Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Nama : Jimmy Ahyari
NIM : J1E105037
Asisten : Sutomo, S.Si., M.Si., Apt.
BAB I
PENDAHULUAN
II.1.1. Maksud
hewan uji.
II.1.2. Tujuan
Selain pemberian topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau
membran mukosa, penggunaan suatu obat hampir selalu melibatkan transfer
obat ke dalam aliran darah. Tetapi, meskipun tempat kerja obat tersebut
berbeda-beda, namun bisa saja terjadi absorpsi ke dalam aliran darah dan
dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Absorpsi ke dalam darah
dipengaruhi secara bermakna oleh cara pemberian (Katzung, 1986).
Cara-cara pemberian obat untuk mendapatkan efek terapeutik yang
sesuai adalah sebagai berikut:
Cara/bentuk sediaan parenteral
a. Intravena (IV) (Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke
dalam vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100
%, baik untuk obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan
dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang
waktu-paruhnya (t1/2) pendek) (Joenoes, 2002).
b. Intramuskular (IM) (“Onset of action” bervariasi, berupa larutan
dalam air yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa
larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi,
kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat
tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi:
semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi) (Joenoes,
2002).
c. Subkutan (SC) (“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan
suspensi, determinan dari kecepatan absorpsi ialah total luas
permukaan dimana terjadi penyerapan, menyebabkan konstriksi
pembuluh darah lokal sehingga difusi obat tertahan/diperlama,
obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase,
suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks
jaringan) (Joenoes, 2002).
d. Intratekal (berkemampuan untuk mempercepat efek obat
setempat pada selaput otak atau sumbu serebrospinal, seperti
pengobatan infeksi SSP yang akut) (Anonim, 1995).
e. Intraperitonel (IP) tidak dilakukan pada manusia karena bahaya
(Anonim, 1995).
Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling umum
dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah
banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor
penderita, interaksi dalam absorpsi di saluran cerna) (Ansel, 1989).
Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-sifat tersendiri. Beberapa
diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik pada suatu cara penggunaan,
sedangkan yang lainnya tidak (Ansel, 1989).
BAB IV
METODE KERJA
V.2. Pembahasan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan, sebagai berikut :
1. Secara garis besar yaitu empat dari lima kelompok menunjukkan
pemberian obat dengan cara intravena lebih cepat daripada cara-cara
lainnya dalam hal menimbulkan efek.
2. Tiga dari lima kelompok membuktikan pemberian dengan cara
intramuscular memiliki durasi yang lama.
3. Peningkatan dosis dapat mempengaruhi onset dan durasi yang
dihasilkan dari pada dosis awal yang diberikan.
4. Secara umum berbagai cara pemberian (p.o, i.m, i.v, i.p) pada
hasil percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada
taraf nyata 95% (p < 0,05).
VI.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh., 2000, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, hal.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi,IV, Depkes RI, Jakarta, hal.
Ansel, Howard.C., 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas
Indonesia Press, Jakarta,hal.
Joenoes, Z. N., 2002, Ars Prescribendi Jilid 3, Airlangga University Press,
Surabaya, hal.
Katzung, Bertram. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika,
Jakarta, hal.