You are on page 1of 10

intan nursiam d24080094

ilmu nutrisi dan teknologi pakan


fakultas peternakan
institut pertanian bogor
2010

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kandungan dari limbah cair domestic yang konsentrasinya cukup banyak yaitu minya
k dan lemak. Minyak dan lemak mempunyai sifat tidak larut dalam air, hidrophobik
dan terdapat pada tumbuhan hewan darat dan laut dan biasa disebut trigliserides
. Karakteristik yang sangat keliatan adalah kemampuan minyak dan lemak membuat l
apisan gemuk (pelumas). Minyak dan lemak mempunyai rantai hidrokarbon yang cukup
panjang. Minyak mempunyai viskositas yang relative tinggi karena adanya tarik m
enarik intermolekul pada rantai panjang molekul glycerid minyak.Lemak didefinisi
kan sebagai suatu kelompok bahan yang secara umum larut dalam ether, chloroform
atau pelarut yang lainnya. Minyak sebagai komponen cair yang relative non-volati
l.
Penentuan protein secara ninhidrin berdasarkan atas pengukuran serapan cahaya ol
eh ikatan kompleks yang berwarna ungu. Hal ini terjadi bila protein bereaksi den
gan nihibrin (triketo-hidridenahidrat) menghasilkan CO2, NH3 dan aldehid beratom
C kurang dari jumlah semula. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya war
na biru ungu. Penilaian konsentrasi protein dalam larutan umumya digunakan metod
e kolorimetri, prinsip kerja pemeriksaan yaitu larutan protein direaksikan denga
n reage yang dapat menghasilkan warna sehingga sampel yang telah diukur tidak da
pat digunakan kembali. Panjang gelombang absorbsi metode kalorimetri ini diukur
dengan spektrofotometri sinar tampak, sedangkan pengukuran panjang gelombang abs
orbsi dari suatu molekul organik secara langsung dapat menggunakan spektrofotome
ter ultra violet (UV).

Tujuan
Mengetahui tingkat kelarutan berbagai jenis lemak terhadap suatu larutan tertent
u dan kadar protein dalam susu skim dan susu bubuk.

TINJAUAN PUSTAKA
VCO
Virgin oil adalah minyak dan lemak makan yang dihasilkan tanpa mengubah sifat fi
siko kimia minyak, minyak diperoleh dengan hanya perlakuan mekanis dan pemakaian
panas minimal serta tidak menggunakan bahan kimia kecuali yang tidak mengalami
reaksi dengan minyak. Minyak ini dimurnikan dengan cara pencucian menggunakan ai
r, pengendapan, penyaringan, dan sentrifugasi saja. (Codex Alimentarius, 1999).
Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan minyak tidak jenu
h (10%). Tingginya kandungan asam lemak jenuh menjadikan minyak kelapa sebagai s
umber saturated fat. Dalam VCO terdapat Medium Chain Fatty Acid (MCFA). MCFA mer
upakan komponen asam lemak berantai sedan yang memiliki banyak fungsi, atara lai
n mampu merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme glukosa daapt be
rjalan normal. MCFA juga bermanfaat dalam mengubah protein menjadi sumber energi
( Fife, 2003; Fife, 2004; Rindengan da Novarianto, 2005; Sutarmi dan Rozaline,2
005).
Spektrofotometri
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang absorpsi suatu larutan atau
suatu molekul dalam larutan yaitu spektrofotometer. Absorbsi cahaya suatu molek
ul merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan molekul.
Energi cahaya diserap oleh molekul dan digunaka oleh elektron di dalam molekul
tersebut untuk bertransisi ke tingka eneri elektroik (E) yang lebih tiggi (Sentr
a Biosains Dinamika, 2001). Macam-macam spektrofotometer diantaranya spektrofoto
meter ultraungu (UV), sinar tampak, dan inframerah yang dibuat atas dasar yang s
ama. Sebuah sumber cahaya menghasilkan cahaya dari bagian spektrum elektromagnet
ik dar spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu, tergantung pada struk
turnya. Pada spektrofotometer sinar tampak, molekul senyawa yang dianalisis tida
k akan mengabsorbsi cahaya. Oleh karena itu, senyawa tersebut harus diikat untk
suatu senyawa kimia sehingga menghasilkan warna senyawa berwarna tersebut akan m
engabsorbsi cahaya pada rantai panjang gelombang yang terbatas (Wilson dan Warke
r 2000). Metode pengukuran ini disebut sebagai dasar dari kolorimeri. Pelarut s
pektrofotometri yang dapat digunakan adalah semua cairan tertentu yang dapat dip
eroleh dalam bentuk mrni dalam daerah ukur 220 nm-800 nm serta yang tidak atau h
anya sedikit meμnunjkkan absorbsi sendiri dan dapat melarutkan degan mudah seny
awa yag hendak dianalisis. Letak maksimum absorbsi tergantung pada pelarut yang
digunakan dan akan bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih panjang dengan
bertambahnya polaritas pelarut.
Penilaian Konsentrasi Protein
Penilaian konsentrasi protein dalam larutan umumnya digunakan metode kolorimetri
, prinsip kerja pemeriksaan yaitu larutan protein direaksikan dengan reagen yang
dapat menghasilkan warna sehingga sampel yang telah diukur tidak dapat digunaka
n kembali. Panjang gelombang absorbsi metode kalorimetri ini diukur dengan spekt
rofotometri sinar tampak, sedangkan pengukuran panjang gelombang absorbsi dari s
uatu molekul organik secara langsung dapat menggunakan spektrofotometer ultra vi
olet (UV). Absorsi untuk protein diukur pada panjanag gelombang 280 nm. Beberapa
metode kolometri menurut Wilso dan Walker (2000), pertama yaitu metode Lowry (F
olin- Ciocaltea), dahulu metode ini paling umum digunakan. Dapat mendeteksi proe
in dengan berat minimum 10 μg/cm3 . Reagen yang digunakan adalah reagen Folin (
campuran sodium tungstat, molibdat dan fosfat) dan larutan tembaga sulfat dengan
absorbsi maksimum 660 nm. Metode ini menggunakan prinsip reaksi biuret, dimana
ikatan peptida akan bereasi dengan ion Cu 2+ dari tembaga sulfat dan akan memben
tuk ikatan kompleks berwarna biru keunguan. Kedua Metode asam bicinchoninia, met
ode ini tergantung pada petukaran antara Cu2+ dan Cu+ dalam kondisi basa. Ion Cu
+ akan dideteksi oleh asam bicinchoninic (BCA) dan membentuk warna ungu tua pada
panjang gelombang absorbsi maksimum 562 nm. Metode ini lebih sensitif dbandingk
an dengan metode Lowry, karena dapat mendeteksi protein hingga 0,5 μg/cm3 . Ket
iga, Metode Bradford, metode ini berdasarkan ikatan antara zat warna reagen deng
an protein. Reagen yang diinginkan dalam metode Bradford adalah coomassie Brilli
ant Blue. Pada Ph rendah zat warna reagen akan menghasilkan panjang gelombang ab
sorbsi maksimum 470 nm dan 650 nm. Jika berikatan dengan protein, panjang gelomb
ang absorbsi maksimumnya yaitu 595 nm. Walaupun hanya dapat mendeteksi protein h
ingga 20 μg/cm3 namun metode ini memiliki beberapa keuntungan yaitu reagennya m
udah disiapkan serta zat warna cepat bereaksi dan stabil.
Lemak Ayam
Lemak hewan dicirikan dengan relatif tingginya kandungan kolesterol dan mengandu
ng sedikit asam lemak tidak jenuh, lemak hewan merupakan salah satu potensi yait
u menyebabkan timbulnya penyakit. Tingginya konsumsi daging dan produk olahan da
ging dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit pada sistem sirkulasi darah.
Lemak tubuh pada ayam broiler biasanya ditimbun dalam tiga bagian yaitu rongga a
bdomen terutama sekeliling tembolok yaitu beratnya sekitar 2%-2,5% dari bobot ka
rkas bahkan dapat mencapai 5-6%, kedua pada kulit terutama pada pangkal bulu dan
bagian belakang dekat pangkal ekor sehingga berat lemaknya dapat mencapai 12-20
% dari berat karkas dan ketiga, pada organ tubuh lain (Natawihardja,1981). Prose
ntase lemak abdomen pada ayam jantan berkisar antara 1,4-2,6% dari berat hidup,
sedangkan untuk ayam betina antara 3,2-4,8% (Leeson dan Summer,1980).

Minyak dan Lemak


Minyak
Kandungan dari limbah cair domestic yang konsentrasinya cukup banyak yai
tu minyak dan lemak. Minyak dan lemak mempunyai sifat tidak larut dalam air, hid
rophobik dan terdapat pada tumbuhan hewan darat dan laut dan biasa disebut trigl
iserides ( Marley, 1968 in Sonntag, 1979). Karakteristik yang sangat keliatan ad
alah kemampuan minyak dan lemak membuat lapisan gemuk (pelumas). Minyak dan lema
k mempunyai rantai hidrokarbon yang cukup panjang. Minyak mempunyai viskositas y
ang relative tinggi karena adanya tarik menarik intermolekul pada rantai panjang
molekul glycerid minyak (Sonntag, 1979). Johnson dan Davenport (1971) mendefini
sikan lemak sebagai suatu kelompok bahan yang secara umum larut dalam ether, chl
oroform atau pelarut yang lainnya. Kirshman dan Pomeroy (1949) in Klein (1971) m
engatakan bahwa minyak sebagai komponen cair yang relative non-volatil.
Minyak dapat diperoleh dari bahan yang mengandung minyak dengan cara pengepresan
, dengan cara ekstraksi mengunakan berbagai zat pelarut yang mudah menguap (Keta
ren, 1986).
Gaman (1992) menyatakan bahwa lemak dan minyak mempunyai stuktur kimia yamg sama
. Dalam penggunaan secara umum, kata lemak (â fatâ ) dipakai untuk menyebut trigliseri
da yang padat pada suhu kamar, sedangkan kata minyak (â oilâ ) dipakai untuk menyebut
senyawa yang cair pada suhu kamar. Lemak dan minyak adalah bahan makanan yang la
rut dalam eter, yang terdiri dari trigliserida serta merupakan persenyawaan glis
erol dan asam-asam lemak (Ewing, 1963).
Pada umumnya minyak diperoleh dari bahan nabati. Hampir 70% dari semua minyak da
n lemak yang dihasilkan dunia adalah minyak nabati. Lemak mempunyai fungsi sebag
ai pelicin (pelumas) pada saluran pencetak pelet sehingga proses pencetakan pele
t lebih lancar (Balagopalan et al., 1988).
Minyak Kelapa
Awang (1991) menyatakan bahwa minyak kelapa adalah minyak yang dihasilka
n dari pengolahan daging buah kelapa baik dengan proses basah (wet process) atau
pun dengan proses kering (dry proces). Minyak kelapa termasuk salah satu minyak
nabati yang dapt memenuhi berbagai kebutuhan manusia (Djatmiko, 1989).
Minyak kelapa memiliki kadar air maksimal 0,3% yang diperoleh setelah proses pem
urnian (Djatmiko dan Gouttara, 1976) dari kadar air semula (buah kelapa) 50% (Am
ang et al., 1996). Minyak kelapa banyak dimanfaatkan utuk bahan baku industri ma
kanan, margarin, kembang gula, lemak nabati dan dipakai langsung sebagai minyak
goreng. Minyak kelap terdiri dari 1 mol gliserol dan beberapa macam asam lemak e
sensial kadar asam-asam lemak tersebut sekitar 94-98% dari berat minyak. Dan sus
unan asam lemak yang potensial tersebut menyebabkan minyak kelapa menjadi minyak
goreng yang disukai konsumen karena kandungan gizi dan rasa yang lebih gurih (A
mang et al., 1996).
Ketaren (1986) menyatakan bahwa minyak kelapa berdasarkan kandungan asam
lemak digolongkan ke dalam asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling
besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Djatmiko dan Goutara (1976) m
enyatakan minyak kelapa yang belum dimurnikan hanya sedikit sekali mengandung za
t bukan minyak, seperti sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak b
ebas kurang dari 5%. Sterol itu tidak berwarna, tidak berbau, stabul dan berfung
si sebagai stabilizer dalam minyak. Zat warna (carotenoid pigment) hampir idak a
da dalam minyak kelapa. Menurut Ketaren (1986), zat warna alamiah yang terdapat
pada minyak kelapa adalah karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh dan tid
ak stabil pada suhu tinggi. Pada pengolahan minyak menggunakan uap panas, maka w
arna kuning yang disebabkan oleh karoten akan mengalami degradasi.

Minyak Kelapa Sawit


Minyak sawit adalah fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang diperoleh
dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) dan telah men
galami proses pemurnian (Ketaren, 1986). Muchtadi (1996) menyatakan bahwa munyak
sawit sebagai salah satu jenis minyak nabati tidak mengandung kolesterol, pada
saat proses pemurnian CPO menjadi minyak sawit kolesterol yang dimiliki CPO meng
alami degradasi. Sterol yang dimiliki minyak sawit adalah fitosterol yang sebena
rnya akan dapat menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) dan meningkatkan HDL (H
igh Density Lipoprotein).
Minyak sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping minya
k kelapa, kacang-kacangan, jagung dan sebagainya (Tim Perkembangan Ilmu Pengetah
uan dan Teknologi, 1996). Minyak kelapa sawit memiliki kadar air 0,25% (Hardja,
2001).
Minyak Ikan
Minyak ikan merupakan produk limbah pengalengan ikan. Minyak ikan dilapo
rkan banyak mengandung asam lemak arachidonat yang merupakan bahan pembentuk hor
mon prostalglandin-E2. Hormon ini bekerja dalam membantu proses penyerapan zat-z
at makanan di saluran pencernaan (Needleman, 1982). Selain itu minyak ikan kaya
akan omega-3. Menurut Sinclair (1993), asam lemak omega-3 diduga berperan dalam
produksi leukotriena (LT4) yang merupakan komponen sel darah putih dan merupakan
mediator dalam sistem pembentukan kekebalan tubuh.

METODE
UJI LEMAK
A.Uji kelarutan
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini yaitu tabung reaksi, pipet
tetes, kaca arloji, gelas ukur, dan kompor.
Bahan yang digunakan pada pralktikum kali ini adalah untuk sampel yang digunakan
minyak kelapa, margarine, minyak wijen, lemak sapi, minyak sawit. Pelarut yang
digunakan adalah asam asetat, kloroform, alkohol, campuran alkohol dengan NaOH,
aquadest, larutan SDS, detergent, sabun colek.

Cara kerja
Bahan pelarut dimasukkan sebanyak 2 ml ke dalam gelas tabung kemudian di
campurkan dengan sampel sebanyak 1 ml. Lalu dihomogenkan hingga tercampur merata
, diamati kelarutannya.
B. Penentuan Kadar Protein Secara Ninhidrin
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu labu takar, gelas piala, pengaduk, corong, tim
bangan, pipet mohr 1 ml, tabung reaksi dan rak, spektrofotometer.
Bahan yang digunakan larutan standar casein 10 mg ml, aquadest, larutan
ninhidrin 0,1%, susu sapi, susu skim.

Cara Kerja
Dibuat derat standar dengan memipet larutan standar casein (0 ml, 1 ml,
2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml) ditambahkan aquadest masing-masung 10 ml sehingga laruta
nnya menjadi 11 ml, 12 ml, 13 ml, 14 ml, 15 ml, kemudian dikocok hingga homogen.
Dari kelima tabung tersebut 11-15 ml larutan tersebut dipindahkan sebanyak 5 ml
ke dalam tabung lainnya setelah itu ditambahkan 1 ml larutan ninhidrin 0,1% kem
udian ditutup dengan aluminium foil. Langkah berikutnya dipanaskan selama 10 men
it kemudian didinginkan, dibaca serapan lamda 540 nm. 10 ml sampel susu murni di
masukkan ke dalam labu takar kemudian dicampur dengan aquadest sampai tanda tera
dihomogenkan hingga tercampur rata. Larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml dim
asukkan ke dalam gelas tabung yang baru kemudian masukkan juga 1 ml larutan ninh
idrin kemudian dipanaskan sampai mendidih lalu didinginkan dibaca serapan pada l
amda 540 nm. Kadar protein sampel ditentukan dengan cara menggunakan hukum Lambe
rt beer.
C. Percobaan asam amino dan protein dengan uji biuret
Uji Biuret atau uji Protein Cuprum
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan labu takar, gelas piala, pengaduk, corong, timbangan, pipet
mohr 1 ml, tabung reaksi dan rak, dan spektrofotometer.
Bahan yang digunakan larutan standar urea 10 mg/ml, aquaest, larutan CuSO4 1%, l
arutan NaOH 2 N, susu sapi murni, dan susu skim.

Cara kerja
Dibuat derat standar dengan memipet larutan standar urea (0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml
, 4 ml, 5 ml) ke dalam 5 buah tabung reaksi ditambahkan aquadest masing-masung 1
0 ml sehingga larutannya menjadi 11 ml, 12 ml, 13 ml, 14 ml, 15 ml, kemudian dik
ocok hingga homogen. Dari kelima tabung tersebut 11-15 ml larutan tersebut dipin
dahkan sebanyak 5 ml ke dalam tabung lainnya setelah itu ditambahkan 2 tetes CuS
O4 1%. Langkah dibaca serapan lamda 540 nm. 10 ml sampel susu murni dimasukkan k
e dalam labu takar kemudian dicampur dengan aquadest sampai tanda tera dihomogen
kan hingga tercampur rata. Larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml dimasukkan ke
dalam gelas tabung dibaca serapan lamda 540 nm.
D. Uji kualitatif
1 ml larutan sampel ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 N, ditambahkan 2 tetes larut
an CuSO4 1% dicampurkan hingga homogen kemudian dibandingkan dengan control dima
na larutan contoh protein diganti air dengan air sebanyak 1 ml + 2 ml larutan Na
OH 2 M + 2 tetas larutan CuSO4 1%, diamati warna erah jambu atau ungu violet yan
g terbentuk
Protein yang tidak larut dalam air perlu dilaputkan dalam alkohol contoh sereal.
Protein yang larut akan memberikan reaksi warna violet pada lapisan alkohol. Di
masukkan sedikit contoh kedalam tabung reaksi ditambahlan 1 ml larutan NaOH 5% d
an 3 ml larutan alkohol 95%. Dipanaskan diatas pemanas selama 1,5 menit, larutan
yang terbentuk dengan kertas saring dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain
kemudian didinginkan. Kemudian ditanbahkan 1 ml larutan NaOH 40%

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Uji Lemak
Pelarut Warna sebelum Sesudah ditambahkan
Minyak Ikan Minyak Zaitun
Asam Asetat Jernih + +
Alkohol Biru bening + +
Kloroform Putih + ++
SDS Bening ada partikel putih ++ ++
Alkohol : NaOH Bening +++ +++
Aquadest Jernih - -
Sabun colek Putih + +++
Diterjen Putih jernih ++ +++
Pelarut Lemak sapi Lemak ayam VCO Margarin Minyak wijen
Kelapa sawit
Asam asetat + - - - + +
Alkohol +++ - + - + +
Kloroform - - +++ +++ ++ +++
SDS - - +++ ++ + ++
Alkohol: NaOH - - - - + +
Aquadest - - - - - -
Sabun colek ++ + +++ ++ +++ +++
Diterjen + - ++ ++ +++ +++
Keterangan : - tidak larut
+ sedikit larut
++ larut
+++ sangat larut
Uji kadar protein dengan spektrofotometer
1ml casein = 0.179 a
2 ml casein = 0,335 a
3 ml casein = 0,450 a
4 ml casein = 0,450 a
5 ml casein = 0,487 a
Susu skim = 0,012 a
Susu bubuk = 0,090 a

Pembahasan

Minyak dan lemak mempunyai sifat tidak larut dalam air, hidrophobik dan terdapat
pada tumbuhan hewan darat dan laut dan biasa disebut trigliserides ( Marley, 19
68 in Sonntag, 1979). Karakteristik yang sangat keliatan adalah kemampuan minyak
dan lemak membuat lapisan gemuk (pelumas). Minyak dan lemak mempunyai rantai hi
drokarbon yang cukup panjang. Minyak mempunyai viskositas yang relative tinggi k
arena adanya tarik menarik intermolekul pada rantai panjang molekul glycerid min
yak (Sonntag, 1979). Johnson dan Davenport (1971) mendefinisikan lemak sebagai s
uatu kelompok bahan yang secara umum larut dalam ether, chloroform atau pelarut
yang lainnya. Kirshman dan Pomeroy (1949) in Klein (1971) mengatakan bahwa minya
k sebagai komponen cair yang relative non-volatil.
Minyak dapat diperoleh dari bahan yang mengandung minyak dengan cara pengepresan
, dengan cara ekstraksi mengunakan berbagai zat pelarut yang mudah menguap (Keta
ren, 1986).
Gaman (1992) menyatakan bahwa lemak dan minyak mempunyai stuktur kimia yamg sama
. Dalam penggunaan secara umum, kata lemak (â fatâ ) dipakai untuk menyebut trigliseri
da yang padat pada suhu kamar, sedangkan kata minyak (â oilâ ) dipakai untuk menyebut
senyawa yang cair pada suhu kamar. Lemak dan minyak adalah bahan makanan yang la
rut dalam eter, yang terdiri dari trigliserida serta merupakan persenyawaan glis
erol dan asam-asam lemak (Ewing, 1963).
Pada umumnya minyak diperoleh dari bahan nabati. Hampir 70% dari semua minyak da
n lemak yang dihasilkan dunia adalah minyak nabati. Lemak mempunyai fungsi sebag
ai pelicin (pelumas) pada saluran pencetak pelet sehingga proses pencetakan pele
t lebih lancar (Balagopalan et al., 1988).
Hasil yang diperoleh dari percobaan uji lemak didapat bahwa tingkat kelarutan se
tiap minyak yang digunakan berbeda-beda tergantung jenis pelarut yang dicampur,
dari data minyak ikan yang tingkat kelarutannya lebih tinggi pada pelarut alkoho
l dengan campuran NaOH hal ini dimungkinkan alkohol dan NaOH dapat mengikat meny
ak ikan tersebut. Minyak ikan merupakan produk limbah pengalengan ikan. Minyak i
kan dilaporkan banyak mengandung asam lemak arachidonat yang merupakan bahan pem
bentuk hormon prostalglandin-E2.
Minyak Zaitun yang tingkat kelarutannya tinggi terjadi pada ketiga pelarut yaitu
alkohol dengan campuran NaOH, Sabun colek dan diterjen. Lemak sapi lebih larut
pada pelarut alkohol saja. Lemak hewan dicirikan dengan relatif tingginya kandun
gan kolesterol dan mengandung sedikit asam lemak tidak jenuh. Lemak ayam hanya l
arut sedikit pada pelarut sabun colek hal ini dimungkinkan jenis pelarut yang la
in tidak bisa menyerap kolesterol dan asam lemak jenuh yang dikandung dalam lema
k ayam sehungga hanya sabun coleh yang paling tinggi tingkat kelarutannya.
Virgin oil adalah minyak dan lemak makan yang dihasilkan tanpa mengubah sifat fi
siko kimia minyak, minyak diperoleh dengan hanya perlakuan mekanis dan pemakaian
panas minimal serta tidak menggunakan bahan kimia kecuali yang tidak mengalami
reaksi dengan minyak. Minyak ini dimurnikan dengan cara pencucian menggunakan ai
r, pengendapan, penyaringan, dan sentrifugasi saja. (Codex Alimentarius, 1999).
VCO dapat sangat larut pada pelarut klorofprm, SDS, dan sabun colek. Margarin sa
ngat larut pada pelarut kloroform. Minyak wijen dapat sangat larut pada pelarut
sabun colek dan diterjen.. Minyak sawit adalah fraksi cair berwarna kuning kemer
ahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm
Oil) dan telah mengalami proses pemurnian (Ketaren, 1986). Muchtadi (1996) meny
atakan bahwa munyak sawit sebagai salah satu jenis minyak nabati tidak mengandun
g kolesterol, pada saat proses pemurnian CPO menjadi minyak sawit kolesterol yan
g dimiliki CPO mengalami degradasi. Sterol yang dimiliki minyak sawit adalah fit
osterol yang sebenarnya akan dapat menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) dan
meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein). Kelapa sawit sangat larut pada laru
tan kloroform, sabun colek dan diterjen. Dapat dilhat bahwa pelarut yang paling
efektif untuk melarutkan lemak adalah kloroform, sabun colek, diterjen dan alkoh
ol dengan campuran NaOH.
Panjang gelombang absorbsi metode kalorimetri ini diukur dengan spektrofotometri
sinar tampak, sedangkan pengukuran panjang gelombang absorbsi dari suatu moleku
l organik secara langsung dapat menggunakan spektrofotometer ultra violet (UV).
Absorsi untuk protein diukur pada panjanag gelombang 280 nm. Beberapa metode kol
ometri menurut Wilso dan Walker (2000), pertama yaitu metode Lowry (Folin- Cioca
ltea), dahulu metode ini paling umum digunakan. Hasil pengukuran spektrofotomete
r nilai absorbansi dari ke 5 larutan casein adalah 0,179 a, 0,335 a, 0,450 a, 0,
012 a, 0,487 a sampel caseinini dapat dikatakan bagus karena nilai absorbansinya
semakin meningkat dari yang diikuti kenaikan volume caseinnya. Absorbansi pada
susu skim 0,012 a dan susu bubuk 0,090a. Setelah dilakukan perhitungan didapat b
ahwa kadar protein susu skim dan susu bubuk lebih tinggi kadar proteinnya adalah
susu bubuk yaitu 88, 23% tetapi jika dilihat dari nilai absorbansinya susu bubu
k lebih rendah.

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari percobaan kali ini bahwa pelarut yang paling efektif untu
k melarutkan lemak adalah kloroform, sabun colek, diterjen dan alkohol dengan ca
mpuran NaOH. Setelah dilakukan perhitungan didapat bahwa kadar protein susu skim
dan susu bubuk lebih tinggi kadar proteinnya adalah susu bubuk yaitu 88, 23% te
tapi jika dilihat dari nilai absorbansinya susu bubuk lebih rendah
DAFTAR PUSTAKA

Amang, B., P. Simatupang, dan A. Rachman. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indones
ia. Institut Pertanian Bogor Press.
Awang, S. A. 1991. Kelapa : Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta.
Balagopalan, C., G. Padmaja, S. K. Nanda, S. N. Moorthy. 1988. Cassava in Food,
Feed and Industry. IRC Press. Florida.
Codex, Codex Standar for Edible Fats and Oils not Covered by dividual standards
: Codex Stan 19-1981 (Rev. 2-1999). http : // www. Codexalimentarius. com.
Djatmiko, B., dan I outara. 1976. Pengilahan Kelapa I. Departemen Teknologi Hasi
l Pertanian. Fakultas Teknologi Mekanisasi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Ewing, W. R. 1963. Poultry Nutrition. 4th Edition (revised). The Ray Ewing Compa
ny, Publisher Division of Hoffmann â La Roche Inc. Pasadena. California.
Fife, Bruce. 2003. The Healing Miracles of Coconut Oil, 3rd Edition. Piccadilly
Book Ltd. http: // www. Coconut oil.com.
Fife, Bruce. 2004. Coconut Oil Miracle. Pt. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Gaman, M., dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nut
risi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Ga
djah Mada. Gadjah Mada Unversity Press. Yogyakarta.
Hardja, B. S. 2001. Studi pembuatan mentega coklat tiruan dan minyak sawit denga
n proses interestifikasi enzimatik. Laporan Penelitian, Hibah Bersaing. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. 1st Edition. Univ
ersitas Indonesia. Jakarta.
Lesson, S and J.D. Summer.1980. Production and carcas Characteristic of broiler
Poultry Sci. 59 : 786-798.
Muchtadi, T. 1996. Peranan teknologi pangan dalam peningkatan nilai tambah produ
k minyak sawit Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut P
ertanian Bogor. Bogor.
Natawiharja, D. 1981. Efisiensi penggunaan energi dan kebutuhan untuk hidup poko
k pada ayam broiler dan ayam tipe petelur serta hubungannya dengan pembentukan l
emak tubuh. Disertasi Program Pasca Sarjana. IPB, Bogor.
Tim Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1996. Indikator IPTEK, Studi kas
us pengkajian teknologi minyak sawit dan industri hilir minyak sawit. Pusat anal
isa perkembangan IPTEK. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan

Y=ax + b
0, 335 = 2a + b....(1)
0,179 = a + b....(2)
0, 156 = a b = 0,179- 0,156 = 0,023
Protein susu skim = % Absorbansi susu x faktor pengencer ( 100x15x5
)
b ( slope )
= 0,012 x ( 100x15x5)
0,023
= 3913, 0433
Protein susu bubuk = % Absorbansi susu x faktor pengencer ( 100x15x5
)
b ( slope )
= 0,090 x ( 100x15x5)
0,023
= 29347, 826
Kadar protein susu skim = 3913,0433 x 100%
3913,0433 + 29347,826
= 11,76%
Kadar protein susu bubuk = 29347,826
X 100%
3913,0433 + 29347,826
= 88, 23%

You might also like