You are on page 1of 25

KEPEMIMPINAN WANITA PERTAMA YANG MENJABAT

SEBAGAI PERDANA MENTERI DI NEGARA ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kepemimpinan.

Adhita Widiadhari 0606083456

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA

2009

Depok
STATEMENT OF AUTHORSHIP

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal skripsi


terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa
saya menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Kuliah : Kepemimpinan

Dosen : Ella H. Lubis

Nama : Adhita Widiadhari

NPM : 0606083456

Tandatangan :

Universitas Indonesia
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu petikan bebas dari ayat Al-Quran yang berbunyi: “Laki-laki adalah
pemimpin bagi kaum wanita”. Petikan bebas ini, sering disamakan dengan justifikasi
„ketidaksetaraan‟ antara pria dan wanita baik oleh yang mendukung atau yang
menentang isu kesetaraan gender. Bagi yang mendukung, hal ini merupakan bentuk
ketidakadilan gender yang akan membatasi kiprah kaum wanita di tengah-tengah
masyarakat. Bagi yang menentang beranggapan bahwa hal ini pada hakikatnya
memiliki tujuan demi menjaga dan melindungi kemuliaan kaum wanita itu sendiri.
Belakangan ini peran pemimpin yang dengan segala kesibukannya tidak lagi
menjadi dominasi kaum pria. Pada 10 tahun terakhir masalah mengenai kesetaraan
gender antara pria dan wanita makin marak diperjuangkan. Selama ini budaya yang
berkembang di dunia cenderung bersifat “patrilinialis” yang membuat kaum wanita
dipandang sebagai makhluk kelas dua setelah pria. Selain itu jarang ditemui wanita
yang masuk ke dunia politik karena masih dianggap tabu oleh masyarakat. Masih
segar dalam ingatan kita kisah mengenai Margaret Thatcher dan Benazir Bhutto dua
nama yang dikenal sebagai pemimpin wanita kelas dunia.
Ada dua faktor yang merubah status wanita di dunia. Yang pertama adalah
adanya pengaruh perubahan paradigma masyarakat dunia akibat dari pergerakan
kaum feminis yang memperjuangkan hak kaum wanita di berbagai negara.
Keberhasilan gerakan kaum feminis yang muncul dari eropa yang dipelopori oleh
Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet pada tahun 1785 diselatan
Belanda. Pada abad 19 dan awal abad 20 keberhasilan gerakan feminisme mulai
diterima masyarakat luas dengan gerakan yang mereka sebut Universal Sisterhood.
Masuknya kaum wanita di dunia kerja dan perubahan kondisi keuangan
mereka yang mulai terjadi pada akhir tahun 1800-an membangun landasan bagi
pergerakan politik kaum wanita yang ditujukan untuk mendapatkan hak sosial penuh
bagi wanita di berbagai bidang. Pada awal tahun 1880, kaum wanita berjuang untuk
memperoleh pengakuan hak memilih, yang akhirnya didapatkan pada tahun 1913.

Universitas Indonesia
Selama masa perang, sejumlah kelompok wanita didirikan di bawah naungan
perserikatan buruh. Tahun 1960 memberikan momentum baru bagi pergerakan
wanita. Pergerakan wanita ini tidak hanya bermaksud meraih kesetaraan formal, tapi
memfokuskan usaha mereka dalam memberikan kesempatan pada wanita untuk
secara bebas menjalankan hak-hak formal mereka.
Faktor penentu kedua ialah bahwa selama dipimpin oleh pria timbul sebuah
kekecewaan karena tidak terakomodasinya kepentingan kaum wanita, padahal jika
ditinjau dari komposisi perbandingan penduduk dunia kaum wanita lebih banyak
dibandingkan pria. Sehingga keterwakilan wanita dalam masalah-masalah penting
kerap kali dikesampingkan. Perubahan paradigma wanita yang menghendaki
kemandirian pun cukup berpengaruh dalam memunculkan pemimpin dari kalangan
wanita , ini selaras dengan tingginya tingkat pendidikan kaum wanita. Semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin kritis cara berpikirnya.
Salah satu keberhasilan kaum feminin memasukan filosofinya ialah dengan
ditandai banyaknya konvensi internasional khususnya di bidang HAM yang
memasukkan masalah persamaan hak antara kaum wanita dengan pria serta
menolak diskriminasi gender. Dari hal tersebut mau tidak mau suatu negara agar
dikatakan sebagai negara yang beradab dan menjungjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan harus ikut meratifikasi berbagai konvensi internasional tersebut,
misalnya ICCPR Tahun 1966 (Internastional Covenant on Civil and Political Right)
yaitu suatu konvensi internasional di bidang perlindungan hak sipil dan politik.
Adanya dasar perlindungan hukum secara internasional tersebut menyebabkan
suatu negara menyesuaikan Hukum Nasionalnya dengan memasukkan masalah
perlindungan HAM itu salah satunya tentang non diskriminasi gender.
Oleh karena dalam satu dekade ini telah muncul banyak pemimpin wanita yang
cukup berpengaruh secara global, maka penulis tertarik untuk mengangkat cerita
dan mengupas gaya kepemimpinan dari salah satu tokoh pemimpin wanita yang
berhasil. Dalam kesempatan ini penulis akan mengambil Benazir Bhutto yang
terkenal karena menjadi perdana menteri wanita pertama di negara islam sebagai
contoh. Selain menjadi perdana menteri wanita pertama di negara islam, Benazir
Bhutto juga merupakan pemimpin eksekutif termuda di dunia. Pada makalah ini

Universitas Indonesia
penulis ingin memfokuskan pada bagaimana Benazir Bhutto memimpin dan
berinteraksi dengan pengikutnya.

Universitas Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Definisi dan Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi sebuah kelompok yang
terorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Ada tiga elemen yang
membentuk kepemimpinan itu sendiri yaitu pemimpin, pengikut dan situasi.
Ketiga elemen tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain
sehingga membentuk proses kepemimpinan.
Kepemimpinan yang baik dapat dipelajari melalui proses pembelajaran
formal akan tetapi banyak juga pemimpin efektif yang tidak pernah belajar
kepemimpinan secara formal sehingga kepemimpinan merupakan gabungan
antara science dan art. Dalam memimpin, seorang pemimpin harus dapat
menggunakan teknik-teknik yang rasional juga dapat menggunakan
pendekatan secara emosional dengan pengikutnya.
Ada sebuah perbedaan yang mendasar antara pemimpin dan manajer
yaitu pemimpin mengedapankan nilai-nilai yang dianutnya sedangkan manajer
tidak. Pemimpin diajarkan untuk melakukan hal yang benar sedangkan manajer
diajarkan untuk melakukan hal dengan benar. Meskipun berbeda
kepemimpinan dan manajemen saling melengkapi satu sama lain. Selain itu
kedua hal tersebut sangat penting untuk keberhasilan suatu organisasi.
Tidak semua pemimpin terkenal dan berkuasa, banyak pemimpin yang
dikenal karena pengaruhnya terhadap lingkungan maupun karena tindakannya.
Dalam pembelajaran mengenai kepemimpinan ada beberapa mitos yang dapat
menghambat yaitu:
(1) kepemimpinan yang baik sepenuhnya merupakan common sense
(2) pemimpin itu terlahir tidak dibuat,
(3) satu-satunya tempat belajar kepemimpinan adalah belajar dari
pengalaman.

Universitas Indonesia
II.2. Kerangka Interaksi untuk Menganalisa Kepemimpinan

Fred Fielder menemukan pentingnya pemimpin, pengikut dan situasi dalam


sebuah proses kepemimpinan. Setelah itu Hollander menemukan sebuah
kerangka untuk memahami interaksi antara elemn pemimpin, pengikut dan
situasi dalam kepemimpinan. Ada dua hal yang penting untuk dipelajari dari
kerangka ini. Pertama, kepemimpinan merupakan fungsi dari pemimpin,
pengikut dan situasi. Kedua, scenario kepemimpinan tertentu dapat dilihat
menggunakan analisa dari setiap tingkat secara terpisah. Aspek terakhir yang
penting dari kerangka ini adalah kepemimpinan merupakan hasil dari interaksi
yang kompleks antara pemimpin, pengikut dan situasi.

II.3. Pemimpin
Pemimpin biasanya memiliki karakteristik umum yang sama. Efektivitas
dari hubungan pemimpin dan penigikut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang pertama adalah emosi. Pemimpin yang yang memiliki kestabilan
emosi yang tinggi cenderung akan lebih mendapatkan informasi yang lengkap
dan tepat waktu dari bawahan daripada pemimpin yang temperamental. Yang
kedua adalah bagaimana pemimpin mendapatkan status pemimpin tersebut.
Pemimpin yang dipilih dan diangkat oleh pengikutnya cenderung akan

Universitas Indonesia
mendapatkan loyalitas dari bawahan yang tinggi daripada pemimpin yang
ditunjuk oleh atasan.
Pengalaman dan sejarah seorang pemimpin dalam organisasi tertentu juga
akan mempengaruhi efektivitasnya. Bawahan akan lebih menyenangi
pemimpin dengan latar belakang yang sudah diketahui daripada pemimpin
yang tidak jelas asal usulnya. Selain itu keikutsertaan pengikut dalam memilih
pemimpinnya juga akan mempengaruhi kerja sama pemimpin-pengikut. Ketika
pengikut sangat terlibat dalam pemilihan pemimpinnya maka secara psikologis
mereka akan merasa dekat dengan pemimpin tersebut, akan tetapi tuntutan
akan kinerja dari pemimpin tersebut juga akan lebih tinggi.

II.4. Apakah Pemimpin Wanita yang Baik Sulit Ditemukan?


Dewasa ini jumlah wanita yang mengambil peran sebagai pemimpin
memiliki peningkatan yang signifikan dari sebelumnya. Meskipun begitu masih
ada beberapa masalah yang menghalangi kesempatan wanita yang memiliki
kemampuan untuk mengambil posisi tinggi sebagai pemimpin dalam suatu
organisasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Schein ditemukan korelasi
yang tinggi antara „pria‟ dan „manajer‟ menurut sampel responden wanita dan
pria. Hasil dari penelitian ini juga nampaknya belum berubah untuk beberapa
dekade ke depan.
Survey penelitian yang dilakukana oleh Judith Rosener menunjukkan
perbedaan dalam bagaimana pria dan wanita mendeskripskan pengalaman
kepemimpinan mereka. Pria cenderung mendeskripsikan diri mereka dengan
istilah transaksional dimana mereka melihat kepemimpinan sebagai pertukaran
pemberian jasa. Mereka mempengaruhi orang lain melalui posisi dan otoritas.
Sedangkan wanita cenderung mendeskripsikan diri mereka dengan istilah
transformasional dimana mereka membangun komitmen untuk tujuan yang
lebih luas daripada kepentingan mereka sendiri. Hal ini sering disebutt dengan
kepemimpinan interaktif.

Universitas Indonesia
Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan pergeseran jumlah pemimpin
wanita menjadi lebih banyak:
 wanita sendiri telah berubah
 peran kepemimpinan telah berubah
 praktik-praktik dalam organisasi telah berubah
 budaya telah berubah.

II.5. Interaksi Pemimpin-Pengikut-Situasi


Seorangn pemimpin membuat lingkungan dimana kontribusi kreatif dan
inovasi pengikut dapat berkembang dan tumbuh. Dalam memotivasi
pengikutnya seorang pemimpin lebih menggunakan pendekatan secara
personal dan melalui faktor-faktor kedekatan dan tidak dapat dillihat. Pemimpin
secara aktif akan merubah situasi daripada hanya mengoptimalisasi
kelompoknya untuk beradaptasi dengan situasi yang ada.

II.6. Keterkaitan Pengalaman Pribadi Wanita dengan Efektivitas


Kepemimpinan Mereka
Menurut para psikolog di Center for Creative Leadership ada enam tema yang
mengkarakterisasi respon pada wanita:
 Kesempatan untuk mengembangkan kemampuan interpersonal seperti
memotivasi, menghargai dan mengembangkan orang lain (dalam hal ini
seperti mengasuh anak di rumah) dapat diaplikasikan untuk memotivasi,
mengembangkan dan mengarahkan karyawan.
 Keuntungan psikologis dari mengatasi hambatan, mengambil resiko, dan
berhasil dalam area pribadi akan mendukung harga diri, kepercayaan
diri, energy dan keberanian.
 Dukungan dan saran emosional dari teman dan keluarga yang bertindak
sebagai dewan yang terpercaya dan motivator serta mencurahkan
perasaan secara aman.

Universitas Indonesia
 Mengatasi tugas yang banyak seperti perencanaan dan berkutat dengan
jadwal keluarga akan mengembangkan kemampuan administrative
seperti prioritas dan perencanaan.
 Ketertarikan pribadi dan latar belakang menyediakan cara pandang yang
membantu untuk memahami dan menghubungkan dengan rekan kerja.
 Kesempatan kepemimpinan dalam organisasi bersifat sukarela atau
pengaturan keluarga menyediakan pelajaran kepemimpinan dan
meningkatkan kenyamanan dalam peran otoritas.

II.7. Sumber-Sumber Kekuasaan Pemimpin


French dan Raven mengidentifikasi lima sumber atau dasar dari kekuasaan
dimana dengannya seorang individu dapat mempengaruhi orang lain:
 Expert power
Kekuasaan atas ilmu pengetahuan.
 Referent power
Kemampuan untuk mempengaruhi karena adanya kekuatan hubungan
antara pemimpin dan pengikut.
 Legitimate power
Kekuasaan yang bersifat format atau berdasarkan otoritas yang resmi.
 Reward power
Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atas dasar pengendalian
akan sumber daya tertentu yang diinginkan.
 Coercive power
Mempengaruhi orang lain melalui pemberlakuan sangsi-sangsi negative
atau menghilangkan peristiwa positif tertentu.

II.8. Motif Pemimpin


Ada dua cara untuk mengekspresikan kebutuhan akan kekuasaan:
 Personalized power
Individu yang menggunakan kekuasaannya untuk kebutuhan pribadi.
 Socialized power

Universitas Indonesia
Penggunaan kekuasaan sebagai jasa yang diberikan untuk kepentingan
orang lain dan organisasi.

II.9. Bagaimana Nilai Mempengaruhi Kepemimpinan


Nilai merupakan konsep yang merepresentasikan perilaku yang
digeneralisasi atau beberapa masalah yang dianggap penting oleh seseorang.
Nilai yang dianut oleh seorang pemimpin merupakan determinan yang utama
dalam melakukan tinjauan data dan bagaimana mereka mendefinisikan suatu
masalah. Selain itu nilai juga mempengaruhi solusi yang didapatkan dan
keputusan yang dibuat mengenai masalah tertentu. Persepsi seorang
pemimpin mengenai kesuksesan individu dan organisasi serta perilaku untuk
mencapai kesuksesan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dimilikinya.
Nilai-nilai tersebut juga membantu seorang pemimpin untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk serta antara perilaku yang etis dan tidak
etis. Seorang pemimpin akan cenderung memiliki pengikut yang memiliki nilai-
nilai yang sama. Pemimpin akan termotivasi untuk bertindak sesuai dengan
nilai mereka dan biasanya menghabiskan waktu untuk terlibat dalam kegiatan
yang sesuai dengan nilai yang dianutnya. Penting bagi seorang pemimpin
untuk mengatur contoh pribadi dari kepemimpinan-berdasarkan-nilai dan
memastikan bahwa nilai yang jelas mengarahkan perilaku semua orang dalam
suatu organisasi.

II.10.Kecerdasan dan Kepemimpinan


Kecerdasan merupakan efektivitas keseluruhan seseorang dalam suatu
kegiatan yang diarahkan oleh pemikiran. Semakin cerdas seorang pemimpin
seringkali akan semakin berhasil dalam mempengaruhi suatu kelompok untuk
mencapai tujuannya daripada pemimpin yang kurang cerdas. Kecerdasan tidak
mempengaruhi perilaku secara sama untuk semua situasi. Ada tiga tipe dasar
dari kecerdasan: kecerdasan analitis, kecerdasan praktikal dan kecerdasan
kreatifitas.

Universitas Indonesia
Dalam situasi tertentu kecerdasan analitis memiliki hubungan berbanding
terbalik dengan efektivitas kepemimpinan. Ketika pemimpin terlampau cerdas
terkadang bawahan mengalami kesulitan untuk memahami perkataan
pemimpin. Karena keterkaitan tingkat stres perubahan dengan posisi pemimpin
maka kemampuan praktikal kepemimpinan dapat ditingkatkan melalui
pendidikan dan pengalaman. Pemimpin memiliki peran utama untuk
membangun lingkungan dimana orang lain dapat menjadi kreatif.

Universitas Indonesia
BAB III
RIWAYAT HIDUP BENAZIR BHUTTO

III.1. Sekilas Tentang Benazir Bhutto


Benazir Bhutto pernah berkata: "Ketika saya pertama kali terpilih, mereka
berkata: Seorang wanita telah merebut tempat laki-laki! Dia harus dibunuh! Dia
harus dibunuh! Dia telah melakukan bid'ah!"
Pada usia 35, Benazir Bhutto adalah salah satu kepala negara termuda di
dunia. Lebih dari itu, ia adalah wanita pertama yang pernah menjabat sebagai
perdana menteri di negara Islam, tapi jalan yang membawanya kepada
kekuasaan untuk memimpin harus melalui pengasingan, penjara dan
menghancurkan tragedi pribadi.
Hanya beberapa hari setelah Benazir Bhutto muda kembali ke tanah
asalnya, Pakistan setelah belajar di universitas luar negeri, pemerintah terpilih
negara itu digulingkan. Ayahnya, Perdana Menteri Ali Bhutto, dipenjarakan dan
akhirnya dieksekusi. Benazir muda juga berulang kali ditangkap, lalu
dipenjarakan, dan akhirnya dipaksa ke pengasingan, tetapi dia tidak pernah
meninggalkan harapan untuk memulihkan demokrasi ke tanah airnya.
Dia kembali untuk memimpin gerakan pro-demokrasi, dan ketika pemilu
yang bebas akhirnya diselenggarakan di Pakistan pada tahun 1988, Benazir
Bhutto menjadi Perdana Menteri. Dia menjadikan kelaparan dan perawatan
kesehatan sebagai prioritas utamanya, membawa listrik ke pedesaan, dan
membangun sekolah-sekolah di seluruh negeri. Meskipun dia sendiri seorang
Muslim yang taat, dia sering membawa reformasi ke dalam konflik dengan
fundamentalis agama yang sama yang telah menentang pemilihan seorang
wanita sebagai Perdana Menteri. Ia terpilih untuk kedua kalinya pada tahun
1993, tapi presiden negara itu memecat dia dari jabatannya dan membubarkan
Majelis Nasional. Sebuah kudeta militer mengusirnya dari negaranya lagi,
tetapi setelah lebih dari delapan tahun di pengasingan, Bhutto kembali ke
Pakistan pada 2007. Beberapa minggu sebelum pemilihan umum nasional di
mana Benazir Bhutto dan partainya diharapkan untuk menang, ia dibunuh oleh

Universitas Indonesia
seorang dengan modus bom bunuh diri. Kematiannya adalah kehancuran bagi
negaranya dan bagi demokrasi.

III.2. Profil Benazir Bhutto


Kehidupan awal
Benazir Bhutto - anak tertua mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali
Bhutto, dilahirkan pada 21 Juni 1953, di Karachi.

Pendidikan
Ms Bhutto disekolahkan di Lady Jennings Nursery School dan kemudian
Biara Yesus dan Mary di Karachi. Setelah dua tahun bersekolah di Rawalpindi
Presentation Convent, ia dikirim ke Jesus and Mary Convent di Murree. Ia lulus
ujian O-level pada usia 15. Pada April 1969, ia diterima di AS di Harvard
University's Radcliffe College. Pada Juni 1973, Benazir lulus dari Harvard
University dengan gelar dalam Ilmu Politik. Setelah lulus dari Harvard, Benazir
bergabung dengan Universitas Oxford pada musim gugur 1973. Tepat sebelum
wisuda, Benazir terpilih menjadi anggota Komite yang paling bergengsi, Oxford
Union Debating Society.
Pada 1976, ia lulus dalam PPE (Politik, Philosophy dan Ekonomi). Pada
musim gugur 1976, Benazir kembali sekali lagi ke Oxford untuk melakukan
pasca sarjana satu tahun saja. Pada Januari 1977, ia terpilih sebagai Presiden
Oxford Union.

Kembali ke Pakistan
Benazir Bhutto kembali ke Pakistan pada bulan
Juni 1977. Dia ingin bergabung dengan Dinas Luar
Negeri tetapi ayahnya ingin dia masuk ke pemilihan
Majelis. Karena ia belum cukup umur, Benazir Bhutto
dibantu ayahnya sebagai penasihat.
Pada bulan Juli 1977, Jenderal Zia-ul-Haq
memberlakukan Martial Law. Ayahnya ditangkap

Universitas Indonesia
atas tuduhan pembunuhan dan Benazir Bhutto ditetapkan sebagai tahanan
rumah. Benazir Bhutto menjadi perhatian bagi para pengikutnya dan dari
penjara ayahnya terus memberikan saran padanya tentang apa yang harus
dikatakan kepada orang banyak.
Setelah ayahnya digantung pada
tahun 1979 ia merasa bahwa ia
harus mengikutinya sebagai
pemimpin Partai Rakyat Pakistan.
Selama Martial Law, Benazir
diizinkan untuk melanjutkan ke
luar negeri dengan alasan medis
pada bulan Januari 1984, setelah
menghabiskan hampir enam setengah tahun penjara. Dia pergi ke
pengasingan di Inggris selama dua tahun.
Ketika ia kembali pada 10 April 1986, satu juta orang menyambutnya di
bandara Lahore. Dia menghadiri aksi unjuk rasa besar-besaran di seluruh
Pakistan dan terus berhubungan erat dengan Gerakan untuk Pemulihan
Demokrasi.

Pernikahan
Tanggal 18 Desember 1987, Benazir menikah dengan Asif Ali Zardari di
Karachi.

Karier
Dia menggugat pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Ghulam Ishaq
Khan, yang telah mengambil alih sebagai penjabat presiden setelah kematian
Jenderal Zia dalam kecelakaan udara pada 17 Agustus 1988, di Bhawalpur.
Benazir Bhutto mendekati Mahkamah Agung Pakistan, mencari penegakan
hak-hak dasar yang menjamin partai politik dalam Pasal 17 (2) dari Undang-
Undang Dasar tahun 1973, mengadakan pemilihan umum pada dasar Partai.
Mahkamah Agung memberikan putusan yang mendukung partai-partai politik.

Universitas Indonesia
PPP, tanpa membentuk aliansi dengan pihak manapun, memenangkan 94 dari
207 kursi di Majelis Nasional. Dengan kerjasama dari MQM delapan anggota
dan 13 anggota Suku Diperintah Federal Wilayah, PPP mampu memperoleh
mayoritas di Majelis Nasional. Benazir Bhutto dinominasikan sebagai Perdana
Menteri pada 2 Desember 1988, dan Ghulam Ishaq Khan dinominasikan
Presiden Pakistan.

Sebagai Perdana Menteri


Pada usia 35, ia adalah yang wanita termuda dan pertama menjabat
sebagai Perdana Menteri untuk memimpin sebuah negara Muslim di zaman
modern. Selama semester pertama, ia mulai Peoples Program untuk
mengangkat ekonomi masyarakat. Benazir Bhutto juga mencabut larangan
mahasiswa dan serikat pekerja. Pemerintah PPP menjadi tuan rumah KTT
SAARC keempat diadakan di Islamabad, pada bulan Desember 1988.
Karena berbagai masalah, perbedaan antara Pemerintah dan Pendiri
menyebabkan pemberhentian dirinya oleh Presiden Ghulam Ishaq Khan, pada
6 Agustus 1990.
Benazir Bhutto kembali berkuasa untuk kedua kalinya pada tahun 1993
setelah pengunduran diri kedua Presiden Ghulam Ishaq Khan dan Perdana
Menteri Nawaz Sharif pada 18 Juli 1993. Pengunduran diri menyebabkan
pengumuman pemilihan untuk Majelis Nasional dan Provinsi. Pemilihan
dilaksanakan pada 6 Oktober dan 9, 1993, secara masing-masing.
Pemilihan itu diboikot oleh partai MQM. Tidak muncul partai dengan
mayoritas mutlak dalam pemilu. Akibatnya PPP membentuk pemerintah baru
dengan bantuan aliansi. Benazir Bhutto mengambil sumpah sebagai Perdana
Menteri pada 19 Oktober 1993. Pemilihan Presiden diadakan pada 13
November. Farooq Ahmad Khan Leghari, calon dari PPP, memenangkan 274-
168 suara melawan Presiden Wasim Sajjad.
Selama masa jabatan kedua, Benazir lagi-lagi menghadapi masalah dari
oposisi. Pada musim gugur 1994, Nawaz Sharif memimpin sebuah "kereta
march" dari Karachi ke Peshawar. Hal ini diikuti oleh pemogokan umum pada

Universitas Indonesia
20 September. Dua minggu kemudian, Nawaz Sharif yang disebut "roda selai"
melakukan aksi mogok pada 11 Oktober.
Masa jabatan kedua Benazir Bhutto Namun, disorot oleh kunjungan
pertama AS Lady Hillary Clinton dan putrinya Chelsea pada tahun 1995.
Kunjungan Hillary jauh mengubah persepsi dunia tentang Pakistan dan
menyoroti Pakistan sebagai negara yang liberal, modern dan memiliki
pandangan ke depan. Pada April 1994, Benazir mengunjungi Amerika Serikat.
Kunjungannya mengakibatkan berlalunya Brown Amandemen oleh Senat AS
pada 21 September 1995, mengurangi pembatasan Pakistan. Hal ini juga
membantu dalam menarik investor asing. Di depan domestik ia terus
menghadapi masalah dengan MQM Terlepas dari semua upaya politik,
hubungan yang halus tidak dapat ditetapkan antara Pemerintah dan MQM.
Saudara laki-laki Benazir Bhutto, Mir Murtaza Bhutto, dibunuh secara
misterius dalam penyergapan polisi pada 20 September 1996. Pembunuhan
saudara laki-lakinya di masa jabatannya merusak karier politiknya. Hal-hal tidak
berjalan dengan baik antara Presiden dan kepemimpinan Benazir Bhutto.
Perbedaan segera muncul dan Pemerintah merasa bahwa ada campur tangan
dalam masalah politik Pemerintah oleh Presiden. Presiden Farooq Leghari
memecat Benazir Bhutto atas tuduhan korupsi dan mismanagement pada
tanggal 5 November 1996, di bawah Pasal 58 (2) b Amandemen Kedelapan.
Tawaran pemilu ulang Bhutto gagal pada tahun 1997, dan pemerintah yang
terpilih berikutnya, dipimpin oleh yang lebih konservatif Nawaz Sharif,
digulingkan oleh militer. Suami Bhutto dipenjarakan, dan sekali lagi, ia dipaksa
meninggalkan tanah airnya. Selama sembilan tahun, ia dan anak-anaknya
tinggal dalam pengasingan di London, di mana ia terus mendukung pemulihan
demokrasi di Pakistan.

Universitas Indonesia
Pembunuhan Benazir Bhutto
Pada musim gugur 2007, dalam menghadapi ancaman kematian dari kaum
Islam yang radikal, dan permusuhan dari pemerintah, ia kembali ke negeri
asalnya. Meskipun dia disambut
dengan antusias, hanya beberapa
jam setelah kedatangannya, iring-
iringan mobil nya diserang oleh
pembom bunuh diri. Dia selamat
dari percobaan pembunuhan
pertama ini, meskipun lebih dari
100 orang tewas dalam serangan
itu. Dengan dijadwalkannya pemilihan nasional pada Januari 2008, Partai
Rakyat Pakistan telah siap untuk sebuah kemenangan yang akan membuat
Bhutto menjabat sebagai perdana menteri sekali lagi.
Hanya beberapa minggu sebelum pemilu, para ekstremis menyerang lagi.
Setelah kampanye di Rawalpindi, seorang bersenjata menembak mobilnya
sebelum meledakkan bom, menewaskan dirinya sendiri dan lebih dari 20
orang. Bhutto dilarikan ke rumah sakit, namun luka-lukanya tidak tertolong
dalam serangan itu. Pada awal kematiannya, kerusuhan meletus di seluruh
negeri. Hilangnya pemimpin demokratis negara yang paling populer telah
menjatuhkan Pakistan ke dalam kekacauan, mengintensifkan ketidakstabilan
berbahaya dari senjata nuklir negara di kawasan yang sangat mudah
bergejolak.

III.3. Penghargaan yang Pernah Diperoleh

 Bruno Kreisky Award of Merit in human Rights, 1988.

 Honorary Phi Beta Kappa Award (1989), dari Radcliffe College , Harvard
University .

 Highest Moroccan Award "Grand Cordon de Wissam Alaoui"

Universitas Indonesia
 Highest French Award "Grand-croix de la Legion Honneur" (1989)

 The Noel Foundation Award, 1990 (UNIFEM).

 Honorary Fellow of Royal College of Physicians - 1990

 The Gakushuin Honorary Award, Tokyo (1996)

 Award by the Turkish Independent Industries and Businessmen


Association (MUSAID) on account of providing assistance to the people
of Bosnia .

 Golden medal Dragon of Bosnia awarded by President of Bosnia (1996)

 Key to the city of Los Angeles , presented by the Mayor of Los Angeles
(1995)

 Presidential Medal, Paul Nitze School of Advanced International Science


(1995)

 Medal by University of California at Los Angeles (1995)

 Honorary Doctorate of Law, L.L.D Harvard University (1989)

 Honorary Doctorate of Law (Honoris Causa), University of Sindh (1994)

 Honorary Doctorate from Mendanao State University, Philippines (1995)

 Honorary Doctorate of Law (Honoris Causa), Peshawar University (1995)

 Honorary Doctorate of Economics, Gakushuin University, Tokyo (1996)

 Honorary Fellowship by Lady Margaret Hall, University Oxford, (1989)

 Honorary Fellowship by St. Catherine College , University of Oxford ,


(1989)

 Honorary Professor of the Kyrghyz State National University (1995)


Kyrghyzstan.

Universitas Indonesia
 Honorary Professor of Yassavi Kazakh Turkish University, Kazakh-
Turkish International Language University, Kazakhstan , 1995.

 Honorable Member of OHYUKAI, Alumni Association of Gakushuin,


conferred by OHYUKAI Tokyo (1996).

 Awarded the 2000 Millennium Medal of Honor by American Biographical


Institute, Inc. in November 1998.

 Awarded American Academy Award of Achievement in London, October


28, 2000.

Universitas Indonesia
BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1. Kepemimpinan yang Maju Tak Gentar


Karena dipilih melalui pemilihan umum yang akhirnya membawa dirinya
menjadi perdana menteri wanita pertama di negara islam, Benazir Bhutto
cenderung memiliki pengikut yang setia. Para pengikut Benazir Bhutto selalu
memberikan dukungan kepada pemimpinnya. Selain itu Benazir Bhutto
memiliki segudang pengalaman (baik dari ayahnya maupun melalui
pendidikan) yang membawanya menjadi pemimpin yang karismatik dan
disenangi oleh pengikutnya. Benazir Bhutto juga memiliki kestabilan emosi
yang cukup tinggi dilihat dari ketetapannya dalam memperjuangkan demokrasi
di Pakistan meskipun ada beberapa kehilangan yang dirasakannya selama
perjuangan tersebut.
Salah satu hal penting yang membuat kepemimpinan Benazir Bhutto bisa
dikatakan hebat adalah karena dia merupakan seoran pelopor demokrasi di
Pakistan dimana selama masa itu Pakistan selalu dipimpin oleh seorang
presiden yang bersifat militant. Benazir Bhutto dianggap dapat mewakili
aspirasi masyarakat Pakistan yang mendambakan pemerintahan demokrasi
dan sebagai fasilitator diimplementasikannya sistem demokrasi tersebut di
Pakistan. Penyuaraan demokrasi yang dilakukan oleh Benazir Bhutto dilakukan
secara besar-besaran sehingga ia semakin dikenal dan disenangi oleh
masyarakat Pakistan. Dalam konteks ini Benazir Bhutto boleh dikatakan
mengubah situasi (dari militant menjadi demokratis) agar sesuai dengan
keinginan pengikutnya.
Pemerintahan Pakistan sering sekali tidak sejalan dengan Benazir Bhutto
yang menyebabkan wanita ini sering diasingkan dari negara asalnya sendiri
dan dipecat dari jabatannya. Tambahan lagi Benazir Bhutto juga kerapkali
menghadapi ancaman pembunuhan terhadap dirinya, Benazir Bhutto tidak
takut dan tetap aktif dalam memperjuangkan demokrasi untuk Pakistan hingga
akhirnya ia tidak terselamatkan dari aksi bom bunuh diri demi untuk

Universitas Indonesia
menjunjung nilai-nilai yang dipercayanya akan menjadikan Pakistan menjadi
negara yang menurutnya akan lebih baik ditanamkan nilai-nilai demokrasi
dibandingkan terus-menerus menjadi budak dari pemimpin-pemimpin yang
militan.

IV.2. Motif dan Sumber Kekuasaan Benazir Bhutto


Dalam kepemimpinannya, Benazir Bhutto sepenuhnya memikirkan
kepentingan dari rakyat Pakistan tanpa bermaksud mencari keuntungan-
keuntungan tertentu untuk dirinya sendiri. Walaupun dalam perjuangannya dia
harus kehilangan ayah dan saudara laki-lakinya, Benazir Bhutto tidak
menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk „membalas dendam‟ dengan
berkeinginan untuk menggulingkan pemerintah yang sedang menjabat.
Dalam perjuangannya Benazir Bhutto hanya ingin mencari penegakan hak-
hak dasar yang menjamin partai politik dalam Pasal 17 (2) dari Undang-
Undang Dasar tahun 1973, mengadakan pemilihan umum pada dasar Partai.
Pada saat ia menjabat sebagai perdana menteri, Benazir Bhutto memulai
dengan Peoples Program untuk mengangkat ekonomi masyarakat. Benazir
Bhutto juga mencabut larangan mahasiswa dan serikat pekerja. Hal ini
menunjukkan ketika dia mendapatkan kekuasaan, Benazir Bhutto tidak menjadi
semena-mena dan tetap memikirkan kepentingan orang banyak.
Motif Benazir Bhutto dalam membutuhkan kekuasaan termasuk dalam
socialized power karena ia selalu mengedepankan kepentingaan rakyat dan
negaranya. Banyak kemajuan yang didapat oleh Pakistan ketika Benazir Bhutto
menjabat sebagai perdana menteri. Ia bahkan tidak gentar walaupun kerapkali
dia dibuang ke pengasingan oleh presiden menjabat. Sekembalinya dia ke
Pakistan Benazir Bhutto pasti akan melanjutkan perjuangannya.
Menurut saya ada dua sumber kekuasaan yang dimiliki oleh Benazir
Bhutto yang pertama adalah expert power. Dari kecil Benazir Bhutto telah
ditanamkan pentingnya pendidikan oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat dari
tempat menuntut ilmunya yang berkualitas tinggi dan memiliki tingkat
kedisiplinan yang tinggi. Bhutto juga memiliki beberapa gelar yang menunjang

Universitas Indonesia
kariernya di bidang politik. Ada kemungkinan dia dijadikan pemimpin oleh
rakyat Pakistan karena dinilai mampu dilihat dari latar belakang pendidikannya.
Sumber kekuasaan yang satu lagi adalah referent power. Dari beberapa
foto yang saya lihat di internet terlihat jelas bahwa Benazir Bhutto memiliki
kedekatan batin dengan para pengikutnya. Momen yang paling menonjol
adalah adanya arak-arakan dari masyarakat ketika Benazir Bhutto kembali dari
pengasingan. Benazir Bhutto juga bisa menjabat sebagai perdana menteri juga
karena dipilih oleh para pengikutnya karena pengikutnya percaya jika Benazir
Bhutto mampu untuk memberikan kinerja yang baik.

IV.3. Pengaruh Nilai dan Kecerdasan


Dari kecil Benazir Bhutto telah hidup di dalam lingkungan politis baik dari
ayahnya maupun dari ibunya. Hal yang saya tangkap disini adalah orang tua
dari Benazir Bhutto telah menanamkan nilai-nilai yang baik. Salah satu
contohnya adalah ketika telah menyelesaikan studinya di universitas bergengsi
di luar negeri, Benazir Bhutto kembali ke Pakistan untuk mengabdikan ilmunya
di negara asalnya sendiri. Selain itu Bhutto juga memiliki nilai-nilai
kemanusiaan yang tinggi terbukti dari tindakan-tindakan pertama yang dia
ambil begitu menjabat jadi perdana menteri.
Kecerdasan Benazir Bhutto sudah tidak diragukan lagi. Daftar
penghargaan dan gelar yang diberikan kepadanya telah saya lampirkan di
atas. Dengan dasar pengetahuan yang baik dan kecerdasan yang tinggi ini
menjadi salah satu faktor yang mendukung perjuangan Benazir Bhutto. Karena
masyarakat Pakistan percaya akan kemampuan intelektual dari Benazir Bhutto,
dia dapat terpilih menjadi perdana menteri walaupun saat itu pemimpin wanita
di negara islam masih dianggap tabu.

Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN

Seorang pemimpin yang pada teorinya diharapkan merupakan seorang


innovator seharusnya tidak takut dalam menghadapi situasi apapun dan dapat
diandalkan oleh pengikutnya walaupun banyak pihak-pihak lain yang kurang
menyukai keberadaan dari pemimpin tersebut karena dianggap tidak bisa diajak
bekerja sama atau „terlalu lurus‟. Benazir Bhutto dapat memberikan contoh bahwa
dia tidak takut untuk memikul beban yang dipercayakan masyarakat Pakistan
kepadanya dengan menjabat sebagai perdana menteri wanita pertama di negara
islam dan juga yang termuda.
Dalam mencapai kepemimpinan yang efektif, faktor usia bukan menjadi
penghalang. Pada usia muda diharapkan seorang pemimpin masih bersifat open-
minded sehingga dapat menerima pendapat yang diutarakan orang-orang
sekitarnya. Pada kasus Benazir Bhutto pemerintahan Pakistan yang bersifat militan
ini tidak kunjung berubah karena presiden menjabat sulit untuk menerima bahwa
rakyat menginginkan pemerintahan yang demokratis sehingga kemunculan Benazir
Bhutto membawa angin segar bagi rakyat sebagai pemulih atas kekecewaan
terhadap pemerintahan saat itu.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Zulfikar. Tren Pemimpin Wanita. 27 April 2008.


http://zulfikaraziz.blogspot.com/2008/04/tren-pemimpin-wanita.html

Kristin Natvig Aas. Ensiklopedia Norwegia Aschehoug dan Gyldendal.


http://www.norwegia.or.id/facts/living/gender/equality.htm

Casdira. Kepemimpinan dan Kesetaraan dalam Isu Gender. 15 April 2009.


http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=6507.0

http://www.benazirbhutto.net/

http: //www.achievement.org

Universitas Indonesia

You might also like