Professional Documents
Culture Documents
Oleh: Suyadi
Pendahuluan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 51
mengamanatkan bahwa Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah.
Sedangkan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah dijelaskan pada bagian
penjelasan ayat 51 tersebut yaitu, “manajemen berbasis sekolah atau madrasah
adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang
dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh komite
sekolah atau madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan”. Definisi MBS
diuraikan lebih rinci sebagai suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk
melakukan redesain terhadap pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan pada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, kepala sekolah,
orang tua siswa, dan masyarakat (Fattah, 2004). MBS atau school based
management sendiri merupakan sebuah upaya adaptasi dari paradigma
pendidikan baru yang berasaskan desentralisasi. MBS memberikan otoritas pada
sekolah untuk mengembangkan prakarsa yang positif untuk kepentingan
sekolah.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, konsep MBS memiliki instrumen kunci
yang dikenal dengan nama Komite Sekolah. Tidak hanya itu, menurut Dr JC
Tukiman Taruna, seorang pakar pendidikan, implementasi MBS secara ideal
mensyaratkan beberapa hal yaitu (1) peningkatan kualitas manajemen sekolah
yang terlihat melalui transparansi keuangan, perencanaan partisipatif, dan
tanggung-gugat (akuntabilitas), (2) peningkatan pembelajaran melalui PAKEM
(pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan), dan (3)
peningkatan peran serta masyarakat melalui intensitas kepedulian masyarakat
terhadap sekolah (Kusmanto, 2004).
Ada lima prinsip yang mendasari program MBS yaitu (1) suitable—program cocok
dengan sistem dan kultur di Indonesia; (2) workable—dapat dilaksanakan,
program lebih bersifat praktis dan “membumi”; (3) affordable—terjangkau,
program dapat dilaksanakan oleh sekolah dengan inisiatif sendiri secara mandiri,
bila perlu tanpa harus ada bantuan dari luar; (4) replicable—program dapat
direplikasi kepada sekolah lain; dan (5) sustainable—program dapat terus
dilaksanakan dan dikembangkan karena didesain sesuai dengan dan
diimplementasikan ke dalam sistem dan struktur yang ada. Jadi program MBS
tidak memproduksi “barang baru”.
Tiga pilar MBS (Hallinger, Murphy, & Hausman, 1992) adalah (i) manajemen
sekolah, (ii) proses pembelajaran, dan (iii) peranserta masyarakat. Dalam
manajemen sekolah, kepala sekolah dan stafnya (para guru dan pegawai
administrasi sekolah) didorong untuk berinovasi dan berimprovisasi dari dalam
diri sekolah, yang kemudian akan menumbuhkan daya kreativitas dan prakarsa
sekolah, dan membuat sekolah sebagai pusat perubahan. Pengambilan
keputusan melibatkan warga sekolah, sesuai dengan relevansi, keahlian,
yurisdiksi, dan kompatibilitas keputusan dengan kepentingan partisipan. Dengan
cara ini, pengetahuan, informasi dan keahlian terbagi di antara kepala sekolah,
guru dan warga sekolah lain terutama komite sekolah.
Dalam mentrasformasi proses pembelajaran, kepala sekolah memfasilitasi
setiap upaya guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Inti dari
pilar kedua ini adalah digalakkannya pembelajaran berpusat pada siswa
(student-centered learning), yang diakronimkan dengan Pembelajaan yang Aktif,
Kreatif sehingga menjadi Efektif, namun tetap Menyengankan (PAKEM). Dalam
PAKEM, guru: (i) fleksibel dalam mengelola proses belajar-mengajar sehingga
anak dapat mengungkapkan pendapat dan dirinya, baik secara lisan maupun
tertulis, dan mengungkapkan hasil pekerjaan serta memajangkan hasil karyanya
di sekolah; (ii) menggunakan berbagai jenis penilaian untuk ”menangkap”
kemajuan dan prestasi siswa; (iii) memanfaatkan berbagai sumber daya yang
ada di lingkungan untuk menunjuang pembelajaran di dalam kelas, termasuk
memanfaatkan keahlian dan partisipasi masyarakat. Oleh karenanya pola
kepemimpinan yang dikembangkan dalam MBS adalah pola kepemimpinan
transformasional.
Kepemimpinan transformasional mempunyai tiga komponen yang harus
dimilikinya, yaitu: (1) memiliki kharisma yang didalamnya termuat perasaan cinta
antara KS dan staf secara timbal-balik sehingga memberikan rasa aman, percaya
diri, dan saling percaya dalam bekerja, (2) memiliki kepekaan individual yang
memberikan perhatian setiap staf berdasarkan minat dan kemampuan staf untuk
pengembangan profesionalnya dan (3) memiliki kemampuan dalam memberikan
simulasi intelektual terhadap staf. KS mampu mempengaruhi staf untuk berfikir
dan mengembangkan atau mencari berbagai alternatif baru.
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi
sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang
pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi
seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara sederhana kepemimpinan
transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk merubah dan
mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang
didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan
terhadap para bawahan.
Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang
dikenal sebutan 4 I, yaitu : idealized influence, inspirational motivation,
intellectual stimulation, dan individual consideration.
1. Idealized influence: kepala sekolah merupakan sosok ideal yang dapat
dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya, dipercaya, dihormati
dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah.
2. Inspirational motivation: kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru
dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan
mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di
sekolah.
3. Intellectual Stimulation: kepala sekolah dapat menumbuhkan kreativitas
dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan mengembangkan pemikiran
kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah ke arah yang lebih
baik.
4. Individual consideration: kepala sekolah dapat bertindak sebagai pelatih
dan penasihat bagi guru dan stafnya.
Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan, Northouse (2001)
menyimpulkan bahwa seseorang yang dapat menampilkan kepemimpinan
transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai seorang pemimpin
yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan hal
yang amat menguntungkan jika para kepala sekolah dapat menerapkan
kepemimpinan transformasional di sekolahnya.
Karena kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang yang
luas tentang aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang
pemimpin transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses dan
memerlukan usaha sadar dan sunggug-sungguh dari yang bersangkutan.
Northouse (2001) memberikan beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan
transformasional, yakni sebagai berikut:
1. Berdayakan seluruh bawahan untuk melakukan hal yang terbaik untuk
organisasi;
2. Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai yang
tinggi;
3. Dengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan semangat
kerja sama;
4. Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang dalam organisasi;
5. Bertindak sebagai agen perubahan dalam organisasi dengan memberikan
contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan;
6. Menolong organisasi dengan cara menolong orang lain untuk berkontribusi
terhadap organisasi.
Peran
Kepala Manajemen Sekolah Kepemimpinan di Sekolah
Sekolah
Kelembagaan ➢ Anggaran sekolah Membahas dan menentukan
➢ Perawatan sekolah prioritas sekolah
➢ Inventarisasi Mengkaji apa yang dapat
sumberdaya materi dimanfaatkan dari data untuk
sekolah menyusun strategi.
➢ Penyelesaian Memastikan adanya pendekatan
semua format dan yang transparan terhadap
laporan manajemen sekolah
➢ Pengumpulan data. Sarana dan tujuan penilaian siswa
Pengembangan berbagai kebijakan
dan praktik manajemen sekolah.
Kurikulum ➢ Pengaturan kelas Penentuan metode pengajaran
➢ Pembelaian materi- Pengembangan berbagai kebijakan
materi untuk kelas dan praktik kurikulum
➢ Jam pelajaran di Kehadiran
sekolah Perbaikan kurikulum
➢ Kegiatan ekstra Kebutuhan akan kurikulum lokal
kurikuler
Sumberdaya ➢ Materi dan Menentukan nilai-nilai sekolah
Manusia peralatan untuk Menjaga perilaku agar sesuai
Peran
Kepala Manajemen Sekolah Kepemimpinan di Sekolah
Sekolah
guru dengan nilai-nilai sekolah
➢ Akomodasii guru Mengembangkan kebijakan dan
➢ Pemilihan komite praktik manajemen perilaku siswa
sekolah Mendampingi guru dan berbagi
➢ Pemilihan (sharing) metode mengajar yang
pemimpin di baik
kalangan siswa Guru saling berbagi dalam bidang-
➢ Pengorganisasian bidang yang ingin didukung demi
siswa perbaikan
➢ Beban dan Diskusi mengenai kebutuhan siswa
tanggung jawab Berhadapan dengan isu gender dan
mengajar hak-hak anak
Memanfaatkan anggota masyarakat
yang berhasil dalam pendidikan
sebagai teladan untuk anggota
masyarakat yang lain.
Budaya dan ➢ Mengatur rapat Visi dan misi
Masyarakat komite sekolah Bertanggung jawab terhadap
➢ Mengelesaikan masyarakat
Rencana Kerja Mencari masukan dari masyarakat
Sekolah Memanfaatkan kearifan lokal dan
➢ Melatih komite lingkungan sebagai sumber belajar
sekolah Membangun hubungan yang baik
menyelenggarakan Mendampingi staf sekolah dan
rapat yang efektif masyarakat dalam menentukan
➢ Melatih badan kriteria pengajaran yang baik
pengurus komite Menjaga kerahasiaan.
sekolah dalam
menjalankan
perannya
Kepemimpinan sekolah/madrasah
DIMENSI
No KOMPETENSI
KOMPETENSI
1. Kepribadian 1.1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia
bagi komunitas di sekolah/ madrasah.
1.2 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
1.3 Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah.
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi.
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam
pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.
1.6 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan.
2. Manajerial 2.1 Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk
berbagai tingkatan perencanaan.
2.2 Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai
dengan kebutuhan.
2.3 Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah
secara optimal.
2.4 Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar
DIMENSI
No KOMPETENSI
KOMPETENSI
yang efektif.
2.5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta
didik.
2.6 Mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
2.7 Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah
dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
2.8 Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat
dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah/ madrasah.
2.9 Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta
didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas
peserta didik.
2.10 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan
nasional.
2.11 Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan
prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan
efisien.
2.12 Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
2.13 Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam
mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta
didik di sekolah/madrasah.
2.14 Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam
mendukung penyusunan program dan pengambilan
keputusan.
2.15 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
3. Kewirausahaan 3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
3.2 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif.
DIMENSI
No KOMPETENSI
KOMPETENSI
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrasah.
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar
peserta didik.
4. Supervisi 4.1 Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
5. Sosial 5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
5.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Kepemimpinan Kurikulum
Kepala Sekolah berperan penting dalam kepemimpinan di bidang kurikulum.
Kepemimpinan kurikulum dii sekolah antara lain:
1. Melaksanakan kurikulum nasional dalam hal penguasaan kompetensi,
pencapaian hasil dan penentuan indikator;
2. Menggunakan unsur-unsur budaya setempat dalam proses belajar mengajar
dengan memadukannya pada mata pelajaran atau berdiri sendiri;
3. Mengembangkan keterampilan mengajar para guru;
4. Memastikan bahwa guru menggunakan metode mengajar untuk memenuhi
kebutuhan individual siswa;
5. Memastikan adanya pertemuan berkala para guru untuk merencanakan
pengajaran, berbagi pengalaman dan sumberdaya, serta membahas upaya
peningkatan metode pengajaran dan penilaian siswa;
6. Mendukung guru untuk menghimpun dan menggunakan data siswa sebagai
fokus pengajaran yang berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa;
7. Mengembangkan manajemen perilaku siswa;
8. Memantau data prestasi dan kehadiran siswa serta mengembangkan metode
untuk mengatasi masalah di bidang tersebut melalui konsultasi dengan orang
tua, guru, dan masyarakat;
9. Memanfaatkan anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan tertentu yang diperlukan untuk mengajar;
10.Peka terhadap ketimpangan yang disebabkan oleh bias gender, agama,
budaya, bahasa, fisik, dan kurikulum;
Kepemimpinan di bidang kurikulum juga sangat terkait dengan strategi
sekolah untuk menentukan bahan-bahan ajar bagi para siswa. Isi kurikulum
nasional akan menjadi relevan dan bermakna jika dikaitkan dengan budaya,
lingkungan, dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Misalnya, guru kelas awal mengajar sebagaimana membuat Buku Besar
(buku yang merupakan hasil kerja guru bersama siswa dalam pembelajaran)
yang cocok dengan budaya dan kondisi setempat. Contoh lainnya, guru
Matematika dapat meminta siswa berkunjung ke kebun sekolah, dan menghitung
jumlah jagung, ubi, tanaman tomat, dan sebagainya. Kemudian, ketika mereka
kembali ke kelas, setiap siswa dapat menulis jumlah benda yang ditemukannya
di kebun sekolah pada selembar kertas. Para siswa dapat belajar dari
lingkungannya. Contoh lain bisa saja berupa jenis tumbuhan, sayuran, stasiun
cuaca, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
John Hall, et.al. 2002. Transformational Leadership: The Transformation of Managers and
Associates. on line : www.edis.ifas.ufl.edu