You are on page 1of 24

MAKALAH

MESIN KONVERSI ENERGI


KONVENSIONAL

DISUSUN OLEH :

1. Lalu Ahmad Arief F1C 004 043


2. Nanang Prayitno F1C 006 057
3. I Ketut Putra Jaya D F1C 007 023
4. M Amri Alkaromi F1C 007 049
5. Salim Fuady F1C 007 059

JURUSAN MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2009
A. Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,berkat rahmat dan limpahan

karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Konversi Energi Konvensional

(Energi Surya, Turbin Angin Horizontal dan Vertikal, Energi Gelombang Laut dan

Energi Geothermal) ini dengan sebaik – baiknya.

Begitu pula saya ucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Atas segala bantuanya baik dalam bimbingan mata kuliah Mesin Konversi

Enegi maupun dalam proses terselesaikannya makalah ini, penulis ucapkan terima kasih.

Menyadari akan keterbatasan pengetahuan maupun penguasaan materi

mata kuliah. Maka, kami sangat mengharapkan masukan baik itu berupa kritik maupun

saran untuk kesempurnaan makalah kami ini dan untuk penyusunan makalah lain

selanjutnya.

Semogamakalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan untuk kami

penyusun pada khususnya.

Tim Penyusun
B. Latar Belakang

Akhir – akhir ini perbincangan tentang energi tidak ada henti – hentinya.

Dimana masih terdapat banyak permasalahan didalamnya yang harus diselesaikan

selain terdapat manfaat untuk umat manusia. Seiring majunya teknologi dengan

penemuan yang baru, seiring itu juga permasalahannya semakin kompleks terhadap

energi tersebut. Ketersediaan energi merupakan elemen yang sangat penting dalam

berbagai aspek kehidupan manusia, sekaligus sebagai kebutuhan mutlak untuk

menunjang pembangunan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi manusia, ketika

dihadapkan pada kondisi dimana sebagian besar penyediaannya masih bergantung

pada energi fosil dan pengembangan sumber – sumber energi terbarukan masih sangat

terbatas. Sementara permintaan terhadap energi semakin meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan yang terus berkembang.

Sebagai contoh Negara kita tercinta Indonesia. Ketergantungan Indonesia

terhadap energi fosil terutama minyak bumi menimbulkan kekhawatiran mengingat

energi tersebut merupakan energi yang tidak terbarukan. Dengan tingkat eksploitasi

yang dilakukan saat ini tanpa penemuan cadangan baru yang signifikan serta kapasitas

kilang yang cenderung stagnan, akan menyebabkan jumlah cadangannya di dalam

negeri semakin menipis.

Selama ini energi terbarukan lebih banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan

listrik mengingat listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting baik sebagai

penerangan dirumah-rumah maupun untuk menggerakkan industri. Namun demikian,

ada juga beberapa jenis energi terbarukan yang dikonsumsi secara langsung walaupun

jumlahnya masih sangat sedikit. Padahal pengembangan energi terbarukan merupakan

salah satu solusi penting bagi keberlanjutan pembangunan khususnya sektor energi.
Karena itu konversi energi sangatlah diperlukan, yang merupakan solusi dari

keterbatasan energi yang pasti akan dihadapi. Banyak alternatif dalam pengkonversian

energi itu sendiri yang akhir – akhir ini marak ditemukan oleh para penemu. Namun

masih belum dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin atau secara besar – besaran.

Pemanfaatannya masih sebatas percobaan dan kalangan sendiri saja, belum mampu

menjadi kebutuhan sekunder, bahkan primer bagi masyrakat. Hal ini antara lain

disebabkan oleh harga energi terbarukan yang belum kompetitif bila dibandingkan

dengan harga energi fosil yang masih disubsidi, rendahnya penguasaan teknologi

sehingga kandungan impornya tinggi, serta keterbatasan dana untuk melakukan

penelitian, pengembangan, maupun investasi dalam pemanfaatan energi terbarukan

serta infrastruktur yang kurang memadai.

Dalam makalah ini, akan membahas beberapa alternatif Mesin Konversi

Energi dalam sudut pandang Konvensional. Diantaranya adalah Energi Surya, Turbin

angin Vertikal Horizontal, Energi Pasang Surut dan Gelombang Laut dan Energi

Geothermal.
C. Pembahasan
1. Energi Surya
a. Definisi Energi Surya

Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya

(matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Sumber

energi berjumlah besar dan bersifat kontinu terbesar yang tersedia bagi manusia adalah

energi surya, khususnya energi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sinar matahari.

Energi surya adalah sangat luar biasa karena bersifat tidak polutif, tidak dapat habis,

dapat dipercaya dan tidak perlu membeli. Arus energi surya yang rendah,

mengakibatkan dipakainya sistem dan kolektor yang luas permukaannya dan besar

untuk mengumpulkan dan mengonsentrasikan energi tersebut. Sistem kolektor ini

berharga sangat mahal dan ada masalah lagi bahwa sistem – sistem di bumi tidak dapat

diharapkan akan menerima persediaan dari eneergi surya ini secara terus menerus. Hal

ini berarti diperlukannya sistem penyimpanan yang lain atau konversi lain terhadap

energi surya ini untuk menyimpan energi ini pada malam hari dan saat cuaca mendung.

Energi surya dapat dikonversi secara langsung menjadi bentuk energi lain

melaui tiga proses, yaitu heliochemical, helioelectrical dan heliothermal.

1. Reaksi heliochemical yang utama adalah proses fotosintesa. Poses ini adalah

sumber dari semua bahan bakar fosil.

2. Proses helioelectrical yang utama adalah produksi listrik oleh sel – sel surya.

3. Proses heliothermal adalah penyerapan radiasi matahari dan pengkonversian energi

ini menjadi energi thermal.


a. Pemanfaatan Energi Surya

Pemanfaatan energi surya surya langsung dapat dibedakan dengan tiga cara.

Pertama adalah prinsip pemanasan langsung. Dalam hal ini sinar matahari memanasi

langsung benda yang akan dipanaskan atau secara langsung memanasi medium.

Kedua benda yang dipanaskan mempunyai sejumlah energi panas yang akan

dikonversikan menjadi energi listrik. Ketiga cara photovoltaik yaitu energi sinar

matahari langsung dikonversikan menjadi energi listrik.

1.Pemanasan Langsung

Menjemur pakaian adalah contoh yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari

yang menggunakan pemanfaatan langsung energi surya. Dengan cara pemanasan

langsung ini suhu yang akan dipeoleh tidak akan melampaui 100 C.

Efektivitas pemanfaatan energi surya dengan cara pemanfaatn langsung dapat

ditingkatkan bila menggunakan pengumpul-pengumpul panas, yang biasa disebut

kolektor. Sinar-sinar matahari dikonsetrasikan dengan kolektor ini pada suatu

tempat, sehingga diperoleh suatu suhu yang lebih tinggi. Sistem pemanasan

langsung mempunyai effisiensi 30%-40%. Conoh pemanasan langsung dengan

menggunakan kolektor misalnya kompor matahari, pemanas air mandi dan kolam.

2.Konversi surya ThermisElektris

Suatu teknologi yang tampaknya mempunyai potensi yang bagus adalah

konversi surya thermis elektris (solar thermal electric conversion). Pada prinsipnya

konversi surya thermis elektris memerlukan sejumlah konsentrator optik untuk

pemanfaatan radiasi surya, sebuah alat untuk menyerap energi yang dikumpulkan,

suatu sistem pengangkut panas dan sebuah mesin sebagai pembangkit tenaga listrik.

Diperkirakan bahwa sebuah unit konversi surya thermis elektris dari 100 MW

listrik akan mempunyai 12.500 buah heliostat, dengan permukaan refleksi masing –

masing seluas 40 m2, sebuah menara pemerima setinggi 250 m, yang memikul
sebuah penyerap untuk membuat uap bagi sebuah turbin selama enam hingga

delapan jam sehari.

Gambar 1. Model pembangkit tenaga listrik secara thermis

3.Konversi Energi Photovoltaik

Energi radiasi surya dapat dirubah menjadi arus listrik searah dengan

menggunakan lapisan – lapisan tipis dari silikon (Si) murni atau bahan

semikonduktor lainnya. Silikon merupakan suatu unsur yang banyak terdapat di

alam, untuk pemakaiannya sebagai konduktor silikon harus dimurnikan hingga suatu

tingkat pemurnian yang tinggi sekali, yaitu kurang dari satu atom pengotoran per

1010 atom silikon.

Dari gambar 2 dibawah menunjukkan bentuk kristalisasi demikian akan terjadi

bila silikon cair menjadi padat, hal ini disebabkan karena tiap atom silikon

mempunyai elektron valensi. Dengan demikian terjadi suatu bentuk kristal dimana

tiap atom silikon mempunyai 4 tetangga terdekat. Tiap dua atom silikon yang

bertetangga saling memiliki satu elektron valensinya. Bentuk kisi kristal sering

disebut kisi intan.


Gambar 2 Pengaturan atom dalam kristal silikon

Photo-voltaic lebih sering di sebut solar cell atau sel surya, karena cahaya yang

di jadikan energi listrik adalah sinar matahari. Sel surya merupakan suatu pn

junction dari silikon kristal tunggal. Dengan menggunakan photo-electric effect dari

bahan semikonduktor, sel surya dapat langsung mengkonversi sinar matahari

menjadi listrik searah.

Bila sel surya itu di kenakan pada sinar matahari, maka timbul yang di

namakan electron dan hole. Electron-electron dan hole-hole yang timbul di selitar pn

junction bergerak berturut-turut ke arah lapisan n dan ke arah lapisan p. Sehingga

pada saat electron-electorn dan hole-hole itu melintasi pn juction, timbul beda

potensial pada ujung sel surya. Jika pada kedua ujung sel surya di beri beban maka

timbul arus listrik yang mengalir melalui beban.

Sistem sel surya menggunakan energi sinar matahari untuk menghasilkan

listrik, tanpa memerlukan bahan bakar. Tanpa ada bagian yang berputar, maka

sistem sel surya hanya memerlukan sedikit perawatan. Sehingga sistem sel surya itu

boleh dibilang cost effective dan cocok untuk stasiun telekomunikasi daerah

terpencil, pelampung navigasi di tengah laut, alat pemantau permukaan air

bendungan, atau untuk penerangan rumah yang jauh dari jangkauan jaringan PLN.

Biaya operasional sistem sel surya jelas rendah.


Sistem sel surya dapat dibangun dalam berbagai ukuran atas dasar kebutuhan

energinya. Selanjutnya sistem sel surya itu dapat dikembangkan dan ditingkatkan

dengan mudah. Misalnya, bila kebutuhan energi semakin meningkat, cukup dengan

jalan menambahkan modul sel surya, tentunya jika sumber dananya memungkinkan.

Selain itu, sistem sel surya gampang untuk dipindahkan bila dipandang perlu.

Misalnya untuk menggerakkan pompa untuk pengairan sawah.

Sistem sel surya dapat dirancang untuk penggunaan di ruang angkasa, atau

penggunaan di permukaan bumi. Sistem sel surya untuk di permukaan bumi terdiri

dari modul sel surya, kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere) yang

maintenance free. Modul sel surya yang digunakan dapat diperoleh dalam berbagai

ukuran dan kapasitas. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30

watt. Modul sel surya menghasilkan daya yang proporsional dengan luas permukaan

modul yang terkena sinar matahari. Dalam penggunaan skala agak besar, aki (batere)

dalam sistem sel surya kadang-kadang dihubungkan dengan sebuah inverter, untuk

mengkonversi listrik searah (dc) menjadi listrik bolak-balik (ac).

Sistem sel surya biasanya ditempatkan di dekat yang memerlukan listrik.

Sehingga untuk tempat tempat yang terpencil hanya memerlukan kabel yang lebih

pendek dibandingkan jika menarik kabel dari jaringan PLN misalnya. Selain itu,

jelas sistem sel surya menjadi murah karena tidak memerlukan transformator.

Maka kesimpulannya, keunggulan sistem sel surya itu keandalannya tinggi,

biaya operasinya rendah, ramah lingkungan, berbentuk modul, dan biaya

konstruksinya rendah.
1. Turbin Angin Vertikal dan Horizontal
Pada masa awal perkembangannya, teknologi energi angin lebih banyak

dimanfaatkan sebagai sulih tenaga manusia dalam bidang pertanian dan manufaktur,

maka kini dengan teknologi dan bahan yang baru, manusia membuat turbin angin untuk

membangkitkan energi listrik yang bersih, baik untuk penerangan, sumber panas atau

tenaga pembangkit untuk alat-alat rumah tangga. Menurut data dari American Wind

Energy Association (AWEA), hingga saat ini telah ada sekitar 20.000 turbin angin

diseluruh dunia yang dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Kebanyakan turbin

semacam itu dioperasikan di lahan khusus yang disebut “ladang angin” (wind farm).

Pemanfaatan energi angin ini, selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap

energi fosil, diharapkan juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem

pertanian, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas masyarakat pertanian.

Angin daya adalah konversi energi dari angin produktif untuk digunakan dengan

berbagai cara. Ada banyak mesin, wind turbines, kinetis yang mengubah energi angin

menjadi energi mekanis oleh pengkonversian tersebut. Tenaga mekanik yang kemudian

bekerja dengan energi kinetis sehingga menjadi seimbang ke dalam sistem mekanis.

Setelah ini mekanik menjadi energi listrik sistem ini kemudian dikenal sebagai turbin

angin.

Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan menggabungkan

beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik. Listrik

dialirkan melalui kabel transmisi dan didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah,

dan sebagainya.Turbin angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin. Jenis lain yang

umum adalah jenis turbin dua bilah.


Turbin angin bekerja sebagai kebalikan dari kipas angin. Bukannya menggunakan

listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas angin, turbin angin menggunakan angin

untuk membuat listrik. Angin akan memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah

poros yang dihubungkan dengan generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk

pemakaian umum berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50

kilowatt, digunakan untuk perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.

✔ Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin propeler

dan turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh perhatian

besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah digunakan

adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik :

a. Turbin angin propeler adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal

seperti baling- baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus

diarahkan sesuai dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya. Kecepatan

angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer jenis mangkok

adalah yang paling banyak digunakan. Anemometer mangkok mempunyai sumbu

vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin. Jumlah putaran

per menit dari poros anemometer dihitung secara elektronik. Biasanya, anemometer

dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin. Jenis anemometer lain

adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi perbedaan fase dari

suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul udara.

b. Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin

yang digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama

kali ditemukan oleh GJM Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin angin jenis

Darrieus adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu
mendeteksi arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin

propeler.

✔ Secara umum tempat-tempat yang baik untuk pemasangan turbin angin antara

lain:

1. Celah di antara gunung. Tempat ini dapat berfungsi sebagai nozzle, yang

mempercepat aliran angin.

2. Dataran terbuka. Karena tidak ada penghalang yang dapat memperlambat angin,

dataran terbuka yang sangat luas memiliki potensi energi angin yang besar.

3. Pesisir pantai. Perbedaan suhu udara di laut dan di daratan menyebabkan angin

bertiup secara terus menerus.

✔ Turbin angin dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan arah sumbu:

a. Horizontal. Turbin angin dengan sumbu horizontal mempunyai sudu yang

berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propeler pesawat terbang. Gambar

3 memperlihatkan berbagai jenis turbin angin horizontal. Turbin angin biasanya

mempunyai sudu dengan bentuk irisan melintang khusus di mana aliran udara

pada salah satu sisinya dapat bergerak lebih cepat dari aliran udara di sisi yang

lain ketika angin melewatinya. Fenomena ini menimbulkan daerah tekanan

rendah pada belakang sudu dan daerah tekanan tinggi di depan sudu. Perbedaan

tekanan ini membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar.

b. Vertikal. Turbin angin dengan sumbu vertikal bekerja dengan prinsip yang sama

seperti halnya kelompok horizontal. Namun, sudunya berputar dalam bidang yang

paralel dengan tanah, seperti mixer kocokan telur.


Gambar 3 Berbagai Jenis Turbin Angin (Horizontal)

Setiap jenis turbin angin memiliki ukuran dan efisiensi yang berbeda. Untuk

memilih jenis turbin angin yang tepat untuk suatu kegunaan diperlukan tidak hanya

sekedar pengetahuan tetapi juga pengalaman.

Pada umumnya turbin angin yang mempunyai jumlah sudu banyak (soliditas

tinggi) akan mempunyai torsi yang besar. Turbin angin jenis ini banyak digunakan

untuk keperluan mekanikal seperti pemompaan air, pengolahan hasil pertanian dan

aerasi tambak. Sedangkan turbin angin dengan jumlah sudu sedikit, misalnya dua atau

tiga, digunakan untuk keperluan pembangkitan listrik. Turbin angin jenis ini

mempunyai torsi rendah tetapi putaran rotor yang tinggi. Gambar 4 memperlihatkan

korelasi antara efisiensi ( ,TSR=Tip Speed Ratio) dengan torsi (CQ). Gambar ini

menjelaskan bahwa rotor dengan jumlah sudu banyak akan mempunyai torsi yang

besar tetapi efisiensi tidak terlalu tinggi atau sebaliknya.


Gambar 4 Torsi rotor untuk berbagai jenis Turbin Angin

Jika dikaitkan dengan sumber daya angin, turbin angin dengan jumlah sudu

banyak lebih cocok digunakan pada daerah dengan potensi energi angin yang rendah

karena rated wind speed-nya tercapai pada putaran rotor dan kecepatan angin yang

tidak terlalu tinggi.

Sedangkan turbin angin dengan sudu sedikit (untuk pembangkitan listrik) tidak

akan beroperasi secara effisien pada daerah dengan kecepatan angin rata-rata kurang

dari 4 m/s. Dengan demikian daerah-daerah dengan potensi energi angin rendah, yaitu

kecepatan angin rata-rata kurang dari 4 m/s, lebih cocok untuk dikembangkan turbin

angin keperluan mekanikal. Jenis turbin angin yang cocok untuk keperluan ini antara

lain american tipe multi blade, cretan sail dan savonius.


1. Energi Pasang Surut dan Gelombang Laut

Di balik ganasnya gelombang samudera tersimpan potensi energi baru/terbarukan

yang sangat besar, energi yang dihasilkan pun ramah lingkungan. Tidak hanya

gelombang, energi baru/terbarukan juga dapat dihasilkan dari pasang surut air laut,

energi yang timbul akibat perbedaan suhu permukaan air dengan dasar laut (Ocean

Thermal Energy Conversion/OTEC) dan energi arus laut. Dengan luas lautan yang

mencapai 5,8 juta Km2 (perhitungan secara kartografis) Indonesia memiliki potensi

sumber energi alternatif berbasis gelombang laut yang sangat melimpah.

Sumber energi gelombang laut dapat dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi,

panjang dan periode waktu gelombang. Untuk menangkap energi gelombang tersebut

dapat dilakukan dengan tiga cara, menggunakan pelampung, kolom air yang berosilasi

(oscillating water column), dan wave surge. Pemanfaatan potensi energi gelombang

ini akan memberikan beberapa keuntungan. Selain merupakan energi bebas (tidak

perlu bahan bakar) dan dapat diperbaharui, gelombang juga dapat menghasilkan

energi yang besar dan murah.

Namun dalam memanfaatkan energi gelombang laut tersebut memilliki beberapa

kelemahan, diantaranya sangat tergantung dengan karakteristik gelombang yang

kadang-kadang bisa menghasilkan energi yang besar terkadang tidak, sehingga

pemilihan lokasi harus diperhitungkan dengan tepat. Lokasi yang ideal adalah yang

memiliki gelombang konsisten besar dan selanjutnya dilengkapi dengan peralatan

yang tahan terhadap cuaca yang buruk.


Jika dibandingkaan dengan teknologi hijau lainnya seperti matahari dan angin,

energi gelombang laut ini memberikan ketersediaan hingga mencapai 90% dengan

kawasan tidak terbatas. Selama ada ombak, maka energi listrik bisa didapat.

Untuk memprediksi daya yang dapat dibangkitkan di pantai dilakukan dengan

memanfaatkan data angin, karena angin yang bertiup dipermukaan laut merupakan

faktor utama timbulnya gelombang, angin yang berhembus dipermukaan akan

memindahkan energinya ke air semakin lama dan semakin kuat angin berhembus

maka semakin besar gelombang terbentuk. Kecepatan angin minimum yang dapat

membangkitkan gelombang yaitu sekitar 10 knot (5 m/det) dan untuk mengkonversi

tinggi dan periode gelombang dipergunakan persamaan gelombang untuk perairan

dangkal.
2. Energi Gheothermal

Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di

bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas bumi

telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New

Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non‐listrik

(direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan

akan energi serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan

1979, telah memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk

mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi

panas bumi. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik

di 24 Negara, termasuk Indonesia. Disamping itu fluida panas bumi juga

dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik di 72 negara, antara lain untuk pemanasan

ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk

pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dll.


Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah selatan dan lempeng

Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160

‐ 210 km di bawah Pulau Jawa‐ Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km

(Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses

magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah

Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang

dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang

dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatic

yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang

pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar

luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan

menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di

dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan

gunung api andesitisriolitisyang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih

asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi

umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis‐basaltis dengan

sumber magma yang lebih cair.

Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal

yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang

mempunyai temperature sedang (150‐225oC). Pada dasarnya sistim panas bumi

jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber

panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.

Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan

panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber

panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung
(bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk

bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber

panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih

tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas

bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi

sirkulasi air atau arus konveksi.

Gambar 5 Sistem Hidrothermal untuk Energi Panas Bumi

Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali

ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface

manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser

dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air

panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi,

berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan

terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya

rekahanrekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir

ke permukaan.
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida

utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau

sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem

dominasi uap. Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai

dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih

dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan

pori‐pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak

jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistim dominasi air

merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya

mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun “boiling” sering terjadi

pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai

temperatur dan tekanan tinggi.

Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir

panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C. Berdasarkan pada besarnya

temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi menjadi tiga, yaitu:

1. Sistim panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang reservoirnya

mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.

2. Sistim/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang reservoirnya

mengandung fluida bertemperatur antara 1250C dan 2250C.

3. Sistim/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnya

mengandung fluida bertemperatur diatas 2250C.

Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi

fluida yaitu sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan

sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi,

akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah fungsi dari

temperatur.
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal

yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang

mempunyai temperatur sedang (150‐ 225oC). Pengalaman dari lapangan‐lapangan

panas bumi yang telah dikembangkan di dunia maupun di Indonesia menunjukkan

bahwa sistem panas bumi bertemperatur tinggi dan sedang, sangat potensial bila

diusahakan untuk pembangkit listrik.

Potensi sumber daya panas bumi Indonesia sangat besar, yaitu sekitar

27500 MWe , sekitar 30‐40% potensi panas bumi dunia. Pembangkit Listrik Tenaga

Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler,

sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala

sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan

kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan

memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.

Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran

fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses

pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam
separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang

dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.

Apabila sumberdaya panasbumi mempunyai temperatur sedang, fluida

panas bumi masih dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan

menggunakan pembangkit listrik siklus binari (binary plant). Dalam siklus

pembangkit ini, fluida sekunder ((isobutane, isopentane or ammonia) dipanasi oleh

fluida panasbumi melalui mesin penukar kalor atau heat exchanger. Fluida sekunder

menguap pada temperatur lebih rendah dari temperatur titik didih air pada tekanan

yang sama. Fluida sekunder mengalir ke turbin dan setelah dimanfaatkan

dikondensasikan sebelum dipanaskan kembali oleh fluida panas bumi. Siklus

tertutup dimana fluida panas bumi tidak diambil masanya, tetapi hanya panasnya

saja yang diekstraksi oleh fluida kedua, sementara fluida panas bumi diinjeksikan

kembali kedalam reservoir.


A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kebutuhan akan energi merupakan hal yang

terpenting untuk saat ini dan seterusnya. Mengingat kebutuhan akan energi tersebut

terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan energi yang tersedia di alam semakin

berkurang jumlah persediaannya. Dimana energi tersebut kebanyakan dari energi

tidak terbarukan.

Hal inilah yang mendorong upaya-upaya pencarian sumber energi alternatif

selain fosil menyemangati para peneliti di berbagai negara untuk mencari energi lain

yang kita kenal sekarang dengan istilah energi terbarukan. Energi terbarukan dapat

didefinisikan sebagai energi yang secara cepat dapat diproduksi kembali melalui

proses alam. Energi terbarukan meliputi energi air, panas bumi, matahari, angin,

biogas, bio mass serta gelombang laut.

Dengan penemuan – penemuan baru terhadap energi terbarukan, diharapkan

dapat mengatasi masalah kekurangan dari ketersediaan energi demi kelangsungan

kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu energi terbarukan juga memiliki

kelebihan dalam hal tidak bersifat polutif, sehingga dapat mengurangi angka polusi

untuk dapat menciptakan wilayah yang bersih dengan udara sekitar yang

menyehatkan. Kelebihan lain yang terlihat dari energi terbarukan adalah tersedianya
dalam jumlah yang tak terbatas dan tidak perlu membayar untuk mendapatkannya.

Sehingga bila dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya, akan sangat terlihat manfaat

yang dihasilkan dari energi terbarukan tersebut. Beberapa kelebihan energi

terbarukan yang lain: Sumbernya relatif mudah didapat, minim limbah, tidak

mempengaruhi suhu bumi secara global, dan tidak terpengaruh oleh kenaikkan harga

bahan bakar.

You might also like