuluh darah dalam jantung.

Dampak Narkoba pada ART

Dampak terbesar oleh penggunaan narkoba pada terapi ARV (ART) adalah pada kepatuhan –
lihat LI 405. Walaupun memang ditemukan pengguna narkoba aktif yang terbukti patuh, jelas
hidup yang cenderung semrawut dapat mempengaruhi kepatuhan. Pengguna aktif membutuhkan
lebih banyak dukungan agar tetap patuh, dan mungkin harus diingatkan terus-menerus agar tidak
lupa obatnya. Salah satu solusi adalah terapi pengalihan dengan metadon (lihat LI 670) atau
buprenorfin (LI 671). Klien layanan metadon harus lapor ke klinik setiap hari untuk mendapat
dosisnya, dan hal ini memungkinkan pemberian ART dengan pengawasan langsung sekali
sehari; jelas upaya ini lebih efektif bila dipakai rejimen yang hanya harus diminum sekali sehari.

Banyak Odha dengan latar belakang penggunaan narkoba juga terinfeksi virus hepatitis atau
mengalami kerusakan pada hati. Karena kebanyakan ARV diuraikan oleh hati, kerusakan pada
hati dapat mempengaruhi ART. Ada beberapa ARV yang dapat menimbulkan/meningkatkan
kerusakan pada hati. Jadi kesehatan hati harus dipantau secara hati-hati waktu memakai ART.

Penggunaan beberapa narkoba juga dapat meningkatkan kerusakan pada hati. Alkohol paling
berbahaya sebagai pengrusak hati; Odha dengan hepatitis sebaiknya menghindari total
penggunaan alkohol.

Namun belum ada bukti bahwa alkohol berinteraksi secara bermakna dengan ARV atau obat
lain. Jadi untuk yang mempunyai hati yang sehat, tidak ada dampak negatif pada HIV dari
penggunaan alkohol, asal tidak dipakai secara berlebihan.

Salah satu protease inhibitor (PI), yaitu ritonavir (lihat LI 442), berinteraksi dengan amfetamin
(termasuk MDMA/ekstasi, GHB, dan metamfetamin/sabu), dengan akibat yang dapat menjadi
gawat. Oleh karena itu, ritonavir tidak boleh dipakai oleh pengguna amfetamin. Larangan ini
termasuk penggunaan ritonavir sebagai penguat untuk PI lain; hampir semua PI sekarang
dilengkapi dengan ritonavir. Jangan lupa bahwa Kaletra/Aluvia (LI 446) mengandung ritonavir.

Efavirenz dan nevirapine berinteraksi dengan fenobarbital. Karena interaksi ini dapat gawat, obat
ini sebaiknya tidak dipakai bersama.
Efavirenz dan semua PI berinteraksi dengan jenis benzodiazepin. Alprazolam (Xanax), diazepam
(Valium), midozolam (Versed), triazolam (Halcion) dan kebanyakan benzodiazepin lain tidak
boleh dipakai bersama dengan efavirenz atau PI.

Tampaknya tidak ada interaksi yang bermakna antara ARV apa pun dengan heroin, kokain,
mariyuana, atau alkohol, kecuali ada bukti bahwa ritonavir dapat mengurangi tingkat heroin
dalam darah menjadi separuh.
PERKEMBANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
DI INDONESIA
Ditulis oleh Revolusi Cinta di/pada Februari 18, 2008

Peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia mulai muncul sejak tahun 1969. Berikut data

perkembangan peredaran narkoba dan jenis zat atau obat yang banyak beredar di pasaran :

1. Tahun 1969 – 1973 : Jenis yang banyak disalahgunakan adalah morphine dan ganja.

2. Tahun 1973 – 1976 : Jenis yang banyak disalahgunakan adalah morphine, ganja, barbitut, dan

beberapa jenis obat tidur lainnya (sedativa/ hipnotika).

3. Tahun 1976 – 1979 : Jenis yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja, barbitut, dan jenis

sedativa/ hipnotika. Sedangkan pemakaian morphine menurun.

4. Tahun 1979 – 1985 : Jenis yang banyak disalahgunakan adalah ganja, barbitut, jenis hipnotika

lainnya, dan minuman keras (alcohol). Pemakaian morphine mulai meningkat dan heroin (putaw) mulai

masuk ke pasaran gelap narkoba.

5. Tahun 1985 – 1990 : Jenis yang banyak disalahgunakan adalah ganja, barbitut, jenis hipnotika

lainnya, minuman keras (alcohol), pethidin, morphine dan heroin (putaw).

6. Tahun 1990 – 1995 : Jenis yang banyak disalahgunakan adalah ganja, barbitut, jenis hipnotika

lainnya, minuman keras (alcohol), pethidin, morphine dan heroin (putaw). Kokain, amphetamine, serta

turunannya (ecstacy, shabu- shabu) mulai masuk kepasaran gelap narkoba.

7. Tahun 1995 – 2000 : Jenis yang banyak disalahgunakan adalah ganja, barbitut, jenis hipnotika

golongan psikotropika, minuman keras (alcohol), pethidin, morphine, heroin (putaw), kokain,

amphetamine, serta turunannya (ecstacy, shabu-shabu).


Sejarah Perkembangan Narkoba

Jenis Narkoba yang dikenal pertama kali


oleh manusia adalah narkoba alami yaitu sejak zaman sebelum masehi. Adapun
tanaman yang dikenal pertama kali adalah opium, ganja, dan koka. Sekitar tahun 2000
SM, bangsa Sumeria telah mengenal tanaman opium (papavor somni feritum). Pada
zaman kekaisaran Romawi di Eropa, opium telah digunakan sebagai obat tidur,obat
penenang, dan untuk menambah keberanian angkatan perang Romawi. Di benua
Amerika pada abad 15, narkotik telah digunakan oleh suku Indian, selain opium dikenal
pula kokain (ery throxylor coca) berasal dari Peru dan Bolivia di Amerika Latin. Pada
tahun 1806, Frederich Wilhelim dari Wesphalia di Inggris memadukan candu dengan
amoniak dikenal dengan nama morfin. Selanjutnya tahun 1898 pabrik obat "Bayer" di
Jerman telah mengembangkan dan memproduksi heroin sebagai obat resmi sebagai
penghilang rasa sakit.

Narkoba masuk ke Indonesia melalui jalur lintas perdagangan gelap narkotik dunia yaitu
sbb : .......

 Dari Bangkok menuju Malaysia lalu masuk ke kepulauan Riau.


 Dari Hongkong ke Singapura, masuk ke Sumatra sampai di Jakarta dan Bali.
 Dari Malaysia menuju Tarakan, Samarinda, Surabaya dan Bali.
 Dari Bangkok langsung ke Jakarta.

Itulah sebabnya sekarang aneka macam serta bentuk narkoba telah masuk dan
beredar di Indonesia. Akibatnya dari waktu ke waktu pengguna narkotik dan obat
terlarang selalu bertambah banyak. Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah sebagian
besar pengguna narkoba justru dari kalangan remaja. Tentu saja sangat berpengaruh
terhadap perkembangan negara kita. Kalian tentu dapat membayangkan bagaimana
keadaan negara kita, jika generasi mudanya telah rusak akibat narkoba.
Indonesia di Tengah Bisnis Narkoba Ilegal
Global
Ditulis oleh Lidya Christin Sinaga   
Rabu, 27 Februari 2008 07:00
Isu tentang narkoba tampaknya tidak pernah putus dan pupus dari pemberitaan. Media cetak dan
elektronik, khususnya di Indonesia, dalam triwulan pertama tahun 2009 ini saja telah
menyuguhkan informasi penggerebekan tempat produksi berbagai jenis narkoba ilegal. Sebut saja
penggerebekan pabrik sabu di Apartemen Gading Mediterania Kelapa Gading dan di perumahan
elite Ruko Mutiara Taman Palem, Cengkareng pada Januari 2009; penggrebekan pabrik sabu di
Perumahan Citra Raya, Cikupa-Tangerang dan gudangnya di Desa Ciakar, Kecamatan Panongan,
Kabupaten Tangerang pada Februari 2009. Fakta ini sebenarnya hanyalah fenomena gunung es,
masih banyak lokasi yang pastinya belum terungkap.

Posisi Indonesia yang berada pada posisi silang antara Benua Asia dan Australia serta antara
Samudera Hindia dan Indonesia, dan juga sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau yang
begitu besar dan garis pantai yang panjang, menjadikannya rentan terhadap perdagangan ilegal
narkoba. Kondisi ini ditambah dengan jumlah penduduk yang besar, mencapai kurang lebih 215
juta jiwa dengan 40% diantaranya adalah generasi muda yang merupakan kelompok rentan bagi
penyalahgunaan narkoba. Banyaknya pintu masuk (entry point) yang masih kurang terawasi,
terutama 22 bandar udara yang memfasilitasi penerbangan dari dan ke luar negeri, seperti
Soekarno-Hatta, Polonia, Ngurah Rai, Sam Ratulangi, Sepinggan; dan juga 124 titik pelabuhan
laut, termasuk pelabuhan laut container serta belum termasuk pelabuhan gelap, menambah suram
jalur penyelundupan narkoba di Indonesia.

Perkembangan terkini menunjukkan bahwa Indonesia telah berkembang menjadi pasar


(konsumen), wilayah transit, dan bahkan menjadi produsen gelap narkoba. Padahal awalnya,
Indonesia hanyalah negara transit yang melayani pasar ilegal di New Zealand dan Australia.
UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) bahkan memasukkan Indonesia sebagai
negara yang berkembang menjadi sentra pembuatan bahan sistetis ekstasi (emerging for the
synthesis of ecstasy). Tingkat penyalahgunaan narkoba di Indonesia memang telah mencapai
pada taraf yang serius dan memprihatinkan. Tidak ada satu daerah pun di Indonesia yang terbebas
dari narkoba.

Indonesia terus bergulat melawan peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang masif ini, baik
dari aspek legislasi nasional dan kerjasama. Indonesia telah memiliki Undang-Undang (UU) No.5
Tahun 1997 tentang psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika yang didasarkan
pada ketiga konvensi PBB, yaitu Single Convention on Narcotics Drugs 1961, Convention on
Psychotropic Substances 1971, dan Convention against the Illicit Traffic in Narcotics Drugs and
Psychotropic Substances 1988. Indonesia pun terus berupaya meningkatkan kerjasama baik
secara bilateral, regional, dan multilateral. Namun, segala upaya yang dilakukan masih terhadang
oleh beberapa kendala.

Pertama, tingginya penyimpangan bahan kimia prekursor, seperti ATS (Amphetamine Type-
Stimulants), yang disalahgunakan untuk produksi ekstasi dikarenakan hingga saat ini Indonesia
belum memiliki UU yang mengatur tentang prekursor (bahan pembuatan narkoba seperti ekstasi
atau shabu) secara khusus. Akibatnya, bandar narkoba sering memanfaatkan kelemahan hukum
ini dengan menggunakan prekursor di sejumlah laboratorium gelap untuk memproduksi narkoba.
Para produsen narkoba juga kini lebih pandai bagaimana agar hukumannya menjadi lebih ringan
dan tidak dikenai UU Psikotropika, misalnya dengan menggunakan obat atau bahan kimia lain
tetapi dengan efek yang sama. Kedua, ketidakjelasan dalam aspek legislasi nasional. UU yang
ada tidak disertai dengan peraturan pelaksanaan yang memadai, padahal hal ini sangat penting
dalam operasionalisasi kebijakan di lapangan. Hingga saat ini, peraturan pelaksanaan UU
Narkotika baru sekitar 15%, sedangkan UU Psikotropika sekitar 20%. Misalnya, kita lihat pada
UU Narkotika No. 22 Tahun 1997, UU ini tidak menyebutkan dengan jelas pihak mana yang
melakukan pengelolaan dan bagaimana sistem pengawasan dan manajemennya. Demikian pula
halnya dengan prekursor, terjadi tumpang tindih dalam hal pengawasannya.

Bukan hanya BNN yang mengawasi, melainkan juga Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan,
Direktorat Jendral Bea dan Cukai, juga Polri. Hal ini terkait erat dengan panjangnya mata rantai
prekursor, mulai dari importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, apotek, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga ilmu pengetahuan, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, dan panti rehabilitasi. Ketiga, minimnya anggaran yang dialokasikan
pemerintah untuk penanganan masalah narkoba ini. Dibandingkan dengan UNCT (Badan
Narkotika Thailand), anggaran BNN masih tertinggal jauh. UNCT bukan hanya mendapat dana
dari pemerintah, melainkan juga dari anggaran yang didapat dari hasil operasi narkoba, yaitu
barang sitaan dari kelompok pengedar dan diserahkan kepada lembaga yang bertugas menangani
masalah tersebut. Keempat, masih tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia. Tak dapat
dipungkiri, bisnis narkoba merupakan bisnis yang sangat menggiurkan karena menawarkan
tingkat keuntungan yang sangat tinggi. Sementara, tingkat pengangguran di Indonesia pun cukup
tinggi, sehingga menjadi tak terelakkan ketika narkoba ini menjadi ”mata pencaharian” yang
menjanjikan.

Tahun 2009 menandai 100 tahun perlawanan global terhadap penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, yaitu dengan adanya Konferensi Shanghai, 26-27
Februari 1909. Konferensi ini diadakan di tengah kondisi China saat itu yang merupakan pusat
perdagangan narkoba internasional. Kini setelah satu abad pergulatan dunia terhadap narkoba,
ternyata dunia semakin dihadapkan dengan bisnis narkoba global yang semakin masif. Bisnis
narkoba ini memang ibarat lingkaran setan yang tak terputus. Begitu besar lingkaran itu dan
Indonesia berada di tengah pusaran bisnis berskala global ini. Tidak ada yang dapat dilakukan
kecuali mengoptimalisasi upaya di tingkat lokal dan nasional seraya terus meningkatkan
koordinasi dan kerjasama di tingkat global dan juga regional serta memperkuat penanganan dari
sisi demand, yaitu dari sisi pengguna, yang meliputi aspek pencegahan, pendidikan, dan
informasi; aspek terapi dan rehabilitasi, serta kerentanan terhadap HIV/AIDS. Sehingga,
pendekatan yang digunakan tidak lagi timpang dan melulu pada aspek supply. (Lidya C. Sinaga)
Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba di Indonesia
Meningkat

Kapanlagi.com - Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia pada kurun waktu
terakhir ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, hal itu terbukti dengan ditemukan
berbagai modus operandi kejahatan narkoba yang makin beragam.

"Banyak indikasi bahwa sindikat Narkoba telah memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu dengan
melakukan perdagangan gelap narkoba melalui internet," kata Ketua Badan Narkotika Provinsi
(BNP) Riau, Wan Abubakar, di Pekanbaru, Kamis (21/12).

Ia mengatakan, saat ini pengorganisasian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) semakin
canggih dan tertutup baik melalui jalur laut atau udara.

Ia juga menjelaskan berdasarkan statistik barang bukti narkoba yang disita secara nasional dalam
kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan grafik yang terus meningkat.

Antara lain ganja dan sederajatnya sebanyak 117 ton, 955.182 batang, Heroin sebanyak 90,8
kilogram, Morphin sebanyak 18 gram, kokain 68,3 kilogram, ekstasi 864.681 tablet, shabu
327.036,12 gram.

Sedangkan kasus narkoba yang diungkap oleh Polda Riau dan jajarannya pada tahun 2004
sebanyak 125 kasus, tahun 2005 sebanyak 304 kasus dan Januari hingga Oktober 2006 sebanyak
393 kasus.

"Dari data tersebut menunjukan bahwa perkembangan dan peredaran gelap narkoba dari tahun
ke-tahun terus meningkat dan mengkhawatirkan dan berdampak buruk bagi ekonomi sosial dan
sumber daya manusia," katanya.

You might also like