You are on page 1of 59

KONSEP-KONSEP KONSELING

LINTAS AGAMA DAN BUDAYA


ABSTRAKSI

Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon) dalam hidup sehari-hari tidak lepas dari
unsur agama dan budaya karena Sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo
religious), selain itu manusia juga lahir sebagai manusia yang berbudaya namun dalam proses
berjalannya akan muncul permasalahan yang timbul dalam beragama serta berbudaya, untuk
itulah dibutuhkan proses konseling lintas agama dan budaya.

Konseling lintas agama dan budaya terdiri dari tiga elemen penting, yaitu konseling,
agama dan budaya, sehingga dalam penjelasannya tentang konsep konseling lintas agama dan
budaya akan diawali dengan penjelasan tentang konseling, agama dan budaya. Dari penjelasan
setiap poin tersebut maka akan dapat diambil kesimpulan tentang pengertian Konseling lintas
agama adalah suatu proses konseling dimana ada dua keyakinan atau lebih, yang berbeda dari
latar belakang ajaran, aturan-aturan, maupun kepercayaan. Sedangkan pengertian Konseling
lintas budaya adalah suatu hubungan konseling dimana ada dua peserta atau lebih, berbeda dalam
latar belakang budaya, nilai-nilai, dan gaya hidup.

Aspek-aspek yang harus ada dan diperhatikan dalam konseling lintas


agama dan budaya : 1. Latar belakang agama dan budaya yang dimiliki oleh
konselor, 2. Latar belakang agama dan budaya yang dimiliki oleh klien, 3.
Asumsi-asumsi terhadap masalah yang dihadapi selama konseling, 4. Nilai-
nilai yang mempengaruhi hubungan dalam konseling. Berdasarkan aspek-
aspek ini akan lahir konsep sehingga konsep konseling lintas agama terdiri
dari lima hal, yaitu : 1. Konselor lintas agama dan budaya harus sadar akan
nilai dan norma, 2. Konselor sebaiknya sadar terhadap karakteristik
konseling secara umum, 3. Konselor harus mengetahui pengaruh kesukuan,
keagamaan dan mereka harus mempunyai perhatian terhadap lingkungan
serta agamanya, 4. Konselor tidak boleh mendorong klien untuk dapat
memahami agama dan budaya yang dianutnya, 5. Konselor lintas agama
dan budaya dalam melaksanakan konseling harus mempergunakan
pendekatan ekletik

BAB I

PENDAHULUAN

Sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo religious), yaitu makhluk yang
mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari
agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai referensi sikap dan perilakunya.
Di sisi lain manusia juga lahir sebagai manusia yang berbudaya. Dalam kehidupan sehari-hari,
tiap individu akan berusaha menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan
dengan memberikan pendapat dan perilaku tertentu, bagaimana bersikap dan mungkin
menunjukkan beberapa “keanehan” tertentu. Akulturasi diri ini bisa jadi berbeda dengan apa
yang selama ini dianut oleh masyarakat sekitarnya, tetapi seringkali pula seorang individu
menampakkan perilaku sesuai dengan apa yang sering dimunculkan oleh masyarakat di mana dia
berada.Agama dan budaya mempunyai independensi masing-masing, meski keduanya saling
terkait. Kelahiran agama sangat terkait dengan konstruksi budaya

Namun dalam memahami realita kehidupan, ada kalanya terjadi kesenjangan antara
agama dan budaya. Manusia sering dihadapkan oleh realitas yang mereka anggap sebagai suatu
permasalahan yang tak mampu diselesaikan dengan sendirinya. Sehingga konselor adalah
sasaran yang “empuk” bagi manusia untuk dijadikan referensi dalam membantu memecahkan
permasalahannya.

Permasalahan-permasalahan individu akan dapat diselesaikan manakala ada suatu konsep


yang jelas dalam suatu proses konseling. Pertanyaan selanjutnya, bagaimanakah konsep
konseling lintas agama dan budaya? Makalah ini akan mencoba menguraikannya lebih lanjut.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Konseling Lintas Agama dan Budaya

Dalam mendefinisikan tentang konseling lintas agama dan budaya, terlebih dahulu kita
harus mengetahui tentangpengertian konseling, agama dan budaya.

1.Konseling

Definisi konseling sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu konseling,


perbedaan pandangan ahli, serta teori yang dianutnya. Sehingga sangat sulit
untuk dapat mendefinisikan konseling secara komprehensif. Namun hal itu
bukan berarti bahwa konseling tidak dapat didefinisikan. Beberapa definisi
konseling antara lain:

a.Robinson (M.Surya dan Rochman N., 1986:25) mengartikan


konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang,
dimana yang seorang yaitu klien dibantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya”.[1]

b.ASCA (American Scholl Counselor Association),


mengemukakanbahwa “konseling adalah hubungan tatap muka
yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
membantu kliennya mengatasi masalah-masalah”.[2]

c.Rogers (1942) konseling adalah suatu hubungan yang bebas dan


berstruktur yang membiarkan klien memperoleh pengertian sendiri
dalam membimbingnya untuk menentukan langkah-langkah positif
kearah orientasi baru.

d.Smith (1955) : Suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi


antara seseorang yang mengalami kesulitan dengan seorang yang
professional, latihan dan pengalamannya mungkin dapat
dipergunakan untuk membantu orang lain agar mampu
memecahkan persoalan pribadinya. [3]

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa konseling memiliki elemen-elemen
antara lain:

1.Adanya hubungan

2.Adanya dua individu atau lebih

3.Adanya proses

4.Membantu individu dalam memecahkan masalah dan membuat


keputusan.

2.Agama

Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat


dan rinci. Hal ini pula barangkali yang menyulitkan para ahli untuk
memberikan definisi yang tepat tentang agama. Harun Nasution merunut
pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi (relegere). Al-
Din (Semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa
Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,
balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau religera berarti
mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun
kata agama terdiri dari a = tidak, gam = pergi mengandung arti tidak pergi,
tetap ditempat atau diwarisi turun temurun.[4] Namun setidaknya ada
komponen atau unsur-unsur yang menjadi indikator untuk memahami
agama sebagaimana yang dielaborasi oleh Joachim Wach (1963) yaitu:
(a)Thought yaitupemikiran yang mengandung makna semua yang dapat
dipikirkan untuk diyakini, (b)Ritualyaitu ajaran tentang tata cara
pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk peribadatan, dan
(c) Fellowshipyaitu pengikut, penganut atau pemeluk.[5]

Secara terminologi agama adalah sebuah system keyakinan yang melibatkan


emosi-emosi, rasa dan pemikiran-pemikiran atau rasio yang sifatnya pribadi
dan diwujudkan dalam tindakan-tindakan keagamaan yang sifatnya
individual, kelompok, serta sosial. Didalamnya melibatkan sebagian atau
seluruh masyarakat. Agama merupakan bagian dari hidup manusia yang
sangat penting. Karena manusia adalah makhluk yang beragama (homo
religious), alam semesta menjadi objek pemikiran manusia (antropologi,
teologi, dan kosmologi). [6] Agama telah menimbulkan khayalannya yang
paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang
luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan
batin yang paling sempuna dan juga perasaan takut dan ngeri.[7]

3.Budaya

Pengertian budaya adalah keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil


kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
manusia dengan cara belajar. budaya diperoleh melalui proses belajar.
Tindakan-tindakan yang dipelajari diantaranya, cara makan, minum,
berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berelasi dalam masyarakat
adalah budaya. Definisi-definisi psikologis, menekankan aneka pencirian
psikologis, temasuk pengertian-pengertian seperti penyesuaian
(adjustment), pemecahan masalah, belajar dan kebiasaan.

Ratner (2000), salah seorang pakar psikologi budaya menyusun bagaimana seharusnya
sebuah konsep budaya. Ia memproposisikan empat buah prasyarat bagi sebuah konsep
budaya yang baik, yaitu:

Mendefinisikan sebab musabab dari fenomena budaya.

Mengidentifikasi subkategori dari fenomena-fenomena budaya

Mengidentifikasi bagaimana fenomena-fenomena itu saling


berhubungan

Menerangkan hubungan budaya dengan fenomena lain, seperti biologi


dan ekologi.

Dalam pengertian budaya terdapat tiga elemen penting yaitu :

1.Merupakan produk budidaya manusia


2.Menentukan ciri seseorang

3.Manusia tidak akan dapat dipisahkan dari budaya[8]

Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1.Konseling lintas agama adalah suatu proses konseling dimana ada dua
keyakinan atau lebih, yang berbeda dari latar belakang ajaran, aturan-
aturan, maupun kepercayaan.

2.Konseling lintas budaya adalah suatu hubungan konseling dimana ada dua
peserta atau lebih, berbeda dalam latar belakang budaya, nilai-nilai, dan
gaya hidup (Sue et al dalam Suzette et all 1991; Atkinson, dalam Herr;
1939).

B.Konsep Konseling Lintas Agama dan Budaya

Berdasarkan pengertian tentang konseling lintas agama dan budaya di


atas, aspek-aspek yang harus ada dan diperhatikan dalam konseling lintas
agama dan budaya adalah sebagai berikut:

1.Latar belakang agama dan budaya yang dimiliki oleh konselor

2.Latar belakang agama dan budaya yang dimiliki oleh klien

3.Asumsi-asumsi terhadap masalah yang dihadapi selama konseling

4.Nilai-nilai yang mempengaruhi hubungan dalam konseling

Dalam melaksanakan suatu proses konseling, hendaklah seorang konselor


memperhatikan konsep-konsep konseling sebagai berikut:

1.Konselor lintas agama dan budaya harus sadar akan nilai dan
norma

Di dalam proses konseling, konselor harus sadar bahwa dia


memiliki nilai dan norma yang harus dijunjung tinggi. Konselor
harus sadar bahwa nilai dan norma yang dimilikinya itu akan terus
dijunjung dan dipertahankannya. Di sisi lain, konselor harus
menyadari bahwa klien yang akan dihadapinya adalah mereka yang
mempunyai nilai-nilai dan norma yang berbeda dengan dirinya.

2.Konselor sadar terhadap karakteristik konseling secara umum.


Konselor di dalam melaksanakan konseling sebaiknya sadar
terhadap pengertian dan kaidah dalam melaksanakan konseling.
Hal ini sangat perlu karena pengertian terhdap kaidah konseling
akan membantu konselor dalam memecahkan masalah yang
dihadapi oleh klien.

3.Konselor harus mengetahui pengaruh kesukuan, keagamaan dan


mereka harus mempunyai perhatian terhadap lingkungan serta
agamanya.

Konselor dalam melaksanakan tugasnya harus tanggap terhadap


perbedaan yang berpotensi untuk menghambat proses konseling.
Terutama yang berkaitan dengan nilai, norma dan keyakinan yang
dimiliki oleh suku agama tertentu. Terelebih apabila konselor
melakukan praktik konseling di Indonesia yang mempunyai lebih
dari 357 etnis dan 5 agama besar serta penganut aliran
kepercayaan.

Untuk mencegah timbulnya hambatan tersebut, maka konselor


harus mau belajar dan memperhatikan lingkungan di mana dia
melakukan praktik, baik agama maupun budayanya. Dengan
mengadakan perhatian atau observasi, diharapkan konselor dapat
mencegah terjadinya rintangan selama proses konseling.

4.Konselor tidak boleh mendorong klien untuk dapat memahami


agama dan budaya yang dianutnya.

Untuk hal ini ada aturan main yang harus ditaati oleh setiap
konselor. Konselor mempunyai kode etik konseling, yang secara
tegas menyatakan bahwa konselor tidak boleh memaksakan
kehendaknya kepada klien. Hal ini mengimplikasikan bahwa sekecil
apapun kemauan konselor tidak boleh dipaksakan kepada
klien. Klien tidak boleh diintervensi oleh konselor tanpa persetujuan
klien.

5.Konselor lintas agama dan budaya dalam melaksanakan konseling


harus mempergunakan pendekatan ekletik.

Pendekatan ekletik adalah suatu pendekatan dalam konseling


yang mencoba untuk menggabungkan beberapa pendekatan dalam
konseling untuk membantu memecahkan masalah klien.
Penggabungan ini dilakukan untuk membantu klien yang
mempunyai perbedaan gaya dan pandangan hidup.
BAB III

PENUTUP

Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon) dalam hidup sehari-hari tidak lepas dari
unsur agama dan budaya, namun dalam proses berjalannya akan muncul permasalahan yang
timbul dalam beragama serta berbudaya, untuk itulah dibutuhkan proses konseling lintas agama
dan budaya.

Konseling lintas agama dan budaya terdiri dari tiga elemen penting, yaitu konseling,
agama dan budaya, sehingga dalam penjelasannya tentang konsep konseling lintas agama dan
budaya akan diawali dengan penjelasan tentang konseling, agama dan budaya seperti yang telah
tertulis pada bab pembahasan.

Konsep konseling lintas agama terdiri dari lima hal, yaitu : 1. Konselor
lintas agama dan budaya harus sadar akan nilai dan norma, 2. Konselor
sebaiknya sadar terhadap karakteristik konseling secara umum, 3. Konselor
harus mengetahui pengaruh kesukuan, keagamaan dan mereka harus
mempunyai perhatian terhadap lingkungan serta agamanya, 4. Konselor
tidak boleh mendorong klien untuk dapat memahami agama dan budaya
yang dianutnya, 5. Konselor lintas agama dan budaya dalam melaksanakan
konseling harus mempergunakan pendekatan ekletik.

Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian


makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis, guna
mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses
pembuatan dan penyampaian makalah, terakhir penulis tidak lupa pula
mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah .

DAFTAR PUSTAKA
Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Rosdakarya, 2005

Singgih Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia, 2007

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

Bahri Ghozali, Agama Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2005


Lebba Pongsibane, Islam dan budaya Lokal,Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2008

Boy Soedarmadji, Konseling lintas Budaya,


www.boy_soedarmadji.wordPress.com, diakses 12 Februari 2009

[1] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 7.

[2]Ibid., hlm. 8.

[3] Singgih Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), hlm. 19.

[4] Jalaluddin, Psikologi Agama,  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 11.

[5] Bahri Ghozali, Agama Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2005), hlm. 15

[6] Lebba Pongsibane, Islam dan budaya Lokal, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 54.

[7]Ibid., hlm. 55.

[8] Boy Soedarmadji, Konseling lintas Budaya, www.boy_soedarmadji.wordPress.com, diakses 12


Februari 2009

No comment »

observasi konseling lintas agama dan budaya

May 29, 2009 · Filed under konseling

PENERAPAN NILAI-NILAI AGAMA DAN BUDAYA DALAM PROSES


KONSELING LINTAS AGAMA DAN BUDAYA PADA MASYARAKAT
(Studi Observasi pada Masyarakat Desa Babat Kabupaten Lamongan Jawa Timur)

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon) dalam hidup sehari-hari tidak lepas dari
unsur agama dan budaya karena Sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo
religious), selain itu manusia juga lahir sebagai manusia yang berbudaya namun dalam proses
berjalannya akan muncul permasalahan yang timbul dalam beragama serta berbudaya, untuk
itulah dibutuhkan proses konseling lintas agama dan budaya.

Namun tidak banyak masyarakat yang mengetahui dan menyelesaikan dengan benar
masalah-masalah yang dihadapinya terkait permasalahan keagamaan dan kebudayaan,
masyarakat hanya akan menyelesaikan permasalahan secara sepihak atau kalau pun berkonsultasi
masyarakat awam akan lebih memilih untuk berkonsultasi kepada kyai atau dukun.

Sehingga posisi seorang konselor dalam masyarakat sebenarnya sangatlah penting karena
dari konselor yang mampu memahami situasi keagamaan dan kebudayaan masyarakat yang baik
serta dilengkapi dengan ilmu kekonselingan yang dapat membantu sesuai dengan bidang dan
kemampuannya.

Fenomena yang lazim terjadi dan biasa dikerjakan pada masyarakat pada umumnya ada
yang mucul dari nilai-nilai keagamaan ada pula yang muncul dari nilai-nilai keagamaan,
sedangkan tidak setiap kebudayaan yang terdapat dimasyarakat sesuai dengan ajaran agama,
untuk itulah salah satu fungsi konselor berperan dalam memberikan proses bimbingan serta
konseling.

BAB II

HASIL OBSERVASI

A.Profil singkat Desa Babat

Desa babat adalah salah satu desa yang berada pada kabupaten Lamongan Jawa
timur, desa yang juga memiliki nama kecamatan ini terletak pada barat kota Lamongan,
menurut para penduduk desa ini disamakan seperti layaknya perempatan jalan yang
selalu ramai dilewati kendaraan, karena memang posisi desa babat sendiri yang
menghubungkan antara kabupaten Lamongan dengan Bojonegoro serta Kabupaten Tuban
dengan Jombang, sehingga pusat perekonomian dan kebudayaan yang ada didesa babat
sudah setingkat lebih maju dibandingkan desa-desa disekitarnya.

Desa yang juga terkenal melalui makanan khasnya yaitu Wingko Babat ini
berpenduduk mayoritas muslim yang juga sebagian terdiri dari kalangan Nahdhatul
Ulama’ (NU) meski juga terdapat penduduk Non muslim dan Non Nahdhatul ulama,
masyarakat pada desa babat termasuk masyarakat yang masih memiliki kebudayaan
keagamaan yang masih dijaga dengan baik, meskipun tidak semua elemen mayarakat
yang ikut menjaganya.

B.Identifikasi Kebudayaan

Kebudayaan yang penulis observasi didesa babat merupakan jenis kebudayaan


keagamaan, kebudayaan tersebut diantaranya :

1.Budaya tidak menegokkan kepala terlebih dahulu ketika salam saat sholat, sebelum
imam mengucapkan salam kedua kali dengan menengok kearah kiri.

2.Budaya menunggu azan pada masjid jami’ terlebih dahulu sebelum mushola-mushola
disekitar pusat desa babat azan, budaya ini dilakukan baik saat bulan ramadhan
maupun tidak dalam bulan ramadhan.

C.Hubungan kebudayaan dengan Nilai Keagamaan

Melihat mayoritas penduduk desa babat adalah Islam, maka dapat disimpulkan
secara singkat bahwa kebudayaan yang berkembangan pada masyarakat merupakan
kebudayaan kental akan nilai keislaman, hubungan antara kebudayaan yang
berkembangan dimasyarakat desa babat dengan nilai-nilai keagamaan adalah suatu
bentuk pengamalan dari ajaran-ajaran keagamaan dalam agama Islam yang sudah
diterapkan secara turun temurun sehingga menjadikan proses pengamalan tersebut
menjadi suatu kebudayaan.

D.Hubungan Nilai Agama dan Budaya dengan Konseling

Hubungan antara nilai-nilai agama dan budaya dengan konseling adalah saling
menguatkan, fungsi seorang konselor lintas agama dan budaya yang efisien didesa babat
adalah sebagai pembimbing dan sebagai konselor. Pembimbing didesa babat difungsikan
kepada kalangan masyarakat awam yang mungkin masih awam atas kebudayaan yang
ada didesa babat, selain itu pembimbing dapat difungsikan sebagai pembimbing atau
penyuluh kepada anak muda atau remaja yang belum faham dengan nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam kebudayaan yang telah dijaga secara turun temurun, pembimbing lintas
agama dan budaya juga berfungsi memberikan edukasi kepada remaja tentang cara
memfilter budaya-budaya baru yang berkembang dikalangan remaja desa babat.

Seorang konselor lintas agama dan budaya pada desa babat bisa berfungsi sebagai
tempat konsultasi atas permasalahan yang mungkin terjadi dan ada pada kalangan
masyarakat dari berbagai elemen, karena meski merupakan pusat keramaian pada realitas
sebenarnya sangat membutuhkan para ahli dibidangnya seperti masih belum adanya
rumah sakit yang memadai dengan tenaga paramedis yang mumpuni, bahkan profesi
sebagai seorang psikolog atau pun konselor mungkin masih belum laku dan dibutuhkan
oleh masyarakat karena kurangnya pengetahuan masyarakat itu sendiri, sehingga fungsi
konselor seharusnya sangat komplek dan penting.
BAB III

PENUTUP

Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon) dalam hidup sehari-hari tidak lepas dari
unsur agama dan budaya karena Sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo
religious), selain itu manusia juga lahir sebagai manusia yang berbudaya namun dalam proses
berjalannya akan muncul permasalahan yang timbul dalam beragama serta berbudaya, untuk
itulah dibutuhkan proses konseling lintas agama dan budaya.

Desa babat adalah salah satu desa yang berada pada kabupaten Lamongan Jawa timur,
desa yang juga memiliki nama kecamatan ini terletak pada barat kota Lamongan, Kebudayaan
yang penulis observasi didesa babat merupakan jenis kebudayaan keagamaan, kebudayaan
tersebut diantaranya : 1. Budaya tidak menegokkan kepala terlebih dahulu ketika salam saat
sholat, sebelum imam mengucapkan salam kedua kali dengan menengok kearah kiri, 2. Budaya
menunggu azan pada masjid jami’ terlebih dahulu sebelum mushola-mushola disekitar pusat
desa babat azan, budaya ini dilakukan baik saat bulan ramadhan maupun tidak dalam bulan
ramadhan.

Hubungan antara kebudayaan yang berkembangan dimasyarakat desa babat dengan nilai-
nilai keagamaan adalah suatu bentuk pengamalan dari ajaran-ajaran keagamaan dalam agama
Islam, Hubungan antara nilai-nilai agama dan budaya dengan konseling adalah saling
menguatkan, fungsi seorang konselor lintas agama dan budaya yang efisien didesa babat adalah
sebagai pembimbing dan sebagai konselor.

Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian laporan


terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk penulis, guna mengingatkan dan
memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan
penyampaian laporan, terakhir penulis tidak lupa pula mengucapkan rasa
syukur kehadirat Allah SWT serta ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam proses pembuatan laporan

No comment »

kajian agama modern

May 29, 2009 · Filed under Agama

ILMU KALAM DIZAMAN MODERN


(Kajian tentang Islam Fundamental dan Islam Liberal)

BAB I

PENDAHULUAN
Islam ialah agama rahmatal lilalamin yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW, pada
awal turunnya Islam adalah agama yang satu, tidak ada macam-macam faham atau pun aliran-
aliran didalamnya karena masih adanya nabi Muhammad yang menjadi panutan dan pedoman
sekalian ummat.

Namun seiring proses berjalannya waktu pasca nabi Muhammad wafat, maka terjadi
banyak perpecahan yang timbul akibat berbagai hal dan sebab, perpecahanan ini bisa berupa
ikrar keluar dari agama Islam atau pun ikrar tentang aliran atas kepercayaan yang diyakini oleh
suatu kelompok atau golongan.

Dengan adanya berbagai macam golongan yang muncul dalam peradapan Islam hal ini
menyumbangkan banyak pemikiran, penafsiran atas ayat-ayat aqli dan faham-faham tentang
keyakinan terhadap tokoh pendiri atau tokoh yang diagungkan dalam aliran atau faham-faham
tersebut.

Memasuki awal abad 19 ketika para cendekiawan muslim mulai menyadari akan
pentingnya modernisasi dan penggunaan pikiran dalam menyingkapi suatu kejadian dalam suatu
agama seperti yang dicontohkan pemikir-pemikir Kristen, maka muncullah aliran dalam Islam
yang mengusung tema liberalisme dan fundamentalisme.

Atas dasar pendahuluan diatas dalam makalah ini pemakalah akan mencoba menyajikan
tema tentang Ilmu kalam di zaman modern dengan kajian tentang islam fundamentalis dan Islam
liberal berdasarkan literature-literatur yang kami dapatkan.

BAB III

PEMBAHASAN
A.Pengertian

Fundamental menurut bahasa berarti hal-hal yang pokok, Fundamentalisme yang


berkembang saat ini memiliki arti suatu bentuk aliran yang disandarkan pada prinsip-
prinsip dasar suatu ajaran agama atau aliran keyakinan melalui penafsiran terhadap kitab
suci agama tersebut secara rigid (kaku) dan literalis[1]

.Liberal menurut bahasa berarti bebas dan tidak terikat dengan ikatan ajaran keagamaan. Golongan
yang berfahaman liberal ialah golongan yang ingin menggugurkan beberapa hak syariah dalam agama
Islam agar agama ini sama taraf dengan agama lain yang ada dibumi ini.
B.Beberapa tokoh pembaharu Islam
1.Syekh Muhammad Abduh, dengan pokok pemikiran tentang :
I.Kedudukan akal dan fungsi wahyu
II.Kebebasan manusia dan fatalisme
III.Sifat-sifat tuhan
IV.Kehendak mutlak tuhan
V.Antropomorfisme (Tuhan tidak berwujud seperti manusia)
VI.Melihat tuhan
VII.Perbuatan tuhan
2.Muhammad Iqbal, dengan pokok pemikiran tentang :
I.Jati diri manusia
II.Dosa
III.Surga dan neraka
3.Ismail Raji al-faruqi, dengan pokok pemikiran tentang konsep tauhid yang dilihat dari berbagai
aspek kehidupan.
4.Hasan Hanafi, dengan pokok pemikiran tentang :
I.Kritik terhadap teologi tradisional
II.Rekontrusi teologi
5.Harun Nasution, dengan pokok pemikiran tentang :
I.Peranan akal
II.Pembaharuan teologi
III.Hubungan antara wahyu dan akal[2]
C. Pemikiran Islam Liberal
Aliran Islam Liberal dapat dikenali melalui beberapa manhaj atau ciri-ciri yang semuanya
mengarahkan kepada pembukaan dan pembebasan tafsiran agama Namun manhaj atau ciri-ciri
tersebut bertujuan untuk menyampaikan yang dikatakan sebagai ‘Islam Liberal’, ialah Islam yang
“terbuka dan bebas daripada belenggu tafsiran lama ke arah tafsiran yang baru lagi segar demi
kejayaan umat”.

1.Manhaj Islam Liberal tentang agama Islam, Aliran Islam Liberal


berpendapat agama Islam adalah agama yang benar. Namun pada waktu
yang sama aliran Islam Liberal juga berpendapat semua agama selain Islam
adalah benar juga. Apabila setiap penganut agama mendakwah hanya
tuhannya dan ajarannya saja yang betul, itu hanyalah dakwaan yang relatif
dalam konteks dia dan agamanya saja. Jika dilihat daripada konteks
keseluruhan agama, maka semua agama yang memiliki konsep ketuhanan
yang mengajar kepada kebaikan adalah sama-sama benar

2.Manhaj Islam Liberal tentang al-Qur’an, Aliran Islam Liberal membahagi


wahyu kepada dua ketagori: wahyu bertulis dan wahyu tidak bertulis.
Wahyu bertulis adalah al-Qur’an dan ia adalah teks semata-mata. Wahyu
tidak bertulis adalah akal manusia dan akallah yang sebenarnya
menghidupkan teks al-Qur’an berdasarkan tujuan, konteks dan suasana
zaman. Maka dengan itu al-Qur’an adalah sesuatu yang hanya bersifat
menerangkan tujuan-tujuan agama manakala akal manusialah yang
menyesuaikannya dengan konteks zaman.
3.Manhaj Islam Liberal terhadap RasulullahSAW, Rasulullah SAW menurut aliran Islam Liberal
hanyalah manusia biasa yang lazimnya mempunyai salah dan benar. Namun umat Islam
selama ini berpura-pura bahwa baginda adalah manusia yang sempurna, sehingga mereka
jugaselain menyembah teks al-Qur’an juga menyembah Rasulullah. Yang benar pribadi
Rasulullah SAW tidak lebih hanyalah sebagai manusia biasa yang boleh dipuji dan dikritik.
Justru umat dituntut bersikap kritis untuk menimbang kelebihan dan kekurangan baginda.

4.Manhaj Islam Liberal terhadap hadist-hadist, melingkupi :

a)Hadist-hadist tersebut tidak berasal daripada Rasulullah SAW melainkan hanya ciptaan
orang-orang yang ingin menjaga dan memanfaatkan kepentingan diri mereka.
b)Hadis-hadis yang benar hanyalah yang bersifat mutawatir manakala hadits ahad bersifat
samar-samar dan tidak menjadi tuntutan ke atas umat untuk berpegang kepadanya.
c)Hadis-hadis yang mutawatir sekalipun, kebenarannya hanya dalam konteks kehidupan
masyarakat Arab pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Ia tidak lagi relevan
untuk zaman kini kecuali sebagai kajian sejarah peradaban pada zaman baginda.
d)Hadis-hadis tentang azab kubur, suasana hari akhirat (Padang Masyar, Titian Sirat,
Pengadilan, dll), Isra’ dan Mikraj, Dajjal, Penurunan Nabi Isa, fitnah-fitnah akhir zaman
dan sebagainya hanyalah cerita rekaan para perawi hadis untuk memberi pengaruh kepada
orang ramai pada zaman mereka. Sekalipun hadits-hadits ini tercatat di dalam kitab-kitab
hadis sahih, pada hakikatnya ia hanyalah cerita-cerita tahayul semata-mata.
e)Kesalahan paling besar yang dilakukan oleh para imam hadits adalah mereka hanya memberi
tumpuan kepada para perawi hadits dan tidak kepada matan hadits. Seandainya mereka
memperhatikan dan memberi kritik atas matan hadits, niscaya cerita-cerita tahayul seperti
di atas tidak akan ada.[3]

D. Pemikiran Islam Fundamentalis


Islam fundamentalis akan ditemukan dalam dua bentuk pergerakan yang berbeda. Pertama,
Ikhwanul Muslimim, yang didirikan oleh Hasan Al-Bana pada 1950-an di Mesir. Dan kedua, kelompok
Islam yang ingin mengembalikan Islam kepada dasar-dasar utama ajaran Islam seperti yang
dikembangkan oleh Ibnu Taimiyah pada abad ke-14. Gerakan ini lebih masyhur dengan sebutan Salafi
atau Wahabi.

1.Ikhwanul Muslimin Sebagai kelompok yang bergerak dalam bidang dakwah bertujuan untuk
memperkenalkan Islam sebagai agama yang sempurna, kaffah dan utuh serta terlepas dari
semua bentuk keragu-raguan di dalamnya dimana Islam tidak hanya berurusan dengan perkara
rukun Islam saja, akan tetapi juga bersinggungan dengan seluruh aspek kehidupan sosial
bermasyarakat baik dalam bidang ekonomi maupun politik dsb.

2.Kelompok Salafi atau Wahabi. Gerakan Wahabi ini didirikan olehMuhammad Ibn Abdul Wahhab,
lahir di desa Ayenah, Najad pada tahun 1691 M. Muhammad Ibn Abdul Wahhab sendiri
mendapat didikan Islam berdasarkan mazhab Hambali. Tujuan dari gerakan Wahabi ini adalah
untuk memurnikan kembali ajaran Islam yang saat itu sudah banyak bercampur dengan
praktek-praktek yang sudah tidak Islami lagi, seperti bid’ah, khurafat, meminum minuman
keras (beralkohol) yang sudah dianggap biasa, penggunaan emas dan sutra bagi laki-laki, yang
semuanya itu benar-benar sudah keluar dan menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Karena itulah gerakan Wahabi hadir untuk mengembalikan Islam kepada Islam yang
sebenarnya berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits Rasullullah Muhammad.[4]

E. Perbedaan Liberal dan Fundamental


1.Liberal bersifat bebas sebebas-bebasnya dalam berbagai hal.
2.Fundamental bersifat bebas namun terikat terhadap beberapa pokok hukum kajian.
3.Liberal bersifat individualistik
4.Fundamental bersifat demokratis
5.Liberal berpedoman utama kepada akal pikiran
6.Fundamental berpedoman pada pokok-pokok ajaran agama

BAB III

PENUTUP
Islam ialah agama rahmatal lilalamin yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW, pada
awal turunnya Islam adalah agama yang satu, tidak ada macam-macam faham atau pun aliran-
aliran didalamnya karena masih adanya nabi Muhammad yang menjadi panutan dan pedoman
sekalian ummat. Namun seiring proses berjalannya waktu pasca nabi Muhammad wafat, maka
terjadi banyak perpecahan yang timbul akibat berbagai hal dan sebab.

Fundamental menurut bahasa berarti hal-hal yang pokok, Fundamentalisme yang


berkembang saat ini memiliki arti suatu bentuk aliran yang disandarkan pada prinsip-prinsip
dasar suatu ajaran agama atau aliran keyakinan melalui penafsiran terhadap kitab suci agama
tersebut secara rigid (kaku) dan literalis. Liberal menurut bahasa berarti bebas dan tidak terikat
dengan ikatan ajaran keagamaan. Golongan yang berfahaman liberal ialah golongan yang ingin
menggugurkan beberapa hak syariah dalam agama Islam agar agama ini sama taraf dengan
agama lain yang ada dibumi ini.

Seperti aliran-aliran lainnya aliran liberal dan fundamental islam juga memiliki pokok-
pokok kajian seperti yang disebutkan diatas, serta sejak awal abad 19 muncul berbagai
cendekiawan muslim yang membawa pemikiran-pemikiran baru dan bersifat modern.

Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat


banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada
dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah
mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam proses pembuatan makalah

Daftar Pustaka
Zamhasari Jamil, Meluruskan Stigma Islam
Fundamentalis, http:// www.indomedia.com,diakses
10 November 2008
Mustofa, HM. Kholili, Karwadi, Tauhid Pokja Akademik,
Yogyakarta, Pokja akademik UIN Sunan Kalijaga,
2005
Hafiz Firdaus Abdullah, Bagaimana Manhaj Islam Liberal?,
http://www.haluan.org, diakses 10 November 2008

[1] Zamhasari Jamil, Meluruskan Stigma Islam Fundamentalis, http:// www.indomedia.com,diakses 10


November 2008

[2] Mustofa, HM. Kholili, Karwadi, Tauhid Pokja Akademik, (Yogyakarta, Pokja akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005), hlm.97-105

[3] Hafiz Firdaus Abdullah, Bagaimana Manhaj Islam Liberal?, http://www.haluan.org, diakses 10 November


2008

[4] Zamhasari Jamil, Meluruskan Stigma Islam Fundamentalis, http:// www.indomedia.com,diakses 10


November 2008

No comment »

karya ilmiah 3

May 29, 2009 · Filed under penelitian

ANALISIS KUANTITATIF
Oleh : Casmini, M.Si
Untuk materi tentang penelitian kuantitatif ini masih saya ambil dari hasil karya Casmini
S.Ag M.Si, namun dalam penyampaian materi ini saya menyampaikan secara terperinci sesuai
yang saya dapat, bila dalam membaca materi ini ada yang belum paham, saya harap mau untuk
berdiskusi dengan saya dalam email saya vic_ary30cope@yahoo.co.id.

1.POSISINYATERLETAK PADA KEGIATAN ANALISIS DATA

Kegiatan ini dilakukan setelah angket didistribusikan ke responden

Setelah peneliti memperoleh kembali angket dan jawabanya


Peneliti biasanya memperoleh setumpuk angket dan jawabannya

Kegiatan apakah yang perlu diakukan selanjutnya?

2.ADMINISTRASI DATA

Agket dan Jawaban merupakan refleksi dari responden

Kegiatan adminsitrasi data ini termasuk mengelompokkannya sesuai dengan variabel

Melakukan skoring sesuai dengan skala ukur yang diberikan responden

3.SKORING DATA KEGIATANYA MENCAKUP

Cara menskor paling baik dilakukan secara manual

Untuk data dengan jumlah besar paling tepat dan cepat dengan menggunakan program
komputer ( packet program)

Peneliti perlu menguasai cara operasional program dan melakukan interpretasi data

4.PROSES TABULASI

Setelah angket diskor atau dimasukkan dalam program komputer. Data kasar dianalisis secara
deskriptif

Termasuk ditampilkannya dalam bentuk tabel, diagram, menghitung lokasi dan penyebarannya

Analisis ini juga disebut analisis univariat

5.SEKELOMPOK DATA DIPRESENTASIKAN DALAM BENTUK TABEL


DAN DIAGRAM

Penampilan diagram suatu variabel perlu memperhatikan bentuk variabel:

a) diskrit mrp variabel tetap dalam satuan waktu

b) kontinyu merupaka variabel. berubah dalam satuan waktu

ANALISIS DISKRIPTIF
Mencakup dua hal penting yaitu:

1.Menentukan lokasi: posisi data terhadap kelompok/distribusinya

2.Penyebaran data Menentukan posisi individual data terhadap rerata kelompoknya.

3.MENENTUKAN LOKASI DATA

Posisi atau lokasi data memiliki unsur-unsur penting diantaranya termasuk:Mean,


Median, Mode, Skewness, bentuk kurve, Quartil, semi Quartil, stan nine, Persentil

Penyebaran data memiliki unsur penting diantranya: Range, simpang baku, dan varian.

4.ANALISIS DATABIVARIATE ATAU MULTIVARIATE

Data yang ada digambarkan berkaitan antara variabel satu terhadap variabel lainnya.

Penampilan data ini digunakan peneliti guna menganalisis lanjut atau inferensial yang
biasanya ditandai dengan hipoteses testing.

Unsur analisis yang sering muncul misalnya: korelasi, t tes, regresi, anava, dst.

Penelitian Merupakan penyelidikan secara sistemik,


terkontrol, empirisdan kritisterhadap proposisihipotetik tentang hubungan yang
diduga dari fenomena alam

Awal dari penelitian adalah permasalahan yaitu sesuatu yang menghambat


tercapainya tujuan

5.Penelitian Kuantitatif berpijak atas dasar

Filosofis positivis:merupakan pendekatan atas masalah fenomena guna mencari, dan


menjelaskan perilaku manusia dalam masyarakat– AUGUSTE COMTE

Disebut juga pendekatan normatif.

Masyarakat dipandang sebagai susunan dari banyak institusi yang berorientasidan


berperan khusus pada posisinya
6.ASUMSI PENELITIAN KUANTITATIF

Determinisme: peristiwa memiliki sebap, ditentukan oleh keadaan lain

Empiris : berkaitan dengan pengalaman

Parsimony: dapat diterangkan

Generality

Tujuan akhir Penelitianadalah terbentuknya teori/pengetahuan

Yang memiliki ciri-ciri:

odeduksi diuji secara empiris

osesuai dengan observasi dan teori lama yang benar

oDapat dinyatakan scr sederhana tetapi padat

Tiga aspek Ilmu Pengetahuan

Aspek causation (penyebap)

Explanation (penjelasan)

dan Hypotheses ( dugaan sementara/educated guess)

Filosofis dasar Positivis

Tingkah laku perspektif manusia merupakanrespon individu terhadap pengharapnya

Muncul istilah mekanistis internal dan eksternal, misal fakta, konsep, variabel,
aksioma, hukum, teorem.

Pengukuran Variabel membuat variasi konsekuensi

Nominal
Ordinal

Seringpula disebut data kualitatif

Interval

Rasio

Sering disebut data kuantitatif

Pendekatan baru yang masih termasuk Positivistik

Pendekatan Normatif

oadanya sistem sosial

oimpersonal

otingkah laku teratur

oObyektif

ogeneralisasi

oPenjel tingkah laku

openjel makro

ostrukturisasi

Pendktn Interpretif

oindividual

otind manusia berlanjut

okehidupan sosial yang kreatif

osubyektifitas
openafsiran spesifik

okonsep mikro

operspektif

oBagaimana peneliti normatif mengumpulkan data

Berperan netral

Menggunakan konsep yang dipilih

Peneliti terpisah dari obyek

Metode angket, pengukuran, skala

menggunakan statistik

Peneliti interpretif lebih senang menggunakan:

Melihat lebih cermat dalam realitas sosial (observasi)

Keterlibatan terhadap obyek (partisipatif)

Metode interview mendalam

Bagaimana peneliti meghadapi data?

Obyektif

Eksternal

Dapat diukur

Bersifat menerangkan

dapat di trace kembali

dapat direplikasi
Subyektif

Internal

Dijabarkan dalam bentuk simbol

obahasa

ogerak

oisyarat

Daftar Kepustakaan

Isaac S and Michael W.B (1983) Hand Book in Research

and Evaluation. California: Edits Publisher

Kerlinger, F.N. (1983) Foundations of Behavioral

Research. 3rd Ed. New York: Holt, Rinehart and

Winston

Levin I. L. (1981) Statistics for Management. New

Jersey: Prentice –Hall, Inc

Sukardi (2003) Metodologi PenelitianPendidikan.

Kompetensi danPraktiknya.Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara

No comment »

Karya ilmiah 2
May 29, 2009 · Filed under penelitian

KARYA ILMIAH KUALITATIF


Sesuai dengan tulisan sebelumnya yang membahas secara panjang lebar tentang karya
ilmiah, saya memohon maaf karena banyak sekali coment atas tulisan saya namun saya belum
bisa memenuhi harapan dan permintaan tersebut, untuk melanjutkan tulisan tersebut saya akan
menambahkan sedikit materi tentang karya ilmiah penelitian kualitatif dan kuantitatif, hal ini
saya cuplik dari artikel yang di tulis oleh Casmini S.Ag M.Si.

Ontologi Penelitian Kualitatif :

A.Merupakan penelitian yang mengharuskan para peneliti memahami fenomena sosial dari si palaku
itu sendiri

B.Penelitian Kualitatifmerupakan penentang pendekatan ilmu alam/ posistivis

C.Kegiatannya menekankan perlunya cara mengumpulkan data diskriptif, tingkah laku simbol dan
kata-kata manusia

Sejarah Penelitian Kualitatif

A.Metode tua setua catatan sejarah: Marcopolo, Columbus,

B.La Plays menyajikan penelitian kualitatif dalam sosiologi

C.Durkheim menggunakan, dlm sosiologi ilmiah

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang:

A.Berorientasi proses– cocok untuk memecahkan permasalahan perilaku manusia

B.Mengutamakan validitas daripada reliabilitas

C.tidak mengutamakan subyek atau obyek yang jumlahnya besar,

D.lebih menekankan deskripsi tebal

Penelitian Kualitatif vs Kuantitatif

Kualitatif

A.Mencari fenomena dari responden

B.memandang subyek secara komprehensif


C.simbol, kata-kata, tindakan dan hasil kerja responden sbg sumber informasi

D.Peneliti sbg instrumen

Kuantitatif

A.Mencari fakta pendukung melalui teori yang sudah ada

B.menggunakan variabel

C.menekankan peneliti bertindak obyektif

D.Eksternal

E.dapat diukur

Ciri-ciri Penelitian Kualitatif

A.Indukif dengan menekankan pengem konsep, pandangan dan pengertian subyek

B.holistik, melihat subyek yang diteliti secara keseluruhan

C.humanistik — bgmn kecenderungan -Masyarakat mempengaruhi peneliti

D.mengutamakan validitas dalam penelitiannya.

E.Peneliti memahami orang dari pendapat dan kerangka berpikir mereka

Asumsi dasar Penelitian Kualitatif

A.Harapan manusia direfleksikanmelalui perbuatan, tindakan dan bahasa

B.tindakan manusia integral dengan konteks budaya

C.Peneliti melihat gejala cenderung konvergen

D.Penggambaran manusia kurang tepat jika direduksi mejadi bagian-bagian terpisah.

E.Tindakan, penggunaan bahas dan hasil kerja mrpkn hukum yang diatur untuk lebihbermanfaat.

F.Sebagai pemikir erat kaitannya dengan fungsi aktor dan pemakai bahasa

Epistemologi Penelitian Kualitatif Mengumpulkan data

A.Mengosongkan (blank) pikiran

B.Peneliti sebagai instrumen


C.menyatu dengan responden

D.Metode wawancara dan observasi

E.menangkap fenomena

Bagaimanakah Kegiatan Penelitian Kualitatif dilakukan?

A.Memilih setting yang mencakup:

B.dimensi tempat

C.dimensi pelaku

D.dimensi kegiatan

E.Menentukan desain secara fleksibel

F.Merencanakan kegiatan

G.Persiapan memasuki setting Penelitian

Memilih Kegiatan Setting

A.Memperoleh ijin dari lembaga yang berwenang

B.Menemui publik

C.Menemui responden

Persiapan Memasuki Lapangan

A.Persiapan Psikhis

B.Persipan Fisik

C.Menerapkan Prinsip-prinsip Naturalistik

Bagaimanan Data Kualitatif direduksi?

A.Trianggulasi

-ahli

- Metode

- Pendekatan
-Waktu

B.bobot

C.Memisahkan ‘outliers’

Batasan yang perlu diperhatikan dalam Memaknai Data

A.Etik : merupakan pandangan dari luar, misalnya termasuk Peneliti

B.Penafsiran peneliti terhadap apa yang ia lihat, dengar dan ia lakukan

C.Pandangan dari dalam yang dapat berupa pengakuan dari responden yang dilakukan secara
natural

D.Makna/rangkaian Phenomena

No comment »

kepribadian dalam Al-Qur’an

May 23, 2009 · Filed under Agama, penelitian

POLA-POLA KEPRIBADIAN MANUSIA


(Kajian kepribadian dalam Al-Qur’an)
BAB I

PENDAHULUAN
Manusia adalahmakhluk Allah yang diciptakan secara sempurna dengan dibekali akal dan
nafsu serta qolbu sebagai sesosok khalifah dimuka bumi ini, karenanya dengan semua bekal
tersebut manusia ada kalanya ketika akal fikirannya unggul maka kedudukan manusia
akanberada diatas malaikat Allah namun ketika hawa nafsunya yang menjadi raja atas diri
manusia kedudukannya tidak lebih dari dibawah hewan.

Diantara akal dan nafsu manusia yang saling bertentangan manusia juga dibekali qolbu
sebagai penyeimbang, sehingga baik buruknya qolbu manusia bisa ditentukan oleh perilaku
manusia, dari setiap perilaku yang dikerjakan manusia setiap hari akan mengahsilkan suatu
bentuk kepribadian, dalam kepribadian tersebutlah ciri khas dari manusia akan terlihat.

Dalam Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kurang lebih 14 abad yang lalu
kepada nabi Muhammad SAW dalam lembaran ayat-ayatnya telah menjelaskan kepada manusai
berbagai macam kepribadian yang tedapat dalam diri manusia, kepribadian tersenit dapat
diklasifikasikan dalam tiga posisi, yaitu kepribadian yang baik atau khasanah, kepribadian yang
buruk atau dholalah serta yang terakhir kepribadian yang ada ditengah-tengahnya atau yeng lebih
sering kita kenal dengan kepribadian munafik, dalam makalah ini pemakalah akan berusaha
menyajikan sedikit tentang bentuk-bentuk kepribadian manusia yang telah ada dan dijelaskan
oleh Al-Quran

BAB II

PEMBAHASAN
1.Al-Mu’minun ayat 1-6

‫و‬OOOOOO
ِ ‫ين هُ ْم َع ِن اللَّ ْغ‬
َ ‫عُونَ َوالَّ ِذ‬OOOOOO‫اش‬
ِ ‫التِ ِه ْم َخ‬OOOOOO‫ص‬ َ ‫ين هُ ْم فِي‬ َ ‫ ْد أَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُونَالَّ ِذ‬OOOOOOَ‫ق‬
‫إِال َعلَى أَ ْز َوا ِج ِه ْم‬Oَ‫ُوج ِه ْم َحافِظُون‬ ِ ‫ر‬Oُ‫ين هُ ْم لِف‬َ ‫اعلُونَ َوالَّ ِذ‬ َ ‫ْرضُونَ َوالَّ ِذ‬
ِ َ‫ا ِة ف‬OO‫ين هُ ْم لِل َّز َك‬ ِ ‫ُمع‬
َ ‫ت أَ ْي َمانُهُ ْم فَإِنَّهُ ْم َغ ْي ُر َملُو ِم‬
‫ين‬ ْ ‫أو َما َملَ َك‬ ْ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-
orang yang menjaga kemaluannya,kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang
mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

A.Mufradat :
Aflaha : Membelah, maksudnya kata membelah pada mufradat ini seperti ketika
petani membelah tanah untuk ditanami tanaman, benih yang ditanamkan petani
akan menumbuhkan buah yang diharapkan.

Sholatihim : Menishbahkan, maksutnya kata nishbah ini adalah mengarahkan


sholat kepada pelaku yang menjalani sholat agar memperoleh manfaat dari
sholatnya.

Khosyi’un : Diam dan tunduk, maksudnya kata diam dan tunduk adalah
memusatkan konsentrasi pada satu titik yaitu beribadah kepada Allah melalui
sholat
Al-Laghw : Batal, maksudnya adalah sesuatu yang seharusnya tidak ada atau
ditiadakan dalam beribadah, sesuatu hal ini adalah apabila dikerjakan akan dapat
mengurangi esnsi daro ibadah tersebut, seperti berbicara saat khotbah jumat
meskipun itu hanya kata “Diam!”.

Zakah : Suci dan berkembang, maksudnya Zakah disini adalah Zakat

Atu’ : Untuk menunjukkan pengeluaran zakat, dimaksudkan kepada muzaki.

Hafidzhun : Memelihara atau menahan, maksut kata ini adalah memilihara


kemaluan agar menjaga dari perbuatan-perbuatan maksiat

Farj  : Segala yang buruk diucapkan kepada pria atau wanita, maksutnya lebih
mengarah kepada alat kelamin

B.Tafsir :
Surat Al-Mu’minun Ayat 1-6 menjelaskan kepada kita tentang salah satu
pola kepribadian manusia dalam Al-Qur’an yaitu Mukmin beserta ciri-cirinya,
pada Ayat 1-4 disebutkan ciri seorang mukmin, Sesungguhnya telah pasti
beruntunglah mendapat apa yang didambakannya sebagai orang-orang mukmin,
yang mantap imannya dan mereka buktikan kebenarannya dengan amal-amal
sholeh yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya, Khusyu’ disini ialah tenang,
rendah hati, berserah diri lahir dan batin serta perhatiannya terarah kepada shalat
yang sedang mereka kerjakan sehingga mereka memperoleh kebahagiaan atas
sholatnya. Dimaksud dengan kebahagiaan disini adalah orang-orang yang tidak
acuh yakni tidak memberi perhatian atau menjauhkan diri secara lahir dan batin
dari hal-hal tersebut.

Mukmin menurut awal surat Al-Mu’minun adalah orang-orang yang


membayar zakat yakni menyisihkan sebagian harta bendanya yang sebenarnya
milik orang lain atau penyucian jiwa atas mereka yang melakukannya dengan
sempurna dan tulus. Sedangkan pada ayat 5-6 menyebutkan penyucian diri
manusia dan hal yang pertama disucikan adalah alat kelamin, karena perzinahan
adalah puncak kerusakan moral manusia. Pada ayat tersebut menjelaskan tentang
konseporang mu’min yang memperoleh kebahagiaan adalah mereka yang selalu
menjaga menyangkut kemaluan mereka (pemelihara-pemelihara) yakni tidak
menyalurkan kebutuhan biologisnya melalui hal dan cara-cara yang tidak
dibenarkan oleh agama.[1]

C.Asbabun Nuzul
Imam Hakim telah menyampaikan sebuah hadits melalui sahabat Abu
Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw.“Bilamana melakukan shalat, selalu
mengangkat pandangan kelangit”. Maka turunlah ayat ini: yaitu orang-orang
yang khusyu’ dalam shalatnya (QS. Al-Mu’minun: 2), maka sejak saat itu
Rasulullah saw. Menundukkan kepalanya jika sedang mengerjakan shalat. Hadits
ini disampaikan pula oleh Ibnu Murdawaih, hanya lafaznya mengatakan, bahwa
Rasulullah saw “menolehkan pandangannya, sedang ia dalam shalat”.
Disampaikan pula oleh Sa’id Ibnu Mansyur melalui Ibnu Sirin secara mursal, yaitu
dengan lafadz yang mengatakan: “bahwasannya Rasulullah saw, membolak-
balikkan pandangan matanya dalam shalat”,maka turunlah ayat ini.[2]

D.Keterangan
Dalam surat Al-Mukminun diterangkan salah satu bentuk kepribadian manusia
adalah kepribadian seorang mukmin yang melakukan sholat secara khusyu’, tidak
mengerjakan Laghwatau hal-hal yang mampu membatalkan suatu amalan,
membayar zakat dan menjaga kemaluan kecuali kepada istri atau budak-
budaknya.

Pengertian Mukmin dalam salah satu referensi berarti mereka yang


beriman atau percaya kepada yang gaib (Allah, malaikat dan Ruh), menunaikan
sholat menafkahkan rezekinya kepada fakir miskin, yatim, beriman pada kitab
Allah serta beriman pada hari akhir, tipe ini digolongkan kepada tipe orang yang
beruntung karena telah mendapat petunjuk, kalimat definisi mukmin diatas
diambil dari salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh muslim.[3]

2.Al-Baqarah ayat 13-15

‫فَهَا ُء أَال إِنَّهُ ْم هُ ُم‬O ‫الس‬


ُّ ‫ا آ َم َن‬OO‫ؤ ِم ُن َك َم‬Oْ Oُ‫الُوا أَن‬OOَ‫ا آ َم َن النَّاسُ ق‬OO‫وا َك َم‬OOُ‫ل لَهُ ْم آ ِمن‬O َ O‫َوإِ َذا قِي‬
ِ َ‫ي‬O‫وا إِلَى َش‬O
‫اطينِ ِه ْم‬ ْ Oَ‫الُوا آ َمنَّا َوإِ َذا َخل‬OOَ‫ين آ َمنُوا ق‬ َ ‫ال ُّسفَهَا ُء َولَ ِك ْن ال يَ ْعلَ ُمونَ َوإِ َذا لَقُوا الَّ ِذ‬
َ ‫ئ بِ ِه ْم َويَ ُم ُّدهُ ْم فِي طُ ْغيَانِ ِه ْم يَ ْع َمه‬
‫ُون‬ ُ ‫قَالُوا إِنَّا َم َع ُك ْم إِنَّ َما نَحْ نُ ُم ْستَه ِْزئُونَاهَّلل ُ يَ ْستَه ِْز‬
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-
orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak
tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.Allah akan
(membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-
ambing dalam kesesatan mereka.

A.Mufradat:
An-nas  berarti manusia, maksud kata manusia ini adalah orang
yang berucapa dan dipahami oleh yang dia ajak berbicara, ucapan
yang diucapkan adalah mengajak kepada kebenaran dan beriman
kepda Allah.

Laqu  berarti perjumpaan yang bersifat kebetulan, maksud dari


kata ini adalah orang yang ucapan dan hatinya sesuai (Bukan orang
yang munafik)

Yastahzi’uberarti memperolok-olok, kata ini mengarah kepada


perilaku kaum munafikin yang mudah dan ringan dalam menghina
dan mengolok-olok sesuatu.

B.Tafsir

Tafsir pada ayat 13 menekankan bahwa beriman yang benar yaitu


semua yang diucapkan harus sesuai dengan yang ada dalam
hatinya sebagaimana keimanan manusia yang sempurna, indikator
kesempurnaan disini adalah menyadari sebagai makhluk Allah yang
mesti tunduk dan patuh kepada-NYA. Namun yang terjadi pada
orang munafik adalah mereka mengaku meyakini beriman kepada
Allah tapi disisi lain mereka berkhianat dan memusuhi orang-orang
yang beriman.

Pada ayat 14-15 menekankankepada penjelasan pada sifat


dasar orang munafik yang bermuka dua, apabila ia bertemu dengan
orang yang beriman ia mengaku beriman tetapi apabila ia bertemu
dengan orang kafir ia juga mengaku kafir. [4]

C.Asbabun Nuzul

Allah berfirman: “dan jika mereka mereka menemui orang-orang


beriman” (QS. Al-baqarah:14), diketengahkan oleh Al Wahidi dan
Tsa’labi, dari jalu Muhammad bin Marwan dan Assdiyush Shaghir,
dari al Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, katanya: ayat ini
turun mengenai Abdullah bin Ubai dan teman-temannya. Cerita
bahwa pada suatu hari mereka keluar lalu ditemui oleh segolongan
sahabat Rasulullah saw, maka kata Abdullah bin Ubai: “lihatlah,
bagaimana orang-orang itu kuusir dari kalian!” lalu ia maju kemuka
dan menjabat tangan Abu Bakar seraya berkata: “selamat untuk
Shiddiq penghulu bani Tamim dan sesepuh agama islam,
pendamping Rasulullah di dalam gua dan telah membaktikan raga
dan hartanya untuk Rasulullah” kemudian dijabatnya pula
tangannya Umar seraya berkata: “selamat untuk penghulu bani Adi
bin Kaab, faruq yang perkasa (Umar) dalam agama Allah dan telah
menyerahkan raga dan hartanya untuk Rasulullah.” Setelah itu
disambutnya tangan Ali seraya berkata: “selamat untuk saudara
sepupu dan menantu Rasulullah, penghulu bani Hasyim selain
Rasulullah.” Kemudian mereka berpisah, maka kata Abdullah
kepada anak buahnya: “Bagaimana pendapat kalian tentang
perbuatan saya tadi? Nah jika kalian menemui mereka, lakukanlah
seperti yang saya lakukan itu!” mereka memuji perbuatannya itu,
sementara kaum muslilmin kembali kepada Nabi saw. Dan
menceritakan peristiwa tersebut maka turunlah ayat ini.[5]

D.Keterangan :

Surat Al-Baqarahayat 13-15 menjelaskan tentang ciri kepribadian


manusia yang tidak mempunyai pendirian, selalu berubah-ubah
menurut kemauan, situasi kondisi yang menguntungkan bagi
dirinya sendiri, kepribadian tersebut lebih kenal dengan kepribadian
fasiq dengan orang yang melakukan kepribadian tersebut disebut
orang yang munafik.

Munafik yaitu mereka yang beriman kepada Allah. Dan hari akhir
tetapi keimanannnya hanya dimulut saja, sementara hatinya
ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mu’min walaupun
sebenarnya ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar.
Hati mereka berpenyakit, dan semakin parah penyakitnya karena
membuat kerusakan, menambah kebodohan, persekutu dengan
setan untuk mengolok-olok orang mu’min. mereka tidak mendapat
penerangan dan petunjuk, sehingga senantiasa dalam kegelapan. [6]

3.Al-Baqarah: 27-28

َ ‫ ِه أَ ْن ي‬O ‫ َر هَّللا ُ ِب‬O‫ا أَ َم‬OO‫ون َم‬O


‫ َل‬O ‫ُوص‬ َ O‫ط ُع‬َ ‫ ِه َويَ ْق‬O ِ‫ ِد ِميثَاق‬O‫ َد هَّللا ِ ِم ْن بَ ْع‬O‫ون َع ْه‬ َ O‫ض‬ ُ ُ‫ين يَ ْنق‬ َ ‫الَّ ِذ‬
‫ا‬OOOً‫ُون بِاهَّلل ِ َو ُك ْنتُ ْم أَ ْم َوات‬
َ ‫ر‬OOOُ‫ْف تَ ْكف‬
َ ‫رُونَ َكي‬OOO‫اس‬ ِ ‫ك هُ ُم ْال َخ‬ َ OOOِ‫ض أُولَئ‬ ِ ْ‫ون فِي األر‬ َ ‫ ُد‬OOO‫َويُ ْف ِس‬
َ ‫فَأَحْ يَا ُك ْم ثُ َّم يُ ِميتُ ُك ْم ثُ َّم يُحْ يِي ُك ْم ثُ َّم إِلَ ْي ِه تُرْ َجع‬
‫ُون‬
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. Mengapa
kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan?

A.Tafsir:
Tafsir pada ayat 27 menjelaskan tentangsifat-sifat orang fasik yaitu
ada perjanjian antara manusia dengan Allah yakni bahwa mereka
mengakui keEsaan Allah, serta ketundukan mereka kepada-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang mengurai yaitu membatalkan dan
melanggar perjanjian mereka dengan Allah pada perjanjian itu
sudah demikian kukuh mereka mengurainya sesudah perjanjian
diikat teguh dengan diutusnya para nabi dan rasul dengan bukti-
bukti keEsaannya.

Tafsir pada ayat 28 mengingatkan pada orang kafir bahwa


sesungguhnya dulu mereka adalah orang yang mati (orang yang
tidak ada di dunia) kemudian dihidupkan dan kemudian kembali
kepada-Nya.

B.Asbabun Nuzul

Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari As Saddiy dengan sanad-


sanadnya, tatkala Allah membuat dua buah perumpamaan ini bagi
orang-orang munafik yakni firmannya: “perumpamaannya mereka
adalah seperti orang yang menyalakan api” dan firmannya: “atau
seperti hujan lebat dari langit”, orang-orang munafik mengatakan,
bahwa Allah lebih tinggi dan lebih agung sampai membuat
perumpamaan-perumpamaan ini. Maka Allah
menurunkan: “Sesungguhnya Allah tidak merasa malu untuk
membuat tamsil perumpamaan.”Sampai dengan firman-
Nya“merekalah orang-orang yang merugi” (QS. Al-Baqarah:26-27).

C.Keterangan :

Bagian terakhir dari tiga rangkaian ayat yang menjelaskan tentang


kepribadian manusia menjelaskan tentang kepribadian kafir, namun
pada awal ayat pada bagian ini lebih dulu menjelaskan tentang sifat
orang fasiq yang suka melanggar perjanjian serta bermuka dua,
kemudian menjelaskan tentang ancaman kepada orang-orang kafir
agar mereka (orang kafir) mau berpikir bahwa sesungguhnya
mereka tidak berdaya dihadapan Allah SWT.

Pengertian Kafir adalah mereka yang ingkar terhadap hal-hal


yang harus dipercayai sebagai seorang mu’min, tipe seperti ini
digambarkan sebagai tipe yang sesat, karena terkunci hati,
pendengaran dan penglihatannya dalam masalah kebenaran. Siksa
Allah yang pedih tentu menjadi bagian dari kehidupan akhirnya.
BAB III

PENUTUP
Manusia adalahmakhluk Allah yang diciptakan secara sempurna dengan dibekali akal dan
nafsu serta qolbu sebagai sesosok khalifah dimuka bumi ini, Diantara akal dan nafsu manusia
yang saling bertentangan manusia juga dibekali qolbu sebagai penyeimbang, sehingga baik
buruknya qolbu manusia bisa ditentukan oleh perilaku manusia, dari setiap perilaku yang
dikerjakan manusia setiap hari akan mengahsilkan suatu bentuk kepribadian, dalam kepribadian
tersebutlah ciri khas dari manusia akan terlihat.

Pada ayat yang disajikan pada makalah ini mencangkup surat Al-Mukminun Ayat 1-6,
surat Al-Baqarah ayat 13-15 serta ayat 27-28 menjelaskan tentang kepribadian yang ada dalam
diri manusia, kepribadian tersebut adalah kepribadian seorang mukmin, kepribadian seorang
munafik serta keribadian seorang yang kafir, setiap kepribadian tersebut memiliki karekteristik
seperti yang telah dijelaskan diatas.

Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat


banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada
dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah
mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam proses pembuatan makalah

Daftar Pustaka
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 1 dan 9, Ciputat : Lentera Hati,
2000

Imamjalalud-Din Al-Mahally, Imam jalalud-Din Al-Suyuthi, Tafsir Jalalain


berikut Asbabun Nuzul, Bandung : Sinar Baru, 1990

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: raja Grafindo


Persada, 2007

[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 9, (Ciputat : Lentera Hati, 2000), hlm 145-155
[2] Imam jalalud-Din Al-Mahally, Imam jalalud-Din Al-Suyuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul,
(Bandung : Sinar Baru, 1990), hlm 293

[3] Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007), hlm.174

[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 1, (Ciputat : Lentera Hati, 2000), hlm 107-110

[5] Imam jalalud-Din Al-Mahally, Imam jalalud-Din Al-Suyuthi, Op. Cit. hlm 17-18

[6] Abdul Mujib, Op.Cit. hlm.174

No comment »

hadits 2

November 11, 2008 · Filed under Agama

HADITS SEBAGAI MEDIA DAKWAH DAN KONSELING

BAB I

PENDAHULUAN

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,

pernyataan, taqrir, dan sebagainya.Posisi hadits dalam Islam ialah sebagai sumber hukum kedua, karena

dijadikan sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-Quran kedudukan dan eksistensi hadits sangat

diperlukan, keshohihan suatu hadits juga sangat penting untuk diperhatikan, karena itu merupakan tolak

ukur bahwa hadits itu benar-benar berasal dari nabi SAW serta diriwayatkan sesuai sanad dan matannya.

Dalam menyampaikan dakwah serta seruan kepada ummat untuk mengajak kepada kebaikan   seorang

penyeru harus berdasarkan Al-Quran dan Hadits, namun penyampaian seruan tersebut hendaknya dikemas

semenarik mungkin sehingga diharapkan ummat tidak merasa bahwa Islam agama yang seram dan

mengekang namun agama yang indah serta menjadi Rahmtallil Alalamin

BAB II

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hadits, Dakwah dan Konseling

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad

SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam

agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber

hukum kedua setelah Al-Qur’an.

Dakwah ialah suatu aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk

mengamalkan ajaran islam, proses tersebut dilakuakn secara sadar dan sengaja serta dpat dilakukan

dengan berbagai cara atau media.

Konseling : proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh ahli (disebut

konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

B.    Hadits tentang Ibadah

Hadits tentang sholat lail menghapus dosa :

‫ لقد جئت تس أل عن عظيم وإنه ليس ير على من‬- ‫ قلت يا رس ول هللا أخ برني عن عمل ي دخلني الجنة و يباع دني عن الن ار ؟ ق ال‬: ‫عن معاذ بن جبل رضي هللا عنه ق ال‬

‫ أال أدلك على أب واب الخ ير ؟ الص وم جُنة والص دقة‬: ‫ ثم قال‬, ‫ تعبد هللا ال تشرك به شيئا ً وتقيم الصالة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت‬: ‫يسره هللا تعالى عليه‬

ٌ‫ َت َتجَ ا َفى ُج ُنو ُب ُه ْم عَ ِن ا ْلمَضَ ا ِج ِع َيدْ عُونَ رَ َّب ُه ْم َخ ْو ًفا َو َط َم ًعا َو ِممَّا رَ َز ْق َن ا ُه ْم ُي ْنفِقُ ون*فَاَل َتعْ لَ ُم َن ْفس‬- ‫ وصالة الرجل في جوف الليل ثم تال‬, ‫تطفئ الخطيئة كما يطفئ الماء النار‬

” ‫ يا رس ول هللا ق ال‬, ‫ بلى‬: ‫ قلت‬- ‫]… ثم قال أال أخ برك ب رأس األمر وعم وده وذروة س نامه ؟‬17-16‫ ]السجدة‬- ‫ون‬ َ ُ‫مَا أ ُ ْخفِيَ لَ ُه ْم مِنْ قُرَّ ِة أَعْ ي ٍُن جَ َزا ًء ِبمَا َكا ُنوا يَعْ َمل‬

: ‫ فقلت‬- ‫ كف عليك ه ذا‬- ‫ فأخذ بلساني وقال‬, ‫ أال أخبرك بمالك ذلك كله ؟ ” فقلت ك بلى يا رسول هللا‬: ‫ وعموده الصالة وذروة سنامه الجهاد ” ثم قال‬, ‫رأس اإلسالم‬
ٍ
‫ رواه الترم ذي‬- !‫ على من اخرهم إال حص ائد ألس نتهم ؟‬- ‫ أو ق ال‬- ‫ وهل يكب الناس في الن ار على وج وههم‬, ‫ ثكلتك أمك‬-‫ و إنا لمؤاخذون بما نتكلم ؟ فقال‬, ‫يا نبي هللا‬

‫حيح‬ ‫ديث حسن ص‬ ‫ ح‬: ‫ال‬ ‫وق‬

Artinya :  Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, ia berkata : Aku berkata : “Ya Rasulullah, beritahukanlah

kepadaku suatu amal yang dapat memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan

sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala. Engkau menyembah Allah

dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada

bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah”. Kemudian beliau bersabda : “Inginkah kuberi

petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan

sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam”. Kemudian beliau membaca

ayat : “Tatajaafa junuubuhum ‘an madhaaji’… hingga …ya’maluun“. Kemudian beliau bersabda: “Maukah

bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab : “Ya,

wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan

puncaknya adalah jihad”. Kemudian beliau bersabda : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci

semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda :

“Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami

katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang

menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan
lidah mereka?” (HR. Tirmidzi, ia berkata : “Hadits ini hasan shahih)

[Tirmidzi no. 2616]

Keterangan :

Sabda beliau “engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi

orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala”, maksudnya bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah kemudian

diberi petunjuk untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan agama secara benar, yaitu menyembah

kepada Allah tanpa sedikit pun menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Kemudian sabda beliau “mengerjakan shalat”, yaitu melaksanakannya dengan cara dan keadaan paling

sempurna. Kemudian beliau menyebutkan syari’at-syari’at Islam yang lain, seperti zakat, puasa dan haji.

Kemudian sabda beliau “inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah

perisai”, maksudnya adalah selain puasa Ramadhan, karena puasa yang wajib telah diterangkan

sebelumnya. Jadi, maksudnya ialah banyak berpuasa sunnat. Perisai maksudnya ialah puasa itu menjadi

tirai dan penjaga dirimu dari siksa neraka.Kemudian sabda beliau “shadaqah itu menghapuskan kesalahan”.

Maksud shadaqah di sini adalah zakat. Sabda beliau “shalat seseorang di tengah malam”.

Kemudian beliau membaca ayat :

َ‫َت َتجَ ا َفى ُج ُنو ُب ُه ْم عَ ِن ا ْلمَضَ ا ِج ِع َيدْ عُونَ رَ َّب ُه ْم َخ ْو ًفا َو َط َم ًعا َو ِممَّا رَ َز ْق َنا ُه ْم ُي ْنفِقُو َن َفال َتعْ لَ ُم َن ْفسٌ مَا أُ ْخفِيَ َل ُه ْم مِنْ قُرَّ ِة أَعْ ي ٍُن جَ َزا ًء ِبمَا َكا ُنوا يَعْ َملُون‬

Artinya : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan

rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.

Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu balasan yang

menyejukkan mata, sebagai ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”.

(QS.As-Sajadah32:16-17)

Maksudnya orang yang shalat tengah malam, dia mengorbankan kenikmatan tidurnya dan lebih

mengutamakan shalat karena semata-mata mengharapkan pahala dari Tuhannya, seperti tersebut pada

firman-Nya : “Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu balasan

yang menyejukkan mata, sebagai ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”. Dalam beberapa riwayat

disebutkan bahwa Allah sangat membanggakan orang-orang yang melakukan shalat malam di saat gelap

dengan firman-Nya dalam sebuah Hadits Qudsi : “Lihatlah hamba-hamba-Ku ini. Mereka berdiri shalat di

gelap malam saat tidak ada siapa pun melihatnya selain Aku. Aku persaksikan kepada kamu sekalian (para

malaikat) sungguh Aku sediakan untuk mereka negeri kehormatan-Ku”.

Sabda beliau : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai

Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai

Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda :

“Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang
meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa Sallam mengumpamakan perkara ini dengan unta jantan dan Islam dengan kepala unta,

sedangkan hewan tidak akan hidup tanpa kepala.

Kemudian sabda beliau “tiang-tiangnya adalah shalat”. Tiang suatu bangunan adalah alat penyangga yang

menegakkan bangunan tersebut, karena bangunan tidak akan dapat berdiri tegak tanpa tiang.

Sabdanya “puncaknya adalah jihad”, artinya jihad itu tidak tertandingi oleh amal-amal lainnya, sebagaimana

diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Ia berkata bahwa ada seseorang lelaki datang kepada Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu berkata : “Tunjukkan kepadaku amal yang sepadan dengan jihad”. Sabda

beliau : “Tidak aku temukan”. Kemudian sabda beliau : “Adakah engkau sanggup masuk ke dalam masjid,

lalu kamu melakukan shalat Lail tanpa henti dan puasa tanpa berbuka selama seorang mujahid pergi

(berperang)?” Orang itu menjawab : “Siapa yang sanggup berbuat begitu!” Sabdanya : “maukah

kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasullah”. Maka beliau

memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”, maksudnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam

menggalakkan dia pertama kali untuk berjihad melawan orang kafir, kemudian dialihkan kepada jihad yang

lebih besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu, menahan perkataan yang menyakitkan atau menimbulkan

kerusakan karena sebagian besar manusia masuk neraka karena lidahnya.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang

menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan

lidah mereka?” Penjelasannya telah ada pada Hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi : “Barang

siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata baik atau diam”.

Demikian juga pada Hadits lain disebutkan :

“Barang siapa memberi jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara kedua bibirnya dan apa

yang ada di antara kedua pahanya, maka aku jamin dia masuk surga”

C.    Hubungan Hadits dengan Dakwah dan Konseling

Dalam hadits diatas telah disebutkan dengan jelas bahwa ibadah yang terdapat dalam lima konsep rukun

Islam adalah ibadah yang dapat memudahkan seseorang menuju kesurga, namun terdapat ibadah-ibadah

lain yang juga disebutkan oleh rasullloh pada hadits tersebut yaitu puasa (sunnah) sebagai perisai diri dan

pelindung dari api neraka, shodaqoh serta sholat malam sebagai penghapus kesalahan, pokok amal ibadah

sebagai tiangnya ialah sholat serta puncaknya adalah jihad dijalan Allah SWT. Kunci untuk mendapatkan

semua itu ialah dengan menjaga Lidah (bibir).

Jika hadits tersebut ditafsirkan dengan menggunakan pendekatan dakwah dan konseling maka akan

didapatkan anjuran dakwah yang ideal bagi seorang muslim yang mencari ridho Allah SWT sebagai tujuan

hidupnya, anjuran melakukan dengan baik dan benar lima rukun Islam dalam kehidupan sehari-hari yaitu

yakin dengan keberadaan Allah SWT, menjalankan sholat dengan sebaik-baiknya, mengerjakan puasa,

memberikan zakat serta berangkat haji kebaitulloh. Dapat memudahkan seseorang masuk surga serta

mendapat ridho Allah SWT.


Pada konsep konseling melakukan semua amal ibadah yang terdapat dalam hadits tersebut ternyata dapat

menjadi obat bagi penyakit jiwa atau gangguan mental hal ini telah dibuktikan oleh pakar-pakar terapi

modern seperti yang disampaikan oleh bapak Arry Ginandjar dalam bukunya ESQ dengan lima rukun islam

sebagai pilarnya serta yang terdapat dalam karya ilmiah dari Ibu Nurjanah yang berjudul Tiga Kerangka

Kesehatan Mental Islam, tiga kerangka tersebut ialah pendekatan iman, dengan meyakini sepenuh hati

tentang keberadaan dan kEsaan Allah SWT maka seseorang dapat manerima kenyataan pada hidupnya,

konsep kedua yakni dengan pendekatan Islam, dengan menggunakan lima rukun islam sebagai bentuk

terapi, syahadat sebagi terapi lisan, sholat sebagai terapi lisan dan anggota badan, zakat sebagai terapi

pengendalian materi, puasa sebagai terapi pengendaliannafsu dan haji sebagai terapi paripurna atau

integrated. Yang terakhir adalah pendekatan ihsan.

Pada selanjutnya rasulloh menyebutkan pintu-pintu kebaikan ialah shodaqoh, puasa serta sholat malam,

menurut konseling konsep puasa merupakan konsep pengendalian diri dan hawa nafsu yang sangat baik,

hal ini juga sesuai dengan konsep islam, konsep shodaqoh merupakan konsep untuk berbagi, menuntut diri

sendiri untuk dapat mengeluarkan harta yang dicintai untuk orang lain, serta konsep sholat malam,

keberadaan sholat yang dikerjakan pada malam hari merupakan bentuk konsep terapi yang baik untuk

seseorang karena pada saat itu kondisi tenang, banyak orang tertidur lelap sehingga dapat memfokuskan

konsentrasi hanya untuk beribadah.

BAB III

PENUTUP

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad

SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam

agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber

hukum kedua setelah Al-Qur’an.

Jika hadits tersebut ditafsirkan dengan menggunakan pendekatan dakwah dan konseling maka akan

didapatkan anjuran dakwah yang ideal bagi seorang muslim yang mencari ridho Allah SWT sebagai tujuan

hidupnya, anjuran melakukan dengan baik dan benar lima rukun Islam dalam kehidupan sehari-hari yaitu

yakin dengan keberadaan Allah SWT, menjalankan sholat dengan sebaik-baiknya, mengerjakan puasa,

memberikan zakat serta berangkat haji kebaitulloh. Dapat memudahkan seseorang masuk surga serta

mendapat ridho Allah SWT.

Pada konsep konseling melakukan semua amal ibadah yang terdapat dalam hadits tersebut ternyata dapat

menjadi obat bagi penyakit jiwa atau gangguan mental hal ini telah dibuktikan oleh pakar-pakar terapi

modern seperti yang disampaikan oleh bapak Arry Ginandjar dalam bukunya ESQ dengan lima rukun islam

sebagai pilarnya serta yang terdapat dalam karya ilmiah dari Ibu Nurjanah yang berjudul Tiga Kerangka

Kesehatan Mental Islam.


No comment »

penelitian

November 11, 2008 · Filed under penelitian

INTELEGENSI REMAJA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Abstraksi

Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mempelajari intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi,

serta menjelaskan secara teoritik tentang intelegensi.

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan menggunakan metode

deskriptif, kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk

uraian naratif. Serta peneliitian ini menggunakan pendekatan psikologi untuk mekaji hal yang menjadi

pokok pembahasan.

Kesimpulan tentang pembahasan intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi ialah remaja harus

dapat menyiapkan diri secara penuh dalam mengahadapi era globalisasi, karena globalisasi tidak hanya

memiliki dampak positif saja namun juga memiliki dampak negatif serta Remaja sebagai bibit potensial

untuk membangun bangsa pada masa depan harus bisa memilih dan memilah apa yang baik dan yang

buruk untuk diri serta kehidupannya agar dapat menjadi harapan bangsa.

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Judul Laporan

Laporan ini berjudul “Intelegensi Remaja dalam Menghadapi Era Globalisasi”.

B.    Latar Belakang Masalah

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi

memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali

remaja. Tehnologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi

berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif.

Dampak positif dari tehnologi pada era globalisasi adalah semakin mudah dan cepatnya arus informasi yang

bisa  didapat oleh masyarakat, saat  ini jarak antar benua didunia sudah tidak ada. Informasi dipelosok

Indonesia dengan mudah dan cepat bisa diketahui oleh orang-orang di Amerika begitu pula sebaliknya,
semakin canggihnya fasilitas saat ini sehingga dapat memanjakan konsumen yang membutuhkan. Tidak

hanya itu saja, saat ini alat komunikasi tidak hanya berpatokan dengan telpon rumah seperti empat lima

tahun yang lalu, namun bisa menggunakan handphone yang dapat dibawa kemana-mana, handphone pun

tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tetapi juga sudah di fasilitasi dengan berbagai fasilitas

pendukung, seperti kamera, mp3 player, dll.

Namun tehnologi yang didapat masyarakat tidak hanya membawa dampak positif saja, tetapi juga

membawa dampak negatif, dampak negatif ini dapat dilihat seperti banyaknya penyalah gunaan internet,

internet yang semestinya digunakan untuk mencari informasi seluas-luasnya namun ada yang mengakses

hanya untuk membuka situs porno dan vulgar, masalah ini saat ini sampai Negara RI ikut menggulangi

dengan memblokir seluruh situs yang menampilkan hal-hal yang berbau porno dan vulgar, baik itu berupa

gambar, video, animasi, maupun cerita-cerita porno yang mampu membuat pembacanya mengkhayal tidak

jelas, contoh penyalahgunaan tehnologi yang membawa dampak negatif adalah penyalah gunaan fasilitas

handphone seperti video porno yang direkam lewat kamera handphone.

Masa remaja pada diri manusia adalah masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, pada

masa ini kondisi kejiwaan seorang individu cenderung tidak stabil, setiap saat berubah-ubah bahkan tanpa

ada pengaruh sedikit pun dapat berubah. Pada masa ini individu berusaha mencari jati diri dan pendirian,

hal ini juga dilakukan dengan mencoba hal-hal yang baru dikenal, karena hal tersebut banyak remaja tidak

dapat melewati masa dengan baik sebab gagal pada masa tersebut, banyak yang menjadi pecandu narkoba,

hamil diluar nikah, tindakan kriminal, dll.

Karena hal tersebut dalam melewati masa remaja seorang individu diharapkan memiliki pendamping yang

dapat membimbing dan mengingatkan pada setiap perilakunya, disamping itu intelegensi seorang individu

juga dibutuhkan dalam melewati masa ini.

C.    Pembatasan Masalah

Dalam karya ini hanya akan dibahas tentang intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi. Tinjauan

psikologis menjadi fokus penulisan karya ini, sebagai upaya untuk mempelajari proses perkembangan

kejiwaan remaja dalam menghadapi era globalisasi.

D.    Metode Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang membahas masalah sosial, maka dalam pelaksanaannya penelitian ini

menggunakan metode deskriptif, kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa

adanya dalam bentuk uraian naratif.

BAB II

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Istilah

Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi

lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu

kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat

diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan

manifestasi dari proses

berpikir rasional itu.

Remaja adalah : Mulai dewasa, sampai umur untuk kawin. Globalisasi Kata “globalisasi” diambil dari kata

global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar

definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang

memandangnya sebagai suatu proses sosial,  atau proses sejarah,  atau proses alamiah yang akan

membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan

kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan

budaya masyarakat.

B.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi

Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat integensi seseorang individu ada dua, yaitu :

1.    Faktor bawaan atau keturunan

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2

anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang

diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10

- 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara

terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

2.    Faktor lingkungan

Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup

menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak.

Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang

bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.

C.    Pengaruh Positif-Negatif dari Globalisasi

Pengaruh positif Globalisasi

·    Pada bidang globalisasi, teknologi berkembang pesat. Baik teknologi informasi, komunikasi, maupun

transportasi. Sehingga orang dapat berhubungan melewati batas-batas negara.

·    Pada bidang Sosial-Budaya, karena transportasi manusia dapat bergerak dinamis dalam bermigrasi, oleh

karena itu kadang-kadang terjadi akulturasi budaya.

Pengaruh negatif Globalisasi

·    Pada bidang teknologi terjadi penyalah gunaan funsi teknologi untuk hal-hal yang melanggar norma,

seperti video porno yang direkam via handphone, atau kasus penipuan via internet.
·    Pada bidang Sosial-Budaya, eksistensi kebudayaan lokal suatu daerah terancam akan budaya baru yang

terkesan lebih modern, seperti semakin jarang dikenalnya kebudayaan daerah dan pakaian adapt

D.    Jenis-jenis potensi Integensi

Menurut Howard Gardner, jenis-jenis potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu sebagai berikut.

1.    Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun

tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.

2.    Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada

kepekaan pola logika dan perhitungan.

3.    Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara

tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para

arsitek, dekorator dan pemburu.

4.    Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan

dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.

5.    Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-

bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.

6.    Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan,

motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seserang motivator dan fasilitator.

7.    Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini

berkaitan dengan kemampuan berefleksi(merenung) dan keseimbangan diri.

8.    Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna dengan baik.

9.    Intelegensi eksistensial, kemampuan seseorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan

terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa

kita hidup dan akhirnya mati.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam pembahasan mengenai Intelegensi Remaja dalam Menghadapi Era Globalisasi, antara lain

1.    Remaja dalam menghadapi harus memilki kematangan dalam hal intelegensi, karena globalisasi tidak

hanya berdampak positif saja namun juga memiliki dampak negatif.

2.    Faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang ada dua, yakni faktor keturunan dan faktor

lingkungan.

3.    Menurut Howard Gardner jenis-jenis intelegensi ada sembilan, yakni : Intelegensi linguistik, Intelegensi

matematis-logis, Intelegensi ruang, Intelegensi kinestetik-badani, Intelegensi musikal, Intelegensi


interpersonal, Intelegensi intrapersonal, Intelegensi naturalis, dan Intelegensi eksistensial.

4.    Remaja sebagai bibit potensial untuk membangun bangsa pada masa depan harus bisa memilih dan

memilah apa yang baik dan yang buruk untuk diri serta kehidupannya agar dapat menjadi harapan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

David Wechsler,  2006, Intelegensi sebagi tolak ukur manusia. Jakarta : Gramedia.

W.J.S Peorwadarminta,1985, Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1985

Anonim, Definisi Globalisasi, www.wikimedia Indonesia.com, diakses 12 Mei 2008

F.J Monks, A.M.P Knoers, Siti Rahayu Haditono, 1994, Psikologi Perkembangan. Yogyakarta  : Gajah Mada

University Press.

Saifudin Ma’arif, 2004,  Agama Sebagai Terapi Jiwa. Bandung :PT Remaja Rosda Karya.

Comments (6) »

hadits

November 11, 2008 · Filed under Agama

MUNAFIK
(Dalam Kajian Al-Hadits dan Al-Quran)
BAB I

PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang dibawa oleh rasululloh Muhammad SAW, agama ini turun dimuka bumi
kurang lebih empat belas abad yang lalu ditengah hiruk pikuk kejahiliyahan masyarakat jazirah arab pada
saat itu yang menyembah berhala.

Ketika Muhammad SAW datang membawa risalah kenabian banyak pro kontra dimasyarakat jazirah arab
namun dari klasifikasi turunnya ayat Al-Qur’an dapat diketahui bahwa periode nabi di Makkah merupakan
periode pengenalan masyarakat arab terhadap kebenaran Islam, sosok tuhan yang paling pantas disembah,
sedangkan periode Madinah merupakan periode perluasan dakwah dan penyusunan norma-norma dan
aturan-aturan kemayarakatan hal ini dibuktikan banyaknya ayat-ayat muamalah yang turun di Madinah.

Periode Muhammad di Makkah berdakwah dalam sejarah tidak ditemui istilah kaum munafikin yang
merongrong Islam dari dalam namun hanya ditemui sisi permusuhan dan perlawanan kafir Quraisy, oleh
karena itu adanya sifat kufur, nifaq, dan syirik lebih banyak ditemui dalam sejarah saat dakwah sudah
memasuki periode Madinah.

Nifaq dalam Islam tidak terlepas dari landasan teks yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang
mungkin akan pemakalah sebutkan beberapa namun sebelum penyampaian makalah, pemakalah memohon
maaf kepada audiens apabila dalam penulisan hadits hanya ditulis artinya saja, hal ini semata-mata karena
keterbatasan yang terdapat dalam diri pemakalah untuk itu kami mohon dimaklumi

Atas dasar pendahuluan diatas dalam makalah ini penulis akan mencoba menyampaikan pembahasan
tentang nifaq serta dengan didukung literatur-literatur yang telah kami dapatkan

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

NIFAQ : Nifaq secara bahasa berasal dari kata naafaqa – yunaafiqu – nifaaqan wa


munaafaqan yang diambil dari kata an-naafiqaa’, yaitu salah satu lubang tempat
keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangannya, dimana jika ia dicari dari lubang yang satu,
maka ia akan keluar dari lubang yang lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata an-nafaqa (nafaq) yaitu
lubang tempat bersembunyi. [An-Nihaayah V/98 oleh Ibnu Katsir]

Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan
kekufuran dan kejahatan1 atau bisa disebut bahwa seseorang tersebut memperlihatkan sesuatu baik
berupa ucapan, tingkah laku yang berlainan dengan yang ada dihatinya 2. Dinamakan demikian karena
dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Orang yang berperilaku nifaq
disebut dengan Munafiq.

Hal ini juga disampaikan oleh Allah dalam surat QS. At-Taubah: 67:

َ‫ك ِر َويَ ْن َه ْون‬ ُ ‫ض يَ ْأ ُم ُرونَ بِ ا ْل‬


َ ‫م ْن‬ ٍ ‫ن بَ ْع‬ ْ ‫ِم‬ ‫م‬
ْ ‫ض ُه‬ ُ ‫َات بَ ْع‬
ُ ‫م َنافِق‬ ُ ‫م َنافِ ُقونَ َوا ْل‬ُ ‫ا ْل‬
‫ن‬
َّ ِ‫م إ‬ْ ‫س يَ ُه‬ ِ ‫س وا اللَّ َه َف َن‬ ُ َ‫م ن‬
ْ ‫ِديَ ُه‬ ‫ض ونَ أَ ْي‬ ُ ِ‫ف َويَ ْقب‬
ِ ‫م ْع ُرو‬ َ ‫ن ا ْل‬ ِ ‫َع‬
َ‫س ُقون‬ ِ ‫م ا ْل َفا‬ُ ‫ه‬ ُ ‫ين‬ َ ‫م َنافِ ِق‬ ُ ‫ا ْل‬
67. Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka
menggenggamkan tangannya[648]. mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. [648] Maksudnya: berlaku kikir

1. JENIS NIFAQ

Nifaq terbagi menjadi dua jenis: nifaq I’tiqodiy dan nifaq


amaliy. Nifaq I’tiqodiy (keyakinan), Nifaq I’tiqadiy adalah nifaq besar,
di mana pelakunya menampakkan ke-Islaman, tetapi dalam hatinya
tersimpan kekufuran dan kebencian terhadap Islam. Jenis nifaq ini
menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari agama & khirat kelak ia akan
berada dalam kerak Neraka. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa : 145

‫صي ًرا‬ ْ ‫ن تَجِ َد لَ ُه‬


ِ َ‫م ن‬ ْ َ‫ار َول‬
ِ ‫ن ال َّن‬
َ ‫ل ِم‬
ِ ‫األس َف‬
ْ ‫ك‬
ِ ‫ين فِي ال َّد ْر‬ ُ ‫ن ا ْل‬
َ ‫م َنافِ ِق‬ َّ ِ‫إ‬
145. Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolong pun bagi mereka.

Allah SWT mensifati orang-orang munafik dengan banyak sifat,


diantaranya kekufuran, tiada iman, mengolok-olok dan mencaci maki
agama, seperti dalam firman Allah, Mereka (Munafikin) juga mengata-
ngatai agama dan pemeluknya, serta kecenderungan kepada musuh-
musuh agama untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.
Orang-orang munafik jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-
lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu
membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti ini mereka
masuk ke dalam Islam untuk melakukan tipu daya terhadap kaum
muslimin secara tersembunyi, juga agar mereka bisa hidup bersama umat
Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Al hasil
mereka masuk Islam hanya untuk kepentingan mereka, menyelamatkan
harta benda dan nyawa mereka. Karena itu, seorang munafik
manampakkan keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-
kitab Nya dan hari akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari
semua itu dan mendustakannya.

Allah swt berfirman dalam QS.Al-Baqoroh : 8 :

‫ين‬
َ ِ‫م ْؤ ِمن‬
ُ ِ‫م ب‬
ْ ‫ه‬ ِ ‫ه َوبِا ْليَ ْو ِم اآل‬
ُ ‫خ ِر َو َما‬ ِ َّ‫ول آ َم َّنا بِالل‬
ُ ‫ن يَ ُق‬
ْ ‫اس َم‬
ِ ‫ن ال َّن‬
َ ‫َو ِم‬
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada
Allah dan hari kemudian[22],” pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.

[22] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di


padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.

Nifaq jenis ini ada empat macam :

1. Mendustakan Rasulullah saw atau mendustakan sebagian dari


apa yang beliau bawa.
2. Membenci Rasulullah saw atau membenci sebagIan apa yang
beliau bawa.

3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah saw.

4. Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah saw.

Hal ini sesuai dengan hadits :

Yang paling aku takuti atas kamu sesudah aku (Muhammad) tiada
ialah orang munafik yang pandai bersilat lidah. (HR. Ahmad dan Ath-
Thabrani)

Nifaq ‘amaliy (perbuatan), Nifaq ‘amaliy yaitu melakukan sesuatu


yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada
iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama,
namun merupakan washilah (perantara) kepada yang demikian.
Pelakunya berada dalam keadaan iman dan nifaq, dan jika perbuatan
nifaqnya lebih banyak maka hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya dia
ke dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan hadits Nabi saw :

“Ada empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia
menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki
kebiasaan salah satu dari padanya, maka berarti ia memiliki satu
kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya ; bila dipercaya ia
berkhianat, dan jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkari, dan jika
bertengkar ia berucap kotor.” (Muttafaqun alaihi)

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang mempunyai dua muka,


mendatangi kelompok ini dengan wajah yang satu dan mendatangi
kelompok lain dengan wajahnya yang lain. (Mutafaq’alaih)

Sifat nifaq adalah sifat yang sangat buruk dan berbahaya, karena
itulah para sahabat sangat takut kalau diri mereka terjerumus dalam
kemunafikan. Ibnu abi Mulaikah berkata :”Aku bertemu dengan 30
sahabat Rasulullah saw, mereka semua tahu kalau-kalau ada nifaq dalam
dirinya.”3

Paling banyak orang munafik dari umatku ialah yang pandai bacaannya. (HR. Bukhari)

1. PERBEDAAN ANTARA NIFAQ BESAR DAN NIFAQ KECIL4

 Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq kecil tidak mengeluarkan dari
agama.
 Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan, sedangkan nifaq
kecil adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal perbuatan bukan dalam hal keyakinan.

 Nifaq besar tidak terjadi dari seorang mukmin, sedanghkan nifaq kecil bisa terjadi dari seorang
mukmin.

 Pada galibnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat, seandainya pun bertaubat, maka ada perbedaan
pendapat tentang diterimanya taubatnya di hadapan hakim. Lain halnya dengan pelakunya terkadang
bertaubat kepada Allah, sehngga Allah menerima taubatnya. [‘Aqidah at-Tauhid (hal. 85-88) oleh Dr.
Shalih bin Abdullah al-Fauzan]

BAB III

PENUTUP

Nifaq secara bahasa yaitu salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’(hewan sejenis tikus) dari
sarangannya, dimana jika ia dicari dari lubang yang satu, maka ia akan keluar dari lubang yang lain.
Dikatakan pula, ia berasal dari kata an-nafaqa (nafaq) yaitu lubang tempat bersembunyi. [An-Nihaayah V/98
oleh Ibnu Katsir]

Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan
kejahatan atau bisa disebut bahwa seseorang tersebut memperlihatkan sesuatu baik berupa ucapan, tingkah
laku yang berlainan dengan yang ada dihatinya. Orang yang berperilaku nifaq disebut dengan Munafiq.

Nifaq terbagi menjadi dua jenis: nifaq I’tiqodiy dan nifaq amaliy. Nifaq I’tiqadiy adalah nifaq besar, di
mana pelakunya menampakkan ke-Islaman, tetapi dalam hatinya tersimpan kekufuran dan kebencian
terhadap Islam. Jenis nifaq ini menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari agama & khirat kelak ia akan
berada dalam kerak Neraka. sedangkan Nifaq ‘amaliy yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan
orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari
agama, namun merupakan washilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam keadaan
iman dan nifaq, dan jika perbuatan nifaqnya lebih banyak maka hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya
dia ke dalam nifaq sesungguhnya

Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan
dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna
mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian
makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Labbaik Majalah Islami, Munafiq (Nifaq), http://
majalah.aldakwah.org, diakses 21 Oktober 2008

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,


Bogor : Pustaka At-Taqwa
Salafiyunpad, Nifaq dan jenis-jenisnya,
http://salafiyunpad.wordpress.com, diakses 21 Oktober 2008

Ahmad Daudy, Kuliah akidah Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1997

1 Salafiyunpad, Nifaq dan jenis-jenisnya, http://salafiyunpad.wordpress.com, diakses 21 Oktober 2008

2 Ahmad Daudy, Kuliah akidah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), hlm.43

3 Labbaik Majalah Islami, Munafiq (Nifaq), http:// majalah.aldakwah.org, diakses 21 Oktober 2008

4 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor : Pustaka At-Taqwa), hlm. 223-

227

No comment »

tauhid

November 11, 2008 · Filed under Agama

TAUHID
(Kajian Tentang Nifaq, Kufur, Syirik, Iman)

BAB I

PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang dibawa oleh rasululloh Muhammad SAW, agama ini turun dimuka bumi
kurang lebih empat belas abad yang lalu ditengah hiruk pikuk kejahiliyahan masyarakat jazirah arab pada
saat itu yang menyembah berhala.

Ketika Muhammad SAW datang membawa risalah kenabian banyak pro kontra dimasyarakat jazirah arab
namun dari klasifikasi turunnya ayat Al-Qur’an dapat diketahui bahwa periode nabi di Makkah merupakan
periode pengenalan masyarakat arab terhadap kebenaran Islam, sosok tuhan yang paling pantas disembah,
sedangkan periode Madinah merupakan periode perluasan dakwah dan penyusunan norma-norma dan
aturan-aturan kemayarakatan hal ini dibuktikan banyaknya ayat-ayat muamalah yang turun di Madinah.
Periode Muhammad di Makkah berdakwah dalam sejarah tidak ditemui istilah kaum munafikin yang
merongrong Islam dari dalam namun hanya ditemui sisi permusuhan dan perlawanan kafir Quraisy, oleh
karena itu adanya sifat kufur, nifaq, syirik serta iman lebih banyak ditemui dalam sejarah saat dakwah
sudah memasuki periode Madinah.

Atas dasar pendahuluan diatas dalam makalah ini penulis akan mencoba menyampaikan pembahasan
tentang nifaq, kufur, syirik dan keimanan serta dengan didukung literatur-literatur yang telah kami
dapatkan.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Nifaq
PENGERTIAN NIFAQ : Nifaq secara bahasa berasal dari kata naafaqa – yunaafiqu – nifaaqan wa
munaafaqan yang diambil dari kata an-naafiqaa’, yaitu salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan
sejenis tikus) dari sarangannya, dimana jika ia dicari dari lubang yang satu, maka ia akan keluar dari lubang
yang lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata an-nafaqa (nafaq) yaitu lubang tempat bersembunyi. [An-
Nihaayah V/98 oleh Ibnu Katsir]

Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran
dan kejahatan1 atau bisa disebut bahwa seseorang tersebut memperlihatkan sesuatu baik berupa ucapan,
tingkah laku yang berlainan dengan yang ada dihatinya 2. Dinamakan demikian karena dia masuk pada
syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.

Hal ini juga disampaikan oleh Allah dalam surat QS. At-Taubah: 67:

‫ن‬
ِ ‫َع‬ َ‫ك ِر َويَ ْن َه ْون‬َ ‫م ْن‬ ُ ‫ض يَ ْأ ُم ُرونَ بِا ْل‬
ٍ ‫ن بَ ْع‬
ْ ‫م ِم‬ ْ ‫ض ُه‬ُ ‫َات بَ ْع‬ ُ ‫م َنافِ ُقونَ َوا ْل‬
ُ ‫م َنافِق‬ ُ ‫ا ْل‬
‫م‬ُ ‫ه‬
ُ ‫ين‬
َ ‫م َن افِ ِق‬ ُ ‫ن ا ْل‬ َّ ِ‫م إ‬ ِ ‫س وا اللَّ َه َف َن‬
ْ ‫س يَ ُه‬ ُ َ‫م ن‬ ْ ‫ض ونَ أَ ْي ِديَ ُه‬
ُ ‫وف َويَ ْق ِب‬ َ ‫ا ْل‬
ِ ‫م ْع ُر‬
ِ ‫ا ْل َفا‬
َ‫س ُقون‬
67. Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka
menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya[648]. mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-
orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. [648] Maksudnya: berlaku kikir

JENIS NIFAQ. Nifaq terbagi menjadi dua jenis: nifaq I’tiqodiy dan nifaq
amaliy. Nifaq I’tiqodiy (keyakinan), Nifaq I’tiqadiy adalah nifaq besar, di
mana pelakunya menampakkan ke-Islaman, tetapi dalam hatinya tersimpan
kekufuran dan kebencian terhadap Islam. Jenis nifaq ini menyebabkan
pelakunya murtad, keluar dari agama & khirat kelak ia akan berada dalam
kerak Neraka. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa : 145
‫صي ًرا‬ ْ ‫ن تَجِ َد لَ ُه‬
ِ َ‫م ن‬ ْ َ‫ار َول‬
ِ ‫ن ال َّن‬
َ ‫ل ِم‬
ِ ‫األس َف‬
ْ ‫ك‬
ِ ‫ين فِي ال َّد ْر‬ ُ ‫ن ا ْل‬
َ ‫م َنافِ ِق‬ َّ ِ‫إ‬
145. Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
seorang penolong pun bagi mereka.

Allah SWT mensifati orang-orang munafik dengan banyak sifat,


diantaranya kekufuran, tiada iman, mengolok-olok dan mencaci maki agama,
seperti dalam firman Allah, Mereka (Munafikin) juga mengata-ngatai agama
dan pemeluknya, serta kecenderungan kepada musuh-musuh agama untuk
bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafik
jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak
kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara lahiriyah.
Dalam keadaan seperti ini mereka masuk ke dalam Islam untuk melakukan
tipu daya terhadap kaum muslimin secara tersembunyi, juga agar mereka
bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta
benda mereka. Al hasil mereka masuk Islam hanya untuk kepentingan
mereka, menyelamatkan harta benda dan nyawa mereka. Karena itu,
seorang munafik manampakkan keimanannya kepada Allah, malaikat-
malaikatNya, kitab-kitab Nya dan hari akhir, tetapi dalam batinnya mereka
berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya.

Allah swt berfirman dalam QS.Al-Baqoroh : 8 :

‫ين‬
َ ‫م ْؤ ِم ِن‬
ُ ِ‫م ب‬
ْ ‫ه‬ ِ ‫ه َوبِا ْليَ ْو ِم اآل‬
ُ ‫خ ِر َو َما‬ ِ َّ‫ول آ َم َّنا بِالل‬
ُ ‫ن يَ ُق‬
ْ ‫اس َم‬
ِ ‫ن ال َّن‬
َ ‫َو ِم‬
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian[22],” pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-
orang yang beriman.

[22] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang
mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.

Nifaq jenis ini ada empat macam :

1. Mendustakan Rasulullah saw atau mendustakan sebagian dari apa yg


beliau bawa.

2. Membenci Rasulullah saw atau membenci sebagean apa yang beliau bawa.

3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah saw.

4. Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah saw.


Nifaq ‘amaliy (perbuatan), Nifaq ‘amaliy yaitu melakukan sesuatu
yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada
iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, namun
merupakan washilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada
dalam keadaan iman dan nifaq, dan jika perbuatan nifaqnya lebih banyak
maka hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq
sesungguhnya, berdasarkan hadits Nabi saw :

“Ada empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi
seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah
satu dari padanya, maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq
sampai ia meninggalkannya ; bila dipercaya ia berkhianat, dan jika berbicara
ia bohong, jika berjanji ia ingkari, dan jika bertengkar ia berucap kotor.”
(Muttafaqun alaihi)

Sifat nifaq adalah sifat yang sangat buruk dan berbahaya, karena itulah
para sahabat sangat takut kalau diri mereka terjerumus dlm kemunafikan.
Ibnu abi Mulaikah berkata :”Aku bertemu dengan 30 sahabat Rasulullah saw,
mereka semua tahu kalau-kalau ada nifaq dalam dirinya.”3

PERBEDAAN ANTARA NIFAQ BESAR DAN NIFAQ KECIL4

 Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq kecil tidak mengeluarkan dari
agama.

 Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan, sedangkan nifaq
kecil adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal perbuatan bukan dalam hal keyakinan.

 Nifaq besar tidak terjadi dari seorang mukmin, sedanghkan nifaq kecil bisa terjadi dari seorang
mukmin.

 Pada galibnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat, seandainya pun bertaubat, maka ada perbedaan
pendapat tentang diterimanya taubatnya di hadapan hakim. Lain halnya dengan pelakunya terkadang
bertaubat kepada Allah, sehngga Allah menerima taubatnya. [‘Aqidah at-Tauhid (hal. 85-88) oleh Dr.
Shalih bin Abdullah al-Fauzan]

1. Syirik
PENGERTIAN SYIRIK : Syirik berasal dri kata asyraka-yusyriku-syirkan-musyrikun yang artinya
mencampurkan atau menyekutukan5, menurut syara’ syirik berarti menyamakan Allah dengan zat selain
Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Umumnya menyekutukan dalam
Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah
disamping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban),
bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selainNya. 6

JENIS-JENIS SYIRIK Syirik Ada Dua Jenis : Syirik Besar dan SyirikKecil.


[1]. Syirik Besar : Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama
Islam dan menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia
dan belum bertaubat daripadanya. Syirik besar adalah memalingkan sesuatu
bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau
mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar
untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap
sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun
mudharat.

Syirik Besar Itu Ada Empat Macam.

[a]. Syirik Do’a, yaitu di samping dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa


Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selainNya.

[b]. Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah


untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala

[c]. Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal


maksiyat kepada Allah

[d]. Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah


dengan Allah dalam hal kecintaan.

[2]. Syirik Kecil : Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama


Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara)
kepada syirik besar.Syirik Kecil Ada Dua Macam.

[a]. Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan


dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama
selain Allah. Rasulullah SAW bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah
berbuat kufur atau syirik”
[b]. Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat,
seperti riya’ (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang) dan
lainnya.Rasulullah SAW bersabda.”Sesungguhnya yang paling aku takutkan
atas kalian adalah syirik kecil. “Mereka (para Shahabat) bertanya:
“Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?” .Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Yaitu riya’.7

SYIRIK ADALAH DOSA YANG PALING BESAR, menurut Al-Quran QS. An-Nisaa’ : 48

‫ن‬
ْ ‫شا ُء َو َم‬
َ َ‫ن ي‬
ْ ‫م‬
َ ِ‫ك ل‬
َ ِ‫ه َويَ ْغ ِف ُر َما ُدونَ َذل‬
ِ ِ‫ك ب‬ ْ ‫ن اللَّ َه ال يَ ْغ ِف ُر أَ ْن ُي‬
َ ‫ش َر‬ َّ ِ‫إ‬
‫ما‬
ً ‫ظي‬ ِ ‫ما َع‬ ً ‫ه َف َق ِد ا ْف َت َرى إِ ْث‬
ِ َّ‫ك بِالل‬
ْ ‫ش ِر‬
ْ ‫ُي‬
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.

QS Az-Zumar :65

‫ك‬
َ ‫م ُل‬ َّ َ‫حبَط‬
َ ‫ن َع‬ ْ َ‫ت لَي‬ ْ َ‫ن أ‬
َ ‫ش َر ْك‬ ْ ‫ك لَ ِئ‬
َ ‫ن َق ْب ِل‬ َ ‫ك َوإِلَى الَّ ِذ‬
ْ ‫ين ِم‬ َ ‫ي إِلَ ْي‬َ ‫ح‬ ِ ‫َولَق َْد ُأو‬
‫ين‬
َ ‫س ِر‬
ِ ‫خا‬َ ‫ن ا ْل‬ َ ‫ن ِم‬ َّ َ‫َولَ َتكُون‬
65. Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.

Hadist riwayat Al-Bukhari dan Muslim: “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling
besar?, ‘Kami menjawab, Ya wahai Rasulullah!’, Beliau bersabda, Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka
kepada kedua orang tua.”

1. Kufur
PENGERTIAN KUFUR: Kufur menurut bahasa berarti malam, menyembunyikan, menutupi,
menurut syara’ kufur berarti menolak kebenaran setelah mengetahuinya. 8 Kufur menurut pengertian yang
lain adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak
mendustakannya maksud mendustakan berarti menentang atau menolak sedangkan tidak mendustakan
artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. 9

JENIS KUFUR, Kufur ada dua jenis : Kufur Besar dan Kufur Kecil. Kufur besar atau juga disebut
sebagai kufur akidah bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam :
[1]. Kufur Karena Mendustakan.
Dalilnya adalah firman Allah Al-Ankabut : 68 :

‫ج ا َء ُه‬ َّ َ‫ِق ل‬
َ ‫ما‬ ِّ V ‫ح‬ َ ‫ه َك ِذ ًبا أَ ْو َك َّذ‬
َ ‫ب بِ ا ْل‬ ِ َّ‫ن ا ْف َت َرى َعلَى الل‬ ِ ‫م‬ َّ ‫م ِم‬ ْ َ‫ن أ‬
ُ َ‫ظل‬ ْ ‫َو َم‬
‫ين‬ َ ‫م َم ْث ًوى لِ ْل‬
َ ‫كافِ ِر‬ َ ‫ج َه َّن‬ َ ‫س فِي‬ َ ‫أَلَ ْي‬
‘Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam
Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?”

[2]. Kufur Karena Enggan dan Sombong, Padahal Membenarkan.


Dalilnya firman Allah Al-Baqarah : 34 :

ْ ‫يس أَبَى َو‬


‫اس َت ْكبَ َر‬ َ ِ‫ج ُدوا إِال إِ ْبل‬ َ ‫م َف‬
َ ‫س‬ َ ‫ج ُدوا آل َد‬
ُ ‫اس‬
ْ ‫ة‬ِ ‫ك‬َ ِ‫مالئ‬َ ‫َوإِ ْذ ُق ْل َنا لِ ْل‬
‫ين‬
َ ‫كافِ ِر‬َ ‫ن ا ْل‬َ ‫َو َكانَ ِم‬
“Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Tunduklah kamu kepada Adam’. Lalu
mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir”
[3]. Kufur Karena Ragu.
Dalilnya adalah firman Allah Al-Kahfi : 35-38 :

‫ه ِذ ِه أَبَ ًدا َو َم ا‬ َ ‫ُن أَ ْن تَ ِبي َد‬


ُّ ‫ل َم ا أَظ‬َ ‫ه َقا‬ ِ ‫س‬ِ ‫م لِ َن ْف‬ٌ ِ‫ه َو ظَال‬ ُ ‫ج َّن َت ُه َو‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬ َ ‫َو َد‬
‫خ ْي ًرا ِم ْن َه ا ُم ْن َقلَبً ا‬
َ ‫ن‬ ِ ‫ي أل‬Vِّ‫ت إِلَى َرِب‬
َّ ‫ج َد‬ ُ ‫ن ُر ِد ْد‬ ْ ِ‫م ًة َولَئ‬َ ِ‫اع َة َقائ‬ َ ‫الس‬ َّ ُّ ‫أَظ‬
‫ُن‬
‫ن‬ْ ‫م ِم‬ َّ ‫ب ُث‬
ٍ ‫ن ُت َرا‬ ْ ‫ك ِم‬ َ ‫خلَ َق‬ َ ‫ت بِالَّ ِذي‬َ ‫او ُر ُه أَ َك َف ْر‬
ِ ‫ح‬ َ ‫ه َو ُي‬ ُ ‫ح ُب ُه َو‬
ِ ‫صا‬ َ ‫ل لَ ُه‬ َ ‫َقا‬
‫جال‬ُ ‫ك َر‬ َ ‫س َّوا‬َ ‫م‬ َّ ‫ة ُث‬ٍ ‫ط َف‬ ْ ‫ُن‬
“Artinya : Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri ; ia berkata, “Aku kira
kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika
sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang baik” Temannya
(yang mukmin) berkata kepadanya, ‘Apakah engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi aku
(percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun”

[4]. Kufur Karena Berpaling.


Dalilnya adalah firman Allah Al-Ahqaf : 3 :

V ًّ ‫س‬
‫ًمى‬ َ ‫ل ُم‬ َ َ‫ِق َوأ‬
ٍ ‫ج‬ َ ‫م ا إِال بِ ا ْل‬
ِّ V ‫ح‬ َ ‫ض َو َم ا بَ ْي َن ُه‬ َ ‫ما َواتِ َواأل ْر‬ َ ‫الس‬
َّ ‫خلَ ْق َنا‬
َ ‫َما‬
َ‫ضون‬ ُ ‫ما ُأ ْن ِذ ُروا ُم ْع ِر‬
َّ ‫ين َك َف ُروا َع‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
3. Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan)
yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang
diperingatkan kepada mereka.

[5]. Kufur Karena Nifaq.


Dalilnya adalah firman Allah Al-Munafiqun : 3 :

َ‫م ال يَ ْفق َُهون‬ ْ ‫ع َعلَى ُقلُوبِ ِه‬


ْ ‫م َف ُه‬ ُ ‫م َك َف ُروا َف‬
َ ‫ط ِب‬ ْ ‫ك بِأَنَّ ُه‬
َّ ‫م آ َم ُنوا ُث‬ َ ِ‫َذل‬
“Artinya : Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu kafir (secara batinnya),
kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti”

Kufur kecil atau juga disebut kufur amaliyah yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar
dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur
nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya An-Nahl : 83

َ ‫م ا ْل‬
َ‫كافِ ُرون‬ ُ ‫م ُي ْنكِ ُرونَ َها َوأَ ْكث َُر‬
ُ ‫ه‬ ِ َّ‫م َة الل‬
َّ ‫ه ُث‬ َ ‫يَ ْع ِرفُونَ نِ ْع‬
“Artinya : Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang kafir”

Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran”
[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian
memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik ” [At-
Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]

Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah
berfirman Al-Baqarah : 178 :

ُ ‫ح ُّر بِ ا ْل‬
V‫ح ِِّر‬ ُ ‫اص فِي ا ْل َق ْتلَى ا ْل‬ ُ ُ ‫ب َعلَ ْيك‬
َ ‫ُم ا ْل ِق‬
‫ص‬ َ ِ‫ين آ َم ُن وا ُكت‬ َ ‫يَ ا أَيُّ َه ا الَّ ِذ‬
ٌ ‫بَا‬V ِّ‫ي ٌء َفاِت‬
‫ع‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ه‬ ِ ‫خي‬ِ َ‫ن أ‬ ْ ‫ي لَ ُه ِم‬َ ‫ن ُع ِف‬ َ ‫َوا ْل َع ْب ُد بِا ْل َع ْب ِد َواأل ْنثَى بِاأل ْنثَى َف‬
ْ ‫م‬
‫ن‬ ِ ‫م‬ َ ‫ة َف‬ ٌ ‫م‬ َ ‫ح‬ْ ‫ُم َو َر‬
ْ ‫ك‬Vِّ‫ن َرِب‬ْ ‫ف ِم‬ٌ ‫خ ِفي‬ْ َ‫ك ت‬َ ِ‫ن َذل‬ ٍ ‫سا‬ َ ‫ح‬ ِ ‫وف َوأَ َدا ٌء إِلَ ْي‬
ْ ‫ه بِ ِإ‬ ِ ‫م ْع ُر‬ َ ‫بِا ْل‬
ٌ ‫َاب أَلِي‬
‫م‬ ٌ ‫ك َفلَ ُه َعذ‬ َ ِ‫اع َت َدى بَ ْع َد َذل‬ ْ
178.  Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi ma’af
dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.

Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama,
berdasarkan firman Allah Al-Hujurat : 9-10 :

‫َت‬ ْ ‫م ا َف ِإ ْن بَغ‬ َ ‫حوا بَ ْي َن ُه‬ُ ِ‫ص ل‬ ْ َ‫ين ا ْق َت َت ُل وا َفأ‬


َ ِ‫م ْؤ ِمن‬ ُ ‫ن ا ْل‬ َ ‫ن ِم‬ ِ ‫َوإِ ْن طَائِ َف َت ا‬
‫ه‬ِ َّ‫ح َّتى تَ ِفي َء إِلَى أَ ْم ِر الل‬ َ ‫األخ َرى َفقَاتِلُوا الَّتِي تَ ْب ِغي‬ ْ ‫ما َعلَى‬ َ ‫اه‬
ُ ‫ح َد‬ ْ ِ‫إ‬
‫ب‬ ُّ ‫ح‬ِ ‫ن اللَّ َه ُي‬َّ ِ‫س طُوا إ‬ ِ ‫ل َوأَ ْق‬ِ ‫م ا بِا ْل َع ْد‬ َ ‫حوا بَ ْي َن ُه‬
ُ ِ‫ص ل‬ ْ َ‫ت َفأ‬ ْ ‫َف ِإ ْن َف ا َء‬
‫ُم َواتَّ ُق وا اللَّ َه‬ْ ‫خ َو ْيك‬ َ َ‫ن أ‬
َ ‫حوا بَ ْي‬ ْ َ‫خ َو ٌة َفأ‬
ُ ‫ص ِل‬ ْ ِ‫م ْؤ ِم ُن ونَ إ‬ُ ‫م ا ا ْل‬ َ َّ‫ين إِن‬
َ ‫ط‬ ِ ‫س‬ ِ ‫م ْق‬ ُ ‫ا ْل‬
َ‫مون‬ ُ ‫ح‬َ ‫ُم ُت ْر‬ ْ ‫لَ َعلَّك‬
“Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat”
Kesimpulan PERBEDAAN Antara Kufur Besar Dan Kufur Kecil

[1]. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala) amalnya,
sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga tidak menghapuskan
(pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman.

[2]. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedankan kufur kecil, jika pelakunya masuk
neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya,
sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali.

[3]. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil tidak demikian.

[4]. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara pelakunya dengan orang-
orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan setia kepadanya, betapun ia adalah
keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi
pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimanannya, dan dibenci serta dimusuhi
sesuai dengan kemaksiatannya.10

4. Iman
Iman menurut bahasa berasal dari kata aamanu-yu’minu-iimanan yang berarti percaya atau membenarkan.
Percaya adalah suatu pengakuan atau keyakinan seseorang terhadap sesuatu. 11 Menurut istilah iman
ialah Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan 12.

RUANG LINGKUP IMAN. Yang dimaksud Ruang Lingkup adalah batasan-batasan yang disentuh
oleh arti perkataan. Ruang Lingkup Iman meliputi: ‘aqdun bil qlbi = tanggapan hati, ikraarun bil
lisani = pernyataan lisan, ‘amalun bil arkan = pembuktian dalam perbuatan. Dengan demikian maka
ruang lingkup iman meliputi tiga aspek aktivitas hidup manusia, yaitu aspek penanggapan, aspek
pernyataan dan aspek pembuktian.

Dari aspek penanggapan dan pernyataan akan melahirkan atau membentuk satu Pandangan
Hidup dan dari ketiga aspek akan membentuk Sikap Hidup. Jadi berdasar pernyataan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa Iman sama dengan Pandangan dan Sikap dalam perjalanan
hidup atau Pandangan dan Sikap Hidup.

Perkataan Iman tidak akan menjadi sempurna kecuali jika kepadanya ditambahkan atau
dihubungkan dengan perkataan yang lain. Dengan kata lain perkataan Iman belum bernilai
kecuali bila digandeng dengan sesuatu yang lain. Jadi kita tidak tahu apa yang ditanggapi
kemudian apa yang diikrarkan dan apa yang akan dibuktikan dalam amal perbuatan.

NILAI DAN HARGA IMAN. Nilai adalah kemampuan sesuatu membikin sedemikian rupa,
sedangkan Harga adalah sejumlah pengorbanan untuk mendapatkan nilai. Contoh beras. Satu
liter beras mempunyai kemampuan (bernilai) untuk mengenyangkan tiga orang dalam satu waktu
tertentu. Kemampuan (nilai) beras tidak dipengaruhi oleh mau atau tidak mau-nya manusia.
Untuk mendapatkan satu liter beras kita harus mengeluarkan sejumlah pengorbanan misalnya
sejumlah uang sesuai dengan harga beras tersebut. Pengorbanan disini bukan pada bentuk
uangnya tapi pada kerja kita untuk mendapatkan uang tersebut. Jadi Nilai ada pada benda (dalam
hal ini beras) dan harga ada pada manusia (bentuk pengorbanannya).
Nilai Iman adalah kemampuan isi Iman menghantarkan manusia membentuk satu tatanan
budaya kehidupan yang tangguh. Harga Iman adalah sejumlah pengorbanan yang kita lakukan
untuk mendapatkan Nilai Iman. 13

IMAN DALAM AL-QURAN DAN AL-HADITS

QS.Al-Anfal : 2 :

ْ ‫ت َعلَ ْي ِه‬
‫م‬ ْ َ‫م َوإِذَا ُتلِي‬ ْ َ‫جل‬
ْ ‫ت ُق ُل و ُب ُه‬ ِ ‫ين إِذَا ُذكِ َر اللَّ ُه َو‬ َ ‫ونَ الَّ ِذ‬ ‫م ْؤ ِم ُن‬ُ ‫م ا ا ْل‬ َ َّ‫إِن‬
ْ ‫ ِه‬Vِّ‫مانًا َو َعلَى َرِب‬
َ‫م يَ َت َو َّكلُون‬ َ ‫إِي‬ ‫م‬ ْ ‫آيَا ُت ُه َزا َد ْت ُه‬
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),
dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[594] Maksudnya: orang yang Sempurna imannya.
[595] dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan
memuliakannya.

 Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:


Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan
bertanya: Wahai Rasulullah, apakah iman itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada
hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw.
menjawab: Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa
pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. Orang itu
kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah
kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat
itu? Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang
yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan anak
tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin
manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-
megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh
Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-
Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian orang itu berlalu, maka
Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi
mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk
mengajarkan manusia masalah agama mereka. (Shahih Muslim No.10)

 Iman menyebabkan masuk surga dan barang siapa menjalankan apa yang diperintahkan,
niscaya ia akan masuk surga

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:


Bahwa seorang badui datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
kepadaku suatu perbuatan yang apabila aku lakukan, aku akan masuk surga. Rasulullah saw. bersabda:
Engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat fardu,
membayar zakat dan puasa Ramadan. Orang itu berkata: Demi Zat yang menguasai diriku, aku tidak
akan menambah sedikit pun dan tidak akan menguranginya. Ketika orang itu pergi, Nabi saw.
bersabda: Barang siapa yang senang melihat seorang ahli surga, maka lihatlah orang ini. (Shahih
Muslim No.16)

BAB III

PENUTUP

Manusia merupakan khalifah dimuka bumi ini, Allah SWT pun mengkaruniakan kepada manusia
kesempurnaan melebihi ciptaan Allah yang lain, meskipun dalam kesempurnaan tersebut juga terkandung
keterbatasan. Oleh Allah SWT manusia dikaruniai Akal dan Nafsu dalam diri manusia pun dihembuskan Nur
Ilahia, dari nur Ilahiah ini dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Allah, namun selain sifat-sifat Allah
tersebut ternyata manusia juga memiliki beberapa sifat yang pada makalah ini dibahas oleh penulis.

Sifat-sifat tersebut ialah sifat Nifaq, Syirik, Kufur dan Iman. Nifaq ialah bahwa seseorang tersebut
memperlihatkan sesuatu baik berupa ucapan, tingkah laku yang berlainan dengan yang ada dihatinya, Syirik
ialah menyamakan Allah dengan zat selain Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Umumnya menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, kufur ialah tidak beriman kepada Allah dan
Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya maksud mendustakan berarti
menentang atau menolak sedangkan tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak
percaya, sedangkan iman ialah Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan.

Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak
kesalahan dan kekhilafan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis
guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan
penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah

1 Salafiyunpad, Nifaq dan jenis-jenisnya, http://salafiyunpad.wordpress.com, diakses 21 Oktober 2008

2 Ahmad Daudy, Kuliah akidah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), hlm.43

3 Labbaik Majalah Islami, Munafiq (Nifaq), http:// majalah.aldakwah.org, diakses 21 Oktober 2008

4 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor : Pustaka At-Taqwa), hlm. 223-

227

5 Abdurrahman Madjrie, Meluruskan Akidah, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 123

6 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syirik dan macam-macamnya,http://almanhaj.or.id, diakses 21 Oktober

2008

7 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah….., hlm. 228-233
8 Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis pemisah antara kufur dan iman, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),

hlm.76-79

9 Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Kufur, Definisi dan macamnya,

http://majalah.aldakwah.org diakses 21 Oktober 2008

10 Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Kufur, Definisi dan macamnya,

http://majalah.aldakwah.org diakses 21 Oktober 2008

11 Abdurrahman Madjrie, Meluruskan Akidah….., hlm.91

12 Agung.site, Makna Iman, www.agung.site.wordpress.com iakses 21 Oktober 2008

13 abahude, Pengertian Iman yang benar, www.keluarga-sejahtera.com, diakses 21 Oktober 2008

You might also like