You are on page 1of 43

Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Implementasi Kurikulum

2006 Matematika SMA, Pengembangan Kurikulum dan


Buku Ajar yang Mengimplementasikan Pendekatan
Konstruktivistik, Kontekstual dan Kolaboratif

Oleh
M. Andy Rudhito dan Susento
email: arudhito@yahoo.co.id dan susento@staff.usd.ac.id

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP


Universitas Sanata Dharma
Kampus III USD Paingan Maguwoharjo Yogyakarta

Diajukan pada:
Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan
Jakarta, 11-14 Agustus 2008

i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengidentifikasi masalah dan kebutuhan guru
dalam mengimplementasikan Kurikulum 2006 terkait dengan pendekatan
konstruktivistik, kontekstual dan kolaboratif. (ii) menghasilkan draft buku pedoman
pengembangan kurikulum dan rancangan pengembangan buku ajar sebagai solusinya,
yang mengintegrasikan ketiga pendekatan tersebut melalui model pembelajaran
’Matematisasi Berjenjang’.
Masalah-masalah yang teridentifikasi adalah: (i) tindakan dan sikap guru
cenderung menjelaskan langkah-langkah cara menyelesaikan soal, (ii) siswa kurang
dapat melihat hubungan antar konsep. (iii) metode pembelajaran guru cenderung dari
penjelasan bentuk umum dilanjutkan dengan menjelaskan contoh soal formal, (iv) guru
cenderung menjadi sumber utama dan belum menggunakan media yang bervariasi, (v)
penilaian kurang bervariasi dan cenderung berupa pengerjaan soal matematis formal
secara tertulis. Kebutuhan-kebutuhan guru yang teridentifikasi adalah (i) memberi
kesempatan siswa untuk bereksplorasi dalam pemecahan masalah, (ii) mengembangkan
pemahaman relasional siswa dalam mencapai kompetensi matematik. (iii) mengawali
pembelajaran dengan kegiatan pemecahan masalah kontekstual, (iv) alternatif sumber
belajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang konstruktivistik,
kontekstual dan kolaboratif, (v) penilaian dengan cara yang bervariasi.
Buku Pedoman Pengembangan Kurikulum disusun sebagai penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar menjadi program pembelajaran yang meliputi materi
pokok pembelajaran, urutan pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran matematika diwujudkan dalam bentuk model pembelajaran ’Matematisasi
Berjenjang’. Buku siswa dirancang sebagai buku pegangan siswa untuk sumber belajar
mereka agar mereka dapat memperoleh bahan dan sekaligus arahan dan motivasi agar
mengalami proses matematisasi secara terbimbing oleh guru. Buku guru dirancang
sebagai suplemen buku siswa, sebagai buku pegangan guru berisi petunjuk dalam
memfasilitasi proses pembelajaran matematika.

Kata-kata kunci: Kurikulum Matematika SMA, Pembelajaran Matematika, Konstruk-


tivistik, Kontekstual, Kooperatif.

ii
Daftar Isi

Judul .......................................................................................................................... i
Abstrak ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
1. Pendahuluan ........................................................................................................ 1
1.1 Masalah dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.3 Lingkup Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Metode Penelitian .................................................................................... 3
2. Kajian Teori ......................................................................................................... 5
2.1. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik ............................................. 5
2.2. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ............................................. ...... 6
2.3. Pendekatan Pembelajaran Kolaboratif ..................................................... 7
2.4. Pembelajaran Matematika melalui Proses Matematisasi Berjenjang ...... 8
3. Hasil dan Pembahasan ......................................................................................... 9
3.1 Subyek Penelitian ....................................................................................... 9
3.2 Waktu Pelaksanaan .................................................................................... 9
3.3 Hasil Analisis Data .................................................................................... 9
3.4 Pembahasan ............................................................................................... 24
3.5 Pengembangan Kurikulum dan Buku Ajar ............................................... 27
4. Simpulan dan Saran ............................................................................................ 37
4.1 Simpulan ................................................................................................... 37
4.2 Saran ......................................................................................................... 39
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 39

iii
1. Pendahuluan

1.1 Masalah dan Arti Kegunaan Penelitian


Kurikulum 2004 (sekarang Kurikulum 2006) untuk mata pelajaran
matematika SMA menganut prinsip-prinsip pendekatan konstruktivistik,
kontekstual dan kooperatif, yang di antaranya: reinvensi terbimbing, masalah
kontekstual sebagai ‘starting point’, dan pendayagunaan kelas kooperatif
(Depdiknas, 2003). Dalam penelitian Rudhito (2005) ditemukan bahwa guru
masih mengalami banyak kesulitan dalam pelaksanaan prinsip-prinsip di atas.
Beberapa kesulitan yang dialami guru di antaranya sebagai berikut: 1)
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan prinsip-prinsip pendekatan tersebut
membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara materi yang harus
disampaikan cukup banyak. 2) Mengajukan masalah kontektual yang sesuai tidak
mudah. Hal ini dirasakan karena belum cukup tersedianya sumber dan cara
mengemas dalam pembelajaran yang tidak mudah. 3) Mengelola kegiatan belajar
dalam kelas kooperatif tidaklah mudah. Kelas dapat menjadi tidak terkendali dan
suasanya menjadi gaduh.
Upaya untuk mengakomodasi ketiga prinsip-prinsip pendekatan di atas
dalam suatu model pembelajaran telah diupayakan dalam penelitian Rudhito
(2006). Dalam penelitian tersebut telah dirancang dan diujicobakan model
pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’. Model ini mengakomodasi ketiga
prinsip pendekatan di atas, dengan merealisasikan pendekatan kooperatif menjadi
pendekatan kolaboratif. Guru mengakui ketiga prinsip-prinsip pendekatan dalam
model pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’ memang bagus dan penting.
Masalah lain yang selalu dikemukakan guru adalah bahwa pendekatan ini
memerlukan waktu yang lebih banyak. Sementara materi dalam kurikulum sangat
padat. Timbul pemikiran dengan guru untuk mengorganisasikan kembali materi-
materi dalam kurikulum. Guru juga masih mengalami kesulitan jika harus mencari
masalah kontektual yang ideal. Sumber-sumber buku yang ada juga belum banyak
mendukung model pembelajaran ini.

1
Dalam Rudhito (2005) dan (2005) di atas, penelitian baru dilaksanakan
dalam lingkup yang masih sangat terbatas, yaitu untuk satu sekolah, satu guru dan
satu topik pembelajaran. Untuk mendapatkan identifikasi masalah dan kebutuhan
dalam lingkup yang lebih luas dan upaya untuk mengatasi maslah yang biasa
muncul dalam implementasi Kurikulum 2006 Matematika SMA, penelitian ini
dirancang untuk menjawab masalah sebagai berikut:
i) Bagaimanakah masalah dan kebutuhan guru dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2006 terkait dengan pendekatan konstruktivistik, kontekstual dan
kooperatif ?
ii) Bagaimanakah menyusun pedoman pengembangan kurikulum dan rancangan
pengembangan buku ajar, yang mengintegrasikan ketiga pendekatan tersebut
melalui model pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’
Secara umum penelitian ini mempunyai kegunaan yang lebih bersifat
operasional di kelas. Adapun secara lebih khusus, penelitian ini mempunyai
kegunaan sebagai berikut:
i) Memberikan deskripsi yang nyata di kelas mengenai identifikasi masalah dan
kebutuhan pelaksanaan KTSP di kelas untuk bidang studi Matematika. Dari
identifikasi masalah dan kebutuhan ini diharapkan dapat ditentukan langkah-
langkah yang tepat untuk menuju yang diidealkan.
ii) Penelitian ini dapat memberikan suatu alternatif model pembelajaran
matematika di kelas seperti yang diharapkan dalam KTSP, di mana
pendekatan konstruktivistik, kontekstual dan kolaboratif diintegrasikan dalam
suatu model pembelajaran yang terpadu, sehingga diharapkan dapat
mengoptimalkan waktu pembelajaran di kelas yang tersedia .
iii) Memberikan suatu rancangan pedoman pengembangan kurikulum dan buku
ajar, yang meliputi buku siswa dan buku guru. Rancangan-rancangan ini
selanjutnya dapat dikembangkan dan dapat digunakan untuk memfasilitasi
guru dan siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran di atas, yang
dilaksanakan di kelas.

2
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
(i) Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan guru dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2006 terkait dengan pendekatan konstruktivistik, kontekstual dan
kooperatif,
(ii) Menghasilkan draft buku pedoman pengembangan kurikulum dan rancangan
pengembangan buku ajar yang mengintegrasikan ketiga pendekatan tersebut
melalui model pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’.

1.3 Lingkup Penelitian


Lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
i) Matematika SMA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Matematika
SMA untuk kelas X.
ii) Pengembangan kurikulum adalah penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar menjadi program pembelajaran yang meliputi materi pokok
pembelajaran, urutan pembelajaran, dan strategi pembelajaran.
iii) Buku Ajar yang dimaksud adalah meliputi buku siswa yaitu buku pegangan
siswa yang disusun sebagai salah satu sumber belajar, dan buku guru
merupakan suplemen bagi buku siswa yang dimaksudkan sebagai buku
pegangan guru berisi petunjuk dalam memfasilitasi proses pembelajaran
matematika.

1.4 Metode Penelitian


1.4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian kualitatif diskriptif.
Penelitian berusaha mendeskripsi fenomena dalam keadaan yang seadanya
(natural setting). Fenomena yang dimaksud adalah situasi pembelajaran yang
dilaksanakan guru di kelas. Situasi pembelajaran akan ditinjau dari 6 aspek yaitu
(i) Tindakan dan sikap guru dalam pembelajaran matematika, (ii) Cara siswa
belajar matematika, (iii) Metode pembelajaran matematika, (iv) Sumber dan

3
media pembelajaran matematika, (v) Penilaian dan hasil belajar matematika, (vi)
Interaksi sosial guru-siswa dan antar siswa dalam kelas.
1.4.2. Metode Pengumpulan Data
Data bersifat kualitatif, yaitu berupa hasil deskripsi Silabus dan Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas,
jawaban kuesioner dan hasil diskusi kelompok fokus. Data berturut-turut
dikumpulkan melalui pengumpulan contoh silabus dan RPP yang digunakan guru
untuk pembelajaran di kelas, perekaman video pembelajaran di kelas, pengisian
kuesioner dan pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok fokus.
1.4.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini berupa: (i) Dokumen silabus dan RPP; (ii)
Perangkat perekaman video pembelajaran di kelas; (iii) Kuesioner untuk guru
matematika; (iv) Diskusi kelompok fokus (peneliti dan guru matematika).
1.4.3 Metode Analisis Data
Berbagai data yang dikumpulkan melalui metode dan instrumen di atas
akan di analisis menjadi definisi masalah dan kebutuhan dalam implementasi
kurikulum 2006 khususnya yang terkait dengan pendekatan konstruktivistik,
kontekstual dan kooperatif. Untuk masing-masing metode dan instrumen akan
dianalisis menjadi: (i) Deskripsi silabus dan RPP; (ii) Deskripsi kegiatan
pembelajaran di kelas; (iii) Rangkuman jawaban kuesioner guru; (iv) deskripsi
masalah dan kebuthan hasil diskusi kelompok fokus. Selanjutnya dari hasil
masing-masing analisis data di atas akan dirangkum dan disintesakan menjadi
identifikasi masalah dan kebutuhan yang meliputi 6 aspek, ditinjau dari
pendekatan konstruktivistik, kontekstual dan kooperatif, sehubungan dengan
rencana pelaksanaan metode ’Matematisasi Berjenjang’.
1.4.5 Penyusunan Draft Buku Pedoman Pengembangan Kurikulum dan
Perancangan Bahan Ajar
Dalam tahap ini terlebih dulu dilakukan penyusunan draft buku pedoman
pengembangan kurikulum kemudian dilanjutkan menyusun rancangan buku siswa
dan buku guru. Dari draft yang diharapkan sudah cukup jelas ini selanjutnya akan
digunakan untuk merancang buku siswa dan buku guru. Draft buku pedoman

4
pengembangan kurikulum berisi kerangka adaptasi model pembelajaran
’Matematisasi Berjenjang’ dan struktur program kurikulum berdasarkan adaptasi
model tersebut. Draft akan disusun dengan memperhatikan landasan teori,
Kurikulum 2006 (KTSP) bidang studi Matematika untuk SMA, identifikasi
masalah dan kebutuhan di sekolah, dan model ’Matematisasi Berjenjang’ yang
diajukan.

2. Kajian Teori

2. 1. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik


Konsepsi objektivis berasumsi bahwa pengetahuan dapat ditransfer dari
guru atau ditransmisikan melalui teknologi. Menurut konsepsi ini, desain
pembelajaran harus melibatkan kegiatan analisis, representasi, dan pengurutan
bahan dan tugas agar dapat ditransmisikan ke siswa. Sebaliknya, konsepsi
konstruktivis memandang bahwa pengetahuan tidak dapat sekadar ditransfer atau
ditransmisikan. Konsepsi konstruktivis berasumsi bahwa pengetahuan
dikonstruksi secara individual dan dikonstruksi bersama secara sosial oleh siswa
berdasarkan interpretasi terhadap pengalaman. Oleh karena itu, pembelajaran
harus berisi pengalaman-pengalaman yang memfasilitasi terjadinya konstruksi
pengetahuan.
Jonassen (1999) mengusulkan sebuah model untuk mendesain lingkungan
pembelajaran konstruktivis (Gambar 1). Model ini menggunakan masalah,
pertanyaan, atau proyek sebagai fokus lingkungan pembelajaran. Sasarannya
adalah siswa menginterpretasikan dan memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan, atau menyelesaikan proyek. Kegiatan ini didukung dengan sistem
pendukung yang meliputi kasus-kasus terkait, sumber informasi, sarana kognitif,
komunikasi atau kolaborasi, dan dukungan sosial atau kontekstual. Kasus-kasus
terkait dan sumber informasi mendukung pemahaman masalah dan memberikan
gagasan akan solusi yang mungkin. Sarana kognitif membantu siswa
menginterpretasi dan menangani aspek-aspek masalah. Komunikasi dan
kolaborasi memungkinkan komunitas siswa bernegosiasi dan mengkonstruksi

5
bersama makna-makna yang terkait dengan masalah. Dukungan sosial dan
kontekstual membantu siswa dan guru dalam mengimplementasikan lingkungan
pembelajaran.

6. Dukungan sosial dan kontekstual


5. Komunikasi dan kolaborasi
4. Sarana kognitif
3. Sumber informasi
2. Kasus-kasus terkait
1. Masalah/
A. Pemodelan pertanyaan/ C. Topangan
proyek

B. Bimbingan

Gambar 1. Model Jonassen untuk mendesain lingkungan pembelajaran

2.2 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual


Menurut Johnson (2002) pembelajaran harus bersifat kontekstual, karena
makna bahan pelajaran bagi siswa lahir dari hubungan antara isi pelajaran dan
konteks yang dikenal siswa dalam situasi kehidupan sehari-hari. Konteks
dimengerti sebagai pola hubungan-hubungan dalam lingkungan terdekat siswa.
Semakin luas konteks yang di dalamnya siswa dapat membuat hubungan-
hubungan, semakin banyak makna bahan pelajaran yang ditangkap siswa. Hal ini
senada dengan yang dimaksud Jonassen (1999) mengenai perlunya dukungan
kontekstual bagi implementasi lingkungan pembelajaran konstruktivis.
Salah satu karakteristik proses konstruksi pengetahuan adalah bahwa
proses ini terkendala (Hatano, 1996). Kendala merujuk pada kondisi atau faktor,
baik yang memfasilitasi (kendala positif) ataupun yang membatasi (kendala
negatif), jangkauan proses konstruksi pengetahuan. Kendala dapat dibedakan
menjadi kendala dari dalam (meliputi kondisi kognitif bawaan dan pengetahuan
sebelumnya) dan kendala dari luar (meliputi faktor kultural dan faktor budaya).
Karakteristik proses konstruksi pengetahuan ini berimplikasi pada kegiatan

6
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus didesain dengan mempertimbangkan
kendala-kendala yang ada. Kendala positif dapat dimanfaatkan sebagai konteks
bagi pembelajaran, sedangkan kendala negatif harus dikontrol.

2.3 Pendekatan Pembelajaran Kolaboratif


Teori interaksional memandang belajar sebagai suatu proses membangun
makna melalui interaksi sosial. Proses membangun makna ini dijelaskan melalui
dua cara yang berbeda. Pertama, menurut teori interaksional dari Vygotsky, proses
itu berlangsung dalam dua tahap, yaitu interaksi sosial dan internalisasi (Voigt,
1996). Kedua, teori interaksional dengan pendekatan interaksionisme simbolik
menjelaskan proses membangun makna dengan menekankan proses pemaknaan
dalam diri pelaku. Masing-masing pelaku interaksi sosial mengalami proses
pemaknaan pribadi, dan dalam interaksi sosial terjadi saling-pengaruh di antara
proses-proses pribadi itu, sehingga terbentuk makna yang diterima bersama.
Yackel & Cobb (1996) menyebut proses ini sebagai pembentukan makna secara
interaktif (interactive constitution of meaning).

Proses pembentukan makna yang diterima bersama melibatkan negosiasi.


Negosiasi adalah proses saling penyesuaian diri di antara individu-individu yang
berinteraksi sosial. Negosiasi diperlukan karena setiap objek atau kejadian dalam
interaksi antar manusia bersifat jamak-makna (plurisemantic). Agar dapat
memahami objek atau kejadian, tiap-tiap orang menggunakan pengetahuan latar-
belakang masing-masing dan membentuk konteks makna guna menafsirkan objek
atau kejadian itu (Voigt, 1996).

Dalam lingkungan pembelajaran, proses pembentukan makna dalam diri


siswa membutuhkan dukungan guru berupa topangan (scaffolding). Topangan
adalah bantuan yang diberikan dalam wilayah perkembangan terdekat (zone of
proximal development) siswa (Wood et al., dalam Confrey, 1995). Topangan
diberikan berdasarkan apa yang sudah bermakna bagi siswa, sehingga apa yang
sebelumnya belum dapat dimaknai sendiri oleh siswa sekarang dapat bermakna
berkat topangan itu. Dengan demikian, topangan diberikan kepada siswa dalam

7
situasi yang interaktif, dalam arti guru memberikan topangan berdasarkan
interpretasi akan apa yang sudah bermakna bagi siswa, dan siswa mengalami
perkembangan dalam proses pembentukan makna berkat topangan itu.

2.4 Pembelajaran Matematika melalui Proses Matematisasi Berjenjang


Pendidikan matematika realistik pertama kali dikembangkan di Negeri
Belanda sejak tahun 1970-an. Sejak tahun 1990-an, pendidikan matematika
realistik telah diadaptasikan di beberapa sekolah di Amerika Serikat, dan beberapa
negara lain. Pendekatan ini menekankan pentingnya konteks nyata yang dikenal
siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Masalah
berkonteks nyata dijadikan titik pangkal dalam pembelajaran matematika,
sedangkan konstruksi pengetahuan melalui proses reinvensi terbimbing (guided
reinvention) merupakan inti proses pembelajaran matematika (Gravemeijer,
1994).
Dalam proses reinvensi terbimbing siswa diberi kesempatan untuk
mengalami proses matematisasi yaitu membangun sendiri alat dan gagasan
matematik, menemukan sendiri hasil, serta memformalkan pemahaman dan
strategi informal. Siswa didukung untuk mencipta-ulang (to reinvent) matematika
di bawah panduan guru dan bahan pelajaran. Untuk mencipta-ulang matematika
formal dan abstrak, siswa diarahkan bergerak secara bertahap dari penggunaan
pengetahuan dan strategi penyelesaian informal, intuitif, dan konkret menuju ke
yang lebih formal, abstrak dan baku (van Reeuwijk, 2001: 613). Kegiatan
penciptaan-ulang berlangsung dalam interaksi sosial yang memungkinkan
terjadinya negosiasi makna matematik antar siswa dan antara siswa dan guru,
serta pemberian bantuan berupa topangan (Susento, 2004).
Proses matematisasi dilaksanakan secara berjenjang, yang mencakup
jenjang-jenjang sebagai berikut (Gravemeijer, 1994; Susento, 2004):
a. Jenjang situasional: Dengan topangan guru, siswa menggunakan
pengetahuan dan strategi sendiri yang bersifat situasional dan terbatas
dalam pemecahan masalah kontekstual.

8
b. Jenjang referensial: Dengan topangan guru, siswa membangun model
situasi masalah untuk memecahkan masalah kontekstual.
c. Jenjang umum: Dengan topangan guru, siswa membangun model
penalaran matematik untuk memecahkan masalah-masalah yang
konteksnya berbeda-beda.
d. Jenjang formal: Dengan topangan guru, siswa melakukan penalaran
matematik formal, yaitu memakai model matematik formal dan baku
untuk memecahkan masalah matematik.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Subyek Penelitian


Subjek penelitian adalah enam guru matematika SMA dan salah satu kelas
X yang diajarnya. Guru tersebut berasal dari enam SMA (1 SMA Negeri dan 1
SMA Swasta masing-masing dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota
Yogyakarta,). Subyek penelitian dipilih dengan mempertimbangkan aspek
ketersediaan tenaga peneliti, dana penelitian dan kesediaan sekolah dan guru.
Untuk menyamarkan identitas subyek penelitian untuk selanjutnya secara acak
disamarkan dengan menyebut dengan SMA A, SMA B, SMA C, SMA D, SMA E
dan SMA F
3.2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
dengan Oktober 2007.
3.3. Hasil Analisis Data
3.3.1. Deskripsi silabus dan RPP
Dari silabus dan RPP yang akan digunakan guru dalam kegiatan
pembelajaran, diperoleh deskripsi seperti pada Tabel 1. berikut.

9
Tabel 1. Deskripsi Silabus dan RPP
Skl Strategi Kegiatan Pembelajaran Sumber/Media Belajar Penilaian
A • Metode menerangkan ekspositori • Buku-buku Belajar Matematika & LKS. • Mengisi Lembar LKS
• Metode Permainan • Komputer, laptop. LCD • Pretest
• Metode Diskusi • Alat Peraga dan Alat Permainan Mat • Diskusi, Posttest, Ulangan

B • Pemberian informasi/penjelasan • LKS • Pengamatan pada siswa.


• Diskusi kelompok • Chart • Tugas-tugas individu
• Diskusi kelas • Perangkat audio-visual • Tugas kelompok
• Tugas pribadi maupun kelompok • Media cetak (buku pelajaran, majalah, • Uji kompetensi (ulangan harian dan
koran) ulangan semester)

C • Ceramah ekspositori. • Buku-buku yang relevan • Mengamati kegiatan siswa


• Diskusi • Internet • Ulangan harian
• Memanfaatkan internet / ICT • Ulangan mid semester
• Ulangan akhir semester
D • Penjelasan konsep dasar • Buku referensi yang sesuai • Pengamatan keterlibatan & keaktifan
• Pembahasan latihan soal secara klasikal • Modul belajar yang dibuat oleh guru siswa saat proses pembelajaran.
• Tanya jawab • Alat peraga yang dibuat oleh guru sendiri • Pretest
• Diskusi • Postest.
• Penemuan terbimbing • Ulangan Harian
• Tugas kelompok • Ulangan Blok
E • Ceramah • Buku catatan siswa yang diringkas dari • responsi untuk rumus-rumus dasar.
• Tanya Jawab penjelasan guru. • Tugas individu dan kelompok.
• Metode permainan misalnya dengan jigsaw. • Buku cetak khususnya untuk mengambil • Ulangan Harian
• Memberikan illustrasi sebelum menurunkan rumus latihan soal. • Ulangan Blok

F • Ceramah • Buku Paket Matematika X • Mengamati proses pengerjaan suatu soal


• Tanya Jawab dan pengarahan • Handout untuk panduan mengerjakan soal- • Kuiz
• Diskusi soal • Ulangan Harian
• Pemberian Tugas • Catatan dari guru di papan tulis • Ulangan Blok

10
3.3.2. Deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas
Dari hasil perekaman video dilakukan transkripsi. Kemudian dari transkrip yang dihasilkan dilakukan deskripsi, yaitu uraian
singkat tentang 6 aspek pembelajaran untuk masing-masing sekolah untuk masing-masing pertemuan. Dari tabel deskripsi tiap
pertemuan ini, selanjutnya diperoleh deskripsi secara umum untuk masing-masing sekolah seperti dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas
1. Tindakan dan sikap guru dalam pembelajaran matematika
Skl Tindakan Guru Sikap Guru
A • Menjelaskan mengenai cara mengerjakan tugas yang diberikan. • Memberi kepercayaan pada siswa untuk mengoreksi jawaban
• Memberikan pertanyaan yang menuntun kepada siswa dalam upaya tugas milik temannya.
menjelaskan pengertian • Menyebutkan kesalahan yang sering dilakukan siswa,
• Mendektekan jawaban tiap nomor dengan langkah-langkah pengerjaannya.
• Menuliskan beberapa jawaban di papan tulis, dengan sedikit menjelaskan
bagaimana menentukan jawaban tersebut dengan sesekali mengingatkan
rumus yang harus digunakan.
• Meminta siswa untuk mengoreksi tugas milik temannya.
B • Sering memberi informasi (penjelasan) • Memperhatikan kemampuan masing-masing siswa untuk dapat
• Menggali pengetahuan siswa dengan cara bertanya kepada siswa memberikan bantuan pada saat menghadapi kesulitan.
• Membagi siswa dalam kelompok kecil untuk mengerjakan soal
• Berkeliling kelas mengamati bagaimana cara siswa mengerjakan soal
tersebut dan menjelaskan bila ada kelompok yang kurang jelas
• Meminta siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas
C • Menjelaskan cara menyelesaikan suatu masalah • Segera mengoreksi kesalahan siswa
• Memberikan dan membahas contoh soal yang berkaitan dengan konsep • Tanggap akan kesulitan yang dihadapi siswa dalam
tertentu mengerjakan tugas
• Mengarahkan dan memberi petunjuk dalam menyelesaikan soal yang dirasa • Membimbing siswa dalam pembahasan tugas sehingga kesulitan-
sulit kepada seluruh siswa kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas dapat teratasi
• Menerangkan kepada siswa bahwa soal harus dikerjakan dengan cara
tertentu
• Menerangkan dengan detail

11
D • Memberi orientasi kepada siswa tentang tujuan pembelajaran dan target • Ketika mendengar ada murid yang mengeluh tidak bisa
yang akan dicapai. mengerjakan, langsung menghampiri dan menanyakan serta
• Memberi penjelasan materi secara klasikal. menjelaskan.
• Menjelaskan cara mengerjakan soal. • Saat siswa ingin bertanya kepada kelompok lain dan
• Menuntun dan membimbing siswa yang sedang mengerjakan soal. mengetahuinya, langsung memperingatkan dan berkata jika mau
• Meminta siswa untuk memberi penjelasan mengenai apa yang mereka tulis bertanya langsung tanya saja kepada saya
di papan tulis. • Langsung memberikan penjelasan bila ada siswa yang bertanya
E • Menjelaskan cara menentukan suatu tugas tertentu. • Menghargai pendapat dan komentar dari siswa
• Memancing siswa dengan pertanyaan bagaimana • Mencoba membentuk pengetahuan dan pemahaman siswa
• Memberitahu siswa bahwa suatu soal dapat diselesaikan seperti soal yang sendiri.
lain. • Memandang siswa memiliki kemampuan matematika meski
• Menanyakan & melihat kesulitan yang dialami siswa dengan berkeliling berbeda tingkatannya satu sama lain.
kelas.
• Membantu dan mengarahkan kesulitan siswa.
F • Menjelaskan suatu masalah yang memotivasi munculnya konsep. • Ketika berkeliling kelas dan melihat ada siswa yang mengalami
• Bertanya dan mengarahkan siswa pada suatu pengertian. kesalahan atau kesulitan guru langsung memberikan penjelasan.
• Menjelaskan secara umum suatu pengertian. • Menyuruh siswa untuk ikut berpartisipasi saat guru sedang
• Memberi tuntunan kepada siswa yang salah dalam mengerjakan soal. menjelaskan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
• Mempersilahkan siswa untuk berpendapat dan mengemukakan jawabannya diajukan guru setelah itu baru siswa diberi kesempatan untuk
yang berbeda dengan jawaban temannya mencatat
• Merasa heran karena kebanyakan siswa saat dijelaskan materi
dapat memahami dan bisa menjawab saat guru membahas soal
dengan bertanya jawab dengan siswa tetapi saat siswa diberi soal
dan disuruh mengerjakan sendiri, siswa merasa kesulitan

2. Cara siswa belajar matematika dan 3. Metode pembelajaran matematika


Sek Cara siswa belajar Metode pembelajaran
A • Memperhatikan penjelasan guru, kemudian mencatat. • Menjelaskan bentuk umum.
• Melihat jawaban, bertanya kepada guru. • Memberikan contoh soal
• Membuka buku, membaca, mencoba memahami yang dijelaskan buku. • Menjelaskan langkah-langkah pengerjaan.
• Bertanya kepada teman bagaimana menemukan hasil seperti itu. • Membahas tugas, menjelaskan, meminta siswa untuk melengkapi

12
• Pada saat diberi contoh siswa merasa mengerti tetapi jika diberi soal, siswa rangkuman.
sulit mengerjakannya. • Membahas soal latihan dengan menuliskan yang diketahui dan
• Siswa ingin penjelasan yang lama tetapi waktu terbatas yang ditanya dari soal tersebut.
• Siswa cenderung senang dengan cara yang instant dibanding harus berproses • Mengulangi menjelaskan bagaimana mencari
• Mengingatkan rumus untuk mencari
B • Mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan • Menjelaskan konsep tertentu
• Bertanya kepada guru jika kurang memahami materi • Memberikan contoh konsep tertentu
• Menggunakan buku paket matematika dalam mengerjakan soal • Mengingatkan kembali konsep yang digunakan
• Berani mengungkapkan pendapatnya • Memberikan lembar kerja siswa agar siswa berdiskusi tentang
• Berdiskusi dengan kelompok dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh soal yang diberikan
guru • Membahas jawaban soal yang telah dikerjakan berkelompok
• Mengomentari tentang pekerjaan siswa
• Menjelaskan tentang kembali langkah-langkah suatu pengerjaan
C • Mendengarkan penjelasan guru • Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Berpartisipasi saat membahas contoh soal dengan guru • Memberikan contoh soal
• Memperhatikan dan memahami contoh soal di papan tulis • Menjelaskan cara menyelesaikan contoh soal
• Bertanya kepada guru • Membahas pekerjaan rumah
• Bertanya kepada teman • Bersama siswa mencocokkan hasil pekerjaan siswa dengan
• Mengerjakan soal jawaban yang benar
• Mencocokkan dengan jawaban teman
D • Mendengarkan penjelasan guru • Menjelaskan materi
• Berpartisipasi saat membahas contoh soal dengan guru • Memberikan contoh pengerjaan
• Memperhatikan dan memahami contoh soal di papan tulis • Memberikan soal-siswa diminta untuk mencoba mengerjakan-
• Bertanya kepada guru siswa berdiskusi dengan teman
• Bertanya kepada teman • Berkeliling untuk mengamati pekerjaan siswa-siswa
• Mengerjakan soal • Menjelaskan kepada siswa.
• Mencocokkan dengan jawaban teman • Bersama-sama siswa membahas pekerjaan siswa tersebut
• Membagi siswa dalam kelompok-kelompok --memberikan soal
latihan yang dikerjakan dalam kelompok
• Membahas hasil pekerjaan kelompok sambil memberi sedikit
tambahan jika ada penjelasan dari siswa yang kurang.
E Memperhatikan penjelasan guru • Menulis contoh.

13
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru • Memberikan soal yang bentuknya mirip dengan contoh soal yang
Mencatat penjelasan guru diberikan
Mencatat penyelesaian dari contoh soal yang diberikan • Siswa mencoba mengerjakan
Melihat penyelesaian soal sebelumnya pada buku catatan • Membahas bersama dengan siswa
Mendiskusikan dengan teman sebangku • Memancing siswa dengan pertanyaan untuk memeriksa pekerjaan
siswa
• Membuat rangkuman dari seluruh materi
• Memberikan illustrasi sebelum menurunkan rumus, bukan rumus
dulu kemudian dibuktikan.
F Mendengarkan penjelasan guru • Mengulangi pelajaran yang lalu
Menjawab pertanyaan dari guru • Bersama siswa menyelesaikan soal
Mencatat apa yang diajarkan guru • Menjelaskan pengerjaan soal
Memahami soal dengan menanyakan ke guru apa maksud dari soal • Memberikan soal latihan
Mengerjakan soal dengan serius • Memberikan bimbingan pada siswa yang belum jelas
Mencocokkan dengan teman yang lain • Membahas soal bersama siswa
Masih mempunyai kecenderungan menghafal rumus

4. Sumber dan Media pembelajaran matematika


Sek Sumber Pembelajaran Media Pembelajaran
A • Materi dari Buku Matematika kelas I. • Alat peraga sederhana terbuat dari sterofoam.
• Alat peraga sederhana terbuat dari sterofoam untuk menunjukkan relasi yang • Papan tulis.
bukan fungsi dan relasi yang merupakan fungsi. • Kertas berpetak untuk menggambarkan grafik.
• Latihan soal pada buku Matematika kelas I • Diagram pohon
• Contoh soal latihan dari buku Matematika untuk SMA kelas I
• Jawaban tugas milik teman, melihat apakah jawaban tersebut benar atau
tidak
• Pekerjaan rumah dari buku Matematika untuk SMA kelas I.
• Diagram pohon untuk membantu pemahaman
• Buku LKS
B • Penjelasan guru • Laptop
• Buku Matematika untuk SMA Kelas X karangan Sartono Wirodikromo • Sterofom

14
terbitan Erlangga • Papan tulis
• Presentasi jawaban kelompok • Millimeter blok untuk menggambar grafik
• Kertas yang menggambarkan/menunjukkan relasi fungsi
• Papan kecil yang berbentuk bidang kartesius
• Gambar grafik dalam millimeter blok milik siswa
C • Penjelasan Guru • Papan tulis untuk menuliskan penjelasan guru dan pekerjaan
• LKS ‘TUNTAS’ siswa
• Buku paket untuk pejelasan materi dan latihan soal
• Soal diskusi, Latihan Uji Kompetensi dari buku paket
• Siswa : ide dan pekerjaannya
D • Hand out / modul yang dibuat oleh guru • Papan tulis untuk menuliskan penjelasan guru dan pekerjaan
• Penjelasan dari guru siswa
• Siswa yang memberikan ide, gagasan, dan komentar pada saat siswa sedang
menjawab pertanyaan dan memberikan penjelasan saat menyelesaikan soal.
E • Penjelasan Guru • Papan tulis untuk menuliskan penjelasan guru dan pekerjaan
• Buku Matematika SMA untuk soal latihan siswa
• Buku catatan siswa.
F • Guru dengan memberikan penjelasan kepada siswa • Papan tulis untuk menuliskan penjelasan guru dan pekerjaan
• Buku handout yang digunakan untuk panduan mengerjakan soal-soal ( soal- siswa
soal ada yang diambil dari buku handout )
• Siswa bisa sebagai sumber belajar karena siswa mampu mengkoreksi dan
cepat tanggap dengan jawaban guru yang kurang tepat saat mengerjakan
soal.
5. Penilaian proses dan hasil belajar matematika
Sek Penilaian proses belajar Penilaian hasil belajar
A • Menanyakan kepada siswa apakah siswa masih ingat atau tidak sebagai • Mencatat siswa yang mengerjakan sebagian atau tidak
apaersepsi materi sekarang. mengerjakan tugas.
• Menanyakan kepada siswa apakah siswa bisa atau tidak mengerjakan soal • Memberikan tugas
yang diberikan. • Mengadakan posttest
• Sesekali meminta pendapat siswa dari apa yang sedang dijelaskannya.
• Menanyakan kepada siswa apakah tugas yang diberikan kepada siswa bisa
atau tidak.

15
• Berkeliling melihat pekerjaan siswa, menjawab pertanyaan siswa dengan
uraian singkat.
B • Memberikan latihan soal untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa • Memberikan soal yang dikerjakan oleh siswa dalam kelompok
• Mengamati siswa dalam mengerjakan soal kemudian dikumpulkan sebagai nilai tugas
• Melakukan tanya jawab
C • Memperhatikan cara siswa mencari himpunan penyelesaian dari soal yang • Memberi tambahan nilai untuk siswa yang maju kedepan
diberikan • Memberikan ulangan harian
• Melihat dan memeriksa pekerjaan siswa • Memberikan ulangan remidi
• Bertanya-jawab dengan siswa tentang jawaban dari soal
• Berkeliling melihat proses diskusi siswa
• Bertanya-jawab dengan siswa tantang contoh soal
D • Melakukan tanya jawab dan diskusi dengan siswa untuk mengecek • Ulangan Harian
pemahaman siswa tentang materi. • Ulangan Blok
• Berkeliling dan membimbing siswa saat siswa sedang mengerjakan soal-
soal.
E • Berkeliling kelas saat siswa mengerjakan soal. • Ulangan harian.
• Melakukan tanya-jawab dengan siswa, baik saat menjelaskan maupun
membahas soal.
• Memeriksa kemudian membahas pekerjaan rumah yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya.
F • Memperhatikan siswa yang mengerjakan soal satu persatu. • Penilaian hasil dilaksanakan ketika diadakan evaluasi baik tertulis
• Memonitor dengan bertanya kepada siswa bagaimana siswa mengerjakan maupun lisan lewat kuis
soal
• Memperhatikan dan membantu juga siswa yang belum bisa mengerjakan
soal tersebut.
6. Interaksi sosial hubungan guru-siswa dan antar siswa dalam kelas:
Sek Hubungan Guru dan Siswa Hubungan Antar Siswa
A • Keterlibatan siswa dalam pembelajaran di mana siswa menjawab • Bertanya hal yang kurang jelas pada apa yang telah diterangkan
pertanyaan-pertanyaan dari guru yang dijawab secara bersama-sama atau guru kepada teman yang duduknya berdekatan.
sendiri. • Beberapa siswa berdiskusi dalam mengerjakan latihan.
• Guru menjawab pertanyaan siswa yang bertanya.
• Bersama-sama membahas tugas.

16
• Guru memfasilitasi siswa pada saat menyampaikan materi dengan
bimbingan bertahap
B • Ketika guru bertanya siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan tersebut • Antar siswa saling berdiskusi dalam proses pembelajaran ini untuk
• Guru selalu berusaha memberikan penjelasan yang mudah dipahami oleh saling bertukar pikiran ketika mengalami kesulitan
siswa apabila siswa bertanya • anggota kelompok yang lainnya ikut membantu menjelaskan
• Guru berinteraksi dengan siswa dalam pembahasan tugas. apabila ada anggota kelompok lain yang kurang jelas saat
presentasi.
• Saling berdiskusi baik dengan kelompoknya masing-masing
maupun dengan kelompok lain apabila mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal
C • Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan guru • Dalam mengerjakan soal siswa berdiskusi dengan teman
• Bila siswa kurang mengerti dan bertanya kepada guru segera memberikan sekelompoknya maupun dengan teman kelompok yang lainnya
penjelasan • Siswa bertanya kepada temannya jika ada yang kurang dimengerti
• Dalam menjawab pertanyaan siswa berdiskusi terlebih dahulu dengan • Dalam menjawab soal ulangan siswa ada yang bekerja sama dengan
teman temannya

D • Apabila ada siswa yang kurang memahami dan kurang mengerti dalam • saling bekerja sama/ berdiskusi dalam mengerjakan soal–soal
mengerjakan soal–soal guru selalu membimbing siswa. latihan yang diberikan oleh guru.
• Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan • Siswa satu dengan siswa lainnya juga terlihat saling menghargai
pendapatnya dengan cara melakukan tanya jawab. pendapat teman lainnya.
• Guru meminta beberapa siswa untuk memberi alasan atas jawaban yang
mereka berikan.
E • Saat guru mengajukan pertanyaan, siswa selalu berusaha untuk menjawab. • Melakukan diskusi saat menemukan kesulitan dalam mengerjakan
• Bila ada siswa yang bertanya, guru segera berusaha memberikan soal latihan.
penjelasan. • Menyerahkan hasil pekerjaan kepada teman untuk diperiksa.
• Sebelum pekerjaan rumah dibahas bersama, beberapa siswa
melakukan diskusi untuk saling mencocokkan.
F • Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. • Terlihat ketika siswa selalu berdiskusi dengan temannya dalam
• Siswa menjawab pertanyaan guru menyelesaikan soal-soal.
• Diskusi antara guru dan siswa ketika siswa bertanya bagaimana cara • Ketika ada teman yang tidak mengerti, siswa yang mengerti
mengerjakan soal tersebut. berusaha mengajari teman yang tidak mengerti tadi.
• Mengkoreksi jawaban teman yang salah ketika temannya maju
kedepan mengerjakan.

17
3.3.3. Jawaban kuesioner guru matematika
Dari jawaban yang telah diisikan pada form kuesioner, diperoleh rangkuman jawaban kuesioner seperti pada Tabel 3. berikut.

Tabel 3. Rangkuman Jawaban Kuesioner Guru Matematika


1.a. Tindakan guru 1. b. Sikap guru 2. Kesulitan / hambatan 3. Hal yang dibutuhkan
• Mengadakan pretest. • Sabar tetapi selalu harus • Banyak siswa yang malas mencari sendiri • Media Pembelajaran yang
• Memberikan tugas individu dengan mengatur waktu. penyelesaian permasalahan-nya. memadahi, Alat Peraga, LKS.
pengawasan guru. • Memperhatikan • Penguasaan Teknologi informasi kurang • Guru perlu diberi waktu /
• Sering memberi informasi kemampuan masing- memadahi sehingga menghambat tindakan kesempatan belajar
(penjelasan) masing siswa untuk guru sebagai fasilitator. menggunakan media
• Menerangkan dengan detail dapat memberikan • Jumlah siswa dalam kelas yang cukup pembelajaran
• Memberi orientasi kepada siswa bantuan pada saat banyak. • LCD, dll, untuk variasi
tentang tujuan pembelajaran dan menghadapi kesulitan. • Siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran pembelajaran
target yang akan dicapai. • Memandang siswa matematika. • Kesabaran guru
• Memberi penjelasan materi secara memiliki kemampuan • Kemampuan siswa untuk matematika • Kebebasan mengelola
klasikal. matematika meski memang kurang.. pembelajaran tanpa harus
• Memberi contoh untuk membantu berbeda tingkatannya • Beban mengajar guru yang terlalu berat. dihantui materi pembelajaran
pemahaman konsep secara klasikal. satu sama lain. • Materi yang cukup banyak untuk • Karena satu kelas cukup besar
• Membimbing siswa secara personal • Memberikan kesempatan diselesaikan. dirasa diperlukan pembantu /
untuk pemahaman konsep, kepada siswa untuk • Menghadapi beberapa anak yang kurang asisten.
membantu kesulitan dalam latihan berkembang optimal, malas, pasif dalam pembelajaran • Perlu Lembar Kerja Siswa
soal, dsb. • Mengusahakan dan matematika. (LKS) yang membantu siswa.
• Menanyakan & melihat kesulitan mengurangi peran guru • Pembuatan LKS memerlukan waktu, tenaga
yang dialami siswa dengan sebagai instruktur dan pikiran yang banyak.
berkeliling kelas. • Membutuhkan waktu untuk menerapkan
guru sebagai fasilitator.

18
4. Cara siswa belajar 5. Kesulitan / hambatan 6. Hal yang dibutuhkan
• Suka sesuatu yang instan, malas untuk • Pada saat diberi contoh siswa merasa mengerti • Perlu diberi lembaran-lembaran LKS yang
berproses lama-lama. tetapi jika diberi soal, siswa sulit sesuai.
• Mau belajar jika ada PR saja atau jika mau mengerjakannya. • Perlu diberikan tugas secara kelompok atau
ulangan. • Siswa ingin penjelasan yang lama tetapi waktu individu.
• Kebanyakan siswa “menunggu” informasi guru terbatas • Perlu diupayakan kesadaran bahwa matematika
atau hasil diskusi kelas. • Masih ada Kesalahan-kesalahan konsep dibutuhkan untuk setiap jurusan maupun
• Jika menemukan soal yang kurang bisa • Kurang percaya diri manfaat matematika dalam hidup.
dipahami, terus menyerah. • Malas berpikir dan kurang tekun. • Perlu media pembelajaran yang tepat untuk
• Sebagian besar tidak tertarik dengan • Kurang bisa memahami soal cerita. membantu proses berpikir dan penanaman
matematika sehingga bersikap apatis. • Mungkin adanya faktor guru yang konsep
• Memahami konsep dari penjelasan buku atau membosankan • Perlu adanya inovasi pembelajaran
buku referensi masing-masing siswa. • Buku referensi kadang tidak memiliki • Perhatian dan sapaan secara pribadi (cura
• Memahami contoh untuk memperkuat konsep. • Materinya abstrak personalis)
• Mengerjakan latihan soal dan berdiskusi • Ketrampilan mengolah angka yang minim, • Buku referensi yang memadahi.
dengan teman jika mengalami kesulitan. sehingga sering gagal menyelesaikan soal • Lebih mendekatkan materi yang abstrak itu
• Masih mempunyai kecenderungan menghafal sampai akhir secara tuntas. dengan hal-hal kongkrit sehari-hari.
rumus • Perhatian orangtua dalam mendukung anak • Alat peraga / media belajar yang dapat
belajar kurang. menuntun siswa tanpa harus banyak
• Membuat hubungan antar materi yang saling menghapal.
berhubungan. • Sumber belajar yang membantu siswa mudah
• Menerapkan rumus yang pernah dipelajari menerapkan hubungan antar materi
dalam materi yang berbeda
7. Metode Pembelajaran yang cocok 8. Kesulitan / hambatan 9. Hal yang dibutuhkan
• Metode menerangkan ekspositori • Untuk permainan dan diskusi memerlukan • Perlu dibuat persiapan-persiapan: LKS, Kuis.
• Metode Permainan banyak waktu. • Perlu dibuat bahan diskusi.
• Metode Diskusi • Membuat LKS yang cocok untuk siswa • Mengajak siswa membuat dan menjalankan
• Memanfaatkan internet / ICT • Yang paling menghambat adalah tersedianya permainan yang sesuai dengan Pokok Materi
• Penjelasan konsep dasar waktu mengingat input siswa yang rendah. yang diajarkan.
• Tanya jawab • Perlu waktu yang lebih banyak untuk diskusi • Penambahan jam pelajaran
• Penemuan terbimbing (dalam proses pembelajaran) • Media pembelajaran yang tepat
• Tugas mandiri • Media pembelajaran yang tepat sulit didapat. • Memilih metode dan media pembelajaran yang
• Kurangnya fasilitas sesuai dengan tujuan

19
• Tugas kelompok • Kekurangan waktu, tenaga dan pikiran untuk • Perlu beberapa macam cara alternatif
• Pembahasan latihan soal secara klasikal mempersiapkan pembelajaran. penyampaian untuk satu pokok bahasan, bisa
• Memberikan illustrasi sebelum menurunkan • Membuat / menemukan alat peraga yang cocok dengan permainan, bisa dengan contoh-contoh
rumus, untuk setiap bab. kongkrit.
• Bermain menggunakan alat peraga untuk • Peralatan/fasilitas untuk menjelaskan seperti
menemukan / menerapkan suatu rumus atau laboratorium matematika
konsep
10. Sumber / Media yang cocok 11. Kesulitan / hambatan 12. Hal yang dibutuhkan
• Buku-buku Belajar Matematika & LKS. • Guru belum pandai menggunakan program- • Perlu pelatihan untuk guru Matematika tentang
• Komputer, laptop. LCD program komputer & LCD. program pada komputer dan cara
• Alat Peraga dan Alat Permainan Mat • Pembuatan materi pelajaran dengan media menggunakannya.
• Chart elektronik • Guru harus mau belajar.
• Buku-buku yang relevan • Alat Peraga yang sangat terbatas • Ketersediaan CD pembelajaran
• Internet • Software untuk pembelajaran matematika • Fasilitas yang memadahi
• Modul belajar yang dibuat oleh guru dengan multimedia tidak ada. • Alat peraga matematika
• Buku catatan siswa yang diringkas dari • Proses mencatat sangat menyita waktu • Software untuk pembelajaran matematika
penjelasan guru. • Guru harus mengambil dari buku-buku yang dengan multimedia
cocok kemudian diringkas, tapi hal ini sangat • Journal Matematika
menyita waktu. • Buku-buku referensi matematika yang bagus.
• Kesulitan menemukan / membuat sumber /
media tersebut yang benar-benar cocok
13.a. Penilaian proses belajar 13. b. Penilaian hasil belajar 14. Kesulitan / hambatan 15. Hal yang dibutuhkan
• Mengisi Lembar LKS • Ulangan • Kelas cukup besar sehingga • Perangkat/administrasi penilaian
• Latihan soal • tugas-tugas individu pengamatan tidak optimal. yang sederhana sehingga tidak
• Pretest • tugas kelompok • Koreksi yang butuh waktu yang menyita waktu dan tenaga..
• Diskusi • Kuis cukup lama untuk mengoreksi • Bagaimana membuat kriteria /
• Pengamatan keterlibatan & • uji kompetensi (ulangan harian pekerjaan siswa sehingga tidak acuan / patokan yang bisa
keaktifan siswa saat proses dan ulangan semester) bisa memberikan feed back secara dipertanggung-jawabkan untuk
pembelajaran. • Ulangan mid semester cepat. penilaian proses yang baik.
• Postest:. • Ulangan akhir semester • Tidak adanya patokan / kriteria
• Melihat langkah-langkah saat yang cukup jelas untuk penilaian
pengerjaan suatu soal oleh siswa proses.
• Pada penilaian proses, tidak setiap

20
tatap muka dapat dilaksanakan
untuk semua siswa.
16.a. Hubungan guru-siswa 16. b. Hubungan antar siswa 17. Kesulitan / hambatan 18. Hal yang dibutuhkan
• Guru memfasilitasi siswa pada • Siswa berdiskusi tentang suatu • sifat tertutup, malu, tidak percaya • Perlu training atau pelatihan.
saat menyampaikan materi dengan materi/soal dan memberikan diri. • Keterbukaan, Keteladanan untuk
bimbingan bertahap laporan hasil diskusi. • dominasi siswa tertentu jujur dengan realitas
• Terbuka, saling menghargai & • Saling mendukung dalam • Siswa masih dalam proses sesungguhnya.
menghormati, memahami materi pelajaran adaptasi dengan situasi kelas • guru perlu memahami siswa
• Saling memahami kesulitan • Terbuka, saling mendukung satu mereka yang baru dalam proses belajar, untuk itu
masing-masing, jujur dan sama lain, • Membuat suasana selalu cair, guru perlu mendapat support dan
komunikatif, • bersaing secara sehat, fresh, menyenangkan itu training.
• Masing-masing bisa • saling membantu kesulitan teman diperlukan ide-ide dan wawasan, • Kondisi / suasana yang
mengungkapkan ide / gagasan lain. serta pengalaman. memungkinkan siswa tidak takut
secara bebas tapi • Mengubah kebiasaaan sebagai salah dan berani mengemukakan
bertanggungjawab. besar siswa untuk tidak segan pendapat.
• Menempatkan guru sebagai bertanya baik kepada guru
pendamping/ fasilitator sehingga maupun kepada temannya.
membuat murid tidak segan untuk • Mengubah wawasan sebagian
bertanya. besar siswa takut salah.

3.3.4. Diskusi kelompok fokus


Dalam diskusi kelompok fokus terlebih dulu dipresentasikan model ’Matematisasi Berjenjang’ oleh peneliti. Dari pemutaran
ulang rekaman video dan notulensi, diperoleh rumusan masalah dan kebutuhan rencana pelaksanaan metode ’Matematisasi
Berjenjang’ seperti dalam Tabel 4. berikut.

21
Tabel 4. Masalah Dan Kebutuhan Hasil Diskusi Kelompok Fokus

No Masalah Kebutuhan
Jam pelajaran yang digunakan untuk satu Guru perlu difasilitasi agar dapat mengelola
1 pokok bahasan dengan metode pembelajaran dengan metode ini dengan
‘matematisasi berjenjang’ cukup banyak waktu yang lebih efisien
Pembelajaran Matematika, khususnya di Pembelajaran dengan metode ini akan
kelas XII berorientasi pada UN, sehingga dirancang khususnya di kelas XI dan kelas X,
2
pembelajaran cenderung drill soal UN. sedangkan kelas XII lebih disesuaikan dengan
persiapan UN
Apakah semua materi akan dilaksanakan Diharapkan jangka panjang dapat untuk
3 dengan metode ‘matematisasi berjenjang’ semua materi.
?
Bagaimana dengan materi yang Akan tetap diupayakan dengan metode ini,
sebenarnya lebih mudah diajarkan dengan karena dengan metode ini diyakini akan
4
metode konvensial ? berdampak lebih kuat dalam pemahaman
konsep dan pemecahan masalah.
Beban mengajar guru sudah tinggi,
5 sehingga tidak sempat melakukan Dalam ujicoba nanti, Kurikulum dan Bahan
persiapan untuk inovasi pembelajaran. Ajar akan dirancang peneliti yang akan
Metode ‘Matematisasi Berjenjang’ divaliadasi oleh guru dan ahli sebelum
6 memerlukan persiapan yang ekstra, guru ujicoba.
tidak memiliki cukup materi dan waktu.
Buku Ajar dengan metode seperti itu Beberapa materi untuk inspirasi dari luar
apakah sudah ada ? negeri (dari internet sudah ada), tetapi buku
7
ajar dengan metode ini akan dirancang dan
direalisasi dalam penelitian ini.
Siswa cenderung senang dengan cara Siswa tetap harus diajak untuk berproses lewat
8
yang instant dibanding harus berproses pemecahan masalah dan pemahaman
Siswa kadang masih lemah dalam Kemapuan numerik yang lemah juga akan
numerik, sementara model yang akan diperhatikan dan akan dikembangkan bersama
9
dikembangkan banyak unsur logika, dengan kemampuan logika dan pemecahan
apakah siswa siap? masalah.
Jenjang-jenjang dalam model yang Perlu diupayakan pemangkasan jenjang-
10 ditawarkan nampaknya terlalu panjang jenjang dalam metode ini dengan tanpa
mengurangi esesnsinya.
Bagaimana dengan konsep matematika Konteks dalam metode ini tidak selalu konteks
yang tidak ada konteknya? dalam kehidupan sehari-hari, dapat juga dalam
11
konteks matematika, asal dapat dipahami oleh
pengetahuan siswa
Guru terus terang kesulitan kalau harus sama dengan no 5, 6.
12
mencari konteks sendiri.
Dalam pengantar apakah guru boleh Pengantar tetap diperlukan dalam orientasi,
menjelaskan tujuan pembelajaran, apakah tetapi hanya untuk mengantar dan memastikan
13
tidak seperti sudah diberitahu? bahwa siswa memahami apa yang harus
dikerjakan.
Apakah dalam proses mengkonstruksi, Tidak masalah, bahkan dapat melatih siswa
14
anak boleh membuka buku paket? belajar mandiri
Diskusi dengan menampilkan pekerjaan Guru perlu difasilitasi agar dapat mengelola
15 siswa biasanya juga akan memerlukan diskusi dengan waktu lebih efisien
waktu yang lama

22
3.3.5 Hasil Identifikasi Masalah dan Kebutuhan
Dari masing-masing hasil analisis data di atas dilakukan identifikasi
masalah dan kebutuhan yang meliputi 6 aspek, ditinjau dari pendekatan
konstruktivistik, kontekstual dan kooperatif, sehubungan dengan rencana
pelaksanaan metode ’Matematisasi Berjenjang’. Hasil identifikasi secara umum
seperti dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Identifikasi Masalah Dan Kebutuhan

1. a. Tindakan dan sikap guru dalam pembelajaran matematika


Masalah Kebutuhan
• Guru masih cenderung menjelaskan secara • Guru perlu mengawali pembelajaran dengan
umum suatu pengertian di awal masalah kontekstual
pembelajaran. • Guru perlu memberikan siswa untuk
• Guru masih cenderung menjelaskan langkah- bereksplorasi dalam pemecahan masalah dengan
langkah cara menyelesaikan soal caranya sendiri dan bernegosiasi

1. b. Sikap guru dalam pembelajaran matematika


Masalah Kebutuhan
• Guru memposisikan dirinya sebagai sebagai • Guru perlu bersikap bahwa dirinya bukanlah
satu-satunya sumber satu-satunya sumber informasi
• Guru meyakini bahwa kompetensi matematik • Guru perlu mengembangkan pemahaman
dapat dicapai secara efektif dan praktis secara relasional dalam mencapai kompetensi
mekanistik yang cenderung mengembangan
pemahaman instrumental
2. Cara siswa belajar matematika
Masalah Kebutuhan
• Siswa masih kurang dapat melihat hubungan • Guru perlu mengembangkan pemahaman
antar konsep ketika menyelesaikan relasional dalam mencapai kompetensi
persoalan.
• Siswa kurang bisa memahami soal cerita. • Pembelajaran perlu diawali dengan masalah
kontekstual yang sesuai dan menarik siswa
3. Metode pembelajaran matematika
Masalah Kebutuhan
• Guru cenderung memulai pembelajaran dari • Guru perlu mengawali pembelajaran dengan
penjelasan bentuk umum, dilanjutkan dengan kegiatan pemecahan masalah kontekstual dan
contoh soal formal dengan langkah-langkah secara bertahap masuk ke tingkat matematika
pengerjaannya. formal
• Metode diskusi dirasa guru akan memerlukan • Guru perlu difasilitasi agar dapat mengelola
banyak waktu. diskusi dengan waktu lebih efisien
4. 1. Sumber pembelajaran matematika
Masalah Kebutuhan
• Guru masih menjadi sumber utama • Guru perlu difasilitasi agar dirinya bukanlah
• Materi pada buku sumber , LKS dan handout sumber utama dalam pembelaran.
langsung bersifat formal, belum diawali • Perlu ditawarkan alternatif sumber belajar yang
dengan masalah kontekstual dan mendorong cocok dan sesuai dengan prinsip-prinsip pemb

23
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya Mat dlm KTSP, yaitu konstruktivistik,
sendiri kontekstual dan kolaboratif.
4. 2. Media pembelajaran matematika
Masalah Kebutuhan
• Media yang digunakan belum memanfaatkan • Perlu difasilitasi pengunaan media yang
media yang bervariasi untuk memfasilitasi bervariasi dan sesuai untuk memfasilitasi
masalah kontekstual dan proses konstruksi masalah kontekstual dan proses konstruksi
pengetahuan siswa pemahaman siswa
5. 1. Penilaian proses dan hasil belajar matematika
Masalah Kebutuhan
• Guru cenderung melihat kesalahan/kesulitan • Guru perlu memahami ide/cara yang dilakukan
siswa dari cara-cara pengerjaan yang sudah siswa dalam proses mengerjakan soal
diberikan guru.
5. 2. Penilaian hasil belajar matematika
Masalah Kebutuhan
• Bentuk dan instrumen penilaian masih • Penilaian perlu dilakukan dengan cara yang
kurang bervariasi, masih cenderung bervariasi, yaitu tes tulis, penugasan proyek,
pengerjaan soal formal secara tertulis portopolio, dll
6. 1. Interaksi sosial Guru-Siswa dalam kelas
Masalah Kebutuhan
• Guru masih cenderung menjelaskan materi , • Guru perlu mengurangi dominasi pemberian
cara mengerjakan soal dan menjawab penjelasan dalam pembelajaran di kelas dan
pertanyaan siswa dengan penjelasan detail memfasilitasi proses konstruksi pengetahian
siswa sendiri.
6. 2. Interaksi sosial Antar Siswa dalam kelas
Masalah Kebutuhan
• Adanya sifat siswa yang tertutup, malu dan • Guru perlu mendorong siswa untuk berani
tidak percaya diri. mencoba menyelesaikan masalah, tidak takut
salah dan berani mengemukakan pendapat.

3.4. Pembahasan
3.4.1. Implementasi pendekatan konstruktivistik
Menurut Jonassen (1999), konsepsi konstruktivistik berasumsi bahwa
pengetahuan dikonstruksi secara individual dan dikonstruksi bersama secara sosial
oleh siswa berdasarkan interpretasi terhadap pengalaman. Konsepsi konstruktivis
memandang bahwa pengetahuan tidak dapat sekadar ditransfer atau
ditransmisikan. Dari data deskripsi pembelajaran di kelas ada guru yang merasa
heran manakala siswa saat dijelaskan nampaknya sudah mengerti tetapi saat
mengerjakan latihan soal mengalami kesulitan. Di sini nampak bahwa guru tidak
mudah begitu saja mentransfer pengetahuannya ke siswa. Dari data tindakan guru
juga nampak guru cenderung untuk menjelaskan materi dengan detail dan siswa
diharapkan akan sudah memahami konsep dengan jelas.

24
Lingkungan pembelajaran konstruktivis yang diusulkan Jonassen (1999)
memfasilitasi proses konstruksi pengetahuan dengan bertitik tolak dari kegiatan
penyelesaian masalah/pertanyaan/proyek. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa hampir semua guru belum memulai pembelajaran kegiatan penyelesaian
masalah. Guru memulai pelajaran dari konsep yang umum, yang merupakan
konsep matematika pada tingkat formal. Beberapa guru ada yang memulai
pelajaran dengan memberikan contoh pengerjaan soal formal dengan langkah-
langkah yang detail, yang diharapkan siswa dapat mengerjakan soal latihan serupa
yang nantinya diberikan. Di sisi lain dari data (kuesioner guru) ada yang
mengatakan siswa banyak mengalami kesulitan saat mengerjakan soal cerita.
Metode pembelajaran matematika yang sekarang ada kebanyakan memberikan
konsep-konsep matematika yang formal terlebih dulu untuk sebagai ’alat’ untuk
diterapkan dalam menyelesaikan soal cerita. Di sini nampaknya guru cenderung
mengajarkan matematika secara mekanistik, yaitu cenderung menekankan pada
pemahaman instrumental. Data penelitian juga menunjukkan ada masalah ada
siswa yang kesulitan menghubungkan konsep-konsep matematika untuk
memecahkan masalah. Hal ini nampaknya terkait dengan kecenderungan guru
yang menekankan pemahaman instrumental. Sementara kemampuan
menghubungkan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah tidak
sekedar pemahaman instrumental tetapi memerlukan pemahaman relasional.
3.4.2. Implementasi pendekatan kontekstual
Menurut Johnson (2002) pembelajaran harus bersifat kontekstual, karena
makna bahan pelajaran bagi siswa lahir dari hubungan antara isi pelajaran dan
konteks yang dikenal siswa dalam situasi kehidupan sehari-hari. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir semua guru belum memulai pembelajaran
dengan masalah kontekstual. Dalam KTSP juga ditekankan bahwa kegiatan
pembelajaran hendaknya diawali dengan masalah kontekstual. Dari pertemuan
dalam diskusi kelompok fokus guru pada umumnya setuju pendapat ini, akan
tetapi banyak guru mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut diantaranya: membuat
masalah kontekstual yang sesuai tidaklah mudah, sumber pembelajaran yang
sesuai dengan pendekatan kontekstual belum ada.

25
Menurut teori kognitif, proses pengolahan informasi dalam pikiran orang
diawali dengan persepsi, yakni penangkapan dan interpretasi rangsang indera.
Menurut Bruning et al. (1995), penyajian konteks bagi persepsi merupakan unsur
kritis pembelajaran yang efektif. Dari hasil penelitian menunjukkan guru
cenderung langsung masuk tingkat formal. Hal ini kadang tidak dapat ditangkap
secara bermakna dalam pengetahuan siswa. Dengan kata lain materi yang
disajikan tidak selalu kontekstual bagi siswa atau materi awal pembelajaran
berada di luar jangkauan konstruksi siswa. Hal ini diduga berakibat pada minat
siswa yang kurang terhadap matematika, matematika tidak menarik dan menjadi
momok.
Sumber dan media pembelajaran yang digunakan guru juga masih belum
kontekstual dan cenderung langsung ke tingkat formal. Semua guru merasakan
dan membutuhkan adanya sumber dan media yang kontekstual. Media audio
visual yang sudah dimiliki sekolah juga belum dimanfaatkan dengan optimal. Hal
ini kiranya menjadi tantangan dalam pengembangan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual.
3.4.3. Implementasi pendekatan kolaboratif
Teori interaksional memandang belajar sebagai suatu proses membangun
makna melalui interaksi sosial. Menurut Yackel & Cobb (1996), masing-masing
pelaku interaksi sosial mengalami proses pemaknaan pribadi, dan dalam interaksi
sosial terjadi saling-pengaruh di antara proses-proses pribadi itu, sehingga
terbentuk makna yang diterima bersama. Dari data penelitian nampak interaksi
sosial dalam membangun pengetahuan. Dalam penjelasan guru masih diperlukan
tanya-jawab dengan siswa dan antar siswa juga bertanya-jawab dalam memahami
penjelasan dari guru. Demikian juga terjadi saat memahami materi dari buku
sumber. Makna yang diterima bersama juga nampak pada data di mana guru dan
siswa saling mengemukakan ide maupun saling mengkoreksi yang dianggap
masih salah. Dari hasil penelitian nampaknya secara umum dalam hal interaksi
sosial sudah cukup positip, di mana guru sudah biasa memfasilitasi dalam hal
berinteraksi seperti: tanya jawab, diskusi kelompok, saling menampilkan dan
menanggapi pekerjaan siswa. Interaksi sosial antar siswa juga sudah cukup positip

26
untuk mendukung pendekatan kolaboratif, di mana siswa sudah terbiasa diskusi
dengan teman sebelah, diskusi di kelompoknya maupun berdiskusi secara umum
di kelas. Masalah yang masih harus dihadapi adalah mengurangi porsi guru dalam
langsung memberikan penjelasan pengerjaan suatu masalah, yang mana
seharusnya siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi.
Dalam lingkungan pembelajaran, proses pembentukan makna dalam diri
siswa membutuhkan dukungan guru berupa topangan (scaffolding), yaitu bantuan
yang diberikan dalam wilayah perkembangan terdekat (zone of proximal
development) siswa (Wood et al., dalam Confrey, 1995). Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan guru cenderung mengulang
penjelasan guru, misalnya mengingatkan rumus, menunjukkan cara yang salah.
Topangan adalah bantuan yang diberikan dalam ’wilayah perkembangan terdekat’
siswa. Dalam hal mengenali ’wilayah perkembangan terdekat’ siswa memang
tidaklah mudah. Guru harus mau dan mampu menyelami serta mamahami tingkat
berpikir siswa. Hal ini dapat diupayakan misalnya lewat tanya jawab dengan
siswa sebelum memberikan bantuan yang diharapkan dekat dengan ’wilayah
perkembangan terdekat’-nya.

3.5. Pengembangan Kurikulum dan Buku Ajar


3.5.1. Draft Buku Pedoman Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar menjadi program pembelajaran yang meliputi materi pokok
pembelajaran, urutan pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Dalam draft buku
pedoman pengembangan kurikulum ini, strategi pembelajaran matematika
diwujudkan dalam bentuk model pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’
Dalam draft buku pedoman pengembangan kurikulum ini meliputi uraian:
1. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika kelas X SMA
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mengacu KTSP (Depdiknas, 2006).
2. Sistematika kompetensi dasar matematika kelas X SMA
Sistematika kompetensi dasar mengungkapkan hubungan antar kompetensi
dasar beserta urutan pencapaiannya, seperti diberikan dalam gambar berikut.

27
Aljabar 1 1.1 Menggunakan aturan pangkat, akar, dan logaritma 1.2 Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang melibatkan pangkat, B

akar, dan logaritma

2.1 Memahami konsep fungsi 2.2 Menggambar grafik fungsi aljabar 2.3 Menggunakan sifat dan aturan tentang
sederhana dan fungsi kuadrat persamaan dan pertidaksamaan kuadrat

Aljabar 2
2.4 Melakukan manipulasi aljabar dalam 2.5 Merancang model matematika dari 2.6 Menyelesaikan model matematika dari
perhitungan yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan persamaan
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat persamaan dan/atau fungsi kuadrat dan/atau fungsi kuadrat dan penafsirannya

3.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear 3.2 Merancang model matematika dari 3.3 Menyelesaikan model matematika dari
dan sistem persamaan campuran linear masalah yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan sistem
dan kuadrat dalam 2 variabel sistem persamaan linear persamaan linear dan penafsirannya
Aljabar 3
3.4 Menyelesaikan pertidaksamaan satu 3.5 Merancang model matematika dari 3.6 Menyelesaikan model matematika dari masalah
variabel yang melibatkan bentuk masalah yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu
pecahan aljabar pertidaksamaan satu variabel variabel dan penafsirannya

Gambar 2. Sistematika Kompetensi Dasar Matematika SMA Kelas X Semester 1

4.1 Memahami pernyataan dalam matematika dan 4.2 Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan
ingkaran atau negasinya pernyataan berkuantor
Logika
4.3 Merumuskan pernyataan yang setara dengan 4.4 Menggunakan prinsip logika matematika yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
pernyataan majemuk atau pernyataan berkuantor yang dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan pemecahan masalah
diberikan

5.1 Melakukan manipulasi aljabar dalam 5.2 Merancang model matematika dari 5.3 Menyelesaikan model matematika dari
Trigonomeri perhitungan teknis yang berkaitan masalah yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan perbandingan,
dengan perbandingan, fungsi, perbandingan, fungsi, persamaan dan fungsi, persamaan dan identitas trigonometri,
persamaan dan identitas trigonometri identitas trigonometri dan penafsirannya

6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga
Geometri 6.1 Menentukan kedudukan titik,
garis, dan bidang dalam ruang
dimensi tiga 6.3 Menentukan besar sudut antara garis dan bidang dan antara dua bidang dalam ruang dimensi tiga

Gambar 3. Sistematika Kompetensi Dasar Matematika SMA Kelas X Semester 2

28
3. Materi pokok pembelajaran matematika kelas X SMA
Berdasarkan ketentuan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP),
materi pembelajaran dipilih dan dikembangkan sendiri oleh guru untuk
memfasilitasi siswa dalam mencapai kompatensi dasar matematika.
4. Model Pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’
Model pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’ dikembangkan dengan
memadukan beberapa pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan
konstruktivistik, pendekatan kontekstual, pendekatan kolaboratif, dan
pendekatan pendidikan matematika realistik. Berdasarkan pendekatan-
pendekatan tersebut, maka secara umum model pembelajaran Matematisasi
Berjenjang memiliki karakteristik sebagai berikut:
i.) Proses pembelajaran berintikan kegiatan siswa membangun pengetahuan
baru berdasarkan interaksi antara pengetahuan sebelumnya dan rangsang
dari lingkungan.
ii.) Proses pembelajaran bertolak dari kegiatan pemecahan masalah
kontekstual, yaitu masalah yang dapat dipahami siswa berdasarkan
pengalaman masing-masing.
iii.) Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana kerjasama yang
bercirikan adanya negosiasi makna matematik antar siswa dan topangan (=
bantuan yang disesuaikan dengan situasi perkembangan individu siswa)
dari guru.
iv.) Setiap kompetensi matematik dikuasai siswa melalui proses matematisasi
berjenjang, yang mencakup jenjang-jenjang sebagai berikut:
a. Jenjang situasional: engan topangan guru, siswa menggunakan
pengetahuan dan strategi sendiri yang bersifat situasional dan terbatas
dalam pemecahan masalah kontekstual.
b. Jenjang referensial: Dengan topangan guru, siswa membangun model
situasi masalah untuk memecahkan masalah kontekstual.

29
c. Jenjang umum: Dengan topangan guru, siswa membangun model
penalaran matematik untuk memecahkan masalah-masalah yang
konteksnya berbeda-beda.
d. Jenjang formal: Dengan topangan guru, siswa melakukan penalaran
matematik formal, yaitu memakai model matematik formal dan baku
untuk memecahkan masalah matematik.
v.) Setiap pertemuan pembelajaran di kelas berintikan 4 langkah kegiatan
sebagai berikut:
a. Orientasi: Siswa memahami situasi masalah yang disajikan guru.
b. Eksplorasi: Siswa mencari pemecahan masalah dengan strategi yang
diciptakan sendiri.
c. Negosiasi: Siswa mengkomunikasikan hasil eksplorasi untuk
membangun makna matematik yang diterima bersama
d. Integrasi: Siswa mengkaitkan makna matematik yang diterima bersama
dengan pengetahuan sebelumnya untuk memperoleh pemahaman
relasional mengenai konsep-konsep atau prosedur-prosedur pengerjaan
matematik.
5. Titik Tolak Pembelajaran.
Salah satu karakteristik model pembelajaran Matematisasi Berjenjang
adalah bahwa proses pembelajaran bertolak dari kegiatan pemecahan masalah
kontekstual, yaitu masalah yang dapat dipahami siswa berdasarkan
pengalaman masing-masing. Masalah kontekstual dapat berupa masalah nyata
dalam kehidupan sehari-hari atau masalah matematika yang pemecahannya
melibatkan atau menumbuhkan gagasan akan konsep, prinsip, aturan, atau
algoritma matematika. Masalah itu dipilih yang dapat dipecahkan oleh siswa
berdasarkan pengetahuan umum atau pengetahuan matematika yang pernah
dipelajari sebelumnya.
Untuk tiap-tiap kompetensi dasar, masalah konstekstual yang dijadikan
titik tolak pembelajaran disajikan dalam Tabel 6 dan Tabel 7 di bawah ini.

30
Tabel 6. Titik Tolak Pembelajaran untuk Tiap-tiap Kompetensi Dasar
Matematika SMA Kelas X Semester 1
No. Kompetensi Dasar Masalah Kontekstual
1.1 Menggunakan aturan pangkat, akar, dan 1. Pembelahan Sel
logaritma 2. Menggunting Pita Secara
1.2 Melakukan manipulasi aljabar dalam Terus-menerus
perhitungan yang melibatkan pangkat, akar, 3. Menaksir Nilai 5 Secara
dan logaritma
Grafik
4. Menaksir Penyelesaian a3 = 30
Secara Grafik
5. Menaksir Penyelesaian 2a = 40
Secara Grafik
6. Menaksir Penyelesaian 10x =
0,5 Secara Grafik
2.1 Memahami konsep fungsi 1. Lempar Lembing
2.2 Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana 2. Gerak Peluru
dan fungsi kuadrat
2.5.a Merancang model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan fungsi kuadrat
2.6.a Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan fungsi kuadrat dan
penafsirannya
2.3.a Menggunakan sifat dan aturan tentang 1. Merancang Kotak Tanpa Tutup
persamaan kuadrat 2. Merancang Kolam
2.4.a Melakukan manipulasi aljabar dalam Pemancingan
perhitungan yang berkaitan dengan persamaan
kuadrat
2.5.b Merancang model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan persamaan kuadrat
2.6.b Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan persamaan kuadrat dan
penafsirannya
2.3.b Menggunakan sifat dan aturan tentang 1. Mencari Nilai Fungsi Kuadrat
pertidaksamaan kuadrat Positif
2.4.b Melakukan manipulasi aljabar dalam 2. Mencari Nilai Fungsi Kuadrat
perhitungan yang berkaitan dengan Negatif
pertidaksamaan kuadrat
3.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dan 1. Menghitung Harga Barang
sistem persamaan campuran linear dan kuadrat Belanjaan
dalam dua variabel 2. Manajemen Kendaraan Kantor
3.2 Merancang model matematika dari masalah 3. Titik Pertemuan Lintasan (1)
yang berkaitan dengan sistem persamaan linear 4. Titik Pertemuan Lintasan (2)
3.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan sistem persamaan linear
dan penafsirannya
3.4 Menyelesaikan pertidaksamaan satu variabel 1. Sifat-sifat Ketidaksamaan
yang melibatkan bentuk pecahan aljabar 2. Pertidaksamaan Linear
3.5 Merancang model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu
variabel
3.6 Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu
variabel dan penafsirannya

31
Tabel 7. Titik Tolak Pembelajaran untuk Tiap-tiap Kompetensi Dasar
Matematika SMA Kelas X Semester 2
No. Kompetensi Dasar Masalah Kontekstual
4.1 Memahami pernyataan dalam matematika dan 1. Pernyataan Majemuk dalam
ingkaran atau negasinya Kehidupan Sehari-hari (1)
4.2 Menentukan nilai kebenaran dari suatu 2. Pernyataan Majemuk dalam
pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor Kehidupan Sehari-hari (2)
4.3 Merumuskan pernyataan yang setara dengan 3. Pernyataan Berkuantor dalam
pernyataan majemuk atau pernyataan berkuantor Kehidupan Sehari-hari (1)
yang diberikan 4. Pernyataan Berkuantor dalam
Kehidupan Sehari-hari (2)
4.4 Menggunakan prinsip logika matematika yang 1. Penarikan Kesimpulan dalam
berkaitan dengan pernyataan majemuk dan Kehidupan Sehari-hari (1)
pernyataan berkuantor dalam penarikan 2. Penarikan Kesimpulan dalam
kesimpulan dan pemecahan masalah Kehidupan Sehari-hari (2)
5.1.a Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan 1. Perbandingan Sisi Segitiga
teknis yang berkaitan dengan perbandingan Siku-siku
trigonometri 2. Hubungan Sisi dan Sudut
5.2.a Merancang model matematika dari masalah yang Segitiga Siku-siku
berkaitan dengan perbandingan trigonometri
5.3.a Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan perbandingan
trigonometri, dan penafsirannya
5.1.b Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan 1. Tegangan Listrik AC
teknis yang berkaitan dengan fungsi trigonometri 2. Gelombang Transversal
5.2.b Merancang model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan fungsi trigonometri
5.3.b Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan fungsi trigonometri, dan
penafsirannya
5.1.c Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan 1. Perpotongan Grafik Fungsi
teknis yang berkaitan dengan persamaan Sinus dan Fungsi Kosinus
trigonometri 2. Perpotongan Grafik y = sinx
5.2.c Merancang model matematika dari masalah yang dan y = sin(2x)
berkaitan dengan persamaan trigonometri
5.3.c Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan persamaan trigonometri,
dan penafsirannya
5.1.d Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan 1. Menyelesaian persamaan
teknis yang berkaitan dengan identitas sinx/cosx = tgx
trigonometri 2. Menyelesaikan persamaan
5.2.d Merancang model matematika dari masalah yang sin2x + cos2x = 1
berkaitan dengan identitas trigonometri
5.3.d Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan identitas trigonometri, dan
penafsirannya
6.1 Menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang 1. Model Kubus
dalam ruang dimensi tiga 2. Globe
6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik 1. Mengukur Jarak (1)
ke bidang dalam ruang dimensi tiga 2. Mengukur Jarak (2)
6.3 Menentukan besar sudut antara garis dan bidang 1. Mengukur Sudut (1)
dan antara dua bidang dalam ruang dimensi tiga 2. Mengukur Sudut (2)

32
3.5.2. Rancangan Buku Siswa
Buku siswa dimaksudkan sebagai buku pegangan siswa yang disusun
sebagai salah satu sumber belajar bagi mereka. Sebagai suatu sumber belajar,
buku siswa ini dirancang agar mereka dapat memperoleh bahan dan sekaligus
arahan dan motivasi yang membuat mereka dapat mengalami proses matematisasi
secara terbimbing oleh guru. Struktur pembahasan buku dikemas dengan
mengikuti model pembelajaran Matematisasi Berjenjang. Model ini
mengintegrasikan pendekatan-pendekatan konstruktivistik, kontekstual dan
kolaboratif dalam proses pembelajaran matematika.
Rancangan ini meliputi uraian tentang:
1. Sistematika buku siswa, yang menampilkan garis besar isi dan urutan materi
matematika dalam buku siswa. Buku Siswa terdiri dari 2 jilid, yaitu Buku
Siswa: Matematika SMA Kelas X Semester 1 dan Buku Siswa: Matematika
SMA Kelas X Semester 2.
2. Struktur pembahasan buku siswa, yang menampilkan rincian isi materi
pelajaran dan fitur-fitur yang mendukung implementasi model pembelajaran
Matematisasi Berjenjang. Struktur pembahasan untuk Bab I diberikan dalam
Gambar 4 berikut:

Gambar 4. Rancangan Struktur Pembahasan Bab I Buku Siswa

BAB I. BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA


Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Motivasi: Sejarah Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma
Sistematika Materi Pelajaran
Cara Belajar

A. BENTUK PANGKAT
Masalah I : Pembelahan Sel
Masalah II : Menggunting Pita Secara Terus-menerus
Aneka Ragam Masalah

1. Pangkat Bulat Positif


Sajian Materi
Ringkasan
Latihan
Tes Formatif
2. Pangkat Nol dan Bulat Negatif
Sajian Materi
Ringkasan

33
Latihan
Tes Formatif

B. BENTUK AKAR
Masalah I : Menaksir Nilai 5 Secara Grafik
Masalah II : Menaksir Penyelesaian a3 = 30 Secara Grafik
Aneka Ragam Masalah

1. Bentuk Akar dan Pangkat Rasional


Sajian Materi
Ringkasan
Latihan
Tes Formatif
2. Operasi Bentuk Akar
Sajian Materi
Ringkasan
Latihan
Tes Formatif

C. BENTUK LOGARITMA
Masalah I : Menaksir Penyelesaian 2a = 40 Secara Grafik
Masalah II : Menaksir Penyelesaian 10x = 0,5 Secara Grafik
Aneka Ragam Masalah

1. Logaritma
Sajian Materi
Ringkasan
Latihan
Tes Formatif
2. Operasi Bentuk Logaritma
Sajian Materi
Ringkasan
Latihan
Tes Formatif

TUGAS (Proyek/Produk/Portofolio)

LATIHAN ULANGAN

3.5.3. Rancangan Buku Guru


Buku guru merupakan suplemen bagi buku siswa yang dimaksudkan
sebagai buku pegangan guru berisi petunjuk dalam memfasilitasi proses
pembelajaran matematika. Buku guru ini dirancang agar mereka dapat
membimbing siswa agar mengalami proses matematisasi. Struktur pembahasan
buku dikemas dengan mengikuti model pembelajaran Matematisasi Berjenjang.

34
Model ini mengintegrasikan pendekatan-pendekatan konstruktivistik, kontekstual
dan kolaboratif dalam proses pembelajaran matematika.
Rancangan ini meliputi uraian tentang:
1. Sistematika buku guru, yang menampilkan garis besar isi buku guru. Buku
Guru terdiri dari 2 jilid, yaitu Buku Guru: Matematika SMA Kelas X
Semester 1 dan Buku Siswa: Matematika SMA Kelas X Semester 2.
2. Struktur pembahasan buku guru, yang menampilkan rincian isi buku guru
berupa petunjuk guru memfasilitasi pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran Matematisasi Berjenjang. Struktur pembahasan untuk
Bab I diberikan dalam Gambar 5 berikut:

Gambar 5. Rancangan Struktur Pembahasan Bab I Buku Guru

BAB I. PEMBELAJARAN BENTUK PANGKAT, AKAR DAN


LOGARITMA
Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
- Motivasi: Sejarah Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma
- Sistematika Materi Pelajaran
- Cara Belajar

A. PEMBELAJARAN BENTUK PANGKAT


Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Jenjang Situasional
- Jenjang Referensial
- Jenjang Umum
- Jenjang Formal

1. Pembelajaran Pangkat Bulat Positif


Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Kegiatan Orientasi
- Kegiatan Eksplorasi
- Kegiatan Negosiasi
- Kegiatan Integrasi
2. Pembelajaran Pangkat Nol dan Bulat Negatif
Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Kegiatan Orientasi
- Kegiatan Eksplorasi
- Kegiatan Negosiasi
- Kegiatan Integrasi

B. PEMBELAJARAN BENTUK AKAR


Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Jenjang Situasional
- Jenjang Referensial
- Jenjang Umum

35
- Jenjang Formal

1. Pembelajaran Bentuk Akar dan Pangkat Rasional


Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Kegiatan Orientasi
- Kegiatan Eksplorasi
- Kegiatan Negosiasi
- Kegiatan Integrasi
2. Pembelajaran Operasi Bentuk Akar
Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Kegiatan Orientasi
- Kegiatan Eksplorasi
- Kegiatan Negosiasi
- Kegiatan Integrasi

C. PEMBELAJARAN BENTUK LOGARITMA


Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Jenjang Situasional
- Jenjang Referensial
- Jenjang Umum
- Jenjang Formal

1. Pembelajaran Logaritma
Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Kegiatan Orientasi
- Kegiatan Eksplorasi
- Kegiatan Negosiasi
- Kegiatan Integrasi
2. Pembelajaran Operasi Bentuk Logaritma
Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa:
- Kegiatan Orientasi
- Kegiatan Eksplorasi
- Kegiatan Negosiasi
- Kegiatan Integrasi

TUGAS (Proyek/Produk/Portofolio)
Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa dalam Pelaksanaan
Tugas

LATIHAN ULANGAN
Petunjuk untuk Memfasilitasi Siswa dalam Latihan Ulangan

36
4. Simpulan Dan Saran
4.1. Simpulan
Dari pembahasan pada bab-bab di atas diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1) Masalah-masalah yang ditemukan sehubungan dengan pelaksanaan prinsip-
prinsip dalam kurikulum 2006 adalah sebagai berikut:
a. Tindakan dan sikap guru masih cenderung menjelaskan langkah-langkah
cara menyelesaikan soal dan meyakini bahwa kompetensi matematik dapat
dicapai efektif dengan mengembangan pemahaman instrumental.
b. Siswa masih kurang dapat melihat hubungan antar konsep ketika
menyelesaikan persoalan.
c. Metode pembelajaran yang dilakukan guru cenderung memulai
pembelajaran dari penjelasan bentuk umum dilanjutkan dengan
menjelaskan contoh soal formal dengan langkah-langkah pengerjaannya
dan siswa menirukan.
d. Guru masih cenderung menjadi sumber utama dan belum memanfaatkan
media yang bervariasi untuk memfasilitasi proses konstruksi pengetahuan
siswa
e. Penilaian yang dilakukan guru masih kurang bervariasi dan cenderung
berupa pengerjaan soal matematis formal secara tertulis
2) Kebutuhan yang dipandang perlu dilakukan sebagai solusi dari masalah-
masalah di atas adalah sebagai berikut:
a. Guru perlu memberi kesempatan siswa untuk bereksplorasi dalam
pemecahan masalah dengan caranya sendiri dan bernegosiasi.
b. Guru perlu mengembangkan pemahaman relasional siswa dalam mencapai
kompetensi matematik.
c. Guru perlu mengawali pembelajaran dengan kegiatan pemecahan masalah
kontekstual dan secara bertahap masuk ke tingkat matematik formal.

37
d. Perlu ditawarkan alternatif sumber belajar yang cocok dan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran yang konstruktivistik, kontekstual dan
kolaboratif.
e. Perlu diupayakan penilaian dengan cara yang bervariasi, seperti tes tulis,
penugasan proyek , produk dan portofolio.
3) Draft Buku Pedoman Pengembangan Kurikulum disusun sebagai penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi program pembelajaran
yang meliputi materi pokok pembelajaran, urutan pembelajaran, dan strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran matematika diwujudkan dalam bentuk
model pembelajaran ’Matematisasi Berjenjang’.
4) Buku siswa dirancang dengan maksud sebagai buku pegangan siswa untuk
sumber belajar mereka agar mereka dapat memperoleh bahan dan sekaligus
arahan dan motivasi yang membuat mereka dapat mengalami proses
matematisasi secara terbimbing oleh guru. Struktur pembahasan buku dikemas
dengan mengikuti model pembelajaran Matematisasi Berjenjang.
5) Buku guru dirancang sebagai suplemen bagi buku siswa yang dimaksudkan
sebagai buku pegangan guru, berisi petunjuk dalam memfasilitasi proses
pembelajaran matematika. Buku guru ini dirancang agar guru dapat
membimbing siswa agar mengalami proses matematisasi. Struktur
pembahasan buku dikemas dengan mengikuti model pembelajaran
Matematisasi Berjenjang.

5.2. Saran
Dari pembahasan dalam penelitian ini dapat diberikan beberapa saran
kebijakan mengenai pelaksanaan KTSP bidang studi Matematika dalam
pembelajarannya di kelas:
1) Dari identifikasi masalah dan kebutuhan nampak bahwa guru belum
sepenuhnya dapat melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran seperti yang
diinginkan dalam KTSP. Kami menyarankan perlu dilakukan upaya-upaya
yang bertahap dan konsisten untuk mewujudkan pelaksanaan prinsip-prinsip
tersebut dalam pelaksanaannya di kelas.

38
2) Model pembelajaran ”Matematisasi Berjenjang” seperti yang diuraikan di
depan, dapat dikembangkan dan dilaksanakan sebagai suatu alternatif model
pembelajan matematika yang dapat mewujudkan prinsip-prinsip pembelajaran
dalam KTSP.
3) Draf Pedoman Pengembangan Kurikulum, Rancangan Buku Siswa dan Buku
Guru yang telah dihasilkan dalam penelitian ini dapat dikembangkan,
diujicobakan di kelas dan terus-menerus diperbaiki oleh ahli dan guru agar
semakin sesuai dengan tujuan dan terlaksana dalam pembelajarannya di kelas.

Daftar Pustaka

Bruning, R.H., Schraw, G.J., & Ronning, R.R. Cognitive Psychology and
Instruction. Edisi ke-2. Englewood Cliff, NJ.: Prentice Hall.

Confrey, J. 1995. “A Theory of Intelectual Development”. For the Learning of


Mathematics. Vol. 15, No. 3, pp. 8-48.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran


Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional R I No. 22


tahun 2006: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta.

Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Uttrech:


Freudenthal Institute.

Hatano, G. 1996. “A Conception of Knowledge Acquisition and Its Implications


to Mathematics Education. In L.P. Steffe, and P. Nesher (Eds.), Theories
of Mathematical Learning. Mahwah, NJ.: Lawrence Erlbaum.

Jonassen, D. 1999. “Designing Constructivist Learning Environment”. In C.M.


Reigeluth (Ed.), Instructional-Design Theories and Models, Volume II: A
New Paradigm of Instructional Theory. Mahwah, NJ.: Lawrence Erlbaum.

Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s
Here to Stay. Thousand Oaks, Calif.: Corwin Press.

39
Rudhito, M. A. 2005. ”Perancangan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran
Persamaan Kuadrat untuk Kelas X SMA dengan Pendekatan
’Matematisasi Berjenjang’”. Widya Dharma, Vol. 16. No. 1, pp. 67-76.

Rudhito, M. A. 2006. ”Perancangan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran


Matematika yang Konstruktivistik, Kontekstual, dan Kolaboratif pada
Materi Pokok Trigonometri di Kelas X SMA” (Penelitian sedang
dilaksanakan, dengan biaya dari LPPM USD)

Susento. 2004. “Matematika Berbasis Realitas Anak”. Basis, Vol. 53, No. 07-08,
pp. 21-28.

van Reeuwijk, M. 2001. “From Informal to Formal, Progressive Formalization:


An Example on Solving Systems of Equations”. In Chick, H., et al. (Eds.),
Proceedings of The 12-th ICMI Study Conference: The Future of The
Teaching and Learning of Algebra. Melbourne: The University of
Melbourne.

Voigt, J. 1996. “Negotiation of Mathematical Meaning in Classroom Process:


Social Interaction and Learning Mathematics”. In L.P. Steffe, et al. (Eds.),
Theories of Mathematical Learning. Mahwah, New Jersey: Lawrence
Erlbaum.

Yackel, E., & Cobb, P. 1996. “Sociomathematical Norms, Argumentation, and


Autonomy in Mathematics”. Journal for Research in Mathematics
Education, Vol. 27, No. 4, pp. 458-477.

40

You might also like