Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah menengah farmasi menyelenggarakan pendididkan untuk
menghasilkan tenaga pelayangan kesehatan khususnya di bidang kefarmasian.
Tenaga pelayanan kesehatan khususnya farmasi harus terampil , terlatih , teliti
dan dapat mengembangkan diri baik sebagai pribadi maupun sebagai tenaga
kesehatan yang professional berdasarkan nilai nilai yang dapat menunjang
upaya pembangungan kesehatan.
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) diadakan untuk memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk menambah pengalaman dan ilmu yang mungkin
belum didapatkan di sekolah, selain itu Praktek Kerja Lapangan ( PKL)
merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan untuk agar dapat mengikuti
Ujian Akhir Nasional dan Ujian Akhir Sekolah serta dapat lulus dengan hasil
yang maksimal pula. Mengingat prntingnya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ),
maka siwa harus berusaha melaksanakan kegiatan ini dengan baik dan
semaksimal mungkin.
Mengingat pentingnya latar belakang Praktek kerja lapangan ( PKL),
SMK FARMASI SENTOSA DHARMA BOJONEGORO akan terus
meningkankan mutu Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) dengan cara membekali
para siswa didiknya dengan ilmu pengetahuan yang cukup, sehingga dengan
ilmu tersebut akan bermanfaat dan sesuai dengan harapan.
B. Tujuan
1. Tujuan Kegiatan Prakerin
a. Untuk mananamkan sikap agar peserta didik memiliki standar
sesuai yang dipersyaratkan oleh dunia kerja. Dan Mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang
sesungguhnya.
1
b. Untuk meningkatkan, memperluas dan memantapkan ketrampilan
yang membentuk kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk
memasuki dunia kerja yang sesuai dengan kebutuhan program
pendidikan yang ditetapkan.
c. Untuk Dapat mengetahui, memahami dan meningkatkan aturan
melayani, membaca tulisan doktor, meracik dan memberikan obat
kepada pasien beserta KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) secara
jelas sehingga pasien dapat memahaminya serta Mengetahui
mekanisme dan metode kerja di lapangan
d. Untuk Dapat memahami perbedaan antara teori disekitar dengan
di lapangan
e. Untuk Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara
terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayangan kesehatan farmasi
baik di Rumah Sakit, Puskesmas, PBF, Gudang Farmasi, Apotek,
maupun penyuluhan obat kepada masyarakat.
f. Untuk Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memasyarakatkan diri pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.
g. Untuk Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap etis,
profesionalisme, dan nasionalisme yang diperlukan peserta didik untuk
memasuki lapanganj kerja yang sesuai dengan bidangnya serta
memberikan kesempatan untuk masuk penempatan kerja.
2
C. Manfaat Prakerin
Dengan adanya pelaksanaan praktek kerja industri (Prakerin), saya selaku
penulis dapat mengambil manfaat dari adanya kegiatan tersebut, antara lain :
a. Mengetahi gambaran serta aktivitas di lapangan kerja
yang sesungguhnya, sehingga dapat dijadikan acuan pada dunia kerja
nantinya tanpa banyak belajar lebih lama lagi dan menjadi lebih mudah
dalam penerapannya.
b. Dapat melatih diri untuk menjadi lebih berhati-hati dan
teliti dalam rangka mengambil obat, memberikan informasi cara pakai
obat dan dalam penyimpanan obat kepada pasien
c. Dapat melatih kesabaran ketika menghadapi pasien yang
awam aka obat-obatan.
d. Mendapatkan banyak pengalaman bagimana langkah-
langkah menghadapi pasien secara langsung
e. Mendapatkan ilmu yang lebih banyak yang tidak
diperoleh disekolah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Apotek
Apotek merupakan suatu tempat tertentu, di mana dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Jika merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pemerintah melalui
Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan konsekuensi dari
izin yang telah diberikan pemerintah kepada seorang apoteker yakni wajib
untuk menjalankan praktik kefarmasian pada saat jam buka apotik.
( http : //www.waspada.co.id/index.php?option=com content & view=article &
id=42957 : apotek-dan-apoteker & catid=25:artikel & itemid = 44 )
1. Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain :
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti
timbangan, mortir, gelas, ukur dll. Perlengkapan dan alat
penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan lemari
pendingin.
b. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik
pengemas.
c. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan
bahan beracun
d. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO,
serta kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan apotek.
4
e. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur,
kwitansi, salinan resep dan lain – lain.
5
2. Prosedur Perizinan Apotek
Untuk mendapatkan izin apotek, APA atau apoteker pengelola apotek
yang bekerjasama dengan pemilik sarana harus siap dengan tempat,
perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya. Surat Izin
Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada
apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
membuka apotek di suatu tempat tertentu.
Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin,
pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun
kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi.
Sesuai dengan Keputusan MenKes RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal
7 dan 9 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yaitu :
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota selambat – lambatnya 6 hari setelah menerima permohonan
dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala balai POM untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk
melakukan kegiatan.
b. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Kepala balai
POM selambat – lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan
teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melaporkan
hasil pemeriksaan.
c. Dalam hal pemeriksaan dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan,. Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan
siap melakukan kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.
d. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan
pemeriksaan sebagaimana ayat (3) atau persyaratan ayat (4), Kepala
Dinas Kesehatan setempat mengeluarkan surat izin apotek.
6
e. Dalam hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan setempat atau
Kepala Balai POM dimaksud (3) masih belum memenuhi syarat
Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan surat penundaan.
f. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker
diberikan kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat – lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal
surat penundaan.
g. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi
persyaratan sesuai pasal (5) dan atau pasal (6), atau lokasi apotek
tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan
Dinas setempat dalam jangka waktu selambat – lambatnya 12 hari
kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan –
alasannya.
( http://www.informasi-obat.com/content/view/49/52 )
C. Personalia Apotek
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan suatu apotek adalah sebagai berikut :
7
b. Asisten apoteker (AA) adalah mereka yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker dibawah pengawasan
apoteker.
D. Pelayanan apotek
Pelayanan apotek berdasarkan PERMENKES No. 922/Menkes/ PER/X /1993
meliputi :
a.Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek sesuai
dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat.
b. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik
yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.
c.Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam
resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan
obat yang lebih tepat.
d. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan
dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan
informasi penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas
permintaan masyarakat.
e.Apabila Apoteker menganggap bahwa resep terdapat kekeliruan
atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep dan apabila dokter
tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyerahkan secara tertulis
atau membutuhkan tanda tangan.
f. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker
g. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan
baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
h. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut perundang – undangan yang berlaku.
8
i. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker
Pengganti diizinkan untuk menjual obat keras yang dinyatakan
sebagai Daftar Obat Wajib apotek tanpa resep.
j. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pandamping.
Apoteker Pangganti di dalam pengelolaan Apotek.
k. Pengalihan tanggung jawab kepada apoteker pengganti,
wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan
farmasi lainnya serta kunci – kunci tempat penyimpanan narkotika
dan psikotropika dengan berita acara.
l. Apotek melayani resep yang mengandung narkotika dan
psikotropika. Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal POM
No. 236/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani
salinan resep yang mengandung narkotika walaupun resep tersebut
baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali. Apotek
boleh membuat salinan resep tetapi salinan tersebut hanya dilayani di
apotek yang menyimpan resep aslinya. Salinan dari resep narkotika
dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dalam undang –
undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, disebutkan bahwa
psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintesis yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan syaraf yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku pemakainya.
m. Selain melayani resep, apotek juga melayani pembelian
obat tanpa resep, yang meliputi obat – obatan dari golongan obat
bebas, obat bebas terbatas, maupun obat keras yang bisa diserahkan
tanpa resep dokter oleh apoteker yang termasuk Obat Wajib Apotek
(OWA). Dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
melakukan pengobatan terhadap penyakit ringan maka apotek
dituntut untuk menyediakan informasi tentang penggunaan obat yang
tepat dan rasional. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
9
tersebut diperlukan peran serta apoteker di apotek untuk memberikan
pelayanan informasi obat.
E. Pengelolaan Apotek
Berdasarkan pelaturan pemerintah no.25 tahun 1980 apotek dapat di
usahakan oleh:
10
2. Bidang Administrasi dan Keuangan.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
Sudip untuk membersihkan sekaligus mengeluarkan serbuk dari
dalam mortir.
Dalam menyelesaikan tugasnya Apotek Sehat tidak lepas dari kinerja para
karyawan yang terlibat di dalamnya. Jumlah karyawan yang bekerja di Apotek
Sehat ada 7 orang jumlah tersebut meliputi:
Mengelola apotek
Asisten Apoteker
13
Menyusun obat-obatan dan mencatat serta memeriksa keluar
masuknya obat dengan adanya kartu stokyang tertata dan terpantau
secara rapih
Bagian administrasi
Pembantu Umum
14
memberikan informasi kepada masyarakat tentang obat secara baik dan tidak
menyesatkan, juga menyediakan obat –obatan yang bermutu bagi masyarakat.
D. Manajemen Apotek
1. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan Apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan
oleh APA dengan dibantu oleh beberapa AA dan tenaga kerja lainnya.
APA memiliki kekuasaan penuh dalam mengelola apotek dan berhak
menentukan kebijaksanaan terhadap semua kegiatan yang menyangkut
kelangsungan apotek yang dipimpinnya.
Pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab APA.
15
Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan
farmasi yang lainnya yang diberikan kepada dokter dan
tenaga kesehatan lain maupun masyarakat.
Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai
khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan
perbekalan farmasi yang lain.
16
membuat keputusan, memotivasi karyawan, berkomunikasi,
pembinaan karyawan.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan merupakan pengendalian apakah senua kegiatan
telah berjalan sebagaimana mestinya. Pengawasan oleh
pimpinan ini bertujuan untuk :
Mendorong efisiensi dan menghemat biaya-biaya
yang dikeluarkan.
Menjaga aktiva agar tidak digunakan secara boros.
Menjamin bahwa semua pendapatan diterima dan
dipertanggung jawabkan.
Agar suatu Apotek mampu meningkatkan penjualannya, ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu : 4P (product, price,
place, promotion) dan 7M (money, man, machine, material,
methode, market, management). Semua faktor ini saling terkait
satu sama lainnya.
2. Pengelolaan obat
Kompetensi penting yang harus dimiliki apoteker dalam bidang
pengelolaan obat meliputi kemampuan merancang, membuat, melakukan
pengelolaan obat di apotek secara efektif dan efisien. Penjabaran dari
kompetensi tersebut adalah dengan melakukan seleksi, perencanaan,
penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan
persediaan, perancangan dan melakukan dispensing serta evaluasi
penggunaan dalam rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi
dalam asuhan kefarmasian dan jaminan mutu pelayanan. Adapun diantara
tujuan pengelolaan obat adalah terciptanya sistem pengadaan yang efesien
sehingga dapat menjamin ketersediaan obat yang tepat, jumlah yang
cukup, harga wajar dan dengan standar kualitas yang telah dikenal dari
sumber resmi dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu juga
terbentuknya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang
menjamin perpindahan obat dari sumber pemasok sampai ke pengguna
17
dengan prinsip cost effectiveness dan terpercaya, terhindar dari
pemborosan, kerusakan dan kehilangan, serta menjamin stabilitas/kualitas
obat. Agar terciptanya tujuan di atas, diantara kegiatan yang penting
adalah proses perencanaan serta pengadaan dan proses penyimpanan serta
pengamanan persediaan. Dalam perencanaan serta pengadaan, hendaknya
dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat. Menyesuaikan antara
kebutuhan dengan dana yang tersedia. Memonitor dan evaluasi pemasok
yang terpercaya serta memilih metode pengadaan yang paling
menguntungkan Sedangkan kegiatan peyimpanan dan pengamanan
persediaan meliputi merancang fisik dan peralatan yang diperlukan sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku untuk menjamin
stabilitas obat, merancang dan melaksanakan prosedur tetap pengamanan
persediaan dan menyimpan obat yang sesuai dengan dokumen penyerta
serta sesuai dengan sistem penyimpanan yang dipilih. Semua penerimaan
obat dicatat ke dalam kartu stok, kartu stelling atau ke dalam komputer
dan menggunakan sistem pengawasan yang menjamin kualitas obat stok
sehingga terhindar dari kerusakan, kehilangan, kekosongan dan kelebihan
stok.
a. Pengelolaan obat di apotek meliputi :
Perencanaan Obat
Perencanaan obat di apotek harus merencanakan obat yang akan
disediakan untuk di pesan ke PBF. Tujuan dari perencanaan obat
yaitu :
Dapat memperkirakan jenis dan jumlah
obat/perbekalan farmasi kesehatan yang sesuai kebutuhan
pasien.
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Pengadaan Obat
Pengadaan obat di Apotek Indria dilakukan oleh bagian pengadaan
di bawah pengawasan pimpinan Apoteker. Pengadaan barang ini
dilakukan secara optimal, efektif dan efisien mungkin. Dan semua
18
barang yang ada di apotek Indria dicatat oleh bagian gudang.
Macam – macam barang yang sudah habis atau yang tinggal sedikit
ditulis dalam buku Defekta dan dipapan. Kemudian dipindahkan ke
dalam surat pesanan yang dibuat dalam rangkap dua, satu
diserahkan untuk arsip/disimpan. Supplier mengirimkan barang
yang dipesan kepada apotek dengan disertai faktur pembelian.
Pengadaan barang ini didasarkan atas kecepatan peredaran /
penjualan.
Penerimaan Obat
Adalah salah satu kegiatan dalam menerima obat – obatan yang
diserahkan dari unit pengelola. Penerimaan obat di apotek apotek
Indria dilakukan oleh bagian penerimaan obat yang tugasnya
memeriksa / mencocokkan barang yang datang dengan faktur atau
surat pesanan (SP) baik jumlah maupun jenis barang.
Kemudian bagi penerima menyerahkan semua barang harus sesuai
dengan isi dokumen dan ditandatangani oleh petugas penerima
serta harus diketahui oleh pimpinan.
Apabila tidak memenuhi persyaratan maka petugas dapat
mengajukan keberatan dan bila terdapat kekurangan dalam
penerimaan obat maka wajib menuliskan yang kurang dalam setiap
penambahan obat – obatan dicetak dan dibukukan pada buku
penerimaan obat kartu stok.
Penataan Obat
Penataan serta pengaturan obat yang terdapat di apotek Indria yaitu
dikelompokkan berdasarkan alfabet, bentuk sediaan dan jenis
prabriknya. Contohnya kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan
sirup ataupun kelompok sediaan obat mata dan lain – lain.
Dalam penyusunan obat dikenal sistem First In First Out (FIFO)
yang artinya obat yang masuk pertama harus dikeluarkan terlebih
dahulu dari obat yang datang kemudian. Hal ini sangat penting
karena :
Obat yang terlalu lama bisanya kekuatannya sudah berkurang
19
Obat golongan antibiotik mempunyai batas waktu kadaluarsa.
Jika waktu expired date nya sudah dekat,sebaiknya obat jangan
diberikan kepada pasien.
Obat yang sudah diterima besarnya ditata/disusun sesuai dengan
pengelompokkannya agar mudah dalam pencarian. Sedangkan
untuk etalase depan disusun sedemikian rupa supaya kelihatan rapi
dan menarik.
Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat di apotek Indria disimpan di rak khusus,
khususnya di ruang gudang dan obat disini disimpan berdasarkan
alfabet, bentuk sediaan dan jenis pabrik.
Untuk obat yang berbentuk Suppositoria, serta obat khusus lain
disimpan dalam lemari pendingin, sedangkan untuk obat golongan
narkotik dan psikotropika disimpan dalam lemari / laci khusus.
Distribusi Obat
Adalah suatu kegiatan dan penyaluran obat agar merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sub – sub untuk pelayanan kesehatan.
Tujuannya yaitu untuk dapat memenuhi semua kebutuhan obat sub
unit pelayanan kesehatan yang ada sesuai dengan jenis, jumlah,
mutu serta waktu yang tepat.
Di dalam distribusi obat yang ada di apotek yaitu pabrik farmasi
langsung ke PBF, menyalurkannya di apotek dan apotek bisa
menyalurkannya ke apotek yang lain atau toko obat ataupun
dokter. Dan dokter disini langsung menyalurkannya ke konsumen
yang harus menggunakan resep.
Pencatatan Obat
Petugas apotek setiap bulannya wajib mencatat pemakaian obat
golongan narkotik dan psikotropik. Dalam pencatatan obat narkotik
dan psikotropik terlebih dahulu dicatat ke dalam kartu stok obat
atau buku catatan pemakaian sehari – hari, baru kemudian disetiap
akhir bulan dicatat ke dalam laporan pengguna narkotik dana
psikotropik.
20
Pemusnahan perbekalan farmasi
21
Nama pemegang izin khusus pemusnahan
Nama saksi (1 orang dari pemerintah,1orang dari badan
yang bersangkuatan )
Nama dan jumlah psikotropik yang di musnahkan
Cara pemusnahan
Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi
22
Merupakan obat keras yang dapat diserahkan Apoteker kepada
pesien di apotek tanpa resep dokter.
Obat Bebas Terbatas Bertanda Biru (W)
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diberikan
kepada pasien tanpa resep dokter dengan pengarahan dalam
bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan. Pada kemasannya
diberikan tanda bulatan warna biru.
Contohnya : obat batuk dan flu
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat diberikan atau dapat dibeli
secara bebas dan tidak membahayakan bagi pemakai. Pada
kemasannya diberi tanda bulatan warna hijau.
Contohnya : obat – obat multivitamin.
Obat Keras Betanda Merah (G)
Obat keras yaitu obat yang dapat diperoleh hanya dengan resep
dokter karena obat keras tersebut berbahaya bila digunakan
secara sembarangan.
Antibiotik
Golongan Narkotik
Golongan Psikotropik
Pelayanan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi ( KIE )
Pelayanan KIE merupakan pelayanan dalam memberikan
komunikasi, informasi serta edukasi kepada pasien berupa cara
pemakaian, indikasi serta efek samping obat yang telah digunakan
pasien secara baik.
Berikut Cara Pemakaian / Aturan Pakai :
23
Obat per oral, dalam meminum obat sebaiknya diminum
dengan air putih, teh maupun buah – buahan lainnya yang
bisa membantu dalam meminumnya. Contoh : buah pisang
Obat golongan antasida merupakan tablet kunyah yang cara
pemakaiannya dikunyah terlebih dahulu sebelum / sesudah
makan.
Obat golongan tetrasiclin sebaiknya tidak diminum dengan
susu karena akan membentuk khelat (komplek)
Obat salep cara pemakaiannya dengan cara mengoleskan obat
berkali – kali pada tempat yang sakit.
Suppositoria cara pemakaiannya dengan memasukkan lewat
vagina maupun anus rectal. Suppositoria disini sebaiknya
disimpan dalam keadaan sejuk dan dingin, karena
Suppositoria akan meleleh serta mencair pada suhu panas
(suhu tubuh).
Obat tetes, cara pemakaiannya diteteskan kedalam mulut
ataupun diteteskan ke selaput mata biasanya sehari 2 – 3
tetes.
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam cara pemakaian /
aturan pakai antara lain :
1. 3 x sehari 1 tablet
2. 2 x sehari 1 tablet
3. 3 x sehari ½ tablet
4. 1 x sehari 1 tablet , dll.
Waktu pemakaian : pagi, siang dan sore / malam.
Adanya makanan dalam lambung akan memperlambat transit obat
di lambung. Oleh karena itu apabila menghendaki obat tersebut
cepat terserap dan bekerja secara maksimal, maka sebaiknya obat
tersebut diminum pada saat lambung dalam keadaan kosong (1- 1/2
jam sebelum makan) tetapi hal tersebut hanya dalam kasus – kasus
tertentu.
24
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Industri yang berupa penyusunan
laporan kegiatan ini penulis dapat menyimpulkan bahwa. Apotek merupakan
suatu tempat tertentu, dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
B. Saran
Dalam rangka peningkatan kualitas peran Apotek dalam menghadapi
pembeli / pasien pada umumnya. Penulis sampaikan saran – saran sebagai
berikut :
1. Memperlengkap obat yang ada di masing – masing Apotek
2. Tanggung jawab terhadap profesi harus lebih ditingkatkan lagi
3. Mengembangkan sarana dan prasarana di Apotek.
4. Memelihara sikap dan perilaku petugas yang baik terhadap pasien
5. Meningkatkan kedisiplinan dan ketelitian.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://farmasi-istn.blogspot.com/2007/11/pengelolaan-obat.html
http : //www.waspada.co.id/index.php?option=com content & view=article
& id=42957 : apotek-dan-apoteker & catid=25:artikel & itemid = 44 )
http://www.informasi-obat.com/content/view/49/52 )
http://farmasi-istn.blogspot.com/2007/11/pengertian-tugas-dan-fungsi-apotek.html
modul farmasi komunitas ( apotek ) kelas X
27
LAPORAN KEGIATAN PRAKERIN
DI APOTEK SEHAT
BOJONEGORO
28
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini dibuat dan diajukan sebagai syarat kelengkapan dan bukti
ketuntasan kegiatan prakerin / PKL SMK SENTOSA DHARMA ( program
keahlian farmasi ) BOJONEGORO tahun ajaran 2009/2010.
Oleh :
KATA PENGANTAR
i
29
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas berkah dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan praktek keja
lapangan ini dengan baik. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi kewajiban
dari sekolah dan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan praktek kerja
lapangn., sekaligus mengetahui bagaimana caran mengatasi masalah-masalah
yang akan dihadapi dalam melayani masyarakat secara langsung untuk bekal
dimasa mendatang.
Dalam menyelesaikan laporan PKL ini tentunya tidak lepas dari dukungan
dan bantuan berbagai pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung. Maka sehubung dengan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Susilawati, S.P.,MM selaku kepala sekolah SMK FARMASI
SENTOSA DHARMA BOJONEGORO .
2. Hj Chulif Fuada selaku direktur Apotek Sehat.
3. Puji Rahayu,Ssi.,Apt selaku Apoteker Apotek Sehat.
4. Ibu Septy Martha S, S.Farm.,Apt dan Bapak Joko Purnomo, S.Thl selaku
pembiimbing dalam melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan.
5. Para pegawai dan staf di Puskesmas Dander yang telah membantu dan
membimbing dengan separuh hati dalam rangka melaksanakan kegiatan
praktek kerja lapangan.
6. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan motivasi baik berupa
materi dan moral selama penulis melaksanakan PKL.
Sudah tentu kekurangan-kekurangan akan terdapat dalam laporan ini.
Karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat
penulis harapkan, demi kesempurnaan laporan ini. Serta pihak-pihak yang telah
membantu penyelenggaraan praktek kerja lapangn dari awal hingga
terselesaikannya laporan ini.
Kami sadar bahwa sebagai makhluk tuhan tentunya kami tidak lepas dari
kesalahan dalam melaksanakan PKL dan dalam pembuatan laporan ini.
Dan kami menyadari laporan yang kani buat ini jauh dari sempurna sehingga
kamiselaku penyusun laporan ini mengharap saran dan kritik yang bersifat
ii
30
membangun dan kesan dari semua pihak guna penyempurnaan dalam penyusunan
laporan dalam waktu mendatang.
Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
perkembangan pendididkan SMK FARMASI SENTOSA DHARMA
BOJONEGORO untuk dapat melahirkan asisten apoteker yang bermutu dan siap
kerja.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
31
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iv
32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................25
LAMPIRAN................................................................................................26
33