You are on page 1of 19

FRAKTUR

A. Pengertian:
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur
digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsi .

B. Klasifikasi fraktur :
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a) Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang).
b) Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang
berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan
sebagainya).
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen
tidak bergeser.
b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a. Tertutup
b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a. Garis patah melintang.
b. Oblik / miring.
c. Spiral / melingkari tulang.
d. Kompresi
e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada
patela.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
 At axim : membentuk sudut.
 At lotus : fragmen tulang berjauhan.
 At longitudinal : berjauhan memanjang.
 At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

C. Etiologi:
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup
mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh
- Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
- Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
- Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.

D. Patofisiologis :
Jenis fraktur :
- Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran
- Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
- Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
- Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), merupakan fraktur dengan luka
pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka
digradasi menjadi : Grade I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya dan
sakit jelas, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
dan Grade III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensi, merupakan yang paling berat.

Penyembuhan/perbaikan fraktur :
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum
terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah
terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi,
dimana sel-sel pembentuk tulang premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi
kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan
merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi
fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari
fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut
dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan
meluas menyebrangi lokasi fraktur.Persatuan (union) tulang provisional ini akan
menjalani
transformasi metaplastikuntuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus
tulang akan mengalami re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang
baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yanng rusak sehingga
akhirnya akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya

E. Manifestasi klinis:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.

F. Komplikasi fraktur
-Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
-Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
-Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
-Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu
tempat.
-Shock,
-Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40
tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
-Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu
yang imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan
lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi
paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
-Infeksi
-Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
-Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena
nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di
dalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

H. Penanganan fraktur
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
A.Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya
dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan
reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur
1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual.
2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
terjadi.
B. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di
imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai
terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau
inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin
dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan
logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada
fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24
minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler
12-15 minggu.
C. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
D. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
E. Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
F. Memantau status neurologi.
G. Mengontrol kecemasan dan nyeri
H. Latihan isometrik dan setting otot
I. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
J. Kembali keaktivitas secara bertahap.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :


a. Imobilisasi fragmen tulang.
b. Kontak fragmen tulang minimal.
c. Asupan darah yang memadai.
d. Nutrisi yang baik.
e. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
f. Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid
anabolik.
g. Potensial listrik pada patahan tulang.

Pengkajian

1) ABC.
2) Mekanisme terjadinya cedera Cedera lain : kepala, cervikal, spine, thorak,
abdomen, ektremitas atas dan bawah.
3) Pemeriksaan DCAP-BTLS (Deformity, Contusio, Abrations, penetration,
burns, tenderness, laceration, swelling)
4) Periksa ada tidaknya ketidakstabilan dan krepitasi, pelvis hati-hati
5) Periksa ada tidaknya nyeri pada semua sendi
6) Periksa dan catat PMS (pulse, motorik, sensasi)

I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:


1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
2.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
tekanan dan disuse
4. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive
6.Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap informasi, terbatasnya kognitif

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

N Diagnosa Tujuan Intervensi


o
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Asuhan Manajemen nyeri :
agen injuri fisik, keperawatan …. jam Kaji nyeri secara komprehensif (
fraktur tingkat kenyamanan lokasi, karakteristik, durasi,
klien meningkat, tingkat frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri terkontrol dg KH: presipitasi ).
-Klien melaporkan nyeri Observasi reaksi nonverbal dari
berkurang dg scala 2-3 ketidak nyamanan.
Gunakan teknik komunikasi
-Ekspresi wajah tenang terapeutik untuk mengetahui
-klien dapat istirahat dan pengalaman nyeri klien
tidur sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang
-v/s dbn
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis).
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
Kolaborasi untuk pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak
berhasil.

Administrasi analgetik :.
-Cek program pemberian
analgetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
-Cek riwayat alergi.
-Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
-Monitor TV
-Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
-Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping.

2 Resiko terhadap Setelah dilakukan askep Memberikan posisi yang


cidera b/d … jam terjadi nyaman untuk Klien:
kerusakan peningkatan Status -Berikan posisi yang aman untuk
neuromuskuler, keselamatan Injuri fisik pasien dengan meningkatkan
tekanan dan dgn KH : obsevasi pasien, beri pengaman
disuse -Bebas dari cidera tempat tidur
-Mampu mencegah cidera -Periksa sirkulasi perifer dan
status neurologi
-Menilai ROM pasien
-Menilai integritas kulit pasien.
-Libatkan banyak orang dalam
memindahkan pasien, atur posisi
pasien yang nyaman

3 Sindrom defisit Setelah dilakukan akep … Bantuan perawatan diri


self care b/d jam kebutuhan ADLs -Monitor kemampuan pasien
kelemahan, terpenuhi dg KH: terhadap perawatan diri
fraktur -Pasien dapat -Monitor kebutuhan akan personal
-melakukan aktivitas hygiene, berpakaian, toileting dan
sehari-hari. makan
-Kebersihan diri pasien -Beri bantuan sampai pasien
terpenuhi mempunyai kemapuan untuk
merawat diri
-Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
-Anjurkan pasien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kemampuannya
-Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin

4 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi :


b/d imunitas keperawatan … jam tidak -Bersihkan lingkungan setelah
tubuh primer terdapat faktor risiko dipakai pasien lain.
menurun, infeksi dan infeksi
prosedur terdeteksi dg KH: -Batasi pengunjung bila perlu.
invasive, fraktur -Tdk ada tanda-tanda -Intruksikan kepada pengunjung
infeksi untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan sesudahnya.
-AL normal ( < 10.000 )
-Gunakan sabun anti miroba untuk
-Suhu normal ( 36 – 37 mencuci tangan.
C)
-Lakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan.
-Gunakan baju, masker dan
sarung tangan sebagai alat
pelindung.
-Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
-Lakukan perawatan luka,
drainage, dresing infus dan dan
kateter sesuai kebutuhan.
-Tingkatkan intake nutrisi dan
cairan
-Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik sesuai program.
-Jelaskan tanda gejala infeksi dan
anjurkan u/ segera lapor petugas
-Monitor V/S

Proteksi terhadap infeksi


-Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
-Monitor hitung granulosit dan
WBC.
-Monitor kerentanan terhadap
infeksi..
-Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
-Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
-Inspeksi kondisi luka, insisi
bedah.
-Ambil kultur, dan laporkan bila
hasil positip jika perlu-
-Anjurkan untuk istirahat yang
cukup.
-Dorong peningkatan mobilitas
dan latihan sesuai indikasi

5 Kerusakan Setelah dilakukan askep Terapi ambulasi


mobilitas fisik … jam terjadi -Kaji kemampuan pasien dalam
berhubungan peningkatan melakukan ambulasi
dengan patah Ambulasi :Tingkat
tulang mobilisasi, Perawtan diri -Kolaborasi dg fisioterapi untuk
Dg KH : perencanaan ambulasi
-Peningkatan aktivitas -Latih pasien ROM pasif-aktif
fisik sesuai kemampuan
-Ajarkan pasien berpindah tempat
secara bertahap
-Evaluasi pasien dalam
kemampuan ambulasi

Pendidikan kesehatan
-Edukasi pada pasien dan keluarga
pentingnya ambulasi dini
-Edukasi pada pasien dan keluarga
tahap ambulasi
-Berikan reinforcement positip
atas usaha yang dilakukan pasien.

6 Kurang Setelah dilakukan askep Pendidikan kesehatan : proses


pengetahuan …. Jam pengetahuan klien penyakit
tentang penyakit meningkat dg KH: -Kaji pengetahuan klien.
dan -Klien dapat -Jelaskan
perawatannya proses terjadinya
mengungkapkan kembali penyakit, tanda gejala serta
b/d kurang yg dijelaskan.
paparan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi
informasi, -Klien kooperatif saat -Berikan informasi pada keluarga
keterbatan dilakukan tindakan tentang perkembangan klien.
kognitif
-Berikan informasi pada klien dan
keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan.
-Diskusikan pilihan terapi
-Berikan penjelasan tentang
pentingnya ambulasi dini
-jelaskan komplikasi kronik yang
mungkin akan muncul
PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

PEMBALUTAN
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

TUJUAN
1. menahan sesuatu – misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya
– agar tidak bergeser dari tempatnya
2. menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
3. menunjang bagian tubuh yang cedera
4. menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.

MACAM
1. Mitella (pembalut segitiga)
2. Dasi (cravat)
3. Pita (pembalut gulung)
4. Plester (pembalut berperekat)
5. Pembalut lainnya
6. Kassa steril

1. MITELLA (pembalut segitiga)


· Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
· Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
· dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.

2. DASI (cravat)
· Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga
berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10
cm.
· Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang
terkilir.
· Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat
arahnya saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya.
3. PITA (pembalut gulung)
· Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling
sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah,
serta tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
 2,5 cm : untuk jari-jari
 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
o Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
o Pastikan bahwa perban tergulung kencang
o Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh,
yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi
diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah
luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
o Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya.
Setiap balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
o Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci
dengan peniti atau jepitan perban.
4. PLESTER (pembalut berperekat)
· Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung
dengan plester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke
proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing
ujungnya difiksasi dengan plester.
· Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid,
Handyplast dsb).
· Cara membalut luka terbuka dengan plester:
o luka diberi antiseptik
o tutup luka dengan kassa
o baru letakkan pembalut plester.
5. PEMBALUT LAINNYA
· Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril.
Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
· Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk
menutup luka-luka kecil.

6. KASSA STERIL
· Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan.
· Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.

Prosedur Pembalutan:
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:
o Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam
pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan
pita)
o Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan
menghentikan perdarahan)
o Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
o Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk
menentukan perlu dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
o Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan)
untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
o Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan
zat antiseptik.
o Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air
steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di
dalamnya.
o Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih
dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
o Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa.
Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan
lembut.
o Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan
dengan cara:
o Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau
sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
o Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka.
Penekanan paling lama 15 menit.
Pengikatan dengan tourniquet.
 Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
 Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di
lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
 Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi
dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena
torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu.
Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal
dan kulit menjadi pucat kekuningan.
 Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka
ditekan dengan kasa steril.

4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:


o Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang
perlu difiksasi
o Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
o Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok
penderita.
o Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis,
yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
o Tidak mudah kendor atau lepas.

PEMBIDAIAN

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi
rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan
lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya
syok karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga
mencegah terjadinya indfeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi
juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor
sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki
sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

Tujuan :

1) Mencegah pergerakan tulang yang patah.


2) Mengurangi nyeri.
3) Mencegah cedera lebih lanjut.
4) Mengistirahatkan daerah patah tulang.
5) Mengurangi perdarahan.

Tipe-tipe bidai:
 Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium
atau bahan lainyang keras.
 Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau
bahan yang lunak lainnya.
 Bidai Traksi

Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban
jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman
dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka,
pembalutan dan pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus
selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila
ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
· Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.
· Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang
patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
· Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat
tidak sama bentuk dan panjangnya.
· Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali
tidak dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat
lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang,
diukur dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di
antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh
darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan
tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari
sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas
bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada
permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar
secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:


 Jika ragu-ragu fraktur atau tidak ‘ Bidai
 Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;
 Ikatlah bidai dari distal ke proximal
 Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah
pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya;
 Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
Penanganan Cidera Muskuloskelatal
ANATOMI

o Tulang :
 Tl batang badan.
 Tl belakang.
 Tl tengkorak.
 Tl Pembentuk badan.
o Tulang gerak :
 Gerak atas
 Gerak bawah
o Persendian :
o Otot :  

Mekanisme Trauma

o Langsung :
 Kena pukulan.
 Jatuh dari ketinggian.
o Tidak langsung :
 Efek benda lain yg kena trauma (pengemudi terbentur
dasboard saat mobil tabrakan).
o Melintir
 Mis : kasus olahragawan gulat,  

Akibat trauma pada musculoskelatal

o Fraktur
o Dislokasi
o Amputasi
o Strain
o Sprain
o Putus ligament
o Ruftur tendon
o Kerusakan neurovaskuler.
o Kompartemen sindrome  

Posisi trauma perlu dikaji ?

o Posisi pasien dlm kendaraan saat kecelakaan (pengemudi,


penumpang).
o Poses kecelakaan (dlm mobil, terlempar keluar).
o Kerusakan mobil (bag luar dan bag dalam).
o Penggunaan sabuk pengaman.
o Apakah pasien jatuh, berapa jaraknya, bgmn mendaratnya.
o Apakah terlindas.ccc
o Apakah terjadi ledakan.  cedere lain.
o Pejalan kaki tertabrak kendaraan.

Tipe Trauma

o Terbuka.
 Terjadi kerusakan kulit dan disertai perdarahan.
o Tertutup.
 Tdk terjadi kerusakan kulit ttp kemungkinan adanya
perdarahan di dalam bisa terjadi

Cedera penyerta

o Cedera saraf
o Cedera arteri
o Cerera vena
o Cedera jaringan lunak

CIDERA JARINGAN LUNAK

I. CIDERA JARINGAN LUNAK TERTUTUP

Cidera jaringan penghubung tulang dan tulang (ligament) akibat peregangan


berlebihan sehingga jaringan lunak yang mengikat rusak

Gejala :

1) Nyeri/ tidak berfungsi bagian tubuh


2) korban merasa seperti ada yang retak
3) pembengkakan
4) Ketidakmampuan bergerak

Tindakan :

1) Tinggikan bagian yang cedera


2) Kompres es
3) Pasang bidai atau elastis verban
4) Pembidaian selama 3-4 minggu

Peregangan tendon atau otot yang berlebihan karena terkilir

tanda :

 Nyeri yang sangat berat, rasa perih


 lokal
 Luka akibat efek bagian pasif
 Pembengkakan

Lebam setelah beberapa hari


tindakan :

o Istirahat dan bidai


o Tinggikan bagian yang cidera
o Kompres es 24-48 jam
o Penghangatan setelah 48 jam
o Hindari pergerakan bila timbul nyeri dan bengkak

2. CIDERA JARINGAN LUNAK TERBUKA

1) Luka serut : akibat gesekan atau terkelupasnya bagian terluar kulit, sangat
sakit, perdarahan ringan
2) Lacerasi : luka cukup dalam, pinggir luka bergerigi tidak teratur,
penyembuhan lama
3) Luka sayat : luka cukup dalam disebabkan oleh benda tajam, tepiluka rata
4) Luka tusuk dan luka tembus : benda tajam atau tembakan

Luka tusuk dengan benda tertancap: merupakan suatu keadaan luka tusuk dimana
benda masih tertancap

Penatalaksanaan ;

 Amankan benda secara manual agar tak bergerak


 Buka daerah luka, singkirkan pakaian, ttp tgn sampai benda yang
tertancap bergerak
 Kontrol perdarahan
 Gunakan pembalut besar untuk
 menstabilkan benda

hal-hal yang perlu diperhatikan :

Luka tetutup :

a) Bila memar cukup luas kompres dingin


b) Perubahan warna yang luas curigai perdarahan
c) Memar besar anggota gerak

 Kemungkinan fraktur
 memar besar di kepala, perut, dada perdarahan dalam

Luka terbuka :

o Buka pakaian korban


o Kontrol perdarahan, dgn tekanan langsung dan peninggian
o Cegah kontaminasi, jaga luka tetap bersih
o Jangan pernah mencabut benda tertancap
o Balut luka dengan kassa steril dan kering
o Periksa nadi distal sebelum dan sesudah pembalutan
PENATALAKSANAAN
PADA PASIEN
DENGAN
CEDERA MUSKULUSKELETAL

DISUSUN OLEH :

TATAT PERMANA
NANANG SURYANA
AHMAD SYAHRONI
FIA TAULADAN
WATI SUWARTA
POPI ROSMAYANTI

STIKES KHARISMA KARAWANG

You might also like