Professional Documents
Culture Documents
dan lain-lain. Diperkirakan aliran darah ke tulang mencapai 200-400 ml/menit, yang
berguna dalam membantu metabolisme tulang.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberi bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya, jantung, otak, dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang
(hematopoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, dan fosfor.
2. Sistem Persendian
Sendi dalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulangtulang tersebut dapat bergerak satu sama lain maupun tidak dapat bergerak satu sama
lain (Noer S., 1996).
Klasifikasi sendi terdiri atas sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis. Sinartrosis
adalah sendi yang tidak bisa digerakkan. Hal ini karena terdapat jaringan yang padat
berupa jaringan ikat seperti pada tulang tengkorak, antara gigi dan rahang, atau
jaringan
tulang
rawan.
Sedangkan
sendi
amfiartrosis
adalah
sendi
yang
memungkinkan gerakan terbatas, seperti tulang vertebra, pubis dan sendi sakroliaka.
Sedangkan sendi diartrosis adalah sendi yang mampu digerakkan secara bebas.
Sendi diartrosis terdiri atas:
Sendi peluru
: Sendi panggul, bahu
Sendi Engsel
: Gerakan melipat satu arah, misalnya, pada siku, lutut, dan
pergelangan tangan.
3. Sistem Otot
Otot skelet merupakan organ yang berkontraksi dengan tujuan memperoleh
tenaga dan gerakan kearah tertentu. Otot dihubungkan dengan tulang oleh tendon.
Ada tiga jenis otot utama pada tubuh manusia yaitu otot dalam (polos), otot skeletal
(lurik), dan otot jantung. Jenis-jenis kontraksi otot adalah isotonik dan isometrik.
Isometrik, panjang otot tetaptetapi tenaga yang dihasilkan meningkat,misalnya,
2. Etiologi
Faktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer, 2002). Umumnya fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur
cendrung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan
sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orangtua, perempuan lebih sering
mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause (Reeves, 2001).
Fraktur dapat terjadi akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang
kekuatannya melebihi kekuatan tulang. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
fraktur adalah:
Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,
3. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
a. Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan
c. Tingkat 2 : Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
yang
penting
adalah
pencitraan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi
untuk memperlihatkan patologi yang dicari karena adanya super posisi. Perlu disadari
bahwa permintaan ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang
dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada X-ray:
a. Bayangan jaringan lunak
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau bimekanik atau
juga rotasi
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d. Sela sendi serta bentuk arsitektur sendi.
Selain foto polos ray (plane X-ray) mungkin perlu teknik khusus seperti:
a. Tomografi: Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi yang lain tertutup yang
sulit divisualisasikan. Ppada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang
kompleks dimana tidak pada astu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
b. Myelografi: Menggambbarkan cabang-cabang saraf pinal dan pembuluh darah
di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma
c. Arthrografi: Menggambarkan jaringan ringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
d. Computed Tomografi Scanning: Menggambarkan potongan secara transversal
dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkaykan pada tahap penyembuhan
tulang
b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), asparat
amino transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme
kultur
dan
test
sensitivitas:
Didapatkan
2. Gips
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku, dicetak sesuai kontur tubuh di mana
gios dipasang. Secara umum gips memungkinkan mobilisasi klien, sementara membatasi
gerak bagian tubuh tertentu. Tujuan pemasangan gips adalah untuk mengimobilisasi bagian
tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan yang terletak
di dalamnya. Gips dapat digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah direduksi,
mengoreksi deformitas, memberikan tekanan merata pada jaringan lunak di bawahnya,
memberikan dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan.
Imobilisasi dengan gips sedapat mungkin dilakukan pada posisi faal. Faal yang
memadai dapat dicapai dengan penyembuhan pada posisi faal. Yang paling penting pada
imobilisasi adalah latihan aktif dan penggunaan sendi yang tidak ikut di imobilisasi. Gerakan
aktif merupakan syarat mutlak untuk mencapai penyembuhan cepat dan baik, sebab dapat
merangsang peredaran darah dan perfusi jaringan. Jenis-Jenis Gips antara lain: gips lengan,
gips tungkai, gips tubuh atau spika
Derajat I
: terdapat luka tembus kecil seujung jarum, luka ini didapat dari tulang
Derajat II
lebih hebat karena sampain melukai tendon dan otot-otot saraf tepi.
Pada luka derajat I biasanya tidak mengalami kerusakan kulit, sehingga penutupan
kulit dapat ditutup secara primer. Namun pada derajat II, luka lebih besar dan bila dipaksaan
menutup luka secara primer akan terjadi tegangan kulit. Hal ini akan mengganggu sirkulasi
bagian distal. Sebaiknya luka dibiarkan terbuka dan luka ditutup setelah 5-6 hari. Untuk
fiksasi tulang pada derajat II dan III paling baik menggunakan fiksasi eksterna. Fiksasi
eksterna yang sering dipakai adalah Judet, Roger Anderson, dan Methyl Methacrylate.
Pemakaian gips masih dapat diterima, bila peralatan tidak ada. Namun, kelemahan pemakaian
gips adalah perawatan yang lebih sulit.
Salah satu tindakan untuk fraktur terbuka yaitu dilakukan debridemen. Debridemen
bertujuan untuk membuat keadaan luka yang kotor menjadi bersih, sehingga secara teoritis
fraktur tersebut dapat dianggap sebagai fraktur tertutup. Tindakan debrimen dilakukan dalam
anastesi umum dan disertai pencucian luka dengan air yang steril/NaCl yang mengalir.
Kaput humeri biasanya berpindah letak melalui suatu robekan pada kapsul sendi
bagian anterior. Dislokasi posterior jarang terjadi. Secara klinis terdapat pendataran kontur
bahu dan pengosongan subaktomial yang di sebabkan kabum glenoidale tidak terisi.
Cara:
1. Reposisi dilakukan dalam anestesi umu
2. Teknik Kocher:
a. Lakukan traksi sepanjang sumbu panjang humerus.
b. Sambil traksi dipertahankan, dilakukan eksorotasi
c. Siku (dalam keadaan fleksi) dibawa menyilang ke depan dada, mendekati garis
tengah tubuh.
d. Lengan diendorotasikan untuk membawa tangan ke bahu sisi lain. Pada saat yang
sama tangan penolomg membantu caput humeri masuk ke glenoid dengan tekanan
langsung.
3. Teknik Hipprocrates
Kaki penolong diletakkan pada rusuk dekat aksila dan penolong memegang
pergelangan tangan penderita dengan kedua tangannya. Lengan di pindahkan ke
tengah setelah traksi oleh kaki penolong yang berlaku sebagai umpil yang mendorong
kaput humeri masuk ke fossa glenoidales. Dilakukan sedikit eksorotasi sementara
traksi dipertahankan akan membantu tindakan
4. Hasil reposisi harus dipastika dengan pemeriksaan radiologik
5. Sesduah direduksi anggota badan diimmobilisasi dengan balut segitiga selama 3-4
minggu. Setiap hari latihan jari dan siku yang lembut dan sesudah 10 hari gerakan
bahu dan sendi-sendi lain ditingkatkan perlahan-lahan.
Fraktur Humeri
Fraktur humeri biasanya akibat trauma langsung. Tipe kelainan letak berhubungan dengan
eefek dari kontraksi otot-otot abduktor atau adduktor
Cara:
1. Asisten pertama melakukan traksi dan menahan bahu. Asisten kedua melakukan traksi
cukup kuat searah sumbu panjang humerus sambil melakukan fleksi sendi siku.
2. Sebuah angulasi dan pemendekan dikoreksi, penolong mengembalikan fragmen ke
posisi normal dan menjajarkan (aligment).
Sendi bahu selama diimobilisasi sebaiknya abduksi 90 pada posisi 45 di depan
bidang frontal.
3. Imobilisasi dengan plester (lebar 6,5 cm)yang mulai dari akromion ke bawah
sepanjang sisi lateral lengan atas, mengelilingi siku, kemudian le atas sepanjang sisi
medial lengan atas, selanjutnya dipertahankan dengan perban elastik. Pada ketiak
diberi bantalan kapas. Lengan digantung dengan balut segitiga.
Sekitar Siku dan Lengan Bawah
Fraktur di daerah ini, dapat terjadi komplikasi-komplikasi tertentu; oleh karena itu harus
dicegah ataupun mengurangi akibat-akibatnya.
1. Komplikasi vaskuler
Pada suatu fraktur suprakondiler pemindahan fragmen kecil ke belakang
meregangkan arteria brakialis pada tempat itu menyebabkan kontusio atau kerusakan.
Komplikasi ini bahkan lebih sering terjadi pada fraktur yang mengenai bagian
sepertiga distal lengan bawah. Penyumbatan arteri secara total menyebabkan gangren
anggota badan; bila sumbatan tersebut tidak sempurna akan terjadi kontraktur iskemik
(Volkmann).
Gambaran klinis meliputi rasa nyeri, kepucatan, paralis, hilangnya nadi arteria
2.
3.
4.
5.
Fraktur Suprakondiler
Fraktur ini sering terjadi pada anak-anak, dimana seringkali terjatuh pada tangan yang
terbentang ke luar. Fragmen distal dislokasi ke belakang dengan sedikit dislokasi ke lateral
dan rotasi.
Cara:
1. Asisten memfiksasi lengan penderita
2. Dengan satu tangan lakukan traksi pada lengan yang terentang searang dengan sumbu
pangjang, sambil tangan yang lain mendorong fragmen distal ke depan dengan yang
lain mendorong fragmen distal ke depan ibujari, sedang keempat jari lainnya
mencekam ujung bawah fragmen atas sebagai penahan.
3. Lakukan koreksi terhadap angulasi.
4. Setelah semuanya terkoreksi, tetap pertahanlan traksi dengan satu tangan. Letakkan
ibu jari tangan yang lain di atas permukaan depan ujung proksimal fragmen distal dan
jari-jari lainnya di permukaan belakang fragmen distal dan jari-jari lainnya di
belakang fragmen distal. Fleksikan sendi siku.
5. Dengan fleksi sendi siku dan lengan bawah pada posisi antara pronasisupinasi,imobilisasi dengan plester lebar mulai dari ketiak sampai ujung proksimal
metakarpal yang selanjutnya difiksasi dengan perban elastik. Gunung lengan dengan
balut segitiga.
Dislokasi Siku
Fossa artikulasi ulnae tergeser ke belakang. Secara klinis tampak lengan bawah memendek
dan olektranon sangat menonjol.
Cara:
1. Asisten memegang lengan atas dan melakukan tarikan ke atas.
2. Penolong memegang pergelangan tangan penderita, dilakukan traksi lengan bawah
dengan siku dalam keadaan fleksi. Traksi dipertahankan kemudian legna bwah
difleksikan dimana terasa klik pertanda elekranon kembali ke permukaan sendi yang
normal.
3. Imobilisasi dengan lempengan gips posterior dari lengan atas ke basis jari-jari dimana
siku fleksi semaksimal mungkin tanpa mengganggu aliran darah. Fiksasi dengan
perban elastik dan tangan digantung dengan collar and cuff.
Fraktur Colles
Terjadi terutama pada wanita tua yang sudah mengalami osteoporosis pasca
menopausal. Fraktur radius 1/3 distal dalam batas 4 cm dari permukaan distal osradius;
fragmen distal berdislokasi ke arah posterior atau dorsal; subluksasi sendi radio-ulnar distal
dan avulasi prosesus stiloideus ulna. Secara klinik bentuk deformitas ialah dinner fork.
Reposisi dan imobilisasi
Biasanya reposisi dilakukan dibawah narkose. Dilakukan tarikan, fragmen distal
diendorotasi. Pertahankan kedudukan dalam pronasi maksimal pada pergelangan tangan,
sedikit fleksi dan deviasi ke arah ulnar.Gips sirkuler dipasang dengan padding yang tipid,
mulai dari siku ke proksimal, di dorsal sampa metacarpal heads dan di sisi volar mencapai
pertengahan palmar. Sendi siku dalam fleksi 90 derajat. Gips dipasang selama 6-8 minggu.
Fraktur Simth
Fraktur ini sering terjadi pada dewasa muda. Fraktur radius 1/3 distal dengan dislokasi
fragmen distal kearah anterior. Secara klinis terdapat deformitas garden spade.
Reposisi dan imobilisasi:
Reposisi dilakukan pada siku dalam fleksi 90 derajat dan lengan bawah supinasi.
Dipasang traksi jari-jari sampai prosesus stiloideus radii berada di distal prosesus stiloideus
ulnae. Sementara kedudukan traksi dipertahankan jari ke 2-5 penolong mempertahankan
ujung bawah fragmen distal ke atas dan ke belakang. Pergelangan tangan di dorsofleksikan
dan deviasi ke arah ulnar, keadaan ini pertahankan oleh asisten. Dipasang gips sirkuler mulai
dari pertengahan lengan ke atas ke proksimal menuju metakarpal.
Fraktur Bennett
Merupakan fraktur basis metakarpal I dengan garis patah oblik. Terjadi kerusakan
kapsul dorsalis. Fragmen (biasanya bagian lateral) akan terputar karena tarikan tendo otot
abduktor policis longus, sehingga sukar untuk dilakukan reposisi secara tertutup. De palma
memilih reposisi terbuka dengan fiksasi interna disertai perbaikan kapsul sendi bagian dorsal.
Fraktur Mallet (Base Ball Finger Fracture)
Terjadi pada persendian interfalang terdistal. Biasanya terjadi avulasi dari bagian
dorsal, proksimal falang terkhir. Penyebabnya adalah trauma tiba-tiba pada posisi fleksi, di
sini terjadi robekan pada otot Ektensor Digitorum Langus. Secara klinis dijumpai falang
terkahir dalam posisi fleksi, tidak dapat diekstensikan. Reposisi lebih mudah bila penderita
segera datang, kurang dari 24 jam sesudah trauma. Reposisi dilakukan dengan prinsip fleksi
pada proksimal interphalangeal joint dan hiperekstensi maksimal pada distal intherphalangeal
joint Splint dipasang di bagian volar dan di pertahankan dengan Gips.
(Splint yang digunakan ialah Mallets splint)
Kedudukan tersebut dipertahan selama 3 minggu. Bila penderita datang terlambat atau
terdapat fragmen tulang yang besar masuk ke permukaan sendi dilakukan reposisi terbuka
dan fiksasi dengan wiring.
dipasang kawat untuk traksi yang dihubungkan dengan beban 6-8 kg yang kemudian
dapat dikurangi. Kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi. Traksi dipertahankan sampai
keseluruhan normal tanpa distraksi atau overlap, biasanya 8-10 minggu. Sedangkan
menopang berat badan di tunda sampai penyambungan kokoh yang dapat mencapai 36 bulan setelah fraktur.
c. Penatalaksanaan medik
Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri
dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman
a.
b.
c.
d.
Reduksi tertutup.
Proses cepatnya pembentukan kalus lunak yang kemudia berlanjut sampai fase
remodelling adalah masa kritis untuk keberhasilan penyembuhan fraktur. (Ford, J. L,
et al, 2003).
Jenis-jenis Kalus
Dikenal beberapa jenis kalus sesuai dengan letak kalus tersebut berada
terbentuk kalus primer sebagai akibat adanya fraktur terjadi dalam waktu 2 minggu.
Bridging (soft) callus terjadi bila tepi-tepi tulang yang fraktur tidak bersambung.
Medullary (hard) Callus akan melengkapi bridging callus secara perlahan-lahan,
Kalus eksternal berada paling luar daerah fraktur dibawah periosteum periosteal callus
terbentuk diantara perosteum dan tulang yang fraktur. Interfragmentary callus
merupakan kalus yang terbentuk dan mengisi celah fraktur di anraea tulang yang
fraktur. Medullary callus terbentuk didalam medula tulang disekitar daerah fraktur
(Miller, 2000).
4) Stadium Empat-Konsilidasi
Dengan aktifitas osteoblast dan osteoklast yang terus menerus, tulang yang
immature (woven bone) di ubah menjadi mature (lamellar bone).Keadan tulang ini
menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada daerah
fraktue dan diikuti osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen dengan
tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum
tulang cukup kuat untuk menerima beban yang normal.
5) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan bentuk
yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan bertahuntahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yang terus menerus lamella
yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga medulla akan
terbtnuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran semula. Akhirnya tulang
akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama pada anak-anak. Pada keadaan
ini tulang telah sembuh secara klinis dan radiologi.
8. Komplikasi
Komplikasi awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CTR menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
dalam
DIAGNOSA
NOC
1.
NANDA
Nyeri
akut Nyeri Akut
Manajemen nyeri
berhubungan
terputusnya
jaringan tulang
dengan
NIC
Melakukan
penilaian
yang
lokasi,
karakteristik,
faktorpencetus
observasi penyebab ketidaknyamanan
Tingkatan Nyeri
Melaporkan Nyeri
Persen respon tubuh
Frekuensi nyeri
Lamanya nyeri
Ekspresi nyeri lisan
Ekspresi wajah saat nyeri
Kegelisahan
Ketegangan Otot
Perubahan frekuensi nadi
Perubahan Tekanan darah
Berkeringat
Hilangnya Nafsu makan
Kontrol Nyeri
tepat
Gunakan tanda tanda vital
memantau perawatan
Laporkan tanda / gejala nyeri
pada
2.
Gangguan
tenaga
kesehatan
professional
Menilai gejala dari nyeri
Gunakan catatan nyeri
Laporkan
bila
nyeri
terkontrol
Ambulasi : kursi roda
muskuloskletal
DO :
DS :
komunikasi
rasa
sakit
dan
menyampaikan
nyeri
menentukan dampak dari pengalaman
nyeri pada kualitas hidup
ketidaknyamanan
menyesuaikan suhu ruang untuk yang
untuk
meningkatkan
kenyamanan suhu
memfasilitasi tindakan
kebersihan
traksi
gangguan
mobilisasi
roda
Mendorong
tepat
Mempertahankan posisi yang tepat di
dengan aman
Mendorong kursi roda dalam
jarak pendek
Mendorong kursi roda dalam
jarak sedang
Mendorong kursi roda dalam
dengan
kerusakan
strategi
Perawatan
menggunakan
kursi
roda
jarak jauh
traksi
Memastikan bahwa tali dan katrol
tergantung bebas
Memastikan bahwa tarikan tali dan
berat tetap sepanjang sumbu tulang
retak
Menguatkan bobot traksi saat pasien
Ambulasi : berjalan
bergerak
Mempertahankan traksi setiap saat
Memantau kemampuan perawatan
eksternal
Memantau kulit dan menonjolkan
Berjalan
dengan
langkah
efektif
Berjalan
dengan
langkah
lambat
Berjalan
dengan
langkah
sedang
Berjalan dengan cepat
duduk
Duduk
ke
telentang,
Rahang
Leher
Jari kanan
Jari kiri
Ibu jari kanan
Ibu jari kiri
Pergelangan kanan
Pergelangan kiri
Siku kanan
Siku kiri
Bahu kanan
Bahu kiri
Mata kaki kanan
ke
fiksasi
dan
mobilisasi
Mengelola perawatan kulit tepat pada
titik-titik gesekan
Tirah baring
Penyediaan
terapeutik
Menghindari tekstur kasar dari alas
tidur
Pencegahan terjadinya footdroop/kaki
jatuh
Mengatur imobilisasi pasien sekali 2
tempat
tidur
yang
Meyakinkan
peran
kesehatan
positif
pasien
untuk
dalam
berkolaborasi
Tingkat mobilitas
latihan
Mengajarkan pasien mengenai jenis
Keseimbangan penampilan
Posisi tubuh
Perpindahan otot
Perpindahan sendi
Perpindahan penampilan
Ambulansi : berjalan
Ambulansi dengan kursi roda
Perpindahan aktifitas
psikologis
Memberitahukan
frekuensi
pasien
keinginan,
tentang
lama,
dan
peningkatan
latihan
Menginstruksikan
program
pasien
tentang
kursi
Berpindah
latihan
Menginstruksikan
tempat tidur
Berpindah dari kursi ke kursi
Berpindahan dari kursi roda
ke kendaraan
Berpindah dari kendaraan ke
dari
kursi
ke
kursi roda
pasien
dalam
kecelakaan
latihan
Meniginstruksikan
pasien
ketika
cara
perawatan
dan
pemulihan
perpindahan sendi
Menjelaskan kepada pasien/keluarga
tujuan dan rencana dari latihan sendi
Mengontrol
lokasi
dan
beraktifitas/berpindah
Melindungi pasien dari trauma selama
latihan
Aktifitas
pasif
(PROM)
atau
kepada
pasien
bagaimana berpindah
3.
Kerusakan
Aktivitas :
Skin approximation
Pengeringan Purulensi
dengan
Pengeringan serosa dari luka
gangguan
Pengurangan drainase dari luka
status
Pengeringan seroanginosa dari
metabolic dan
luka
Pengurangan
area
yang
penutunan
kemerahan
aktivitas
Penguranagn edema luka
Bau luka
berhubungan
area
sekitar
luka
untuk
menstimulasi sirkulasi
Penyembuhan Luka : Tahapan
Gunakan
Kedua
Granulasi
Epitelisasi
Pengeringan purulensi
Pengeringan serosa
Pengurangan drainase
TENS
(Transcutaneous
Pengeringan Seroanginosa
Pengurangan
area
kuit
kemerahan
Edema
Pengurangan area kulit yang
abnormal
Pelepuhan kulit
Maserasi kulit
Nekrosis
Pengelupasan
Bau Luka
Ukuran Luka
teknik
balutan
steril
luka
setiap
penggantian
balutan
4.
Membran Mukosa
kulit IER
Kesehatan kulit
Membran Mukosa
dengan
pembedahan
Aktivitas :
Gunakan alat-alat yang baru dan berbeda
setiap
akan
melakukan
tindakan
keperawatan ke pasien
Gunakan selalu handscoon sebagai salah
satu ketentuan kewaspadaan universal
Gunakan baju yang bersih atau gown
Kontrol Resiko
Menyatakan resiko
Memantau faktor
lingkungan
Memantau
perilaku pribadi
Mengembangkan
Perawatan Luka
resiko Aktivitas :
faktor
resiko
strategi
risiko
Mengikuti strategi kontrol
risiko yg dipilih
Modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan resiko
Mendapatkan imunisasi yg
sesuai
kesehatan
Status Nutrisi
Energi
Berat badan
Gunakan
TENS
(Transcutaneous
Inspeksi
luka
setiap
penggantian
balutan
DAFTAR PUSTAKA
Purwadianto, Agus & Budi Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi Pedoman
Pelaksanaan Praktis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Ningsih Lukman Nurma. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskoletal.