Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan,
batasan dan sistematika penulisan studi literatur ini.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi pembahasan terhadap hal-hal penting yang perlu
diperhatikan ketika menerapkan teknologi coiled tubing pada
suatu operasi pemboran.
BAB V KESIMPULAN
4
BAB II
TEKNOLOGI COILED TUBING
Gambar 2.1
Perbandingan Coiled Tubing Drilling Unit (kiri)
dan Conventional Rotary Drilling Unit (kanan)
120 ft/mnt), diameter tubing yang kecil dan tanpa sambungan ini dapat
diangkat dari sumur dan digulung dalam reel dengan cepat, kemudian
bisa dipindahkan ke lokasi lain dalam waktu yang relatif singkat pula.
Coiled tubing menawarkan beberapa keuntungan lebih daripada
conventional jointed tubing, diantaranya penghematan waktu dan biaya,
pressure integrity yang lebih baik pada sumur yang masih berproduksi,
slimhole capability, continuous telemetry, meminimalkan kerusakan
formasi dan aman terhadap lingkungan disekitar.
Gambar 2.2
Peralatan Coiled Tubing di Atas Permukaan
9
Gambar 2.3
Tubing Injector Head
Tubing injector heads terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. Hydraulic motors
Memberikan daya tarik yang diperlukan untuk menggerakkan
tubing keluar maupun masuk ke dalam sumur. Dengan cara
mengontrol tekanan dan flowrate dari fluida hidrolik untuk
mengontrol motor, kecepatan dan energi potensial yang
digunakan oleh injector head.
2. Drive chains (rantai)
10
Terdiri dari mata rantai, gripper blocks dan roller bearings. Pada
waktu terjadi beban pada rangkaian tubing yang disebabkan
oleh adanya gesekan, maka kinerja block ini sangat penting
untuk menjamin effisiensi operasi dari tubing injector head dan
menghindari terjadinya kerusakan mekanik pada tubing.
3. Chain tensioners
Pada waktu tubing dimasukkan ke dalam sumur, beban pada
injector chain bertambah sehingga diperlukan tenaga pada
gripper block untuk mempertahankan daya tarik. Untuk
mengatasi hal ini digunakan tekanan hidrolik pada bagian
samping dari sistem chain tensioner.
4. Gooseneck
Gooseneck berbentuk lengkungan yang mempunyai radius
kelengkungan tertentu berfungsi untuk mengarahkan CT string
yang berasal dari reel masuk ke injector head melalui bagian
atas dari injector head chains.
5. Weight indicator
Berfungsi untuk menunjukkan besarnya tegangan yang terjadi
pada tubing yang tergantung dalam sumur, termasuk efek yang
terjadi karena tekanan di kepala sumur maupun efek buoyancy.
Weight indicator dapat dijalankan dengan cara hidrolik,
elektronik maupun kombinasi diantara keduanya.
Tabel II. 1
Spesifikasi Injector Head
b. Stripper
Terletak diantara injector dan BOP, berfungsi untuk memberikan
tekanan kecil untuk menutup dan mengerakkan coiled tubing
11
Gambar 2.4
CT Reel
12
d. Power Pack
Berfungsi memberikan tenaga untuk operasi dan mengontrol unit
coiled tubing. Umumnya power pack terdiri dari diesel engine
sebagai penggerak untuk mengatur system dan sirkulasi suplai
pompa hydraulic dengan tekanan dan laju aliran yang dikehendaki.
Diesel engine dilengkapi dengan sistem protection untuk menjaga
tingkat kebisingan dalam operasi. Pressure control valve berfungsi
untuk membatasi pengaturan dan sistem tekanan maksimum pada
bagian sirkulasi. Fluida dalam sistem hidrolik harus dijaga agar
tetap bersih dengan menggunakan filter disetiap bagian.
e. Control Cabin
Ruangan control console yang berfungsi untuk mengontrol
pengoperasian dan memonitor komponen coiled tubing unit.
f. BOP (Blow Out Preventer)
Adalah alat yang mengisolasi tekanan dalam lubang sumur,
melindungi coiled tubing serta mengatasi pada saat terjadi situasi
darurat (blow out). Pemilihan BOP yang digunakan pada sistem
coiled tubing ini mempertimbangkan faktor diameter lubang sumur,
biasanya digunakan Quad BOP ataupun Dual BOP. Berikut
beberapa contoh BOP yang digunakan pada coiled tubing drilling.
Gambar 2.5
Dual BOP 5000 psi untuk sumur dengan diameter > 4” (kiri),
dan Quad BOP 10000 psi untuk sumur dengan diameter < 4” (kanan)
13
Gambar 2.6
CT Unit dengan Injector Head (kiri atas), dan BOP (bawah)
Gambar 2.7
Wireline BHA dan MWD BHA
Spesifikasi peralatan di bawah permukaan yang digunakan dalam
suatu operasi coiled tubing memiliki perbedaan khusus tergantung dengan
jenis pekerjaan atau aplikasi yang dilakukan menggunakan coiled tubing
tersebut. Sebagai gambaran berikut dapat dilihat beberapa jenis aplikasi
coiled tubing yang dilakukan oleh Baker Hughes:
a) Well Cleaning
Sandtrap system
Debris Catching
Underreaming
Impact Drilling
Mechanical Scale Removal
High Pressure Jet Washing
Vortech Pulsating Jetting Tool
b) Fishing dan Milling
Recovering Tools with Downhole Vibration Technology
Recovering Tools with Hydraulically Activated Fishing Tools
Recovering Coiled Tubing
Removing and Recovering Obstructions
Cutting Pipe
15
Milling
METAL MUNCHER® Milling Assembly with Magnetic Chip
Catcher
OPTICUT™ Mills
Vortech Pulsating Bit Sub
c) Zone Isolation
Through Tubing
Retrievable Bridge Plug
Retrievable Packer
Straddle Systems
Monobore
d) Stimulation dan Fracturing
Through Tubing ISAP
QUIK Drill™ Composite Products
Retrievable Bridge Plug
e) Sand Control Completions
Vent Screen System
Squeeze-Pack System
Wash-Down System
Circulating Gravel Pack System
Sand Control Screens
FRAQ PAQSM Fluid Systems
f) Flow Management
Increasing Gas Velocity While Reducing Water Production
Velocity and Straddle Systems
CT™ Tension Packer
Inflatable Straddle System
Scale Inhibition
Production/Injection Logging
Selective-Zone Completion
16
mengetahui berat string pada sudut inklinasi tertentu. Sejumlah gaya lain
yang bekerja pada coiled tubing juga harus diperhatikan dalam
menentukan beban.
2.3.1. BERAT TERAPUNG (BUOYANCY)
Berat terapung adalah berat coiled tubing dengan mengkalkulasi
efek dari fluida internal dan eksternal, serta densitas fluida pemboran
(lumpur) yang digunakan pada pemboran dengan coiled tubing tersebut.
Berat terapung untuk suatu elemen string mempunyai efek perubahan
tensile terhadap elemen yang lain.
Berat terapung coiled tubing string mempunyai hubungan dengan
berat string di permukaan, hal itu dapat dilihat pada persamaat berikut:
Dw = 2.67 /(OD2 – ID2) .......................................... (2.1)
Bw = Dw (1 – (Mw/65450) ..................................... (2.2)
2.3.2. RESIDUAL BEND
Residual bend adalah kelengkungan yang dihasilkan saat coiled
tubing dimasukkan sampai ke stripper, sehingga melengkung dengan jari-
jari sekitar 24 ft. Saat tension yang dialami coiled tubing meningkat, coiled
tubing akan berada dalam keadaan lurus. Jika tensionnya berkurang,
tubing akan membentuk lengkungan (residual bend) kembali.
Gambar 2.8
Pelengkungan yang Terjadi Pada Reel dan Gooseneck
saat operasi hidrolika pada kerja ulang yaitu major axis buckling dan local
buckling. Lokasi yang memungkinkan untuk terjadinya buckling ini adalah
pada stripper rubber dan rantai block yang menggerakkan pipa pada
injector head. Jika beban dorongan yang tinggi diberikan pada coiled
tubing pada saat memasukkannya ke dalam sumur ditambah dengan
tekanan permukaan yang tinggi maka pada daerah atau kolom yang tidak
bersandar pada stripper rubber akan mengalami buckling loads.
Penyebab gaya pada dua tipe buckling tersebut adalah: mayor axis
buckling terjadi akibat gaya yang diberikan pada saat pipa tidak bersandar
(kerusakan lebih panjang dan buckling bersifat elastis) sedangkan local
buckling terjadi akibat gaya compressive load yang tinggi yang diberikan
pada pipa dan (bucklingnya tidak elastis).
Besarnya buckling yang terjadi dapat ditentukan secara matematis,
jika nilai yang dihitung dari effective slenderness ratio (SR) lebih besar
dari column slinderness ratio (Cc) maka buckling yang terjadi adalah
mayor axis buckling dan dihitung dengan persamaan:
Buckling load = As (286 x 106 SR2) …………………………. (2-3)
Dimana:
(OD ) 2 − ( ID ) 2 L
As = π
; SR =
4 r
I (OD ) 2 − ( ID ) 2
r = ; I = π
As 64
Sedangkan jika effective slenderness ratio lebih kecil dari column
slenderness ratio maka buckling yang terjadi adalah local buckling dan
besarnya buckling ditentukan dengan persamaan :
SR 2
Buckling load = Fy . As
1 +
…………………………… (2-
2.Cc2
4)
2.E
Cc = Fy
Gambar 2.9
Gooseneck dan personel yang bekerja
Gambar 2.10
Kondisi Coiled Tubing
2.4.3. KELELAHAN COILED TUBING (FATIGUE)
Kelelahan coiled tubing disebabkan oleh kombinasi tekanan dan
siklus pelengkungan yang terjadi pada coiled tubing serta komposisi kimia
fluida pemboran yang melewati coiled tubing. Hal ini sulit untuk diukur
karena berhubungan dengan karakteristik material yang khusus.
Berdasarkan program pengujian yang ekstensif barulah dapat ditentukan
model matematika yang kompleks. Model ini menghitung kerusakan yang
terjadi pada coiled tubing yang disebabkan oleh pemberian tekanan dan
pelengkungan yang berulang-ulang. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah diameter coiled tubing dan lingkungan kimia disekitarnya. Dengan
parameter masukan dari model dapat dibuat plot untuk menunjukkan
presentasi umur coiled tubing berdasarkan panjang coiled tubing.
24
Gambar 2.11
Coiled Tubing Fatigue Model
Umur atau masa kerja coiled tubing dipengaruhi oleh beban dan
tegangan-tegangan yang bekerja pada coiled tubing itu sendiri. Standard
industri untuk mengukur umur coiled tubing adalah running feet atau
tubing movement, yang merupakan cerminan dari apa yang terjadi pada
coiled tubing disumur. Umur coiled tubing hampir seluruhnya ditentukan
oleh fatigue yang disebabkan oleh metoda penanganan coiled tubing
diluar lubang bor.
Kelelahan coiled tubing disebabkan oleh pelengkungan dan
pelurusan berulang yang terjadi pada gooseneck dan reel. Pelengkungan
yang berulang menyebabkan kerusakan struktur kristal dari material
pembentuk coiled tubing. Kelelahan ini akan semakin bertambah jika
pelengkungan dilakukan sambil memberikan tekanan di dalam coiled
tubing (internal pressure).
Sifat fisik dan metalurgi coiled tubing string terus meningkat seiring
peningkatan teknik pembuatan dan prosedur kontrol kualitas.
Proses pembuatan coiled tubing pertama kali dilakukan dengan
menggabungkan beberapa tubing string yang pendek dengan pengelasan
sistem butt welding. Hal ini akan mengakibatkan kelemahan pada bagian
material yang dekat dengan pengelasan. Kegagalan hampir selalu terjadi
pada daerah dipengaruhi panas (heat-affected zone).
Coiled tubing pada saat ini kebanyakan dibuat dari material
lempengan panjang dan kontinyu yang dilas dengan sistem bias welding.
Pada sistem bias welding dilakukan pemotongan secara diagonal pada
akhir lempengan baja dan merapatkannya sebelum dilas. Bias welding
meningkatkan kekuatan coiled tubing dengan menyebarkan zona yang
dipengaruhi panas secara spiral disekeliling tubing.
2.4.4. PEMOMPAAN
Pemompaan gas hidrokarbon atau kondensat sangat dilarang
karena belum ada metoda yang dapat memprediksikan akibat adanya
lubang di coiled tubing (pinhole). Pemompaan minyak mentah (crude oil)
melalui coiled tubing diperbolehkan, asalkan tidak mengandung gas.
Sirkulasi balik (reverse circulation) melalui coiled tubing dapat dilakukan
27
jika ukuran coiled tubing 1- ½” in atau lebih dan sumur dalam keadaan
mati atau penuh dengan fluida untuk mematikan sumur. Jika hanya
menggunakan peralatan kontrol tekanan, produksi fluida reservoir melalui
coiled tubing dilarang. Fluida reservoir dapat diproduksikan dengan
menggunakan teknik komplesi coiled tubing dengan peralatan yang
didesain khusus.
Gambar 2.12
Susunan Power Pack (kiri bawah), Control Cabin (kiri atas),
Reel (tengah), dan Gooseneck (kanan)
28
BAB III
APLIKASI COILED TUBING PADA PEMBORAN
Gambar 3.1
Data Jumlah CT Drilling Jobs 1991 - 1997
29
Gambar 3.2
Peralatan Pemboran Coiled Tubing
Gambar 3.3
Lay Out CT Drill Site
Gambar 3.4
Jacking Framed Coiled Tubing Unit
Gambar 3.5
CT Driller Console
b. Peralatan Sirkulasi
Sistem sirkulasi relatif sama dengan pada pemboran
konvensional. Sistem ini terdiri dari beberapa tangki-tangki air, mixing
hopper dan chemical, reserve pit, mud pit, mud pump, mud-gas
separator, shale shaker, degaser dan desilter.
Pompa Lumpur pada pemboran dengan coiled tubing harus
memiliki kapasitas tekanan dan laju alir yang sesuai dengan
persyaratan dalam pemboran. Umumnya persyaratan tekanan berkisar
32
antara 4000-5000 psia, laju alir maksimum yang diijinkan ± 170 gpm,
tergantung pada ukuran motor, jet nozzle, kedalaman pemboran,
ukuran coiled tubing, ukuran lubang bor dan rheologi fluida pemboran.
Biasanya dapat dipakai pompa triplex dengan 500 hp, seperti yang
digunakan untuk program cementing dan acidizing.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sistem lumpur pada
pemboran dengan coiled tubing mempunyai kapasitas yang lebih
sedikit dibandingkan pada pemboran konvensional karena
berkurangnya ukuran lubang bor. Fluida pemboran harus mampu
mengimbangi tekanan dasar lubang bor dan mampu mengangkat
padatan keluar dari lubang bor serta melepaskannya dipermukaan.
Sifat-sifat fisik lumpur yang diperlukan relatif sama dengan pemboran
konvensional dengan drill pipe.
c. Sistem Kontrol Sumur
Pada pemboran konvensional, tujuan utama kontrol sumur
adalah mempertahankan tekanan hidrostatik agar sedikit lebih besar
dari tekanan formasi, dan BOP akan ditutup jika terjadi kick.
Sedangkan pada operasi dengan coiled tubing, BOP adalah peralatan
utama dalam control sumur.
Gambar 3.6
Konfigurasi BOP Stack Pemboran Coiled Tubing
33
BOP untuk coiled tubing terdiri dari stripper head, blind ram,
cutter ram, kill line spool dengan isolasi, slip ram dan tubing ram.
Sedang BOP untuk BHA terdiri dari annular preventer, blind ram, pipe
ram dan drilling spool dengan katup isolasi. Return line hanya
digunakan untuk mensirkulasi fluida kick keluar, atau saat membor
dengan kondisi underbalance. Return line ini akan menuju ke dual
choke manifold dan drilling choke yang digunakan untuk mengontrol
laju aliran fluida dari lubang bor. Antara BOP coiled tubing dan BHA
dihubungkan dengan flange tee.
Pressure rate pada BOP stack harus lebih besar dari Maximum
Anticipated Surface Pressure (MASP), yaitu suatu harga tekanan
tertinggi yang mungkin terjadi di permukaan pada saat operasi
pemboran dilakukan. MASP merupakan fungsi dari tekanan hidrostatik
dan tekanan statik di dasar sumur.
d. Peralatan Pengangkatan
Pekerjaan pengangkatan (hoisting system) dilakukan oleh trailer
dan crane. Trailer digunakan untuk mengangkut dan menyediakan
dasar/ landasan untuk peralatan-peralatan operasi. Trailer merupakan
deck float yang dilengkapi dengan telescopic crane, dengan integral
dari crane merupakan system hydraulic yang menstabilkan/
memantapkan trailer ketika operasi. Seluruh unit reeled tubing
dipasang pada trailer dan disambungkan untuk operasinya. Pada
lokasi pemboran, pengangkatan dan penempatan coiled tubing dan
BOP ke well head dilakukan oleh crane.
Namun saat ini penggunaan crane telah dapat digantikan oleh
suatu unit trailer (CT Express Schlumberger) yang dirancang khusus
dengan reel, gooseneck, injector, stripper dan BOP yang telah
terintegrasi permanen didalamnya. Dimana unit ini hanya
membutuhkan waktu ± 30 menit untuk rig-up dan cukup dikendalikan
oleh 3 orang personel (bandingkan dengan rig konvensional yang
membutuhkan lebih banyak personel).
34
Gambar 3.7
Landasan Alat Operasi Pemboran CT
Gambar 3.8
Berbagai bentuk bit untuk coiled tubing drilling;
(berurutan searah jarum jam): TSD bit, polycrystaline diamond bit, star
tricone bit, genesis slimhole bit, impregnated bit dan eccentric drill bit
35
Tabel III-1
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Bit
Sedangkan Roller Cone Bit meliputi Milled Tooth Roller Cone Bit
untuk formasi yang lunak dan insert bit untuk formasi yang lebih keras.
Penggunaan masing-masing bit tersebut mempunyai kelebihan dan
kelemahan tersendiri.
Tabel III-2
Spesifikasi Drilling Bit
(lb/in. dia) WOB
Rotary speed,
Size range, in
Manufacturer
IADC Code
Bit name
rpm
Gambar 3.9
CT Connector
Gambar 3.10
CT BHA dengan Non Rotating Joint
Check Valve
Dihubungkan dengan connector yang berada pada ujung dari
coiled tubing yang berfungsi untuk mencegah masuknya aliran
balik fluida sumur ke dalam coiled tubing drill string.
Gambar 3.11
CT Check Valves
Swivel Joint
Digunakan untuk menyusun peralatan bawah permukaan agar
dapat dirangkaikan secara berurutan dan dapat digerakkan.
Disconnect Joint
Berfungsi untuk melepas string kerja dari sistem CT dan
memutuskan hubungan CT dengan BHA jika mengalami stuck
(terjepit). Metoda pemutusan yang digunakan:
1. Tension-Active Release Joint
Dengan menganggap suatu titik lemah di tool string sebelum
mengakibatkan beberapa kerusakan dalam tool string
retrieve atau coiled tubing, menggunakan shear pin atau
screw. Dibutuhkan tension pada mekanisme pemutusan.
2. Pressure-Active Release Joint
Menggunakan semacam bola didalamnya, digerakkan
dengan menggunakan tekanan yang melewati coiled tubing,
kemudian berbalik dengan menggunakan perbedaan
tekanan didalam dan diluar coiled tubing.
Centralizer
Adalah suatu peralatan bawah permukaan yang berfungsi untuk :
40
Gambar 3.12
BHA Equipment
• Biocyde.
• Potasium Hydroxide.
Salah satu jenis fluida pemboran yang digunakan adalah fluida
jenis LSRV (Low Shear Rate Viscousity), yang mengandung biopolymer.
Dimana fluida jenis ini cenderung tidak membentuk cake untuk mengontrol
filtrat invasion, tapi menggunakan kemampuan viscoelastic properties dan
elevated LSRV yang dimilikinya untuk mengontrol invasi filtrat.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan sistem
fluida pemboran adalah :
1. Tekanan Sumur
Akurasi penentuan tekanan sumur merupakan hal yang sangat
penting dalam operasi pemboran maupun kerja ulang sumur.
Pengukuran banyaknya gas dan cairan yang dipompakan dan
banyaknya padatan, cairan, gas dipermukaan merupakan hal yang
perlu guna perbaikan sistem pembersihan lubang bor. Tekanan
hidrostatik akibat kolom fluida dan kehilangan tekanan selama sirkulasi
harus seimbang dengan tekanan dasar sumur. Manipulasi dan
penambahan tekanan diatur keluar-masuknya melalui sistem choke
manifold. Air asin dapat digunakan pada tekanan normal (0,43 – 0,47
psi/ft), dan pada sumur-sumur bergradien geo-pressure, lebih dari 0,47
psi/ft dapat dipakai dengan fluida pemberat. Pada sumur-sumur dengan
tekanan dasar sumur kecil (0,10 – 0,40 psi/ft), alternatif yang dapat
dipakai adalah penggunaan nitrogen mist dan foam untuk mengangkat
padatan dan membersihkan lubang bor pada kondisi overbalance.
2. Laju Pemompaan dan kecepatan di Annulus
Laju pemompaan fluida dan luas penampang annulus
memberikan pengertian dan batasan mengenai sistem
pembersihan rata-rata untuk kecepatan di annulus. Kecepatan
sirkulasi fluida (V) ditentukan dengan pembagian antara laju alir,
volume per time, dengan luas penampang aliran, yaitu:
0,119Q 0,119 Q
V = 2
= 2 2 ……..........………...…….... (3-2)
Db Db − Dc
47
Gambar 3.13
Skema Buckling pada Sumur Horizontal (kiri) dan Vertical (kanan)
35000
30000
Pers. Chen et. al
25000
Lumpur 8.6 ppg
Fhel (lb)
20000
15000
10000
5000
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
4.5 IN
OD (in)
6 IN
Grafik 3.1
Helical Buckling Load Horizontal Wellbore 4.5 in dan 6 in
Persamaan (3-11) didapat dengan model tubing tanpa berat, ini tidak
dapat memprediksi kejadian awal helical buckling. Persamaan ini
digunakan untuk menentukan puncak helical buckling (helical buckling
pitch length, Lp.hel) untuk tubing yang mengalami pelengkungan
secara helical di bawah kondisi axial compressive load yang besar.
Persamaan helical buckling load dengan mempertimbangkan berat
tubing yang diturunkan berdasar analisa energi untuk memprediksi
terjadinya helical buckling sumur vertikal (bagian bawah) adalah :
1
Fhel,b = 5,5( EIWe2 ) 3 …………………..........………............... (3-
12)
( ) 1 1
Fhel , t = 5,5 EIWe 2 − WeLhel = 0,14( EIWe 2 ) 3
3 ………….
(3-13)
dengan panjang puncak adalah :
1
16 π 2 EI 3
Lp, hel =
We
……………………………………............ (3-14)
Tabel III. 5
Beban Buckling Pada Coiled Tubing Sumur Vertikal dan Horizontal
(3.875”WELLBORE, MUD DENSITY 8.5 ppg)
1400000
1200000
600000
400000
200000
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Fcr 1
Fhel 1
Sudut Fcr 2
Fhel 2
Grafik 3.2
Buckling Load 2.375 in CT, Lubang 4.5 in, pada Build Curve
EIW e
0,5
urW e 0,5 ur
0 ,5
17)
Beban kompresiv aksial maksimum yang dihasilkan pada lubang
vertikal bagian bawah dengan slacking-off di permukaan diartikan
berada pada kondisi beban pada hook sama dengan nol. Untuk
kedalaman lubang vertikal D, total slack-off berat pada kondisi beban
hook nol adalah:
Fs = D We ................................................................. (3-18)
f. Distribusi Beban Aksial Bagian Build-Up
56
FKOP
= FEOC − WeR
1 − u 2 −uπ 2
e
( 2u
+ WeR
) ………….(3-
2 2
1+u (1 + u
19)
Buckling yang terjadi pada sistem coiled tubing secara signifikan
akan mempengaruhi tubing axial load, hook load, dan panjang maksimum
horizontal. Berikut dapat dilihat contoh bagaimana menentukan coiled
tubing buckling dan selanjutnya memprediksikan kondisi suatu sumur
horizontal yang mengalami helical buckling.
12000
10000
8000
Fkop (lb)
6000
4000
2000
Lumpur 8.6 ppg
0
Koef. Gesekan 0.4
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
2.875
Fs (lb) 2.375
2
Grafik 3.3
Grafik Slack Off berbagai OD CT pada lubang bor vertikal 6 in
Contoh: Pemboran horizontal 3 7/8” menggunakan 2” CT (3.07 lbt/ft) dan
berat bit 1000 lbf, densitas lumpur 8.6 ppg. Vertical section 6000 ft, BUR
15 deg/ 100 ft, casing 4.5” (4.052” ID). Friction factor 0.3 untuk semua
bagian. Tentukanlah: 1. Kedalaman helical buckling pada CT.
2. Hook load pada 3000 ft bagian
horizontal.
3. Max. bagian horizontal yang bisa
dicapai.
4. Berat bit ketika membor bagian
horizontal 3700 ft dan hook load 6000 lbf
(tension)
Solusi:
57
1. Ambil harga bit weight 1000 lbf sebagai harga axial compressive
load pada ujung build section, hitung hubungannya dengan axial
compressive load di kickoff point;
Fkop = [1000–(2.667)(382)(1-0.32)/(1+0.32)] e–(0.3)(π/2)
+ (2.667) (382) (2) (0.3)/(1+0.32) = 800 lbf
Dari tabel III.5 sebelumnya, Fkop = 800 lbf > Fhel.b = 461 lbf. Maka
dapat dikatakan helical buckling akan terjadi pada bagian
vertikal tepat pada titik kick off.
2. Axial compressive load pada ujung build section dapat dihitung;
Feoc = 1000+(0.3)(2.667)(3000) = 3400 lbf
Dari tabel III.5 diketahui Feoc = 3400 lbf < Fhel = 6066 lbf; maka
tidak ada helical buckling pada bagian horizontal.
Fkop = [3400-(2.667)(382)(1-0.32)/(1+0.32)] e–(0.3)(π/2)
+ (2.667) (382) (2) (0.3)/(1+0.32) = 4645 lbf
Fkop = 4645 lbf > Fhel.b = 461 lbf; helical buckling akan terjadi
pada bagian vertikal. Untuk menentukan titik awal helical buckling
gunakan harga Fo = Fkop = 4645 lbf dan F(x) = Fhel.t = 12 lbf
x= [4El/(We μr)]0.5 (arc tanh {(4645)[μr/4ElWe)]0.5}
– arc tanh {(12)[μr /4ElWe)]0.5}) = 2394 ft
F hook = 12 – (6000 – 2394)We = -9605 lbf (tension)
3. Perhitungan max compressive load pada KOP
Fb.max = 2[El/(We μr)]0.5 (arc tanh {(4645)[μr/4ElWe)]0.5}
– arc tanh {(12)[μr /4ElWe)]0.5}) = 5744 lbf
Feoc = [ 5744 – (2.667) (382) (2) (0.3) / (1+0.32) ] e–(0.3)(π/2)
+ (2.667) (382) (1-0.32) / (1+0.32) = 4086 lbf
karena Feoc = 4086 lbf < Fhel = 6066 lbf, tidak ada helical buckling
pada bagian horizontal, maka panjang bagian horizontalnya:
LH = (4086 – 1000) / [(0.3)(2.667)] = 3857 ft
4. Pertama dihitung awal helical buckling dari KOP, dimana axial
loadnya adalah 12 lbf
X = 6000 – (6000+12)/2.667 = 3746 ft
Dengan harga x = 3746 ft, Fx = F hel.t = 12 lbf, selanjutnya:
58
Platform Jacking-Frame
Sistem ini lebih kompleks daripada sistem wellhead-supported
dan terdiri dari struktur pemboran coiled tubing standard yang
dimodifikasi dengan penambahan platform yang dibantu empat
silinder hidrolik. Platform ini dapat dinaikkan dan diturunkan
secara relatif menuju platform dibawahnya (lower platform)
dengan menggunakan silinder-silinder tersebut dan power slips
disusun pada lower dan upper platform. Platform ini cocok
digunakan untuk operasi-operasi dimana kapasitas yang
60
Untuk mengubah orientasi arah lubang bor digunakan orienting tool yang
dihubungan melalui electric wireline ke control system di permukaan.
Pada pemboran dengan cara ini, umumnya hanya diperlukan satu jenis
BHA untuk setiap lubang bor, sebagai contoh adalah bit, PDM dengan
bent sub, non magnetic drill collar, orienting tool dan MWD sebagai kontrol
arah. Desain dan optimasi pada directional dan horizontal coiled tubing
drilling, dilakukan dengan komputer dan software pendukungnya.
Penerapan teknologi coiled tubing didalam pemboran berarah
meliputi pemboran re-entry dan pemboran sumur baru yang biasanya
ditujukan untuk sumur injeksi atau sumur observasi. Pemboran re-entry
dilakukan dengan “window cutting”, kemudian dilanjutkan dengan
directional drilling dan akhirnya diteruskan dengan membor bagian
horizontal sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Gambar 3.14
Directional Coiled Tubing Drilling
a. Window Cutting
Operasi dimulai dengan penurunan whipstock assembly, yang
ditempatkan pada dasar yang keras agar tidak bisa tergelincir/ meleset
kedalam karena perputaran window mill. Penurunan whipstock dapat
dilakukan dengan coiled tubing menggunakan peralatan khusus
pemasangan secara hidrolik (special hydraulic setting tool).
63
Gambar 3.15
Window Cutting
c. Bagian Horizontal
Umumnya bagian horizontal dibor dengan tujuan untuk
mendapatkan pengurasan yang lebih besar. Panjang bagian horizontal
yang dapat dibor ini tergantung pada peralatan yang digunakan (BHA
dan fleksibilitas rangkaian). Dari operasi yang telah dilakukan:
• Dengan bit 4 1/8” dan BUR 250 - 350/ 100 ft, didapat panjang
bagian horizontal 1000 ft pada kedalaman 5528 MD.
• Bit 3 ½” dan BUR 80/ 100 ft, didapat panjang bagian
horizontal 3300 ft pada kedalaman 11000 ft MD (catatan :
inklinasi 890).
Dari sini dapat dilihat bahwa semakin kecil laju build up ratio (BUR)
maka akan semakin panjang bagian horizontal yang dapat dicapai dan
berlaku pula sebaliknya pada kondisi BUR yang semakin besar, maka
akan semakin pendek bagian horizontal yang dapat dicapai.
Strategi dan perhitungan pembebanan pada rangkaian pemboran
dengan coiled tubing yang dirancang dengan baik, ditambah dengan
sistem kontrol arah dan monitoring pemboran selama operasi
berlangsung akan dapat meningkatkan ketepatan pencapaian target.
Berikut adalah 2 (dua) operasi pemboran yang terbukti berhasil
dengan baik dilakukan oleh Baker Hughes di Alaska dan Oman
(rangkaian BHA yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.17):
Alaska
Tujuan : Melakukan sidetrack through tubing reentry drilling
terhadap 6 sumur di Alaska, yang membutuhkan
penggunaan whipstocks, men-drill off cement plug, dan
dalam kondisi underbalanced. Kedalaman sumur 8500 ft,
casing 7 in. Dan tantangannya adalah membandingkan
efisiensi coiled tubing driling dengan rotary drilling.
Solusi : Digunakan Baker Hughes INTEQ 2 3/8 in CoilTrack BHA
untuk men-sidetrack sumur ini dengan 3 in bit. Dogleg max
untuk bagian build up adalah 50O/ 100 ft. Rata-rata bagian
yang harus dibor sepanjang 1800 ft per sumur.
65
Oman
Tujuan : Melakukan multi well through tubing re-entry proyek
dengan CT drilling. Dan dilakukan bersamaan dengan
identifikasi formasi dan karakteristik lithology untuk
membantu geo-steering.
Solusi : Digunakan Baker Hughes INTEQ terintegrasi dengan US
MPR (Ultra Slim Multiple Propagation Resistivity) untuk
me-log sumur selama pemboran berlangsung (LWD).
Hasil : 30 sumur dibor dengan sukses dimana 25 sumur
menggunakan US MPR. Total membor 97490 ft bagian
baru, dan salah satunya memecahkan rekor pemboran
bagian horizontal terpanjang (4813 ft). LWD menghasilkan
hasil log berkualitas tinggi yang berhasil mendefinisikan
reservoir dengan baik. 95% dari reservoir di log pada
lobang 3 ¾ in dan 5% di log pada lobang 4 1/8 in
66
Gambar 3.16
BHA yang digunakan di Alaska (kiri), dan
BHA yang digunakan di Oman (kanan)
67
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Coiled Tubing Unit dan Personel
500
400
300
200
0
Taber 9-6 Taber 11-6 Taber 16-2 Taber 8-2 Horizontal Length (m)
(CTD) (CTD) (CTD) (CRD)
Well Cost / m ($)
Grafik 4.1
Perbandingan biaya ($/m) antara proyek CTD dan CRD pada operasi
pemboran horizontal di Alberta Field – Canada (1996)
dengan 105 % dari keadaan normal dan diameter yang masih ditoleransi
sebesar 6 % atau lebih kecil dari 4% dari diameter nominal.
Batasan fatigue dan life limit coiled tubing disebabkan oleh
kombinasi tekanan dan siklus pelengkungan yang terjadi pada coiled
tubing. Hal ini sulit untuk di ukur karena berhubungan dengan karakteristik
material yang khusus. Berdasarkan program pengujian yang ekstensif
barulah dapat ditentukan model matematika yang kompleks. Model ini
menghitung kerusakan yang terjadi pada coiled tubing yang disebabkan
oleh pemberian tekanan dan pelengkungan yang berulang. Pelengkungan
yang berulang menyebabkan kerusakan struktur kristal dari material
pembentuk coiled tubing. Kelelahan ini semakin bertambah jika
pelengkungan dilakukan sambil memberikan tekanan didalam coiled
tubing (internal pressure). Kerusakan akibat kelelahan tidak merubah yield
strength dari baja yang digunakan.
Salah satu software untuk memonitor kondisi coiled tubing secara
real time adalah software CoilCAT dari Schlumberger, yang memberikan
fasilitas informasi sebagai berikut:
• CoilLIMIT CT pressure/tension limit model
Mengamati pressure dan tension yang terjadi pada CT
• CoilLIFE CT life prediction model
Mengamati kelelahan dan masa pakai dari CT berdasarkan faktor-
faktor: pergerakan tubing, tekanan, dan fluida yang melalui CT
• Well animation
• Customizable plots
Umumnya rekomendasi rule of thumb berikut digunakan jika
computer model untuk monitoring kondisi coiled tubing tidak tersedia:
• Internal Pressure Limit
o Max pump pressure while running tubing : 4000 psi
o Max pump pressure while tubing stationary : 5000 psi
• Max Collapse Differential : 1500 psi
• Max Recommended Wellhead Pressure : 3500 psi
• Max Tension Limit : 80% yield strength
78
BAB V
KESIMPULAN
Lampiran 1
Prosedur Penentuan Feasibilitas Coiled Tubing Drilling
84
Lampiran 2
Coiled Tubing BOP Design
85
Daftar Simbol