Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Diskripsi Materi Kuliah
A. BUDAYA
Budaya nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, aturan-aturan dan norma-norma
yang melingkupi suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi sikap dan
tindakan individu dalam masyarakat tersebut. Sikap dan tindakan individu dalam
suatu masyarakat dalam beberapa hal yang berkaitan dengan nilai, keyakinan
aturan dan norma akan menimbulkan sikap dan tindakan yang cenderung
Perilaku Konsumen 62
homogen. Artinya, jika setiap individu mengacu pada nilai, keyakinan, aturan dan
norma kelompok, maka sikap dan perilaku mereka akan cenderung seragam.
Misalnya dalam suatu masyarakat ada aturan mengenai bagaimana melakukan
pernikahan sehingga laki-laki dan perempuan dapat disahkan sebagai suami istri.
Ketika anggota masyarakat akan menikah, maka proses yang dilalui oleh anggota
masyarakat itu akan cenderung sama dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Setiap kelompok masyarakat tertentu akan mempunyai cara yang berbeda
dalam menjalani kehidupannya dengan sekelompok masyarakat yang lainnya.
Cara-cara menjalani kehidupan sekelompok masyarakat dapat didefinisikan
sebagai budaya masyarakat tersebut. Satu definisi klasik mengenai budaya adalah
sebagai berikut: "budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial
dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari
masyarakat tertentu (Wallendorf & Reilly dalam Mowen: 1995)".
Definisi di atas menunjukkan bahwa budaya merupakan cara menjalani
hidup dari suatu masyarakat yang ditransmisikan pada anggota masyarakatnya
dari generasi ke generasi berikutnya. Proses transmisi dari generasi ke generasi
tersebut dalam perjalanannya mengalami berbagai proses distorsi dan penetrasi
budaya lain. Hal ini dimungkinkan karena informasi dan mobilitas anggota suatu
masyarakat dengan anggota masyarakat yang lainnya mengalir tanpa hambatan.
Interaksi antar anggota masyarakat yang berbeda latar belakang budayanya
semakin intens. Oleh karena itu, dalam proses transmisi budaya dari generasi ke
generasi, proses adaptasi budaya lain sangat dimungkinkan. Misalnya proses
difusi budaya populer di Indonesia terjadi sepanjang waktu. Kita bisa melihat
bagaimana remaja-remaja di Indonesia meniru dan menjalani budaya populer dari
negara-negara Barat, sehingga budaya Indonesia sudah tidak lagi dijadikan dasar
dalam bersikap dan berperilaku. Proses seperti inilah yang disebut bahwa budaya
mengalami adaptasi dan penetrasi budaya lain. Dalam hal-hal tertentu adaptasi
budaya membawa kebaikan, tetapi di sisi lain proses adaptasi budaya luar
menunjukkan adanya rasa tidak percaya diri dari anggota masyarakat terhadap
budaya sendiri.
Perilaku Konsumen 63
Agar budaya terus berkembang, proses adaptasi seperti dijelaskan di atas terus
perlu dilakukan. Paradigma yang berkembang adalah bahwa budaya itu dinamis
dan dapat merupakan hasil proses belajar, sehingga budaya suatu masyarakat tidak
hadir dengan sendirinya. Proses belajar dan mempelajari budaya sendiri dalam
suatu masyarakat disebut enkulturasi (enculturati). Enkulturasi menyebabkan
budaya masyarakat tertentu akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan
zaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal-hal
baru dalam masyarakat dan cenderung mempertahankan budaya lama yang sudah
tidak relevan lagi disebut sebagai akulturasi (acculturation).
Aspek-Aspek Budaya
Budaya bersifat dinamis dan tidak statis. Budaya secara berkelanjutan
berevolusi, meramu gagasan-gagasan lama dengan kemasan baru dan seterusnya.
Suatu sistem budaya terdiri atas area-area fungsional sebagai berikut:
1. Ekologi. Ekologi merupakan sistem berdaptasi pada habitat/ lingkungan.
Ekologi ini dibentuk oleh teknologi yang digunakan untuk memperoleh
dan mendistribusikan sumber daya (misalnya masyarakat industri dan
masyarakat dunia ketiga/berkembang).Sebagai contoh negara Jepang
sangat ahli dalam merancang produk yang efisien karena mereka
dihadapkan pada luas wilayah yang sempit.
Perilaku Konsumen 64
Mitos
Setiap masyarakat memiliki serangkaian mitos yang mendefinisikan
budayanya. Mitos merupakan cerita yang berisi elemen simbolis yang
mengekspresikan emosi dan cita-cita budaya. Cerita-cerita berupa konflik antara
dua kekuatan besar, dan berfungsi sebagai pembimbing moral untuk anggota
masyakat.
Mitos yang beredar di masyarakat biasanya menunjukkan dua hal yang
saling berlawanan. Misalnya kebaikan belawanan dengan setan dan kejahatan,
alami berlawanan dengan teknologi/kimiawi dan lain-lain. Arah yang berlawanan
tersebut biasanya secara bersamaan muncul pada diri manusia dan masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, dalam pemahaman tentang mitos masyarakat
perlu mengetahui batas-batas baik dan buruk dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
Batasan tersebut dijelaskan dalam aturan dan norma-norma yang berkembang
dalam masyarakat. Dalam hal-hal tertentu, mitos berfungsi sebagai mediator
antara kekuatan baik dan kekuatan jahat atau antara dua kekuatan lainnya.
Misalnya banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai binatang yang
mempunyai kemampuan seperti manusia (misalnya kancil yang cerdik
menyerupai manusia). Mitos tersebut dimaksudkan sebagai jembatan antara
kemanusiaan dan alam semesta. Dalam praktek pemasaran, banyak sekali nama-
nama binatang (yang mempunyai mitos tertentu) digunakan sebagai merek
produk. Misalnya Toyota menggunakan nama Kijang untuk merek mobil dan
Mitsubishi menggunakan Kuda.
Penggunaan mitos sebagai cara untuk taktik pemasaran sangat sering
terjadi. Di Indonesia mitos mengenai kekuatan Bima digunakan sebagai merek
produk Jamu kuat untuk pria misalnya. Bahkan dalam kancah perpolitikan mitos
mengenai akan datangnya ratu adil dalam masyarakat Indonesia dijadikan alat
untuk memperoleh dukungan masa.Pemasar harus secara kreatif menggali mitos-
Perilaku Konsumen 66
mitos yang sangat dipercayai oleh suatu masyarakat dan mitos-mitos tersebut bisa
digunakan sebagai sarana untuk menyusun strategi pemasaran.
Ritual Kebudayaan
Ritual budaya merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat. Ritual menggambarkan prosedur budaya yang harus
dilakukan oleh sekelompok masyarakat agar bisa memenuhi tuntutan budayanya.
Mowen (1995) mendefinisikan ritual budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang
terstandardisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti, dan meliputi
penggunaan simbol-simbol budaya. Ritual mempunyai beberapa kegunaan yang
secara umum mempunyai permulaan, pertengahan dan akhir proses ritual. Ritual
dapat bersifat pribadi ataupun bersifat umum. Variasinya mulai dari skala yang
besar seperti mudik lebaran sampai pada skala yang kecil seperti ziarah kubur
misalnya.
Ritual budaya berbeda dengan kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang.
Ritual budaya dilakukan secara serius dan formal, dan juga memerlukan intensitas
yang sangat dalam dari seseorang yang melakukan ritual. Sementara itu kebiasaan
tidak dilakukan secara serius dan tidak mesti dilakukan. Kebiasaan akan sangat
mudah berubah jika ada stimulus lain yang lebih menarik. Misalnya jika Anda
biasa melalui jalur jalan tertentu ketika berangkat kerja dan Anda sudah biasa
menghadapi jalan yang macet, namun ketika ada jalur jalan lain yang lebih
lowong dan lebih cepat membawa Anda ke kantor, mungkin kebiasaan Anda akan
berubah.
Setiap ritual budaya akan membutuhkan benda-benda (artifak) yang
digunakan untuk melaksanakan proses ritual. Benda-benda inilah yang oleh
pengusaha dijadikan sebagai peluang usaha. Setiap upacara ulang tahun misalnya,
benda-benda yang dibutuhkan meliputi beberapa jenis seperti permen balon, kue
dan lain-lain. Dalam upacara perkawinan misalnya banyak sekali artifak yang
diperlukan agar proses ritual perkawinan berjalan dengan baik dan memuaskan
pihak penyelenggara ritual. Benda-benda yang dibutuhkan dalam ritual
perkawinan sangat banyak dan bervariasi mulai dari gedung tempat pesta, bunga,
Perilaku Konsumen 67
Simbol-Simbol Kebudayaan
Selain dengan ritual, budaya juga direpresentasikan melalui simbol-simbol
tertentu yang mempunyai arti tertentu pula. Simbol yang sama mungkin akan
mempunyai arti yang berbeda pada satu budaya dengan budaya yang lainnya.
Penggunaan simbol sebagai representasi budaya sangat sering dilakukan oleh
sekelompok masyarakat. Apa yang dipakai dan dikonsumsi oleh seseorang akan
mencerminkan budayanya. Oleh karena itu tidak salah jika ada yang mengatakan
bahwa sebenarnya manusia mengkonsumsi simbol dalam kehidupannya sehari-
hari.
Dalam proses pembelian, konsumen pertama kali melakukan evaluasi dan
diakhiri keputusan pembelian, sebagian besar pertim-bangannya adalah nilai
simbolik yang bisa diperoleh dari pembelian suatu barang. Tentu saja hal ini tidak
berlaku untuk semua kategori produk, tetapi banyak sekali pembelian yang
dilakukan oleb konsumen dengan mempertimbangkan nilai-nilai simbolis.
Perilaku Konsumen 68
Budaya populer
Budaya popular atau sering disingkat dengan budaya populer ini
merupakan karakteristik budaya yang sangat banyak peminatnya. Peminat budaya
pop ini sangat banyak bahkan sampai melintasi batas budaya tradisional atau
budaya luhur yang telah mengakar lama dalam masyarakat. Dampak difusi budaya
pop ini sangat luar biasa baik pada perubahan perilaku suatu masyarakat maupun
pada tingkat konsumsi akihnya munculnya budaya pop. Di Amerika hasil ekspor
yang paling besar kedua dihasilkan dari ekspor budaya populer (film, musik, acara
TV, dll) dan memberikan surplus perdagangan sebesar 8 milyar dollar (Huey
dalam Mowen:1995)
Budaya populer mempunyai banyak definisi. Satu di antara banyak
definisi adalah sebagai berikut: "Budaya populer adalah budaya yang menarik
massa". Budaya populer mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Masuk ke dalam pengalaman dan nilai kebanyakan anggota masyarakat
dari suatu populasi.
2. Tidak memerlukan pengetahuan khusus untuk memahami budaya populer.
3. Budaya itu dihasilkan karena mudahnya setiap orang mengakses pada
nilai-nilai budaya populer.
Perilaku Konsumen 69
Sistem Fashion
Fashion pada umumnya orang menyamakan dengan pakainn baik pakaian
pria maupun wanita. Dalam pembahasan ini, pengertian fashion tidak hanya untuk
pakaian saja, tetapi meliputi seluruh item produk yang mempunyai pengertian dan
simbol kebudayaan. Solomon (1996) menyatakan bahwa sistem fashion terdiri
atas orang-orang dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam penciptaan
pengertian-pengertian simbolis dan mengantarkan pengertian itu pada barang-
barang budaya. Dengan demikian, produk fashion sebagai hasil dari sistem
fashion meliputi seluruh tipe fenomena budaya termasuk musik, seni, arsitektur,
dan bahkan ilmu pengetahnan. Secara lebih jauh, praktek bisnis yang berlangsung
bisa dikategorikan sehagai proses fashion. Sistem fashion yang terus-menerus
berkembang pada masyarakat bisa menghasilkan budaya kelas tinggi, tetapi juga
bisa menghasilkan budaya populer. Pada umumnya, sistem fashion yang
berkembang lebih cepat dan lebih banvak menghasilkan budaya pupuler. Budaya
yang tinggi biasanya akan sangat sulit digantikan oleh budaya populer, walaupun
walaupun pada waktu yang bersamaan muncul budaya populer.
Disisi lain, budaya populer akan mengalami proses forgetting (dilupakan
oleh pengikutnya) ketika muncul budaya populer baru yang lebih menarik dan
Perilaku Konsumen 70
lebih banyak diminati orang. Semakin banyak diminati orang, budaya populer
akan semakin banyak pengikutnya. Ketika pengikutnya sudah bosan dan berpaling
pada budaya populer baru, budaya lama akan terlupakan. Namun demikian, pada
suatu saat orang akan kembali menghidupkan budaya populer yang telah
tenggelam tersebut.
Budaya populer bisa direpresentasikan dalam berbagai bentuk. iklan,
musik, televisi, fashion misalnya dapat menjadi bentuk dari budaya populer.
Kepopuleran model rambut Lady Diana tokoh dan disukai banyak wanita adalah
salah satu contoh budaya populer dalam bentuk fashion. Sementara itu, televisi
juga bisa merupakan bentuk dari budaya populer. Kata "wes ewes-ewes bablas
angine" yang dikatakan oleh Basuki dalam sebuah iklan menjadi begitu populer
dikalangan pemirsa televisi. Kata " wes ewes-ewes bablas angine' merupakan
bentuk budaya populer yang disampaikan melalui televisi:
Selain iklan dan televisi sebagai bentuk yang bisa merepresentasikan
budaya populer, musik juga bisa menjadi bentuk dari adanya budaya populer.
Aliran musik Sheila merupakan aliran musik yang merepresentasikan budaya
populer. Budaya populer juga bisa direpresentasikan dalam pakaian yang
dikenakan oleh sekelompok orang dalam suatu masyarakat. Pakaian ketat dengan
menonjolkan lekuk tubuh dan pinggang wanita merupakan budaya populer yang
sekarang sedang marak dikalangan remaja putri Indonesia. Pada tahiin 60-an
sampai 70-an rok mini merupakan budaya yang sangat populer pada saat itu.
Segmentasi Pasar
Ritual budaya yang dijalankan oleh suatu masyarakat dapat merupakan
satu segmen pasar tersendiri. Sekelompok orang dengan ritual budaya dapat
dijadikan sebagai sebuah segmen yang membutuhkan pelayanan tersendiri.
Misalnya ritual mudik lebaran dapat dijadikan satu segmen "pasar mudik lebaran".
Dimana pemasar dapat menciptakan berbagai barang khusus bagi para pemudik
tersebut, serta memberikan pelayanan khusus para pemudik tersebut. Budaya
populer pakaian wanita yang ketat dengan pinggang terbuka yang sering dipakai
oleh perempuan "ABG" dapat dijadikan satu segmen pasar tersendiri. Pemasar
dapat menfokuskan pada penciptaan pakaian-pakaian ketat yang pasar sasarannya
adalah "Anak Baru Gede". Contoh lain misalnya ritual budaya ulang tahun.
Pemasar dapat menciptakan produk-produk yang khusus biasa dipakai dalam
acara ulang tahun, seperti topi, kueh, barang-barang hadiah, dan sebagainya.
Disamping itu terbuk peluang untuk mendirikan jasa even organizer untuk
kebutuhan ulang tahun tersebut.
Perilaku Konsumen 72
Promosi
Implikasi dari sebuah segmentasi yang dilakukan dibutuhkan strategi
promosi yang difokuskan pada segmen sasaran saja.Pemahaman budaya juga bisa
dijadikan dasar untuk memposisikan produk melalui iklan. Iklan dirancang
sedemikian rupa, sehingga isinya memposisikan produk untuk ritual-ritual budaya
tertentu. Misalnya iklan produk berlian yang dalam iklannya secara khusus
menampilkan suasana perkawinan. Maksud iklan tersebut adalah bahwa berlian
adalah barang yang cocok untuk dijadikan hadiah istimewa pada peristiwa
perkawinan, atau acara-acara istimewa lainnya.
B. KELAS SOSIAL
Kelas social adalah pelapisan sosial yang terjadi pada msyarakat. Dalam
setiap masyarakat terdapat kelas sosial. Pelpisan sosial terjadi karena dalam suatu
masyarakat ada sesuatu yang dianggap bernilai. Orang yang memiliki sesuatu
yang bbernilai dalam jumlah banyak akan menduduki kelas sosial yang tinggi.
Orang dengan sedikit sesuatu yang dianggapa bernilai dalam masyarakat akan
menduduki kelas bawah. Sesuatu yang dianggap bernialai dalam suatu masyarakat
berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat alinnya. Dalam masyarakat
agraris sesuatu yang bernilai itu dapat berupa sawah yang luas, rumah yang besar,
dan hewan ternak yang banyak. Dalam masyarakat kapitalis sesuatu yang
dianggap bernialai adalah harta kekayaan. Oleh karena itu banyak variabel yang
menentukan kelas sosial seseorang.
Variabel yang membentuk kelas sosial dapat berupa:
1. Ekonomi : Pekerjaan, Pendapatan, dan Kekayaan
2. Interaksi : Prestis pribadi, Asosiasi, Sosialisasi
3. Politik : Kekuasaan, Kesadaran kelas, dan Mobilitas /suksesi.
kepentingan pemasaran kelasa sosial itu dapat dibagi menjadi; kelas atas, kelas
menengah, dan kelas bawah. Untuk suatu kajian yang lebih detail pembagian itu
dapat lebih dipertajam, misalanya kelasa atas dibagi lagi menjadi kelas atas atas,
atas menenggah dan atas bawah. Gambaran pembagiankelas sosial dapat dibuat
sebagai berikut:
1. Kelas atas dicirikan dengan pendapatan besar, intelek, membeli barang yang
bergengsi, ikut dalam klub bergengsi, suka perjalanan ke negara maju.
2. Kelas menengah dicirikan dengan kehidupan baik, membeli apa yang populer,
membelajakan uang untuk hal-hal yang layak untuk dialami, memberikan
perhatian tinggi pd rumah.
3. Kelas bawah dicirikan dengan sangat tergantung pd dukungan ekonomi dan
emosional dr sanak keluarga, menginginkan kemudahan berkarya dan hiburan,
bertahan dr cobaan dunia menuju “karunia Tuhan”.
Kelompok referensi adalah orang/kelompok orang yang norma, nilai, sikap, dan
keyakinannya dijadikan tuntunan (guide) perilaku bagi individu.
D. KELUARGA
Ukuran Keluarga
Pada rnasa lalu, keluarga terdiri atas beberapa generasi yang berkumpul
dalam satu rumah tangga. Dalam satu rumah tangga bisa terdiri atas kakek-nenek,
ibu-bapak, anak dan cucu. Kakek-nenek dalam satu rumah tangga bisa dua pasang
atau juga satu pasang, dengan beberapa pasang ibu-bapak dengan anak masing-
masing. Sehingga dalam satu rumah tangga bisa terdiri atas banyak anggota
keluarga yang mempunyai hubungan darah kakek-nenek, ibu-bapak, paman-bibi,
kakak-adik, keponakan dan cucu. Keluarga demikian biasa disebut sebagai
extended family.
Perkembangan selanjutnya, ketika perekonomian sudah semakin maju, dan
masyarakat sudah semakin terdidik, kesadaran akan kesejahteraan keluarga mulai
muncul. Perhitungan-perhitungan ekonomis sudah menjadi ukuran untuk
menentukan berapa banyak anggota keluarga yang ingin dimiliki. Tingkat
kebergantungan anak kepada orangtua dalam berbagai hal cenderung menurun,
sehingga menimbulkan rasa mandiri pada anak. Akibatnya ketika mereka
berkeluarga cenderung untuk mengindari berkumpul dengan orangtua. "Lebih
baik tinggal di rumah kontrakan daripada harus ikut dengan orangtua atau mertua"
begitu kira-kira kata pasangan yang baru saja menikah. Dengan demikian, ukuran
keluarga menjadi menyusut seiring dengan tingkat kemandirian anak dalam
kehidupannya. Sebuah , keluarga hanya terdiri atas ibu-bapak dan anak, yang
sering disebut sebagai keluarga inti (nuclear family). Jumlah anak yang dimiliki
oleh sebuah keluarga inti dari waktu ke waktu cenderung menurun. Kalau pada
tahun 70-an ke bawah jumlah anak yang dimiliki rata-rata lebih besar dari empat
anak, pada awal tahun 80-an sampai sekarang, jumlah anak yang dimiliki oleh
sebuah keluarga semakin sedikit, mungkin hanya tiga atau dua anak saja.
Perilaku Konsumen 79
tindakan yang lebih baik. Misalnya sangat sering sebuah keluarga mengunjungi
pameran mobil bersama keluarga yang lainnya. Misalnya istri dan suami. Dalam
menentukan pilihan mobil yang akan dibeli suami dan istri mempunyai kriteria
yang berbeda. Istri mungkin lebih menekankan pada interior dalam mobil, tingkat
penggunaan bahan bakar dan kemudahan reparasi, sedangkan suami lebih
menekankan pada kelapangan dan kecepatan mobil.
Karakteristik Keluarga
anak muda pada aspek-aspek konsumsi yang rasional termasuk kebutuhan dasar
konsumen. Peran orangtua dalam mencoba mengajar anak-anak mereka menjadi
konsumen yang lebih efektif diilustrasikan dalam penemuan berikut:
• Orangtua mengajari hubungan kualitas dengan harga pada anak mereka,
termasuk pengalaman menggunakan uang dan cara berbelanja untuk
produk yang berkualitas.
• Orangtua mengajari anak mereka bagaimana menjadi pembeli yang bisa
membandingkan secara efektif, dan bagaimana membeli produk yang
dijual.
• Orangtua mempunyai pengaruh pada preferensi merek si anak.
• Orangtua mempunyai pengaruh pada kemampuan anak untuk
membedakan fakta dari hal yang dilebih-lebihkan dalam iklan.
Memahami bagaimana individu bersosialisasi ke dalam fungsinya sebagai
konsumen adalah sangat penting dengan beberapa alasan. Pertama, mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi konsumen dapat memberikan
informasi pada pemasar yang mungkin berguna dalam merancang program
komunikasi pemasaran. Dalam masyarakat, anak-anak merupakan konsumen yang
sangat potensial. Menurut data Biro Pusat Statistik (EPS), jumlah anak 0-14 tahun
pada tahun 1996 berjumlah 32,9% dari jumlah populasi (Kasali: 1999). Walaupun
terjadi kecenderungan menurunnya persentasi jumlah anak dari populasi, namun
jumlah sebesar 30% merupakan jumlah yang sangat besar. Kedua, keputusan
publik yang berkenaan dengan aturan dan regulasi pemasaran produk yang
mengarahkan anak-anak sebagai konsumen perlu memahami proses sosialisasi
anak sebagai konsumen. Dengan perkataan lain, para pengiklan tidak boleh
sembarangan mengeksploitasi anak sebagai sasaran konsumen langsung.
Anak-anak mereka diserahi tanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri, dan
orangtua hanya memberi uang saja sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
anak. Satu survey menunjukkan bahwa rata-rata gadis belasan tahun
menghabiskan jamnya setiap minggu untuk belanja keluarga dan lebih 80%
memasak di rumah. Beberapa pemasar menyimpulkan bahwa pengaruh anak usia
belasan tahun dalam pembelian makanan hampir sama dengan ibunya. Survey lain
mengatakan bahwa dari 40% sampai 60% anak belasan tahun mempunyai
keputusan dalam keluarga untuk pembelian personal komputer, mobil dan televisi,
dan kira-kira 70% mempengaruhi keputusan libur keluarga.
Satu hal yang mungkin telah bergeser adalah peran orangtua dalam
mempengaruhi pembelian produk untuk anak-anak remaja. Pandangan tradisional
menganggap bahwa anak remaja meminta pertimbangan dan dukungan pada
orangtua dalam pembelian produk untuk dirinya. Hal ini telah bergeser pada
bahwa anak cenderung tidak lagi setia kepada keluarganya tetapi lebih percaya
kepada kelompok sebayanya. Namun demikian, hasil telaah menunjukkan bahwa
masih banyak anak-anak yang terus bergantung pada orangtua untuk informasi.
Penelitian lain menemukan bahwa anak umur 16-19 tahun lebih mungkin untuk
dipengaruhi orangtua daripada oleh teman-temannya dalam pembelian peralatan
olah raga dan peralatan kecil. Ketika produk mahal dan rumit, anak belasan tahun
cenderung untuk mendasarkan pada orangtua daripada pada pengaruh kelompok
sebayanya.
Pentingnya orangtua dalam mempengaruhi keputusan tidak mengurangi
pentingnya kelompok sebaya. Dalam telaah yang sama, Moschis & Moore (1979)
menemukan bahwa ketika anak belasan tahun menjadi lebih dewasa, mereka
mendasarkan pada sumber informasi yang lebih banyak, dan pengaruh kelompok
sebaya juga meningkat dalam keputusan pembelian.
membesarkan anak, menikahkan anak dan seterusnya sampai dalam keluarga itu
hanya tinggal berdua lagi (suami istri yang telah lanjut).
Setiap orang akan melewati sebuah keluarga dengan peran-peran tertentu
yang akan dijalaninya. Misalnya jika seorang laki-laki menikah, maka dia akan
berfungsi sebagai suami dan jika mempunyai anak dia akan menjadi ayah, dan
ketika anaknya menikah dia akan menjadi
Tabel 12-2
Model Siklus Hidup Keluarga dari Gilly-Enis
Tahap Siklus Hidup % Deskripsi
Total
Bujangan I 7,9 Orang yang tidak/belum kawin dengan usia di
bawah 35 tahun
Bujangan II 13,3 Orang yang tidak/belum kawin dengan usia
dibawah 65 tahun
Pasangan 17,4 Menikah tanpa/belum mempunyai anak
pengantin baru dengan usia di bawah 35 tahun
Orangtua tunggal 5,9 Orangtua tunggal dengan usia di bawah 65
tahun
Keluarga lengkap I 9,9 Keluarga dengan pasangan wanita di bawah
(Fullnest I) 35 tahun dengan usia anak di bawah 6 tahun
Keluarga lengkap 3,8 Keluarga dengan pasangan wanita di atas 35
Terlambat tahun dengan anak usia di bawah 6 tahun
Keluarga lengkap II 22,2 Pasangan dengan anak usia di atas 6 tahun
dan III yang tinggal di rumah
(Fullnest II dan III)
Pasangan tanpa anak Pasangan dengan usia di bawah 65 tahun
16,0
dengan tidak mempunyai anak yang tinggal di
rumah
Pasangan usia lanjut 5,9 Pasangan dengan usia di atas 65 tahun tanpa
anak yang tinggal di rumah
Bujangan III 7,4 Orang yang tidak kawin dengan usia di atas
65 tahun
Lainnya 0,5 Kelompok-kelompok lain yang beraneka
ragam, seperti anak yang tinggal dengan
saudaranya.
Sumber: John C. Mowen (1995), "Consumer behavior." Fourth Edition, Prentice-
Hall Int.
Perilaku Konsumen 89
PENUTUP
Rangkuman
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh factor eksternal yanti factor-faktor
yang berada diluar diri manusia yang terut menentukan perilakuknya. Factor-
faktor tersebut adalah factor budaya dimana perilaku seseorang ditentukan oleh
budaya yang dianutnya. Factor kelas social dimana kelas sosil seseorang
menentukan perilakunya. Factor kelompok referensi, dimana orang atau kelompok
yang menjadi rujukan akan ikut menentukan perilaku seseorang. Faktor keluarga
dimana seseorang tumbuh dalam keluarga dan keluarga tersebut ikut membentuk
perilakunya.
Tes Mandiri
1. Bagaimana pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen?
3. Apa yang disebut kelas sosial? Bagaiman peran kelas sosial dalam
membentuk perilaku konsumen?