You are on page 1of 37

1

I. PENDAHULUAN

Membicarakan kualitas air permukaan adalah membicarakan karateristik


kualitas air yang berasal dari sumber perairan alamiah. Di antara karateristik fisik
perairan alamiah, yang dianggap paling penting adalah larutan sedimen, suhu air, dan
tingkat oksigen terlarut dalam suatu sistem aliran air. Larutan sedimen yang berasal
dari areal pertanian dan yang berasal dari yang secara pasti tidak diketahui asalnya
(non-point sources) yang sebagian besar terdiri dari lumpur dan beberapa bentuk
koloid dari berbagai material mempengaruhi kualitas air dalam kaitannya dengan
pemanfaatan sumberdaya air untuk kehidupan manusia dan bagi kehidupan
organisme akuatik lainnya secara langsung dan tidak langsung. Sedangkan
pencemaran perairan yang berasal dari tempat-tempat yang pasti diketahui asalnya
dikenal sebagai pencemaran perairan yang bersifat point resources.
Cara penanggulangan pencemaran yang bersifat point sources adalah dengan
perbaikan treatmen limbah air yang dialirkan kesungai atau badan air. Sedangkan,
bentuk penanggulangan pencemaran yang bersifat non-point sources dilakukan
dengan cara memperbaiki praktek-praktek pengelolaan lahan (termasuk cara dan
besarnya pemakaian sumber pencemar) di daerah yang diperkirakan sebagai asal
pencemaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa cara penanggulangan
pencemaran point sources lebih singkat dari pada pencemaran yang bersifat non-
point sources. Sementara itu, oksigen terlarut dalam perairan dapat dimanfaatkan
untuk indikator atau sebagai indeks sanitasi kualitas air.
Pengukuran sampel air dan beban sedimen merupakan pekerjaan yang tidak
mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi seiring dengan perubahan
situasi dan kondisi setempat. Data yang dihasilkan dari pengukuran yang dilakukan
harus memenuhi persyaratan mutu tertentu agar data yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk pengujian hipotesis. Oleh karena itu, diperlukan quality
assurance (QA), yaitu suatu prosedur untuk menjamin agar data yang dihasilkan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Environmental Protection Agency (EPA), Amerika Serikat dalam konteks
pemantauan pencemaran mendefenisikan quality assurance sebagai suatu program
yang menyeluruh untuk menjamin agar data yang dihasilkan pada kegiatan
pemantauan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, Termasuk quality control dan
2

quality assesment. EPA mendefenisikan quality control sebagai penerapan secara


rutin prosedur-prosedur untuk mengendalikan proses pengukuran. Petunjuk utama
mengenai mutu data adalah tingkat bias dan presisi dari data tersebut, hanya pada
bias rendah dan presisi tinggi diperoleh data pengukuran yang akurat. Bias adalah
ukuran dari kesalahan sistematik (sistematic error), yang disebabkan kesalahan pada
metode. Sedangkan presisi adalah ukuran kedekatan hasil-hasil analisis suatu contoh
yang dilakukan berulang-ulang.
Sedimen didefenisikan sebagai hasil proses erosi, baik erosi permukaan, erosi
parit atau erosi tanah lainya, yang berdasarkan mekanisme pengangkutannya dibagi
menjadi dua kategori yaitu muatan sedimen melayang (suspended load) dan Muatan
sedimen dasar (bed load). Suspended load merupakan material dasar sungai (bed
material) yang melayang di dalam aliran sungai, terdiri dari butiran-butiran pasir
halus. Sedangkan bed load merupakan partikel-partikel kasar yang bergerak
sepanjang dasar sungai.
Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam
sungai (suspended sediment) atau pengukuran langsung dalam waduk. Besarnya
transpor sedimen dalam aliran sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen dan
energi aliran sungai. Besarnya sedimen yang masuk ke dalam sungai dan besarnya
debit ditentukan oleh faktor iklim, topografi, geologi, vegetasi dan cara bercocok
tanam di daerah tangkapan air yang merupakan asal datangnya sedimen.
Di sungai, kolom air dari atas kebawah biasanya tidak sama, oleh karena itu
sampel air sungai harus diambil pada beberapa kedalaman (minimal permukaan dan
dasar). Kualitas data yang yang dihasilkan sangat tergantung pada keutuhan contoh
uji yang sampai dianalisis. Selama pengambilan, pengepakan, dan pengangkutan
contoh air dan sedimen ke laboratorium dapat terjadi lost dan contamination,
sehingga contoh air yang sampai ke laboratorium tidak utuh lagi. Terjadinya lost
mengakibatkan hasil analisis lebih rendah dibanding kadar yang sebenarnya dalam
contoh dan contamination mengakibatkan hasil analisis lebih tinggi dibanding kadar
yang sebenarnya.
Kesulitan yang dihadapi dalam pengukuran sampel air dan pengukuran beban
sedimen disamping karena polutan yang bersifat dinamis akibat pengaruh karateristik
fisik air, tanah/sedimen, padatan atau cairan, cuaca, jumlah polutan, kecepatan
lepasnya polutan ke lingkungan, efluen, sifat kimia, sifat biologi dan sifat biologi
3

polutan, dan intervensi manusia, juga kosentrasi parameter yang umumnya rendah
(ppm, ppb atau ppt) merupakan problem analitik yang sering muncul ketika
menganalisis sampel di laboratorium (Barcelona, 1988).
Tingkat ketelitian, akurasi dan kerefresentasian bahan contoh yang diambil
akan menentukan ketepatan dalam mengambil kesimpulan. Rendahnya tingkat
ketelitian dan ketepatan data terutama disebabkan oleh kesalahan mengambil contoh
air, pengawetan serta analisisnya di laboratorium. Sedangkan tingkat
kerefresentasian data ditentukan oleh kesalahan penentuan lokasi sampling.
Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kompleks dalam
pengukuran sampel air dan beban sedimen, tidak hanya dibutuhkan peralatan
pengambilan sampel yang memenuhi syarat dan personel yang kompoten, tetapi juga
teknik dan prosedur pengambilan sampel menjadi bagian integral dari pengukuran
sampel air dan beban sedimen polutan nonpoint.
4

II. PENGUKURAN BEBAN SEDIMEN

2.1. Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Sampel


Kaitannya dengan metode pengukuran sampel air tersuspensi sedimen terikat
kontaminan, faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran sampel adalah :
a. Tipe Sampel
Dalam merencanakan pengambilan sampel, harus dipertimbangkan
bagaimana sampel diambil sehingga sampel dapat mewakili kondisi pada saat
pengambilan. oleh karena itu volume sampel, waktu, lokasi dan titik pengambilan
sampel serta kondisi lingkungan harus direkam sebagai data obyektif untuk bahan
interprestasi hasil pengujian.
Secara umum tipe sampel dibedakan menjadi :
1. Sampel sesaat (grab sample),
Sampel sesaat adalah sampel yang dikumpulkan dalam sebuah wadah pada waktu
tertentu, yang dapat diambil dari air (air limbah), tanah (lumpur/sedimen) atau
mikroorganisme. hasil pengujian sampel sesaat hanya dapat menunjukkan
kualitas lingkungan yang mewakili kondisi pada saat sampel diambil. sampel
sesaat hanya dapat dilakukan apabila kondisi lokasi pengambilan diasumsikan
homogen atau konstan. apabila kondisinya heterogen atau fluktuatif maka
pengambilan sampel sesaat dilakukan pada waktu yang berbeda sehingga
didapatkan sampel yang representatif.
2. Sampel gabungan (composite sample) dan
Sampel gabungan merupakan campuran dua atau lebih sampel sesaat ke dalam
sebuah wadah untuk diuji di Laboratorium. perlu diingat bahwa pengambilan
sampel gabungan umumnya diambil dari air limbah atau sedimen. pengambilan
sampel gabungan sangat bermanfaat dalam menentukan rerata konsentrasi
parameter uji selama periode pengambilan untuk mengetahui karakteristik
lingkungan di lokasi pengambilan. Biaya uji sampel gabungan lebih murah
dibandingkan sampel sesaat yang diambil pada periode yang sama. Berkaitan
dengan pengambilan sampel gabungan, petugas harus memiliki keahlian intuitif
dalam menentukan parameter yang diuji untuk menghidari kekeliruan dalam
menentukan kesimpulan. misalnya, jika air limbah berfluktuasi sehingga pH naik
turun selama periode tertentu, bisa saja hasil pengukuran pH gabungan netral.
5

kemudian terhadap sampel senyawa organik mudah menguap atau Volatile


Organic Compounds (VOCs), minyak dan lemak, parameter yang mudah
berubah seperti suhu, Total Recoverable Petroleum Hydrocarbons (TRPHs),
mikroorganisme dan DO tidak dapat dilakukan dengan pengambilan gabungan,
tetapi hanya dilakukan dengan pengambilan sesaat (Csuros, 1994; Keith, 1990).
Sampel gabungan dibagi menjadi :
- Sampel gabungan waktu (time composite sample)
merupakan campuran beberapa sampel sesaat yang diambil dari titik yang
sama dengan volume dan interval waktu yang sama dan dikumpulkan dalam
sebuah wadah untuk diuji. contoh sampel ini dapat diambil dari tanah
(lumpur/sedimen) atau air (air sungai, danau, air limbah dengan aliran yang
relatif konstan). jika aliran bervariasi, sampel gabungan dapat digunakan 2
pendekatan, yaitu :
pertama, mengumpulkan beberapa sampel dengan volume yang sama untuk
interval volume aliran yang sama (equal discharge increment method),
misalnya mengumpulkan 100 ml sampel untuk setiap 50.000 galon air
limbah, dan
kedua, mengumpulkan sampel pada interval waktu yang sama berdasarkan
proporsi volume sampel terhadap volume aliran selama periode tersebut
(equal width icreament method). misalnya jika volume aliran 10.000 galon
selama 1 jam pertama dan 50.000 galon selama satu jam berikutnya, maka
sampel diambil sebanyak 100 mlpada jam pertama dan 500 ml pada jam
kedua (Dick, 1994)
- sampel gabungan tempat, yaitu sampel gabungan yang diambil secara
terpisah dari beberapa tempat dengan volume yang sama.
b. Wadah Sampel
Secara umum, wadah yang digunakan harus memenuhi persaratan antara lain :
- terbuat dari gelas atau plastik sesuai jenis sampel yang diambil
- dapat ditutup dengan kuat dan rapat
- mudah dicuci
- tidak mudah pecah atau bocor
- tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel
- tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel
6

- tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dan sampel


- disamping jenis, ukuran, dan jumlah wadah, pencucian wadah mutlak
dilakukan
c. Pengawetan Sampel
Sampel dengan konsentrasi kecil mudah mengalami perubahan fisik, kimia atau
biologi. oleh karena itu sampel harus diawetkan sebelum mengalami deteriorasi,
degradasi atau penguapan. idealnya sampel sesegera mungkin setelah diambil di
lapangan, tetapi kadang-kadang hal itu tidak dapat dilakukan karena jarak lokasi
pengambilan sampel.
pengawetan dapat dilakukan dengan pendinginan, pengaturan pH atau
penambahan bahan kimia untuk mengikat polutan yang dianalisis. pengawetan
dengan bahan kimia hanya dapat dilakukan apabila pengawet tersebut tidak
mengganggu analisis di laboratorium sesuai parameter dan metode pengujian di
laboratorium..
d. Batas Penyimpanan Maksimum
Meskipun sampel telah diawetkan, hal itu tidak berarti sampel tersebut akan
tetap stabil dalam jangka waktu lama.oleh karena itu, sampel harus segera di analisis
sebelum mengalami perubahan (Dick, 1994). Batas pengawetan maksimum sangat
tergantung pada karateristik matrik sampel, sifat parameter uji, dan teknik
pengawetan. The America society for Testing and Materials (ASTM)
mendefenisikan batas penyimpanan maksimum sebagai waktu penyimpanan sampel
setelah pengambilan dan pengawetan tanpa mempengaruhi akurasi analisis secara
signifikan.
e. Kontaminasi Sampel
Kontaminasi adalah sumber utama kesalahan dalam semua uji parameter
lingkungan. Proses pengambilan sampel dan pengujian laboratorium sangat
memungkinkan kontaminasi dari berbagai sumber.
a. Sumber Kontaminan
Kontaminan adalah suatu bahan kimia yang masuk dalam sampel karena
kecerobohan sehingga hal tersebut mengganggu proses pengambilan sampel
dan pengujian dilaboratorium. hasil pengujian sampel terkontaminasi tidak
dapat mewakili akurasi karateristik parameter uji sehingga kualitas
lingkungan sesunguhnya tidak tergambarkan.
7

Tabel 1. Sumber-sumber Potensial Kontaminasi Sampel Lingkungan


Tahapan kritis Sumber-sumber Kontaminasi
Pengambilan Sampel Peralatan pengambilan sampel, penanganan
sampel, pengawetan wadah, kondisi
lingkungan (ambein)
Transportasi dan Wadah, kontaminasi silang dari sampel atau
Penyimpanan reagen, penaganan sampel
Preparasi Peralatan gelas, reagen, kondisi lingkungan,
penaganan sampel
Analisis Peralatan gelas, peralatan pengujian, reagen,
kondisi lingkungan.
sumber utama kontaminasi adalah peralatan pengambilan sampel, hal ini
disebabkan peralatan yang terbuat dari bahan tertentu, dicuci dengan cara
yang kurang tepat atau sebelumnya telah dipakai tetapi tidak dicuci lebih
lanjut sehingga terjadi kontaminasi silang.
b. Efek Kontaminan
Sifat kimia atau fisika kontaminan yang menyebabkan kesalahan dalam
proses pengujian disebut interferensi. Interferensi dibedakan menjadi
interferensi tambahan dan interferensi penggandaan. interferensi tambahan
terjadi karena kontaminan menimbulkan signal analit bertambah, tetapi tidak
merubah kemiringan kalibrasi. Sementara interferensi penggandaan
disebabkan oleh kontaminan tidak menimbulkan signal tetapi dapat
meningkatkan atau menurunkan signal analit, dan dapat menimbulkan
mengubah kurva kemiringan kalibrasi.
Efek kontaminasi adalah tidak akurasinya hasil pengukuran yang diperoleh
sehingga tidak dapat mengambarkan kualitas lingkungan yang sesunguhnya.
f. Minimasi Perubahan sampel
1. Penguapan
Penguapan dapat diminimisasi dengan memasukkan sampel mudah menguap
ke dalam wadah yang dilengkapi dengan tutup yang rapat. dan dijaga
sedemikian sehingga tidak ada rongga udara dimulut wadah. selain itu
selama transportasi sampel tersebut harus didinginkan atau ditambahi bahan
kimia tertentu sehingga mengikat senyawa itu.

2. Adsorpsi dan absorsi


8

Ketika sampel di ambil dari lingkungan, keseimbangan antara sampel dan


lingkungan sekitarnya akan terganggu. senyawa atau ion dalam sampel dapat
berubah karena adanya respon terhadap lingkungan baru. kadang kala
senyawa atau ion terserap ke dinding wadah dan terikat. contoh : interaksi
ion logam dengan permukaan gelas dan adsorpsi minyak ke dalam dinding
wadah plastik. oleh karena itu dalam pengambilan sampel logam sedapat
mungkin digunakan wadah dari plastik dan penambahan asam nitrat (HNO3)
ke dalam sampel sampai pH < 2 dapat mengubah ion logam dalam larutan
menjadi garam sehingga adsobsi dapat diminimisasi.
Sementara itu absorpsi gas-gas dari atmosfir misal : O2 dan CO2 dapat
diminimasi dengan pengawetan sampel dan penghindaran kontak langsung
dengan udara.
3. Difusi
Molekul organik seperti phthalate ester dan plasticizers dapat mengalami
difusi melalui dinding wadah dari plastik atau melalui tutup botol. difusi
dapat diminimasi dengan menggunakan wadah gelas yang bertutup atau
wadah terbuat dari teflon.
4. Pengendapan
Senyawa atau ion dalam sampel dapat mengendap yang merupakan hasil dari
interaksi antar senyawa atau ion, yang terjadi akibat perubahan kondisi
lingkungan sampel. Pengendapan yang sering terjadi adalah terbentuknya
oksidasi logam (MxOy) dan hidroksida logam dari reaksi ion logam sampel
dengan oksigen. pengendapan dapa di hindari dengan penambahan asam
nitrat sampai pH < 2.
2.2. Pengukuran Beban Sedimen
Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit
atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen terjadi karena pengaruh kinetis air hujan dan
aliran air permukaan, partikel-partikel tanah terkelupas dengan mengangkut bahan-
bahan lain yang terdapat didalamnya terangkut ketempat yang lebih rendah untuk
kemudian masuk kedalam sungai. Dalam kaitannya dengan sedimen dan sedimentasi
beberapa ahli mendefinisikan sedimen dalam beberapa pengertian. Pipkin (1977)
menyatakan bahwa sedimen adalah akumulasi dari mineral-mineral atau material
organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media air,
9

angin, atau oleh udara dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari
material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia. Hasil sedimen
(sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di
daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu yang
biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut (suspended sediment). Muatan
suspensi merupakan hasil kejadian erosi baik erosi permukaan maupun erosi tebing
sungai.
Kadar muatan suspensi adalah banyaknya material suspensi yang dikandung
oleh sejumlah air dari aliran sungai dalam satuan volume tertentu, setelah material
dikeringkan dan dinyatakan dalam miligram/liter (mg/lt). Konsentrasi sedimen dalam
aliran air sebanding dengan energi yang terdapat dalam aliran. Besarnya transpor
sedimen dalam aliran sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen an energi aliran
sungai. Ketika besarnya energi aliran sungai melampaui besarnya sedimen terjadilah
degradasi sungai dan ketika suplai sedimen lebih besar dari aliran energi maka terjadi
agradasi. selama periode aliran besar (stormflow events) maka laju sedimen akan
cepat, laju sedimen akan berkurang dengan cepat ketika debit aliran menurun.
Kurva beban sedimen dapat dibuat dengan memisahkan data menurut jenis
aliran. Sebagai contoh, data musim panas harus terpisah dari data pada musim hujan
ketika terjadi aliran runoff, karena kondisi erosi di suatu batas air sangat berbeda
pada dua kondisi ini. Juga, data dari bagian peningkatan hidrograph itu harus terpisah
dari penurunan hidrograph; untuk arus yang sama, bagian peningkatan memiliki
suatu konsentrasi sedimen yang lebih tinggi dibanding penurunan hydrograph dalam
hal pergerakan partikel. Metoda lain untuk mendapatkan kurva beban sedimen yang
lebih akurat dalam aliran sungai dilakukan dengan membagi saluran sungai ke dalam
segmen-segmen arus dengan memperhatikan kecepatan aliran sungai pada masing-
masing segmen.
Menurut Soewarno (1991), berdasarkan mekanisme pengangkutannya,
sedimen dibagi menjadi :
1. Muatan sedimen melayang (suspended load)
Muatan sedimen melayang merupakan material dasar sungai (bed material)
yang melayang di dalam aliran sungai dan terutama terdiri dari butiran-
butiran pasir halus.
10

2. Muatan sedimen dasar (bed load)


Muatan sedimen dasar berupa partikel-partikel kasar yang bergerak sepanjang
dasar sungai.Pengukuran suspensi selalui disertai dengan pengukuran debit.
Pengukuran muatan sedimen dilakukan dengan cara pengambilan sampel air
menggunakan sediment sampler. alat ini terdiri atas botol penampung air
yang ditentukan konsentrasi sedimennya, galah penyangga untuk menahan
agar botol penampung air dapat tetap ditempatnya, dan terdapat dua lubang
pada alat yang pertama untuk tempat masuknya sampel air dan lubang
lainnya untuk buangan udara dalam botol. pada bagian ekor terdapat alat
seperti sirip yang berfungsi mengarahkan lubang penampung air agar selalu
mengarah pada arah datangnya aliran air. alat ini biasanya dilengkapi dengan
lubang penampung sampel air yang beda ukurannya sehingga diperoleh
muatan sedimen dengan berbagai ukuran. Pada pengukuran depth integrating
ini, alat ukur sediment diikatkan pada galah penyangga, kemudian dimasukan
kedalam aliran sungai dan ditarik kembali keatas dengan kecepatan konstan.
Semakin deras aliran sungai, semakin cepat gerakan yang harus dilakukan.
Besarnya sampel air untuk sekali pengukuran diusahakan kurang lebih 2/3 isi
botol (Gordon et al, 1992).
Perlu dicatat bahwa beberapa zat-pencemar, terutama pencemar yang
mempunyai koefisien pembagi yang tinggi, dapat berikatan dengan partikel-
partikel sedimen. dilaporkan, bahwa konsentrasi mereka dalam aliran akan
sama dengan partikel sedimen. Contoh dari zat pencemar seperti itu termasuk
fosfat, beberapa pestisida, dan logam berat. Dengan demikian, jika
konsentrasi sedimen rendah, konsentrasi zat-pencemar juga akan rendah. Zat-
pencemar dengan koefisien pembagi yang rendah (misalnya : nitrat klorida
dan beberapa pestisida) tidak dihubungkan dengan muatan sedimen, dan
bahkan tidak dipengaruhi oleh aliran sungai. Sebagai contoh, konsentrasi
nitrat akan turun dengan meningkatnya debit aliran. Demikian juga,
konsentrasi pestisida tidak berhubungan dengan aliran sungai, hanya
kehadiranya di dalam air karena berasal dari lahan pertanian.

III. METODE PENGUKURAN SAMPEL AIR


11

Metode sampling paling sederhana adalah cara manual ‘grab sample’. Teknik
ini dapat menggunakan alat yang sederhana seperti ember atau botol ke dalam
sungai, dan menghapus (grabbing) air sampel yang terdapat dekat-permukaan. Untuk
contaminants yang larut (misalnya nitrat), metode ini mungkin cukup. Namun Untuk
sedimen atau sediment-terikat contaminan, metode ini kurang memadai terutama
karena konsentrasi sedimen dapat bervariasi baik secara vertikal dan horizontal
dalam sebuah aliran.
Pengukuran sedimen melayang dilakukan dengan cara mengambil sampel air
menggunakan sediment sampler. alat ini dilengkapi dengan botol penampung air
yang akan ditentukan konsentrasi sedimenya. Aliran air yang mengalir ke dalam
bedload sampler akan membawa suspensi sedimen, yang kemudian ditutup untuk
mendapatkan sampel. Untuk endapan-terikat contaminant metode ini sedikit
digunakan, terutama karena partikel sedimen dasar biasanya memiliki ratio area
permukaan dan volume yang kecil dan alat ini relatif tidak reaktif; tidak seperti
particulat melayang, tanah liat dan endapan lumpur, alat ini umumnya tidak
signifikan menyerap contaminant.
The US Geological Survey merekomendasikan dua metode umum
mengumpulkan sampel air :
(I) equal discharge increment method (EDI), dan
(2) equal width icreament method (EWI).
Meskipun kedua metode menghasilkan sampel air yang sama, keuntungan relatif dari
dua metode ini tidak sama. Alasan mengapa terdapat perbedaan dari teknik ini
mencakup fakta bahwa terdapat perbedaan kedalaman dan lebar sungai sebagai
tempat pengambilan sampel air. Dalam kasus ini, disarankan sampel yang diambil
dari tengah saluran sungai dengan menyusun a churn splitter (lihat Wells et al,
1990).
Metode yang digunakan dalam suatu keadaan akan bergantung ada tidaknya
partikel tersuspensi dalam aliran. Ini dapat ditentukan dengan mengambil satu
sampel air di bagian aliran sungai tercepat. Jika terdapat partikel tersuspensi, dalam
beberapa menit ia akan menetap bagian bawah. Pengambilan sampel air dilakukan
bersamaan dengan sampel sedimen tersuspensi (lihat Wells et al., 1990). Jika tidak,
untuk mengumpulkan air sampel dapat menggunakan botol sampel.
3.1.Equal Discharge Increament Method (EDI)
12

Metode Equal Discharge Increment (EDI), pengambilan contoh sedimennya


dilakukan pada titik tengah pada sub penampang melintang sungai/saluran yang
memiliki besaran debit yang sama, oleh karena itu sebelum pengambilan contoh
sedimen dilakukan, untuk menentukan lokasi (titik) pengambilan contoh sedimen
melayang terlebih dahulu harus dilakukan pengukuran debit. Pengambilan contoh
sedimen melayang dilakukan secara integrasi, dimulai dari air permukaan sampai
dengan dasar sungai/saluran dengan menggunakan alat yang dilengkapi nozzle.
Besarnya diameter nozzle disesuaikan dengan kecepatan arus air pada titik dimana
pengambilan contoh sedimen melayang dilakukan. Sehingga dengan penggunaan
waktu pengambilan yang sesuai dengan ketentuan, maka akan diperoleh volume
sample air berkisar antara 350cc sampai dengan 400cc sesuai dengan kapasitas botol
yang digunakan untuk pengambilan contoh sedimen.

Keterangan :
W = Lebar antar vertical (tidak sama)
Q = debit pada setiap kenaikan (sama, debit sama besar)
n = nomor sampel vertical
Gambar 1. Pengambilan sampel metode Equal discharge increament
pada titik tengah aliran

Minimum 4 dan maksimum 9, sampel vertical yang direkomendasikan oleh


metode ini (Wells et al., 1990). Dengan asumsi bahwa pengambilan sampel
dilakukan ditengah-tengah yang mewakili rata-rata kosentrasi parameter kulitas air
pada setiap sub-sub pengukuran. jika tidak, untuk menunjukkan variasi nilai
parameter dilokasi (suhu, pH, jenis konduktan, atau DO), maka :
1) banyaknya sub-sub sampel vertical ditingkatkan atau
2) menggunakan methode equal width increament (EWI).
13

Wells et al., 1990, menyatakan kita bisa memilih diantara 2 pilihan tersebut.

Gambar 2. Vertical transit rate relative to sample volume collected at equal


discharge increament centroid (from Wells et al., 1990)

Jika menggunakan metode equal discharge increament, ketika sampel diambil


pada sungai dalam, ini berarti bahwa petugas yang mengambil sampel kualitas air,
pengumpul harus menurunkan dan menaikkan botol sampel secara lebih cepat
(tingkat pemindahan) dalam sub-sub dibandingkan pada subseksi arus dangkal.
3.2.Equal Width Increament Method (EWI)
Metode ini berbeda dari methode equal discharge increment (EDI) yang
memerlukan volume sampel air pada aliran sungai dengan jumlah proporsional dari
beberapa subbagian vertical yang terpisah. Metode ini paling sering digunakan dalam
1. Sungai dangkal yang dapat disebrangi,
2. Pasir-sungai di mana terdapat distribusi aliran arus yang berbeda diantara bagian
tempat sampling, dan
3. Aliran dendritik dimana distribusi aliran masuk ada yang terpotong tidak
sepenuhnya tercampur oleh aliran arus sungai.
Lebar dari kenaikan vertikal untuk mendapatkan sampel dapat ditentukan
dengan membagi lebar sungai dengan alat pengukur lebar. minimal 10 sampel
vertikal yang dianjurkan untuk lebar sugai 1,5 m (5 kaki) dan maximum 20 sampel
untuk sungai yang sangat luas dan dangkal. Untuk sungai dengan lebar kurang dari
1,5 m (5 kaki), mengambil banyak sampel vertikal sangat mungkin, jarak minimal
adalah 1 cm (0,5 inci), sangat dianjurkan.
14

Gambar 3. (A) Teknik pengambilan sampel sama lebar (B) penentuan kedalaman
pengambilan sampel pada setiap kedalaman pengambilan adalah relative,
sedapat mungkin medapatkan volume sampel yang proporsional (wells et
al, 1990).
Keterangan :
TR = transit rate at each centriod (equal)
V = volume collected at each centriod (tidak sama),but proporsional to the
discharge at each increament)
= model pengambilan

Berbeda dengan metode EDI dimana diperlukan sampel dengan volume


sama. Metode EDI memerlukan sampel dengan jumlah yang sama, termasuk tingkat
transit (kecepatan mengambil koleksi sampel koleksi ketika menurunkan ke dalam
sungai, dan kemudian diangkat ke permukaan air) sedapat mungkin harus konstan.
Dalam cara ini (Metode EWI), volume sampel air dikumpulkan proporsional. metode
kecepatan konstan merupakan suatu metode praktis dimana untuk mengumpulkan
15

koleksi sampel, dilakukan dengan memilih salah satu titik pengukuran. Volume air
yang sama tidak akan dikumpulkan di setiap sub-bagian vertikal. Sebaliknya, volume
air yang lebih besar akan dikumpulkan pada bagian yang lebih dalam dengan aliran
yang lebih besar dan volume yang lebih kecil akan dikumpulkan di tepi sungai
(Gambar 7,12). (Wells et al. 1990).
Tabel 2. Perbedaan metode pengambilan sampel air, “equal discharge increment”
dan ”equal width icreament”

Equal Discharge Increment Equal Width Icreament Method


Method (EDI) (EWI)
- Sampel vertical lebih sedikit - Pengetahuan masa lalu tentang
diperlukan, waktu yang kecepatan arus di dalam
digunakan lebih pendek lintasan arus tidak diperlukan.
- Selama sampling dapat - Mudah dipelajari
dengan cepat dipindahkan - Koleksi sampel lebih sedikit,
kesungai lain, dipermudah waktu pengukuran relative
oleh waktu samling yang lebih lebih cepat, Jika tidak ada
singkat pengukuran kecepatan arus
- Data variable yang telah atau jika arus pada saluran
didapatkan sebelumnya terdiri dalam kondisi stabil.
(misalnya : lebar sungai, debit
air dan kedalaman) dapat
digunakan.

3.3.Tata cara pengambilan sampel Equal Discharge Increment Method (EDI)


sesuai SNI 3414 : 2008

a. Peralatan
Alat pengambilan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Alat yang dipergunakan untuk mengambil contoh muatan sedimen melayang
harus disesuaikan dengan kedalaman dan kecepatan aliran.
b. Pada saat pengambilan contoh sedimen melayang, kecepatan saat menurunkan
dan menaikkan alat dari permukaan sampai ke dasar sungai harus sama.
c. Pada saat pengambilan contoh sedimen melayang, alat tidak boleh menyentuh
dasar sungai, anak lubang pengambilan harus 10 cm di atas dasar sungai.
d. Volume air yang tertampung dalam alat pengambilan maksimum 400 ml dan
minimum 350 ml.
16

e. Jenis peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan teknis yang berlaku
dan tergantung pada metode pengukuran yang digunakan pada pelaksanaan
pengukuran.
b. Pengukuran Langsung
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
− Satu unit Current Meter;
− Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-
48;
− Tongkat penggantung;
− Satu buah alat ukur waktu;
− Satu unit alat ukur lebar sungai;
− Baju pelampung;
− Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml;
− Grafik (waktu durasi) pengambilan.
c. Pengukuran dengan menggunakan perahu
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
a) Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-48 apabila
kedalaman air pada titik pengambilan ≤ 3 m; jenis US DH-59 apabila
kedalaman air pada titik pengambilan ≥ 3 m;
b) Satu unit alat penderek apabila kedalaman air pada titik pengambilan ≥ 3 m;
c) Satu buah alat ukur waktu;
d) Satu unit alat ukur lebar sungai;
e) Perahu dan dayung dengan kapasitas angkut perahu minimal 3 orang;
f) Kabel melintang sungai;
g) Baju pelampung;
h) Tambang plastik;
i) Motor tempel apabila penggunaan dayung tidak memungkinkan;
j) Tongkat penggantung apabila kedalaman air pada titik pengambilan ≤ 3 m;
k) Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml;
l) Grafik (waktu durasi) pengambilan.
17

d. Pengukuran dari jembatan


Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
a. Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-59;
b. Satu alat bantu pengukuran dari jembatan (bridge crane);
c. Satu unit alat penderek;
d. Satu buah alat ukur waktu;
e. Satu unit alat ukur lebar sungai;
f. Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml;
g. Grafik lama waktu pengambilan.
e. Pengukuran dengan menggunakan kereta gantung
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
b) Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-59;
c) Satu unit alat penderek;
d) Satu buah alat ukur waktu;
e) Satu unit alat ukur lebar sungai;
f) Kabel melintang sungai;
g) Kereta gantung;
h) Baju pelampung
i) Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml
j) Grafik lama waktu pengambilan.
f. Pengukuran dengan Winch Cable Way
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
a) Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-59;
b) Satu unit alat Winch Cable lengkap terdiri dari kabel utama, kabel penghantar
(traveler cable), kabel penggantung alat;
c) Satu buah alat ukur waktu;
d) Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 50 ml;
e) Grafik lama waktu pengambilan.
18

g. Lokasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lokasi pengambilan contoh adalah sebagai
berikut.
a) Pengambilan contoh muatan sedimen melayang harus dipilih pada lokasi yang
tidak terpengaruh adanya bangunan air atau arus balik.
b) Lokasi pengambilan contoh muatan sedimen melayang dipilih dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
1. Pengukuran muatan sedimen melayang dilakukan pada lokasi pengukuran
debit.
2. Dasar sungai merata.
3. Penampang melintang harus tegak lurus arah aliran.
c) Penetapan titik pengambilan
Penetapan titik pengambilan, digambarkan dan dirumuskan sebagaimana
Gambar 1 sebagai berikut :

Gambar 4. Sketsa Lokasi pengambilan contoh


Catatan : Sqi adalah jarak antara titik pengambilan terhadap titik awal
h. Data pengukuran
Data yang diperlukan untuk pengambilan muatan sedimen melayang sebelum
pengambilan contoh muatan sedimen ini dilaksanakan, terdiri dari :
a) Pengukuran penampang melintang.
b) Pengukuran debit.
c) Tinggi muka air yang berkaitan dengan pengukuran debit.
d)
19

i. Waktu pengisian/pengambilan contoh air


Lamanya waktu pengisian/pengambilan contoh air tergantung dari ukuran nozzle
yang digunakan sesuai dengan grafik pada Gambar A.2 dengan ketentuan bahwa
waktu yang digunakan untuk menurunkan alat sama dengan waktu yang
digunakan untuk menaikkan alat. Perhitungan waktu dimulai sejak alat
dimasukkan ke dalam air.
j. Petugas dan penanggung jawab
Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi :
a) Petugas yang melaksanakan survei adalah orang yang pernah mendapatkan
pendidikan dan pelatihan bidang hidrometri dan pengukuran sedimen.
b) Penanggung jawab pekerjaan adalah ahli di bidang hidrologi.
c) Nama petugas dan penanggung jawab hasil pengambilan contoh harus
dicantumkan dan dibubuhi tanda tangan, serta tanggal yang jelas.
k. Rumus-rumus perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan dalam metode pengambilan sedimen melayang ini,
sebagai berikut.

……………………… (1)

……………………..(2)

………….(3)
Keterangan :
Q : debit di suatu penampang melintang sungai m3/det:
qi : debit pada setiap sub penampang ke i, m3/det;
qqi : debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i, m3/det;
Sqi : debit pada seksi ke i, m3/det;
i : 1, 2, 3, 4, 5,................. n; i tanda adalah bagian penampang
n : jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang.
Catatan: Rumus di atas adalah rumus yang digunakan dalam metode EDI (Equal
Discharge Increment), yaitu pengambilan contoh sedimen yang dilakukan
pada titik tengah pada sub-sub penampang yang mempunyai debit sama
besar.
20

l. Cara pengambilan contoh


Pengambilan muatan sedimen melayang dilakukan segera setelah pengukuran
debit selesai dilakukan, dengan tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan pengambilan contoh, sebagai berikut.
1) Tentukan lokasi pengambilan.
2) Siapkan data hasil pengukuran penampang melintang.
3) Siapkan data hasil pengukuran debit.
4) Siapkan, periksa dan rakit alat pengambilan contoh.
5) Siapkan formulir pengambilan contoh.
6) Isi formulir pengambilan contoh.
7) Tentukan jumlah titik pengambilan di suatu penampang melintang
b) Tahap pengambilan contoh, sebagai berikut.
1) Hitung besar debit pada setiap sub penampang melintang dengan rumus (1).
2) Hitung debit tengah dari setiap sub penampang melintang dengan rumus (2).
3) Tentukan lokasi pengambilan dengan cara mencari titik pada kartu
pengukuran dengan besaran debit yang paling dekat dengan besar debit pada
butir 2).
4) Tentukan jarak lokasi titik pengambilan dari sisi sungai, sesuai dengan butir
3).
5) Tentukan lama waktu pengambilan pada grafik (Gambar A2), sesuai dengan
diameter lubang alat (nozzle) pengambil yang digunakan.
6) Lakukan pengambilan contoh muatan sedimen melayang.
7) Masukkan contoh muatan sedimen melayang ke dalam botol yang telah
disediakan.
8) Botol tersebut diberi tanda label.
9) Siapkan contoh muatan sedimen melayang untuk dianalisis di laboratorium.
Ulangi kegiatan butir 3) sampai 9) untuk lokasi titik pengambilan yang lainnya,
hingga semuanya selesai dikerjakan.
21

3.4. Penentuan lokasi Pengambilan Sampel

Langkah awal dalam menentukan lokasi pengambilan sampel di sungai


adalah mengetahui keadaan geografi sungai dan aktifitas di sekitar daerah aliran
sungai. pada umumya lokasi pengambilan meliputi :
a. Daerah hulu atau sumber air alamiah, yaitu lokasi yang belum tercemar. Lokasi
ini berperan untuk identifikasi kondisi asal atau base line sistem tata air.
b. Daerah pemanfaatan air sungai, yaitu lokasi dimana air sungai dimanfaatkan.
Tujuanya adalah untuk mengetahui kualitas air sebelum dipengaruhi oleh suatu
aktifitas.
c. Daerah potensial terkonaminasi, yaitu lokasi yang mengalami perubahan kualitas
air oleh aktifitas industri, petanian, domestik dan sebagainya (point dan nonpoint
sources). Lokasi ini dipilih untuk mengetahui hubungan antara aktifitas tersebut
dan penurunan kualitas air sungai.
d. Daerah pertemuan dua sungai atau lokasi masuknya anak sungai. Lokasi ini
dipilih apabila terdapat aktifitas yang mempunyai pengaruh terhadap penurunan
kualitas air sungai.
e. Daerah hilir atau muara, yaitu daerah pasang surut yang merupakan pertemuan
antara air sungai dan air laut. Tujuannya untuk mengetahui kualitas air sungai
secara keseluruhan. Apabila data hasil pengujian di daerah hilir dibandingkan data
daerah hulu, evaluasi tersebut dapat menjadi bahan kebijakan pengelolaan air
sungai secara terpadu.
Khusus untuk pertemuan dua sungai atau masuknya anak sungai, lokasi
pengambilan sampel adalah di daerah dimana air kedua sungai itu diperkirakan telah
bercampur secara sempurna. untuk mengetahuinya dilakukan uji homogenitas yang
dilakukan dengan mengambil beberapa sampel disepanjang lebar sungai dan pada
kedalaman tertentu. parameter ujinya antara lain suhu, pH, oksigen terlarut, dan daya
hantar listrik. apabila hasil pengujian parameter dibeberapa titik tersebut tidak
berbeda jauh yaitu kurang dari 10 %, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
percampuran sempurna diantara dua air sungai tersebut.
22

3.5. Penentuan titik pengambilan sampel

Menggabungkan sampel pada sungai yang melebihi kedalaman sekitar 5 m


tidak mungkin dilakukan (Wells et al. 1990). Dalam situasi ini. perlu menggunakan
'titik sampel' untuk mengumpulkan sampel kualitas air yang representatif.
Pada sungai dangkal, sampel air umumnya diambil pada kedalaman dekat
permukaan (biasanya 1 meter dibawah permukaan), bagian tengah dan dekat dasar
(0,5 meter diatas dasar sungai). Namun ada juga yang mengambil contoh air pada
kedalaman 0,2 X; 0,4 X; dan 0,8 X (X = kedalaman sungai). Contoh air permukaan
dapat diambil langsung dengan menggunakan tempat sampel yang dicelupkan
kedalam air. Untuk sampel pertengahan dan dekat dasar sungai, prosedur
pengambilan adalah pada saat diturunkan ke dalam air tutup sampel terangkat ke
atas sehingga air masuk dalam water sampler yang kemudian diangkat ke permukaan
dengan waktu yang konstan, pada saat botol sampel diangkat kepermukaan tutup
akan turun kebawah sehingga water sampler tertutup. Jika kedalaman sungai lebih
besar dari 10 m, prosedur yang sama dapat diterapkan. Contoh titik sampel di sungai
dengan kedalaman sekitar 20 m yang diilustrasikan dalam Gambar 7,13.

Gambar 5. Use of apoint-integrating sampler for depth integration of deep stream


(from Wells et al. 1990)
23

Dicatat bahwa nilai transit yang digunakan arah ke bawah (TR1 dan TR2)
tidak sama dengan nilai transit yang digunakan dalam arah ke atas (TR 3 dan TR4).
Namun, TR1 dan TR2 adalah sama, seperti juga TR3 dan TR4 (Wells et al. 1990) .
3.6. Pengumpul sampel otomatis

Berbeda dengan koleksi sampel cara manual, peralatan otomatis juga tersedia.
Peralatan seperti itu dapat sangat baik digunakan lokasi pengambilan sampel yang
dalam. Atau bila tidak untuk menanggapi cepat peristiwa runoff. Selain itu, untuk
mengukur contaminan yang hanya ada dengan interval pendek (misalnya pestisida),
ambil contoh (Gambar 5) sering kurang memadai. Dalam kasus tersebut, sistem
sampling secara otomatis dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan contaminant
yang lebih akurat.
Sistem sampling otomatis akan memompa semua air sampel dari satu titik
atau saluran lebih dalam, pada interval yang ditentukan. Waktu pengambilan sampel
dicatat sehingga volume aliran dapat dihitung. Untuk menghitung total beban
sedimen dari aliran pada peristiwa runoff dihitung dengan menghitung konsentrasi
sampel produk dan interval arus, dengan rumus sebagai berikut:
Beban Contaminant (kg/storm event) = ∑Ci. Qi. ti
dimana: Ci = konsentrasi contaminant untuk interval waktu, t(i);
Qi = debit aliran sungai untuk interval waktu, t(i); dan
ti = interval waktu antar sampel (misalnya setiap 15 menit)
Sampel air sungai yang dipompa secara otomatis ke dalam kontainer sampel
yang telah disediakan dengan ukuran yang tepat. Ukuran kontainer ditentukan oleh
jumlah sampel yang diperlukan untuk analisis, sedangkan bahan kontainer ditentukan
oleh sifat dari contaminant. Misalnya, pestisida hanya dapat dikumpulkan dalam
kontainer kaca, mereka terserap oleh plastik. Kebanyakan alat pompa komersial
(misalnya ISCO samplers) menawarkan pilihan jenis sampel kontainer, komposisi,
ukuran dan nomor. Mereka juga bisa diprogram untuk mengambil sampel air pada
waktu ditentukan atau interval volume aliran. Sebagai contoh, selama periode arus
rendah, contoh air dapat diperoleh setiap 6 jam. Banyak alat juga dapat diprogram
untuk sampel-berbasis arus, atau untuk beralih dari sampel berbasis waktu ke sampel
berbasis hydrograph saat tahap streaming melebihi nilai tertentu (yakni arus ¬
24

proporsional mengambil sampel melalui berbagai tahapan streaming). Untuk kondisi


arus tinggi, frekuensi sampel dapat disesuaikan berdasarkan pada bentuk hydrograph.
3.7. Frekuensi pengambilan sampel dalam arus

Frekuensi sampel yang diperlukan tergantung pada :


- Teknik yang digunakan,
- Tujuan dari pengukuran,
- Presisi dan akurasi yang diinginkan, dan
- Aksesibilitas dan dukungan logistik yang tersedia di lokasi sampling.
Rentang waktu frekuensi untuk beberapa pengukuran dalam satu kegiatan
pengukuran dapat dilakukan per tahun (pengambilan sampel sering dilakukan
berdasarkan siklus hidrologis atau musim, yang biasanya berlangsung dari Oktober
sampai September). Selain itu, frekuensi sampling adalah fungsi dari lamanya masa
pengukuran dan lama fenomena yang sedang diinvestigasi. pengukuran yang singkat
umumnya memerlukan studi yang lebih intensif dari studi pemantauan program
jangka panjang. Demikian pula, fenomena pendek-tinggal mungkin memerlukan
sampling lebih intensif selama jangka waktu yang lebih singkat daripada fenomena
hidup-lama. Misalnya, menjelaskan hubungan dan efek pada skala lapangan, atau
untuk belajar proses kimia atau biologi, mungkin memerlukan beberapa pengukuran
per badai.
Sebelum tahun 1960-an, banyak sampel kualitas air diukur berdasarkan
kondisi sampel lingkungan, parameter kualitas air dikaitkan dengan pH, suhu,
oksigen terlarut, kekeruhan, turbiditas dan BOD. sampling sungai biasanya dilakukan
dengan frekuensi rendah sebagai satu kali setiap bulan. Dengan kedatangan sampel
yang dirancang untuk memantau sumber contaminants nonpoint sejak tahun 1960,
menjadi jelas bahwa sebagian besar persentase contaminants yang dihasilkan dari
sumber nonpoint dan oleh mereka masukan aliran yang terjadi selama beberapa
peristiwa badai besar menjadi danau dan waduk. Untuk menghitung secara akurat
sumber beban contaminant nonpoint, diperlukan sampel yang besar yang dihasilkan
oleh runoff ketika terjadi banjir besar: Ini bukan untuk mengatakan bahwa sampel
aliran kecil tidak diperlukan untuk memantau titik sumber contaminant nonpoint.
tetapi untuk memberikan gambaran masukan zat pencemar nonpoint yang dihasilkan
ketika terjadi runoff pada saat rendah dan tinggi.
25

IV. PERHITUNGAN BEBAN POLUTAN

Beban polutan adalah sebuah produk dari air dan keluarnya konsentrasi
polutan dalam air selama interval waktu tertentu. penelitian menunjukkan bahwa
perubahan kedalaman aliran memberikan dampak yang signifikan terhadap akurasi
perhitungan beban polutan dan perubahan konsentrasi zat pencemar di perairan. Oleh
karena itu, karena badai merupakan peristiwa dramatis dapat mempengaruhi
kedalaman sungai (dan total beban polutan yang mencapai badan air), sehingga
peristiwa penting seperti itu dilakukan sampling secara khusus. Walker (1987)
menjelaskan bahwa dalam situasi di mana konsentrasi polutan sangat berbeda dengan
aliran biasanya, rata-rata konsentrasi polutan inti ringan dalam aliran sungai dapat
mengestimasi beban polutan dengan cukup akurat.
Kenyataan dalam banyak situasi bahwa beban polutan dalam badan air
dihitung dengan menghitung produk rata-rata konsentrasi polutan (atau sedimen) dan
menghitung debit aliran. Namun, masalah yang signifikan dengan pendekatan ini
adalah biasanya meremehkan tipe beban polutan yang terdapat dalam area, dimana
polutan yang terdapat di tempat peristiwa erosi sebagai suatu fenomena hidrologis.
Sebagai alternatif, the US Environmental Protection Agency (1990) telah
memberikan beberapa alternatif metode menghitung beban polutan, seperti dibahas
berikut :
4.1.Teknik Mid-interval
Metode ini menggunakan data konsentrasi polutan yang representatif sesuai
data aliran sungai. Untuk menghitung beban polutan dilakukan dengan pengukuran
konsentrasi polutan bersamaan dengan pengukuran kedalaman saluran (dilakukan
pada saat pengumpulan sampel). Diasumsikan karateristik sedimen berhubungan
dengan interval waktu tertentu dan berhubungan dengan sampel air yang diambil,
sebagai berikut:
Beban polutan =

dimana: Ci = konsentrasi polutan dalam sampel ke i;


Qi = debit air air pada waktu ke i
Ti = interval waktu pengkuran sampel ke i
26

Salah satu tipe biasanya menggunakan interval waktu yang sama, setengah waktu
interval antara sampel air dikumpulkan dengan sampel yang diambil sebelumnya,
dan satu setengah interval waktu antara sampel air yang dikumpulkan dengan sampel
yang akan dikumpulkan berikutnya. Metode ini sangat berguna ketika sampel yang
dikumpulkan seragam. dasar interval waktu tetap; Rata-rata' konsentrasi polutan
ditentukan secara langsung oleh rata-rata konsentrasi. terutama karena karateristik
sampel dalam sungai diambil dalam interval waktu yang sama, Namun, yang
merugikan dari pendekatan ini adalah akurasi yang sangat peka terhadap terjadinya
badai.
4.2.Berat rata-rata konsentrasi polutan berdasarkan waktu
Metode ini digunakan untuk situasi di mana sampel kualitas air tidak
dikumpulkan secara teratur atau tidak dengan interval waktu yang sama. Dengan
demikian, memperkirakan 'rata-rata' konsentrasi polutan memerlukan satu untuk
'berat' kualitas sampel air sesuai dengan jangka waktu yang digunakan untuk
mewakili sebuah aliran. Untuk menghasilkan Berat rata-rata konsentrasi polutan
bedasarkan waktu (TWMC) dihitung sebagai berikut:
TWMC = (∑CiTi)/∑Ti
dimana: Ci = konsentrasi polutan sampel ke i;
Ti = interval waktu yang digunakan mengambil karateristik sampel ke i (tipe
yang mewakili dengan interval waktu satu setengah antara sampel yang
dikumpulkan sebelumnya dengan sampel berikutnya)

4.3.Berat rata-rata konsentrasi polutan berdasarkan aliran sungai


Sebagian besar dalam perhitungan nilai total beban polutan dalam air adalah
perkiraan rata-rata konsentrasi polutan berdasarkan bobot masing-masing sampel air
sesuai dengan jumlahnya aliran sungai. Nilai ini dihitung dengan membagi total
beban polutan dengan total keluarnya untuk periode tertentu. istilah 'aliran-weighted
rata-rata konsentrasi' (FWMC), dihitung sebagai berikut:
FWMC = (∑CiTiQi)/(∑Ti Qi)
dimana: Ci = konsentrasi polutan sampel ke i;
Ti = interval waktu yang digunakan mengambil karateristik sampel ke i
(satu setengah interval waktu antara sampel yang dikumpulkan
sebelumnya dan sampel ke i berikutnya yang biasanya digunakan
untuk nilai ini); dan
Qi = debit air pada waktu pengambilan ke i
27

Rasio FWMC dan TWMC digunakan untuk mengidentifikasi sumber utama polutan.
Seperti ditunjukkan oleh the US Environmental Protection Agency (1990), untuk
suatu lokasi sungai, dimana perbandingan FWMC: TWMC lebih besar dari 1,0
menunjukkan konsentrasi polutan meningkat dengan meningkatnya debit air, sebagai
indikasi meningkatnya polutan nonpoint. Sebaliknya, perbandingan FWMC: TWMC
kurang dari 1,0 akan menunjukkan bahwa konsentrasi polutan yang menurun dengan
meningkatnya aliran sungai. Ini menunjukkan polutan menurun dengan
meningkatnya aliran.
28

V. SUMBER POLUTAN NONPOINT PEDESAAN

5.1. Pertimbangan umum


Sebelum menentukan plots spesifik eksperimen untuk dibahas, perlu
dilakukan penyelidikan hidrologi (out flow) dari seluruh saluran drainase. Hal ini
akan memberikan informasi tentang penggunaan umum hydrologic dan karakteristik
polutan dari DAS (ini akan memungkinkan identifikasi-parameter kualitas air). Pada
skala besar hasil investigasi ini juga akan menyorot keseriusan dari masalah sumber
polusi nonpoint, terutama ketika membandingkan total beban tahunan dari kolam
tempat menyalurkan air ke titik sumber beban. Dengan demikian, besarnya nilai Unit
Beban Area (UAL) terkena contaminant dapat diperkirakan sebagai berikut:
YB = 1/(TA)(LT-LP)
dimana:
YB = perkiraan dari ual untuk seluruh saluran drainase (kg/ha/y);
LT = total beban tahunan (kg) selama periode T (y) di bagian paling hilir sungai
outlet sungai;
LP = total beban tahunan (kg) dari titik-sampel selama jangka waktu, T, dan
A = catchcment area (ha)

Asumsi Perhitungan di atas dengan menganggap arus dan konsentrasi tersedia


sepanjang tahun. Jika penyelidikan periode kurang dari satu tahun, nilai UAL harus
dinyatakan dalam unit lain (misalnya g/ha/hari atau g/ha/mm runoff).
Dalam persamaan diatas, YB hanya menyediakan perkiraan kasar UAL,
karena LT dan LP bukan merupakan variabel tambahan. Maksudnya, nilai sebenarnya
dari titik dan beban polutan nonpoint pada final outlet hanya dapat dinilai dengan
model matematika yang lebih kompleks yang juga mengambil sampel sumber air
sebagai pertimbangan (kecuali jika mereka dapat diukur secara langsung dan akurat).
Informasi mengenai UAL skala kecil berguna untuk hitungan yang lebih tepat. Jadi
tujuan menyiapkan jarak-plot percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan
mengukur besarnya polutan nonpoint di daerah-daerah sumber air.
Penentuan percobaan skala kecil dilapangan dapat lebih akurat dicapai bila :
1) Data yang diambil lebih dari satu pada contoh sungai atau situ yang diamati.
dan
2) Hasil dari (persamaan 7.12) dapat dihitung untuk lebih dari satu sub-kolom
dari jaringan sungai.
29

Suatu skala kolom UAL membantu mengidentifikasi kemungkinan sumber polutan


di dalam kawasan kolom (yakni semakin besar nilai YB, semakin besar kemungkinan
kontributor sumber utama polutan nonpoint yang terdapat dalam sub-kolom).
Langkah berikutnya dalam memilih plot adalah meninjau lahan dan peta
topografi dari air dalam upaya untuk mengidentifikasi daerah sumber nonpoint.
Secara Umum jenis sumber nonpoint (kebanyakan nutrient tanaman) meliputi:
1) lokasi-lokasi rentan terhadap erosi - termasuk lokasi konstruksi skala besar
dan/atau lokasi dimana tanah tersebut dibiarkan kosong untuk tujuan tertentu;
2) lahan pertanian/lahan tanaman - terutama tanaman baris atau tanaman tanpa
konservasi dan/atau garis-garis tanah yg diolah;
3) Kebun buah dan kebun-kebun anggur - terutama perkebunan baru (karena dosis
pupuk yang berlebihan);
4) Lahan rumput dan peternakan - terutama yang digunakan untuk menyebarkan
pupuk;
5) Peternakan padat - khususnya mereka yang dekat dengan sungai;
6) Pemukiman Pedesaan - terutama yang tanpa system saluran;
7) Tempat makanan Hewan; dan
8) Lokasi timbunan dan pembuangan limbah.
5.2. Penentuan lokasi untuk percobaan skala kecil
Idealnya, percobaan akan dilakukan di daerah-daerah yang kemungkinan
menggunakan semua kombinasi dari tanah, lereng, tanah yg dikerjakan, dan jenis
tanaman. Namun, solusi yang lebih realistis untuk memilih 'karakteristik' lokasi.
yang mewakili tipe lokasi yang digunakan untuk lokasi percobaan yang sedang
dibuat (setidaknya dalam hal lereng dan jenis tanah).
Jika ada cukup waktu untuk mengulang percobaan dan pengukuran dengan
berbagai tanaman pangan dan tanah yg dibajak/teknik konservasi, alternatif yang
logis adalah dengan memilih karakteristik tanaman yang sesuai dan lahan teknik
budidaya. Bahkan dalam situasi ini, dianjurkan untuk percobaan yang terbelah
menjadi dua bagian plot (yakni menjalankan dual percobaan). Dengan dual
percobaan. satu lokasi digunakan sebagai acuan atau kontrol plot. Yang mana pada
kondisi yang representati pada area yang lebih luas dapat didokumentasikan(suhu
tanah yg dikerjakan, penggunaan pupuk. teknik konservasi. dsb). Pada petak lainnya,
efek dari teknik kontrol alternatif dapat dijumlahkan (misalnya dikurangi dan atau
30

manajemen waktu pemupukan, kontur tanah yg dikerjakan). Hasil dari dua petak
percobaan realistis hanya menyediakan dasar untuk menjalankan skenario kontrol
dengan beberapa model skala tangkapan penuh. Dapat juga mencoba untuk
menggunakan factor budidaya dan konservasi (faktor P dan C) dari Universal Soil
Loss Equation (USLE; Wischmeier dan "Smith, 1978). Namun demikian, data dan
informasi yang diperoleh dalam suatu percobaan biasanya lebih akurat.
Setelah memilih lokasi yang representatif, langkah berikutnya adalah
menentukan besarnya plot eksperimen (s). Dalam memilih ukuran, faktor yang
menentukan adalah apakah ingin menggunakan simulators hujan, atau bergantung
pada curah hujan alam. Pada kedua kasus tersebut, dapat menggunakan plot ukuran
lebih besar (sekitar beberapa hektar), sedangkan dalam kasus pertama, plot ukuran
yang harus lebih kecil (dari susunan beberapa ratus persegi. Meter). Keputusan
seperti itu akan tergantung pada ketersediaan dan simulator jenis peralatan (misalnya
kapasitas pompa), dan ketersediaan air.
5.3. Pengukuran larian (runoff)
Pungukuran runoff dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung pada
besaran dari aliran yang terdapat pada plot. Jenis instrumen yang biasa digunakan
dalam pengukuran adalah alar ukur yang terbuat dari logam plat (Gambar 6). Alat
ini dapat dengan mudah diterapkan di dalam setiap saluran, dengan hanya
meletakannya ke dasar saluran. Runoff dihitung sebagai suatu fungsi (h) yang
melewati bendungan, seperti :
Q = c.h5/2
dimana : c = (2g)½, dan
h = kedalaman air pada saat terjadi hujan besar

Gambar 6. Illustration of pulviograph


31

Gambar 7. Example of a pulviograph chart


Beberapa alat pengukur runoff yang lain tersedia secara komersial, misalnya :
Venturi dan Parshall flumes dengan berbagai ukuran. Sebagai alternatif, alat-alat
yang serupa dapat dibangun di lokasi.
Masalah utama pengukuran runoff adalah terkait dengan pengukuran manual
dari kedalaman air akibat hujan besar (h). solusi yang ideal menggunakan water level
recorder. Perekam jenis ini mengukur kedalaman air dan menghitung secara akurat
volume total runoff, termasuk variasi intensitas runoff. Namun, volume runoff yang
sangat kecil mungkin mengakibatkan ruang terlalu kecil untuk memasang alat ini.
Mengukur secara manual adalah mustahil, kecuali seorang pengukur hidup dan
tinggal dilokasi. karena selalu ada kemungkinan puncak arus air terjadi setiap saat,
misalnya pada tengah malam
5.4. Pengukuran Kualitas Air
Sekaligus untuk mengambil sampel kualitas air dari aliran air, pendekatan
yang terbaik adalah dengan menggunakan peralatan sampling otomatis.
Pengoperasian peralatan seperti ini telah dijelaskan di atas, ketika digunakan jenis
alat ini dalam aplikasi, biasanya dipicu oleh kondisi arus air yang kritis. Pengambilan
sampel air secara manual dapat saja dilakukan tetapi seringkali kehilangan beberapa
informasi kualitas air. Lebih lanjut, sering sulit untuk mendapatkan cukup personil
yang didedikasikan untuk mengumpulkan sampel pada malam, atau pada akhir
pekan.
Tidak ada aturan umum mengenai frekuensi sampling, terutama karena koleksi
32

sampel tergantung pada lama dan intensitas dari peristiwa runoff yang dapat berbeda
dari satu lokasi ke lokasi lain, dan antara tanggal di lokasi yang sama. Namun, hal ini
harus dilakukan untuk memastikan bahwa penngambilan sampel kualitas air
bersamaan dengan waktu runoff puncak, dan juga menentukan naik dan turunnya
tempo hidrograf curve. Panduan pelestarian kualitas air sampel juga harus diamati.
5.5. Pengukuran lain
Pengukuran lain yang terkait, termasuk kelembaban tanah sebelum dan
setelah runoff, diukur secara berkala selama studi. Yang paling mudah diterapkan
adalah isotop instrumen pemeriksaan berbasis kelembaban. data hydrometeorological
(misalnya suhu, angin, evaporasi) juga harus diperoleh dari stasiun metereologi.
Informasi dan data yang juga harus dikumpulkan:
1. Jumlah pupuk yang digunakan (termasuk fosfor dan nitrogen, dan perubahan
dalam pola pemupukan dari waktu ke waktu);
2. metode budidaya dan pengolahan tanah;
3. Panen dan metode pemanenen ( termasuk nilai nutrisi tanaman dan nilai nutrisi
yang dipindahkan dari tanah oleh tanaman tetapi tetap di lapangan dalam bentuk
biomas tanaman), dan
4. nilai nutrisi tanah.
5.6. Pengolahan Data Terukur
Pengolahan data pada dasarnya mempunyai dua sasaran hasil:
(1) penentuan Unit Beban Area (UALS) pada periode waktu (eg. UALs bulanan,
tahunan atau musiman).
(2) Menghitung hubungan antara tingkat beban area (konsentrasi) dengan berbagai
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan-perubahan dalam tingkat beban.
Penentuan UAL dimulai dengan menghitung beban total pada periode
waktu yang tertentu (sering kali satu tahun). Hal ini hanya menghitung area di
bawah kurva beban, atau produk dari debit air (Q) dan konsentrasi polutan (C).
Berdasarkan variable-variabel ini, ada beberapa dasar kasus untuk dipertimbangkan
di dalam pengolahan data. Ini dibahas dengan singkat :
a. Arus berkelanjutan dan kualitas data berdasarkan waktu
Pada kasus ini, pencatatan arus diambil secara berkelanjutan, dan
pengukuran kualitas air hanya dilakukan bila terjadi hujan (dapat pula dilakukan
pengukuran pada semua kejadian) secara seragam, setiap step dilakukan terpisah,
33

misalnya data arus diambil dari catatan arus pada interval berbeda dengan waktu
yang sama pada setiap step. Beban limban pada setiap waktu adalah dihitung
berdasarkan nilai produksi dari Ci dan Qi (gambar 7.19). sedangkan total beban
polutan dihitung dengan mengunakan rumus :

L=

Dimana : n = nomor pada waktu step (nomor sampel) dalam setiap


periode T = T2 –T1 uji

Unit beban area pada periode T = T2 –T1 adalah dihitung dengan :


Y = L/A (in M/L2)
M = coresponden
A = luas area
T = periode waktu
Nilai UAL kemudian dikonfersi kedalam unit UAL yang diinginkan ( eg. kg/ha/y:
g/krn2/day).
b. Aliran air dan Kualitas data yang tidak kontinyu
Pada Kasus ini, pencatatan arus dilakukan secara berkelanjutan, tetapi
sampel kualitas air tidak mengikuti aliran hidrologi (meski tersedia belakangan);
dua opsi bisa dilakukan untuk melengkapi data base:
1. Jika ada korelasi yang dekat antara runoff (Q) dan konsentrasi (C), nilai Ci
yang hilang, dapat dihitung dengan C =f(Q) hubungan, dan catatan konsentrasi
dapat diselesaikan. Kemudian perhitungan dilanjutkan seperti diatas. catatan;
bahwa korelasi dosis dapat menghasilkan nilai yang menyimpang.
2. Kemungkinan lain untuk menyisipkan antara data pengukuran konsentrasi yang
berurutan, menggunakan suatu cara yang linier (eg. C, = ( l/2)(Ci-1 +Ci+1).atau
dengan cara yang lain (eg. Menyesuaikan suatu kurva taklinear pada data
pengukuran konsentrasi).
c. Arus tidak kontinyu dan Kualitas data
Dalam hal ini arus dan kualitas air tidak tercatat dengan continyu (eg. karena
kegagalan pemakaian peralatan atau permasalahan lain), tidak menyebar
mengikuti pola aliran yang diasumsikan; ada empat alat primer (meski tidak-
pasti) untuk penaksiran total beban limbah.
34

(1) Jika data curah hujan tersedia, maka model hydrologic (eg. metoda Unit
Hydrograph) bisa digunakan untuk menirukan aliran hidrograph dan
selanjutnya kita menghitung beban total sama seperti ditas.
(2) Data beban total dapat diestimasi sebagai rata-rata penurunan (Q) dan
konsentrasi (C), dan jumlah keseluruhan waktu pengukuran, sebagai berikut:
L=QxCxT
atau sebagai rerata sebagian beban (ketika data yang sesuai tersedia dalam
jumlah yang cukup), sebagai berikut:
L = (T/n)∑Qi Ci
Atau :
L = (1/n)∑Qi Ci Ti
di mana: Ti = periode waktu (s) di mana tanpa data sampling yang tersedia.
(3) Ketika curah hujan tercatat lengkap, kita dapat mengestimasi total beban
polutan dengan menghubungkan data beban dengan data curah hujan. Dengan
pendekatan ini, penyimpangan waktu antara kejadian curah hujan dan aliran
harus diperkirakan (meski dalam plot kecil, penyimpangan waktu bisa
diabaikan). Type hubungan yang digunakan :
Lr= f (I)
LT= f(P, M)
di mana: Lr =tingkat beban (mass/waktu);
I =intensitas curah hujan (rnrm/waktu; unit waktu harus
sama halnya dengan tingkat beban);
Lr =beban total dari suatu aliran (massa); L = f (I, API);
P = total kedalaman aliran pada saat hujan (mm);
M = indeks kelembaban tanah (mm) ; dan
API = indeks presifitasi ( indeks kondisi presifitasi hujan
sebelumnya dan kelembaban tanah)

Untuk merinci hubungan-hubungan seperti itu, ketersediaan catatan yang baik


untuk sedikitnya beberapa aliran sebagai asumsi.
(4) Tersedia catatan cukup lama (sekali pun tak lengkap), berbagai metode
statistik bisa digunakan untuk menaksir produk beban yang dihasilkan oleh
aliran yang tidak teramati, termasuk (a) fungsi distribusi percobaan seperti
suatu model simulasi dan sampling, dan (b) Pengembangan dan penggunaan
dari korelasi beban arus dan konsentrasi beban. Simulasi dapat juga
35

digunakan dalam menunjukkan variasi hubungan dalam unit beban area,


menyaring dan merencanakan model untuk daerah yang lebih luas. Ekspresi
semacam itu dapat dilakukan berdasarkan catatan dari plot percobaan:
Y =f(R)
di mana: Y = tingkat UAL (mass/area); dan
R = beban masuk yang terukur selama periode aliran (juta,
l/ha/sec, dll.) karena berbagai kombinasi panen-lahan-
kemiringan

Gambar 8. Tipe dasar perhitungan UAL dari data pengukuran


36

VI. KESIMPULAN

Pengambilan sampel kualitas lingkungan merupakan pekerjaan yang tidak


mudah karena polutan lingkungan bersifat dinamis dan bermigrasi seiring dengan
perubahan situasi dan kondisi setempat. Metode Pengambilan sampel untuk
pengujian laboratorium dan pengujian karakterisik Sampel sangat mempengaruhi
hasil pengujian.Dalam merencanakan pengambilan sampel, harus dipertimbangkan
bagaimana sampel diambil sehingga sampel dapat mewakili kondisi pada saat
pengambilan. oleh karena itu volume sampel, waktu, lokasi, dan titik pengambilan
sampel serta kondisi lingkungan harus direkam sebagai data obyektif untuk bahan
interprestasi hasil pengujian.The US Geological Survey merekomendasikan dua
metode umum mengumpulkan air contoh: (I) equal discharge increment method
(EDI). dan (2) equal width icreament method (EWI). Meskipun kedua metode
menghasilkan hasil yang sama, keuntungan relatif dari dua metode ini tidak sama.
Alasan mengapa terdapat perbedaan dari teknik ini mencakup fakta bahwa terdapat
perbedaan kedalaman dan lebar sungai sebagai tempat pengambilan sampel air.
Selanjutnya hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran sampel air dan
sedimen terkontaminan polutan adalah sensifitas alat serta kesesuaian bahan alat
dengan variabel yang diamati. Hal ini penting mengingat untuk menghindari
kesalahan pengambilan kesimpulan parameter uji sehingga kualitas lingkungan
sesunguhnya tidak tergambarkan.
Secara umum jenis sumber nonpoint pedesaan berasal dari nutrient tanaman,
meliputi:
1. lokasi-lokasi rentan terhadap erosi - termasuk lokasi konstruksi skala besar
dan/atau lokasi dimana tanah tersebut dibiarkan kosong untuk tujuan tertentu;
2. lahan pertanian/lahan tanaman - terutama tanaman baris atau tanaman tanpa
konservasi dan/atau garis-garis tanah yg diolah;
3. Kebun buah dan kebun-kebun anggur - terutama perkebunan baru (karena
dosis pupuk yang berlebihan);
4. Lahan rumput dan peternakan - terutama yang digunakan untuk menyebarkan
pupuk;
37

5. Peternakan padat - khususnya mereka yang dekat dengan sungai;


6. Pemukiman Pedesaan - terutama yang tanpa system saluran;
7. Tempat makanan Hewan; dan
8. Lokasi timbunan dan pembuangan limbah.

You might also like