You are on page 1of 6

Motif-Motif Psikologis: Tinjauan Islam Dan Ilmu Psikologi

Mayoritas psikolog modern berpendapat bahwa motif-motif yang bersifat


psikologis merupakan sesuatu yang biasanya diusahakan bukan sesuatu yang bersifat
fitrah, merupakan hasil interaksinya dengan beberapa pengalaman subyektif, faktor-
faktor lingkungan dan budaya di mana seseorang hidup dan dipengaruhi oleh
.perkembangan sosialnya
Namun demikian, mereka tidak mengingkari adanya fitrah yang ada pada diri
manusia. Maslow memberikan beberapa saran terhadap klasifikasi baru tentang motif
yang seharusnya mencakup: "dorongan spriritual”. Kemudian dia berkomentar
tentang adanya dua bentuk atau dua macam motif atau kebutuhan yaitu: kebutuhan-
kebutuhan fundamental dan kebutuhan-kebutuhan mental spritual. Kebutuhan
fundamental tersebut adalah seperti yang telah didiskusikan sebelumnya. Sedangkan
kebutuhan spiritual mencakup: kebutuhan akan rasa adil, baik, indah, persatuan, dan
keteraturan. Maslow melihat bahwa kebutuhan manusia yang bersifat spiritual ini
merupakan kebutuhan yang bersifat fitrah yang mana kesempurnaan dari
.perkembangan seseorang dan kematangannnya tergantung pada kondisi seperti itu
Maslow juga berpendapat bahwa manusia memiliki tabiat baik dalam dirinya yang
sangat berharga, dan tidak memiliki tabiat buruk sama sekali. Seseorang akan terus
berkembang di sela-sela kematangannya dan akan menemukan kemungkinan
kebaikan pada diri manusia itu sendiri dalam bentuk yang lebih terang dan jelas.
Ketika manusia memiliki sifat fanatis atau sifat buruk atau sifat sumpek, maka
penyebabnya sudah jelas, karena lingkunganlah yang menjadikannya demikian yaitu
disebabkan oleh kebodohan serta penyakit sosial yang ada. Manusia yang baik akan
menjadi jelek disebabkan lingkungan yang jelek, sekalipun ada sebagian manusia
yang tetap memilki sifat baik walaupun ada pengaruh dari lingkungan yang merusak.
Sangat memungkinkan lingkungan memiliki peran sentral yang dapat membantu

.manusia berusaha untuk mengaktualisasikan diri19

Akan tetapi, para psikolog modern tidak lagi memperhatikan dimensi spiritual
manusia ini dan kebutuhan-kebutuhan mereka terhadapnya, padahal dimensi spiritual
ini merupakan kebutuhan utama dan yang paling tinggi dari kebutuhan-kebutuhan
manusia serta dianggap sebagai kebutuhan yang memebedakan manusia dari makhluk
lainnya. Komitmen para psikolog modern menerapkan metode ilmiah yang biasanya
dipakai dalam ilmu-ilmu eksakta untuk studi manusia, mendorong mereka untuk
membatasi fokus perhatian mereka dalam studi tentang perilaku manusia yang hanya
bias dianalisis secara ilmiah dan diteliti dengan penelitian ekperimentatif, serta
menjadikan mereka menjauhi penelitian tentang multidimensi perilaku manusia yang
berkaitan dengan dimensi-dimensi spiritual manusia. Sebagai ganti dari upaya
menemukan sarana-sarana baru atau metode-metode modern yang cocok untuk
mengadakan penelitian terhadap dimensi spiritual manusia ini, mereka telah

melupakan seluruh kajian tentangnya.20

Eric Fromm mengkritik ilmu jiwa modern karena ilmu jiwa modern hanya
memperhatikan sebagian besar studinya pada prilaku manusia yang ada di permukaan
saja dan melupakan kajikan tentang problem manusia yang lebih penting, nilai-
nilainya yang tinggi dan dimensi-dimensi spiritualitasnya.. Eric Fromm membeberkan
adanya data statistik yang menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Eropa
menjalankan sistem demokrasi, keamanan dan hedonisme. Negara kesatuan Amerika
(U.S.A), yang merupakan Negara termapan dari sisi perekonomian, ternyata menjadi
Negara yang paling akut terhadap gangguan mental. Semakin negara maju secara
sosial dan ekonomi, sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi, keamanan terjamin
dan sistem demokrasinya lancar, maka akan semakin bertambah cacat keseimbangan
mentalnya!. Fromm bertanya-tanya, “Mungkinkah kita mengalami kesalahan dalam
meletakkan dasar-dasar system kehidupan kita dan mungkinkah tujuan yang ingin kita
capai selama ini rusak?”. Mungkin kehidupan glamor dapat memenuhi kebutuhan
manusia secara materi, akan tetapi kehidupan glamour itu, dapat menimbulkan rasa
bosan pada diri manusia, sehingga mendorong manusia untuk minum dan dan bunuh
diri untuk melepaskan diri dari kegelisahan yang tidak kuasa dihadapinya. Data
statistik menunjukkan kepada kita bahwa manusia tidak bisa hidup terkekang,
sedangkan kota tidak bias memberikan ketenangan hidup bagi jiwa dan tidak bias
memenuhi kebutuhan manusia yang paling daling. Jika masalahnya seperti itu, lalu

apa yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut? 21

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mendasar, dan sudah selayaknya bagi ilmu
jiwa kontemporer untuk memperhatikan studinya tentang nilai-nlai spiritual ini,
mendalaminya dan menempatkannya dalam jiwa manusia yang paling dalam, serta
menjadikannya sebagai landasan bagi moralitas manusia. Standar moralitas manusia
terfokus pada sifat-sifat fitrah yang ada pada manusia itu sendiri, sehingga usaha
apapun yang dilakukan untuk menghilangkan nilai-nilai spiritualitas ini, akan

mengakibatkan terjadinya gangguan mental dan perasaan.22


Sekarang kita akan mendiskusikan secara singkat tentang pentingnya motif-motif
.kejiwaan
Motif untuk memiliki .1
Motif untuk memiliki termasuk motif-motif kejiwaan yang dipelajari manusia pada
masa perkembangan sosialnya. Manusia mempelajarinya sejak masa kanak-kanak,
yakni dia merasa memiliki dan mempertahankan mainan dan alat-alatnya, sehingga
tidak membolehkan anak-anak lain untuk mengambil mainan dan alat-alat tersebut
darinya. Kemudian rasa cintanya untuk memiliki itu semakin berkembang bersamaan
dengan pengalaman pribadinya dalam segala periode perkembangannnya, sehingga
dia mencoba untuk memiliki uang, tetumbuhan dan semua kepemilikan yang dapat
menjamin kebutuhannya- yaitu untuk terjaminnya masa depannya sendiiri. Kita
melihat bahwa setiap orang lebih memilih kerja tetap yang memiliki penghasilan yang
.tetap pula untuk menjamin masa depannya
Harta dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan derajat dan tingkat yang
berbeda-beda. Mungkin kita dapat menyusun tingkat kebutuhan manusia kepada harta
:itu dengan susunan sebagai berikut
a. Untuk memenuhi kebutuhan hidup: seperti makan, tempat tinggal dan pakaian.
b. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan.
c. Untuk menyempurnakan hidup (kebanyakan adalah kebutuhan yang diusahakan).
d. Mendapatkan posisi sentral di lingkungan sosialnya dan mendapatkan pengaruh. Al-Qur’an
telah menjelaskan dalam banyak tempat mengenai motif untuk memiliki ini di antaranya:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang "
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallamah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
(kembali yang baik (surga)." (Ali Imron: 14
.(Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia." (Al-Kahfi: 46"
Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (Al-Fajr:"
.(20
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta "
dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat
.(mengekalkannya." (Al-Lumazah:1-3
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali "
dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan
(kamu kelompok yang lebih besar." (Al-Isra’: 6
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan "
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
.(berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak." (Al-Hadid: 20
.Motif untuk bersaing .2
Persaingan adalah termasuk dorongan kejiwaan yang diusahakan yang dapat
dipelajari manusia dari lingkungan, budaya (culture), tempat di mana manusia hidup,
terkadang seseorang belajar melalui fase perkembangannnya tentang persaingan
ekonomi, atau persaingan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, atau persaingan
sosial dan sebagainya. Mengenai variasi persaingan yang ada dalam berbagai macam
kehidupan ini, Al-Qur’an telah menganjurkan agar bersaing dengan manusia dalam
hal takwa kepada Allah, perbuatan amal sholeh, berpegang teguh pada nilai-nilai dan
perinsip-perinsip yang humanistik, mengikuti metode rabbani dalam hubungan
mereka dengan sang Pencipta atau dalam hubungan mereka dengan orang lain sampai
:mereka mendapatkan ampunan Allah dan rasul-Nya. Firman Allah
Sesungguhnya orang yang berbakti itu benAr-benar berada dalam keni’matan "
yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh
keni’matan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),
laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-
.(lomba." (Al-Muthaffin: 22-26
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. "
.(Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan." (Al-Baqarah: 148
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan "
surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-
Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang
(besar." (Al-Hadid:21
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali "
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
.(perselisihkan itu." (Al-Maidah: 48
Dorongan untuk bekerja .3
Masalah “motif untuk bekerja dan berbuat ini dapat digambarkan bahwa manusia
tidak akan bekerja dengan segenap kemampuannnya, biasanya manusia sedapat
mungkin berusaha untuk mengerahkan usahanya sesedikit mungkin tetapi
.menghasilkan sesuatu yang berlipat dari usahanya itu

White23 melihat bahwa di antara factor-faktor mendasar yang mendorong manusia


dalam hal ini adalah karena manusia terdorong untuk mengetahui apa yang ada di
sekitarnya dan menghasilkan darinya segala sesuatu yang diinginkannya.
Perhatikanlah bahwa manusia sangat senang memahami lingkungan alamnya dan
begitu juga lingkungan sosialnya, serta berinteraksi dengannya. Dalam pengertian
lain, mereka ingin diberi kekuatan untuk menjadikan segala sesuatu, atau kesempatan
untuk berkreasi sebagai ganti dari hanya menunggu sesuatu secara negatif. White
menyebut dorongan untuk membuat, mencipta dan menemukan ini dengan dorongan
untuk memiliki. Dorongan seperti ini mungkin dapat dilihat pada anak kecil yang
sedang ditetek, biasanya dia akan berusaha memegang segala sesuatu, gerakan yang
kuat, dan upaya terus-menerus sampai mendapatkan apa yang dia cari. Selanjutnya-
pada fase perkembangannya- akan melakukan gerakan mencari, melepaskan,
menyusun dan sebagainya. Pada fase anak dewasa, dorongan rasa memiliki ini
bergeser menjadi kesenangan untuk mengeksperisikan diri dalam bentuk keinginan
.untuk menguasai pekerjaan dan perkembangan skill
Naluri untuk bekerja ini bertingkat-tingkat pada diri setiap manusia, tetapi kita
dapati ada sebagian manusia yang lebih siap untuk melangsungkan pekerjaan daripada
yang lainnya. Sebagian manusia siap untuk melakukan usaha lebih dalam melakukan
pekerjaan mereka jika mereka tidak menghadapi tantangan-tantangan dalam
merealisasikan pekerjaan yang diharapkannya. Semakin kuat dorongan untuk
melakukan pekerjaan itu, maka kemungkinan untuk mengharuskan dirinya dalam
melakukan pekerjaannya itu akan semakin kuat pula. Kita dapati bahwa orang yang
memiiki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaannya, tidak akan merasa
capek, tetapi dia akan merasa santai dan senang dalam menjalankannya, meskipun

menghadapi banyak kesulitan.24

Al-Qur’an banyak menganjurkan untuk bekerja dan menyempurnakannya dalam


:berbagai kesempatan, Firmana Allah
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang- "
orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
(kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah: 105
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak "
akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya)
.(dengan baik." (Al-Kahfi: 30
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan "
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-
.(Nahl:97
Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka "
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
.(pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan." (Al-Ahqaf: 19
Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh "
.(tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?." (Yasin: 35

You might also like