You are on page 1of 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan kepada masalah dan kasus yang berkembang di Indonesia


pada saat ini, kami mencoba untuk melakukan suatu studi yang ingin
memecahkan sistem konstitusi yang bagaimanakah yang tepat bagi bangsa ini.
Kami disini berperan sebagai pihak yang akan memaparkan mengenai
federalism yang ternyata telah mulai diterpkan di negeri ini.

Selain itu makalah ini juga disusun guna memenuhi salah satu
persyaratan dari mata kuliah Kewarganegaraan. Tindak lanjut daripada
pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakannya sebagai bahan acuan
untuk proses debat.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Tugas ini mempunyai maksud dan tujuan untuk mencoba memahami


bagaimana perbandingan sistem konstitusi Negara kita saat ini dengan sistem
yang lainnya. Dalam hal ini kami membandingkan dengan federalisme.

Adapun tujuan yang ingin di capai adalah memberikan sedikit


pemahaman bagaimana kondisi dan situasi sistem kita dan pengarahan kea rah
yang lebuh baik, salah satu media yang akan kami guanakan adalah dengan
cara berdebat.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGANTAR

Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk


pada rangkaian institusi politik serta digunakan untuk mengorganisasikan suatu
negara demi penegakan kekuasaannya atas suatu komunitas politik.

Federal adalah kata sifat (adjektif) dari kata Federasi. Biasanya kata ini merujuk
pada pemerintahan pusat atau pemerintahan pada tingkat nasional. Federasi
dari bahasa Belanda, federatie, berasal dari bahasa Latin foeduratio yang
artinya “perjanjian”. Federasi pertama dari arti ini adalah “perjanjian” daripada
Kerajaan Romawi dengan suku bangsa. Jerman yang lalu menetap di provinsi
Belgia, kira-kira pada abad ke-4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk tidak
memerangi sesama, tetapi untuk bekerja sama saja.

Dalam federasi atau negara serikat (bondstaat, Bundesstaat), dua atau lebih
kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk bersatu
dalam suatu ikatan politik, ikatan dimana akan mewakili mereka sebagai
keseluruhan. Federasi adalah negara. Anggota-anggota sesuatu federasi tidak
berdaulat dalam arti yang sesungguhnya. Anggota-anggota federasi disebut
“negara-bagian”, yang didalam bahasa asing dapat dinamakan “deelstaat”,
“state”. “canton” atau “Linder”.

Dalam pengertian modern, sebuah federasi adalah sebuah bentuk


pemerintahan di mana beberapa negara bagian bekerja sama dan membentuk
negara kesatuan. Masing-masing negara bagian memiliki beberapa otonomi
khusus dan pemerintahan pusat mengatur beberapa urusan yang dianggap
nasional. Dalam sebuah federasi setiap negara bagian biasanya memiliki
otonomi yang tinggi dan bisa mengatur pemerintahan dengan cukup bebas.
Federasi mungkin multi-etnik, atau melingkup wilayah yang luas dari sebuah
wilayah, meskipun keduanya bukan suatu keharusan. Federasi biasanya

2
ditemukan dalam sebuah persetujuan awal antara beberapa negara bagian
“sovereign”. Federasi modern termasuk Australia, Brazil, Kanada, India, Russia
dan Amerika Serikat. Bentuk pemerintahan atau struktur konstitusional
ditemukan dalam federasi dikenal sebagai federalisme.

2.2.1 FEDERALISME

Desentralisasi politik tidak bisa diharapkan terealisasi dalam


sebuah negara kesatuan. Bentuk negara kesatuan membuat elite politik
pusat, baik di pemerintahan ataupun di partai politik, merasa memiliki
otoritas untuk mengatur, mencampuri dan menentukan setiap kebijakan
politik di daerah.

Mereka seakan lupa bahwa program otonomi daerah sudah diberlakukan.


Oleh karena itu, diperlukan langkah yang lebih radikal dari sekedar
melimpahkan sebagian kekuasaan dalam bentuk otonomi. Realisasi
desentralisasi politik hanya bisa terwujud apabila kita mengubah lokus
kekuasaan. Dengan otonomi daerah dalam kerangka negara kesatuan,
kekuasaan tetap berasal dan berada di pusat. Pemerintah daerah
hanyalah sebagai penerima sebagian kekuasaan yang dilimpahkan pusat
kepadanya.

Sekarang ini memang telah ditetapkan dalam konstitusi bahwa bentuk


negara kesatuan telah final, tidak bisa diubah lagi. Namun bukankah
konstitusi itu sendiri bisa diubah dengan amandemen. Artinya,
kemungkinan untuk mengubah bentuk negara, masih terbuka. Untuk
mengubahnya memang tidak mudah, karena konstitusi tidak bisa diubah
secara sembarangan. Namun setidaknya pemikiran ini akan menjadi awal
dari sebuah bola salju yang terus menggelinding semakin besar sehingga
pada akhirnya akan diperoleh cukup alasan untuk meninjau kembali
bentuk negara kita.

3
Dalam federalisme, kekuasaan berada di daerah (di Amerika
Serikat, daerah pemilik kekuasaan itu dinamakan negara bagian, namun
agar tidak menimbulkan kesan perpecahan, kiranya kita tetap menyebut
daerah pemilik kekuasaan tersebut tetap sebagai daerah). Daerah-daerah
yang merupakan pemilik kekuasaan ini kemudian menyerahkan sebagian
kekuasaannya ke pusat. Kekuasaan yang diserahkan ke pusat, misalnya,
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal.

Dengan beradanya lokus kekuasaan di daerah, elite politik pusat tidakbisa


lagi mengatur, mencampuri dan menentukan kebijakan politik di daerah.
Daerah sepenuhnya berkuasa dalam menentukan berbagai kebijakan.
Oleh karena itu, dengan mengubah bentuk negara kita dari negara
kesatuan menjadi federasi, berarti kita memberlakukan desentralisasi
politik secara utuh. Terdapat implikasi positif dari pemberlakuan
federalisme, yaitu selain terputusnya kekangan dan campur tangan pusat
atas berbagai kebijakan politik di daerah, kita juga akan bisa menghapus
atau paling tidak meminimalkan praktik korupsi. Dengan federalisme,
rantai korupsi akan terputus. Selain itu, pemerintah daerah yang memiliki
komitmen tinggi untuk memberantas korupsi dapat melaksanakan
komitmennya itu tanpa harus takut ada ancaman pusat terhadap dirinya.
Implikasi negatif dari federalisme dapat dikatakan tidak ada. Kekhawatiran
sementara kalangan yang melihat federalisme sebagai rentan terhadap
perpecahan adalah tidak beralasan. Federalisme justru memperkuat
republik. Alasannya, kekecewaan yang sekarang dialami banyak daerah
karena campur tangan dan kooptasi pusat akan hilang, karena dalam
bentuk Negara federasi, campur tangan dan kooptasi pusat tersebut tidak
ada lagi.

Bentuk otonomi daerah ideal adalah kehidupan bernegara dengan


kekuasaan berada di daerah. Otonomi daerah ideal ini hanya bisa
terealisasi dalam bentuk negara federasi, karena hanya dalam federasi,
lokus kekuasaan akan berada di daerah. Pemerintah pusat bekerja untuk
kesejahteraan seluruh daerah. Daerah-daerah telah memiliki otonomi riil

4
disertai iklim politik nasional dan lokal yang demokratis. Sudah saatnya
kita tidak terbelenggu oleh pikiran lama yang menganggap negative
federalisme. Federalisme bukan berarti perpecahan bangsa. Kita lihat
contoh negara federasi, seperti Malaysia, Amerika Serikat, dan lain-lain,
tidak satu pun di antara mereka yang mengalami perpecahan, yang ada
malah kebanggaan akan struktur di negaranya yang menjunjung tinggi
kebebasan setiap daerah dalam penentuan setiap kebijakan publik.
Dengan federalisme, kita bagaikan hidup dalam rumah besar republik
yang memiliki banyak kamar. Di dalam setiap kamar, terjadi diferensiasi
kebebasan publik dan privat, individu memiliki kebebasan penuh untuk
mengembangkan diri.

 Prinsip federal ialah bahwa kekuasaan dibagi sedemikian rupa


sehingga pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam
bidang-bidang tertentu adalah bebas satu sama lain. Salah satu
ciri negara federal ialah bahwa ia mencoba menyesuaikan dua
konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara
federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara-negara
bagian. Untuk membentuk suatu negara federal diperlukan dua
syarat, yaitu :

1. adanya perasaan sebangsa di antara kesatuan-kesatuan


politik yang hendak membentuk federasi
2. adanya keinginan pada kesatuan-kesatuan politiik yang
hendak mengadakan federasi untuk mengadakan ikatan
terbatas, oleh karena itu apabila kesatuan-kesatuan politik itu
menghendaki persatuan sepenuhnya, maka bukan federasi
yang akan dibentuk, melainkan negara kesatuan.

 Ciri-ciri Negara Federal :

1. Penyelanggaraan kedaulatan ke luar dari negara-negara


bagian diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Federal,
sedangkan untuk kedaulatan ke dalam dibatasi.

5
2. Soal-soal yang menyangkut negara dalam keseluruhannya
diserahkan kepada kekuasaan pemerintahfederal.
3. bentuk ikatan keasatuan-kesatuan politik pada negara federal
bersifat terbatas

2.2.2 KONSTITUSI FEDERAL

Amerika Serikat merupakan negara demokrasi konstitusional dengan


sistem three-tier dan institusi kehakiman yang bebas. Negara-negara di
Amerika adalah sebuah republik federal yang terdiri dari 50 negara
bagian. Kecuali Alaska (utara Kanada) & Hawaii (lautan Pasifik), 48
negara bagian lainnya terletak di Amerika Utara. Terdapat tiga peringkat
yaitu nasional, negara bagian dan pemerintahan lokal yang mempunyai
badan legislatif serta eksekutif dengan bidang kuasa masing-masing.
Negara ini mengunakan sistem persekutuan atau federalisme di mana di
negara pusat dan negara bagian berbagi kuasa. Negara pusat berkuasa
terhadap beberapa perkara seperti pencetakan mata uang Amerika serta
kebijakan pertahanan. Namun, negara-negara bagian berkuasa
menentukan hak dan undang-undang masing-masing seperti hak
pengguguran bayi dan hukuman maksimal dalam hal undang-undang.

Satu elemen yang kentara di Amerika ialah doktrin pembagian kuasa.


Pasal 1-3 dalam Konstitusi Amerika, telah diatur secara terperinci
mengenai kuasa-kuasa Negara yang utama yaitu :

1. eksekutif
2. legislatif
3. kehakiman

Pemeriksaan dan keseimbangan / Checks and Balances merupakan ciri


yang utama dalam negara Amerika (hal ini sangat komprehensif).

6
Sehingga tidak ada satu pun cabang negara yang mempunyai kuasa
mutlak untuk mewakili cabang yang lain.

Model pemerintahannya yang demokrasi presidensiil dan memiliki


persyaratan konsensus untuk konstitusi, terdapat pula mekanisme veto di
antara lembaga-lembaga negara. Misalnya, presiden Amerika Serikat
dapat memveto RUU yang diajukan oleh kongres. Serta adanya
kecenderungan sistem kepartaian Amerika Serikat yang berbentuk two-
party system. Di samping Pemilu untuk pemilihan presiden, ada pula
Pemilu paruh waktu, yang diadakan pada pertengahan masa jabatan
presiden. Dalam pemilu ini yang dipilih bukanlah presiden melainkan
seluruh anggota Dewan Perwakilan dan sepertiga dari semua senator dari
tiap negara bagian. Selain negara bagian, ada satu daerah federal dan
ada beberapa daerah yang bisa disebut sebagai daerah jajahan.

Pemerintah Negara Bagian dan Teritori

 Hal-hal yang tidak diatur oleh Pemerintah Federasi merupakan


tanggung jawab Pemerintah Negara Bagian dan Teritori.
 Setiap negara bagian dan teritori mempunyai parlemen dan
peraturan perundang-undangan (akta parlemen) sendiri (yang
dapat diamandemen parlemen setempat) tetapi mereka juga tetap
terikat konstitusi negara.
 Bilamana suatu UU/Peraturan Negara Bagian masih berada di
bawah wewenang konstitusional Federasi, maka UU/Peraturan
Pemerintah Federasi berlaku di atas wewenang UU/Peraturan
negara bagian.

Hubungan antara Pemerintahan Federal dan Negara Bagian

Pemerintah Federasi dan negara bagian menjalin kerjasama di


berbagai bidang, yang secara resmi merupakan tanggung jawab negara
bagian dan teritori seperti pendidikan, perhubungan, kesehatan dan
penegakan hukum. Mengenai Pajak pendapatan, hal itu ditarik secara

7
federal dan menimbulkan pendapat yang berbeda di antara semua tingkat
pemerintahan negara bagian.

2.2.3 PERBANDINGAN DAN ALASAN FEDERALISME DITERAPKAN

Antara negara federal dan negara kesatuan terdapat perbedaan dalam


beberapa hal tertentu, yaitu :

1. Negara-bagian federasi memiliki “pouvior constituant”, yakni


wewenang membentuk undang-undang dasar sendiri serta wewenang
mengatur bentuk organisasi sendiri dalam rangka dan batas-batas
konstitusi federal, sedangkan dalam negara kesatuan organisasi
bagian-bagian negara (yaitu pemerintah daerah) secara garis besar
telah ditetapkan oleh pembentuk undang-undang pusat.

2. Dalam negara federal, wewenang membentuk undang-undang pusat


untuk mengatur hal-hal tertentu telah terperinci satu persatu dalam
konstitusi federal, sedangkan dalam negara kesatuan wewenang
pembentukan undang-undang pusat ditetapkan dalam suatu rumusan
umum dan wewenang pembentukan undang-undang rendahan (lokal)
tergantung pada badan pembentuk undang-undang pusat itu.

Negara kesatuan ialah bentuk negara di mana wewenang legislatif


tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional/pusat. Azas
yang mendasari negara kesatuan adalah azas unitarisme. Negara
kesatuan adalah bentuk negara yang paling kukuh, jika dibandingkan
dengan federasi dan konfederasi. Dalam negara kesatuan terdapat baik
persatuan (union) maupun kesatuan (unity). Ini berbeda dengan sebuah
negara kesatuan, di mana biasanya hanya ada provinsi saja. Kelebihan
sebuah negara kesatuan, ialah adanya keseragaman antar semua
provinsi.

8
Dalam perjalanan sejarah republik Indonesia, proyek negara
kesatuan ternyata mengalami berbagai distorsi. Timbul berbagai
keserampangan dan kegamangan dalam praktek politik. Negara kesatuan
telah terbukti memperkokoh sistem represi dari suatu kepemerintahan
otoriter Orde Baru. Sistem sentralistik yang dipraktekkan menimbulkan
sekian banyak problem kesenjangan yang mengindikasikan adanya
ketidakadilan, permainan kekuasaan dan segenap kebusukan praktek
KKN. Karena adanya praktik ketidakadilan sosial yang terjadi secara
intens dan dasyat daerah-daerah potensial dieksploitir demi
kepentingan pusat dan keluarga sementara masyarakat sendiri
ditindas.

Otonomi (luas) yang UU-nya sudah ada, tinggal menunggu


implementasinya atau pemerintahan hampir penuh dalam konteks
negara federal. Ketika berbicara mengenai “Kewenangan Daerah”, UU
No. 22 Thn 1999 tentang “pemerintah daerah” menegaskan bahwa
“kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik, luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta
kewenangan bidang lain” (Pasal 7, ayat 1).
Konsep otonomi yang luas ternyata tidak jauh berbeda dengan konsep
federalisme. Otonomi yang luas tetaplah menggariskan kekuasaan
yang besar dan centralized pada pemerintah pusat. Meskipun
pemerintah berdasarkan hak otonomi, tetapi pada tahap terakhir
kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan pemerintah pusat. Ini
sejalan dengan konstitusi negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi—yang tidak mengakui badan legislatif lain selain
legislatif pusat.
Maka seindah apapun polesan terhadap konsep otonomi yang luas,
otonomi itu sendiri tetap tidak akan menjawab tuntutan dan keinginan
rakyat hingga saat ini.

9
Tuntutan untuk membentuk negara federal di Indonesia tidak bisa ditawar-
tawar lagi. Ada dua alasan yang bisa dipakai untuk membenarkan
kesimpulan ini.

1. Masyarakat saat ini sudah muak dengan sentralisai berlebihan dari


pemerintah pusat. Salah satu efek yang merugikan dari a highly
centralized government ini adalah mengenai hubungan keuangan
pusat dan daerah yang dianggap kurang adil. Potensi dan kekayaan
alam daerah disedot habis demi kepentingan pusat. Dalam konteks ini
lalu tuntutan pembentukan negara federal dipahami sebagai tuntutan
keadilan sosial.
2. Terjadi pergeseran pemahaman yang signifikan dari nasionalisme.
Semula nasionalisme adalah semangat kebangsaan memang menjadi
senjata ampuh dalam menghadapi kekuatan dan kekuasaan negara-
negara penjajah. Kesadaran senasib dan sepenanggunganlah yang
mempersatukan aneka ragam suku dan bangsa di Indonesia dalam
menghadapi bangsa asing, dan kemudian hidup sebagai “satu”
bangsa. Tetapi the external common enemy itu sudah tidak ada lagi.
Musuh bersama yang dihadapi pasca pergolakan fisik justru
kemiskinan. Pembangunan bertahap lalu dilaksanakan. Pembangunan
ternyata menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, karena hanya ada
sekelompok kecil orang yang mengambil keuntungan dari
pembangunan tersebut. Masalah kektidakadilan sosial pun muncul.

Pembukaan UUD 45, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak


segala bangsa maka penjajahan dimuka bumi harus dihapuskan”.

Situasi dan kondisi politik di Indonesia yang semakin rumit dengan


terlepasnya Timor timor kemudian tuntutan referendum daerah Aceh,
serta Papua Merdeka dan juga Ambon serta daerah-daerah lainnya yang
hingga saat ini belum ada penyelesaian.

10
Kenyataan dengan diterapkannya Sistem Negara Kesatuan selama 43
tahun, daerah-daerah tidak merasakan adanya pemerataan dibidang
pembangunan dimana kekayaan daerah tersedot kepusat dan terjadi
penjajahan terselubung serta tidak dihargainya kedaulatan daerah.

UU No. 29 1999 tentang Otonomi Daerah yang diberlakukan akan


menimbulkan bahaya PRIMORDIALISME DAERAH, sehingga lama
kelamaan akan terjadi bahaya disintegrasi. Oleh karena itu untuk menjaga
utuhnya negara Indonesia dari bahaya disintegrasi maka bentuk "Negara
Kesatuan Indonesia" dengan ini dinyatakan Tidak Berlaku Lagi dan
sebagai penggatinya diberlakukan "Sistem Negara Federal" dengan
Nama: THE FEDERAL OF INDONESIA / NEGARA FEDERAL
INDONESIA

 Sistem Negara Federal :


1. Pembagian kekuasaan/kedaulatan pemerintah antara
pusat/nasional (nation) dan regional/Negara-negara bagian
(states)

2. Ada dua pemerintahan dimana kedua-duanya memiliki


kekuasaan masing-masing yang tidak dapat bekerja sendiri

3. Tidak dapat merubah atau mengganti konstitusi, namun harus


bersama-sama.

4. Masing-masing beroperasi melalui perwakilannya dan langsung


ke masyarakat dengan hukum dan petugasnya masing-masing.
Kekuatan utama dari federalism adalah menampung keinginan
lokal sekaligus juga menampung kepentingan nasional.

Keuntungan utama dari federalisme adalah pada kemampuannya untuk


mentolerir tumbuh berkembangnya state masing-masing namun saling
membantu untuk keperluan nasional. Hal ini dapat dilihat dalam
departemen pertahanan dan departemen dalam negerinya. sebagai

11
contoh jika ada bencana nasional seperti banjir, gempa bumi, badai
salju atau bencana-bencana lain di beberapa negara bagian, maka
seluruh kekuatan pemerintahan nasional dan seluruh kekuatan Negara-
negara bagian dapat di mobilisasi untuk mengantisipasi bencana.

Konstitusi (Delegasi kekuasaan kepada Pemerintahan Nasional)

Terbagi atas 3 macam:

1. The Expressed Powers


Adalah kekuasaan langsung yang tertulis dalam konstitusi negara.
contohnya : kekuasaan untuk menentukan & memungut pajak, untuk
mencetak uang, membuat peraturan-peraturan pemerintahan
tentang perdagangan antar state dan luar negeri, menjalankan
kekuasaan Pertahanan & Keamanan Negara, menyatakan perang,
menentukan standart dan nilai satuan ukur , menentukan hak cipta,
dll.
2. The Implied Powers
Adalah kekuasaan yang tidak langsung. Dimana kekuasaan itu
didapat berdasarkan penjabaran dari konstitusi negara. Seperti
ketentuan yang memberikan kekuasaan kepada Congress untuk
menjalankan kekuasaan-kekuasaan lain yang belum tertulis apabila
perlu dan penting (Necessary and proper). Ini menjadi hukum yang
elastik. Beberapa contoh dari penjabaran Implied Powers, Congress
menentukan aturan-aturan perburuhan dan hubungan kerja pada
pembangunan Hidroelectric power dams dan pada pembangunan
42.000 miles (67.200 kilometer) jalan raya antar state (lintas
propinsi). Congress membuat ketentuan-ketentuan kriminal federal
pada pencurian-pencurian besar yang beroperasi dibeberapa state,
penculikan yang melewati batas state. Juga menangani masalah-
masalah diskriminasi, rasial seperti di Restoran, hotel, bioskop. Dan
masih banyak hal lain lagi yang menjadi kewenangan tingkat
Nasional selama itu beralasan sesuai dengan ketentuan konstitusi.

12
3. The Inherent Powers
Kekuasaan yang dengan sendirinya melekat kepada pemerintahan
nasional karena pemerintahan nasional mempunyai kedaulatan
terhadap state dalam pergaulan dunia. Meskipun mereka
mendapatkan kekuasaan ini secara tidak langsung namun melalui
perjalanan sejarah maka para penyusun undang-undang
memberikan kekuasaan ini kepada pemerintahan Nasional. Contoh
dari kekuasaan ini adalah tentang ketentuan imigrasi,
mendeportasikan pendatang asing, memperoleh teritori, pengakuan
diplomatic ke pada state-state lain dan melindungi negara dari
pemberontakan atau tindakan-tidakan subversif.

Konstitusi memberikan ruang kekuasaan ke setiap state sebagai sistem


federal. Konstitusi tidak memberikan kekuasaan ini kepada pemerintah
nasional sekaligus tidak melarang state. Contohnya : Texas dan state
lainnya melarang perkawinan dibawah usia 18 tahun tanpa persetujuan
orang tua, hal ini didasari pada ketentuan usia dibawah 21 tahun. Juga
aturan bahwa dokter, pengacara dan piñata rambut harus memiliki ijin.
Ketentuan ini memungkinkan state atau pemerintahan lokal mendirikan
sekolah umum. Kekuasaan ini dimiliki oleh state dalam banyak bidang.
State dapat mengatur semuanya itu karena didalam konstitusi tidak
melarang mereka menjalankan itu. Pemerintahan nasional tidak dapat
menjalankan kekuasaan-kekuasaan tersebut karena konstitusi tidak
memberikan mandat kepada mereka.

Kekuasaan Yang Tidak Dimiliki Oleh State

Maksudnya konstitusi secara jelas melarang state dalam bidang-bidang


tertentu contohnya : tidak satupun state boleh mengatur perjanjian,
persekutuan atau confederation. State juga tidak boleh mencetak uang
atau mencabut kehidupan, kebebasan atau kepemilikan tanpa proses
hukum. Bebarapa kekuasaan juga melarang state karena keberadaan

13
sistem federal, seperti state atau pemerintahan lokal tidak boleh
memungut pajak dari setiap petugas pemerintah nasional.

Kekuasaan Exclusive
Kekuasaan exclusive adalah kekuasaan yang dijalankan HANYA oleh
pemerintahan nasional. Kekuasaan itu hampir semuanya kekuasaan
yang diberikan. Beberapa dari kekuasaan itu diberikan kepada
pemerintahan nasional karena tidak diberikan atau tidak boleh
dijalankan oleh state, misalnya kekuasaan untuk mencetak uang atau
membuat perjanjian dan ketentuan import. Beberapa dari kekuasaan itu
dengan jelas melarang state, misalkan state dilarang untuk menentukan
atau mengatur peraturan perdagangan antar state. Jika mereka
melakukan ini maka dianggap makar (chaos).

Kekuasaan Bersama

Adalah kekuasaan yang dimiliki dan dijalankan oleh kedua-duanya,


seperti ketentuan untuk menetapkan dan memungut pajak, mengatasi
kriminalitas sekaligus menentukan hukuman untuk mereka dan juga
kekuasaan untuk mengambil atau menyita milik pribadi untuk umum.
Kekuasaan bersama tidaklah kekuasaan yang dijalankan bersama-sama
(jointly) oleh dua tingkatan pemerintahan tetapi dijalankan terpisah
dalam bidang-bidang yang sama.

HUKUM YANG TERTINGGI :

Didalam menjalankan kekuasaannya tentunya antara pemerintah


nasional dan state akan sering berbenturan menyadari hal ini maka
diperlukan Supremacy Clause dalam konstitusi. Dalam pelaksanaannya
jika benturan ini terjadi maka untuk menyelesaikan masalah ini harus
melaui pengadilan dengan nama SUPREME LAW of the LAND. Inilah
kekuasaan hukum yang tertinggi. The Supremacy Clause disebut juga
"Penopang Konstitusi" untuk menggabungkan pemerintah nasional dan

14
pemerintah state dalam suatu pemerintahan tunggal yang disebut
Federal State.

Memasuki tahun keempat pelaksanaan otonomi daerah, telah


terlihat beberapa kemajuan, misalnya, pembagian hasil sumber daya
alam (SDA) yang lebih adil dan pemberian wewenang yang besar kepada
legislatif. Namun ada beberapa masalah yang akhir-akhir ini semakin
membahayakan kelangsungan desentralisasi, yaitu semakin besarnya
campur tangan elite politik pusat berbagai peristiwa politik di daerah.

Desentralisasi Politik

Penting untuk mengupayakan penerapan desentralisasi dalam partai


politik. Dengan begitu, pemimpin bangsa yang dihasilkannya akan
merupakan pemimpin yang pro-desentralisasi. Dari beberapa contoh di
atas, secara induktif dapat dikatakan bahwa sesungguhnya desentralisasi
yang telah berjalan, baik di pemerintahan ataupun di partai politik,
hanyalah desentralisasi administratif. Sedangkan desentralisasi politik
masih merupakan khayalan. Secara politis, pusat dan daerah masih
berada dalam ruang yang sama yang kendali kebijakannya masih
dipegang elite politik pusat. Belum ada fragmentasi ruang yang
memisahkan elite politik daerah dari elite politik pusat. Akibatnya pusat
bisa dengan leluasa mengkooptasi setiap kegiatan politik di daerah.

Kendali dan kooptasi pusat yang begitu kuat ini disebabkan struktur
kekuasaan yang memang meng-asalkan kekuasan dari pusat. Pusat
menganggap daerah sebagai bawahan yang harus tunduk dan taat pada
setiap instruksi atasan. Struktur yang telah berlangsung lama ini berlaku
baik di pemerintahan ataupun dalam partai politik.

Struktur hierarki ini muncul karena bentuk negara kita yang merupakan
Negara kesatuan. Dalam negara kesatuan, struktur hierarki selalu
berfungsi sebagai patokan setiap praktik politik. Kemudian, berkat praktik

15
individu-individu selama bertahun-tahun yang mengafirmasi bahwa pusat
adalah atasan yang harus ditaati, akhirnya struktur hierarki ini
terlembagakan secara mengakar. Ketika otonomi daerah diberlakukan,
desentralisasi yang berjalan hanyalah desentralisasi administratif.
Kekuasaan riil tetap dipegang pusat. Dalam hal inilah, wacana
federalisme muncul sebagai sebuah tawaran alternatif yang kiranya dapat
membangun republik ini ke arah yang lebih baik di masa mendatang

2.2.4 KELEMAHAN DAN KEKUATAN SISTEM FEDERAL

 Kekuatan :

1. Semua kaehendak rakyat bias dipenuhi melalui suara


terbanyak, melalui perwujudan dan penyampaian aspirasi baik
langsung maupun tidak.

2. Pemerintahan dikonsentrasikan oleh satu badan atau


seperangkat badan lainnya, yang tidak bisa dipungkiri lagi
adalah pemerintahan ini secara umum dioperasikan oleh pusat.

3. Terputusnya kekangan dan campur tangan pusat atas berbagai


kebijakan politik di daerah, kita juga akan bisa menghapus atau
paling tidak meminimalkan praktik korupsi.

4. Sistem konstitusi Negara Serikat, semua kekuatan Negara


diserahkan kepada pemerintah nasional dimana memungkinkan
untuk menciptakan beberapa perubahan.

5. Dapat mengubah batas-batas serta kekuatan negara dengan


undang- undang legislatif yang ada.

6. Adanya keseragaman antar semua provinsi.

16
7. Setiap negara bagian dibagi kepada counties (semacam
kabupaten), cities (semacam kotamadya atau daerah otonomi)
dan townships (semacam kecamatan)

8. adanya persamaan hak antara pria dan wanita baik didalam


berpolitik, pemerintahan memiliki karakter yang cenderung
diciptakan oleh warganegara, dimana semestinya mereka yang
harus ditopang.

9. Dalam konteks ini federalisme kemudian dianggap sebagai


yang bisa menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran.
Memang masih perlu dibahas lagi mengenai esensi dari negara
federal plus upaya sosialisasinya, tetapi beberapa hal yang
merupakan ciri khasnya sudah mulai disadari sekarang. Dalam
sebuah negara federal kekuasaan dibagi sedemikian rupa
sehingga pemerintah federal dan pemerintah negara bagian
dalam bidang-bidang tertentu—hubungan luar negeri dan mata
uang—bebas satu sama lain. Bidang-bidang ini merupakan
wewenang pemerintah federal, sementara soal kebudayaan,
kesehatan dan lain-lain menjadi wewenang dari pemerintah
negara bagian.

10. memperkuat republic

11. Pemerintah pusat bekerja untuk kesejahteraan seluruh daerah

12. individu memiliki kebebasan penuh untuk mengembangkan


diri.

13. diatur secara terperinci mengenai kuasa-kuasa Negara

14. two-party system

15. menampung keinginan lokal sekaligus juga menampung


kepentingan nasional.

17
16. kemampuannya untuk mentolerir tumbuh berkembangnya
state masing2 namun saling membantu untuk keperluan
nasional

17. Independensi yang bisa memungkinkan terjadinya


perencanaan dan pelaksanaan pembanguan yang tepat dan
berdaya guna

 Kelemahan :
1. prinsip persamaan hak yang tidak sesuai yang mana
demokrasi berpegangan terhadap anggapan bahwa manusia
semua sama atau sederajat.

2. Kesenjangan ekonomi yang jelas antara daerah kaya dengan


daerah miskin

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tidak ada parameter yang tepat untuk bisa menentukan keberhasilan dan
keberadaan serta pemberlakuan demokrasi dan demokratisasi yang terjadi di
suatu negara secara tepat. Bentuk sistem pemerintahan apapun yang
dijalankan dalam suatu negara tersebut, bisa dikategorikan sebagai negara
yang memiliki pemerintahan demokratis apabila bisa menampung aspirasi dari
masyarakatnya serta membawa kearah yang lebih baik dengan dukungan
masyarakatnya juga.

Bagi Indonesia Reformasi merupakan suatu masa liberatif dan transparatif


yang tepat untuk mengkaji ulang berbagai tatanan politik dalam negeri. Pada
kesempatan ini, berbagai isu tentang tata kepemerintahan bisa saja muncul dan
perlu diperdebatkan untuk mendapat afirmasi “ya” atau “tidak”. Ada suatu ruang
terbuka bagi publik untuk mengkaji horizon politik praktis berbasis pada apa
yang dinamakan sebuah “politik metafisik”, yaitu sebuah pengandaian tentang
nilai universal dan hakikat kemanusiaan sebagai inti pemerdekaan. Artinya,
pembicaraan faktual seputar negara federalisme hanya muncul ketika ada
ruang keterbukaan dan kebebasan yang menjamin. Memang diakui bahwa
gagasan federalisme memiliki sederetan amanat luhur demi meningkatkan
kemaslahatan hidup masyarakat secara adil dan merata. Model RIS yang
mempunyai tujuan mulia demi pemekaran potensi jutaan manusia di daerah,
pemerataan pembangunan dan penciptaan korps ke dalam secara lebih kuat.
Federalisme juga merupakan suatu bentuk yang paling representatif
menggambarkan situasi riil negeri ini yang terdiri dari keragaman suku, agama
dan ras. Dalamnya, setiap perbedaan diakui dan dihormati bukannya dicekok
lantas dibantai. Prinsipnya, RIS membawa konsekuensi signifikan untuk
membangun tata kepemerintahan yang tidak saja adil secara struktural tapi

19
juga secara praktis. RIS dipercaya dapat mengeliminir bentuk-bentuk
penindasan dan pencurian aset-aset daerah yang potensial demi kepentingan
pusat.

Hanya saja di sini timbul masalah soal jalan yang mesti ditempuh demi
membentuk suatu pemerintahan Republik Federal Indonesia. Karena, langkah
pertama yang mesti ditempuh adalah dengan membubarkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Langkah kedua adalah memberi keleluasaan bagi daerah-
daerah untuk menyatakan kemerdekaannya kemudian membentuk negara atau
wilayah pemerintahan independen yang baru dan terakhir, berkonsensus untuk
membentuk suatu negara federal. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan di sini
adalah adanya kemungkinan terciptanya suatu kesenjangan baru antarnegara
bagian. Pasalnya, setiap daerah tidak memiliki potensi dan sumber daya yang
merata, sama dan memadai. Ada daerah kaya-potensi dan ada juga daerah
miskin. Memberi wewenang yang sama terhadap masing-masing negara bagian
tidak niscaya akan menghasilkan kemakmuran yang sama bagi tiap daerah.
Sebaliknya, memberi apresiasi yang sama bagi daerah untuk mengembangkan
diri justru akan memperjelas perbedaan tingkat kemakmuran. Bisa jadi oleh
karena perbedaan yang mencolok ini timbullah perselisihan dan semangat
ekspansif-eksploratif dari suatu negara otonom yang lebih kaya terhadap
negara bagian lain yang miskin. Di sini memungkinkan juga timbulnya “gap”
relasi antarnegara bagian.

Negara federal memungkinkan keseimbangan kekuasaan yang dengannya


otoritas suatu pemerintah tunggal-mutlak tidak ada tempatnya. Membentuk
sebuah united states bagi Indonesia bukan pekerjaan mudah yang tidak
berurusan dengan korban materi bahkan nyawa. Malah sebaliknya
pembentukkan itu mengandaikan kesediaan untuk rela berkorban.
Persoalannya adalah mampukah kita? Karena itu yang mungkin sesuai adalah
bentuk negara dengan sistem federal arrangement alias yang memberikan
otonomi penuh kepada masing-masing wilayah bagian. Hal terpenting adalah
adanya otonomi yang luas dan penuh. Masing-masing daerah harus diberi
kewenangan luas untuk mengatur dan mempotensikan daerahnya sendiri.

20
Mesti ada pengaturan desentralisasi kekuasaan di mana kekuatan pusat tidak
dapat semau gue bertindak demikian juga pemerintah daerah tidak bisa
seenaknya saja menjalankan kebijakan-kebijakan internnya. Dalam pada itu
pemerintahan daerah tidak bergerak sendiri; tetapi tetap mendapat persetujuan
dan bantuan dari pemerintah pusat. Bukan petunjuk dan perintah pusat yang
mengatur tetapi suatu koordinasi yang kompak antara pusat dan daerah.
Dengan ini menjadi jelas bahwa yang dibutuhkan sekarang bukannya soal
format negara yang mesti federal atau mesti kesatuan tapi soal bagaimana
setiap perbedaan dan keunikan diakomodir demi pembangunan yang merata
dan tepat sasaran. Apakah itu federasi, entah itu kesatuan, yang penting ada
otonomi penuh, sempurna dan hidup yang diberikan pada masing-masing
daerah untuk mengatur kebijakannya ke dalam mau pun ke luar.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://www.sinarharapan.co.id.html

http://Suara karya on-line.sekretariat Negara republic Indonesia_posisi strategis


secretariat.co.id

www.Amerika Serikat_wikipedia Indonesia.org

Pelatihan pegembangan sumber daya manusia_pemda.

Tak sebatas cakrawala: Sistem politik Australia.


Yahoo!answer_apa bedanya system politik Australia dengan argentina.

Sejarah Australia.

Federasi Australia otonomi Indonesia.

http://Australia.wikipedia.org

22

You might also like