You are on page 1of 14

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN

Oleh: Suyadi

Pendahuluan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 51
mengamanatkan bahwa Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah.
Sedangkan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah dijelaskan pada bagian
penjelasan ayat 51 tersebut yaitu, “manajemen berbasis sekolah atau madrasah
adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang
dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh komite
sekolah atau madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan”. Definisi MBS
diuraikan lebih rinci sebagai suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk
melakukan redesain terhadap pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan pada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, kepala sekolah,
orang tua siswa, dan masyarakat (Fattah, 2004). MBS atau school based
management sendiri merupakan sebuah upaya adaptasi dari paradigma
pendidikan baru yang berasaskan desentralisasi. MBS memberikan otoritas pada
sekolah untuk mengembangkan prakarsa yang positif untuk kepentingan
sekolah.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, konsep MBS memiliki instrumen kunci
yang dikenal dengan nama Komite Sekolah. Tidak hanya itu, menurut Dr JC
Tukiman Taruna, seorang pakar pendidikan, implementasi MBS secara ideal
mensyaratkan beberapa hal yaitu (1) peningkatan kualitas manajemen sekolah
yang terlihat melalui transparansi keuangan, perencanaan partisipatif, dan
tanggung-gugat (akuntabilitas), (2) peningkatan pembelajaran melalui PAKEM
(pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan), dan (3)
peningkatan peran serta masyarakat melalui intensitas kepedulian masyarakat
terhadap sekolah (Kusmanto, 2004).
Ada lima prinsip yang mendasari program MBS yaitu (1) suitable—program cocok
dengan sistem dan kultur di Indonesia; (2) workable—dapat dilaksanakan,
program lebih bersifat praktis dan “membumi”; (3) affordable—terjangkau,
program dapat dilaksanakan oleh sekolah dengan inisiatif sendiri secara mandiri,
bila perlu tanpa harus ada bantuan dari luar; (4) replicable—program dapat
direplikasi kepada sekolah lain; dan (5) sustainable—program dapat terus
dilaksanakan dan dikembangkan karena didesain sesuai dengan dan
diimplementasikan ke dalam sistem dan struktur yang ada. Jadi program MBS
tidak memproduksi “barang baru”.
Tiga pilar MBS (Hallinger, Murphy, & Hausman, 1992) adalah (i) manajemen
sekolah, (ii) proses pembelajaran, dan (iii) peranserta masyarakat. Dalam
manajemen sekolah, kepala sekolah dan stafnya (para guru dan pegawai
administrasi sekolah) didorong untuk berinovasi dan berimprovisasi dari dalam
diri sekolah, yang kemudian akan menumbuhkan daya kreativitas dan prakarsa
sekolah, dan membuat sekolah sebagai pusat perubahan. Pengambilan
keputusan melibatkan warga sekolah, sesuai dengan relevansi, keahlian,
yurisdiksi, dan kompatibilitas keputusan dengan kepentingan partisipan. Dengan
cara ini, pengetahuan, informasi dan keahlian terbagi di antara kepala sekolah,
guru dan warga sekolah lain terutama komite sekolah.
Dalam mentrasformasi proses pembelajaran, kepala sekolah memfasilitasi
setiap upaya guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Inti dari
pilar kedua ini adalah digalakkannya pembelajaran berpusat pada siswa
(student-centered learning), yang diakronimkan dengan Pembelajaan yang Aktif,
Kreatif sehingga menjadi Efektif, namun tetap Menyengankan (PAKEM). Dalam
PAKEM, guru: (i) fleksibel dalam mengelola proses belajar-mengajar sehingga
anak dapat mengungkapkan pendapat dan dirinya, baik secara lisan maupun
tertulis, dan mengungkapkan hasil pekerjaan serta memajangkan hasil karyanya
di sekolah; (ii) menggunakan berbagai jenis penilaian untuk ”menangkap”
kemajuan dan prestasi siswa; (iii) memanfaatkan berbagai sumber daya yang
ada di lingkungan untuk menunjuang pembelajaran di dalam kelas, termasuk
memanfaatkan keahlian dan partisipasi masyarakat. Oleh karenanya pola
kepemimpinan yang dikembangkan dalam MBS adalah pola kepemimpinan
transformasional.
Kepemimpinan transformasional mempunyai tiga komponen yang harus
dimilikinya, yaitu: (1) memiliki kharisma yang didalamnya termuat perasaan cinta
antara KS dan staf secara timbal-balik sehingga memberikan rasa aman, percaya
diri, dan saling percaya dalam bekerja, (2) memiliki kepekaan individual yang
memberikan perhatian setiap staf berdasarkan minat dan kemampuan staf untuk
pengembangan profesionalnya dan (3) memiliki kemampuan dalam memberikan
simulasi intelektual terhadap staf. KS mampu mempengaruhi staf untuk berfikir
dan mengembangkan atau mencari berbagai alternatif baru.
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi
sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang
pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi
seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara sederhana kepemimpinan
transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk merubah dan
mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang
didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan
terhadap para bawahan.
Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang
dikenal sebutan 4 I, yaitu : idealized influence, inspirational motivation,
intellectual stimulation, dan individual consideration.
1. Idealized influence: kepala sekolah merupakan sosok ideal yang dapat
dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya, dipercaya, dihormati
dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah.
2. Inspirational motivation: kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru
dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan
mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di
sekolah.
3. Intellectual Stimulation: kepala sekolah dapat menumbuhkan kreativitas
dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan mengembangkan pemikiran
kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah ke arah yang lebih
baik.
4. Individual consideration: kepala sekolah dapat bertindak sebagai pelatih
dan penasihat bagi guru dan stafnya.
Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan, Northouse (2001)
menyimpulkan bahwa seseorang yang dapat menampilkan kepemimpinan
transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai seorang pemimpin
yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan hal
yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah dapat menerapkan
kepemimpinan transformasional di sekolahnya.
Karena kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang yang
luas tentang aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang
pemimpin transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses dan
memerlukan usaha sadar dan sunggug-sungguh dari yang bersangkutan.
Northouse (2001) memberikan beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan
transformasional, yakni sebagai berikut:
1. Berdayakan seluruh bawahan untuk melakukan hal yang terbaik untuk
organisasi;
2. Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai yang
tinggi;
3. Dengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan semangat
kerja sama;
4. Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang dalam organisasi;
5. Bertindak sebagai agen perubahan dalam organisasi dengan memberikan
contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan;
6. Menolong organisasi dengan cara menolong orang lain untuk berkontribusi
terhadap organisasi.

Kepemimpinan dan Manajemen Sekolah


Manajemen/pengelolaan sekolah merupakan upaya penyelesaian tugas-
tugas kelembagaan yang membuat sekolah dapat berjalan dengan baik.
Kepemimpinan berarti kiat pengembangan sekolah yang memprioritaskan
peningkatan pembelajaran, kesejahteraan dan kemampuan para siswa, guru, dan
masyarakat.
Peran Kepala Sekolah yang berkisar antara manajemen dan kepemimpinan
dan keduanya penting. Manajemen yang penting bagi efektifitas operasional
sekolah. Kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan keselarasan, hasil belajar
siswa, dan mutu pengajaran. Kepala sekolah perlu mengembangkan dan
menggunakan berbagai gaya kepemimpinan sesuai keadaan dan kebutuhan
tertentu.
Manajemen adalah segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
kebijakan dan program yang ada secara baik. Manajemen berkaitan dengan
efektifitas dan efisiensi. Sedangkan kepemimpinan adalahh segala hal berkaitan
dengan identifikasi dan pengembangan kebijakan dan program. Jadi
kepemimpinan berkaitan dengan perubahan.
Manajemen menuntut pemenuhan, sehingga biasanya dapat diprediksi.
Kepemimpinan bersifat berubah dan menuntut kesempurnaan.
Pemimpin yang baik seharusnya merupakan manajer yang ahli. Pemimpin
membawa staf keluar dari daerah kenyamanannya karena kepemimpinan
berkaitan dengan perubahan. Perubahan ini sering menyebabkan
ketidaknyamanan dan penolakan terhadap perubahan tersebut, olehh sebab itu
perubahan harus dikelola secara sistematis dan hati-hati.
Perilaku pemimpin adalah satu-satunya faktor yang memberikan pengaruh
terbesar terhadap budaya di tempat kerja. Apa yang dilakukan pemimpin
mengirim pesan lebih kuat daripada apa yang dikatakan. Pemimpin harus
berperilaku yang mendemonstrasikan kekuatan, ketegasan, keajegan,
kebijaksanaan dan sifat saling percaya.
Dalam mengelola perubahan sebuah organisasi harus dipandu dengan
Rencana Penjaminan Mutu. Dengan kata lain, perjalanan perubahan harus
direncanakan dengan baik dan dengan arah yang jelas. Tujuan dan tindakan
harus jelas. Proses perubahan ini harus melibatkan dan menghargai semua pihak
terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil yang diperoleh
dan hambatan-hambatan dikomunikasikan ke semua pihak.
Pemimpin yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Visioner: mengkomunikasikan visinya, mengkomunikasikan visinya menjadi
kenyataan;
2. Memegang nilai: peduli, hormat, empati, integritas, percaya, bijak;
3. Menjadi model;
4. Fokus: memilikii target dan berusaha mencapainya;
5. Dinamis: percaya diri dan berkeinginan mencoba hal baru;
6. Memiliki pengetahuan luas.
Inti dari perubahan adalah keterlibatan dan komunikasi. Agar terjalin keterlibatan
dan komunikasi maka pendekatan berikut perlu digunakan:
1. Visi bersama dengan tujuan dan indikator keberhasilan yang jelas.
2. Mewakili, pendekatan berbasis tim, dan menggunakan rencana kerja/aksi.
3. Melaporkan kemajuan, pemantauan, intervensi.
4. Memastikan perubahan kebijakan dan pemenuhan terus-menerus.
Kepemimpinan dan kemampuan manajerial memerlukan kecakapan yang sama,
kecakapan berorganisasi, penguasaan budaya setempat serta memahami
kebutuhan-kebutuhan orang yang terlibat di dalamnya. Pemimpin mengikuti
proses yang disepakati serta terlibat dan ikut berkomunikasi.
Pemimpin dan manajer yang baik sangat sadar dan menerima hal berikut:
1. Kebutuhan staf sehari-hari;
2. Kebutuhan untuk mengetahui dan menghargai setiap staf, baik sebagai
pribadi maupun sebagai orang yang memberikan sumbangan terhadap
organisasi;
3. Kebutuhan untuk mendengarkan secara aktif dan seksama, dengan pikiran
dan perasaan, terhadap dua hal: kadar semangat dan energi di tempat kerja,
apa yang sebenarnya dikatakan oleh tiap staf dan konsumen;
4. Kebutuhan organisasi jangka pendek dan panjang;
5. Gagasan yang baik;
6. Kritik dan saran yang membangun;
7. Kebenaran;
8. Kebijaksanaan dan nasihat bagi orang lain;
9. Apa yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Peran Kepala Sekolah


Manajemen yang efektif diperlukan untuk menyelenggarakansekolah yang baik,
tetapi itu belum cukup untuk menciptakan sekolah yang ideal. Manajemen yang
baik membutuhkan pimpinan yang baik. Berikut adalah daftar peran kepala
sekolah sebagai manajer maupun pimpinan sekolah:

Peran
Kepala Manajemen Sekolah Kepemimpinan di Sekolah
Sekolah
Kelembagaan ➢ Anggaran sekolah  Membahas dan menentukan
➢ Perawatan sekolah prioritas sekolah
➢ Inventarisasi  Mengkaji apa yang dapat
sumberdaya materi dimanfaatkan dari data untuk
sekolah menyusun strategi.
➢ Penyelesaian  Memastikan adanya pendekatan
semua format dan yang transparan terhadap
laporan manajemen sekolah
➢ Pengumpulan data.  Sarana dan tujuan penilaian siswa
 Pengembangan berbagai kebijakan
dan praktik manajemen sekolah.
Kurikulum ➢ Pengaturan kelas  Penentuan metode pengajaran
➢ Pembelaian materi-  Pengembangan berbagai kebijakan
materi untuk kelas dan praktik kurikulum
➢ Jam pelajaran di  Kehadiran
sekolah  Perbaikan kurikulum
➢ Kegiatan ekstra  Kebutuhan akan kurikulum lokal
kurikuler
Sumberdaya ➢ Materi dan  Menentukan nilai-nilai sekolah
Manusia peralatan untuk  Menjaga perilaku agar sesuai
Peran
Kepala Manajemen Sekolah Kepemimpinan di Sekolah
Sekolah
guru dengan nilai-nilai sekolah
➢ Akomodasii guru  Mengembangkan kebijakan dan
➢ Pemilihan komite praktik manajemen perilaku siswa
sekolah  Mendampingi guru dan berbagi
➢ Pemilihan (sharing) metode mengajar yang
pemimpin di baik
kalangan siswa  Guru saling berbagi dalam bidang-
➢ Pengorganisasian bidang yang ingin didukung demi
siswa perbaikan
➢ Beban dan  Diskusi mengenai kebutuhan siswa
tanggung jawab  Berhadapan dengan isu gender dan
mengajar hak-hak anak
 Memanfaatkan anggota masyarakat
yang berhasil dalam pendidikan
sebagai teladan untuk anggota
masyarakat yang lain.
Budaya dan ➢ Mengatur rapat  Visi dan misi
Masyarakat komite sekolah  Bertanggung jawab terhadap
➢ Mengelesaikan masyarakat
Rencana Kerja  Mencari masukan dari masyarakat
Sekolah  Memanfaatkan kearifan lokal dan
➢ Melatih komite lingkungan sebagai sumber belajar
sekolah  Membangun hubungan yang baik
menyelenggarakan  Mendampingi staf sekolah dan
rapat yang efektif masyarakat dalam menentukan
➢ Melatih badan kriteria pengajaran yang baik
pengurus komite  Menjaga kerahasiaan.
sekolah dalam
menjalankan
perannya

Kepemimpinan sekolah/madrasah

Dalam penyelenggaraan sekolah/madrasah, kepemimpinan sekolah/madrasah


menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 adalah
sebagai berikut:

1. Setiap sekolah/madrasah dipimpin oleh seorang kepala sekolah/madrasah;


2. Kriteria untuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah
berdasarkan ketentuan dalam Standar Pendidik dan tenaga Kependidikan;
3. Kepala Sekolah/madrasah:
a. Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b. Merumuskan tujuan dan target mutu yang kan dicapai;
c. Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan dan kelemahan
sekolah/madrasah;
d. Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu;
e. Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah;
f. Melibatkan guru, komite sekolah/madrasah dalam pengambilan keputusan
penting sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta,
pengambilan keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara
sekolah/madrasah;
g. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orangtua
peserta didik dan masyarakat;
h. Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas
prestasi dan sanksi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
i. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;
j. Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan
kurikulum;
k. Melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta pemanfaatan
hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/madrasah;
l. Meningkatkan mutu pendidikan;
m. Memberii teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;
n. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
pembelajaran yang dikomunikasikan denga baik dan didukung oleh
komunitas sekolah/madrasah;
o. Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan
sekolah/madrasah dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses
belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga
kependidikan;
p. Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumberdaya
sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman,
sehat, efisien, dan efektif;
q. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan
komite sekolah/madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan
komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumberdaya masyarakat;
r. Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.
1. Kepala sekolah/madrasah dapat mendelegasikan sebagian tugas dan
kewenangan kepada waklil kepala sekolah/madrasah sesuai dengan
bidangnya.
Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar


Kepala Sekolah/Madrasah telah menetapkan standar kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai berikut:

DIMENSI
No KOMPETENSI
KOMPETENSI
1. Kepribadian 1.1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia
bagi komunitas di sekolah/ madrasah.
1.2 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
1.3 Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah.
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi.
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam
pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.
1.6 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan.
2. Manajerial 2.1 Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk
berbagai tingkatan perencanaan.
2.2 Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai
dengan kebutuhan.
2.3 Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah
secara optimal.
2.4 Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar
DIMENSI
No KOMPETENSI
KOMPETENSI
yang efektif.
2.5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta
didik.
2.6 Mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
2.7 Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah
dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
2.8 Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat
dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah/ madrasah.
2.9 Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta
didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas
peserta didik.
2.10 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan
nasional.
2.11 Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan
prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan
efisien.
2.12 Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
2.13 Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam
mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta
didik di sekolah/madrasah.
2.14 Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam
mendukung penyusunan program dan pengambilan
keputusan.
2.15 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
3. Kewirausahaan 3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
3.2 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif.
DIMENSI
No KOMPETENSI
KOMPETENSI
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrasah.
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar
peserta didik.
4. Supervisi 4.1 Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
5. Sosial 5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
5.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Kepemimpinan Kurikulum
Kepala Sekolah berperan penting dalam kepemimpinan di bidang kurikulum.
Kepemimpinan kurikulum dii sekolah antara lain:
1. Melaksanakan kurikulum nasional dalam hal penguasaan kompetensi,
pencapaian hasil dan penentuan indikator;
2. Menggunakan unsur-unsur budaya setempat dalam proses belajar mengajar
dengan memadukannya pada mata pelajaran atau berdiri sendiri;
3. Mengembangkan keterampilan mengajar para guru;
4. Memastikan bahwa guru menggunakan metode mengajar untuk memenuhi
kebutuhan individual siswa;
5. Memastikan adanya pertemuan berkala para guru untuk merencanakan
pengajaran, berbagi pengalaman dan sumberdaya, serta membahas upaya
peningkatan metode pengajaran dan penilaian siswa;
6. Mendukung guru untuk menghimpun dan menggunakan data siswa sebagai
fokus pengajaran yang berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa;
7. Mengembangkan manajemen perilaku siswa;
8. Memantau data prestasi dan kehadiran siswa serta mengembangkan metode
untuk mengatasi masalah di bidang tersebut melalui konsultasi dengan orang
tua, guru, dan masyarakat;
9. Memanfaatkan anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan tertentu yang diperlukan untuk mengajar;
10.Peka terhadap ketimpangan yang disebabkan oleh bias gender, agama,
budaya, bahasa, fisik, dan kurikulum;
Kepemimpinan di bidang kurikulum juga sangat terkait dengan strategi
sekolah untuk menentukan bahan-bahan ajar bagi para siswa. Isi kurikulum
nasional akan menjadi relevan dan bermakna jika dikaitkan dengan budaya,
lingkungan, dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Misalnya, guru kelas awal mengajar sebagaimana membuat Buku Besar
(buku yang merupakan hasil kerja guru bersama siswa dalam pembelajaran)
yang cocok dengan budaya dan kondisi setempat. Contoh lainnya, guru
Matematika dapat meminta siswa berkunjung ke kebun sekolah, dan menghitung
jumlah jagung, ubi, tanaman tomat, dan sebagainya. Kemudian, ketika mereka
kembali ke kelas, setiap siswa dapat menulis jumlah benda yang ditemukannya
di kebun sekolah pada selembar kertas. Para siswa dapat belajar dari
lingkungannya. Contoh lain bisa saja berupa jenis tumbuhan, sayuran, stasiun
cuaca, dan sebagainya.

Tindak Kepemimpinan Kurikulum


1. Mengembangkan Kurikulum Sekolah (KTSP) secara akademik dan partisipatif;
2. Menggunakan unsur-unsur budaya setempat dalam pembelajaran dengan
memadukannya pada mata pelajara atau berdiri sendiri;
3. Mengadakan kegiatan-kegiatan akademik untuk mengembangkan
keterampilan mengajar guru;
4. Memonitor perkembangan keterampilan mengajar guru;
5. Memastikan bahwa guru-guru terlibat dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah;
6. Memasukkan kegiatan-kegiatan pengembangan keterampilan mengajar guru
dalam rencana kerja sekolah (RKS);
7. Mengadakan pertemuan berkala dengaan dan antar para guru untuk
merencanakan pembelajaran, berbagi pengalaman dan sumberdaya, serta
membahas upaya peningkatan metode pembelajaran dan penilaian;
8. Mengadakan kegiatan mengkaji sumber-sumber belajar yang digunakan,
misalnya buku paket;
9. Membimbing guru untuk menghimpun dan menggunakan data siswa sebagai
fokus pengajaran yang berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa;
10.Mengadakan pertemuan berkala dengan dan antar para guru untuk
mengevaluasi proses pembelajaran yang sedang atau telah berlangsung;
11.Mengembangkan manajemen perilaku siswa;
12.Memantau data prestasi dan kehadiran siswa serta mengembangkan cara
mengatasi masalah tersebut melalui konsultasi dengan orang tua, guru dan
masyarakat;
13.Memanfaatkan anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk menjadi sumber belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Modul Pelatihan Praktik yang baik 1.


Jakarta: Depdiknas bekerjasama dengan Europan Union, Unicef, Unesco

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Modul Pelatihan Praktik yang baik 4.


Jakarta: Depdiknas bekerjasama dengan Europan Union, Unicef, Unesco

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Modul Pelatihan Praktik yang baik 5.


Jakarta: Depdiknas bekerjasama dengan Europan Union, Unicef, Unesco

John Hall, et.al. 2002. Transformational Leadership: The Transformation of Managers and
Associates. on line : www.edis.ifas.ufl.edu

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar


Pengelolaan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar


kepala Sekolah/madrasah

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional

You might also like