Professional Documents
Culture Documents
SEJARAH
Nama Tanjung Priok disebut berasal dari Mbah Priok atau Habib
Hasan bin Muhammad Al-Hadad. Beliau lahir di Ulu Palembang
tahun 1727. Habin Hasan disertai para pengikutnya kemudian
berlayar ke Jawa tahun 1756 untuk menyebarkan dakwah Islam.
Menurut catatan, dalam perjalanannya, perahu layar Habib Hasan
lalu dibom oleh Belanda. Bom itu meleset, tapi kemudian ombak
besar menggulung kapal yang ditumpangi sang Habib. Akibat
ombak besar, perahu tersebut tenggelam, mengakibatkan wafatnya
Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad yang dijuluki Mbah Priok.
Nama lengkapnya Al Imam Al`Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan
bin Muhammad Al Haddad RA.Jasadnya kemudian ditemukan
penduduk. Di samping jasadnya ditemukan periuk nasi. Setelah
dimakamkan, periuk nasi itu serta dayung perahu kemudian
diletakkan di makamnya, sekaligus sebagai nisan yang menandai
makamnya. Mitos berbau mistik yang dihubungkan dengan periuk
nasi itu, kemudian berkembang menjadi kisah turun temurun.
Misalnya periuk nasi itu seakan mengeluarkan cahaya, atau nampak
seakan-akan membesar, dan mitos lainnya. Mitos tentang periuk ini
begitu melekat, sehingga penduduk menamakannya Mbah Priok.
Terilhami dari kata periuk nasi. Dari kata ini, daerah di sekitarnya
kemudian dinamakan Tanjung Priok.Di balik segala mitos itu, satu
hal yang tidak dilupakan masyarakat, yaitu Habib Hasan bin
Muhammad Al-Hadad atau Mbah Priok kemudian dihormati sebagai
tokoh yang gugur karena tujuan mulia, yaitu ingin menyiarkan
dakwah kebenaran dan kebaikan melalui Islam. Hal ini pula yang
menimbulkan kemarahan masyarakat, yang menilai Pemda kurang
menghargai jejak historis yang turun-temurun sudah hidup menjadi
legenda sekaligus peninggalan sejarah yang sangat berarti bagi
masyarakat. Bagaimanapun juga ketokohan seorang pendakwah
syiar Islam seperti Mbah Priok, selalu mendapat tempat khusus dan
terhormat di hati umatnya. Penggusuran makam bernilai sejarah
dengan dalih apapun, sepantasnya didasari pertimbangan dan
kesediaan memahami kondisi sosial-kultur masyarakat, demi
menghindari pertumpahan darah.Kerusuhan makam Mbah Priok
terpicu akibat kepentingan pembangunan terminal peti kemas,
sayang sekali membuat rakyat harus menyaksikan korban-korban di
dalam peti mati, tercatat 3 korban jiwa, 134 korban luka-luka dan
puluhan mobil rusak dibakar massa.Azas legalitas yang menjadi
pegangan pemerintah kota, ternyata menjadi tak bermakna jika itu
sudah memakan beberapa korban jiwa yang tak perlu.
PEMBAHASAN
1. Masyarakat
Indonesia adalah orang-orang yang hidup teratur dibawah Hukum
dan pemerintahan di Negara Indonesia. Sudahkah Kita hidup
sebagai masyarakat yang teratur dan mau diatur? Pada saat
peraturan dibuat, masyarakat sangat sulit untuk mematuhi, saat
dilakukan teguran secara langsung dan halus, maka masyarakat
menganggap itu sebagai teguran yang biasa saja dan tidak perlu
dipatuhi.
Contoh :
• Memakai helm, meski sudah berjuta kali diingatkan dan diberi
sanksi, ternyata, semua itu dianggap sebagai angin lalu saja
• Pedagang Kaki Lima, meski sudah disediakan tempat dan
dilarang berjualan di daerah yang dianggap mengganggu,
begitu banyak alasan, seperti di kaki lima lebih banyak
pembeli, gratis, terkadang nurut sama aturan, tapi hanya
sehari, besok akan di ulang lagi. dll contoh yang banyak sekali
terjadi.
2. PEMERINTAH
APARAT HUKUM
Semau saya dan sesuka saya, saya tahu hukum, dan anda tidak
tahu hukum. Pantaskah? Jika Anda aparat hukum tau dan mengerti
hukum, berikan contoh pelaksanaan hukum yang benar di negeri
ini. Masyarakat tak akan perduli hukum jika penegak hukum sendiri
sudah busuk dari dalam. Apa rakyat akan percaya? Jangan
menegakkan hukum dengan meninggalkan jejak kotor pada hukum
yang sebenarnya sudah bersih.Contoh :
• Hukum sudah disalah gunakan oleh oknum tertentu untuk
kepentingan pribadi, Sogok menyogok bagi yang memiliki
Uang
• Masyarakat tidak lagi percaya akan setiap hukum yang
berlaku dan diberlakukan. Karena dalam pikiran masyarakat,
bahwa hukum itu sudah merupakan sebuah permainan
Maka mari kita bijak dalam menilai, mari kita bijak dalam
mengambil keputusan, mari kita bijak dalam menggunakan emosi
dan kata-kata, mari kita bijak dalam bertindak. Bijaklah sebagai
masyarakat dalam bertindak, berpikir dan berbuat. Baikkah
tindakan dan cara kita dalam menyikapi kondisi? Bijaklah sebagai
pemerintah yang membuat peraturan , sudah pantaskah itu
diterapkan, atau perlukan melakukan pendekatan emosional yang
lebih baik.? Turunlah ke masyarakat dan berbicaralah dari hati ke
hati. Jangan Hanya duduk di kursi empuk anda. Bijaklah sebagai
pelaksana hukum, dalam mengambil keputusan dan memutuskan.
Jangan Melihat kepada meareka yang punya uang dan berpaling
dari mereka yang kecil. Emosi akan ditunggangi oleh pihak-pihak
yang merasa berkepentingan demi mendapatkan kemauannya,
sehingga emosi akan merusak diri dan milik kita sendiri.
Menurut Pasal 136, 137, 138, 139,140, 147, 148, dan 149 Undang-
Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Pemda), dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja, Satpol PP merupakan
perangkat pemda dalam memelihara dan menyelenggarakan
ketenteraman, ketertiban umum, serta menegakkan perda.
Kalau sekarang ini ada tragedi berdarah Tanjung Priok II dan jatuh
banyak korban di pihak Satpol, tentu keberadaan Satpol PP dan
tugas pokok serta fungsinya perlu ditinjau ulang. Minimal soal tugas
yang terkait pelaksanaan tugas kepala daerah dan berbagai
kebijakannya harus diberi batasan yang jelas.