Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
polutan, dan intervensi manusia, juga kosentrasi parameter yang umumnya rendah
(ppm, ppb atau ppt) merupakan problem analitik yang sering muncul ketika
menganalisis sampel di laboratorium (Barcelona, 1988).
Tingkat ketelitian, akurasi dan kerefresentasian bahan contoh yang diambil
akan menentukan ketepatan dalam mengambil kesimpulan. Rendahnya tingkat
ketelitian dan ketepatan data terutama disebabkan oleh kesalahan mengambil contoh
air, pengawetan serta analisisnya di laboratorium. Sedangkan tingkat
kerefresentasian data ditentukan oleh kesalahan penentuan lokasi sampling.
Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kompleks dalam
pengukuran sampel air dan beban sedimen, tidak hanya dibutuhkan peralatan
pengambilan sampel yang memenuhi syarat dan personel yang kompoten, tetapi juga
teknik dan prosedur pengambilan sampel menjadi bagian integral dari pengukuran
sampel air dan beban sedimen polutan nonpoint.
4
angin, atau oleh udara dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari
material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Hasil sedimen
(sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di
daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu yang
biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut (suspended sediment). Muatan
suspensi merupakan hasil kejadian erosi baik erosi permukaan maupun erosi tebing
sungai.
Kadar muatan suspensi adalah banyaknya material suspensi yang dikandung
oleh sejumlah air dari aliran sungai dalam satuan volume tertentu, setelah material
dikeringkan dan dinyatakan dalam miligram/liter (mg/lt). Konsentrasi sedimen dalam
aliran air sebanding dengan energi yang terdapat dalam aliran. Besarnya transpor
sedimen dalam aliran sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen an energi aliran
sungai. Ketika besarnya energi aliran sungai melampaui besarnya sedimen terjadilah
degradasi sungai dan ketika suplai sedimen lebih besar dari aliran energi maka terjadi
agradasi. selama periode aliran besar (stormflow events) maka laju sedimen akan
cepat, laju sedimen akan berkurang dengan cepat ketika debit aliran menurun.
Kurva beban sedimen dapat dibuat dengan memisahkan data menurut jenis
aliran. Sebagai contoh, data musim panas harus terpisah dari data pada musim hujan
ketika terjadi aliran runoff, karena kondisi erosi di suatu batas air sangat berbeda
pada dua kondisi ini. Juga, data dari bagian peningkatan hidrograph itu harus terpisah
dari penurunan hidrograph; untuk arus yang sama, bagian peningkatan memiliki
suatu konsentrasi sedimen yang lebih tinggi dibanding penurunan hydrograph dalam
hal pergerakan partikel. Metoda lain untuk mendapatkan kurva beban sedimen yang
lebih akurat dalam aliran sungai dilakukan dengan membagi saluran sungai ke dalam
segmen-segmen arus dengan memperhatikan kecepatan aliran sungai pada masing-
masing segmen.
Menurut Soewarno (1991), berdasarkan mekanisme pengangkutannya,
sedimen dibagi menjadi :
1. Muatan sedimen melayang (suspended load)
Muatan sedimen melayang merupakan material dasar sungai (bed material)
yang melayang di dalam aliran sungai dan terutama terdiri dari butiran-
butiran pasir halus.
10
Metode sampling paling sederhana adalah cara manual ‘grab sample’. Teknik
ini dapat menggunakan alat yang sederhana seperti ember atau botol ke dalam
sungai, dan menghapus (grabbing) air sampel yang terdapat dekat-permukaan. Untuk
contaminants yang larut (misalnya nitrat), metode ini mungkin cukup. Namun Untuk
sedimen atau sediment-terikat contaminan, metode ini kurang memadai terutama
karena konsentrasi sedimen dapat bervariasi baik secara vertikal dan horizontal
dalam sebuah aliran.
Pengukuran sedimen melayang dilakukan dengan cara mengambil sampel air
menggunakan sediment sampler. alat ini dilengkapi dengan botol penampung air
yang akan ditentukan konsentrasi sedimenya. Aliran air yang mengalir ke dalam
bedload sampler akan membawa suspensi sedimen, yang kemudian ditutup untuk
mendapatkan sampel. Untuk endapan-terikat contaminant metode ini sedikit
digunakan, terutama karena partikel sedimen dasar biasanya memiliki ratio area
permukaan dan volume yang kecil dan alat ini relatif tidak reaktif; tidak seperti
particulat melayang, tanah liat dan endapan lumpur, alat ini umumnya tidak
signifikan menyerap contaminant.
The US Geological Survey merekomendasikan dua metode umum
mengumpulkan sampel air :
(I) equal discharge increment method (EDI), dan
(2) equal width icreament method (EWI).
Meskipun kedua metode menghasilkan sampel air yang sama, keuntungan relatif dari
dua metode ini tidak sama. Alasan mengapa terdapat perbedaan dari teknik ini
mencakup fakta bahwa terdapat perbedaan kedalaman dan lebar sungai sebagai
tempat pengambilan sampel air. Dalam kasus ini, disarankan sampel yang diambil
dari tengah saluran sungai dengan menyusun a churn splitter (lihat Wells et al,
1990).
Metode yang digunakan dalam suatu keadaan akan bergantung ada tidaknya
partikel tersuspensi dalam aliran. Ini dapat ditentukan dengan mengambil satu
sampel air di bagian aliran sungai tercepat. Jika terdapat partikel tersuspensi, dalam
beberapa menit ia akan menetap bagian bawah. Pengambilan sampel air dilakukan
bersamaan dengan sampel sedimen tersuspensi (lihat Wells et al., 1990). Jika tidak,
untuk mengumpulkan air sampel dapat menggunakan botol sampel.
3.1.Equal Discharge Increament Method (EDI)
12
Keterangan :
W = Lebar antar vertical (tidak sama)
Q = debit pada setiap kenaikan (sama, debit sama besar)
n = nomor sampel vertical
Gambar 1. Pengambilan sampel metode Equal discharge increament
pada titik tengah aliran
Wells et al., 1990, menyatakan kita bisa memilih diantara 2 pilihan tersebut.
Gambar 3. (A) Teknik pengambilan sampel sama lebar (B) penentuan kedalaman
pengambilan sampel pada setiap kedalaman pengambilan adalah relative,
sedapat mungkin medapatkan volume sampel yang proporsional (wells et
al, 1990).
Keterangan :
TR = transit rate at each centriod (equal)
V = volume collected at each centriod (tidak sama),but proporsional to the
discharge at each increament)
= model pengambilan
koleksi sampel, dilakukan dengan memilih salah satu titik pengukuran. Volume air
yang sama tidak akan dikumpulkan di setiap sub-bagian vertikal. Sebaliknya, volume
air yang lebih besar akan dikumpulkan pada bagian yang lebih dalam dengan aliran
yang lebih besar dan volume yang lebih kecil akan dikumpulkan di tepi sungai
(Gambar 7,12). (Wells et al. 1990).
Tabel 2. Perbedaan metode pengambilan sampel air, “equal discharge increment”
dan ”equal width icreament”
a. Peralatan
Alat pengambilan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Alat yang dipergunakan untuk mengambil contoh muatan sedimen melayang
harus disesuaikan dengan kedalaman dan kecepatan aliran.
b. Pada saat pengambilan contoh sedimen melayang, kecepatan saat menurunkan
dan menaikkan alat dari permukaan sampai ke dasar sungai harus sama.
c. Pada saat pengambilan contoh sedimen melayang, alat tidak boleh menyentuh
dasar sungai, anak lubang pengambilan harus 10 cm di atas dasar sungai.
d. Volume air yang tertampung dalam alat pengambilan maksimum 400 ml dan
minimum 350 ml.
16
e. Jenis peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan teknis yang berlaku
dan tergantung pada metode pengukuran yang digunakan pada pelaksanaan
pengukuran.
b. Pengukuran Langsung
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
− Satu unit Current Meter;
− Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-
48;
− Tongkat penggantung;
− Satu buah alat ukur waktu;
− Satu unit alat ukur lebar sungai;
− Baju pelampung;
− Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml;
− Grafik (waktu durasi) pengambilan.
c. Pengukuran dengan menggunakan perahu
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
a) Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-48 apabila
kedalaman air pada titik pengambilan ≤ 3 m; jenis US DH-59 apabila
kedalaman air pada titik pengambilan ≥ 3 m;
b) Satu unit alat penderek apabila kedalaman air pada titik pengambilan ≥ 3 m;
c) Satu buah alat ukur waktu;
d) Satu unit alat ukur lebar sungai;
e) Perahu dan dayung dengan kapasitas angkut perahu minimal 3 orang;
f) Kabel melintang sungai;
g) Baju pelampung;
h) Tambang plastik;
i) Motor tempel apabila penggunaan dayung tidak memungkinkan;
j) Tongkat penggantung apabila kedalaman air pada titik pengambilan ≤ 3 m;
k) Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml;
l) Grafik (waktu durasi) pengambilan.
17
g. Lokasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lokasi pengambilan contoh adalah sebagai
berikut.
a) Pengambilan contoh muatan sedimen melayang harus dipilih pada lokasi yang
tidak terpengaruh adanya bangunan air atau arus balik.
b) Lokasi pengambilan contoh muatan sedimen melayang dipilih dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
1. Pengukuran muatan sedimen melayang dilakukan pada lokasi pengukuran
debit.
2. Dasar sungai merata.
3. Penampang melintang harus tegak lurus arah aliran.
c) Penetapan titik pengambilan
Penetapan titik pengambilan, digambarkan dan dirumuskan sebagaimana
Gambar 1 sebagai berikut :
……………………… (1)
……………………..(2)
………….(3)
Keterangan :
Q : debit di suatu penampang melintang sungai m3/det:
qi : debit pada setiap sub penampang ke i, m3/det;
qqi : debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i, m3/det;
Sqi : debit pada seksi ke i, m3/det;
i : 1, 2, 3, 4, 5,................. n; i tanda adalah bagian penampang
n : jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang.
Catatan: Rumus di atas adalah rumus yang digunakan dalam metode EDI (Equal
Discharge Increment), yaitu pengambilan contoh sedimen yang dilakukan
pada titik tengah pada sub-sub penampang yang mempunyai debit sama
besar.
20
Dicatat bahwa nilai transit yang digunakan arah ke bawah (TR1 dan TR2)
tidak sama dengan nilai transit yang digunakan dalam arah ke atas (TR 3 dan TR4).
Namun, TR1 dan TR2 adalah sama, seperti juga TR3 dan TR4 (Wells et al. 1990) .
3.6. Pengumpul sampel otomatis
Berbeda dengan koleksi sampel cara manual, peralatan otomatis juga tersedia.
Peralatan seperti itu dapat sangat baik digunakan lokasi pengambilan sampel yang
dalam. Atau bila tidak untuk menanggapi cepat peristiwa runoff. Selain itu, untuk
mengukur contaminan yang hanya ada dengan interval pendek (misalnya pestisida),
ambil contoh (Gambar 5) sering kurang memadai. Dalam kasus tersebut, sistem
sampling secara otomatis dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan contaminant
yang lebih akurat.
Sistem sampling otomatis akan memompa semua air sampel dari satu titik
atau saluran lebih dalam, pada interval yang ditentukan. Waktu pengambilan sampel
dicatat sehingga volume aliran dapat dihitung. Untuk menghitung total beban
sedimen dari aliran pada peristiwa runoff dihitung dengan menghitung konsentrasi
sampel produk dan interval arus, dengan rumus sebagai berikut:
Beban Contaminant (kg/storm event) = ∑Ci. Qi. ti
dimana: Ci = konsentrasi contaminant untuk interval waktu, t(i);
Qi = debit aliran sungai untuk interval waktu, t(i); dan
ti = interval waktu antar sampel (misalnya setiap 15 menit)
Sampel air sungai yang dipompa secara otomatis ke dalam kontainer sampel
yang telah disediakan dengan ukuran yang tepat. Ukuran kontainer ditentukan oleh
jumlah sampel yang diperlukan untuk analisis, sedangkan bahan kontainer ditentukan
oleh sifat dari contaminant. Misalnya, pestisida hanya dapat dikumpulkan dalam
kontainer kaca, mereka terserap oleh plastik. Kebanyakan alat pompa komersial
(misalnya ISCO samplers) menawarkan pilihan jenis sampel kontainer, komposisi,
ukuran dan nomor. Mereka juga bisa diprogram untuk mengambil sampel air pada
waktu ditentukan atau interval volume aliran. Sebagai contoh, selama periode arus
rendah, contoh air dapat diperoleh setiap 6 jam. Banyak alat juga dapat diprogram
untuk sampel-berbasis arus, atau untuk beralih dari sampel berbasis waktu ke sampel
berbasis hydrograph saat tahap streaming melebihi nilai tertentu (yakni arus ¬
24
Beban polutan adalah sebuah produk dari air dan keluarnya konsentrasi
polutan dalam air selama interval waktu tertentu. penelitian menunjukkan bahwa
perubahan kedalaman aliran memberikan dampak yang signifikan terhadap akurasi
perhitungan beban polutan dan perubahan konsentrasi zat pencemar di perairan. Oleh
karena itu, karena badai merupakan peristiwa dramatis dapat mempengaruhi
kedalaman sungai (dan total beban polutan yang mencapai badan air), sehingga
peristiwa penting seperti itu dilakukan sampling secara khusus. Walker (1987)
menjelaskan bahwa dalam situasi di mana konsentrasi polutan sangat berbeda dengan
aliran biasanya, rata-rata konsentrasi polutan inti ringan dalam aliran sungai dapat
mengestimasi beban polutan dengan cukup akurat.
Kenyataan dalam banyak situasi bahwa beban polutan dalam badan air
dihitung dengan menghitung produk rata-rata konsentrasi polutan (atau sedimen) dan
menghitung debit aliran. Namun, masalah yang signifikan dengan pendekatan ini
adalah biasanya meremehkan tipe beban polutan yang terdapat dalam area, dimana
polutan yang terdapat di tempat peristiwa erosi sebagai suatu fenomena hidrologis.
Sebagai alternatif, the US Environmental Protection Agency (1990) telah
memberikan beberapa alternatif metode menghitung beban polutan, seperti dibahas
berikut :
4.1.Teknik Mid-interval
Metode ini menggunakan data konsentrasi polutan yang representatif sesuai
data aliran sungai. Untuk menghitung beban polutan dilakukan dengan pengukuran
konsentrasi polutan bersamaan dengan pengukuran kedalaman saluran (dilakukan
pada saat pengumpulan sampel). Diasumsikan karateristik sedimen berhubungan
dengan interval waktu tertentu dan berhubungan dengan sampel air yang diambil,
sebagai berikut:
Beban polutan =
Salah satu tipe biasanya menggunakan interval waktu yang sama, setengah waktu
interval antara sampel air dikumpulkan dengan sampel yang diambil sebelumnya,
dan satu setengah interval waktu antara sampel air yang dikumpulkan dengan sampel
yang akan dikumpulkan berikutnya. Metode ini sangat berguna ketika sampel yang
dikumpulkan seragam. dasar interval waktu tetap; Rata-rata' konsentrasi polutan
ditentukan secara langsung oleh rata-rata konsentrasi. terutama karena karateristik
sampel dalam sungai diambil dalam interval waktu yang sama, Namun, yang
merugikan dari pendekatan ini adalah akurasi yang sangat peka terhadap terjadinya
badai.
4.2.Berat rata-rata konsentrasi polutan berdasarkan waktu
Metode ini digunakan untuk situasi di mana sampel kualitas air tidak
dikumpulkan secara teratur atau tidak dengan interval waktu yang sama. Dengan
demikian, memperkirakan 'rata-rata' konsentrasi polutan memerlukan satu untuk
'berat' kualitas sampel air sesuai dengan jangka waktu yang digunakan untuk
mewakili sebuah aliran. Untuk menghasilkan Berat rata-rata konsentrasi polutan
bedasarkan waktu (TWMC) dihitung sebagai berikut:
TWMC = (∑CiTi)/∑Ti
dimana: Ci = konsentrasi polutan sampel ke i;
Ti = interval waktu yang digunakan mengambil karateristik sampel ke i (tipe
yang mewakili dengan interval waktu satu setengah antara sampel yang
dikumpulkan sebelumnya dengan sampel berikutnya)
Rasio FWMC dan TWMC digunakan untuk mengidentifikasi sumber utama polutan.
Seperti ditunjukkan oleh the US Environmental Protection Agency (1990), untuk
suatu lokasi sungai, dimana perbandingan FWMC: TWMC lebih besar dari 1,0
menunjukkan konsentrasi polutan meningkat dengan meningkatnya debit air, sebagai
indikasi meningkatnya polutan nonpoint. Sebaliknya, perbandingan FWMC: TWMC
kurang dari 1,0 akan menunjukkan bahwa konsentrasi polutan yang menurun dengan
meningkatnya aliran sungai. Ini menunjukkan polutan menurun dengan
meningkatnya aliran.
28
manajemen waktu pemupukan, kontur tanah yg dikerjakan). Hasil dari dua petak
percobaan realistis hanya menyediakan dasar untuk menjalankan skenario kontrol
dengan beberapa model skala tangkapan penuh. Dapat juga mencoba untuk
menggunakan factor budidaya dan konservasi (faktor P dan C) dari Universal Soil
Loss Equation (USLE; Wischmeier dan "Smith, 1978). Namun demikian, data dan
informasi yang diperoleh dalam suatu percobaan biasanya lebih akurat.
Setelah memilih lokasi yang representatif, langkah berikutnya adalah
menentukan besarnya plot eksperimen (s). Dalam memilih ukuran, faktor yang
menentukan adalah apakah ingin menggunakan simulators hujan, atau bergantung
pada curah hujan alam. Pada kedua kasus tersebut, dapat menggunakan plot ukuran
lebih besar (sekitar beberapa hektar), sedangkan dalam kasus pertama, plot ukuran
yang harus lebih kecil (dari susunan beberapa ratus persegi. Meter). Keputusan
seperti itu akan tergantung pada ketersediaan dan simulator jenis peralatan (misalnya
kapasitas pompa), dan ketersediaan air.
5.3. Pengukuran larian (runoff)
Pungukuran runoff dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung pada
besaran dari aliran yang terdapat pada plot. Jenis instrumen yang biasa digunakan
dalam pengukuran adalah alar ukur yang terbuat dari logam plat (Gambar 6). Alat
ini dapat dengan mudah diterapkan di dalam setiap saluran, dengan hanya
meletakannya ke dasar saluran. Runoff dihitung sebagai suatu fungsi (h) yang
melewati bendungan, seperti :
Q = c.h5/2
dimana : c = (2g)½, dan
h = kedalaman air pada saat terjadi hujan besar
sampel tergantung pada lama dan intensitas dari peristiwa runoff yang dapat berbeda
dari satu lokasi ke lokasi lain, dan antara tanggal di lokasi yang sama. Namun, hal ini
harus dilakukan untuk memastikan bahwa penngambilan sampel kualitas air
bersamaan dengan waktu runoff puncak, dan juga menentukan naik dan turunnya
tempo hidrograf curve. Panduan pelestarian kualitas air sampel juga harus diamati.
5.5. Pengukuran lain
Pengukuran lain yang terkait, termasuk kelembaban tanah sebelum dan
setelah runoff, diukur secara berkala selama studi. Yang paling mudah diterapkan
adalah isotop instrumen pemeriksaan berbasis kelembaban. data hydrometeorological
(misalnya suhu, angin, evaporasi) juga harus diperoleh dari stasiun metereologi.
Informasi dan data yang juga harus dikumpulkan:
1. Jumlah pupuk yang digunakan (termasuk fosfor dan nitrogen, dan perubahan
dalam pola pemupukan dari waktu ke waktu);
2. metode budidaya dan pengolahan tanah;
3. Panen dan metode pemanenen ( termasuk nilai nutrisi tanaman dan nilai nutrisi
yang dipindahkan dari tanah oleh tanaman tetapi tetap di lapangan dalam bentuk
biomas tanaman), dan
4. nilai nutrisi tanah.
5.6. Pengolahan Data Terukur
Pengolahan data pada dasarnya mempunyai dua sasaran hasil:
(1) penentuan Unit Beban Area (UALS) pada periode waktu (eg. UALs bulanan,
tahunan atau musiman).
(2) Menghitung hubungan antara tingkat beban area (konsentrasi) dengan berbagai
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan-perubahan dalam tingkat beban.
Penentuan UAL dimulai dengan menghitung beban total pada periode
waktu yang tertentu (sering kali satu tahun). Hal ini hanya menghitung area di
bawah kurva beban, atau produk dari debit air (Q) dan konsentrasi polutan (C).
Berdasarkan variable-variabel ini, ada beberapa dasar kasus untuk dipertimbangkan
di dalam pengolahan data. Ini dibahas dengan singkat :
a. Arus berkelanjutan dan kualitas data berdasarkan waktu
Pada kasus ini, pencatatan arus diambil secara berkelanjutan, dan
pengukuran kualitas air hanya dilakukan bila terjadi hujan (dapat pula dilakukan
pengukuran pada semua kejadian) secara seragam, setiap step dilakukan terpisah,
33
misalnya data arus diambil dari catatan arus pada interval berbeda dengan waktu
yang sama pada setiap step. Beban limban pada setiap waktu adalah dihitung
berdasarkan nilai produksi dari Ci dan Qi (gambar 7.19). sedangkan total beban
polutan dihitung dengan mengunakan rumus :
L=
(1) Jika data curah hujan tersedia, maka model hydrologic (eg. metoda Unit
Hydrograph) bisa digunakan untuk menirukan aliran hidrograph dan
selanjutnya kita menghitung beban total sama seperti ditas.
(2) Data beban total dapat diestimasi sebagai rata-rata penurunan (Q) dan
konsentrasi (C), dan jumlah keseluruhan waktu pengukuran, sebagai berikut:
L=QxCxT
atau sebagai rerata sebagian beban (ketika data yang sesuai tersedia dalam
jumlah yang cukup), sebagai berikut:
L = (T/n)∑Qi Ci
Atau :
L = (1/n)∑Qi Ci Ti
di mana: Ti = periode waktu (s) di mana tanpa data sampling yang tersedia.
(3) Ketika curah hujan tercatat lengkap, kita dapat mengestimasi total beban
polutan dengan menghubungkan data beban dengan data curah hujan. Dengan
pendekatan ini, penyimpangan waktu antara kejadian curah hujan dan aliran
harus diperkirakan (meski dalam plot kecil, penyimpangan waktu bisa
diabaikan). Type hubungan yang digunakan :
Lr= f (I)
LT= f(P, M)
di mana: Lr =tingkat beban (mass/waktu);
I =intensitas curah hujan (rnrm/waktu; unit waktu harus
sama halnya dengan tingkat beban);
Lr =beban total dari suatu aliran (massa); L = f (I, API);
P = total kedalaman aliran pada saat hujan (mm);
M = indeks kelembaban tanah (mm) ; dan
API = indeks presifitasi ( indeks kondisi presifitasi hujan
sebelumnya dan kelembaban tanah)
VI. KESIMPULAN