Professional Documents
Culture Documents
komitmen yang kuat diantara pasangan tersebut. Sehingga dalam hal ini
merupakan hal yang sangat penting dalam UU No. 1 Tahun 1974, sehingga
Hal ini berarti juga bahwa hukum agama menyatakan perkawinan tidak boleh,
maka tidak boleh pula menurut hukum negara. Jadi dalam perkawinan
agama.
akidah dan hukum yang sangat penting bagi seseorang. Hal ini berarti
agamanya masing-masing.
1
Kenyataan dalam kehidupan masyarakat bahwa perkawinan berbeda
Indonesia. Tetapi ternyata perkawinan antar agama masih saja terjadi dan
akan terus terjadi sebagai akibat interaksi sosial diantara seluruh warga
Lydia Kandau, Katon Bagaskara dengan Ira Wibowo, Yuni Shara dengan
Henri Siahaan, Adi Subono dengan Chrisye, Ari Sihasale dengan Nia
seharusnya tidak terjadi jika dalam hal ini negara atau pemerintah secara
pemerintah dalam perkawinan beda agama ini terlihat dalam praktek bila
tidak dapat diterima oleh Kantor Urusan Agama, dapat dilakukan di Kantor
2
Dari kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat terhadap perkawinan
Positif Indonesia.
3
e. Instruksi Presiden Np. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia
A. Pengertian Perkawinan
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
memberikan pengertian perkawinan itu. Oleh karena itu untuk memahami arti
perkawinan dapat dilihat pada ilmu pengetahuan atau pendapat para sarjana.
antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama dengan
1
Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Jakarta, Rineka Cipta,
1997, h.94
2
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Azis Safioedin, Hukum Orang dan Hukum Keluarga,
Bandung, Alumni, 1985, h.31
3
Lihat pasal 26 Kitab undang-undang Hukum Perdata
4
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sedang syarat-syarat serta
hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
merupakan ibadah.
Jadi perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang
pria dengan seorang wanita untuk membentuk suatu keluarga yang kekal.
perkawinan tersebut.
Perundang-Undangan
a. Hakikat Perkawinan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri.
Jadi hakikat perkawinan bukan sekedar ikatan formal belaka, tetapi juga
ikatan batin antara pasangan yang sudah resmi sebagai suami dan isteri.
5
Sedangkan menurut KUHPerdata hakikat perkawinan adalah
terikat.
b. Asas Perkawinan
(Gereja).
berlaku. Hal ini sejalan dengan KHI, dalam pasal 4 KHI bahwa perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam. Dan dalam pasal 5 KHI
adanya persetujuan kedua calon mempelai, ada izin orang tua atau wali bagi
6
calon yang belum berusia 21 tahun, usia calon pria berumur 19 tahun dan
perempuan berumur 16 tahun, tidak ada hubungan darah yang tidak boleh
kawin, tidak ada ikatan perkawinan dengan pihak lain, tidak ada larangan
kawin menurut agama dan kepercayaannya untuk ketiga kalinya, tidak dalam
usia pria 18 tahun dan wanita 15 tahun, bagi wanita yang pernah kawin harus
material relatif, yaitu larangan untuk kawin dengan orang yang sangat dekat
calon suami dan isteri, wali nikah, dua orang saksi serta sighat akad nikah.
d. Tujuan Perkawinan
7
Dalam pasal 3 Kompilasi Hukum Islam tujuan perkawinan adalah
dan rahmah.
C. Perkawinan Campuran
dua orang di Indonesia yang tunduk pada hukum yang berlainan, karena
beda warga negara dan salah satu warga negaranya adalah warga negara
Indonesia.
UU No. 1/1974, dari pasal ini menunjukan prinsip Lex loci actus yaitu
Indonesia.
luar Indonesia, baik antara warga negara Indonesia dan dengan warga
8
negara lain adalah sah, jika perkawinan dilangsungkan menurut cara atau
KUHPerdata).4
baik yang dilakukan oleh sesama warga negara Indonesia di luar negeri atau
salah satu pihaknya adalah warga negara Indonesia sedang yang lain adalah
warga negara asing, adalah sah bila dilakukan menurut hukum yang berlaku
suami isteri itu kembali di wilayah Indonesia, surat bukti perkawinan harus
pasangan suami isteri tersebut menganut agama yang sama. Jika antara
4
P.N.H. Simanjuntak, S.H., Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Djambatan, 1999, h. 56
5
P.N.H. Simanjuntak, Ibid, h. 76
6
Ibid
9
dilangsungkan, kecuali apabila salah satunya menganut agama calon lainnya
tersebut.
III. PEMBAHASAN
adalah :
Indonesia
dengan seorang wanita yang tidak beragama Islam. Kemudian dalam pasal
KHI tersebut selaras dengan pendapat Prof. Dr. Hazairin S.H., yang
agama jelas tidak dapat dilaksanakan selain kedua calon suami isteri
dinyatakan tidak berlaku lagi yaitu perkawinan yang diatur dalam Kitab
dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua orang saksi. Dan tata cara
11
perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing Agamanya dan
kepercayaannya.
perkawinan antar agama adalah sah dan dapat dilangsungkan, karena telah
Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, yang berarti pasal ini
perkawinan antar agama sama sekali tidak diatur dalam UU No. 1/1974, oleh
7
Ahmad Sukarja, Perkawinan Berbeda Agama Menurut Hukum Islam, Editor Chuzaimah T
Yanggo, DR,H & Hafiz Anshary, Drs,MA, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta, PT
Pustaka Firdaus, 1996, h. 17-18
12
instansi baik KUA dan Kantor Catatan Sipil dapat menolak permohonan
No. 1/1974 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah, jika dilakukan
dengan itu, Prof. Dr. Hazairin S.H., menafsirkan pasal 2 ayat 1 beserta
penjelasanya bahwa bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk menikah
yang menitikberatkan pada dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum
yang berlainan, yang berarti pasal ini mengatur perkawinan antara dua orang
8
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakara, CV Haji Masaung, 1993, h.3
9
Lihat Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-undang Perkawinan No 1/1974, Jakarta,
Tintamas, 1986, h. 2
13
yang berbeda kewarganegaraan juga mengatur dua orang yang berbeda
agama.
perumusan pasal tersebut, yaitu tunduk pada hukum yang berlainan, ada
terjadi antara orang-orang yang tunduk pada hukum yang berlainan karena
sekali tidak diatur dalam UU No. 1/1974, oleh karena itu berdasarkan pasal
UU No. 1/1974, dinyatakan tidak berlaku lagi yaitu perkawinan yang diatur
10
Masjfuk Zuhdi, Op. Cit., h. 2
14
Indonesia Kristen dan peraturan perkawinan campuran. Artinya beberapa
1/1974.
Indonesia.
dan tegas. Oleh karenanya, ada Kantor Catatan Sipil yang tidak mau
11
Masfuk Zuhdi, Ibid, h. 3
12
Lihat Masfuk Zuhdi, Ibid, h.3
15
Ketidakjelasan dan ketidaktegasan Undang-undang Perkawinan
kedua calon suami-isteri adalah sama, tidak ada kesulitan. Tapi jika hukum
kedua hukum agama atau kepercayaan itu harus dipenuhi semua, berarti
satu kali menurut hukum agama atau kepercayaan calon dan satu kali lagi
menganut salah satu cara baik dari hukum agama atau kepercayaan si suami
atau si calon isteri. Artinya salah calon yang lain mengikuti atau
pasangannya.14
suatu ketentuan tentang perbedaan agama antara calon suami dan calon
13
Soedharyo Soimin, SH, Hukum Orang dan Keluarga, Jakarta, Sinar Grafika, 2002, h. 95
14
Ibid, h. 95
15
Soedharyo Soimin, SH, Ibid, h. 96
16
isteri merupakan larangan perkawinan. Dan hal ini sejalan dengan UUD 1945
untuk kawin dengan sesama warga negara sekalipun berlainan agama dan
merupakan larangan untuk perkawinan, maka asas itu adalah sejalan dengan
jiwa pasal 29 UUD 1945 tentang dijaminnya oleh negara kemerdekaan bagi
dan dalam GHR dan HOCI tidak dapat dipakai karena terdapat perbedaan
prinsip maupun falsafah yang sangat lebar antara UU No. 1/1974 dengan
kekosongan hukum.16
antar agama jika dibiarkan dan tidak diberiakan solusi secara hukum, akan
16
Soedharyo Soimin, SH, Ibid, h. 96
17
agama serta hukum positif, maka MA harus dapat menentukan status
hukumnya.17
agama.18
1/1974.
antar agama dapat menggunakan putusan tersebut sebagai salah satu dari
Catatan Sipil. Dan bagi orang Islam ditafsirkan atas dirinya sebagai salah
17
Ibid, h. 97
18
Soedharyo Soimin, SH, Ibid, h. 97
18
secara Islam. Dan dengan demikian pula ditafsirkan bahwa dengan
bahwa kedua calon suami isteri tidak lagi beragama Islam. Dengan demikian
bukan karena kedua calon pasangan dalam kapasitas sebagai mereka yang
berbeda agama, tetapi dalam status hukum agama atau kepercayaan salah
tersebut adalah sah bila dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara di
dalam jangka waktu satu tahun surat bukti perkawinan dapat didaftarkan di
antar agama yang dilakukan oleh pasangan suami isteri yang berbeda
19
Lihat pasal 56 ayat 2 Undang-undang Perkawinan No.1/1974
19
IV.PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas, dengan ini penulis kemukakan beberapa hal
dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua orang saksi. Dan tata cara
kepercayaannya.
agama.
20
3. Dalam proses perkawinan antar agama maka permohonan untuk
Catatan Sipil. Dan bagi orang Islam ditafsirkan atas dirinya sebagai salah
tidak secara Islam. Dan dengan demikian pula ditafsirkan bahwa dengan
dengan anggapan bahwa kedua calon suami isteri tidak lagi beragama
4. Perkawinan antar agama dapat juga dilakukan oleh sesama warga negara
B. Saran
21
a. Perlu rumusan ulang atau revisi tentang perkawinan antar agama, karena
dalam UU No. 1/1974 Tentang Hukum Perkawinan belum jelas dan tuntas
antar agama.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, Dr., SH, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1986.
22
Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-undang Perkawinan No 1/1974,
Jakarta, Tintamas, 1986
Satjitpto Rahardjo, Prof. Dr., SH, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti Bandung,
2000.
Soimin, Soedharyo, SH, Hukum Orang dan Keluarga, Jakarta, Sinar Grafika,
2002
Usman Adji, Sution, SH, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Yogyakarta,
Liberty, 1989
Yanggo, Chuzaimah T, DR,H & Hafiz Anshary, Drs, MA, Editor, Problematika
Hukum Islam Kontemporer, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1996
23
Zuhdi , Masjfuk, Masail Fiqhiyah, Jakara, Haji Masagung, 1993
www.Indonesialawcenter.com
www.penulislepas.com
24