You are on page 1of 78

RENCANAPEMBANGUNANJANGKAPANJANGDAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE


TAHUN 2005-2025

BABI
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam peta teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kabupaten Kepulauan Sangihe
merupakan salah satu dari dua kabupaten (Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten
Kepulauan Talaud) yang menempati posisi paling utara dan berbatasan langsung dengan negara
tetangga Philipina serta berada di bibir Samudera Pasifik. Oleh sebab itu, Kabupaten Kepulauan
Sangihe termasuk dalam kelompok Kabupaten/Wilayah PERBATASAN ANTAR NEGARA. Kecuali itu,
kabupaten ini juga masuk dalam kelompok 199 daerah tertinggal di 32 provinsi seluruh Indonesia.
Letak geografis sebagai Daerah perbatasan memiliki nilai strategis bagi kepentingan
pengembangan aktivitas perekonomian di kawasan ini, mengingat besarnya peluang menjalin kerja
sama INTERREGIONAL-INTERNASIONAL yang tentunya akan berdampak pula terhadap kemudahan
pemanfaatan akses pasar global. Pada sisi yang lain juga mengandung kerawanan-kerawanan tertentu
antara lain; infiltrasi ideologi asing, terorisme internasional, penyelundupan, pencurian ikan/sumber daya
laut dan berbagai kegiatan ilegal lainnya.
Daerah otonom ini merupakan himpunan 112 pulau (besar/kecil) dimana 30 pulau
berpenghuni sementara 82 pulau tidak berpenghuni. Letak pulau-pulau tersebut terbentang
berjejer dari Selatan yaitu Pulau Biaro yang paling dekat dengan Kota Manado sampai dengan pulau
Marore dibagian Utara yang berdekatan dengan Pulau Balut dan Sarangani Wilayah Republik Philipina
(Mindanao Selatan). Itulah sebabnya Daerah ini disebut Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Sesuai pasal 5 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan pasal 150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah memuat VISI, MISI, dan
ARAH PEMBANGUNAN DAERAH yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
Dalam rumusan VISI digunakan beberapa peristilahan:
 Kawasan Perbatasan adalah kawasan perbatasan Negara (Indonesia-Philipina) yang terdiri
dari wilayah-wilayah kecamatan dan atau wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe yang
secara geografis maupun secara yuridis berbatasan langsung dengan Negara Philipina.
 Beranda Depan NKRI adalah kawasan yang secara geografis berbatasan dengan Negara
tetangga Philipina, dalam hal ini mencakup Kabupaten Kepulauan Sangihe yang
menunjukkan gambaran tentang kondisi wilayah serta Jatidiri Bangsa Indonesia yang
bermartabat.
 Sejahtera ialah suatu kondisi atau keadaan sentosa dan makmur yang diartikan sebagai
keadaan yang berkecukupan atau tidak kekurangan yang tidak saja memiliki dimensi fisik atau
materi seperti ketercukupan kebutuhan dasar seperti PANGAN, PAPAN, SANDANG,
KESEHATAN, PENDIDIKAN tetapi juga dimensi rohani yang mencakup keamanan,
ketenteraman serta kedamaian dalam kehidupan lahir batin.

Pengertian:
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe
merupakan suatu Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun,
yang selanjutnya digunakan sebagai ACUAN dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk setiap 5 (lima)
tahunan. Dokuman RPJP bersifat makro yang memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan Jangka
Panjang Daerah untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakup kurun waktu 2005-2025.

Proses Penyusunan:
Pertama : Penyiapan rancangan RPJP Daerah untuk mendapatkan gambaran awal Visi, Misi dan
Arah Pembangunan Daerah;
Kedua : Melakukan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (M USRENBANG) Jangka
Panjang Daerah yang bertujuan untuk mendapatkan masukan dan komitmen dari
seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap rancangan akhir RPJP
Daerah;
Ketiga : Penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah yang memuat masukan dan komitmen hasil
Musrenbang Jangka Panjang Daerah dan tinjauan ilmiah dari dewan pakar sebagai
masukan utama penyempurnaan rancangan RPJP daerah;
Keempat : Melakukan Koordinasi Rancangan RPJP Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan
Gubernur Provinsi Sulawesi Utara c.q. BAPPEDA Provinsi sebelum ditetapkan Dokumen
RPJP Daerah periode 2005-2025;
Kelima : Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah, dibawah koordinasi Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
tugas dan fungsi hukum. Rancangan Akhir RPJP Daerah beserta Lampirannya
disampaikan kepada DPRD sebagai inisiatif pemerintah daerah untuk diproses lebih
lanjut menjadi Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk waktu 20 tahun ke depan ditetapkan untuk
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen daerah (Pemerintah, Masyarakat
dan Dunia Usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah
pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing
pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam
satu pola sikap dan pola tindak.
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe 2005- 2025
merupakan kelanjutan dan pembaharuan dari tahap pembangunan sebelumnya, guna mencapai
tujuan pembangunan Nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 dengan penyesuaianpenyesuaian menurut kondisi Daerah dan kebutuhan serta aspirasi
masyarakat di Daerah.

2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe diarahkan
di samping untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan secara Nasional, juga untuk memberikan
fokus yang semakin tajam dan tepat guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembangunan
spesifik Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai Daerah Perbatasan, Daerah Kepulauan, Daerah
Rawan Bencana dan Daerah Tertinggal, dalam dimensi waktu 20 tahun ke depan.
Dengan adanya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, diharapkan akan terwujud
koordinasi yang semakin baik, terciptanya Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergi antarpelaku
pembangunan (stakeholders) antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintahan maupun antara
Kabupaten dengan Provinsi dan Pusat.
Dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah diharapkan pula akan terbangun
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Pada
sisi yang lain mampu mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin terkendalinya sumber
daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Melalui pelaksanaan yang baik, arif,
bijaksana dan bertanggung jawab dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, semoga
pada tahun 2025 Kabupaten Kepulauan Sangihe akan berada pada kondisi di mana masyarakatnya
boleh memiliki aksesibilitas yang kuat sehingga dapat menikmati kehidupan yang sejahtera.
1.3. LANDASAN HUKUM

Landasan Idiil RPJP ini adalah Pancasila dan landasan konstitusional adalah UUD 1945,
sedangkan landasan operasional meliputi seluruh ketentuan perundangundangan yang berkait langsung
dengan pembangunan nasional sebagai berikut: Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor II/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan;
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara; Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah; Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dan Kepres No. 7 Tahun 2004 tentang Kawasan
Tertinggal dan Perbatasan

1.4. HUBUNGAN RPJP DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA


Pemerintah Daerah dalam membuat perencanaan pembangunan mengeluarkan 5
(lima) jenis dokumen perencanaan dan penganggaran yaitu : Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, Rencana
Strategis (Renstra), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
dan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD).
Dari segi waktu, dokumen-dokumen tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu Dokumen
perencanaan jangka panjang (20 tahun) yaitu RPJP Daerah, jangka menengah (5 tahun) yaitu
RPJM Daerah dan Renstra SKPD serta jangka pendek (1 tahun) yaitu RKPD dan Renja SKPD.
RPJP Daerah merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20
(dua puluh) tahun, yang penyusunannya berpedoman pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI
Nomor : 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah dengan
memperhatikan RPJP Nasional dan RPJP Daerah. RPJP Daerah dijabarkan dalam RPJM Daerah yang
selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan menjadi pedoman
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana
Kerja SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD, dari RKP Daerah dan RKA SKPD yang
selanjutnya disusun Rencana APBD.

3
Dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran bersifat hirarkis, artinya dokumen yang jangka
waktunya lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen yang jangka waktunya lebih pendek dan
dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih tinggi menjadi rujukan bagi dokumen yang
dikeluarkan oleh pemerintah dibawahnya.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2005-
2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Landasan Hukum
1.4. Hubungan RPJP dengan Dokumen Perencanaan lainnya 1.5.
Sistimatika Penulisan.

BAB II : KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH


2.1. Kondisi dan Analisis
2.1.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.2. Demografi
2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam
2.1.4. Sosial Budaya dan Politik
2.1.5. Prasarana dan Sarana
2.1.6. Pemerintahan
2.1.7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2.2. Prediksi Kondisi Umum Daerah.

BAB III : VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH


Visi
Misi
Arah Pembangunan Daerah.

BAB IV : PENUTUP

4
BAB II
KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
2.1. KONDISI DAN ANALISIS
2.1.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
Kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam 10 tahun
terakhir terus mengalami perubahan. Tingginya frekwensi bencana alam seperti gempa bumi dan tanah
longsor telah banyak mengubah kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di kabupaten ini. Selain oleh
alam, perubahan kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup juga turut dipicu oleh pemanfaatan sumber
daya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah konservasi yang telah menyebabkan penurunan kualitas dan
daya dukung lingkungan. Kondisi ini antara lain terlihat dari terus berkurangnya luas areal hutan dan
bertambahnya luas lahan kritis serta berbagai kerusakan pada ekosistim pesisir dan laut. Sebagai salah
satu contoh, pada tahun 90-an kawasan hutan lindung Sahandaruman tercatat seluas + 800 ha, namun
menurut hasil pengukuran terakhir pada tahun 2003, luas hutan lindung ini tinggal + 550 ha. Degradasi
lingkungan serius juga terjadi di kawasan pesisir akibat penambangan karang/pasir, penebangan hutan
mangrove dan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan yang mengakibatkan +35% ekosistim
terumbu karang dan +20% hutan mangrove mengalami kerusakan. Kerusakan ekosistim-ekosistim ini juga
telah turut memicu abrasi dengan tingkat keruskan cukup tinggi di berbagai kawasan pesisir.
Berbagai upaya untuk menekan laju kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh pemerintah
daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Beberapa program strategis adalah: (i) rehabilitasi kawasan hutan
Sahandaruman (kerjasama dengan Yayasan Bird Life), (ii) pengelolaan dan pelestarian terumbu karang
melalui kegiatan Coral Rehabilitation and Management Project (tahun 1999/2000), (iii) konservasi
sumber daya (Instruksi Bupati Nomor 1 tahun 2003 tentang Pelarangan Penggunaan dan alat berbahaya
dalam kegiatan pemanfaatan SDA Perikanan dan Kelautan), (iv) penanaman mangrove di beberapa
wilayah rawan abrasi tahun 2003 dan pembangunan talud pengaman pantai, (v) peninjauan ulang terhadap
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan (vi) pencegahan bencana lewat
penertiban/sosialisasi kepada masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bencana terutama di
kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan di sejumlah daerah berbukit dengan kemiringan curam serta
pesisir pantai. Akan tetapi, sejauh ini upaya-upaya ini belum cukup efektif untuk menekan laju kerusakan
lingkungan dan mengurangi dampak bencana alam sehingga berbagai terobosan masih sangat
diperlukan dalam pembangunan 20 tahun ke depan.
Proyeksi Peluang.
Isu Lingkungan Global. Tumbuhnya kesadaran global tentang kondisi lingkungan yang semakin
memburuk telah memaksa seluruh negara mengubah paradigma pembangunan dari pendekatan
pembangunan ekonomi konvensional menjadi ekonomi ekologis. Tercatat sekitar 154 perjanjian
internasional dan kesepakatan multilateral terkait secara langsung maupun tidak dengan isu
lingkungan global dan Indonesia telah menandatangani 14 perjanjian di antaranya.
Pengembangan Sistim Mitigasi Bencana. Pengembangan sistim mitigasi
bencana alam melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketersediaan peta rawan
bencana geologi yang baik dan tata ruang yang memperhitungkan kawasan rawan bencana geologi secara
cermat diperkirakan berpeluang mengurangi dampak bencana.
Proyeksi Ancaman
Kawasan Kepulauan Sangihe merupakan gugusan pulau-pulau yang terletak pada rangkaian alur
gunung api dan hampir di seluruh wilayah struktur tanahnya labil. Frekwensi gempa bumi dan curah
hujan yang relatif tinggi, angin puting beliung serta gelombang pasang yang pada Musim Angin Barat, Utara
dan Selatan mengakibatkan setiap saat bisa terjadi bahaya banjir, erosi, tanah longsor, yang dapat
mengancam keselamatan masyarakat serta merusak fasilitas umum. Kawasan ini juga berada pada peta
rawan Tsunami.

5
Ancaman terhadap kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut umumnya terkait
dengan masalah kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat di wilayah pesisir. Banyak hasil kajian
menunjukan bahwa kerusakan lingkungan pesisir dan laut seperti perambahan pada kawasan hutan
mangrove dan kerusakan terumbu karang sebagai akibat penambangan karang dan penggunaan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan semuanya bertalian erat dengan kondisi kehidupan masyarakat
pesisir.
Proyeksi Permasalahan
Ada berbagai permasalahan yang muncul dan memicu kerusakan lingkungan hidup Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Bebarapa dari masalah itu adalah:
Karakteristik Wilayah. Fenomena alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, gelombang
pasang, angin puting beliung, banjir yang mengakibatkan longsor, abrasi dan erosi merupakan masalah
serius yang semakin mempersulit keadaan karena hampir setiap tahun, daerah ini dilanda bencana alam
yang memporak-porandakan permukiman penduduk, lahan pertanian serta merusak berbagai fasilitas
umum, mengancam keselamatan pelayaran yang pada akhirnya bermuara kepada kerugian material dan
korban jiwa. Berbagai keluhan dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, mempunyai korelasi
yang sangat kuat dengan tingkat kesulitan manajemen pemerintahan mengingat Kabupaten Kepulauan
Sangihe memiliki empat karakteristik utama yang secara signifikan mempengaruhi perumusan dan
implementasi berbagai kebijakan percepatan pembangunan yaitu sebagai Daerah Perbatasan, Daerah
Kepulauan, Daerah Rawan Bencana dan Daerah Tertinggal dan Miskin.
Daerah Perbatasan
Karena letak geografis Kepulauan Sangihe berada pada bagian paling Utara Nusantara dan
berbatasan langsung dengan Negara tetangga Philipina dan Lautan Pasifik, fakta membuktikan bahwa
hingga kini Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai daerah perbatasan masih menyandang predikat
daerah tertinggal, terpencil serta bernuansa kumuh karena tidak terurus sehingga belum mampu
menampilkan sisi luar NKRI yang kompetitif bagi pandangan Negara tetangga. Kondisi yang kurang
menguntungkan ini berimplikasi negatif antara lain yang paling mengedepan adalah "isu wilayah transit
teroris, aktivitas penyelundupan/perdagangan barang terlarang, uang palsu dan kegiatan-kegiatan ilegal
lainnya", termasuk eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan secara tidak terkendali (merugikan
devisa negara) yang dilakukan oleh oknum nelayan asing yang tidak berhak.
Daerah Kepulauan
Terdiri dari 112 buah pulau, dengan rincian 30 buah berpenghuni dan 82 buah belum
berpenghuni, yang letaknya menyebar dengan jarak relatif berjauhan di mana secara praktis membentuk
enam klaster kepulauan: (1) Klaster Pulau-pulau Perbatasan, (2) Klaster Sangihe, (3) Klaster Pulau
Kahakitang, (4) Klaster Siau, (5) Klaster Tagulandang dan (6) Klaster Biaro. Keenam Klaster kepulauan ini
belum mampu bersinergi dalam kaitan penciptaan hubungan fungsional di berbagai bidang strategis.
Daerah Rawan Bencana Alam
Kawasan Kepulauan Sangihe merupakan gugusan pulau-pulau yang terletak pada rangkaian alur
gunung api dan hampir di seluruh wilayah struktur tanahnya labil. Frekuensi gempa bumi dan curah
hujan yang relatif tinggi, angin puting beliung serta gelombang pasang yang pada Musim Angin Barat, Utara
dan Selatan mengakibatkan setiap saat bisa terjadi bahaya banjir, erosi, tanah longsor, yang dapat
mengancam keselamatan masyarakat serta merusak fasilitas umum. Kawasan ini juga berada pada peta
rawan Tsunami.
Daerah Tertinggal dan Miskin
Karakteristik Kepulauan Sangihe sebagai Daerah Perbatasan, Daerah Kepulauan dan
Daerah Bencana Alam ditambah dengan kondisi prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi,
lembaga perekonomian serta fasilitas pelayanan masyarakat yang sangat tidak memadai, mengakibatkan

6
rendahnya peluangpeluang produksi yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Kecuali itu,
masyarakat Daerah ini selalu terjebak dengan tingginya biaya hidup (high cost economy), karena faktor
geografi dan lemahnya aksesibilitas di berbagai aspek kehidupan.
Kerusakan Ekosistim Pesisir dan Laut terus meningkat. Kerusakan
ekosistim umumnya dipicu oleh penebangan hutan mangrove, kerusakan terumbu karang dan padang
lamun yang telah menyebabkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati. Kondisi ini
semakin diperparah oleh praktek-praktek penangkapan ikan destruktif dan ilegal, penambangan batu
karang serta perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah kurang tepat.
Penegakan Hukum yang Belum Efektif. Luasnya cakupan wilayah
pengelolaan, lemahnya pengawasan dan penegakan hukum mengakibatkan pengentasan
permasalah penangkapan ikan yang merusak dan ilegal tidak efektif.
Belum Diterapkannya Sistim Mitigasi Bencana. Kabupaten Kepulauan
Sangihe sangat rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor dan tsunami karena
terletak pada lintas gunung berapi dan didominasi oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40%. Salah satu
gunung berapi di wilayah ini, Gunung Bawah Laut Mahengetang dilaporkan memiliki karakteristik
evolusi yang sangat mirip dengan karakteristik Gunung Krakatau. Untuk itu, dalam pembangunan jangka
panjang ini, pengembangan kebijakan sistim mitigasi bencana alam dianggap sangat mendesak.
Isu Lingkungan Global Belum Dipahami dan Diterapkan dalam
Pembangunan Daerah. Indonesia telah meratifikasi 14 perjanjian internasional di bidang lingkungan sebagai
respon terhadap kesadaran global tentang kondisi lingkungan dan sumber daya alam yang semakin buruk.
Akan tetapi, sosialiasi, pelaksanaan dan penataan terkait dengan perjanjian-perjanjian ini masih kurang
mendapat perhatian.
Rendahnya Kesadaran Masyarakat dalam Memelihara Lingkungan
Hidup. Masyarakat umumnya menganggap bahwa lingkungan hidup akan selalu mampu memulihkan daya
dukung dan kelestarian fungsinya. Pandangan ini telah mengakibatkan masyarakat tidak ikut serta
memelihara lingkungan hidup yang makin diperparah dengan berbagai permasalahan mendasar seperti
kemiskinan dan keterbelakangan.
Peraturan Perundangan Lingkungan Belum Harmonis. Hukum di
bidang lingkungan masih kurang bersinergi dengan paraturan di sektor lain. Hal ini menyebabkan inkonsistensi,
tumpang tindih bahkan pertentangan peraturan perundangan di bidang lingkungan.
Proyeksi Keberhasilan
Perubahan kondisi geomorfologi dan penurunan kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Kepulauan
Sangihe diperkirakan akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Karakteristik wilayah dan
kondisi masyarakat diduga akan sangat menentukan kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di
kabupaten ini . Beberapa isu krusial terkait dengan kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di Kabupaten
Kepulauan Sangihe adalah ancaman krisis air, pengembangan sistim kewaspadaan dini, perambahan ke
wilayah hutan lindung dan berbagai ekosistim di wilayah pesisir serta lemahnya penerapan hukum dan
kesadaran masyarakat tentang fungsi lingkungan hidup.
Kabupaten Kepulauan Sangihe perlu mengantisipasi ancaman krisis air. Hal ini berkorelasi dengan
semakin memburuknya kondisi hutan (Sahendaruman, Siau dan Tagulandang) akibat DEFORESTASI serta
ketidakseimbangan pemanfaatan lahan dan cadangan hutan kayu yang tersedia. Berkurangnya
kawasan hutan menyebabkan terganggunya kondisi tata air yang berimplikasi tidak saja untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari tetapi juga mempengaruhi pasokan untuk pembangkit

7
tenaga listrik (Ulung Peliang Tamako). Kecuali itu, membesarnya aliran permukaan mengakibatkan
meningkatnya ancaman bencana banjir pada musim penghujan. Berkurangnya luas hutan juga
berdampak terhadap ekosistem keanekaragaman hayati di dalamnya yang mempunyai potensi
untuk pengembangan jasa-jasa lingkungan dan diversifikasi pangan.
Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak pada piringan tektonik Sangihe.
Menurut sejumlah laporan di bidang geologi dan astrofisika, piringan tektonik kecil ini sedang bergerak
ke arah Timur sedangkan piringan Halmahera di bagian berlawanan sementara bergerak ke arah
Barat sehingga diperkirakan pada suatu saat akan bertabrakan dan menekan Laut Maluku; suatu proses
yang akan memicu munculnya gunung-gunung berapi aktif. Jika tidak disikapi dengan pengembangan
sistim kewaspadaan dini, potensi bencana diperkirakan mengancam kehidupan manusia, flora, fauna
dan infrastruktur yang telah dibangun seperti yang terjadi di
NAD, Sumatra Utara, Papua dan Nusa Tenggara Timur. Untuk itu, dalam program
pem bangunan jangka panjang Kabupaten Kepulauan Sangihe pengembangan sistim
mitigasi bencana alam sangat krusial. Sehubungan dengan pengembangan sistim
ini, penguasaan teknologi yang mampu mengurangi dampak bencana amat strategis
di samping pengembangan badan khusus yang akan menangani masalah bencana
alam, ketersediaan informasi kawasan rawan bencana geologi yang dipetakan
dengan saksama dan rencana tata ruang yang disusun dengan memperhitungkan
secara teliti kawasan rawan bencana geologi, lokasi kegiatan ekonomi dan
pembangunan wilayah yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan setempat.
Dari segi kemiringan, lahan potensial untuk usaha perkebunan adalah lahan dengan kelas kemiringan
(15-40)%. Di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, luas lahan dengan kelas kemiringan ini hanya
berkisar 40% dan sisanya adalah lahan dengan kemiringan >40% yang seharusnya menjadi kawasan
konservasi menurut Kepres No. 32 tahun 1990. Akan tetapi, laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kepulauan Sangihe dan Talaud menunjukan bahwa penggunaan lahan perkebunan
pada tahun 2003 saja telah mencapai 72.798,4 ha atau 67,59% dari luas wilayah,
tidak termasuk pemanfaatan untuk ladang/huma/tegal yang dilaporkan telah mencapai 14.93%.
mni berarti bahwa selain telah terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan lahan seperti antara
kawasan tanaman lahan kering dengan perkebunan dan lahan perkebunan dengan lahan
pertambangan juga telah terjadi perambahan ke wilayah hutan lindung. Jika tidak segera diantisipasi,
perambahan ke wilayah hutan lindung diperkirakan akan semakin meluas dan membawa dampak sangat
serius bagi Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dengan laju tingkat kerusakan seperti saat ini, maka pada
tahun 2015 luas kawasan hutan yang sekarang ini dilaporkan sekitar 550 ha diperkirakan hanya akan
tersisa sekitar 50 ha. Menurut kajian LSM Bird Life pada tahun 2004, fungsi ekologis utama dari Kawasan
Hutan Sahenderuman terdapat pada fungsi hidrologisnya. Secara umum, fungsi ini masih berkerja dengan
baik dan normal sehingga masih mampu berperan sebagai penyedia air untuk berbagai keperluan
penduduk, namun jasa ekologis untuk keperluan PLTM dan pengendalian banjir makin berkurang. Hasil
kajian yang sama juga menunjukan bahwa apabila terjadi banjir satu kali pada skenario tinggi, maka
Kabupaten Kepulauan Sangihe akan mengalami kerugian sebesar Rp. 14,4 milyar sedangkan pada skala
sedang dan rendah diperkirakan berturut-turut sebesar Rp. 7,2 dan Rp. 2,5 milyar. Dengan demikian,
dukungan terhadap berbagai upaya pelestarian hutan lindung ini dan kawasan lindung lainnya sudah saatnya
diberikan secara maksimal dan konsisten dalam pembangunan jangka panjang Kabupaten Kepulauan
Sangihe.
Peraturan perundangan lingkungan hidup yang masih kurang bersinergi dengan peraturan
sektor lainnya di tingkat nasional maupun daerah diperkirakan masih akan menjadi kendala bagi upaya
peningkatan kelestarian lingkungan hidup. Selain itu, keterbelakangan dan kebodohan yang
menyebabkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya fungsi lingkungan hidup termasuk
di wilayah pesisir dan laut juga diduga akan menentukan kondisi lingkungan hidup di masa mendatang.
Sehubungan dengan hal ini, pengembangan hukum lingkungan di daerah termasuk upaya memadukannya
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat lebih tinggi dan peningkatan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya fungsi lingkungan perlu terus diupayakan di samping penyempurnaan

8
upaya-upaya pemberdayaan masyarakat sebab tanpa harmonisasi hukum, kesadaran masyarakat dan
ketersediaan kegiatan-kegiatan alternatif yang menguntungkan bagi masyarakat, maka upaya untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan hidup akan sulit dicapai.
2.1.2. Demografi
Secara demografis, dinamika kependudukan merupakan hasil interaksi fungsional dari kelahiran
atau fertilitas, kematian atau mortalitas dan mobilitas atau migrasi penduduk. Pembangunan kependudukan
dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Jumlah penduduk yang terus meningkat memerlukan sumber daya yang tidak sedikit untuk
menunjang kehidupannya dan akan menjadi beban daerah dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam
hubungannya dengan penyelenggaraan pembangunan, kondisi penduduk seperti kuantitas penduduk,
kualitas penduduk, distribusi/persebaran penduduk dan angka kemiskinan merupakan faktor yang
mempengaruhi. Kaitannya dengan kualitas penduduk, kekuatan Sumber Daya Manusia menempatkan
faktor ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang fital dilihat dari angkatan kerja.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sejak tahun 1995-2004, jumlah penduduk kabupaten
kepulauan Sangihe menunjukkan peningkatan. Dari hasil sensus penduduk dan catatan atau registrasi
penduduk, jumlah penduduk kabupaten kepulauan Sangihe terus bertambah. Tahun 1995, jumlah
penduduk sebanyak 191.108 jiwa pada tahun 2004 meningkat menjadi 192.363 jiwa. Meskipun jumlah
penduduk bertambah, tapi Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) menunjukan kecenderungan menurun yaitu dari
0,65% tahun 1990 menjadi -0,25% tahun 2001. Pertumbuhan ini terjadi secara alamiah sebagai konsekuensi
logis dari perubahan proporsi penduduk menurut umur yang berdampak pada angka beban
ketergantungan. Kecenderungan ini juga secara demografis berkaitan dengan adanya tingkat fertilitas
yang menunjukan replacement level mendekati 2 anak dalam setiap keluarga. Juga disebabkan karena
tingginya migrasi keluar daerah bagi penduduk usia sekolah yang melanjutkan studi dan penduduk angkatan
kerja.
Tingkat fertilitas di kabupaten kepulauan Sangihe pada tahun 2000 sebesar 2,27 hasil Susenas
tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 0,1 menjadi 2,26 yang pendekatannya adalah rata-rata anak
lahir hidup perwanita kawin. Penurunan pertumbuhan penduduk terjadi karena menurunnya angka kelahiran,
namun secara absolute pertambahan penduduk masih akan terus meningkat rata-rata 0,56% pertah u n.
Persebaran penduduk secara demografis di kabupaten kepulauan Sangihe tahun 2004 mengalami
peningkatan sebesar 1,46 jiwa per km2, dengan kepadatan penduduk sebesar 184,91 km2 dan yang
tertinggi berada di klaster Sangihe Besar. Rasio jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap perempuan
pada tahun 2004 sebesar 101,86 dimana prosentase jumlah penduduk laki-laki sebesar 50,46% dan
perempuan sebesar 49,54%.
Kondisi kependudukan saat ini kaitannya dengan kuantitas penduduk; memperlihatkan perubahan
struktur penduduk dimana komposisi penduduk berdasarkan umur adalah jumlah penduduk usia produktif
lebih besar dari jumlah penduduk yang non produktif. Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk juga
meningkat dari 60 tahun pada tahun 1995 menjadi 70 tahun pada tahun 2001
Penduduk usia 10 tahun keatas yang masuk dalam kelompok angkatan kerja 10-14 tahun sebesar
21,66%, Usia 15-49 tahun sebesar 56,54% dan usia 50-64 sebesar 21,80%. Angkatan kerja tersebut
lebih banyak terserap pada sektor pertanian sebesar 73,51% diikuti sektor jasa-jasa 9,75%. Jumlah dan
komposisi tenaga kerja akan terus bertambah seiring berlangsungnya proses demografi.
Permasalahan yang ada saat ini adalah:
1. Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian;
2. Jumlah persebaran penduduk yang belum seimbang dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan sesuai dengan wilayah;
3. Lebih dari 70% penduduk yang bekerja pada sektor informal berada pada sektor pertanian;

9
4. Tingginya angka kemiskinan penduduk yang secara proporsional meningkat setiap tahun hingga
tahun 2004 mencapai 40,56% atau naik sebesar 4,77% dari tahun 2003;
5. Rendahnya tingkat elastisitas kesempatan kerja (pertumbuhan angkatan kerja melebihi
pertumbuhan kesempatan kerja). Situasi ini menuntut terjadinya mobilisasi penduduk/migrasi
keluar penduduk ke wilayah perkotaan karena kota merupakan daya tarik tersendiri bagi angkatan
kerja untuk mencari pekerjaan, tingkat urbanisasi penduduk ke wilayah perkotaan karena kegiatan
ekonomi dan pendidi kan;
6. Kecenderungan yang terjadi di wilayah pedesaan, umumnya lapangan kerja informal yang
tersedia pada sektor pertanian karena berkaitan erat dengan rendahnya kualitas pendidikan
angkatan kerja itu sendiri sehingga daya serap dan adaptasi masyarakat terhadap teknologi
rendah; dan
7. Kebijakan dan strategi pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas
penduduk yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi wilayah belum mendukung pembangunan
berkelanjutan.
Hal ini yang menjadi beban pembangunan terutama kaitannya dengan kualitas sumberdaya
manusia. Dari gambaran mengenai kondisi kependudukan kabupaten kepulauan Sangihe dalam kurun
waktu 1990-2004 diatas, secara umum u paya-upaya pembangunan kependudukan secara kuantitatif
demografis telah mencapai angka-angka yang cukup berarti menuju pada kondisi demografi yang
diinginkan. Meskipun dalam aspek pembangunan secara umum masih perlu dilakukan kebijakan
pengendalian kependudukan. Integrasinya adalah manfaat mendasar yang diperoleh bahwa penduduk ada
yang menjadi pelaku pembangunan dan penikmat hasil pembangunan yang perlu terus ditingkatkan
kualitasnya.
Proyeksi Peluang
Dalam jangka pendek investasi sumber daya manusia memang tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam jangka panjang investasi tersebut memberikan
kontribuasi yang sangat berarti terhadap pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Integrasi dimensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah manfaat
mendasar yang diperoleh bahwa penduduk yang ada menjadi pelaku pembangunan dan penikmat hasil
pembangunan. Implementasi dari konsep penduduk sebagai modal pembangunan berbeda dengan
modal lainnya seperti sumberdaya alam, sebab manusia sangat dinamis sebagai pelaku dan sasaran
pembangunan.
Sebagai pelaku pembangunan, penduduk memberi peluang bagi banyak hal yang dapat
dikerjakan. Dalam skala kecil, keluarga/penduduk sebagai modal akan bermakna dengan adanya tenaga
yang dapat melakukan sesuatu yang menghasilkan, bernilai banding terhadap penduduk yang lain.
Dalam skala besar, penduduk dalam satu daerah menjadi modal pemberi peluang sebagai sumber
pemimpin, perencana, pelaksana dan tenaga kerja, dengan pertimbangan penduduk memiliki kualitas untuk
terus dikembangkan.
Proyeksi Ancaman
Aspek lain yang diperhitungkan dari keadaan demografis penduduk adalah selain sebagai
modal yang memberi peluang, juga penduduk menjadi ancaman terhadap upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hanya penduduk yang
berkualitas yang menjadi modal pem bangunan. Secara demografis, ancaman dalam meningkatkan
kesejahteraan manusia, antara lain: Jumlah Penduduk dan Daya Dukung Lingkungan. Secara alamiah,
jumlah penduduk kabupaten kepulauan Sangihe akan terus bertambah, sementara luas wilayah relatif
tetap. Meskipun pengendalian jumlah penduduk secara mutlak akan menjadi besar dari tahun ke
tahun dan tidak lagi dapat didukung oleh lingkungan.

10
Penduduk dan Ketersediaan Fasilitasi Sosial. Jumlah penduduk yang meningkat dihadapkan pada
keterbatasan penyediaan fasilitas sosial, menjadi sumber konflik dan dapat menghambat capaian
pembangunan.
Kecenderungan meningkatnya jumlah penduduk pada periode 2005-2025. Kecenderungan naiknya
jumlah penduduk dan tidak meningkatnya intervensi terhadap variabel-variabel penyumbang
pertumbuhan yang cenderung naik, maka semakin terbuka ancaman-ancaman yang diakibatkan oleh
pertumbuhan pendud u k.
Perubahan Struktur Penduduk. Perubahan pada struktur penduduk membawa kesulitan tersendiri
bagi pelayanan pendidikan dan kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan pelayanan sosial lainnya.
Jika hal ini tidak cukup memadai maka akan menghadirkan kerawanan-kerawanan sosial yang dapat
digiring ke kerawanan politik.
Migrasi Masuk. Dalam era globalisasi ini, tidak ada satu daerah pun yang dapat mengembangkan
kebijaksanaan daerah tertutup. Nilai-nilai sosial akan mengalami perubahan ke arah yang terbuka dan
mengancam pembangunan.
Proyeksi Permasalahan
Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan jumlah penduduk. Data statistik kependudukan
menggambarkan bahwa Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dikatakan
rendah yaitu 0,56% pertahun namun demikian apabila dikaji secara mendalam pertumbuhan penduduk
yang rendah bukan saja dipengaruhi suskesnya program keluarga berencana di daerah ini melainkan ikut
pula dipengaruhi oleh arus masyarakat (penduduk) yang keluar daerah karena alasan ekonomi/lapangan
kerja yang rendah. Juga karena faktor pendidikan lanjutan bagi anak-anak didik di perguruan tinggi.
Permasalahan yang timbul sebagai akibat dari besarnya jumlah danpertumbuhan angkatan kerja
menuntut tersedianya kesempatan kerja yang besar. Dipihak lain menuntut pembinaan angkatan kerja itu
sendiri untuk mampu menghasilkan keluaran (output) yang lebih tinggi. Lapangan kerja datang dari
pertumbuhan ekonomi namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja
yang besar.
Sempitnya lapangan kerja lokal menyebabkan banyak penduduk melakukan migrasi ke tempat lain
meskipun lapangan kerja bagi mereka relatif terbatas karena rendahnya kualitas yang dimiliki. Dalam aspek
kuantitas penduduk, berhasil dikendalikan sedangkan dari aspek kualitas penduduk, menunjukkan
kecenderungan rendah.
Persebaran dan mobilisasi penduduk berkaitan secara timbal balik dengan proses pembangunan
yang terjadi di daerah apabila konsentrasi penduduk menurut sebaran tidak terkendali. Akan timbul berbagai
persoalan lingkungan sosial seperti lingkungan kumuh, masalah kriminalitas, kemiskinan dan lain
sebagainya yang dalam kurun waktu 20 tahun kedepan diharapkan dapat diatasi melalui upaya
penanggulangan kemiskinan dan dilaksanakan dengan strategi pembangunan yang bertumpuh pada
pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi Keberhasilan
Penduduk Indonesia yang besar jumlahnya dan menempati urutan ke-4 terbesar di dunia
merupakan Sumber Daya Manusia yang potensial bagi Pembangunan secara nasional (dan akan
berpengaruh terhadap daerah). Dalam tahun 2005-2025 jumlah penduduk usia produktif diperkirakan akan
meningkat, juga akan menjadi pangsa pasar yang efektif.
Dari berbagai data yang ada menunjukkan bahwa selama periode tahun 1995-2004 jumlah
penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe meningkat, meskipun Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
cenderung turun. Selama periode 1995-2004 dengan pendekatan yang terencana, persepsi pembangunan
yang berwawasan kependudukan telah terbentuk dan telah melahirkan usaha-usaha
mengimplementasikan bentuk menuju keadaan Penduduk Tumbuh Seimbang demi terwujudnya pelembagaan

11
dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Dengan asumsi LPP 0,56% pertahun
maka pada tahun 2010 penduduk kabupaten kepulauan Sangihe diperkirakan akan bertambah sekitar
2.157 jiwa atau 1,11%.
Estimasi kependudukan, melihat bahwa kecenderungan pertumbuhan penduduk antara tahun
1990-2000 rendah dan pada tahun 2005-2025 juga rendah, trend ini tidak menutup kemungkinan kedepan
mencapai angka nol (zero growth).
2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam
Perkembangan perekonomian suatu daerah biasanya diukur dari ketersediaan sumber daya
alam. Pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk peningkatan jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan
oleh suatu daerah guna memenu hi kebutuhan penduduknya. Kondisi perkonomian Kabupaten Kepulauan
Sangihe sampai pada tahun 2004 belum sepenuhnya menjanjikan meskipun beberapa variabel
indikator pembangunan daerah secara gradual nampak mengalami peningkatan seiring dengan
terjadinya perubahan atau perkembangan terutama akibat proses desentralisasi, demokratisasi, globalisasi
dan kemajuan teknologi.
Sumber daya alam memiliki peran ganda yaitu sebagai modal pembangunan dan sekaligus sebagai
penopang sistim kehidupan. Peran sumber daya alam di Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dilihat
melalui sumbangannya terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB-
ADHK) yang pada tahun 2004 mencapai Rp.284.576 juta dengan penyerapan tenaga kerja sebesar
55,95%. Dalam kaitan ini, sumber daya alam di Kabupaten Kepulauan Sangihe dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu SUMBER DAYA ALAM LAUT dan SUMBER DAYA ALAM DARAT. Khusus sumber
daya alam darat yang hanya terdapat di kawasan kepulauan dengan luas 1.012,93 km2 dari luas total wilayah
Kabupaten Kepulauan Sangihe 20.258,60 km2, keadaannya cenderung semakin kritis karena
kelestariannya diabaikan. Sementara sumber daya alam laut yang mencakup 95% dari total luas wilayah
belum dapat dikelola secara optimal (modern) karena berbagai keterbatasan sehingga belum mampu
berproduksi secara maksimal.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
(adhk) dan berlaku (adhb) yang merupakan jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari
seluruh sektor perekonomian/lapangan usaha berturut-turut tercatat tumbuh rata-rata 1,89% dan 10,44%
tiap tahunnya dengan capaian nilai rata-rata berturut-turut Rp. 284.540 juta dan Rp. 852,011 juta.
Perbedaan nilai kedua komponen PDRB ini mencerminkan tingkat inflasi yang kian bertambah dari tahun ke
tahun. Dalam kurun waktu lima tahun setelah krisis ekonomi, inflasi di daerah ini bertumbuh rata-rata
17,96% per tahun.
Meskipun pertumbuhan ekonomi nasional secara nyata mengalami penurunan akibat krisis, hal ini
tidak begitu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pada lima tahun
terakhir, pertumbuhan ekonomi tercatat meningkat rata-rata sebesar 2,25% per tahun, pendapatan
perkapita mencapai Rp.4.077.018 dan jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi sebanyak 71.764 orang.
Struktur perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe tidak mengalami pergeseran berarti dari
tahun ke tahun. Kontribusi sektor primer terutama sektor pertanian tetap mendominasi dengan presentasi
sebesar 45,1% diikuti sektor tersier dengan kontribusi rata-rata 42,8% dan sektor sekunder rata-rata sebesar
12,1% per tahun. Subsektor yang memberikan sumbangan terbesar pada sektor pertanian adalah
subsektor perkebunan dengan kontribusi rata-rata sebesar 26,25%. Beberapa subsektor lain
penyumbang PDRB di sektor pertanian adalah perikanan 8,82%, tanaman bahan makanan 3,43%,
peternakan 2,06% dan kehutanan 0,02%. Di sektor perbankan, sampai akhir tahun 2004 jumlah kredit yang
telah tersalurkan kepada masyarakat tercatat sebesar Rp.53,7 miliar. Dilihat dari segi penggunaan
sampai posisi akhir tahun 2004, ternyata jumlah penyaluran kredit tersebut sebagian besar (53,2%) digunakan
untuk modal kerja, 41,1% untuk konsumsi dan sisanya 5,7% untuk investasi. Seiring dengan makin
meningkatnya jumlah penyaluran kredit perbankan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, posisi dana penyimpanan
masyarakat cenderung menunjukan trend meningkat yang pada akhir tahun 2004 tercatat sebesar

12
Rp.95,0 miliar. Jika dibandingkan dengan penyaluran kredit, maka jumlah dana simpanan masyarakat
masih lebih besar. Selanjutnya pada sektor tersier, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Kepulauan Sangihe mencapai 54.325 orang, namun kunjungan wisatawan asing maupun domestik
masih tergolong rendah dan bervariasi setiap tahun.
Proyeksi Permasalahan
Lambannya perkembangan perputaran roda perekonomian disebabkan oleh berbagai faktor
berikut:
1. Walaupun berperan sebagai sektor basis dalam pembentukan struktur perekonomian daerah,
kinerja sektor pertanian pada umumnya masih dilakukan secara tradisional untuk kepentingan
konsumsi dan bukan untuk kepentingan produksi dalam rangka pembentukan modal. Hal ini
dikarenakan sektor pertanian di daerah ini belum memiliki keunggulan komparatif
(comparative advantage) yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan nilai tambah
sektorsektor lain;
2. Kegiatan perikanan (pembinaan ekonomi masyarakat/pem berdayaan masyarakat nelayan) yang
seharusnya menjadi andalan masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe ternyata belum
memberikan kontribusi yang signifikan. Hal ini antara lain dikarenakan oleh kualitas SDM dan
peralatan pendukung usaha perikanan belum memadai, ketidakmampuan mengakses pasar
ekspor dan berbagai faktor lain yang menyebabkan nelayan berada pada posisi lemah;
3. Peran dan fungsi pelayanan lembaga-lembaga keuangan (perbankan) belum sepenuhnya
menjabarkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada pelaku ekonomi kerakyatan (UKM dan
Koperasi) disebabkan beragam permasalahan yang menjadi kendala dalam teknis operasional di
lapangan yang serba kompleks dan dimensional dihubungkan dengan kondisi alam serta
fasilitas pendukung yang berada di luar kapasitas dan kompetensi institusi yang bersangkutan;
4. Industri dan perdagangan, dua sektor penyedia lapangan kerja yang diharapkan mampu
mendongkrak pertumbuhan ekonomi belum menampakkan keadaan yang menggembirakan.
Masalah yang dihadapi dalam pembinaan industri kecil dan menengah adalah lemahnya
permodalan (mesin/peralatan industri), keterampilan tenaga kerja belum berkembang,
kurangnya kemampuan penyerapan teknologi (tidak didukung latar belakang pendidikan yang
sesuai) dan spesialisasi bidang industri belum dikuasai secara baik;
5. Di sektor pedagangan, permasalahannya meliputi kurangnya infrastruktur perdagangan
(pasar/desa), belum adanya border gate sebagai entry point bagi para pedagang melakukan
aktivitasnya;
6. Belum berkembangnya sektor pariwisata yang ditandai dengan rendahnya arus kunjungan
wisatawan antara lain karena seluruh objek wisata belum dapat dikelola dengan baik dan
profesional, terbatasnya infrastruktur dan sarana penunjang objek-objek wisata dan kemampuan
institusi terkait dalam mengelola dan mempromosikan objek-objek wisata, menciptakan insentif-
insentif bagi investor pariwisata, serta regulasi-regulasi pendukung untuk pengembangan
sektor pariwisata;
7. Sumber daya alam di wilayah daratan sangat terbatas dan keadaannya semakin kritis sementara
sumber daya alam laut belum dapat dikelola secara optimal karena faktor modal, peralatan,
SDM serta keterbatasan dalam mengakses pasar; dan
8. Belum efektifnya pelayanan Imigrasi dan Kepabeanan (Bea Cukai) dalam kaitan dengan posisi
Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai daerah perbatasan antara lain karena lemahnya peran
dan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan Border Crossing Agreement, kondisi
kelembagaan, aturan pelaksanaan serta minat masyarakat dalam memanfaatkan peluang-peluang
ekonomi.

13
Penerimaan Daerah Belum Dapat Diandalkan. Struktur penerimaan
daerah menunjukkan bahwa penerimaan daerah yang diharapkan dapat menunjang pembiayaan
pemerintah dan pembangunan di daerah masih belum dapat diandalkan, terlebih apabila dana
tersebut murni diharapkan dari PAD yang peranannya selama ini hanya mampu menunjang APBD setiap
tahunnya rata-rata sebesar 5,6% sehingga penerimaan sumbangan dan bantuan selama ini masih
mendominasi pendanaan untuk penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Belum ada PMA dan PMDN yang melakukan investasi secara langsung ke Kabupaten Kepulauan
Sangihe diduga karena belum terciptanya lingkungan usaha yang kondusif, belum dilakukan
penyederhanaan berbagai perangkat peraturan dan formulasi sistim insentif, rendahnya kepastian hukum,
terbatasnya kualitas tenaga kerja dan ketersediaan infrastruktur dasar serta prosedur perijinan
investasi terlalu berbelit-belit yang tidak saja mengakibatkan ekonomi biaya tingi tetapi juga menghilangkan
peluang usaha.
Belum Berkembangnya Industri Berbasis Sumber Daya Lokal.
Industri berbasis sumber daya lokal seperti agroindustri dan pariwisata serta produk-produknya amat
potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, tetapi hingga saat ini belum ada
perkembangan berarti dari industri karena: (i) tidak kondusifnya kondisi-kondisi utama ekonomi makro, (ii)
buruknya kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan, (iii)
lemahnya kebijakan pengembangan teknologi, (iv) fasilitas pengembangan industri dan (v) terbatasnya
insentif-insentif yang mampu menarik investor.
Ketersediaan Pangan semakin terbatas akibat meningkatnya konversi lahan pertanian produktif
dan rendahnya produktifitas pertanian yang menyebabkan ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar
daerah sangat besar.
Belum Berkembangnya Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Kayu Dan Jasa-Jasa Lingkungan. Hasil hutan
non-kayu dan jasa lingkungan ekosistim hutan seperti nilai hutan sebagai sumber air, keanekaragaman hayati,
keindahan alam dan kapasitas asimilasi lingkungan yang memiliki manfaat besar sebagai penyangga
sistem kehidupan dan potensi ekonomi belum berkembang seperti yang diharapkan. Padahal, dewasa ini
permintaan terhadap jasa lingkungan mulai meningkat khususnya untuk air minum kemasan, objek
penelitian, wisata alam dan lain sebagainya.
Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Belum Optimal. Kabupaten Kepulauan
Sangihe terdiri dari 112 pulau kecil yang hingga saat ini kurang mendapat perhatian dan tersentuh oleh
pembangunan. Pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap perubahan alam karena daya dukung
lingkungan terbatas dan cenderung memiliki spesis endemik tinggi. Bird Life misalnya melaporkan
setidaknya ada 6 spesis burung endemik. Hal penting lainnya khususnya di pulau-pulau perbatasan
adalah konflik dengan pihak asing. Untuk itu, perhatian khusus harus diberikan untuk pembangunan pulau-
pulau kecil di wilayah perbatasan dengan menggunakan pendekatan pengelolaan pula-pulau kecil secara
integratif sebagai dasar pengembangannya dan bukan semata-mata pendekatan kontinental seperti yang
diterapkan selama ini.
Proyeksi Peluang
Kontribusi sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan sektor-sektor lain yang
menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi di sektor ini cukup dominan. Hal ini antara lain terlihat pada saat
terjadi tekanan ekonomi pada tahun 1997 sampai dengan awal tahun 2000. Pada saat itu, perekonomian
daerah ini tidak banyak terpengaruh oleh kontraksi ekonomi nasional yang berarti bahwa sektor pertanian
masih lebih dapat bertahan dalam siklus ekonomi pada saat terjadi tekanan ekonomi dibandingkan sektor
lainnya. Akan tetapi, masih diperlukan berbagai upaya pembenahan guna mengarahkan atau
mengalihkan pola tradisional ke arah yang lebih modern dan produktif untuk dapat memanfaatkan peluang
pasar nasional dan internasional yang cukup terbuka bagi Kabupaten Kepulauan Sangihe sehingga efek
ganda (multiplier effects) terhadap pertumbuhan sektor lain yang pada gilirannya akan membentuk

14
pondasi ekonomi yang kokoh dapat dicapai.
Dalam kaitan upaya pengembangan nilai tambah sumber daya alam dan penggalian sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi baru agar memiliki daya saing global jangka panjang dan mampunyai
peluang untuk dikembangkan adalah SUMBER DAYA KELAUTAN. Berbeda dengan sumber daya alam
lain yang dibatasi oleh wilayah kedaulatan Negara, SUMBER DAYA KELAUTAN dan PERIKANAN
dimungkinkan pengelolaannya di wilayah ZONA TAMBAHAN yaitu ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA
(ZEEI) yang jaraknya sampai 200 mil. Pada sisi lain, bidang kelautan (matra laut) yang mencakup
perhubungan laut, kelautan dan perikanan, pariwisata, pertambangan, industri maritim, bangunan laut,
dan jasa kelautan lainnya sangat penting untuk terus dibenahi dan dimantapkan fasilitasnya untuk
menjadi tumpuan masa depan Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Sehubungan dengan posisi Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai daerah perbatasan, meskipun
hubungan kerja sama subregional di bawah payung Border Crossing Agreement (BCA) telah berkembang
secara negatif karena aturan-aturan yang disepakati dalam Perjanjian Lintas Batas tidak lagi dapat
menampung kebutuhan-kabutuhan riil kedua belah pihak, namun dari segi ekonomi praktek perdagangan
bebas ilegal itu telah memberi manfaat bagi penduduk di wilayah BCA dan sebagian pulau di Sangihe
besar. Posisi strategis daerah perbatasan sebagai pintu gerbang di bagian utara Nusantara bagi lalu lintas
manusia, barang dan modal sangat memungkinkan diberdayakan/ditingkatkan menjadi hubungan
kerjasama saling menguntungkan bagi kedua negara bertetangga dalam rangka memasuki pelaksanaan
kerjasama interregional di kawasan Asia dan Pasifik (BIMP-EAGA, ASEAN dan APEC) yang diyakini
akan memiliki dampak signifikan terhadap pengembangan sektor-sektor ekonomi daerah.
Proyeksi Ancaman
Kondisi Sektor Riil Belum Menunjang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat menjaga
kesinambungan pembangunan secara berkelanjutan. Hingga sekarang, sektor riil belum mampu
mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan lemahnya investasi, rendahnya daya saing
dan tingkat inflasi tinggi terutama karena faktor aksesibilitas rendah yang mengakibatkan daerah ini selalu
terjebak pada masalah ekonomi biaya tinggi. Tanpa pembenahan, kondisi ini diduga akan menjadi
ancaman serius bagi Kabupaten Kepulauan Sangihe karena akan berdampak pada terbatasnya
penciptaan peluang kerja, tingginya jumlah pengangguran dan jumlah penduduk miskin serta migrasi keluar
penduduk.
Faktor Eksternal seperti Globalisasi yang berpeluang menimbulkan
gejolak ekonomi merupakan salah satu ancaman yang perlu diwaspadai oleh Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Globalisasi perdagangan dunia diduga akan menyebabkan perekonomian Kabupaten
Kepulauan Sangihe semakin terbuka sehingga akan mempengaruhi tingkat inflasi di daerah ini. Untuk itu,
kesiapan menghadapi globalisasi perekonomian guna mendapatkan keuntungan maksimal dan
mengurangi kerugian akibat persaingan global melalui pengelolaan sumber daya alam secara efisien dan
efektif merupakan suatu keharusan.
Pencurian Ikan dan Pola Penangkapan Ikan Destruktif Makin Marak.
Pencurian ikan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) diperkirakan menyebabkan kerugian yang tidak
kecil setiap tahunnya. Hal ini semakin diperburuk oleh upaya pengendalian dan pengawasan yang belum
optimal akibat kurangnya sarana dan alat penegakan hukum di laut. Selain itu, jumlah dan kapasitas
petugas pengawasan, sistim pengawasan, partisipasi masyarakat serta koordinasi antar instansi terkait
masih lemah. Sementara itu, penangkapan destruktif seperti penggunaan bahan beracun masih terus
berlangsung.
Pemanfaatan Lahan. Meskipun pemanfaatan lahan seperti sawah dilaporkan baru mencapai
30% dari luas total 302 ha sehingga upaya ekstensifikasi masih berpeluang dikembangkan, tetapi luas lahan
sedemikian hanya terdapat di kecamatan tertentu saja dan pemanfaatan lahan lainnya (perkebunan, hutan
rakyat, bangunan, dll.) dilaporkan telah mencapai 95% dari luas keseluruhan lahan 107.397,3 ha,
bahkan sudah ada indikasi tumpang tindih dalam pemanfaatan lahan. Jika tidak segera diantisipasi dengan

15
penetapan batas wilayah secara tegas dan cermat, konflik pemanfaatan bukan tidak mungkin terjadi di
masa mendatang mengingat ketersediaan lahan yang sangat terbatas dan berbagai sumber daya potensial
termasu k pertambangan belum terpetakan.
Proyeksi Keberhasilan
Memperhatikan kondisi perekonomian dan sumber daya alam Kabupaten Kepulauan Sangihe,
prediksi ekonomi dan sumber daya alam tahun 2005-2025 sebagai berikut:
Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah diperkirakan meningkat 8,0%
pada tahun 2015 dan akan tumbuh menjadi 11% pada tahun 2025. Prioritas pembangunan adalah
membuka lapangan kerja pada tiap sektor ekonomi sehingga terjadi pengurangan penduduk miskin, jumlah
penduduk miskin tidak lebih dari 5% dari jumlah penduduk di daerah. Dengan meningkatnya trend laju
pertumbuhan ekonomi daerah, maka pada tahun 2025 akan tercipta kesempatan kerja yang cukup besar di
sektor pertanian (tanaman pangan, perikanan, peternakan, dan kehutanan), sektor tersier dan sektor
manufaktur. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 0,56% per tahun, maka pendapatan perkapita pada
tahun 2015 diperkirakan mencapai Rp 8.400.193 dan menjadi Rp 12.167.779 pada tahun 2025. Untuk
mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi di atas, sektor yang dikembangkan adalah sektor yang berbasis
perikanan, pariwisata dan UKM dengan memberdayakan ekonomi kerakyatan.
Tetap Terjaganya Stabilitas Ekonomi. Berbagai kebijakan ekonomi akan diarahkan pada
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Kondisi ini akan terus
dijaga dan harga komoditi unggulan Daerah perlu distabilkan/ditingkatkan guna menjaga supply-demand
yang seimbang. Laju inflasi pada tahun 2015 dan pada tahun 2025 diperkirakan berada di bawah 2 digit
angka. Perkiraan tersebut didasarkan dengan sasaran tingkat inflasi yang rendah dan stabil dengan
tetap memperhatikan pertumbuhan ekonomi daerah. Keuangan Daerah. Upaya untuk mewujudkan
kesinambungan penerimaan fiskal daerah terus digalakan dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi. Di sisi penerimaan daerah, berbagai upaya untuk peningkatan penerimaan pajak terus dilanjutkan.
Penerimaan pajak akan meningkat tahun 2025 terutama akibat peningkatan harga BBM. Sejalan dengan
kebutuhan pembangunan Daerah maka dana dari PAD, DAU, DAK, dana dekonsentrasi dari pemerintah
meningkat, dana dari masyarakat swasta diharapkan meningkat hingga tahun 2025.
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Efektivitas pemanfaatan sumber daya alam sebagai modal
pertumbuhan ekonomi, dengan berbagai kebijakan penerapan pola pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) pada tahun 2025 terus diupayakan titik keseimbangan antara eksploitasi SDA
dan pertumbuhan ekonomi agar tingkat pengurasan SDA tidak sampai pada tingkat yang
mengancam kehidupan masyarakat di daerah.
2.1.4. Sosial Budaya dan Politik.
Pembangunan bidang sosial budaya dan politik terkait erat dengan kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kondisi kehidupan masyarakat tercermin dari jumlah dan
komposisi penduduk serta kualitas seperti pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Secara umum, kondisi
sosial budaya dan politik daerah ini dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah menunjukan
perkembangan yang cukup berarti. Dari aspek kehidupan beragama, kesadaran melakukan ibadah
keagamaan telah berkembang dengan baik. Hal ini antara lain didukung oleh menguatnya kesadaran di
kalangan pemuka agama untuk membangun harmonisasi sosial dan hubungan intern dan antar umat
beragama guna menciptakan rasa aman, damai dan saling menghargai di antara umat beragama melalui
wadah seperti BKSUA yang telah memberikan kontribusi cukup besar dalam menjamin kerukunan hidup
umat beragama. Selain pertumbuhan secara spiritual, pertumbuhan fisik berupa sarana dan prasarana
peribadatan yang dibangun atas swadaya masyarakat maupun melalui dukungan dari pemerintah daerah
juga tercatat meningkat seiring dengan peningkatan jumlah umat beragama. Dari 472 buah gedung gereja
dan 143.940 pemeluk agama Kristen Protestan pada tahun 1995 telah bertambah menjadi 541 gedung
gereja dan 180.326 orang pemeluk pada tahun 2005. Peningkatan serupa dalam 1 dekade terakhir juga
terjadi pada agama Kristen Katolik dan Islam.

16
Pada tahun 1995, tercatat sebanyak 8 buah gedung gereja dan 1.798 orang pemeluk agama Kristen
Katolik, namun pada tahun 2005 telah berkembang menjadi 12 gereja dan 1.848 pemeluk agama ini.
Sementara untuk agama Islam, pada periode yang sama jumlah mesjid dan umat bertambah dari 84 buah
dan 26.025 jemaah menjadi 92 buah mesjid dan 26.025 jemaah. Meskipun demikian, sejumlah keberhasilan ini
belum mampu menjamin kualitas keimanan dan ketaqwaan per individu Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Perilaku asusila, pemabukan, penyalahgunaan kekuasaan, perjudian, perceraian, pengrusakan lingkungan
dan perbuatan tercela lainnya serta pelanggaran hukum yang tetap berlangsung hingga sekarang menunjukan
bahwa masih ada kesenjangan antara ajaran agama dengan pelaksanaan pengamalannya. Hal ini juga dapat
dilihat dari rendahnya perwujudan ajaran-ajaran agama mengenai etos kerja, penghargaan pada
prestasi dan dorongan untuk mencapai kemajuan bersama sebagai inspirasi yang mampu menggerakan
masyarakat untuk membangun serta rendahnya perwujudan pesanpesan moral agama dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari aspek budaya, Kab. Kepl. Sangihe memiliki aneka ragam budaya dan nilai tradisi yang
potensial dikembangkan. Aneka budaya dan tradisi itu masih terpelihara di tengah kehidupan masyarakat.
Sejumlah upacara tradisional antara lain Upacara Adat Tulude dan kesenian daerah lainnya sangat
menunjang tumbuhnya rasa nasionalisme dan pembangunan ekonomi daerah. Ragam budaya masyarakat
di daerah ini termasuk spesifik dan unik dibandingkan dengan budaya masyarakat di daerah lain. Namun
demikian, potensi budaya yang cukup besar ini belum mampu dikelola dengan baik sehingga belum
dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan di daerah ini. Di sisi lain, upaya
pembangunan jati diri seperti penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial,
kekeluargaan dan rasa cinta tanah air semakin memudar. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh belum
optimalnya upaya pembentukan karakter, kurangnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya taat
hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang bersifat negatif, serta belum meratanya kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat.
Taraf pendidikan penduduk tercatat mengalami peningkatan yang antara lain dapat diukur melalui
angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas pada 3 tahun terakhir. Pada tahun 1995, angka ini
tercatat sebesar 85,5% namun telah meningkat menjadi 89,5%. Demikian pula angka penduduk usia 15
tahun ke atas yang tamat pendidikan SMPA/MTs ke atas, pada tahun 1995 angka yang terdokumentasi
sebesar 27,5% namun pada tahun 2000 naik menjadi 42,800 dan awal tahun 2005 telah mencapai 45,8%.
Perbaikan taraf pendidikan tersebut didorong oleh peningkatan Angka Partisipasi Sekolah (APS) atau
presentase penduduk yang bersekolah pada kelompok usia dan angka melanjutkan yang pada awal tahun
2005, Angka Partisipasi Sekolah penduduk 7-12 tahun sebesar 86,38% dan usia 13-15 tahun sebesar
74,01% serta penduduk usia 16-18 tahun mencapai 31,51%. Sementara angka melanjutkan untuk lulusan
SD, SDLM/MI ke jenjang SMP/MTS/Paket B adalah 88,04% dan angka melanjutkan SMP/MTs/Paket B ke
jenjang pendidikan menengah tercatat sebesar 64,65 persen. Akan tetapi, kondisi kualitas pendidikan
sedemikian belum dapat diandalkan untuk menghadapi persaingan global sehingga berbagai
terobosan dalam pembangunan pendidikan masih diperlukan terutama untuk meningkatkan proporsi
penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan menurunkan
jumlah penduduk buta aksara melalui penyelenggaraan pendidikan yang makin berkualitas sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik daerah.
Dari aspek kualitas kesehatan, peningkatan status kesehatan tercermin dari usia Harapan Hidup
dan menurunnya angka kurang gizi pada balita. Data menunjukkan usia Angka Harapan Hidup selang
tahun 1990-2002 adalah 61,5 tahun dan pada tahun 1990 menjadi 62,2 tahun pada tahun 2002. Sementara
angka kematian bayi (AKB/IMR), pada tahun 1990 sebesar 61,8 per 1000 lahir hidup (Kabupaten
Kepulauan Sangihe dan Talaud) menjadi 35 per 1000 lahir hidup (Kabupaten Kepulauan Sangihe) pada
tahun 2002. Kecenderungan angka kematian bayi yang demikian menyatakan bahwa kesehatan
penduduk cukup baik yang ditandai dengan perbaikan gizi dan perubahan perilaku penduduk.
Selanjutnya, angka kematian ibu melahirkan tahun 1999 sebanyak 390 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2000 menurun 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kurang gizi pada balita
pada tahun 1990 sebesar 37,5% menurun pada 2000 sebesar 24,6%. Namun demikian, disparitas status
kesehatan antar wilayah, tingkat sosial ekonomi dan gender masih cukup lebar. Selain itu, masalah
kesehatan masyarakat menghadapi beban ganda penyakit, yaitu di satu pihak masih banyaknya

17
penyakit infeksi menular yang harus ditangani, di pihak lain mulai meningkatnya penyakit tidak menular. Di
samping itu, status kesehatan masyarakat masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan yang
dicapai oleh daerah lain di tingkat provinsi maupun secara nasional.
Dari aspek politik, perkembangan proses demokratisasi sejak tahun 1997 hingga selesainya
proses Pemilu tahun 2004 yang lalu telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masa
transisi demokrasi menuju arah konsolidasi demokrasi. Salah satu kebijakan strategis adalah kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah yang berimplikasi kepada pemekaran provinsi, kabupaten dan kota
memberikan ruang yang lebih leluasa kepada masyarakat guna mempercepat pembangunan daerah.
Proses demokratisasi yang dijalankkan telah membuat masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe semakin
sadar akan hak dan tanggung jawabnya. Dalam hubungan ini, partisipasi masyarakat diberi ruang yang
cukup dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan/pembangunan. Namun demikian, dinamika
pembentukan, perubahan dan jalannya sistim politik sejak proklamasi kemerdekaan sampai dengan masa
Orde Baru belum mampu membangun fondasi yang kokoh bagi berkembangnya demokrasi dalam
kehidupan sosial masyarakat. Dalam kurun waktu sampai dengan Era Orde Baru tersebut, kehidupan sosial
politik didominasi oleh kekuatan eksekutif yang bersifat sentralistik didukung oleh kekuatan militer. Birokrat
tidak netral dan menjadi pendukung utama kekuasaan penguasa. Sistim kepartaian didominasi oleh partai
tertentu, tidak terjadinya hak politik rakyat, budaya paternalistik yang sempit, penyelenggaraan Pemilu belum
dilakukan dengan jujur dan bersih, serta kurangnya kebebasan dan media masa pada umumnya. Dari aspek
pemberdayaan perempuan dan anak serta pemuda telah pula menunjukan peningkatan ditandai dari
semakin baiknya kualitas hidup perempuan dan anak serta partisipasi pemuda dalam pembangunan juga
semakin membaik seiring dengan budaya olahraga yang makin meluas di kalangan masyarakat.
Taraf kesejahteraan sosial masyarakat telah cukup memadai sejalan dengan berbagai upaya
pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi masyarakat rentan termasuk bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Meskipun demikian kualitas hidup dan peran perempuan
terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik masih rendah. Itulah sebabnuya,
pembangunan kualitas manusia tetap menjadi perhatian penting. Sumber daya manusia (SDM) merupakan
subjek dan sekaligus objek pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak kandungan
hingga akhir hayat. Kualitas SDM menjadi semakin baik antara lain ditandai dengan meningkatnya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang secara rinci nilai indeks tersebut merupakan komposit dari
Angka Harapan Hidup saat lahir, Angka Melek Aksara penduduk usia 15 tahun ke atas (gabungan angka
partisipasi kasarjumlah pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi) serta Pendapatan Domestik
Bruto Per-Kapita yang dihitung berdasarkan prioritas daya beli (purchasing power parity). Akan
tetapi, nilai-nilai ini relatif rendah jika dibandingkan dengan banyak daerah di Indonesia terutama kawasan
barat. Selanjutnya, gambaran kondisi sosial budaya dan politik akan dilengkapi dengan analisis proyeksi
peluang, ancaman, permasalahan dan keberhasilan yang sifatnya mendorong atau sebaliknya
menghambat perwujudan Visi dan Misi Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam periode 20 (dua puluh) tahun ke
depan sebagai berikut:
Proyeksi Peluang
Komunitas Kepulauan Sangihe sebagai masyarakat religius diyakini sebagai umat yang senantiasa
diberkati Tuhan. Demikian pula kehidupan sosial kemasyarakatan yang dilandasi rasa kekeluargaan yang
terus terpelihara. Realitas ini akan semakin menjamin dan terbinanya toleransi dan kerukunan antar umat
beragama terutama kebebasan dalam menjalankan ibadah keagamaannya sekaligus akan mendorong dan
memberikan peluang terciptanya iklim yang kondusif bagi upaya-upaya perlindungan dan penghormatan
terhadap hak-hak asasi manusia.
Implementasi otonomi daerah dengan kebijakan desentralisasi yang terus bergulir dewasa ini,
memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintah daerah dalam merancang akselerasi pembangunan
di bidang sosial budaya dan politik yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat melalui pendekatan
enam klaster pengembangan.
Khusus pengembangan pendidikan, kebijakan Pemerintah Pusat yang tertuang dalam
Amandemen UUD 1945 secara tegas telah mengatur bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan,

18
pemerintah wajib menyediakan alokasi dana minimal 20% dari Anggaran Pembangunan untuk bidang
pendidikan. Kebijakan ini memberikan peluang kepada Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan
sejumlah program kegiatan yang belum mampu dibiayai melalui kemampuan anggaran daerah.
Disamping itu, keberpihakan pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Penjang Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 berkorelasi positif dengan
peningkatan kualitas pendidikan bagi daerah perbatasan dan daerah tertinggal terutama dalam
mengurangi kesenjangan dalam pelayanan pendidikan.
Di bidang politik, perkembangan proses demokrasi sejak tahun 1997 hingga selesainya proses
Pemilu tahun 2004 lalu telah memberikan peluang untuk mengakhiri masa transisi demokrasi menuju ke
arah proses konsolidasi demokrasi. Dengan adanya penataan kembali kewenangan eksekutif, legislatif dan
yudikatif termasuk di dalamnya kekuasaan dari lembaga-lembaga yang baru seperti Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, dan Dewan Perwakilan Daerah sebagai wujud pelaksanaan Amandemen UUD
1945 yang telah mengubah dasar-dasar konsensus dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara baik pada tatanan suprastruktur maupun infrastruktur politik telah memberikan peluang kearah
terwujudnya keseimbangan kekuasaan.
Di bidang kesehatan, pengembangan daya saing SDM untuk mendukung komitmen Pemerintah
yang memprioritaskan pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan (sustainable) dan mandiri sangat
mungkin dikembangkan karena berbagai peluang berikut: (i) Adanya komitmen Pemerintah Pusat dalam
mengembangkan daerah perbatasan; (ii) Kawasan perbatasan memiliki peluang peluang kerjasama
antar kawasan dan kerjasama dengan negara tetangga, (iii) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan, (iv) Adanya insentif bagi tenaga kesehatan di wilayah terpencil/pulau-pulau,
(v) Tersedianya sarana pendidikan kesehatan seperti Akademi Perawat yang merupakan aset daerah untuk
pemenuhan kebutuhan kesehatan di daerah, (vi) Banyaknya kegiatan magang dan simposium bersertifikasi
yang dilaksanakan untuk peningkatan kualitas SDM kesehatan; dan (v) Terbukanya berbagai kesempatan
untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan lebih tinggi melalui berbagai tawaran beasiswa untuk studi di
dalam maupun luar negeri.
Proyeksi Ancaman
Dalam kaitannya dengan pembangunan bidang sosial budaya dan politik, kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat kabupaten kepulauan Sangihe terkait erat dengan kondisi kehidupan
masyarakatnya. Sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa Indonesia, masyarakat di kabupaten kepulauan
Sangihe adalah masyarakat yang majemuk (plural society) baik dari segi agama maupun kehidupan
sosial lain nya.
Seiring dengan tuntutan global, kehidupan sosial budaya masyarakat turut mengalami dampak
globalisasi dan modernisasi yang secara perlahan menyebabkan pergeseran nilai-nilai sosial budaya
masyarakat dan kehidupan politik. Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas
pelayanan dan pemahaman kehidupan beragama yang mencakup dimensi peningkatan kerukunan hidup
umat beragama menghadapi berbagai ancaman yang mengatasnamakan agama, simbol-simbol
keagamaan yang bersifat memecahkan kerukuan umat beragama dan tidak dilandasi nilai-nilai luhur
agama.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang belum merata di wilayah kabupaten kepulauan
Sangihe terutama untuk daerah perdesaan, wilayah terpencil dan kepulauan dengan penyediaan tenaga
pengajar/guru terbatas sangat mempengaruhi peningkatan kualitas sumber daya manusia disamping
itupula pemerintah daerah belum mampu menyediakan pelayanan dasar secara cuma-cuma bagi anak didik
yang tidak mampu.
Dalam bidang kesehatan kabupaten kepulauan Sangihe menunjukan peningkatan, meskipun
demikian dalam upaya untuk terus meningkatkan derajat kesehatan dan memperoleh pelayanan yang
berkualitas berbagai ancaman sosial ekonomi serta perubahan lingkungan strategis global dan nasional
seperti Millennium Development Goals (MDGs) dan desentralisasi bidang kesehatan.

19
Perkembangan pembangunan politik khususnya politik perempuan serta partisipasi anak dalam
pembangunan membentuk diskriminasi terhadap perempuan dan anak yang bersumber dari ketimpangan
struktur sosio-kultur masyarakat yang bias gender. Dalam konteks sosial ini ancaman yang dihadapi
adalah masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan, keterlibatan
dalam pendidikan yang lebih tinggi dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas seperti
kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki. Juga masih adanya hukum dan
peraturan perundangundangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan dan belum peduli
anak.
Proyeksi Permasalahan.
Di masa yang akan datang, tatanan kehidupan sosial budaya dan politik dalam masyarakat
akan menghadapi banyak perubahan sebagai akibat dari kemajuan pembangunan. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pengaruh globalisasi tidak mungkin dihindari. Oleh karena itu, permasalahan
sosial, dan politik dalam bingkai kehidupan sosial budaya dan politik diperkirakan semakin sukar.
Apabila ciri-ciri kehidupan sosial masyarakat, politik maupun budaya mengikuti sistem global, maka ini
berarti bahwa pertumbuhan sosial budaya dan politik masyarakat bersentuhan langsung dengan sumber
daya manusia dan ukuran kualitas ini adalah derajat pendidikan dan kehidupan sosial masyarakat.
Dari aspek kehidupan beragama, kesadaran masyarakat dalam kehidupan beragama belum mampu
sepenuhnya menjamin kualitas kehidupan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kemampuan sistem pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu masih
memerlukan berbagai upaya sistematik, terarah dan berkelanjutan guna meningkatkan relevansinya
dengan kebutuhan-kebutuhan yang semakin bervariasi. Dari aspek budaya, upaya pembentukan karakter,
kurangnya keteladanan, lemahnya budaya taat hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang bersifat
negatif serta tidak meratanya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat masih merupakan permasalahan
yang akan dihadapi. Dari aspek kesehatan, disparitas status kesehatan antar wilayah, tingkat sosial ekonomi
dan gender masih cukup lebar. Pemberdayaan perempuan terutama pada bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi dan politik masih rendah. Selain itu, dinamika politik masih belum mampu membangun fondasi
yang kokoh dalam perkembangan demokrasi dalam kehidupan sosial masyarakat. Adapun berbagai
permasalahan terkait dengan pembangunan sosial budaya dan politik di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah
sebagai berikut:
1. Pemerataan pendidikan dan tingkat pendidikan masih relatif rendah;
2. Terbatasnya jumlah tenaga guru/pengajar terutama diwilayah pulau-pulau;
3. Tenaga dokter, tenaga paramedis belum tersebar secara merata didaerah terpencil, karena
wilayah perkotaan masih menjadi pilihan dalam bekerja;
4. Terbatasnya sarana dan peralatan puskesmas;
5. Tuntutan demokratisasi dalam kehidupan politik yang belum menjamin tatanan kehidupan demokrasi;
6. Potensi budaya yang cukup besar belum sepenuhnya mampu dikelolah dengan baik;
7. Kehidupan sosial politik didominasi oleh kekuasaan eksekutif yang bersifat sentralistik yang
didukung oleh kekuatan militer;
8. Sistim kepartaian didominasi oleh partai tertentu, tidak terjadinya hak politik rakyat, budaya
paternalistik yang sempit;
9. Potensi wilayah perbatasan dibawah payung BCA, untuk memfasilitasi kunjungan antara masyarakat
pulau-pulau perbatasan di wilayah Republik Indonesia berkembang secara negatif karena aturan
tidak lagi mampu menampung kebutuhan-kebutuhan rill masyarakat kedua belah pihak (RI-Philipina);
10. Perilaku pemabukan, penyalagunaan kekuasaan, perjudian, perceraian, pengrusakan
lingkungan masih akan berlangsung;

20
11. Pesan-pesan moral agama belum sepenuhnya dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-
hari;
12. Dari aspek budaya, potensi budaya yang cukup besar belum mampu dikelolah dengan baik sehingga
belum sepenuhnya memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan daerah; dan
13. Kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai budaya, bahasa dan solidaritas, rendahnya keteladanan
para pemimpin, lemahnya budaya taat hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang bersifat
negatif dan tidak meratanya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Proyeksi Keberhasilan
Dari berbagai dinamika kehidupan sosial budaya dan politik masyarakat daerah Kabupaten
Kepulauan Sangihe, upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam dimensi 20 tahun ke depan
akan terjadi prioritas pembangunan terutama dalam upaya mengatasi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat khususnya perempuan serta tingginya tingkat kekerasan terhadap perempuan.
Sikap budaya dan perilaku politik yang dikembangkan dititikberatkan pada proses penanaman nilai-
nilai demokrasi terutama penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia, nilai-nilai persamaan serta nilai-nilai
toleransi politik, melalui berbagai wacana dan media dalam bidang kesehatan, peningkatan derajat
kesehatan lebih diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan melalui pemberdayaan kesehatan dengan
memperhatikan karakteristik Daerah dan Klaster Kepulaun terutama pada pelayanan kesehatan bagi
penduduk miskin, dan yang berada di daerah bencana.
Peningkatan kualitas pendidikan lebih diarahkan pada harkat, martabat dan kualitas SMD, sehingga
perlu penyediaan sarana dan pendukung pembelajaran yang memadai dan meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan terjangkau semua jenjang pendidikan
yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi daerah.
Sistim jaminan sosial dikembangkan bagi seluruh rakyat sebagai wacana pengembangan yagn
sesuai dengan martabat kemanusiaan dan diupayakan tidak merusak budaya yang telah berakar di
masyarakat.
Keberadaan kehidupan umat beragama, adat budaya dan tradisi-tradisi sangat menunjang
pelaksanaan pembangunan disamping iklim bersifat kondusif dalam pengembangan demokrasi di berbagai
bidang aspek kehidupan serta adanya wadah BKSUA, kerukunan antar umat beragama yang didukung
oleh saran peribadatan.
2.1.5. Prasarana dan Sarana.
Bidang Sarana dan Prasarana yang meliputi sumberdaya air, transportasi, telekomunikasi dan
kelistrikan serta perumahan dan permukiman sampai saat ini kondisi pelayanan dan penyediaan umumnya
belum berperan secara optimal, baik kualitas dan kuantitas.
Sebaran dan ketersediaan sumberdaya air di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe sangat
bervariasi; pada wilayah pulau-pulau kecil ketersediaan sumberdaya air merupakan masalah yang
dijumpai hampir setiap tahun. Untuk pulau besar, masalah yang timbul lebih banyak disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang makin tidak kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan
lingkungan antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya dukung daerah aliran sungai yang
diakibatkan oleh kerusakan hutan dengan ditandai meluasnya lahan kritis.
Pengembangan dan pengelolaan infrastruktur sumberdaya air untuk pengendalian daya rusak
air terutama untuk pengendalian banjir dan pengairan, sampai saat ini masih belum memadai. Hal ini terlihat
dengan lemahnya koordinasi kelembagaan dan ketatalaksanaan sumberdaya air yang antara lain berdampak
kegiatan pertambangan bahan bangunan yang tidak terkontrol yang dilakukan oleh kontraktor proyek maupun
masyarakat serta adanya perambahan hutan dan pembukaan lahan perkebunan baru. Walaupun demikian
telah diupayakan sejumlah program dan kegiatan untuk mendukung pengembangan dan pengelolaan
infrastruktur sumberdaya air di daerah ini antara lain program kegiatan Survei Identifikasi Sungai yang ada

21
di wilayah Sangihe, pembangunan saluran irigasi, normalisasi/penataan rawa pasang surut,
pemeliharaan/perbai kan alur sungai maupun survey geolistrik air tanah.
Keberadaan geografis wilayah dengan karakteristik kepulauan yang tidak didukung oleh fasilitas
transportasi yang memadai telah melahirkan masalah tersendiri terhadap Manajemen Pemerintahan di
Kabupaten ini, yang terindikasi antar lain melalui LAMBANNYA PELAYANAN PUBLIK dan dorongan
terhadap KINERJA PEREKONOMIAN, karena belum terciptanya kesetaraan dan keseimbangan penguatan
akses antarpulau dan klaster-klaster yang ada.
Selama sepuluh tahun terakhir, pembangunan prasarana jalan diperhadapkan dengan beberapa
permasalahan seperti aspek kapasitas, kondisi/jumlah dan kualitas prasarana dan sarana fisik, kelembagaan
dan peraturan, sumber daya manusia, teknologi pendanaan dan investasi, manajemen, operasi dan
pemeliharaan. Disamping itu kondisi jalan provinsi dan kabupaten cenderung mengalami penurunan
disebabkan kualitas kontruksi jalan yang belum optimal, pembebanan berlebihan, bencana alam seperti
longsor, banjir dan gempa bumi serta menurunnya kemampuan pembiayaan pemeliharaan jalan oleh
pemerintah.
Ruas-ruas jalan/jembatan terutama di pulau-pulau besar seperti Sangihe, Siau dan
Tagulandang belum secara optimal mendukung kelancaran arus distribusi barang-barang konsumsi ke
pelosok pedesaan. Demikian pula mobilitas barangbarang dari sentra-sentra produksi di pelosok
pedesaan ke pusat-pusat pemasaran di tiap pulau maupun wilayah pulau, disamping itu dalam
pelaksanaan pembangunan prasarana jalan juga diperhadapkan pada rendahnya kesadaran dan kepedulian
masyarakat, misalnya dalam hal tuntutan ganti rugi dan harga sewa tanah yang terlalu berlebihan
mengakibatkan berpengaruh terhadap pembukaan jalur jalan baru.
Keberadaan sebagai daerah kepulauan diperhadapkan dengan terbatasnya jumlah prasarana
dan sarana penyeberangan serta pelayanan angkutan penyeberangan untuk menjangkau dan
melayani kebutuhan angkutan antar pulau dan wilayah terpencil.
Walaupun diperhadapkan pada sejumlah permasalahan, pembangunan sektor perhubungan darat di
daerah ini dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan dan kemajuan, baik dalam penyediaan
sarana maupun prasarana penunjang kegiatan seperti pembangunan/peningkatan atau rehabilitasi jalan dan
jembatan, pembangunan terminal/halte penumpang, Penambahan sarana dan prasarana keselamatan
jalan, Terbangunnya 2 (dua) dermaga penyeberangan fery.
Pembangunan/peningkatan atau rehabilitasi jalan dan jembatan berdampak langsung pada
peningkatan kualitas dan kuantitas jalan di daerah ini. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya panjang
jalan, pada tahun 1995 panjang jalan provinsi sepanjang 180, 13 km dan jalan kabupaten 361,65 km,
dan pada akhir tahun 2004 panjang Jalan Kabupaten mencapai 479,80 km, sedangkan untuk jalan
provinsi, sesuai dengan Surat Dirjen Prasarana Wilayah Nomor: UM.0103-Dp/336.1 tanggal 8 Agustus 2002
dan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:
375/KPTS/M/2004 dan Nomor: 376/KPTS/M/2004 telah terjadi perubahan status jalan yaitu menjadi jalan;
Jalan Nasional sepanjang 87,45 km, Jalan Provinsi 92,68 km. Selain itu juga telah terbangun beberapa
terminal penumpang di beberapa ibukota kecamatan, 2 buah dermaga fery di Pananaru dan Sawang Bandil
Siau Timur Selatan serta. Terealisasinya bantuan Pemerintah Pusat berupa armada angkutan darat perintis
(Bus Damri 2 Buah) serta subsidi untuk pengoperasiannya yang berada di pulau Sangihe.
Fasilitas transportasi laut yang diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan maritim guna
merangkai seluruh klaster kepulauan di Kabupaten Sangihe agar boleh berintegrasi dan bersinergi secara
kompak ke dalam dinamika sistem mata rantai pembangunan di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara maupun
dalam konsep pengembangan secara Nasional dalam kaitan pembinaan kesatuan ekonomi, politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan, hingga kini dirasakan sangat sulit untuk mewujudkannya, mengingat
minimnya pembiayaan, serta faktor-faktor lain yang bertalian dengan kebijakan secara Nasional yang
perlu penyesuaian dengan kebutuhan riil di Daerah ini. Saat ini kebutuhan akan sarana angkutan laut lebih
tergantung pada peran swasta, ketersediaan akan sarana transportasi laut untuk merangkai keseluruhan
pulau belum memadai. Hal yang sama juga dirasakan pada pengembangan transportasi udara, minimya

22
pembiayaan untuk pen ingkatan fasilitas di Bandara Naha turut berpengaruh terhadap upaya Pemerintah
guna menjadikan bandara ini mempunyai PERAN YANG STRATEGIS untuk:
1) Membuka isolasi sebagai penyebab keterpencilan/ketertinggalan Kabupaten Kepulauan
Sangihe (outward looking/inward looking);
2) Memposisikan kawasan perbatasan Kepulauan Sangihe yang selama ini sebagai daerah pinggiran
dan terkebelakang, menjadi "Beranda Depan Negara Kesatuan Republik Indonesia";
3) Memperkuat aksesibilitas Masyarakat dan Pemerintah Daerah guna mengantisipasi peluang-
peluang kerja sama Bidang Ekonomi baik Nasional, Regional maupun Internasional
memasuki era pasar bebas, dan berbagai aspek
4) yang bertalian dengan dinamika globalisasi;
5) Merangkai dinamika Kepulauan Sangihe agar boleh terintegrasi dan bersinergi ke dalam
dinamika sistem mata rantai pembangunan wilayah Provinsi Sulawesi Utara maupun dalam
konsep Pembangunan secara Nasional;
6) Meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa masuk dan keluar Daerah;
7) Mendukung dan mempermudah penyelenggaraan tugas-tugas TNI/POLRI dalam rangka pengendalian
keamanan dan ketertiban daerah perbatasan yang pada gilirannya menjaga stabilitas keamanan
nasional; dan
8) Membantu memperlancar pelaksanaan tugas-tugas Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan
Masyarakat.
Ketersediaan pelayanan jaringan telekomunikasi di daerah ini masih belum memadai. Sarana
telekomunikasi sebagian besar masih terfokus pada pulau yang daratannya sangat luas, seperti Pulau
Sangihe, Pulau Siau dan Pulau Tagulandang. Untuk kecamatan dan pulau-pulau kecil lainnya yang sulit
dijangkau dengan jaringan telepon, saat ini sedang diusahakan pembangunannya walaupun terbatas
hanya pada sistim Satelit atau VSAT. Piranti telekomunikasi yang dominan dipakai oleh kawasan atau
wilayah yang sulit dijangkau saat ini masih mengandalkan piranti komunikasi yang dimiliki oleh
Pemerintah daerah yang digunakan di kantor kecamatan, PLN atau Radio HandyTalky para Amatir Radio.
Peran Pihak Swasta juga turut membantu keberadaan akan kebutuhan sarana Telekomunikasi di
daerah ini, yakni pada Tahun 2003 sampai Akhir Tahun 2005 sudah dibangun beberapa Unit Stasiun
Transmisi Telepon Seluler SATELINDO (Mentari) dan TELKOMSEL (Sempati) di Pulau Sangihe (4 stasiun)
Siau (2 Stasiun), Tagulandang (2 Stasiun), dan Tamako (2 Stasiun). Guna memenuhi kebutuhan masyarakat
akan kebutuhan sarana telekomunikasi ini, saat ini Pihak Satelindo dan Telkomsel akan mengembangkan
stasiun pada wilayah atau pulau-pulau yang belum terjangkau dengan sarana telekomunikasi tersebut.
Penyediaan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman di Kabupaten Kepulauan Sangihe lebih
difokuskan pada pemenuhan rumah sederhana sehat bagi masyarakat berpendapatan rendah. Namun
kedepan dengan adanya perkembangan kota yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk maka
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman melalui penciptaan lokasi-lokasi permukiman khususnya
di daerah perkotaan. Disamping itu kendala lain yang dihadapi adalah terjadinya kesenjangan (mismatch)
dalam pembiayaan perumahan disebabkan belum adanya sumber pembiayaan perumahan jangka
panjang. Saat ini pembiayaan penyediaan perumahan dan permukiman di daerah ini masih tergantung pada
peran pemerintah.
Di sektor ketenagalistrikan, Pemerintah Daerah juga menghadapi kendala yang sampai saat ini
masih terus mengemuka karena konfigurasi geografis yang terdiri dari 112 pulau besar/kecil dengan
persebaran penduduk yang timpang (terjadi penumpukan jumlah penduduk terutama di Pulau Sangihe,
Siau dan Tagulandang). Walaupun potensi cadangan energi primer cukup besar,
pengembangan sistem kelistrikan yang optimal masih mengalami kesulitan karena lokasi-lokasi distribusi
jauh/terpisah dari pusat beban (wilayah kepulauan). Di samping itu infrastruktur pendukung yang

23
lemah serta kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi masih sangat minim. Sementara itu budaya usaha di bidang kelistrikan belum berkembang.
Pertumbuhan kebutuhan masyarakat terhadap tenaga listrik cenderung meningkat secara signifikan setiap
tahun tetapi pada sisi yang lain daya beli masyarakat masih rendah dan tidak merata. Regulasi investasi
yang belum tertata dengan baik, citra politis, instabilitas ekonomi dan moneter sangat mempengaruhi minat
swasta untuk berinvestasi di bidang kelistrikan.
Proyeksi Peluang.
Secara umum terbukanya peluang pengembangan di bidang infrastruktur dimungkinkan karena
adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah Indonesia untuk memacu Perkembangan Kawasan Perbatasan
guna memperkecil kesenjangan antar wilayah sekaligus memberikan jaminan keamanan demi tegaknya
kedaulatan NKRI serta kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam hal
perencanaan dan penataan ruang kawasan Perbatasan.
Sebagai kawasan pintu gerbang bagian utara di wilayah Indonesia maka pengembangan
transportasi perhubungan laut merupakan bagian yang perlu diperhitungkan dalam pengembangannya. Hal
ini dikaitkan dengan peluang pengembangan kerja sama antara kawasan di Asia Pasifik di masa
mendatang, yakni dengan mempersiapkan dan meningkatkan sarana dan prasarana tranportasi laut.
Pada sub bidang transportasi udara pengembangan bandar udara Naha sebagai Outward
Looking (pelabuhan transit bagi penumpang dan barang yang masuk dan keluar negeri), dengan
strategisnya posisi daerah ini sebagai perbatasan tentunya menjadi pintu gerbang lalu lintas manusia dan
barang yang masuk dan keluar negeri.
Peluang pengembangan pada sektor Perumahan dan Permukiman lebih banyak dimungkinkan
dengan kebijakan pemerintah untuk memajukan daerah perbatasan dengan pemberian bantuan program
perumahan daerah perbatasan.
Pada sektor kelistrikan, peluang pengembangan teknologi sumber daya alternatif berupa
pembangkit listrik tenaga angin, solar cell memungkinkan untuk dikembangkan di daerah ini karena ditunjang
dengan kondisi cuaca dan iklim serta topografi wilayah kepulauan dan berbukit.
Proyeksi Ancaman.
Adanya kerjasama regional dan interregional diberbagai aspek menuntut ketersediaan akan
infrastruktur yang lengkap dan modern seperti jaringan jalan yang menjangkau keseluruhan wilayah,
dermaga peti kemas, fasilitas bandara dan jaringan telekomunikasi yang modern serta ketersediaan akan
sumberdaya energi kelistrikan.
Adanya ancaman akibat minimnya aksesibilitas dari dan keluar kawasan perbatasan wilayah
merupakan salah satu faktor yang turut mendorong orientasi masyarakat yang cenderung berkiblat aktifitas
sosial ekonominya kenegara tetangga yang secara jangka panjang dikhawatirkan akan memunculkan
degradasi nasionalisme masyarakat yang tinggal diperbatasan.
Dalam hal pemenuhan akan ketersediaan air, ancaman yang dihadapi adalah menurunnya
kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam penggunaan sumber alam yang ada seperti;
kegiatan pertambangan galian bahan bangunan yang tidak terkontrol, pengelolaan dan pemanfaatan
sumber air baku yang berlebihan, dll. Dalam bidang kelistrikan ancaman yang dihadapi
yaitu ketergantungan akan sumber daya energi diesel, yang diperkirakan untuk beberapa tahun kedepan
tidak lagi ekonomis akibat adanya kecenderungan kenaikan harga BBM yang secara langsung
mempengaruhi biaya operasionalnya.
Proyeksi Permasalahan
Masalah pokok yang akan menghambat peningkatan infrastruktur di daerah ini adalah
ketersediaan dukungan dana.

24
Khusus untuk pengembangan infrastruktur sumberdaya air, masalah yang dihadapi adalah
kerusakan lingkungan (hutan) yang semakin meluas dan berdampak pada keberlangsungan daya
dukung sumber daya air. Masalah lain yang mungkin akan muncul adalah permintaan kebutuhan pelayanan
(barang, jasa, manusia) yang tidak diimbangi dengan pengembangan/peningkatan infrastruktur perhubungan,
perumahan, kelistrikan dan telekomunikasi.
Proyeksi Keberhasilan
Bertolak dari peluang, ancaman dan permasalahan di atas maka pada 20 tahun kedepan
diharapkan gambaran peningkatan infrastruktur sumberdaya air dapat diwujudkan dengan berkurangnya
jaringan irigasi yang tidak berfungsi, bertambahnya tanggul pengaman pantai, berkurangnya wilayah rawan
banjir dan longsor, berfungsinya institusi Sumber Daya Air secara professional, tersedianya air Baku/Air Bersih
di pulau-pulau kecil terpencil, terealisasinya pengelolaan dan konservasi sungai danau dan sumber air
lainnya, terealisasinya jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya serta terealisasinya
pengendalian banjir dan pengaman pantai. Demikian juga untuk infrastruktur transportasi dan telekomunikasi
diharapkan mengalami kemajuan, yaitu untuk Transportasi darat: bertambahnya ruas panjang jalan yang
beraspal dan jembatan Nasional, sarana prasarana keselamatan pengguna jalan yang semakin memadai
yang disesuaikan dengan kondisi dan keberadaan wilayah, rampungnya jalan lingkar pulau (Sangihe, Siau
dan Pulau Tagulandang), meningkatnya pembangunan jalan dan jembatan arteri primer untuk
menanggulangi kemacetan, peningkatan pembangunan jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten
serta penanganan jalan pada wilayah pedesaan, wilayah terisolasi dan pulau-pulau kecil serta
meningkatnya jumlah pelabuhan penyebrangan fery. Transportasi laut: meningkatnya jasa transportasi laut
pulau kecil dan pusatpusat pemasaran, meningkatnya kinerja dan efisiensi pelabuhan, meningkatnya
jumlah dermaga pada beberapa pulau atau Ibukota kecamatan lainnya, bertambahnya fasilitas
pendukung pelabuhan (Lahan Parkir, Ruang Tunggu, Panjang Dermaga, Gudang, Karantina dll) yang
dilengkapi dengan sarana bantu navigasi pelayaran, tersedianya angkutan pelayaran yang dikelola oleh
pihak Pemerintah Daerah. Transportasi udara: meningkatnya/bertambahnya fasilitas bandara yang
didukung dengan kualitas pelayanan yang professional (ketertiban, keamanan, kelayakan dan
keselamatan).
Perumahan dan permukiman : terpenuhinya kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar
primer yang sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
yang didukung oleh sistim pembiayaan perumahan jangka panjang yang market friendly,
efisien, dan akuntabel. Telekomunikasi dan Kelistrikan: diharapkan semua wilayah di daerah ini sudah
terjangkau dengan jaringan telekomunikasi dan fasilitas kelistrikan.
2.1.6. Pemerintahan
Salah satu agenda penting dalam pembangunan pemerintahan adalah menciptakan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa. Aspek-aspek penting yang berkaitan dengan upaya mewujudkan tata
pemerintahan yang baik adalah keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas, efisiensi, penegakan supremasi hukum
dan peningkatan peluang partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, keserasian dan
keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk mencapai tujuan-
tujuan ini, berbagai langkah kebijakan terarah pada perubahan kelembagaan dan sistim pengawasan
serta pemeriksaan yang efektif sangat diperlukan.
Otonomi daerah, sebagai salah satu dari sejumlah kebijakan strategis Pemerintah untuk
menjawab berbagai tuntutan reformasi, telah mengubah penyelenggaraan pemerintahan dari pola
pemerintahan bersifat sentralistik menjadi pola terdesentralisasi. Melalui kebijakan ini, pengambilan
keputusan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik diharapkan menjadi lebih
sederhana dan cepat karena dapat dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan yang telah
ditetapkan. Kebijakan ini sangat dibutuhkan tidak saja untuk menghadapi berbagai tuntutan
perkembangan di era yang semakin kompetitif ini, tetapi juga untuk mengentaskan sisa-sisa
permasalahan yang terjadi pada waktu-waktu lalu yang hingga kini masih terus diupayakan
penanggulangannya. Berbagai permasalahan warisan masa-masa sebelumnya berkembang dan
meningkat derajat kompleksitasnya disebabkan telah terjadi perubahan-perubahan besar terutama yang

25
terkait dengan DESENTRALISASI, DEMOKRATISASI, GLOBALISASI dan REVOLUSI TEKNOLOGI
INFORMASI.
Proyeksi permasalaan
Sejak diterapkannya kebijakan ini dalam pembangunan pemerintahan di Kabupaten Kepulauan
Sangihe, berbagai penataan kelembagaan secara intensif telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai tanggapan terhadap pembentukan daerah
otonom baru dan tuntutan perkembangan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun demikian,
birokrasi belum mengalami perubahan mendasar dan masih banyak permasalahan yang belum
terselesaikan. Permasalahan-permasalahan yang sedemikian kompleks makin menuntut kesiapan
aparatur untuk menghasilkan kebijakan pembangunan yang tepat dan pelayanan yang berkualitas. Beberapa
dari sejumlah permasalaan itu antara lain; (i) reformasi birokrasi belum sepenuhnya menjawab tuntutan
masyarakat, (ii ) masih ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah yang belum
jelas, (iii) kerjasama antar pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah dengan negara tetangga masih
rendah, (iv) penyelenggaraan kelembagaan pemerintah daerah belum efektif dan efisien, (v) kapasitas
aparatur pemerintah daerah masih terbatas dan tergolong rendah, (vi) kapasitas keuangan pemerintah
daerah masih terbatas, (vii) pemekaran wilayah belum sepenuhnya menjawab berbagai permasalahan
mendasar (viii) konsep pembangunan wilayah kepulauan masih bersifat kontinental dan cenderung inward
looking. Berbagai upaya akan diarahkan pada pemecahan permasalahanpermasalahan ini dalam
kurun waktu 20 tahun ke depan.
Reformasi birokrasi yang belum berjalan sebagaimana diharapkan
diduga terkait erat dengan kompleksitas permasalahan yang sedang dihadapi seperti tingkat penyalahgunaan
wewenang dan praktek KKN yang masih tetap berlangsung dan pengawasan terhadap kinerja birokrasi
yang masih lemah. Permasalahanpermasalah ini belum sepenuhnya dapat diatasi baik secara internal
maupun eksternal. Secara internal, berbagai faktor seperti demokrasi, desentralisasi dan internal
birokrasi itu sendiri masih merupakan masalah kompleks yang membutuhkan upaya
pemecahan secara bertahap dan terarah dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. Faktor demokratisasi dan
desentralisasi telah membawa dampak terhadap proses pengambilan keputusan kebijakan publik.
Dampak ini terkait dengan meningkatnya tuntutan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik,
penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik seperti transparansi, akuntabilitas dan kualitas
kinerja publik, ketaatan hukum dan pelimpahan tanggung jawab, serta tingginya tuntutan pelimpahan
kewenangan dan pengambilan keputusan. Secara internal, berbagai permasalah yang sedang dihadapi
adalah pelanggaran disiplin, penyalahgunaan kewenangan, praktek KKN, rendahnya kinerja SDM dan
kelembagaan aparatur, sistim kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan belum memadai,
efisiensi dan efektifitas kerja yang masih rendah, kualitas pelayanan umum belum optimal dan banyak
peraturan yang tidak lagi relevan dengan perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan.
Sementara faktor eksternal seperti globalisasi dan revolusi teknologi informasi juga turut memberikan
dampak signifikan terhadap upaya-upaya pencarian kebijakankebijakan alternatif untuk pemecahan
berbagai masalah ini.
Cakupan wilayah pemerintahan yang luas apalagi di Kabupaten
Kepulauan Sangihe yang terdiri dari ratusan pulau menyebabkan penyelenggaran pemerintahan dan
pembangunan tidak efektif yang berakibat pada ketertinggalan wilayah ini dibandingkan dengan daerah-
daerah lain di Provinsi Sulawesi Utara.
Masih banyak kewenangan daerah yang belum didesentralisasikan
karena peraturan dan perundangan sektoral yang belum disesuaikan dengan Undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah. Hal ini memicu berbagai permasalah seperti dalam hal kewenangan, pengelolaan
APBD, pengelolaan suatu kawasan atau pelayanan tertentu, pengaturan pembagian hasil sumber daya alam
dan pajak dll. Selain itu adalah tumpang tindih kewenangan antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang
mengakibatkan berbagai konflik antara berbagai pihak dalam penerapan berbagai aturan.

26
Kerjasama antar pemerintah daerah maupun kerjasama pemerintah
daerah dengan negara tetangga masih tergolong rendah terutama dalam penyediaan pelayanan
masyarakat di wilayah terpencil, perbatasan daerah, pemanfaatan sumber daya secara bersama,
kerjasama di bidang pendidikan, kesehatan, perikanan, perkebunan dan perikanan termasuk dalam
pengelolaan pasca panen dll.
Umumnya struktur organisasi pemerintah daerah masih besar dan
tumpang tindih. Di samping itu, prasarana dan sarana pemerintahan masih minim dan belum ada standar
pelayanan minimum. Hubungan kerja antar lembaga seperti pemerintah daerah, DPR, masyarakat dan
organisasi non pemerintah belum optimal.
Sumber daya dan kapasitas aparatur pemerintah daerah masih
terbatas. Hal ini dapat dilihat dari ketersedian aparatur pemerintah daerah dari segi jumlah maupun
profesionalisme, terbatasnya kesejahteraan aparat pemerintah daerah serta tidak proporsionalnya
distribusi yang menyebabkan tingkat pelayanan publik tidak optimal yang ditandai dengan lambatnya
kinerja pelayanan, tidak ada kepastian waktu, tidak transparan dan kurang responsif terhadap permasalah
pembangunan di daerah. Di samping itu sistim dan regulasi yang memadai dalam perekrutan dan pola karir
aparatur pemerintah daerah.
Kapasitas keuangan daerah masih terbatas yang ditandai dengan
terbatasnya efektivitas, efisiensi dan optimal isasi pemanfaatan sum ber-su m ber penerimaan daerah,
belum efisiensinya prioritas alokasi belanja daerah secara proposional serta terbatasnya kemampuan
pengelolaan termasuk dalam melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas serta
profesionalisme.
Proyeksi Peluang
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa perubahan
mendasar pola manajemen pemerintahan, pelayanan publik dan pembangunan di berbagai aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama terkait dengan desentralisasi,
demokratisasi, globalisasi dan perkembangan teknologi informasi. Landasan legal formal ini merupakan
manifestasi semangat reformasi yang telah menjadi konsensus dan komitmen nasional untuk
diimplementasikan baik oleh suprastruktur maupun infrastruktur politik dalam satu kesatuan visi, intepretasi
dan presepsi.
Kebijakan Nasional berupa desentralisasi dan otonomi daerah yang berimplikasi kepada
pemekaran provinsi, kabupaten dan kota telah memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat di
Daerah guna mempercepat Pembangunan Daerah. Di samping itu kondisi sosial dan ekonomi di seluruh
wilayah Indonesia mempunyai kecenderungan akan bergerak ke arah yang lebih baik/maju. Indikator ini
tercermin antara lain melalui peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), relatif terkendalinya
pengangguran, meningkatnya akses infrastruktur terutama transportasi dan telekomunikasi, pendidikan dan
kesehatan. Namun demikian, peningkatan kondisi sosial dan ekonomi tersebut relatif tidak merata serta sangat
bervariasi antara satu Daerah dengan Daerah yang lain termasuk Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dalam
hubungan ini ke depan perlu pula dipertimbangkan kemungkinan pemekaran Kabupaten Tagulandang-Biaro
dan kota Tahuna. Strategi dan kebijakan ini tak lain bertujuan mempermudah/menyederhanakan Manajemen
Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan kepada masyarakat umum sampai ke pelosok dan
kepulauan/pesisir yang terpencil.
Proyeksi Ancaman
Pemekaran wilayah di satu sisi memang menghasilkan layanan sosial yang lebih efisien, tetapi
di sisi lain membuka peluang menguatnya semangat primordialisme. Hal ini antara lain terlihat dari
reaksi-reaksi penolakan dari satu kelompok terhadap kelompok etnis lainnya dalam berbagai wacana publik
dengan alasan yang mengarah pada proses penguatan semangat sedemikian. Selain itu, batas wilayah

27
menjadi salah satu potensi konflik disamping berkurangnya luas wilayah juga berarti pengurangan
potensi sumber daya alam secara signifikan.
Proyeksi Keberhasilan
Adanya ketidakjelasan dalam pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat yang tergolong rendah, kelembagaan pemerintah daerah
yang belum tertata baik, ketersediaan dan kualitas aparatur pemerintah daerah yang amat terbatas, kapasitas
maupun pengelolaan keuangan daerah yang tergolong rendah dan daerah otonom yang belum tertata baik
diperkirakan akan terus menuntut upaya-upaya revitalisasi proses desentralisasi/otonomi daerah dan penciptaan tata
pemerintahan yang bersih dan berwibawa dalam pembangunan pemerintahan Kabupaten Kepulauan
Sangihe 20 tahun ke depan.
Pemekaran wilayah dengan segala konsekwensinya merupakan salah satu masalah mendasar
yang akan dihadapi. Di samping dampak strategis seperti jangkauan dan kualitas pelayan publik yang
diperkirakan akan membaik dengan adanya pemekaran wilayah, berbagai hal berdampak tidak
menguntungkan bagi wilayah induk maupun wilayah yang dimekarkan seperti batas wilayah dan
pemahaman primordialisme semu diperkirakan akan menjadi tantangan serius bagi pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Selain itu, upaya pemekaran wilayah diperkirakan tidak akan efektif jika semata-
mata hanya didasarkan pada aspek politik. Itulah sebabnya, terkait dengan pemekaran wilayah upaya
yang lebih konkrit dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Kepulauan Sangihe harus lebih
diutamakan dari aspek-aspek lainnya.
Globalisasi dan revolusi teknologi (e-government) merupakan tantangan tersendiri dalam
upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, baik dan berwibawa. Hal ini terkait dengan
meningkatnya ketidakpastian akibat perubahan faktor politik, ekonomi dan sosial, arus informasi yang makin
deras yang berpeluang menimbulkan infiltrasi budaya dan terjadinya kesenjangan informasi dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan ini membutuhkan aparatur yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan
handal untuk melakukan antisipasi, menggali potensi dan terobosan dalam menghadapi berbagai tuntutan
perubahan.
2.1.7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan upaya strategis untuk
pembentukan iklim inovasi yang dapat menjadi landasan bagi tumbuhnya kreativitas sumber daya manusia
yang pada gilirannya dapat menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Di samping itu,
peningkatan kemampuan iptek juga sangat diperlukan untuk meningkatkan standar kehidupan dan
kemandirian serta daya saing karena untuk tumbuh dan berkembang di era globalisasi, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) guna menunjang terciptanya landasan yang kuat bagi terwujudnya
kemajuan di berbagai aspek kehidupan masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe, merupakan salah satu
syarat mutlak. Hingga saat ini penguasaan Iptek masih tergolong sangat rendah. Itulah sebabnya,
pembangunan Iptek masih memerlukan perhatian dari berbagai pihak sehingga penguasaan berbagai
aspek terkait dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini benar-benar dapat
dimanfaatkan untuk mendukung perum usan kebijakan dan langkah-langkah pembangunan yang menjadi
prioritas pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Proyeksi Permasalahan
Kemampuan Iptek Daerah Masih Rendah. Kemampuan menyerap ilmu
pengetahuan dan Teknologi (Iptek) belum dapat diandalkan. Faktor kualitas SDM serta faktor-faktor
pendukung lainnya seperti ketidaktersediaan sarana dan prasarana pendidikan seperti perguruan tinggi
negeri dan lembaga penelitian dan pengembangan sangat mempengaruhi pengembangan IPTEK di
Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Kontribusi Iptek Daerah Masih Sangat Rendah. Sejumlah penelitian

28
yang telah dilakukan selang 2001-2003 sebagai hasil kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
Sangihe dengan lembaga-lembaga penelitian di tingkat provinsi masih terfragmentasi dan belum
disertai dengan kajian pasar secara matang sehingga sangat sulit ditindaklanjuti dalam bentuk
pengembangan produk atau jasa yang berdaya saing. Sinergi Kebijakan Iptek Masih Lemah sehingga
kegiatan Iptek belum sanggup memberikan hasil signifikan. Kebijakan-kebijakan pendidikan dan Iptek
belum terintegrasi sehingga kapasitas
Kemampuan Iptek Belum Dapat Diandalkan untuk mengantisipasi dan
menanggulangi bencana, degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam Secara Berkelanjutan.
Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan wilayah yang rawan bencana, namun belum ada kontribusi
iptek daerah belum optimal dalam memberikan antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai
permasalahan terkait bencana alam seperti pemanasan global, banjir, longsor, gempa bumi dan tsunami.
Hal ini juga berlaku pada upaya antisipasi dan penanggulangan degradasi lingkungan, pemecahan
masalah terkait dengan penguasaan informasi, kesehatan maupun eksplorasi serta pemanfaatan sumber
daya alam secara berkelanjutan.
Proyeksi Ancaman
Derasnya arus globalisasi membawa perubahan paradigma yang mendasar pada sistem dan
mekanisme pemerintahan. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya REVOLUSI TEKNOLOGI dan
INFORMASI yang akan mempengaruhi aktivitas dan perilaku di bidang aparatur negara. Selain itu,
kemajuan Iptek juga dapat mengakibatkan munculnya permasalahan lingkungan. Hal ini dikarenakan oleh
sistim manajemen dan teknologi pelestarian lingkungan belum berkembang.
Proyeksi Peluang
Revolusi teknologi dan informasi akan mempengaruhi manajemen penyelenggaraan negara dan
pemerintahan. Pemantapan teknologi informasi dalam bentuk E-Government, E-Business, dan Cyber Law selain
akan menghasilkan pelayanan publik yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah, juga akan
meningkatkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik. Itulah sebabnya, pemanfaatan Teknologi
Informasi (TI) untuk menciptakan jaringan informasi yang interaktif antara pemerintah dengan pemerintah,
pemerintah dengan dunia usaha dan pemerintah dengan masyarakat dalam bentuk E-government, E-
learning, E-Procurement, E-Businessdan CyberLawuntuk menghasilkan pelayanan publik yang lebih cepat,
lebih baik dan lebih murah akan diprioritaskan penataannya dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.
Pengembangan Iptek memiliki peran penting antara lain dalam; (a) mendorong
pengembangan manusia berkualifikasi tinggi, berakhlak mulai, penuh pengabdian kepada bangsa dan
negara, (b) mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan (c) melestarikan
lingkungan, sumber daya dan budaya daerah, (d) mendukung upaya pemecahan berbagai permasalahan
terkait dengan pengembangan dan pembangunan daerah.
Proyeksi Keberhasilan
Dalam dimensi 20 tahun ke depan upaya penyerapan, penguasaan dan pemanfaatan IPTEK harus
menjadi prioritas dalam perencanaan dan implementasi program-program pembangunan di Kabupaten
Kepulauan Sangihe karena untuk dapat menghasilkan produk-produk (barang dan jasa) yang mempunyai
daya saing tinggi, kemampuan dan kemandirian di era globalisasi merupakan kebutuhan m utlak.
Daya saing tinggi antara lain sangat dipengaruhi oleh tingkat produktifitas yang tinggi dan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat produktifitas adalah penerapan teknologi tepat guna, sumber daya
manusia profesional, infrastruktur yang memadai dan iklim usaha yang kondusif. Itulah sebabnya, dalam
penerapan Iptek di Kabupaten Kepulauan Sangihe perlu diarahkan pada upaya peningkatan produktifitas
tinggi yang dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan guna mendorong kreatifitas, dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka percepatan pembangunan daerah yang didukung oleh prasarana
dan sarana yang memadai. Selain itu, penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan penerapan sistim
MSTQ sudah harus diupayakan semaksimal mungkin. Kerjasama dengan perguruan tinggi, institusi lokal,

29
nasional dan internasional akan mulai diintensifkan. Penguasaan Iptek akan diarahkan pada peningkatan usaha-
usaha pemberdayaan masyarakat dalam penguasaan teknologi dengan prioritas pada teknologi tepat guna
bagi pedesaan, rumah tangga dan agroindustri dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
2.2. PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
2.2.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
Mengacu pada proyeksi peluang, ancaman dan permasalahan di bidang geomorfologi dan
lingkungan hidup, pencapaian keberhasilan pembangunan akan ditempuh melalui sejumlah tahapan
kebijakan berikut:
Tahun 2005-2010
1. Menerapkan sistim pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara
langsung dalam pengelolaan hutan, koordinasi dan penguatan kelembagaan serta
peningkatan pengawasan dan penegakan hukum;
2. Membangun sistim pengendalian dan pengawasan pengelolaan sumber daya laut;
3. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi
ekosistim pesisir dan laut yang rusak;
4. Memperkuat kapasitas instrumen pendukung pembangunan kelautan seperti iptek, SDM,
Kelembagaan dan peraturan perundang-undangan;
5. Mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan pesisir serta mengurangi resiko terhadap
bencana alam;
6. Merehabilitasi kawasan bekas pertambangan;
7. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan;
8. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup di tingkat kabupaten;
9. Meningkatkan upaya harmonisasi pengembangan hukum lingkungan dan penegakannya secara
konsisten;
10. Meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan;
11. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup;
12. Meningkatkan penyebaran data dan informasi lingkungan termasuk informasi wilayah-wilayah
rentan dan rawan bencana serta informasi kewaspadaan dini; dan
13. Mengupayakan pembentukan badan khusus yang akan menangani masalah bencana alam.

Tahun 2010-2015
1. Melanjutkan upaya pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara
langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan serta
meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum;
2. Melanjutkan penerapan sistim pengendalian dan pengawasan pengelolaan sumber daya laut
disertai dengan penegakan hukum;
3. Melanjutkan upaya konservasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi ekosistim
yang rusak seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun dan estuari;

30
4. Menyempurnakan upaya penguatan kapasitas instrumen pendukung pembangunan
kelautan yang meliputi iptek, SDM, Kelembagaan dan peraturan perundang-undangan;
5. Memantapkan upaya penerapan mitigasi lingkungan laut dan pesisir serta mengurangi resiko
terhadap bencana alam;
6. Menuntaskan upaya pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan;
7. Memantapkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup di tingkat kabupaten;
8. Menyempurnakan upaya harmonisasi pengembangan hukum lingkungan dan penegakan hukum
secara konsisten;
9. Melanjutkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan;
10. Memperkuat kesadaran masyarakat agar peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup terutama
dalam menangani permasalahan yang bersifat akumulatif, terkait fenomena alam yang bersifat
musiman dan bencana;
11. Memantapkan penyebaran data dan informasi lingkungan termasuk informasi wilayah-wilayah
rentan dan rawan bencana dan informasi kewaspadaan dini; dan
12. Memantapkan upaya pembentukan badan khusus yang akan menangani masalah bencana.
Tahun 2015-2020
1. Memantapkan upaya pengelolaan hutan, koordinasi dan penguatan kelembagaan serta
pengawasan dan penegakan hukum;
2. Menyempurnakan penerapan sistim pengendalian dan pengawasan pengelolaan sumber daya
laut;
3. Memantapkan upaya konservasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi
ekosistim;
4. Menyempurnakan upaya penguatan kapasitas instrumen pendukung pembangunan
kelautan seperti meliputi iptek, SDM, kelembagaan dan peraturan perundang-undangan;
5. Menyempurnakan upaya penerapan mitigasi lingkungan laut dan pesisir;
6. Memantapkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan;
7. Memantapkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup di tingkat kabupaten;
8. Menuntaskan upaya harmonisasi pengembangan hukum lingkungan dan penegakan
hukum secara konsisten;
9. Memantapkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan
pembangunan;
10. 1O. Memantapkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lingkungan hidup;
11. Menuntaskan penyebaran data dan informasi lingkungan termasuk informasi wilayah-wilayah
rentan dan rawan bencana dan informasi kewaspadaan dini; dan
12. Menuntaskan upaya pembentukan badan khusus yang menangani masalah bencana.
Tahun 2020-2025
1. Menyempurnakan upaya pengelolaan hutan, koordinasi dan penguatan kelembagaan
serta meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum;

31
2. Menyempurnakan penerapan sistim pengendalian dan pengawasan pengelolaan sumber daya laut;
3. Menyempurnakan upaya konservasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi
ekosistim yang rusak;
4. Menuntaskan upaya penguatan kapasitas instrumen pendukung pembangunan kelautan seperti
iptek, SDM, kelembagaan dan peraturan perundang-undangan;
5. Memantapkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan;
6. Memantapkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup di tingkat kabupaten;
7. Menuntaskan upaya harmonisasi pengembangan hukum lingkungan dan penegakan
hukum secara konsisten;
8. Memantapkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan;
9. Memantapkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lingkungan hidup; dan
10. Menuntaskan penyebaran data dan informasi lingkungan termasuk informasi wilayah-wilayah
rentan dan rawan bencana dan informasi kewaspadaan dini.
2.2.2 Demografi
Dalam 20 tahun ke depan pengendalian kualitas dan laju pertumbuhan penduduk tetap harus
dikendalikan agar terjadi keseimbangan sehingga Bonus Demografi yang ditandai dengan penduduk usia
produktif lebih besar jumlahnya dari pada penduduk non produktif, disamping itu masih tingginya kasus
kematian bayi, balita dan ibu melahirkan, serta tingginya proporsi balita kurang gizi. Oleh karena itu bidang
pendidikan, kesehatan dan pembukaan lapangan kerja serta pemberdayaan perempuan harus menjadi
prioritas.
Jumlah penduduk yang terus meningkat memerlukan sumberdaya yang tidak sedikit untuk
menunjang kehidupannya dan akan menjadi beban daerah dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam
hubungannya dengan penyelenggaraan pembangunan kondisi penduduk seperti kuantitas penduduk,
kualitas penduduk, distribusi/persebaran penduduk dan angka kemiskinan merupakan faktor yang
mempengaruhi.
Keadaan demografi kabupaten kepulauan Sangihe pada kurun waktu 20 tahun (2005-2025)
ke depan adalah:
1. Pendidikan yang Meningkat. Penduduk yang berpendidikan tinggi dan sehat akan membentuk
sumberdaya manusia yang makin produktif. Tantangannya adalah menciptakan lapangan kerja
yang memadai, sebab jika angka pengangguran tinggi akan terjadi implikasi sosial.
2. Peningkatan Derajat Kesehatan. Usia Harapan Hidup (AHH) meningkat dan jumlah penduduk usia lanjut
besar, menuntut kebijakan-kebijakan yang serasi dan sesuai dengan perubahan. Meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia (IMP) dan tercapainya Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dimana
Total Fertility Rate (TFR) sama dengan 2,1 per-Wanita Usia Subur (WUS). Tantangannya adalah
bagaimana Mencapai PTS yang ditandai dengan TFR yang ideal, bagaimana memanfaatkan
penduduk lanjut usia yang potensial dengan pengetahuan tinggi dan berpengalaman.
3. Pergeseran Usia. Transisi umur dari penduduk muda ke penduduk tua (ageing proses) akan membawa
konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan dan kesempatan kerja sehingga akan terjadi apa yang
disebut beban ketergantungan karena penyantunan terhadap usia lanjut, juga akan berpengaruh
pada perubahan sosial ekonomi.
4. Jumlah Penduduk Perkotaan Semakin Meningkat. Penataan dan persebaran penduduk secara
seimbang sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan pemerataan pembangunan.
Peningkatan status sosial ekonomi masyarakat telah menyebabkan persentase penduduk yang

32
tinggal diperkotaan meningkat. Pertumbuhan perkotaan akan sejalan dengan pertumbuhan
penduduk, sehingga tuntutan fasilitas perkotaan akan bertambah. Bertambahnya penduduk perkotaan akan
juga berpengaruh terhadap keadaan perkembangan fisik kota, peningkatan sarana perhubungan dan
komunitas termasuk di pedesaan.
5. Perubahan angka kelahiran dan kematian yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Peningkatan
pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana yang bermutu dan efektif, merata dan
terjangkau dalam konteks pemberdayaan keluarga menuju terbentuknya keluarga kecil berkualitas.
6. Peningkatan intensitas mobilitas. Mobilitas penduduk yang relatif tinggi membutuhkan jaringan sarana
dan prasarana yang makin baik dan luas serta memberikan dampak pada pergeseran norma-norma
masyarakat.
7. Tingginya pertumbuhan angkatan kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang relatif tinggi disatu pihak
menuntut pembinaan angkatan kerja agar mampu menghasilkan keluaran yang lebih tinggi sebagai
prasyarat global.
8. Perubahan Lapangan Kerja. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan pembangunan pada umumnya,
lapangan pekerjaan penduduk berubah.
Dalam perkembangan kedepan perhatian terhadap kependudukan semakin luas dan terkait
dengan berbagai dimensi kehidupan penduduk dalam kawasan dan antarkawasan. Salah satunya adalah
kualitas penduduk yang berkaitan dengan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan bukan hanya demografis
tetapi semakin komprehensif.
Dengan kondisi demografi kabupaten kepulauan Sangihe prediksi kondisi daerah pada 20 tahun
(2005-2025) mendatang adalah:
Tahun 2005-2010
1. Peningkatan pendidikan penduduk kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia dengan
menciptakan satuan-satuan pendidikan non-formal terutama berkaitan dengan pendidikan penduduk
yang berkualitas rendah;
2. Penataan persebaran penduduk yang seimbang di tiap wilayah berdasarkan klaster;
3. Terciptanya lapangan pekerjaan formal dan non formal yang seluas-luasnya, terutama menuju
kearah industri padat karya, menengah dan berorientasi eksport;
4. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melalui peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk kesehatan reproduksi remaja dan pelayanan Keluarga Berencana;
5. Menurunnya jumlah penduduk miskin rata-rata 8,10 % per-tahun.
6. Penyempurnaan berbagai program yang berkaitan dengan migrasi internal penduduk karena
kurangnya kesempatan kerja dalam daerah; dan
7. Terciptanya fleksibilitas pasar kerja yang berkaitan dengan rekruitmen dan pengupahan.
Tahun 2010-2015.
1. Terwujudnya penduduk yang sehat 2010 sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang serasi dan
sesuai dengan perubahan.
2. Tercapainya pengendalian mobilitas penduduk yang berkaitan dengan tenaga kerja.
3. Tersedianya infrastruktur untuk pelayaan pendidikan dan kesempatan kerja tiap klaster.
4. Men ing katnya status sosial masyarakat/kesejahteraan masyarakat.

33
5. Bergesernya norma-norma kehidupan masyarakat ke arah yang berkualitas.
Tahun 2015-2020
1. Terwujudnya penduduk dan keluarga kecil berkualitas.
2. Meningkatnya kualitas masyarakat (kualitas kesehatan, gizi, penurunan angka kematian bayi dan
ibu melahirkan).
3. Terciptanya keseimbangan antara pertumbuhan perkotaan dengan pertumbuhan penduduk.
4. Terciptanya keseimbangan jumlah penduduk dan lapangan kerja.
5. Meningkatnya pelayanan reproduksi/keluarga berencana yang bermutu dan efektif.
Tahun 2020-2025
1. Meningkatnya Angka Harapan Hidup dan penduduk usia lanjut.
2. Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia.
3. Tercapainya Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS).
4. Terwujudnya persebaran penduduk yang merata disetiap wilayah klaster.
5. Meningkatnya pembinaan angkatan kerja dan pemberdayaan masyarakat
6. Terbukanya lapangan kerja bagi penduduk usia kerja

2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam


Berdasarkan permasalahan, peluang dan ancaman, keberhasilan pembangunan
ekonomi dan sumber daya alam di Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam 20 tahun ke depan diproyeksikan
dapat dicapai melalui penerapan sejumlah kebijakan berikut ini:
Tahun 2005-2010
1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 6,67% dan produk domestik regional bruto
(PDRB) perkapita sebesar Rp. 6.516.399;
2. Meningkatnya pengelolaan keuangan daerah;
3. Pengembangan UKM dan Koperasi;
4. Peningkatan pengelolaan sumber keuangan daerah;
5. Perbaikan pengelolaan sumber keuangan daerah;
6. Pengembangan kelembagaan ekonomi sesuai dinamika kemajuan ekonomi dalam menyusun
kerangka regulasi dan perizinan yang efisien dan efektif serta non diskriminatif;
7. Mengarahkan kebijakan dan strategi pengembangan industri daerah yang lebih terfokus dan rinci
dengan memperhatikan strategi pengembangan subsektor industri terkait dan subsektor
industri penunjang pada industri-industri unggulan daerah yang berdimensi jangka menengah
dan panjang dengan melibatkan seluruh pihak terkait untuk berpartisipasi dalam perumusannya;
8. Pengembangan perdagangan dan industri dengan mengutamakan
9. pengembangan industri daerah berbasis sumber daya lokal yang dapat menyerap tenaga kerja

34
dalam jumlah relatif besar seperti pertanian, perikanan dan kelautan, pariwisata dan sumber daya
alam lainnya yang memiliki potensi pengembangan ekspor;
10. Mengarahkan pengembangan industri daerah berorientasi nilai tambah seperti industri produk turunan
kelapa, industri produk turunan ikan tuna dan cakalang, industri produk turunan rumput laut dan industri
kerajinan rakyat;
11. Mengembangkan praktek-praktek budidaya pertanian dengan menggunakan teknik seperti pola
terasering dan usaha non pertanian yang ramah lingkungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari upaya mempertahankan daya dukung lingkungan;
12. Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu
dengan konsep pengembangan agribisnis (agropolitan);
13. Penyusunan langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dalam bentuk
dorongan dan insentif untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan
standar mutu komoditas pertanian dan melindungi petani dari persaingan yang tidak sehat;
14. Penguatan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengelola resiko usaha pertanian
termasuk melalui penyuluhan untuk mendukung pengembangan agroindustri;
15. Memperbaiki sistem pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara
langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan
dalam wilayah DAS;
16. Memanfaatkan hasil hutan non-kayu dan dan jasa lingkungannya secara optimal;
17. Pengembangan sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan tanah;
18. Peningkatan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat pesisir
lainnya;
19. Pengembangan usaha perikanan tangkap secara efisien, lestari dan berbasis kerakyatan
khususnya di wilayah pesisir hingga wilayah perairan sejauh 12 mil;
20. Percepatan pengembangan usaha perikanan budidaya yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan
melalui pembangunan dan pengembangan Iptek, prasarana dan sarana yang memadai;
21. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola sumberdaya perikanan dan kelautan serta
pengembangan ekonomi berbasis perikanan dan kelautan melalui pengembangan usaha, investasi dan
pemasaran hasil laut dan ikan;
22. Peningkatan mutu dan nilai tambah hasil perikanan baik melalui pengembangan industri pengolahan
skala industri rumah tangga dalam bentuk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKM)
dalam rangka memperkuat industri perikanan dan kelautan;
23. Perumusan kebijakan dan penyusunan peraturan dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil secara terintegrasi;
24. Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;
25. Meningkatkan ekplorasi dalam upaya menemukan sumber daya alternatif;
26. Peningkatan pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan
berbasis masyarakat berdasarkan daya dukung lingkungannya;
27. Pengembangan sektor pariwisata yang meliputi pengembangan dan pengelolaan objek-objek
wisata secara lebih profesional dengan menerapkan pem bangunan pariwisata berkelanjutan,

35
bersinergi, dan terintegrasi sebagai salah satu penggerak utama ekonomi daerah;
28. Pembenahan dan penguatan institusi-institusi pemerintah yang terkait langsung dengan pariwisata,
penguatan sektor swasta yang berhubungan langsung dengan kegiatan-kegiatan pariwisata serta
penyusunan regulasi-regulasi yang mendukung pembangunan pariwisata;
29. Meningkatkan peluang usaha pertambangan skala kecil di wilayah terpencil dengan
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup;
30. Meningkatkan manfaat pertambangan dan nilai tambah;
31. Menciptakan kondisi daerah yang berdaya saing, memiliki nuansa yang proinvestasi dan bisnis,
pro-lingkungan melalui penataan institusi, sistem dan prosedur yang transparan serta regulasi-
regulasi investasi di daerah;
32. Menyusun dan menetapkan strategi pengembangan investasi daerah dan bentuk-bentuk
kerjasama peningkatan investasi dalam jangka menengah dan jangka panjang;
33. Mendorong dan melibatkan Pemerintah Pusat dan Provinsi untuk secara langsung membantu
dalam bentuk asset dan/atau modal serta mendukung pihak swasta dalam mengelola kegiatan-
kegiatan investasi strategis bagi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sangihe;
34. Mendorong pemerintah Pusat dan Provinsi untuk menfasilitasi dan membantu bisnis yang masih
diperhadapkan dengan kendala-kendala internal dan eksternal seperti manajemen, teknologi,
modal kerja, informasi, pemasaran, dan ketenagakerjaan;
Tahun 2010-2015
1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 8,0% dan produk domestik regional bruto (pdrb)
perkapita sebesar Rp. 8.400.193;
2. Pengembangan perekonomian berbasis keunggulan komparatif;
3. Mengembangkan pola jaringan rumpun industri (industrial cluster) pada sektor industri kecil;
4. Mendorong terciptanya lapangan kerja berkualitas dengan merangsang pertumbuhan aktifitas ekonomi
lokal dalam bentuk diversifikasi usaha pertanian kearah komoditas pertanian bernilai ekonomis tinggi;
5. Meningkatkan promosi dan pemasaran produk-produk pertanian unggulan untuk meningkatkan
kontinuitas pasokan khususnya ke pasar nasional dan internasional serta industri olahan berbasis
sumberdaya lokal;
6. Melanjutkan pengembangan perdagangan dan industri dengan mengutamakan pengembangan industri
daerah berbasis sumber daya lokal yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah relatif besar
seperti pertanian, perikanan dan kelautan, pariwisata dan sumber daya alam lainnya yang memiliki
potensi pengembangan ekspor;
7. Melanjutkan upaya pengembangan industri daerah berorientasi nilai tambah seperti industri produk
turunan kelapa, industri produk turunan ikan tuna dan cakalang, industri produk turunan rumput laut
dan industri kerajinan rakyat;
8. Melanjutkan praktek-praktek budidaya pertanian dan usaha non pertanian yang ramah lingkungan
dan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari upaya
mempertahankan daya dukung li ngku ngan;
9. Melanjutkan upaya pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu
dengan konsep pengembangan agribisnis (agropolitan);
10. Penerapan langkah-langkah peningkatan daya saing produk pertanian dalam bentuk dorongan dan

36
insentif untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan standar mutu
komoditas pertanian dan melindungi petani dari persaingan yang tidak sehat;
11. Pemantapan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengelola resiko usaha pertanian dan
mendukung pengembangan agroindustri;
12. Memantapkan pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara
langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam
wilayah DAS;
13. Memantapkan hasil hutan non-kayu dan dan jasa lingkungannya secara optimal;
14. Memantapkan sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan tanah;
15. Pemantapan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat pesisir
lainnya;
16. Pengembangan usaha perikanan tangkap secara efisien, lestari dan berbasis kerakyatan khususnya
di wilayah pesisir hingga wilayah perairan sejauh 12-200 mil;
17. Melanjutkan pengembangan usaha perikanan budidaya yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan
melalui pembangunan dan pengembangan Iptek, prasarana dan sarana yang memadai;
18. Pemantapan kapasitas kelembagaan pengelola sumberdaya perikanan dan kelautan serta
pengembangan ekonomi berbasis perikanan dan kelautan melalui pengembangan usaha, investasi dan
pemasaran hasil laut dan ikan;
19. Penyempurnaan mutu dan nilai tambah hasil perikanan baik melalui pengembangan
industri pengolahan skala industri rumah tangga dalam bentuk usaha mikro, kecil, menengah dan
koperasi (UMKM) dalam rangka memperkuat industri perikanan dan kelautan;
20. Penerapan kebijakan dan penyusunan peraturan dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan
pulau-pulau kecil secara terintegrasi;
21. Memantapkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;
22. Menerapkan hasil ekplorasi dalam upaya menemukan sumber daya alternatif;
23. Pemantapan pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan
berbasis masyarakat berdasarkan daya dukung lingkungannya;
24. Memantapkan sektor pariwisata yang meliputi pengembangan dan pengelolaan objek-objek wisata
secara lebih profesional dengan menerapkan pembangunan pariwisata berkelanjutan, bersinergi, dan
terintegrasi sebagai salah satu penggerak utama ekonomi daerah;
25. Pemantapan institusi-institusi pemerintah yang terkait langsung dengan pariwisata, penguatan
sektor swasta yang berhubungan langsung dengan kegiatan-kegiatan pariwisata serta penyusunan
regulasi-regulasi yang mendukung pembangunan pariwisata;
26. Menciptakan dan memantapkan kondisi daerah yang berdaya saing, memiliki nuansa yang pro-
investasi dan bisnis, pro-lingkungan melalui penataan institusi, sistem dan prosedur yang transparan serta
regulasi-regulasi investasi di daerah;
27. 27. Mendorong dan melibatkan Pemerintah Pusat dan Provinsi untuk secara langsung membantu
dalam bentuk asset dan/atau modal serta mendukung pihak swasta dalam mengelola kegiatan-
kegiatan investasi strategis bagi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sangihe;
28. Mendorong pemerintah Pusat dan Provinsi untuk menfasilitasi dan membantu bisnis yang masih

37
diperhadapkan dengan kendala-kendala internal dan eksternal seperti manajemen, teknologi,
modal kerja, informasi, pemasaran, dan ketenagakerjaan;
29. Memantapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan;
30. Melanjutkan ekplorasi sumber daya alternatif;
31. Penerapan kebijakan dan peraturan pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
secara terintegrasi;
32. Memantapkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;
33. Menerapkan strategi pengembangan investasi daerah dan bentuk-bentuk kerjasama
peningkatan investasi dalam jangka menengah dan jangka panjang;
34. Memaksimalkan bantuan dan keterlibatan Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam memberikan bantuan
dalam bentuk asset dan/atau modal serta mendukung pihak swasta dalam mengelolah kegiatan-
kegiatan investasi strategis bagi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sangihe;
35. Memaksimalkan bantuan pemerintah Pusat dan Provinsi dalam menfasilitasi dan membantu bisnis yang
masih diperhadapkan dengan kendala-kendala internal dan eksternal seperti manajemen,
teknologi, modal kerja, informasi, pemasaran, dan ketenagakerjaan;
36. Memperkokoh struktur industri agro yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, serta
memprioritaskan pengembangan industri pada aspek pendalaman (deepening) dengan
memperluas pemanfaatan teknologi, peningkatan nilai pengganda (multiplier) pada masing-
masing sub-sektor industri, pengamanan pasar dalam negeri/daerah dari produk-produk impor
ilegal, menggalakan penggunaan bahan baku dan antara dari dalam negeri khususnya dari daerah, dan
memantau dan mempelajari hambatan-hambatan non-tariff barrier (NTB) pada komoditi-komoditi
unggulan ekspor daerah;
37. Mengarahkan intervensi pemerintah secara langsung dalam bentuk investasi dan pelayanan publik
khususnya pada mekanisme pasar yang tidak dapat berfungsi seperti pengembangan penelitian dan
pengembangan untuk pembaharuan dan inovasi teknologi produksi, pengembangan manajemen
produksi memperhatikan kesinambungan lingkungan dan teknik produksi yang ramah lingkungan,
peningkatan kompetensi dan ketrampilan tenaga kerja, layanan informasi pasar produk dan faktor
produksi, pengembangan fasilitas untuk memanfaatkan aliran masuk sumber alih teknologi dan
perluasan pasar ekspor, prasarana dan sarana pengendalian mutu dan pengembangan produk, dan
prasarana pengembangan klaster.
Tahun 2015-2020
1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 9,35% dan pendapatan perkapita sebesar Rp.
10.283.986;
2. Membuka Iapangan kerja pada sektor ekonomi (khususnya industri keciI);
3. Menciptakan stabiIitas ekonomi;
4. Pengembangan keIembagaan ekonomi sesuai dinamika kemajuan ekonomi daIam menyusun
kerangka reguIasi dan perizinan yang efisien dan efektif dan non diskriminatif;
5. Pengembangan sistim perekonomian dengan sektor industri berbasis sumber daya IokaI sebagai
motor penggerak utama;
6. Pemantapan pengeIoIaan sumber keuangan daerah;
7. Memantapkan pengembangan perdagangan dan industri dengan mengutamakan

38
pengembangan industri daerah berbasis sumber daya IokaI yang dapat menyerap tenaga kerja
daIam jumIah reIatif besar seperti pertanian, perikanan dan keIautan, pariwisata dan sumber daya
aIam Iainnya yang memiIiki potensi pengembangan ekspor;
8. Memantapkan upaya pengembangan industri daerah berorientasi niIai tambah seperti industri produk
turunan keIapa, industri produk turunan ikan tuna dan cakaIang, industri produk turunan rumput Iaut
dan industri kerajinan rakyat;
9. Memantapkan5 praktek-praktek budidaya pertanian dan usaha non pertanian yang ramah
Iingkungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkeIanjutan sebagai bagian dari upaya
mempertahankan daya dukung Iingkungan;
10. Memantapkan upaya pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewiIayahan
terpadu dengan konsep pengembangan agribisnis (agropoIitan);
11. Penerapan Iangkah-Iangkah peningkatan daya saing produk pertanian daIam bentuk dorongan dan
insentif untuk peningkatan pasca panen dan pengoIahan hasiI pertanian, peningkatan standar mutu
komoditas pertanian dan meIindungi petani dari persaingan yang tidak sehat;
12. Menyempurnakan sistem pengeIoIaan hutan dengan meningkatkan keterIibatan masyarakat secara
Iangsung daIam pengeIoIaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan keIembagaan
daIam wiIayah DAS;
13. Menyempurnakan penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkeIanjutan ke seIuruh bidang
pembangunan;
14. Memantapkan penerapan kebijakan dan peraturan pengeIoIaan sumber daya Iaut, pesisir dan
puIau-puIau keciI secara terintegrasi;
15. Memantapkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta daIam
pengeIoIaan sumber daya Iaut, pesisir dan puIau-puIau keciI;
16. Memantapkan kondisi daerah yang berdaya saing, memiIiki nuansa yang proinvestasi dan bisnis, pro-
Iingkungan meIaIui penataan institusi, sistem dan prosedur yang transparan serta reguIasi-reguIasi
investasi di daerah;
17. Memantapkan keterlibatan Pemerintah Pusat dan Provinsi untuk secara langsung membantu
dalam bentuk asset dan/atau modal serta mendukung pihak swasta dalam mengelola kegiatan-
kegiatan investasi strategis bagi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sangihe;
18. Memaksimalkan bantuan Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam menangani bisnis yang masih
diperhadapkan dengan kendala-kendala internal dan eksternal seperti manajemen, teknologi,
modal kerja, informasi, pemasaran dan ketenagakerjaan;
19. Mengembangkan lokasi-lokasi yang layak secara ekonomi, lingkungan, dukungan
infrastruktur, untuk dikembangkan menjadi industrial estate;
20. Menerapkan strategi pengembangan investasi daerah dan bentuk-bentuk kerjasama
peningkatan investasi dalam jangka menengah dan jangka panjang;
21. Meningkatkan intervensi pemerintah secara langsung dalam bentuk investasi dan pelayanan
publik khususnya pada mekanisme pasar yang tidak dapat berfungsi seperti pengembangan
penelitian dan pengembangan untuk pembaharuan dan inovasi teknologi produksi, pengembangan
manajemen produksi memperhatikan kesinambungan lingkungan dan teknik produksi yang ramah
lingkungan, peningkatan kompetensi dan ketrampilan tenaga kerja, layanan informasi pasar
produk dan faktor produksi, pengembangan fasilitas untuk memanfaatkan aliran masuk sumber alih
teknologi dan perluasan pasar ekspor, prasarana dan sarana pengendalian mutu dan
pengembangan produk, dan prasarana pengembangan klaster.

39
22. Pengembangan nilai tambah industri berbasis sumber daya alam. Sehubungan dengan peningkatan
basis produksi, berbagai upaya perlu dilaksanakan untuk meningkatkan nilai tambah sub-sub sektor
industri berbasis sumber daya alam, pengembangan berbagai kegiatan produksi perikanan, dan
perkebunan, dan tanaman pangan, mengembangkan basis produksi kegiatan non-pertanian modern
di wilayah-wilayah pedesaan.
Tahun 2020-2025
1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 11,0% dan pendapatan perkapita sebesar
Rp. 12.167.779;
2. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berbasis perikanan, pertanian,
pertambangan, perdagangan dan industri serta pariwisata;
3. Terciptanya kesempatan kerja yang cukup besar di sektor pertanian, perikanan, pariwisata dan sektor
unggulan lainnya;
4. Menurunnya laju angka inflasi sampai di bawah 2 digit angka;
5. Mantapnya kelembagaan ekonomi sesuai dinamika kemajuan ekonomi dalam menyusun kerangka
regulasi dan perizinan yang efisien dan efektif dan non diskriminatif;
6. Terwujudnya perekonomian dengan sektor industri sebagai motor penggerak utama;
7. Mantapnya pengelolaan sumber keuangan daerah;
8. Menyempurnakan pengelolaan dan pendayagunaan potensi sumber daya laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil, sumber daya di daratan yang terbarukan maupun tak terbarukan secara lestari berbasis
masyarakat;
9. Mantapnya kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;
10. Mantapnya daya saing produk pertanian dalam bentuk dorongan dan insentif untuk peningkatan
pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan standar mutu komoditas pertanian dan
melindungi petani dari persaingan yang tidak sehat;
11. Menyempurnakan sistem pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara
langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan
dalam wilayah DAS;
12. Terwujudnya penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang
pembangunan;
13. Mengembangkan industrial estate menjadi kawasan berikat;
14. Terwujudnya kondisi daerah yang berdaya saing, bernuansa pro-investasi dan bisnis, pro-lingkungan
melalui penataan institusi, sistem dan prosedur dan regulasi-regulasi investasi yang transparan di
daerah;
15. Terwujudnya strategi pengembangan investasi daerah dan bentuk-bentuk kerjasama
peningkatan investasi;
16. Mewujudkan kinerja daya saing daerah dan industri daerah berkelanjutan dengan memperkokoh
landasan dan struktur ekonomi daerah yang kuat dengan menjaga stabilitas ekonomi daerah,
mewujudkan kondisi wilayah yang aman, mewujudkan iklim usaha dan investasi yang sehat dan
berdaya saing serta pengelolaan persaingan usaha yang sehat;
17. Terwujudnya industri berbasis sumber daya alam. Sehubungan dengan peningkatan basis produksi,

40
berbagai upaya perlu dilaksanakan untuk meningkatkan nilai tambah sub-sub sektor industri berbasis
sumber daya alam, pengembangan berbagai kegiatan produksi perikanan, dan perkebunan, dan
tanaman pangan, mengembangkan basis produksi kegiatan non-pertanian modern di wilayah-
wilayah pedesaan.
2.1.5. Sosial Budaya dan Politik
Sejumlah kebijakan yang akan ditempuh dalam 20 tahun depan adalah sebagai berikut:
Tahun 2005-2010
1. Pengembangan pendidikan dasar dan menengah berbasis budaya, sumber daya lokal dan kebutuhan
lokal;
2. Pembangunan dan pengembangan sekolah menengah kejuruan berbasis potensi daerah;
3. Pengembangan fasilitas persekolahan;
4. Pengadaan tenaga guru/pengajar;
5. Revitalisasi institusi pendidikan;
6. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun untuk mewujudkan pemerataan
pendidikan dasar yang bermutu di seluruh klaster Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan
prioritas pada klaster tertinggal seperti Klaster Perbatasan, Klaster Tatoareng dan Klaster Biaro;
7. Meningkatkan perluasan, pemerataan, dan mutu pendidikan melalui jalur formal dan nonformal untuk
umum maupun kejuruan;
8. Penyediaan tenaga kerja lulusan pendidikan menengah dan kejuruan yang berkualitas dengan
meningkatkan relevansinya dengan kebutuhan tenaga kerja;
9. Meningkatkan pemerataan jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kepend id ikan;
10. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan beragama, agar terwujud sikap
hidup yang bermoral, beretika, dan berpengamalan spiritual;
11. Meningkatkan kualitas SDM pendidik agama serta jumlah pendidik agama di segala jenjang
lembaga pendidikan;
12. Meningkatnya wadah dan/atau forum dialog antar umat beragama di kalangan masyarakat;
13. Upaya promotif dan prefentif, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin daerah tertinggal
dan daerah bencana;
14. Pengembangan kesehatan dan sanitasi lingkungan wilayah pulau-pulau kecil perbatasan.
15. Pengembangan dan pengadaan fasilitas puskesmas;
16. Peningkatan Status Puskesmas Pembantu menjadi Puskesmas
17. Pembangunan Rumah Sakit tipe D di Klaster Siau
18. Peningkatan kualitas dan kuantiItas tenaga kesehatan (dokter, tenaga paramedis)
terutama Klaster Biaro, Klaster Tatoareng dan Klaster Perbatasan;
19. Pembangunan sekolah keperawatan di Klaster Siau;
20. Terciptanya iklim politik yang kondusif;
21. Terselenggaranya PILKADA tahun 2006;

41
22. Mengoptimalkan peran BKSUA;
23. Meningkatkan upaya pelastarian berbagai kekayaan budaya;
24. Mengembangkan sistim informasi dan database bidang kebudayaan;
25. Meningkatkan kapasitas SDM pengelola kekayaan budaya;
26. Meningkatnya pengembangan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
kekayaan budaya;
27. Meningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik;
28. Meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan
lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup perempuan dan anak;
29. Meningkatkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak;
30. Menyempurnakan perangkat hukum pidana untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga;
31. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak; dan
32. Memperkuat kelem bagaan, koordinasi dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi dari berbagai kebijakan, program dan
kegiatan pembangunan di segala bidang termasuk pemenuhan komitmen internasional,
penyediaan data dan statistik gender.
Tahun 2010-2015
1. Penyediaan Sarana Pendidikan, Sekolah Menengah Tingkat Menengah, terutama di Klaster Biaro,
Tatoareng dan Perbatasan;
2. Meningkatkan proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi;
3. Meningkatkan status kesehatan masyarakat antar klaster;
4. Pengembangan pendidikan dasar dan menengah berbasis budaya, sumber daya lokal dan
kebutuhan lokal;
5. Pengembangan fasilitas persekolahan;
6. Penerapan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Dua Belas Tahun;
7. Melanjutkan upaya pemerataan jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kepend id ikan
8. Memantapkan pembinaan agama pada tingkat keluarga dan sekolah;
9. Peningkatan Status RSU Liunkendaghe menjadi RSU Tipe B;
10. Peningkatan kualitas dan kuantiItas tenaga kesehatan (dokter, tenaga paramedis) di
semua Klaster;
11. Pembangunan sekolah keperawatan di Klaster Tagulandang;
12. Terciptanya iklim politik yang kondusif.
13. Terselenggaranya PILKADA tahun 2011;
14. Melanjutkan upaya pelastarian berbagai kekayaan budaya;

42
15. Melanjutkan upaya pengembangan sistim informasi dan database bidang kebudayaan;
16. Memantapkan kapasitas SDM pengelola kekayaan budaya;
17. Melanjutkan upaya pelibatan peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan kekayaan budaya.

Tahun 2015-2020
1. Penyediaan Sarana Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Tinggi terutama di Klaster Biaro,
Tatoareng dan Perbatasan;
2. Melanjutkan peningkatan proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi;
3. Melanjutkan peningkatan status kesehatan masyarakat antar klaster;
4. Memantapkan Pengembangan fasilitas persekolahan;
5. Memantapkan Penerapan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Dua Belas Tahun;
6. Pembangunan Rumah Sakit di Klaster Tagulandang dan Klaster Tatoareng.
7. Pembangunan Puskesmas di wilayah pulau kecil dan desa terpencil;
8. Terciptanya iklim politik yang kondusif;
9. Terselenggaranya PILKADA tahun 2016;
10. Memantapkan upaya pelastarian berbagai kekayaan budaya;
11. Menyempurnakan upaya pengembangan sistim informasi dan database bidang kebudayaan; dan
12. Semakin mantapnya peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan kekayaan budaya;
13. Memantapkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik;
14. Melanjutkan upaya peningkatan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan
lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup perempuan dan anak;
15. Menerapkan perangkat hukum pidana untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga;
16. Memantapkan kesejahteraan dan perlindungan anak; dan
17. Melanjutkan upaya penguatan kelembagaan, koordinasi dan jaringan pengarusutamaan gender dan
anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi dari berbagai kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan di segala bidang termasuk pemenuhan komitmen internasional,
penyediaan data dan statistik gender.

Tahun 2020-2025
1. Tersedianya semua jenjang pendidikan di semua Klaster
2. Melanjutkan peningkatan proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi;
3. Membaiknya derajat kesehatan masyarakat di semua klaster;

43
4. Tersedianya fasilitas persekolahan yang memadai di semua klaster;
5. Tercapainya tujuan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Dua Belas Tahun di semua klaster;
6. Pembangunan Rumah Sakit di Klaster Biaro dan Klaster Pulau Perbatasan;
7. Terbangunnya Puskesmas di seluruh desa;
8. Terciptanya iklim politik yang kondusif;
9. Terselenggaranya PILKADA tahun 2021;
10. Menyempurnakan upaya pelastarian berbagai kekayaan budaya;
11. Menyempurnakan pengembangan sistim informasi dan database bidang kebudayaan; dan
12. Mentapnya peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan kekayaan budaya;
13. Pemantapan upaya peningkatan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan
lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup perempuan dan anak;
14. Melanjutkan upaya penerapan hukum pidana untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga;
15. Memantapkan kesejahteraan dan perlindungan anak; dan
16. Menyempurnakan upaya penguatan kelembagaan, koordinasi dan jaringan pengarusutamaan
gender dan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi dari berbagai
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di segala bidang termasuk pemenuhan komitmen
internasional, penyediaan data dan statistik gender.

2.1.6. Prasarana dan Sarana.


Kebijakan yang akan ditempuh dalam 20 tahun depan bidang prasarana dan sarana adalah sebagai
berikut:
Tahun 2005-2010 Subbidang Sumberdaya Air:
1. Pengelolaan Sumberdaya air sudah tertata dengan baik yang ditunjang dengan penegakkan hukum
dan mantapnya lembaga pengelola sumberdaya air;
2. Bertambahnya tanggul pengaman pantai untuk melindungi wilayah-wilayah rawan abrasi dan
gelombang pasang di wilayah pulau Sangihe, Siau dan Tagu landang;
3. Berkurangnya wilayah rawan banjir dan tanah longsor;
4. Bertambahnya sarana prasarana air bersih di daerah-daerah krisis air bersih
Subbidang Transportasi:
1. Meningkatnya kaulitas jalan; yang saat ini merupakan jalan kerikil menjadi jalan aspal;
2. Rampungnya jalan lingkar pulau Sangihe yang diikuti dengan bertambahnya ruas jalan provinsi dan
jalan nasional;
3. Meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan, kenyamanan,
keselamatan transportasi jalan angkutan umum dalam kota serta bertambahnya rambu-rambu lalu
lintas sampai ke jalan-jalan kabupaten dan kota;

44
4. Bertambahnya jumlah armada angkutan penyeberangan perintis dari pihak pemerintah maupun
pihak swasta untuk merangkai gugusan pulau-pulau di kabupaten Sangihe;
5. Adanya rintisan pembangunan dermaga fery di pulau-pulau kecil dan pulau-pulau perbatasan;
6. Meningkatnya pelayanan kepelabuhanan dan menghapus seluruh pungutanpungutan tidak resmi
di pelabuhan pada tahun 2006;
7. Meningkatnya fasilitas pendukung di pelabuhan Tahuna, Ulu Siau dan Tagu landang;
8. Meningkatnya jasa transportasi laut pulau kecil dan pusat-pusat pemasaran; 9. Bertambahnya
runway bandara Naha menjadi 1500 meter yang dibarengi dengan meningkatnya kaulitas
pelayanan.
Subbidang Kelistrikan dan sub bidang telekomunikasi :
1. Adanya rintisan pengembangan jaringan pembangkit listrik tenaga angin dan tenaga surya di
klaster Biaro, Tatoareng dan Pulau Perbatasan;
2. Terbangunnya jaringan telekomunikasi via satelit di desa-desa terpencil dan pulau-pulau kecil
melalui Program UniversalService Obligation (USO).
Sub Bidang Perumahan dan Permukiman :
1. Meningkatnya kualitas rumah dan lingkungan komunitas perumahan yang sehat di Pulau-pulau
Perbatasan
2. Penyiapan sarana dan prasarana sanitasi/MCK yang memadai dan memenuhi standar kesehatan.
3. Terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan dan pembangunan rumah baru yang berbasis
swadaya masyarakat, serta peningkatan akses kredit mikro untuk pem bangunan dan perbaikan
perumahan berbasis keswadayaan masyarakat.
Infrastruktur lain :
1. Berfungsinya Pelabuhan Perikanan Dagho yang ditunjang dengan peningkatan fasilitas pendukung
kepelabuhanan.
2. Rintisan pembangunan pelabuhan TNI AL
Tahun 2010-2015. Subbidang Sumberdaya Air:
1. Bertambahnya tanggul pengaman pantai untuk melindungi wilayah-wilayah rawan abrasi dan
gelombang pasang.di pulau Biaro;
2. Tertatanya sistem pengairan di wilayah rawan yang banjir sehingga dapat memperkecil
terjadinya bencana banjir dan tanah longsor; dan
3. Ketersediaan air bersih di wilayah pulau sudah terpenuhi
4. Terbukanya jalan ke pelosok desa-desa terpencil;
5. Rampungnya jalan lingkar pulau Siau dan Tagulandang;
6. Pelayaran armada perintis sudah menjangkau keseluruhan klaster dengan terbangunnya
dermaga fery di pulau-pulau kecil dan pulau-pulau perbatasan;
7. Adanya tambatan perahu disemua pulau-pulau kecil berpenghuni; dan 5. Terbuka jalur
penerbangan antar provinsi (Indonesia Timur) di Bandara Naha.

45
Subbidang Kelistrikan dan sub bidang telekomunikasi :
1. Terbangunnya jaringan pembangkit listrik tenaga angin dan tenaga surya di klaster Biaro,
Tatoareng dan Pulau Perbatasan khususnya pada wilayah yang belum ada jaringan listrik;
2. Terbukanya jaringan internet di setiap ibukota kecamatan.
Sub Bidang Perumahan dan Permukiman :
1. Meningkatnya kualitas rumah dan lingkungan komunitas perumahan yang sehat di Pulau-pulau kecil
2. Pembangunan sarana dan prasarana sanitasi/MCK yang memadai dan memenuhi standar
kesehatan
3. Terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan dan pembangunan rumah baru yang berbasis
swadaya masyarakat, serta peningkatan akses kredit mikro untuk pembangunan dan perbaikan
perumahan berbasis keswadayaan masyarakat.
4. Rintisan pembangunan rumah susun
5. Penyediaan rumah baru bagi masyarakat yang belum mempunyai rumah.
Infrastruktur lain :
1. Pelabuhan Perikanan Dagho sudah dapat berperan sebagai pusat pemasaran hasil tangkapan ikan
di klaster Pulau Perbatasan, Klaster Sangihe dan Klaster Tatoareng.
2. Terbangunnya pelabuhan TNI AL

Tahun 2015-2020
Subbidang Sumberdaya Air:
1. Bertambahnya tanggul pengaman pantai untuk melindungi wilayah-wilayah rawan abrasi dan
gelombang pasang di pulau —pulau kecil; dan
2. Tertatanya sistem pengelolaan sumberdaya air.
3. Terjadi peningkatan mutu jalan ke pelosok desa-desa terpencil;
4. Rampungnya jalan lingkar pulau Siau dan Tagulandang diikuti dengan bertambahnya
ruas jalan provinsi dan jalan nasional;
5. Adanya pelabuhan yang representatif di klaster Pulau Perbatasan dan Biaro; dan
6. Status Bandara Naha menjadi Bandara Kelas III
Sub Bidang Perumahan dan Permukiman :
1. Pembangunan sarana dan prasarana sanitasi / MCK yang memadai dan
memenuhi standar kesehatan
2. Terbangunnya rumah-rumah susun di wilayah padat penduduk
3. Peningkatan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara serta pengembangan
tata keselamatan bangunan gedung.

46
Subbidang Kelistrikan dan sub bidang telekomunikasi :
1. Meningkatnya kapasitas daya listrik di semua wilayah;
2. Pelabuhan Perikanan Dagho sudah dapat berperan sebagai pusat pemasaran dan pengolahan hasil
tangkapan ikan di seluruh Klaster
Tahun 2020-2025 Subbidang Sumberdaya Air:
1. Pengelolaan Sumberdaya air sudah tertata dengan baik yang ditunjang dengan penegakkan hukum
dan mantapnya lembaga pengelola sumberdaya air;
2. Terbangunnya tanggul pengaman pantai di semua wilayah rawan abrasi dan gelombang laut;
3. Ketersediaan air bersih di wilayah pulau sudah terpenuhi; dan
4. Tertatanya sistem pengelolaan sumberdaya air sehingga sudah tidak ada wilayah yang rawan banjir.
Subbidang Transportasi:
1. Semua ruas jalan di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe sudah teraspal;
2. Rampungnya semua jalan lingkar di Pulau Sangihe, Siau dan Tagulandang dengan perubahan
status menjadi Jalan Nasional;
3. Mantapnya pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan, kenyamanan, keselamatan
transportasi jalan angkutan umum dalam kota serta bertambahnya rambu-rambu lalu lintas sampai
ke jalan-jalan kabupaten dan kota;
4. Adanya dermaga fery di semua klaster sekaligus dengan jangkauan pelayaran kapal fery;
5. Mantapnya sistem pelayanan di semua pelabuhan yang didukung dengan lengkapnya
fasilitas pendukung kepelabuhanan (di semua klaster);
6. Pelabuhan Tahuna menjadi pelabuhan eksport;
7. Terbangunnya tambatan perahu di pulau-pulau kecil yang berpenghuni; dan 8. Bandara Naha
sudah dapat melayani penerbangan domestik dan penerbangan internasional.
Sub Bidang Perumahan dan Permukiman :
1. Terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, layak, aman dengan dukungan fasil itas
2. Pembangunan sarana dan prasarana sanitasi / MCK yang memadai dan
memenuhi standar kesehatan
3. Peningkatan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara serta pengembangan
tata keselamatan bangunan gedung.
Subbidang Kelistrikan dan sub bidang telekomunikasi:
1. Sistem jaringan telekomunikasi dan kelistrikan sudah menjakau keseluruhan wilayah di Kabupaten
Kepulauan Sangihe.
2.1.6. Pemerintahan
Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan (2005-2025) Kabupaten Kepulauan Sangihe perlu melakukan
serangkaian langkah kebijakan strategis guna menunjang pelaksanaan pemerintahan yang efektif, efisien,
demokratis, aspiratif, transparan, akuntabel dan secara konsisten mempertahankan momentum manajemen
empat karakteristik utama untuk penguatan integrasi negara akan ditempuh sejumlah kebijakan berikut:

47
Tahun 2005-2010
1) Pemantapan/Mempercepat Pemekaran Kabu paten Sitaro;
2) Mempersiapkan rencana Kota Tahuna menjadi Kota Madya dengan wilayah kecamatan-
kecamatan di Kabupaten Tahuna dan Kendahe;
3) Memekarkan beberapa kecamatan di wilayah Tabukan, Tahuna, Manganitu, Tamako dan
Kendahe;
4) Memekarkan desa/kelurahan di kecamatan-kecamatan yang memenuhi persyaratan;
5) Menata dan meletakan dasar-dasar Tata Pemerintahan Daerah yang baik (Good Local
Governance) menjadi Tata Pemerintahan yang bersih dan berwibawa mulai dari tingkat
desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten;
6) Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Pemerintahan;
7) Menerapkan pelayanan publik yang bermutu dan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih
dari unsur-unsur penyalahgunaan kekuasaan;
8) Menegakan supremasi hukum yang dimulai dari lingkungan Pemerintah Daerah (dan
keluarganya) dan basis pendidikan serta orang per orang yang memadai dalam rangka
penegakan supremasi hukum;
9) Melibatkann partisipasi masyarakat dalam rangka reformasi dan desentralisasi dengan
memberikan ruang yang cukup dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan/pembangunan karena
tanpa partisipasi masyarakat akan berakibat aparatur pemerintah tidak akan mampu
menghasilkan kebijakan yang tepat/sesuai dengan kebutuhan/aspirasi masyarakat;
10) Menerapkan proses demokratisasi dalam proses PILKADA Bupati/Wakil Bupati pertama secara
langsung di Kabupaten Kepulauan Sangihe maupun kabupaten baru hasil pemekaran;
11) Mendorong fungsi kemitraan pemerintah kabupaten;
12) Mengupayakan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan terutama di Klaster Sangihe,
Siau dan Tagulandang;
13) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan di Klaster Sangihe, Siau
dan Tagulandang;
14) Meningkatkan keberdayaan masyarakat di Klaster Sangihe, Siau dan Tagulandang
dalam penyelenggaraan pembangunan;
15) Memperjelas pembagian kewenangan antar tingkat pemerintahan baik kewenangan
mengenai tugas dan tanggung jawab maupun mengenai penggalian sumber dana dan pembiayaan
pembangunan yang didukung oleh semangat desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
16) Mendorong kerjasama antar pemerintah daerah termasuk mengoptimalkan peran pemerintah provinsi
dan antara pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan negara tetangga dalam rangka
peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat;
17) Meningkatkan kapasitas keuangan pemerintah daerah termasuk pengelolaan keuangan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan profesionalisme sehingga tersedia
dana dan pembiayaan yang memadai bagi pelayanan masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan di klaster Sangihe, Siau dan Tagulandang;
18) Mengupayakan revisi kebijakan terhadap berbagai peraturan yang tidak lagi relevan dengan

48
berbagai tuntutan perkembangan dan pembangunan; dan 19. Memperjuangkan
pembentukan daerah otonom baru pada wilayah potensial.
Tahun 2010-2015
1) Melanjutkan penataan dan peletakan dasar-dasar Tata Pemerintahan yang baik;
2) Pemantapan/mempercepat Kota Tahuna menjadi Kota Madya;
3) Mempersiapkan pemekaran wilayah di kecamatan-kecamatan Tabukan menuju Kabupaten
Tabukan;
4) Menata calon Ibukota Kabupaten Tabukan;
5) Mempersiapkan pemindahan calon ibukota kabupaten induk dengan wilayah administrasi
pemerintahan Kecamatan Manganitu, Tamako, Tatoareng setelah diadakan pemekaran terhadap
ketiga kecamatan tersebut;
6) Mempersiapkan Kota Tamako menjadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Induk dengan wilayah
Manganitu, Tamako, Manganitu Selatan dan Tatoareng;
7) Memekarkan Kabupaten Sitaro menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Siau dan kabupaten
Tagulandang - Bitaro;
8) Meningkatkan pelayanan publik yang bermutu dan penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang bersih dari unsur-unsur penyalahgunaan kekuasaan;
9) Memantapkan penegakan supremasi hukun yang dimulai dari lingkungan Pemerintah
Daerah (dan keluarganya) dan basis pendidikan serta orang perorang yang memadai dalam
rangka penegakan supremasi hukum;
10) Melanjutkan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka reformasi dan desentralisasi
dengan memberikan ruang yang cukup dalam praktek penyelenggaraan
pemerintahan/pembangunan karena tanpa partisipasi masyarakat akan berakibat aparatur
pemerintah tidak akan mampu menghasilkan kebijakan yang tepat/sesuai dengan
kebutuhan/aspirasi masyarakat;
11) Melanjutkan upaya penerapan demokratisasi dalam proses PILKADA pada kabupaten induk
dan wilayah yang baru dimekarkan;
12) Melanjutkan fungsi kemitraan pemerintah kabupaten;
13) Memantapkan upaya penanggulangan penyalahgunaan kewenangan di Klaster Sangihe, Siau dan
Tagulandang dan menerapkan upaya serupa di Klaster Perbatasan, Tatoareng dan Biaro;
14) Memantapkan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan di Klaster Sangihe, Siau dan
Tagulandang dan menerapkan upaya yang sama di Klaster Perbatasan, Tatoareng dan Biaro;
15) Meningkatkan keberdayaan masyarakat di Klaster Perbatasan, Tatoareng dan Biaro dalam
penyelenggaraan pembangunan;
16) Melanjutkan upaya penetapan kewenangan antar tingkat pemerintahan baik kewenangan mengenai
tugas dan tanggung jawab maupun mengenai penggalian sumber dana dan pembiayan
pembangunan yang didukung oleh semangat desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
17) Memperluas cakupan kerjasama dan kualitas kerjasama antar pemerintah daerah dan antara
pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan negara tetangga;

49
18) Mengupayakan ketersediaan aparatur pemerintah daerah yang berkualitas secara proporsional di
Klaster Sangihe, Siau dan Tagulandang;
19) Meneruskan upaya peningkatkan kapasitas keuangan pemerintah daerah termasuk
pengelolaan keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan
profesionalisme sehingga tersedia dana dan pembiayaan yang memadai bagi pelayanan
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan di daerah;
20) Melanjutkan upaya revisi kebijakan terhadap berbagai peraturan yang tidak lagi relevan dengan
berbagai tuntutan perkembangan dan pembangunan.
Tahun 2015-2020

1. Merealisasikan pemekaran Kota Tahuna dan Kecamatan Kendahe menjadi Kotamadya


Tahuna Kendahe;

2. Mewujudkan Kabupaten Tamako dan Manganitu sebagai daerah otonom baru;

3. Memantapkan Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud menjadi satu wilayah Pemerintahan
Provinsi;

4. Memantapkan implementasi Tata Pemerintahan yang baik;

5. Menuntaskan pelayanan publik yang bermutu dan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
bersih dari unsur-unsur penyalahgunaan kekuasaan;

6. Menuntaskan upaya supremasi hukum yang dimulai dari lingkungan Pemerintah Daerah (dan
keluarganya) dan basis pendidikan serta orang per orang yang memadai dalam rangka penegakan
supremasi hukum;

7. Menyempurnakan partisipasi masyarakat dalam rangka reformasi dan desentralisasi dengan


memberikan ruang yang cukup dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan/pembangunan karena
tanpa partisipasi masyarakat akan berakibat aparatur pemerintah tidak akan mampu menghasilkan
kebijakan yang tepat / sesuai dengan kebutuhan / aspirasi masyarakat;

8. Melanjutkan upaya penerapan demokratisasi dalam proses PILKADA pada kabupaten induk dan
wilayah yang baru dimekarkan;

9. Memantapkan fungsi kemitraan pemerintah kabupaten;

10. Memantapkan proses demokratisasi pada proses PILKADA periode ini;

11. Menuntaskan upaya penyalahgunaan kewenangan di seluruh klaster;

12. Menuntaskan upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan di semua


klaster;

13. Meningkatkan keberdayaan masyarakat di seluruh klaster dalam penyelenggaraan pembangunan;

14. Menuntaskan upaya pembagian kewenangan antar tingkat pemerintahan baik kewenangan mengenai
tugas dan tanggung jawab maupun mengenai penggalian sumber dana dan pembiayaan pembangunan
yang didukung oleh semangat desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

15. Memantapkan upaya dan cakupun serta kualitas kerjasama antar pemerintah daerah dan anatara
pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan negara tetangga;

16. Memantapkan kualitas aparatur pemerintah daerah di semua klaster;


17. Menyempurnakan upaya peningkatkan kapasitas keuangan pemerintah daerah termasuk
pengelolaan keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan
profesionalisme sehingga tersedia dana dan pembiayaan yang memadai bagi pelayanan masyarakat
dan pelaksanaan pembangunan di daerah;

18. Menuntaskan revisi kebijakan terhadap berbagai peraturan yang tidak lagi relevan dengan
berbagai tuntutan perkembangan dan Pembangunan.
Tahun 2020-2025

1. Tercapainya pelayanan publik yang bermutu dan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih
dari unsur-unsur penyalahgunaan kekuasaan;

2. Terlaksananya supremasi hukun yang dimulai dari lingkungan Pemerintah Daerah (dan
keluarganya) dan basis pendidikan serta orang per orang yang memadai dalma rangka penegakan
supremasi hukum;

3. Tercapainya partisipasi masyarkat dalam rangka reformasi dan desentralisasi dengan memberikan
ruang yang cukup dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan/pembangunan karena tanpa
partisipasi masyarakat akan berakibat aparatur pemerintah tidak akan mampu menghasilkan
kebijakan yang tepat/sesuai dengan kebutuhan/aspirasi masyarakat;

4. Memantapkan upaya penerapan demokratisasi dalam proses PILKADA pada kabupaten induk
dan wilayah yang baru dimekarkan;

5. Memantapkan fungsi kemitraan pemerintah kabupaten;

6. Menyempurnakan proses demokratisasi pada proses PILKADA periode ini;

7. Menuntaskan upaya peningkatan penyelenggaraan administrasi pemerintahan di seluruh klaster;

8. Melanjutkan upaya pemantapan dan cakupan serta kualitas kerjasama antar pemerintah daerah dan
antara pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan negara tetangga;

9. Memantapkan kerjasama antar daerah dan negara tetangga di berbagai bidang pembangunan;

10. Melanjutkan upaya pemantapan kualitas aparatur pemerintah di semua klaster; 11. Menuntaskan
upaya peningkatan kapasitas keuangan pemerintah daerah termasuk pengelolaan
keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan
profesionalisme sehingga tersedia dana dan pembiayan yang memadai bagi pelayanan
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan di daerah;

11. Mengkaji dan menata semua daerah otonom yang telah terbentuk sehingga mencapai tujuan utama
yang dicita-citakan dalam pemekaran wilayah, kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kepulauan
Sangihe;

12. Mengantisipasi perubahan-perubahan mendasar dalam rangka penyesuaian seluruh perangkat


dokumen perencanaan sebagai konsekwensi peningkatan status administratif pemerintahan.
Dengan kebijakan yang akan diterapkan dalam ruas lima tahunan di atas, kondisi umum pemerintahan di
Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun 2025 adalah sebagai berikut:

(1) Penyelenggaraan pemerintahan akan semakin efektif dengan dilakukannya pemekaran pada
sejumlah wilayah potensial menjadi kelurahan, kecamatan, kodya dan kabupaten baru;

(2) Terciptanya tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, profesional dan bertanggung jawab
yang diwujudkan dengan sosok dan perilaku birokrasi yang efisien dan efektif dalam memberikan
pelayanan yang prima kepada seluruh masyarakat;

51
(3) Kerjasama antar pemerintah daerah maupun pemerintah daerah dengan negara tetangga
dalam berbagai bidang pembangunan sudah mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sangihe;

(4) Tercapainya sinkronisasi dan harmonisasi berbagai peraturan perundangundangan pusat


dan daerah,

(5) Terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif, efisien dan akuntabel;

(6) Meningkatnya kapasitas pengelolaan SDM aparatur yang profesional dan kompeten,

(7) Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara transparan, akuntabel dan
profesional;

(8) Terlaksananya konsep pola pembangunan kepulauan dan pembangunan berorientasi


outward looking.

2.1.8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Bertolak dari proyeksi peluang, ancaman dan permasalahan-permasalah di atas maka tahapan-
tahapan yang akan ditempuh untuk meningkatkan kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah
sebagai berikut: (i) Meningkatnya ketersediaan, hasil guna dan daya guna (SDM, sarana, prasarana dan
kelembagaan) Iptek dan (ii) Terwujudnya iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas dan pengetahuan
lokal. Sejumlah kebijakan berikut akan diterapkan untuk pencapaian tujuan-tujuan di atas dalam 20 tahun
ke depan :
Tahun 2005-2010

1. Menyediakan prasarana dan sarana Iptek terutama perguruan tinggi negeri di Klaster Sangihe dan
akademi di Klaster Siau dan Tagulandang;

2. Menetapkan prioritas penelitian dan pengembangan Iptek yang berorientasi pada permintaan dan
kebutuhan masyarakat dan dunia usaha;

3. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Iptek dengan memperkuat kelembagaan, sumber daya dan
jaringan Iptek di daerah;

4. Menanamkan dan menumbuhkembangkan budaya Iptek untuk meningkatkan daya saing daerah;

5. Menciptakan iklim inovasi dalam bentuk pengembangan skema insentif yang tepat;

6. Mengembangkan kemitraan dengan PTS/PTN yang sudah mapan, dunia industri dan pihak-pihak
lain terkait dengan pengembangan Iptek lebih lanjut di dalam maupun luar negeri; dan

7. Memanfaatkan teknologi informasi untuk pengembangan dan pembangunan daerah.


Tahun 2010-2015

1. Melanjutkan upaya penyediaan prasarana dan sarana Iptek terutama perguruan tinggi negeri dan
Litbang di Klaster Sangihe dan akademi di Klaster Siau dan Tagu landang;

2. Melakukan pengkajian prioritas penelitian dan pengembangan Iptek yang berorientasi pada
permintaan dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha;

3. Melanjutkan upaya peningkatkan kapasitas dan kapabilitas Iptek dengan memperkuat


kelembagaan, sumber daya dan jaringan Iptek di daerah;

52
4. Melanjutkan upaya menumbuhkembangkan budaya Iptek untuk meningkatkan daya saing daerah;

5. Membudayakan iklim inovasi dalam bentuk pengembangan skema insentif yang tepat;

6. Memantapkan kemitraan dengan PTS/PTN yang sudah mapan, dunia industri dan pihak-pihak lain
terkait dengan pengembangan Iptek lebih lanjut di dalam maupun luar negeri;

7. Melanjutkan upaya pengkajian secara intensif terhadap sumber daya unggulan daerah; dan

8. Memantapkan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan dan pembangunan


daerah.
Tahun 2015-2020
1. Memantapkan prasarana dan sarana Iptek terutama perguruan tinggi negeri dan Litbang di Klaster
Sangihe;
2. Melanjutkan pengkajian prioritas penelitian dan pengembangan Iptek yang berorientasi pada
permintaan dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha;
3. Memantapkan kapasitas dan kapabilitas Iptek dengan memperkuat kelembagaan,
sumber daya dan jaringan iptek di daerah;
4. Memantapkan upaya menumbuhkembangkan budaya Iptek untuk meningkatkan daya saing daerah;
5. Memantapkan budaya iklim inovasi dalam bentuk pengembangan skema insentif yang tepat untuk
mendorong perkuatan industri;
6. Memantapkan kemitraan dengan PTS/PTN yang sudah mapan, dunia industri dan pihak-pihak lain
terkait dengan pengembangan Iptek lebih lanjut di dalam maupun luar negeri;
7. Melanjutkan upaya pengkajian secara intensif terhadap sumber daya unggulan daerah termasuk
pengkajian terhadap pengmbangan nilai tambah; dan
8. Memantapkan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan dan pembangunan
daerah dan menerapkan sistim MSTQ.
Tahun 2020-2025

1. Menuntaskan prasarana dan sarana Iptek yang belum rampung terutama perguruan tinggi
negeri dan Litbang di Klaster Sangihe;

2. Mengkaji, menata prioritas penelitian dan serta menerapkan hasil penelitian yang berorientasi pada
permintaan dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha;

3. Memantapkan kemitraan dengan PTS/PTN yang sudah mapan, dunia industri dan pihak-pihak lain
terkait dengan pengembangan Iptek lebih lanjut di dalam maupun luar negeri;

4. Memantapkan dan mengembangkan upaya pengkajian secara intensif terhadap sumber daya
unggulan daerah termasuk pengkajian terhadap pengembangan nilai tambah produk;

5. Memantapkan upaya pengkajian secara intensif terhadap sumber daya unggulan daerah termasuk
pengkajian terhadap pengembangan nilai tambah; dan

6. Memantapkan teknologi informasi untuk pengembangan dan pembangunan daerah dan


penerapan sistim MSTQ.
Berdasarkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh selama 20 tahun di atas, maka kondisi
Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun 2025 diperkirakan sebagai berikut :

53
Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
1. Sistim mitigasi bencana sudah berfungsi maksimal yang didukung oleh penguasaan teknologi
terkait dengan sistim peringatan dini, ketersediaan sarana pendukung termasuk sarana untuk detekasi
bencana terutama di pulau-pulau seperti Sangihe Besar, Siau, Tagulandang dan Tatoareng serta
badan yang telah mapan menangani masalah bencana;

2. Mantapnya pengelolaan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang ditandai dengan


(a) tingginya kesadaran semua pihak termasuk masyarakat dalam mengendalikan dampak
pembangunan terhadap lingkungan, (b) terciptanya harmonisasi hukum di bidang lingkungan dan
konsistennya penegakan hukum, (c) mantapnya penyebaran data dan informasi wilayahwilayah
rawan bencana dan (d) diterapkannya upaya konservasi secara profesional dan konsisten di
wilayah daratan maupun laut Kabupaten Kepulauan Sangihe;

3. Meningkatnya kualitas air permukaan (sungai dan danau) disertai dengan pengendalian dan
pemanfaatan terpadu antar sektor;

4. Meningkatnya luas kawasan konservasi laut;

5. Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir dan daratan dalam satu kesatuan pengembangan
wilayah; dan

6. Mantapnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memelihara lingkungan hidup.


Demografi

1. Administrasi kependudukan telah tertata baik termasuk kualitas dokumen, data dan informasi
penduduk dalam mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan penduduk berkelanjutan;

2. Telah terwujud penduduk yang sehat dan keluarga kecil berkualitas di seluruh klaster;

3. Persebaran dan mobilitas penduduk telah tertata secara seimbang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan;

4. Kualitas hidup masyarakat membaik yang ditandai dengan peningkatan kualitas kesehatan, gizi dan
penurunan angka kematian bayi dan ibu melahirkan.
Ekonomi dan Sumber Daya Alam

1. Telah tercapai tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dengan tingkat pemerataan yang
relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 %;

2. Telah terbangung struktur perekonomian yang kokoh berbasis sumber daya lokal dengan
perikanan, pertanian, pariwisata dan pertambangan sebagai sektor pendukung untuk
pengembangan sektor industri yang akan menjadi motor penggerak ekonomi daerah dengan
penciptaan lapangan/kesempatan kerja yang cukup tinggi;
3. Telah tercipta efisiensi, modernisasi dan nilai tambah kegiatan sektor primer
terutama pertanian dalam arti luas (perikanan, perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan
kehutanan) guna menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di pasaran lokal maupun
internasional;

4. Kemandirian pangan daerah terjaga karena berkembangnya kelembagaan ketahanan pangan yang
mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga yang cukup, baik dalam
jumlah, mutu maupun gizi;

5. Investasi daerah berkembang yang ditandai dengan berperannya sektor penanaman modal asing
(PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), swasta dan masyarakat dengan incremental

54
capital output ratio (ICOR) berada pada kisaran nilai 3—4;

6. Sektor industri sudah mampu menghasilkan produk dengan nilai tambah berdaya saing yang
dibangun dalam satu sistem mata rantai industri (tahap produksi- produksi antara—tahap akhir
produksi-tahap konsumsi) dalam keterkaitan sistem wilayah pengembangan ekonomi dengan
dukungan infrastruktur teknologi, mutu, peningkatan kemampuan tenaga kerja dan infrastruktur fisik;

7. Pola pemanfaatan sumber daya perikanan telah berubah dari pola pemanfaatan bersifat
tradisional menjadi pemanfaatan modern. Untuk sektor perikanan tangkap, pemanfaatan telah
mencapai daerah ZEEI dan didukung oleh industri pengolahan seperti pengalengan dan tepung
ikan, sedangkan perikanan budidaya diharapkan telah mampu memberikan kontribusi signifikan
untuk mendukung produksi sektor perikanan dan kelautan;

8. Pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam terbarukan dan tidak terbarukan secara
berkelanjutan, berkeadilan dan berkeseimbangan untuk memperoleh nilai tambah yang optimal bagi
kepentingan daerah;

9. Stabilnya harga di tingkat produsen, inflasi berada di bawah dua digit angka, rendahnya tingkat suku
bunga perbankan;

10. Adanya keberpihakan lembaga-lembaga keuangan yang tercermin dalam peningkatan peran dan
fungsi pelayanan lembaga-lembaga keuangan terhadap pelaku ekonomi kerakyatan (UKM dan
Koperasi);

11. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi sebagai dampak terbukanya lapangan/kesempatan kerja,
peningkatan jiwa usaha/wirausaha yang diindikasikan dengan dominannya serapan penggunaan
kredit modal kerja oleh masyarakat dibandingkan kredit konsumtif;
12. Pembangunan ekonomi telah memampukan daerah membiayai pelaksanaan pembangunan dan
pemerintahan di daerah atau berkurangnya tingkat ketergantungan daerah terhadap sumbangan dari
luar daerah.
Sarana dan Prasarana
1) Transportasi darat sudah menjangkau sentra-sentra produksi di seluruh wilayah kecamatan,
desa/kelurahan terutama di Pulau Sangihe, Siau, Tagulandang dan Biaro;
2) Semua jalan lingkar Pulau Sangihe, Siau, Tagulandang dan Biaro sudah menjadi Jalan Nasional
dan ruas-ruas jalan yang menghubungkan wilayah-wilayah kecamatan di pulau-pulau besar
(Sangihe, Siau dan Tagulandang) sudah menjadi Jalan Provinsi sedangkan jalan-jalan
kecamatan dan desa/kelurahan menjadi jalan kabupaten untuk mendukung aktifitas pemerintahan
dan ekonomi daerah;
3) Transportasi laut telah menjadi penghubung yang efektif/efisien antar wilayah nasional, provinsi,
kabupaten serta antar klaster di Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk mendukung aktifitas
ekonomi dan meningkatnya kelancaran, keamanan dan kenyamanan pelayaran;
4) Pulau-pulau di setiap klaster mampu meng-akses transportasi laut secara leluasa;
5) Transportasi udara sudah menjadi sarana transportasi yang handal untuk mendukung aktivitas
pemerintahan dan ekonomi serta mendukung pendekatan inward looking dan outward looking.
Sosial Budaya dan Politik
1. Peran BKSUA sudah mantap dalam menjamin kerukunan hidup antar umat beragama; dan
2. Mantapnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan beragama sehingga terwujud hidup
masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe yang bermoral, beretika dan berpengamalan sepiritual

55
yang dicirikan antara lain oleh mantapnya penerapan pesan-pesan moral agama dalam kehidupan
sehari-hari yang didukung oleh pembinaan agama di tingkat keluarga dan sekolah;
3. Tersedianya berbagai sarana kesehatan seperti puskesmas di semua desa, rumah sakit di semua
klaster dengan status yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di setiap klaster;
4. Tersedianya tenaga kesehatan (dokter, tenaga paramedis lainnya) dengan kualitas dan
kuantitas yang memadai pada semua sarana kesehatan tersedia;
5. Meningkatnya ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau terutama bagi
masyarakat miskin;
6. Mantapnya layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi
kualitas hidup perempuan dan anak;
7. Semakin berkembangnya penerapan nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka
memantapkan budaya daerah yang dalam diwujudkan dalam setiap kebijakan pembangunan;
8. Meningkatnya pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya;
9. Semakin kokohnya NKRI yang berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Bhineka
Tunggal Ika;
10. Tuntasnya berbagai program wajib belajar (Pendidikan Dasar Sembilan dan Dua Belas Tahun) di
semua klaster;
11. Meningkat dan meratanya jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan di semu klaster;
12. Terciptanya perluasan, pemerataan dan mutu pendidikan melalui jalur formal dan non-formal
untuk umum maupun kejuruan;
13. Meningkatnya proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar ke jenjang yang lebih
tinggi;
14. Tersedianya tenaga kerja berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja;
15. Tercapainya tingkat pendidikan yang akan mempertinggi kualitas hidup perempuan dan
anak;
16. Terciptanya iklim politik yang kondusif yang dapat mendukung optimalisasi pembangunan di
semua klaster;
17. Terselenggaranya semua proses PILKADA secara tertib dan aman di kabupaten induk maupun di
semua kabupaten/kota hasil pemekaran;
18. Diterapkannya hukum untuk melindungi setiap individu dari tindakan kekerasan, eksploitasi dan
diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga;
19. Mantapnya upaya penguatan kelembagaan, koordinasi dan jaringan pengarustamaan gender dan
anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi dari berbagai kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan di segala bidang termasuk pemenuhan komitmen internasional,
penyediaan data dan statistik gender.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Iptek telah mampu menghasilkan pelayanan publik yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah serta
meningkatkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik;

1. Iptek akan menjadi penopang utama pengembangan industri berbasis sumber daya lokal;

56
2. Iptek dapat berperan maksimal dalam menopang pengembangan daya saing produk dan jasa dari
sektor-sektor unggulan daerah, pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan dan
menekan dampak bencana alam serta meningkatkan jumlah maupun kualitas SDM daerah yang
terlatih dengan baik di berbagai bidang pembangunan; dan

3. Penguasaan Iptek akan mampu meningkatkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat melalui


penerapan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, rumah tangga dan agroindustri.

57
BAB III
VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

3.1. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE TAHUN 2005-
2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe pada
hakekatnya adalah merupakan upaya nyata dan sistematis Masyarakat dan Pemerintah di Daerah ini,
untuk mendukung dan merealisasikan tujuan pembangunan secara Nasional sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 dalam wadah NKRI sesuai dengan kondisi spesifik,
aspirasi/kebutuhan masyarakat dan potensi sumber daya yang dimiliki.
Acuan teknis operasional bergantung kepada arahan RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Sulawesi
Utara untuk mana kebijakan pembangunannya adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan ekonomi diarahkan kepada pemantapan sistem ekonomi Nasional/Daerah untuk
mendorong kemajuan bangsa terutama masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan
mengacu pada ciri-ciri pembangunan ekonomi nasional sebagai berikut:
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara/Daerah dan yang
menguasai hayat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara/Daerah dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
d. Perekonomian Nasional/Daerah diselenggarakan berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanj utan, berwawasan lingkungan,
kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi Nasional/Daerah.
e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai wujud pengelolaan
keuangan Daerah (Negara) dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar-
besarnya demi untuk kemakmuran rakyat.
2. Pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan memperhatikan hak warga negara serta
kewajibannya untuk berperan dalam pembangunan.
3. Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pembangunan, pelaksanaan Pemerintahan Daerah
didasarkan pada Otonomi yang luas. Pelaksanaan otonomi di Daerah diupayakan untuk
mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan demi memperkokoh persatuan dan
kesatuan.
4. Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe harus memperhatikan/
mempertimbangkan EMPAT KARAKTERISTIK WILAYAH sebagai berikut:
 Sebagai Daerah Perbatasan
 Sebagai Daerah Kepulauan
 Sebagai Daerah Rawan Bencana Alam
 Sebagai Daerah Tertinggal.
5. Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe diarahkan pada
penyelesaian berbagai permasalahan di setiap KLASTER KEPULAUAN yaitu:
 Klaster Pulau-pulau Perbatasan (Marore, Matutuang, Mamanu, Kawio dan Kawaluso);
 Klaster Pulau Sangihe;
 Klaster Pulau Para, Kahakitang, Mahengetang dan Kalama;
 Klaster Pulau Siau;
58
 Klaster Pulau Tagulandang; dan
 Klaster Pulau Biaro
Masing-masing memiliki ciri dan spesifikasi kebutuhan/aspirasi masing- masing.
6. Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe juga diprioritaskan u ntuk
mengurangi (menghapuskan) kantong-kantong kemiskinan yang tersebar di seluruh wilayah
Kecamatan/Kampung/ Kelurahan.
7. Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada hakekatnya adalah
merupakan perjuangan bersama Masyarakat dan Pemerintah untuk memperkuat AKSESIBILITAS
di berbagai bidang kehidupan.
8. Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe diarahkan pula u ntuk
kepentingan menjaga keutuhan/kedaulatan NKRI, mengingat posisinya sebagai wilayah
perbatasan antara negara Republik Indonesia dan Philipina.

Mengantisipasi tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta


dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan
Sangihe serta faktor-faktor strategis yang muncul, amanat pembangunan sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945, serta arahan RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Sulawesi
Utara dan aspirasi masyarakat yang berkembang selama ini, maka VISI PEMBANGUNAN DAERAH
TAHUN 2005-2025 dirumuskan sebagai berikut:

"KEPULAUAN SANGIHE SEBAGAI BERANDA DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA"

Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2005 - 2025 ini mengarah
kepada pencapaian tujuan pembangunan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 serta
mengacu dan diselaraskan dengan Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Sulawesi Utara.
Untuk mewujudkan VISI Pembangunan Daerah Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten
Kepulauan Sangihe) tersebut akan ditempuh melalui MISI Pembangunan Daerah sebagai
berikut: Mewujudkan Kepulauan Sangihe Sebagai Beranda Depan NKRI yang Sejahtera adalah
mendorong adanya aktifitas pembangunan yang dapat mencerminkan adanya hasil-hasil yang secara
kongkrit menyentuh dan berkaitan dengan upaya-upaya penguatan berbagai fasilitas dan atau
sarana dan prasarana dasar (utama) yang meliputi:

1. Pemantapan/penyem purnaan dan pengembangan kehidupan umat beragama, adat, budaya,


tradisi-tradisi yang menunjang pelaksanaan pembangunan;
2. Penegakan supremasi hukum dengan titik berat pemberantasan KKN;
3. Memberi iklim positif yang kondusif terhadap pengembangan demokrasi di berbagai aspek
kehidupan dalam rangka perwujudan tujuan Nasional;
4. Memberi citra kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai komunitas Daerah perbatasan yang
menjadi pengawal Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945;
5. Pemantapan Kelembagaan masyarakat dan kapasitas Pemerintah Daerah;
6. Membangun rasa percaya diri masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe agar semakin termotivasi
dan mampu memberikan kontribusi terhadap suksesnya pembangunan Nasional melalui partisipasi
kongkrit dan berkualitas dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang maju dan
mandiri, adil dan demokratis, serta aman dan bersatu, adalah mengandung pengakuan yang tulus
bahwa masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan bagian integral daripada NKRI dan
59
oleh karena itu juga ikut bertanggung jawab di dalam upaya mewujudkan Visi Pembangunan Nasional
2005-2025 melalui pelaksanaan serangkaian Misi yang akan dilaksanakan secara sistematis,
berjenjang dan sesuai dengan kondisi spesifik Daerah;
7. Pemantapan/penyempurnaan dan pengembangan kegiatan di bidang pelestarian lingkungan dalam
rangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan;
8. Pemantapan/penyempurnaan dan pengembangan jaringan transportasi darat, laut dan udara;
9. Pemantapan/penyem purnaan dan pengembangan jaringan informasi, komunikasi dan telekomunikasi
(Telematika);
10.Pemantapan/penyem purnaan dan pengembangan pelayanan di bidang kesehatan yang dapat
menjangkau seluruh masyarakat sampai di pelosok pedesaan, pulau-pulau kecil/terpencil dan pesisir
guna membangun/menciptakan kondisi masyarakat yang sehat;
11.Pemantapan/penyem purnaan dan pengembangan pelayanan di bidang pendidikan sehingga
mampu diakses oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sangihe mulai dari tingkat
pendidikan dasar (wajar 9 tahun), pendidikan menengah (wajar 12 tahun) sampai ke tingkat
pendidikan tinggi, dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia;
12.Pemantapan/penyem purnaan dan pengembangan berbagai fasilitas pendukung guna mendorong
terciptanya aktifitas di bidang kelautan dan perikanan yang kondusif terhadap upaya-upaya
peningkatan produksi masyarakat nelayan setempat, pemasaran dan pelestarian sumber daya
kelautan dan perikanan itu sendi ri;
13.Mendorong peningkatan aksesibilitas di bidang pertanian dengan melakukan intensifikasi dan
ekstensifikasi terhadap komoditi-komoditi unggulan spesifik daerah yang memiliki peluang dan
daya saing pasar baik lokal, regional, fungsional dan global, dengan mempertimbangkan daya
dukung lahan yang tersedia;
14.Mendorong serta memfasilitasi pengembangan sektor Industri, Koperasi dan U KM;
15.Mewujudkan komitmen pembangunan kependudukan berkualitas, berdaya saing, dan beretika;
16.Merevisi tata ruang kabupaten dengan mengutamakan penataan ruang secara holistic,
mengintegrasikan wilayah lautan dan daratan sebagai satu wilayah kesatuan perencanaan
pembangunan daerah;
17.Mewujudkan peran swasta dan BUMD/Perusahaan Daerah lebih nyata dalam pembangunan
ekonomi daerah;
18.Mewujudkan partnership (masyarakat, swasta, dan pemerintah) dalam membangun
infrastruktur dasar;
19.Mengembangkan sistim ekonomi wilayah berbasis kelautan dan perikanan;
20.Penyempurnaan dan pemantapan sektor pariwisata dalam mewujudkan Kepulauan
Sangihe sebagai salah satu tujuan wisata bahari internasional;
21.Mewujudkan prinsip-prinsip Dlean Government and Good Governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
22.Mewujudkan kerjasama-kerjasama bidang budaya, pendidikan, dan ekonomi yang lebih konkrit
dengan negara tetangga Philipina;
23.Mewujudkan komitmen Pemerintahan Nasional yang dituangkan dalam berbagai kebijakan formal
untuk mendorong percepatan Pembangunan Daerah Perbatasan dan Daerah Tertinggal;
24.Mewujudkan komitmen pembangunan berwawasan gender.

3.1. ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025


Dalam mewujudkan VISI Pembangunan Daerah tersebut di atas akan ditempuh Arah
Pembangunan Daerah sebagai berikut:
60
1. Mendorong pelaksanaan Pembangunan Daerah yang dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi sehingga mampu menjamin adanya pemerataan yang seluas-luasnya didukung oleh
Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman dan bertaqwa, infrastruktur yang memadai,
penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta wawasan tentang lingkungan yang utuh
dengan memperhatikan secara cermat kondisi spesifik Daerah dengan Empat Karakteristiknya
sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan penyusunan setiap program pembangunan
secara bertahap dan berkelanjutan.
2. Mendorong pelaksanaan Pembangunan Daerah yang menjamin penerapan clean and good
governance, adanya penegakan hukum yang adil, konsekuen, tidak diskriminatif serta
mengabdi kepada kepentingan masyarakat umum, meneruskan konsolidasi demokrasi
secara bertahap di berbagai aspek kehidupan politik agar demokrasi konstitusional akan menjadi
konsensus dan pedoman terhadap perilaku politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai bagian integral NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3. Mendorong pelaksanaan pembangunan yang mampu merangkai Kepulauan Sangihe agar
secara efektif dapat bersinergi dalam dinamika pembangunan baik secara Regional, Nasional
dan antarWilayah/Daerah, serta kesiapan memasuki Era Global (Pasar Bebas).
4. Mendorong pelaksanaan Pembangunan Daerah yang mampu mewujudkan rasa aman, tenteram
dan damai, menampung aspirasi masyarakat yang dinamis, membantu menegakkan kedaulatan
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memberi perlindungan terhadap setiap
Warga Negara serta Masyarakat pada umumnya.

A. MEWU)UDKAN KEPULAUAN SANGIHE SEBAGAI BERANDA DEPAN NKRI YANG


SEJAHTERA

Memerlukan proses waktu yang panjang, didukung oleh kemampuan merumuskan konsepsi-
konsepsi perencanaan program melalui kajian-kajian cermat, serta kemampuan peramalan yang handal,
yang bermuara pada upayaupaya menciptakan Pertumbuhan Ekonomi yang berkembang secara
signifikan (tinggi), disertai pemerataan secara proporsional dan adil.
Dalam kaitan ini maka kegiatan pembangunan ekonomi dalam dimensi dua puluh tahun ke depan
akan diarahkan pada pencapaian sasaran pokok sebagai berikut:
 Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dengan sektor Kelautan dan Perikanan,
Pertanian, Pertambangan dan Pariwisata menjadi basis aktifitas ekonomi yang akan
menghasilkan produk-produk secara efisien dan modern melalui penerapan Iptek dan
pengembangan Ekonomi Kerakyatan yang berdaya saing global menjadi motor
penggerak (prime mover) perekonomian, sementara itu jasa menjadi perekat ketahanan
ekonomi.
 Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 12 % dan pendapatan perkapita
sebesar US$ 6.000 dengan tingkat pemerataan yang relatif baik serta jumlah penduduk
miskin tidak lebih dari 5 %.
 Kemandirian pangan (lokal) dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi
yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.

1. Perekonomian dikembangkan berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi dan persaingan sehat dengan
memperhatikan nilai-nilai keadilan serta kepentingan Daerah/Nasional sehingga terjamin
kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat di Daerah ini . Sementara itu
pengelolaan kebijakan
61
perekonomian di Daerah perlu memperhatikan secara cermat dinamika Regional, Nasional dan Global.
2. Perekonomian dikembangkan dengan berorientasi dan berdaya saing global melalui
transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif sumber daya
alam melimpah, menjadi perekonomian yang Berkeunggulan kompetitif dengan prinsip-
prinsip dasar:
a. Mengelola secara berkelanjutan peningkatan produktifitas daerah melalui penguasaan,
penyebaran, penerapan dan inovasi (penciptaan) ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Mengelola secara berkelanjutan kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktek terbaik
dan pemerintahan yang baik.
c. Mengelola secara berkelanjutan sumber daya alam sesuai kompetensi dan keunggulan daerah.
3. Struktur perekonomian diperkuat dengan sektor industri sebagai motor penggerak yang
didukung oleh kegiatan kelautan dan perikanan, pertanian, pertambangan dan pariwisata, yang
menghasilkan produk-produk secara efisien,
modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, dengan menerapkan praktek
terbaik dan ketatakelolaan yang baik untuk mewujudkan ketahanan ekonomi yang tangguh.
4. Peningkatan efisiensi, modernisasi dan nilai tambah kegiatan primer terutama sektor kelautan dan
perikanan, pertanian, pertambangan dan pariwisata. Sektorsektor tersebut akan didorong agar
mampu bersaing di pasar Regional, Nasional dan Global. Kepentingan ini merupakan faktor
strategis karena berkenaan dengan pembangunan PERDESAAN, PENGENTASAN
KEMISKINAN, Keterbelakangan serta Ketahanan Pangan. Penyelenggaraan yang terencana
secara cermat akan menjamin terwujudnya transformasi seluruh elemen Perekonomian Daerah ke
arah yang lebih maju dan mampu beradaptasi dengan dinamika Nasional dan Globalisasi.
5. Daya saing global perekonomian Daerah ditingkatkan dengan antara lain mengembangkan pola
jaringan Rumpun Industri (Industrial Cluster) sebagai fondasinya, berdasarkan tiga prinsip dasar:
a. Pengembangan rantai nilai tambah dan inovasi, di mana yang paling diperhatikan adalah
pilihan terhadap arah pola pengembangan yang ditetapkan pada suatu periode tertentu.
b. Penguatan (perluasan dan pendalaman) struktur rumpun industri dengan membangun
keterkaitan antara industri dengan setiap aktifitas ekonomi terkait (sektor primer dan
tersier, UKM maupun Perusahaan Penanaman Modal Asing).
c. Pembangunan fondasi ekonomi mikro (lokal) agar terwujud lingkungan usaha yang kondusif
melalui penyediaan berbagai infrastruktur peningkatan kapasitas kolektif (teknologi, mutu,
peningkatan kemampuan tenaga kerja dan infrastruktur fisik) serta penguatan kelembagaan
ekonomi yang dapat menjamin bahwa peningkatan interaksi, produktivitas dan inovasi yang terjadi
melalui persaingan sehat, dapat secara nyata meningkatkan daya saing perekonomian
secara berkelanjutan.
6. Dengan keunggulan komparatif sebagai daerah yang memiliki sumber daya alam yang cukup besar,
wawasan, kemampuan dan daya kreasi yang tinggi, serta bentang alam perairan laut yang luas
disertai jumlah pulau yang banyak, maka basis keunggulan kompetitif industri dalam dua puluh tahun
ke depan akan dikembangkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pengembangan industri yang mengola secara efisien dan rasional sumber daya alam
dengan memperhatikan daya dukungnya.
b. Pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi,
komunikasi dan informasi baik untuk kepentingan domestik maupun kaitan dinamika global.
c. Pengembangan industri yang memperkuat integrasi dan struktur keterkaitan antar industri
dengan sektor lainnya ke depan.

62
Dengan prinsip tersebut, maka fokus pengembangan industri dalam dimensi waktu dua puluh
tahun ke depan akan diarahkan pada 5 (lima) Pilar Utama yaitu:
a. Industri yang berbasis kelautan dan perikanan;
b. Industri Pertanian;
c. Industri Transportasi;
d. Industri Pariwisata;
e. Industri Pertambangan.
7. Peningkatan efisiensi, modernisasi dan nilai tambah sektor pertanian dan perikanan dikelola dengan
pengembangan agribisnis yang dinamis dan efisien, yang melibatkan partisipasi aktif
petani dan nelayan. Tujuan ini perlu diselenggarakan melalui revitalisasi kelembagaan pada
tingkat operasional, optimalisasi sumber daya, dan pengembangan SDM pelaku usaha agar mampu
meningkatkan produktivitas serta merespon permintaan pasar dan peluang usaha. Selain
bermanfaat bagi peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan pada umumnya, upaya ini
bermanfaat dalam menciptakan diversifikasi perekonomian perdesaan yang pada gilirannya
meningkatkan sumbangannya dalam pertumbuhan perekonomian lokal, regional dan nasional.
Perhatian perlu diberikan pada peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan, pengembangan
masyarakat, upaya pengentasan kemiskinan secara terarah serta perlindungan terhadap sistem
perdagangan dan persaingan adil.
8. Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong peningkatan daya saing perekonomian Daerah,
peningkatan kualitas perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat lokal, serta perluasan
kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan secara arif dan berkelanjutan
keragaman pesona keindahan alam dan potensi lokal sebagai wilayah yang didominasi perairan laut
serta dapat mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya setempat
(budaya bangsa).
9. Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) diarahkan untuk penguasaan dan
pemanfaatan IPTEK bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian dan daya saing Daerah
melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas IPTEK yang senantiasa berpedoman pada nilai
agama, nilai budaya, nilai etika, serta memperhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pembangunan IPTEK dalam dua puluh tahun mendatang diarahkan untuk mendukung
penguasaan teknologi tepat guna di sektor Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Pertanian,
ketersediaan energi, penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung antara lain perekonomian berbasis teknologi, penyediaan teknologi transportasi,
kebutuhan teknologi pertahanan, teknologi kesehatan, serta meningkatkan jumlah paten. Dukungan
tersebut dilakukan melalui peningkatan kuantitas, kualitas dan mobilitas SDM IPTEK,
peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan IPTEK lintas sektor, perumusan
agenda riset Daerah selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana
dan prasarana IPTEK, penguatan sistem inovasi yang mendukung pembangunan ekonomi yang
berbasis pengetahuan, peningkatan kerja sama domestik dan internasional antarlembaga LITBANG,
Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha, penumbuhan industri baru yang berbasis produk Litbang,
peningkatan industri pada standar mutu produk berbasis sistem pengukuran, standardisasi, pengujian dan
mutu(measurement,standardization, testing and quality/MSTQ).
1O.Budaya Inovatif yang berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus dikembangkan agar
masyarakat di Daerah ini dapat menguasai IPTEK sehingga mampu beradaptasi dengan dinamika
persaingan regional, nasional dan global. Pengembangan budaya IPTEK dilakukan dengan
meningkatkan penghargaan (apreasiasi) masyarakat terhadap IPTEK melalui pengembangan minat
baca dan menulis, masyarakat pembelajar, masyarakat yang cerdas, kritis, dan kreatif dalam
rangka pengembangan tradisi IPTEK secara bersamaan dalam rangka mengarahkan budaya
63
konsumtif menuju budaya produktif.
Bentuk-bentuk pengungkapan kreativitas antara lain melalui kesenian tetap didorong untuk
mewujudkan keseimbangan aspek material, spiritual dan emosional.
Pengembangan IPTEK serta kesenian diletakan dalam kerangka peningkatan harkat, martabat,
dan peradaban manusia (masyarakat Kepulauan Sangihe).
11.Jasa, termasuk jasa infrastruktur dan keuangan, dikembangkan sesuai dengan kebijakan
pengembangan ekonomi nasional agar mampu mendukung secara efektif peningkatan daya
saing global dengan menerapkan sistem dan standar pengelolaan praktek terbaik internasional, yang
mampu mendorong peningkatan ketahanan serta nilai tambah perekonomian nasional, dan mampu
mendukung kepentingan strategis dalam pengembangan SDM di Daerah dan keprofesian,
penguasaan dan pemanfaatan teknologi nasional, dan pengembangan keprofesian tertentu,
serta mendukung kepentingan nasional dalam pengentasan kemiskinan dan pengembangan kegiatan
perekonomian perdesaan.
12.Perdagangan dan Investasi dikembangkan agar mampu mendukung perkuatan daya saing global.
Perdagangan diarahkan untuk memperkuat efisiensi sistem perdagangan dalam Daerah dan
secara nasional; memperkuat posisi Daerah dalam aktifitas perdagangan serta berbagai kegiatan
kerja sama perdagangan regional, global dan multilateral; pengembangan citra produk spesifik
daerah yang berkualitas nasional dan internasional dan mampu mendorong integrasi kegiatan
ekonomi lokal untuk memperkuat ketahanan ekonomi secara Nasional. Sementara itu investasi
diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara
berkelanjutan dan berkualitas dengan peningkatan iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing,
serta selaras dengan fokus peningkatan daya saing perekonomian Daerah.
13.Kebijakan pasar kerja diarahkan untuk mendorong terciptanya sebanyak mungkin lapangan kerja formal
serta mengupayakan kesejahteraan pekerja di sektor pekerjaan informal. Pasar kerja yang
fleksibel, hubungan industrial yang harmonis dengan perlindungan yang layak, keselamatan
kerja yang memadai, serta terwujudnya proses penyelesaian hubungan industria l
yang menguntungkan semua pihak merupakan ciri-ciri pasar kerja yang diinginkan. Selain itu,
pekerja diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga dapat bersaing serta
menghasilkan nilai tambah yang tinggi dengan pengelolaan pelatihan dan pemberian dukungan bagi
program-program pelatihan yang strategis, efektif dan efisiensi peningkatan kualitas tenaga kerja
sebagai bagian integral dari investasi SDM. Pekerja perlu dibekali dengan pengakuan kompetensi
profesi sesuai dinamika kebutuhan industri dan dinamika persaingan global.
14.Sektor Keuangan dikembangkan agar senantiasa memiliki kemampuan dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan membiayai tujuan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Setiap jenis investasi (baik
jangka pendek maupun jangka panjang) akan didorong untuk memperoleh sumber pendanaan yang
sesuai dengan karakteristik jasa keuangan. Selain itu, semakin beragamnya lembaga keuangan
akan memberikan alternatif pendanaan lebih banyak bagi seluruh lapisan masyarakat.
15.Perbaikan pengelolaan keuangan daerah bertumpu pada sistem anggaran yang transparan,
bertanggung jawab (akuntabel), dan dapat menjamin efektivitas pemanfaatan. Dalam rangka
meningkatkan kemandirian, peran pinjaman luar negeri/dalam negeri dijaga pada tingkat yang
aman, sementara sumber utama dalam Daerah yang berasal dari pajak terus ditingkatkan
efektivitasnya. Kepentingan utama pembiayaan pemerintah adalah penciptaan pembiayaan
pembangunan yang dapat menjamin kemampuan peningkatan pelayanan publik baik dalam
penyediaan pelayanan dasar, prasarana dan sarana fisik serta ekonomi, maupun mendukung
peningkatan daya saing ekonomi.
16.Peranan Pemerintah yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai fasilitator, regulator sekaligus
sebagai katalisator pembangunan di berbagai tingkat (kampung/kelurahan, kecamatan, kabupaten,
64
provinsi dan nasional) guna efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, terciptanya lingkungan
usaha yang kondusif dan berdaya saing, dan terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar.
17.Sistem ketahanan pangan dibangun sampai pada kemampuan untuk menjaga kemandirian pangan
(lokal) dengan mengembangkan kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutu serta gizi-
gizinya, aman, merata dan terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang
beragam sesuai dengan keragaman lokal maupun potensi nasional.
18.Pengembangan UKM dan Koperasi diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya
saing melalui perkuatan kemitrausahaan serta peningkatan produktivitas yang didukung dengan
upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan
teknologi. Pengembagan UKM menjadi bagian integral dalam perubahan struktur yang sejalan dengan
modernisasi agribisnis dan agroindustri, khususnya yang mendukung ketahanan pangan, serta
perkuatan basis produksi dan daya saing industri melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi dan
peningkatan kualitas SDM. Sementara itu, pengembangan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk
mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Koperasi berkembang semakin luas
menjadi wahana yang efektif dalam menciptakan efisiensi kolektif para anggota koperasi, baik
produsen maupun konsumen, sehingga menjadi pelaku ekonomi yang mampu mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
19.Kelembagaan Ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan ekonomi dengan menerapkan
prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik dalam menyusun kerangka regulasi dan perizinan yang
efisien, efektif, dan non diskriminatif; menjaga persaingan usaha secara sehat dan
perlindungan konsumen; mendorong pengembangan standarisasi produk dan jasa untuk
meningkatkan daya saing; merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan teknologi sesuai
dengan pengembangan ekonomi daerah/nasional; dan meningkatkan daya saing UKM sehingga
menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan ekonomi.

B. "MEWU)UDKAN KEPULAUAN SANGIHE


SEBAGAI BERANDA DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA"

Memerlukan ketersediaan infrastruktur yang memadai yang mencakup bidangbidang:


a. TRANSPORTASI
b. KETENAGALISTRIKAN
c. ENERGI
d. TELEMATIKA
e. KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR.

Dalam kaitan itu, maka pembangunan Infrastruktur diarahkan pada pencapaian sasaran pokok
yaitu:
 Tersusunnya jaringan infrastruktur yang terintegrasi satu sama lain, melalui penataan ruang yang
mantap, khususnya pelabuhan, lapangan terbang, dan jalan raya dalam sistem jaringan inter
dan antarmoda, baik antarnegara tetangga maupun antarwilayah NKRI lokal/regional, dengan tingkat
keselamatan, jaminan kelaikan prasarana dan sarana sesuai dengan standar internasional.
 Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal sesuai permintaan kebutuhan tenaga listrik
termasuk elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi pedesaan dapat terpenuhi; tercapainya
tingkat efisiensi yang memuaskan baik sisi pembangkit, transmisi maupun distribusi; terwujudnya
65
sistem ketenagalistrikan yang berbasis pada energi terbarukan, panas bumi, nuklir dan energi fosil
nonBBM.
 Meningkatnya pelayanan pos dan telematika yang efisien guna meningkatkan kesiapan dan
kemampuan masyarakat Daerah dalam memanfaatkan informasi sehingga tercipta masyarakat
informasi DAERAH yang berdaya saing dan mampu mengatasi dan memanfaatkan arus globalisasi.
 Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber
daya air; terwujudnya pendayagunaan sumber daya air yang adil untuk berbagai kebutuhan
masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantitas; dan terwujudnya pengendalian daya
rusak air yang mampu melindungi keselamatan jiwa dan harta benda penduduk.
20. Pembangunan transportasi diarahkan untuk mendorong transaksi perdagangan sebagai sumber
lalu lintas orang, barang dan jasa yang menjadi pangsa pasar bisnis transportasi melalui political
trading yang saling menguntungkan; menciptakan jaringan pelayanan secara inter dan antar moda
angkutan melalui pembangunan prasarana dan sarana transportasi, serta diikuti dengan
pemanfaatan e-commerce dalam konteks less paper document; menyelaraskan semua peraturan
perundang-undangan baik yang mencakup investasi maupun pelayanan jasa transportasi untuk
memberikan kepastian hukum bagi semua
pihak yang berkenaan; menciptakan sistem perbankan dan mekanisme pendanaan untuk
menunjang investasi dan operasi prasarana dan sarana transportasi; mendorong seluruh
stakeholders untuk berpartisipasi dalam penyediaan pelayanan mulai dari tahap perencanaan,
pembangunan, dan pengoperasiannya; menghilangkan segala macam bentuk monopoli agar dapat
memberikan alternatif pilihan bagi pengguna jasa; mempertahankan keberpihakan
Pemerintah sebagai regulator terhadap pelayanan kepada masyarakat.
Adapun strategi dan prioritas program-program pembangunan dalam rangka memperkuat
AKSESIBILITAS masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe akan diarahkan pada
pemantapan/penyempurnaan dan pengembangan jaringan TRANSPORTASI, yang meliputi:

a. TRANSPORTASI DARAT
1. Mengupayakan peningkatan status seluruh ruas Jalan Provinsi menjadi Jalan Nasional untuk
menciptakan Ring Road terutama di tiga pulau (Sangihe, Siau dan Tagulandang).
2. Mengupayakan peningkatan status seluruh Ruas Jalan Kabupaten menjadi Jalan
Provinsi.
3. Meningkatkan status seluruh ruas jalan kampung/desa menjadi Jalan Kabupaten.
4. Memantapkan/menyempurnakan jalan-jalan poros Desa/Kelurahan yang menjadi sentra-sentra
transportasi antardesa-Kecamatan-Kabu paten dan Provinsi/Nasional.
5. Mendorong/mengembangkan partisipasi masyarakat perdesaan dalam hal membantu
memelihara/merawat jalan-jalan yang sudah ada dan mengatasi setiap permasalahan yang
berkait dengan aktivitas TRANSPORTASI di Desa masing-masing, sesuai kemampuan sumber
daya yang dimiliki.
6. Memantapkan dan menyempurnakan Rencana TATA RUANG di bidang transportasi dengan
berbagai implikasinya.

b. TRANSPORTASI LAUT
1. Menunjang pengembangan sistem jaringan pelayanan Nasional dan Provinsi yang efektif dan
efisien, guna mendukung intensitas mobilitas orang, barang dan jasa dalam kaitan aktivitas

66
ekonomi secara Nasional, Regional serta kebutuhan lokal.
2. Membina dan mengembangkan sistem jaringan pelayanan lokal yang efektif dan efisien
dalam mendukung transportasi antar klaster kepulauan dan antarpulau-pulau kecil/terpencil
dengan Induk Klaster maupun dengan Ibukota Kabupaten dan pusat-pusat Pemerintahan di
tingkat kecamatan.
3. Meningkatkan kapasitas dan fasilitas pendukung sistem pelayanan Nasional, Regional,
Global dan kepentingan lokal.
4. Mengupayakan pengembangan fasilitas kepelabuhanan di Kabupaten Kepulauan Sangihe agar
mampu melayani kepentingan pelayaran berskala internasional menghadapi pasar bebas.
5. Memperkuat kompetensi dan kapasitas pelayanan lembaga-lembaga yang terkait dengan
kegiatan (pelayaran) baik Regional, Nasional maupun Internasional.

c. TRANSPORTASI UDARA
1. Mengembangkan kapasitas Bandar Udara Naha sehingga mampu memfasilitasi dan mendukung
aktifitas penerbangan secara Regional dan Nasional, dan internasional untuk mendukung
aktifitas ekonomi di wilayah perbatasan Kepulauan Sangihe dengan Negara tetangga
Philipina dan lain-lain.
2. Mendorong terjadinya kerja sama lintas udara komersial dengan Negaranegara tetangga guna
menopang kinerja perekonomian di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
3. Mengembangkan dan menyempurnakan fasilitas pendaratan Helikopter (HELY PAD) yang ada
di beberapa pulau/klaster serta membangun fasilitas dimaksud untuk pulau/klaster yang belum
memilikinya, guna memperlancar pengendalian tugas-tugas di bidang pertahanan dan keamanan
serta pelayanan-pelayanan publik yang sifatnya darurat seperti kasus-kasus luar biasa (KLB).

21. Pengembangan energi akan tetap sejalan dengan program nasional bahkan mengamankan
kebijakan secara nasional jangka panjang, distribusi energi akan tetap diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sampai ke pelosok pedesaan, termasuk masyarakat dipulau-
pulau kecil terpencil dan wilayah pesisir, untuk mendukung aktifitas sesuai potensi sumber daya
yang dimiliki. Distribusi energi dilaksanakan juga dengan memperhatikan komposisi
penggunaan energi yang optimal bagi setiap jenis energi.

22. Pengembangan ketenagalistrikan akan diupayakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tidak
saja untuk melayani keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk mendukung aktivitas ekonomi
(industri).
Distribusi alokasi sumber daya listrik harus diupayakan untuk menjangkau konsumen di pulau-pulau
kecil terpencil dan wilayah pesisir yang sampai saat ini belum menikmati pelayanan kelistrikan.
Penyempurnaan struktur industri penyediaan listrik akan memberikan peluang lebih luas bagi
investasi swasta secara lebih terbuka, kompetitif, profesional, dan terarah serta terpisah dari misi
sosial. Misi sosial ketenagalistrikan akan diperankan oleh pelayanan BUMN dan BUMD. Sementara
itu penyempurnaan tarif diarahkan pada pemerataan tarif regional yang strukturnya disesuaikan
dengan Harga Pokok Produksi (HPP) bagi setiap kelompok pelanggan. Pemanfaatan tenaga listrik
antara lain tenaga surya, tenaga air makro, tenaga angin dalam skala yang memadai sesuai
kebutuhan yang berkembang diarahkan kepada peluang-peluang diversifikasi energi untuk pembangkit
tenaga listrik antara lain TENAGA SURYA dalam skala yang memadai sesuai kebutuhan yang
berkembang.
23. Pembangunan Telematika diarahkan pada penetapan platform kompetisi jangka panjang dalam
67
penyelenggaraan telekomunikasi; antisipasi implikasi dan konvergensinya telekomunikasi, TI dan
penyiaran baik mengenai kelembagaan maupun peraturannya termasuk yang terkait dengan
isu keamanan, kerahasiaan, privaci dan integritas informasi; Hak atas kekayaan intelektual;
serta legalitas yang nantinya dapat mengakibatkan konvergensi pasar dan industri; optimalisasi
pembangunan dan pemanfaatan prasarana pos dan telematika dan prasarana non-
telekomunikasi dalam penyelenggaraan telematika serta pemanfaatan konsep teknologi netral
yang responsif terhadap kebutuhan pasar dan industri namun tetap menjaga keutuhan sistem yang
telah ada; peningkatan pengetahuan dan awareness masyarakat terhadap potensi pemanfaatan
telematika dan pemanfaatan aplikasi berbasis teknologi informasi; serta pengembangan industri
konten dan aplikasi sebagai upaya penciptaan nilai tambah dari informasi.
24.Pembangunan sumber daya air diarahkan untuk menjaga keberlanjutan daya dukung sumber daya
air dengan menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air (catchment area) dan keberadaan
air tanah; mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan melalui pendekatan demand
management yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan
konsumsi air dan pendekatan supply management yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
dan rehabilitasi pasokan air; memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk
meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Dalam kaitan
pembangunan sumber daya air perlu disikapi secara serius dalam mengatasi masalah suplai air
bersih untuk wilayah-wilayah yang sangat kesulitan, terutama pulau-pulau kecil terpencil dan
wilayah pesisir. Oleh karena itu diperlukan penelitian dan pengkajian cermat agar ditemukan
solusi yang paling tepat, efektif dan efisien.

C. MEWUJUDKAN KEPULAUAN SANGIHE SEBAGAI


BERANDA DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA

Harus tercermin dari pelaksanaan pembangunan yang merata sampai ke pelosok pedesaan,
tidak saja di pulau-pulau (daratan) besar tetapi juga menyentuh pulau-pulau kecil terpencil dan pesisir.
Sasaran yang hendak dicapai dalam 20 tahun ke depan adalah terwujudnya peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dengan
demikian akan terjadi pengurangan kesenjangan antara Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan
Kabupaten/Kota lain di Sulawesi Utara yang selama ini relatif lebih berkembang (maju).

25.Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh menurut
klaster kepulauan secara proporsional didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem

68
wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah
administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai aktifitas
ekonomi/industri dan distribusi. Upaya ini dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan
daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama antar
sektor, antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan
investasi di Daerah.
26. Sejalan dengan konsep strategis Pemerintah Nasional untuk mengembangkan wilayah-wilayah
perbatasan antarnegara dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung
berorientasi Inward looking menjadi Outward looking, dalam rangka memposisikan dan memanfaatkan
kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktifitas ekonomi dengan Negara tetangga, maka dalam
konteks arahan pembangunan 20 tahun mendatang hendaknya dititikberatkan pada upaya-upaya
penyiapan masyarakat untuk mampu berproduksi dan berperan sebagai pelaku ekonomi yang
profesional dengan standar global.
Untuk menata kawasan perbatasan menjadi beranda depan NKRI ada dua pendekatan yang
harus dikembangkan/dilakukan, yaitu pendekatan KEAMANAN (Security Approach) dan
pendekatan KESE)AHTERAAN (ProsperityApproach).
Perhatian khusus perlu diarahkan untuk mengembangkan pulau-pulau kecil terpencil dan wilayah
pesisir yang selama ini cenderung terabaikan.
27. Untuk mempercepat pemerataan dan distribusi sumber-sumber kemakmuran dipandang perlu
mendorong percepatan pembangunan Kota-kota kecil di beberapa klaster Kepulauan yang
memungkinkan dan disesuaikan dengan ciri/spesifikasi masing-masing sehingga diharapkan
mampu menjalankan perannya sebagai motor penggerak pembangunan wilayah-wilayah
sekitarnya, maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan yang
perlu dilakukan antara lain memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan
tipologi kota masing-masing.
28. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di
wilayah pedesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah pedesaan merupakan backward
linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu "sistem wilayah pengembangan
ekonomi". Peningkatan keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan dan
diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan (nonpertanian) di pedesaan yang terkait dengan
pasar di perkotaan.
29. Pembangunan pedesaan didorong melalui: pengembangan agropolitan terutama bagi kawasan yang
berbasiskan pertanian; peningkatan kapasitas sumber daya manusia di pedesaan khususnya
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya; pengembangan jaringan infrastruktur
penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya
menciptakan keterkaitan fisik, sosial ekonomi yang saling komplementer dan saling
menguntungkan; peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan,
kesempatan kerja dan teknologi; pengembangan sosial capital dan human capital yang belum
tergali potensinya, sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber
daya alamnya saja; intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk
pertanian, terutama terhadap harga dan upah.
30.Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah saat ini masih sering dilakukan tanpa
mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka
pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara
berkelebihan sehingga menurunkan kualitas (degradasi) dan kuantitas (deplesi) sumber alam dan
lingkungan hidup. Selain itu, sering pula terjadi konflik pemanfaatan ruang antarsektor. Salah satu
penyebab terjadinya permasalahan tersebut karena pembangunan yang dilakukan dalam
69
wilayah tersebut belum menggunakan Tata Ruang sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan antarsektor dan antarwilayah. Oleh karena itu, sangat penting untuk memanfaatkan
Rencana Tata Ruang sebagai landasan atau acuan kebijakan spasial bagi pembangunan lintas
sektor maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan.
Rencana Tata Ruang wilayah disusun secara hirarkhis dari tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten
dan Kota.
31. Menerapkan sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif serta melaksanakan penegakan hukum
terhadap hak atas tanah dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi dan demokrasi.
Selain itu perlu dilakukan penyempurnaan penguasan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah melalui perumusan berbagai aturan pelaksanaan land reform , serta penciptaan
insentif/disinsentif perpajakan yang sesuai dengan luas, lokasi dan penggunaan tanah agar
masyarakat golongan ekonomi lemah dapat lebih mudah mendapatkan hak atas tanah.
Selain itu, menyempurnakan sistem hukum dan produk hukum pertanahan melalui inventarisasi
dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan pertanahan dengan mempertimbangkan
aturan masyarakat adat, serta peningkatan upaya penyelesaian sengketa pertanahan baik melalui
kewenangan administrasi, peradilan, maupun penyelesaian perselisihan alternatif (alternative disputer
resolution).
Selain itu akan dilakukan penyempurnaan kelembagaan pertanahan sesuai dengan semangat
otonomi daerah dan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, utamanya dalam
kaitannya dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia bidang pertanahan di Daerah.

D. MEWU)UDKAN KEPULAUAN SANGIHE


SEBAGAI BERANDA DEPAN NKRI YANG SE)AHTERA

Memerlukan kemampuan pengendalian pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
yang memadai. Dalam kaitan itu sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup dalam 20 tahun ke depan adalah sebagai berikut:
 Terwujudnya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan perlindungan fungsi
lingkungan hidup secara berkelanjutan, berkeadilan dan berkesinambungan dengan perolehan
nilai tambah yang optimal bagi kepentingan negara dan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
rakyat Kepulauan Sangihe.
 Tercapainya peningkatan kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
32. Pendayagunaan sumber daya alam yang terbarukan, seperti hutan, pertanian, perikanan dan
perairan dilakukan secara rasional, optimal dan efisien dengan mendayagunakan seluruh
fungsi dan manfaat secara seimbang dan memperhatikan daya dukung dan
kemampuan pulih alaminya. Pengelolaan sumber daya alam terbarukan, yang saat ini sudah
berada dalam kondisi kritis, diarahkan pada upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya
dukungnya, dan selanjutnya diarahkan upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya
dukungnya, dan selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan aspek-aspek tak berwujud seperti jasa
lingkungan sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan kemampuannya sebagai modal
bagi pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan. Hasil atau pendapatan yang berasal dari
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan diarahkan untuk diinvestasikan kembali guna
menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang.
33. Sumber daya alam yang tidak terbarukan, seperti bahan tambang, mineral dan sumber daya energi
dikelola secara berkelanjutan dengan tidak mengkonsumsi langsung, melainkan memperlakukan
70
sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat menghasilkan nilai tambah yang
optimal. Output-nya diarahkan untuk dijadikan sebagai kapital kumulatif. Alternatif lainnya dengan
pemanfaatan yang diimbangi dengan upaya reklamasi dan pencarian sumber alternatif atau
bahan subtitusi yang terbarukan dan yang lebih ramah lingkungan. Hasil atau pedapatan
yang diperoleh dari kelompok sumber daya alam ini diarahkan untuk percepatan
pertumbuhan ekonomi dengan diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif khususnya
dalam upaya untuk menghasilkan inovasi dan kreativitas pengelolaan sumber daya alam bagi
keberlanjutan ekonomi daerah dan untuk memperkuat pendanaan dalam rangka pencarian
sumber-sumber energi alternatif.
34. Efektivitas pemanfaatan sumber daya alam diarahkan pada peningkatan nilai tambah produk-
produk sumber daya alam. Selain itu, diversifikasi produk dan pengolahan hasil sumber daya alam
yang inovatif terus dikembangkan agar mampu menghasilkan barang dan jasa yang menghasilkan
nilai tambah yang tinggi, termasuk untuk pengembangan mutu dan harga yang bersaing. mni
harus menjadi acuan bagi pengembangan industri yang berbasis sumber daya alam, di samping
tetap menekankan pada pemeliharaan sumber daya alam yang ada sekaligus meningkatkan
kualitas dan kuantitasnya. Selain itu juga diarahkan untuk membangun keberlanjutan bagi seluruh
bidang pembangunan secara adil dan merata, sehingga tidak hanya berlandaskan pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga keberpihakan kepada aspek sosial dan lingkungan
demi keberlanjutan pembangunan. Perhatian khusus ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat
pedesaan agar masyarakat dapat memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari
pemanfaatan sumber daya alam yang ada di wilayahnya.
35. Perhatian khusus diberikan pada pemanfaatan sumber daya alam yang masih mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan, seperti sumber daya laut, sehingga terjadi keseimbangan dalam
pemanfaatan sumber daya alam yang ada antara daratan dan lautan. Mengingat cakupan dan
prospek sumber daya kelautan yang sangat luas, maka arah pemanfaatannya dilakukan melalui
pendekatan multisektor agar dapat meminimalisasi terjadinya konflik dan keberlanjutan sumber
daya tersebut tetap terjaga kelestariannya. Di samping itu, mengingat kompleksnya
permasalahan dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil maka
pendekatan keterpaduan dalam kebijakan dan perencanaan menjadi syarat utama dalam
menjamin keberlanjutan proses ekonomi, sosial dan lingkungan yang terjadi.
36. Sumber daya alam dikembangkan dan dimanfaatkan dengan memperhatikan keragaman jenis
sumber daya alam yang ada di Daerah ini dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh, serta memperkuat
kapasitas dan komitmen Daerah untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Peningkatan partisipasi masyarakat akan pentingnya pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup dilakukan melalui pemberdayaan terhadap berbagai institusi sosial dan ekonomi
di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak adat dan ulayat atas sumber daya alam
termasuk bagi Pemerintah Daerah.
37. Selain menghasilkan sumber daya, alam juga dapat menimbulkan bencana. Pembangunan
berwawasan lingkungan dapat dilakukan dengan memberikan diseminasi dan sosialisasi
informasi peringatan dini terhadap ancaman kerawanan bencana alam kepada masyarakat,
mengingat kondisi geologi Kepulauan Sangihe yang secara geografis berada di kawasan
pertemuan dua lempeng tektonik. Untuk itu tantangan pembangunan ke depan, adalah perlunya
ditingkatkan kegiatan pemetaan daerah bencana untuk mengurangi resiko terhadap investasi yang
telah ditanamkan. Hal ini dapat memberikan

71
manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dengan memberi perlindungan terhadap manusia dan
harta benda dengan perencanaan wilayah yang peduli terhadap bencana geologi.
38. Pembangunan diarahkan pada kegiatan yang ramah lingkungan sehingga pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan dapat dikendalikan, serta diarahkan pula pada pengembangan
ekonomi yang lebih memanfaatkan jasa lingkungan. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan
hidup diprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan daya dukung lingkungan dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan.
39. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan ditingkatkan
kualitasnya dengan dukungan peningkatan kelembagaan pengelola sumber daya alam dan
lingkungan hidup; penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas; sistem politik yang
kredibel dalam mengendalikan konflik; sumber daya manusia yang berkualitas; perluasan
penerapan etika lingkungan; serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap. Selanjutnya
cara pandang terhadap lingkungan hidup yang berwawasan etika lingkungan perlu didorong
melalui internalisasi ke dalam kegiatan produksi dan konsumsi, dan penanaman nilai dan etika
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses pembelajaran sosial, serta pendidikan
formal pada semua tingkatan.
40. Pendidikan dan kampaye penyadaran serta kecintaan terhadap sumber daya alam dan
lingkungan hidup ditingkatkan, terutama bagi generasi muda, sehingga tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas yang peduli terhadap isu sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Dengan demikian ke depan mereka mampu berperan sebagai penggerak bagi
penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

E. "MEWU)UDKAN KEPULAUAN SANGIHE


SEBAGAI BERANDA DEPAN NKRI YANG SE)AHTERA"

Juga tercermin dari kualitas sumber daya manusia yang makin meningkat, termasuk peran
perempuan dalam pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia diarahkan pada pencapaian
sasaran secara umum berupa peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang ditandai
dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (1PM) dan tercapainya penduduk tumbuh
seimbang yang ditandai dengan Angka Reproduksi Netto (NRR) sama dengan 1 atau ekuivalen
dengan Angka Fertilitas Total (TFR) sama dengan 2,1 per wanita usia produktif.
41. Dalam rangka memenuhi hak dasar warga negara untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan secara menyeluruh
dengan mengacu pada paradigma sehat. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan manajemen kesehatan dengan memperhatikan karakteristik Daerah dan Klaster
Kepulauan, dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan globalisasi dengan semangat kemitraan dan
kerja sama lintas sektor. Perhatian khusus diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, pada upaya promotif dan preventif, dan pada pelayanan kesehatan bagi penduduk
miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana.
42. Pembangunan Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat, martabat dan kualitas SDM
Indonesia sehingga dapat bersaing dalam era global dengan tetap berlandaskan pada norma
kehidupan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia secara luas dan tanpa diskriminasi. Oleh
karena itu perlu penyediaan sarana pendukung pembelajaran yang memadai serta
72
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan
terjangkau untuk semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan serta pembebasan biaya pendidikan
bagi peserta didik jenjang pendidikan dasar yang berasal dari keluarga miskin. Penyediaan
pelayanan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan sosial
ekonomi Nasional/Daerah di masa depan termasuk untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui pendalaman penguasaan teknologi dan pemberian perhatian yang lebih
besar pada masyarakat miskin, dan yang tinggal wilayah terpencil, tertinggal dan kepulauan.
Pembangunan pendidikan diarahkan pula untuk menumbuhkan kebanggaan kebangsaan, akhlak
mulia serta kemampuan peserta didik untuk hidup bersama dalam masyarakat yang multikultur
yang dilandasi oleh penghormatan pada hak asasi manusia. Pendidikan sepanjang hayat
didorong sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas
hidup dan produktivitas penduduk Indonesia terutama penduduk usia dewasa. Di samping itu
pengelolaan pendidikan dimantapkan agar efisien dan efektif dengan menerapkan prinsipprinsip
good governance, serta untuk menghadapi persaingan dengan institusi pendidikan luar negeri yang
akan semakin banyak di masa depan.
43. Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan, serta kesejahteraan dan perlindungan anak di
berbagai bidang pembangunan; penurunan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender di tingkat Daerah.
44. Pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas dan partisipasi pemuda di berbagai
bidang pembangunan antara lain melalui penyelenggaraan kelompok pemuda produktif, sedangkan
pembangunan olah raga diarahkan pada peningkatan budaya dan prestasi olah raga.
45. Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan, rehabilitasi
dan pemberdayaan sosial masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), dengan
didukung oleh sistem hukum dan perlindungan sosial, termasuk penyediaan sarana dan prasarana
pelayanan sosial yang memadai termasuk pengembangan badan/bidang yang akan menangani
masalah terkait dengan penanganan bencana.
46. Sistem jaminan sosial dikembangkan bagi seluruh rakyat sebagai wahana yang luas untuk
pengembangan mekanisme pemberdayaan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan dan diupayakan tidak merusak budaya tolong menolong yang telah
berakar di masyarakat.
47. Dalam rangka menciptakan Kabupaten Sangihe yang maju, pembangunan agama diarahkan
untuk memantapkan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja, menghargai prestasi dan
menjadi kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan.
48. Mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk melalui peningkatan pelayanan kesehatan
reproduksi, termasuk kesehatan reproduksi remaja dan keluarga berencana (KB) yang bermutu,
efektif, merata dan terjangkau serta pemberdayaan keluarga menuju terbentuknya keluarga kecil yang
berkualitas.
49. Penataan persebaran dan mobilitas penduduk secara lebih seimbang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan , melalui pemerataan pembangunan ekonomi dan wilayah, dan
pembukaan kawasan-kawasan industrial terpadu yang lebih banyak lagi menampung tenaga kerja.
Penataan administrasi kependudukan untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
yang berkelanjutan dan mendorong terakomodasinya hak-hak penduduk dan perlindungan sosial.
50. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pembangunan sumber daya manusia yang didukung oleh
partisipasi aktif masyarakat, kerangka peraturan untuk mendorong pengelolaan
pembangunan sumber daya manusia yang menerapkan prinsip-prinsip good governance
dengan mengedepankan akuntabilitas dan transparansi, melibatkan partisipasi aktif masyarakat
dalam pelaksanaan dan pengawasannya, serta dengan menerapkan sistem pembiayaan yang
berprinsip pada pemerataan dan keadilan.
73
51. Peningkatan pengelolaan data dan informasi, penerapan dan pengembangan Iptek, pengaturan
hukum, serta administrasi pembangunan sumber daya manusia secara terpadu dan saling
mendukung, guna mencapai kualitas sumber daya manusia yang setinggi-tingginya.
52. Pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya ditingkatkan sehingga
dalam 20 tahun mendatang terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat dengan sistem pembiayaan perumahan jangka
panjang yang market friendly, efisien, dan akuntabel serta terwujud kota tanpa permukiman ku mu
h (cities without slum) sesuai dengan Millenium Development Goals (MDGs). Sejalan dengan
pemenuhan hunian yang layak, pembangunan prasarana dan sarana diarahkan pada
peningkatan cakupan pelayanan air minum perpipaan secara nasional hingga mencapai 100
persen; peningkatan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi dasar yang
layak hingga mencapai 100 persen dan pengembangan sistem sanitasi terpusat.
53. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukung diarahkan pada
 Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak dan
terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana dan sarana
permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, credible,
mandiri dan efisien.
 Penyelengaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang
mandiri, mampu membangkitkan potensi pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan
pasar modal, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran
pembangunan.
 Pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang
memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.

F. "MEWU)UDKAN KEPULAUAN SANGIHE


SEBAGAI BERANDA DEPAN NKRI YANG SE)AHTERA"
Juga perlu diarahkan pada penciptaan sasaran pokok sebagai berikut:
 Terciptanya supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia yang bersumber pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta mendukung tertatanya sistem hukum
nasional yang mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif dan aspiratif.
 Meningkatnya profesionalisme aparatur negara di Daerah ini untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab, yang mampu
mendukung pembangunan Nasional/Daerah.
 Terwujudnya demokrasi, melalui konsolidasi demokrasi yang bertahap pada berbagai aspek
kehidupan politik sehingga demokrasi konstitusional dapat diterima sebagai konsensus dan
pedoman politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
54. Pembangunan hukum secara nasional harus didukung oleh Daerah dan diarahkan pada
makin terwujudnya sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, yang mencakup pembangunan materi hukum, struktur hukum
termasuk aparat hukum dan sarana dan prasarana hukum serta perwujudan masyarakat yang
mempunyai kesadaran dan budaya hukum yang tinggi dalam rangka mewujudkan negara hukum,
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan demokratis. Pembangunan hukum dilaksanakan
melalui pembaruan hukum dengan tetap

74
memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai
upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan
kebenaran, ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin
tertib dan teratur, serta penyelenggaraan pembangunan Nasional yang makin lancar.
55. Pembangunan materi hukum perlu ditunjang oleh Daerah dan diarahkan untuk melanjutkan
pembaruan produk hukum untuk menggantikan peraturan perundang-undangan warisan kolonial
yang mencerminkan nilai-nilai sosial dan kepentingan masyarakat Indonesia serta mampu
mendorong tumbuhnya kreativitas dan pelibatan masyarakat yang sangat dibutuhkan
untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional
yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang mencakup
perencanaan hukum, pembentukan hukum, penelitian dan pengembangan hukum.
56. Daerah mendukung upaya perbaikan kesejahteraan aparatur hukum serta sarana dan
prasarana hukum yang memadai agar pelaksanaan tugas dan kewajiban aparatur hukum dapat
berjalan dengan baik dan terhindar dari pengaruh dan intervensi pihak-pihak dalam bentuk
korupsi, kolusi dan nepotisme.
57. Peningkatan kesadaran hukum masyakarat terus diupayakan dan diwujudkan dengan memberikan
akses informasi hukum yang lebih luas kepada masyarakat dan melibatkan masyarakat dalam
berbagai proses pengambilan keputusan pelaksanaan pembangunan nasional sehingga setiap
anggota masyarakat menyadari dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta
terbentuk perilaku warga negara Indonesia yang mempunyai rasa memiliki dan taat hukum yang
didukung oleh pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat dengan biaya terjangkau,
proses tidak berbelit dan penetapan putusan yang mencerminkan rasa keadilan masyarakat.
58. Penerapan dan penegakan hukum dan hak asasi manusia dilaksanakan secara tegas, lugas dan
profesional dengan tetap berdasarkan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia, keadilan
dan kebenaran, terutama dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan persidangan yang transparan
dan terbuka dalam rangka mewujudkan tertib sosial dan disiplin sosial, sehingga mendukung
pembangunan serta memantapkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
59. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dilakukan melalui penuntasan penanggulangan
penyalahgunaan kewenangan, termasuk KKN, peningkatan kualitas penyelenggaraan administrasi
negara, dan peningkatan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.
60. Penu ntasan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dicapai dengan penerapan prinsip-
prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan lini pemerintahan pada semua
kegiatan; pemberian sanksi yang seberatberatnya kepada pelaku penyalahgunaan kewenangan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku; peningkatan intensitas dan efektivitas pengawasan
aparatur negara melalui pengawasan internal, pengawasan fungsional dan pengawasan
masyarakat; peningkatan etika birokrasi dan budaya kerja pengetahuan dan pemahaman para
penyelenggara negara terhadap prinsipprinsip ketatapemerintahan yang baik.
61. Peningkatan kualitas penyelenggaraan administrasi negara dicapai dengan penataan kembali
fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan di Daerah agar lebih memadai, ramping, luwes dan
responsif; peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur administrasi
negara pada semua tingkat dan antartingkat pemerintahan; penataan peningkatan kapasitas
sumber daya manusia aparatur agar sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat; peningkatan
kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem karier berdasarkan prestasi.
62. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan dicapai dengan
peningkatan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, serta peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mandiri, berpartisipasi dalam

75
proses pembangunan dan mengawasi jalannya pemerintahan.
63. Pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah terus ditingkatkan melalui peningkatan otonomi
daerah dan aparat pemerintah daerah, kapasitas aparat pemerintahan kampu ng, peningkatan
kapasitas kelembagaan pemerintah daerah, peningkatan kapasitas keuangan Pemerintah Daerah
termasuk upaya peningkatan kemitraan dengan masyarakat dan swasta dalam pembiayaan
pembangunan Daerah ditingkatkan; penguatan lembaga legislatif. Selain itu, pemberdayaan
masyarakat akan terus menerus ditingkatkan melalui: peningkatan pengetahuan dan
keterampilan; peningkatan akses pada modal usaha dan sumber daya alam; pemberian
kesempatan luas untuk menyampaikan aspirasi terhadap kebijakan dan peraturan yang
menyangkut kehidupan mereka; peningkatan kesempatan dan kemampuan untuk
mengelola usaha ekonomi produktif yang mendatangkan kemakmuran dan mengatasi kemiskinan
64. Pembinaan bidang Politik disempurnakan dengan titik berat pada proses pelembagaan demokrasi
dengan mempromosikan dan mensosialisasikan pentingnya keberadaan sebuah konstruksi yang
lebih kuat dan memiliki kredibilitas tinggi sebagai pedoman dasar bagi sebuah proses
demokratisasi berkelanjutan; menata hubungan antara kelembagaan politik dengan
kelembagaan pertahanan keamanan dalam kehidupan bernegara; meningkatkan
kinerja lembaga-lembaga penyelenggara negara dalam menjalankan kewenangan dan fungsi-
fungsi yang diberikan oleh Konstitusi dan peraturan perundangan; memantapkan pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah, serta mencegah gejala-gejala yang mengarah kepada
disintegrasi wilayah dan perpecahan bangsa; menindaklanjuti upaya mewujudkan
rekonsiliasi nasional secara berkelanjutan; serta menciptakan pelembagaan lebih lanjut untuk
mendukung berlangsungnya konsolidasi demokrasi secara berkelanj utan.
65. Peran Pemerintah Daerah dan masyarakat ditata dengan baik dengan titik berat pada
pembentukan kemandirian dan kedewasaan masyarakat, dan pembentukan pelaku-pelaku
ekonomi daerah yang kuat. Di samping itu, penataan peran negara dan masyarakat
diarahkan pada penataan fungsifungsi tradisional yang positif dari pranata-pranata sosial
kemasyarakatan, lembaga hukum dan lembaga politik untuk membangun kemandirian
masyarakat dalam mengelola berbagai potensi konflik sosial yang merusak.
66. Budaya dan perilaku politik dikembangkan dengan titik berat pada proses penanaman nilai-nilai
demokratis diupayakan melalui penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik
demokratis terutama penghormatan nilai-nilai hak asasi manusia, nilai-nilai persamaan, anti
kekerasan, serta nilainilai toleransi politik, melalui berbagai wacana dan media; serta perwujudan
berbagai wacana dialog bagi peningkatan kesadaran mengenai pentingnya memelihara persatuan
bangsa dimulai dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten.
67. Proses politik ditata dengan titik berat pada proses pengalokasian/representasi kekuasaan melalui
peningkatan secara terus menerus proses dan mekanisme seleksi publik yang lebih terbuka
bagi para pejabat politik dan publik, serta calon pemimpin Daerah; perwujudan komitmen politik
yang tegas terhadap pentingnya kebebasan media massa, keleluasan berserikat, berkumpul, dan
menyatakan pendapat setiap warga negara berdasarkan aspirasi politiknya masing-masing.
68. Peranan komunikasi dan informasi ditingkatkan dengan penekanan pada proses pencerdasan
masyarakat dalam kehidupan politik dan dilakukan dengan mewujudkan kebebasan pers yang
lebih mapan dan terlembaga serta menjamin hak masyarakat luas untuk berpendapat dan
mengontrol jalannya penyelenggaraan Pemerintah Daerah/Nasional secara cerdas dan demokratis;
mewujudkan pemerataan informasi yang lebih besar dengan mendorong dan melindungi
munculnya media-media massa daerah yang bebas; mendukung terwujudnya deregulasi yang
lebih besar dalam bidang penyiaran sehingga dapat lebih menjamin pemerataan informasi
secara nasional dan mencegah monopoli informasi; menciptakan jaringan informasi yang
lebih bersifat interaktif antara masyarakat dan kalangan pengambil keputusan politik untuk
76
menciptakan kebijakan yang lebih mudah dipahami masyarakat luas; menciptakan jaringan
teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menghubungkan seluruh link informasi yang ada
di pelosok/daerah Nusantara sebagai suatu kesatuan yang mampu mengikat dan memperluas
integritas bangsa; memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi secara integritas
bangsa; memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif agar mampu
memberikan informasi yang lebih komprehensif kepada masyarakat supaya tidak terjadi
kesalahpahaman yang dapat meretakkan jalannya penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah.
69. Pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan
moral dalam pembangunan Daerah/Nasional serta basis etika sosial dalam penyelenggaraan
negara guna mewujudkan pemerintahan bersih.

G. "MEWUJUDKAN KEPULAUAN SANGIHE SEBAGAI BERANDA


DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA"

Harus tercermin dari meningkatnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan
wilayah NKRI dan kedaulatan negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan
pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai berikut:
 Terwujudnya karakter bangsa/masyarakat di Daerah ini yang tangguh, kompetitif dan bermoral
tinggi yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Kepulauan
Sangihe yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleransi,
bergotong royong, patriotik, dinamis dan berorientasi Iptek.
 Makin mantapnya budaya bangsa/masyarakat di Daerah ini yang tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat dan martabat manusia Kepulauan Sangihe, dan memperkuat jati diri dan
kepribadian bangsa.

70. Mengusulkan perlindungan wilayah yuridiksi laut Indonesia khususnya perairan Kepulauan Sangihe
supaya ditingkatkan dalam upaya melindungi sumber daya laut bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Perlindungan terhadap wilayah yurisdiksi laut Indonesia (Kepulauan
Sangihe) dilakukan dengan mengusulkan peningkatan kekuatan-kekuatan dan kemampuan
pertahanan untuk melakukan pengawasan dan penegakan hukum internasional (UNCLOS) serta
dengan meningkatkan kemampuan deteksi dan penangkalan di laut.
Mengusulkan perlindungan wilayah yurisdiksi udara Indonesia ditingkatkan sebagai upaya untuk
menjaga kedaulatan nasional secara menyeluruh dengan membangun sistem pemantauan dan
deteksi nasional di wilayah udara serta meningkatkan kemampuan menangkal penerbangan ilegal.
71. Kebijakan pembangunan keamanan diarahkan untuk mendorong meningkatkan profesionalisme
POLRI beserta institusi terkait dengan masalah keamanan dan meningkatkan peran serta masyarakat
dalam rangka mewujudkan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya
hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
72. Peran serta masyarakat dalam penciptaan keamanan masyarakat akan dibangun melalui
mekanisme pemolisian masyarakat. Pemolisian masyarakat berarti masyarakat turut
bertanggung jawab dan berperan aktif dalam penciptaan keamanan dan ketertiban dalam bentuk
kerja sama dan kemitraan dengan polisi dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

77
BAB IV
PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun


2005-2025 yang berisi visi, misi dan arah pembangunan merupakan pedoman bagi Pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten
Kepulauan Sangihe 20 tahun ke depan.

RPJP ini juga akan menjadi arah dan pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah.

Keberhasilan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam mewujudkan


Visi "KEPULAUAN SANGIHE SEBAGAI BERANDA DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA" perlu didukung
oleh:
1) Komitmen dan Kepemimpinan yang kuat dan demokratis;
2) Konsistensi kebijakan pemerintah;
3) Keberpihakan kepada rakyat;
4) Peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif.

Tahuna, Juni 2006

BUPATI KEPULAUAN SANGIHE,

Drs. WINSULANGI SALINDEHO

78

You might also like