You are on page 1of 19

Letter of Credit Sebagai Alat Pembayaran Perdagangan Internasional

I. Pendahuluan

Letter of Credit adalah alat pembayaran yang dikenal baik secara nasional maupun

internasional. Di Indonesia, L/C merupakan salah satu alat pembayaran utama dalam

transaksi ekspor-impor.

“The use of the letter of credit as a tool to reduce risk has grown substantially

over the past decade. Letter of credit accomplish their purpose by substituting the credit

of bank for that of the customer, for the purpose of facilitating trade.”1

L/C walaupun telah menjadi salah satu alat pembayaran utama dalam bisnis, tapi belum

terdapat keseragaman mengenai pengertian L/C di Indonesia. Selain itu Peraturan

Pemerintah No.1 Tahun 1982 yang merupakan dasar hukum L/C di Indonesia tidak

mengatur secara rinci pedoman mengenai L/C, berikut pula peraturan Bank Indonesia

yang berfungsi sebagai peraturan pelaksana dari PP tersebut belum bisa menjelaskan

secara detail tentang L/C. Dalam dunia bisnis internasional juga demikian. Maka

diharapkan International Chamber of Commerce (ICC) dapat meluruskan masalah

mengenai L/C.

www.crfonline.org/cro/cro-9-2.html

1
Dalam transaksi L/C, Bank Indonesia mendukung2 agar semua L/C tunduk pada Uniform

Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) yang diterbitkan oleh ICC, Paris

dan merupakan tatanan ketentuan L/C yang diterima secara Internasional. UCP yang

secara hukum tidak dapat disamakan kekuatan mengikatnya dengan produk hukum

legislatif atau produk hukum yudikatif tingkat nasional atau Konvensi tingkat

Internasional. L/C penggunaannya didasarkan pada kesepakatan para pihak, sehingga

kalau para pelaku L/C mau tunduk pada ketentuan UPC, maka harus jelas dinyatakan

dalam kontraknya.3 Dengan demikian pemberlakuan ketentuan UPC sesuai dengan asas

kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1338 KUHPerdata.

Tetapi perlu diingatkan, bahwa pilihan hukum hanya dapat dilakukan dalam batasan

bahwa sistem hukum tersebut mempunyai keterkaitan yang relevan dengan kontrak.

Bilamana L/C tidak memuat klausul mengenai pilihan hukum, maka hakim harus

menentukan hukum nasional yang berlaku atas L/C dalam hal terjadi sengketa.

Berdasarkan teori tempat pelaksanaan kontrak, hukum yang berlaku adalah hukum

nasional negara dimana bank pengkonfirmasi berada.

2
Surat Edaran Bank Indonesia No.26/34/ULN tanggal 17-12-1993 mengatakan L/C yang diterbitkan bank
umum boleh tunduk atau tidak pada UCP 1993 Revision, ICC Publication No.500. Tapi secara implisit
Bank Indonesia tetap menginginkan agar semua L/C yang diterbitkan bank umum tunduk pada UCP sebab
UCP merupakan satu-satunya ketentuan L/C yang berlaku secara Internasional.
3
UCP 500 article 1 Application of UCP The Uniform Customs and Practice for Documentary Credits,
1993 Revision, ICC Publication No.500, shall apply to all Documentary Credits (including to the extent to
which they may be applicable, Standby Letter(s) of Credit) where they are incorporated into the text of the
Credit. They are binding on all parties thereto, unless otherwise expressly stipulated in the Credit.

2
L/C merupakan kontrak baku (kontrak standar) yang berlaku secara Internasional. L/C

yang bentuknya menyimpang dari kontrak baku dan L/C yang sesuai dengan kontrak

baku keduanya sama-sama berlaku sah, karena disesuaikan dengan kepentingan

perbankan atau kepentingan nasional suatu negara. Bila Perbankan atau kepentingan

negara menghendaki lain, maka kontrak baku dapat disimpangi untuk disesuaikan dengan

kepentingan tersebut.

L/C dibuat secara terpisah dari kontrak dasar dan dibuat untuk merealisasikan

pembayaran kontrak dasarnya. L/C merupakan kontrak pembayaran sedangkan kontrak

dasarnya adalah kontrak penjualan. Jadi pelaksanaan L/C terpisah dari pelaksanaan

kontrak penjualan. Berkenaan dengan ini ada teori yang disebut Absolute Payment

Theory, yaitu dengan penerbitan L/C maka pembeli telah memenuhi kewajibannya

berdasarkan kontrak penjualan untuk membayar penjual. Berdasarkan L/C tersebut

penjual hanya berhak mendapat pembayaran dari bank penerbit. Penjual tidak dapat

menuntut pembayaran kepada pembeli karena L./C dianggap sebagai pembayaran

mutlak.

Teori lain L/C adalah:

- Agency Theory:

Pembayaran L/C dilakukan oleh bank penerbit atau kuasanya hanya jika penjual

menyerahkan bill of lading kepada bank yang bersangkutan.

- Trust Theory:

3
Dana pembeli yang merupakan dana khusus, dibayarkan langsung kepada bank

penerbit untuk alat pembayaran kepada pemegang wesel apakah penerima atau bank

penerima yang telah melakukan pembayaran L/C kepada penerima.

I. Definisi Letter of Credit (L/C)

Letter of Credit atau biasa disingkat dengan L/C adalah janji dari bank penerbit untuk

membayar sejumlah uang kepada eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dan

kondisi Letter of Credit tersebut.

Definisi menurut Bank Indonesia ini intinya mengatakan L/C adalah janji pembayaran.

Selain definisi dari Bank Indonesia, ada definisi lain mengenai L/C dari UCP yang

menyebutkan bahwa L/C adalah janji membayar dari bank penerbit kepada penerima

yang pembayarannya hanya dapat dilakukan kepada bank penerbit jika penerima

menyerahkan kepada bank penerbit dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan

L/C. L/C ini berlaku secara internasional dan dapat digunakan untuk mengimpor barang

dari luar negeri.

Adapula L/C yang berlaku nasional di Indonesia disebut dengan Surat Kredit

Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN). Bank Indonesia melakukan pengaturan SKBDN

untuk mendorong ekspor non-migas. Disebut juga sebagai 4c Lokal, SKBDN digunakan

untuk transaksi dalam negeri sehingga semua pihak dan perpindahan barang harus

dilakukan di dalam negeri. SKBDN tidak boleh digunakan untuk mengimpor barang dari

4
luar negeri karena bertentangan dengan tujuan. Tetapi tetap teknis pelaksanaannya sama

dengan L/C, karena ketentuan SKBDN didasarkan pada ketentuan L/C.

II. Jenis Letter of Credit

A. L/C sebagai alat pembayaran

Melihat dari sifat L/C, maka dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Kelompok yang dapat dibatalkan (Revocable L/C)

L/C ini dapat diubah atau dibatalkan oleh bank penerbit setiap saat tanpa ada

pengumuman terlebih dahulu kepada penerima.

2. Kelompok yang tidak dapat dibatalkan (Irrevocable L/C)

Surat kredit yang tidak dapat diubah atau ditarik kembali atau dibatalkan tanpa

persetujuan dari semua pihak yang berkepentingan.4

Selain itu ada jenis L/C yang dilihat dari sistem pembayarannya. Jenis L/C tersebut

adalah:

a. Sight Payment L/C

Pembayarannya dilakukan secara tunai.

b. Acceptance L/C

Pembayarannya secara berjangka, dan dibayar pada saat jatuh tempo.

http://www.perencanakeuangan.com

5
c. Negotiation L/C

Pembayarannya dengan membeli wesel atau dokumen yang diajukan penerima.

d. Deferred Payment L/C

Pembayarannya dilakukan kemudian hari.

e. Confirmed L/C

Jika dikonfirmasikan oleh bank pengkonfirmasi, maka tanggung jawab bank

pengkonfirmasi sama dengan tanggung jawab bank penerbit.

f. Transferable L/C

Dapat dialihkan oleh penerima kepada pemasok melalui perantara bank jika bank

penerbit menyatakan demikian dalam L/C.

g. Assignment L/C

Hak atas pembayaran L/C dapat diserahkan kepada pihak lain sesuai dengan

hukum yang berlaku.

Selain itu ada jenis-jenis L/C yang tidak diatur dalam UCP, tetapi dalam praktek masih

dipakai. Jenis-jenis L/C tersebut terdiri dari:

a. Back to Back L/C

Transaksi L/C ini melibatkan satu L/C sebagai pelindung untuk L/C yang lain

yang dinamakan dengan L/C anak.

b. Red Clause L/C

L/C yang dibayar di muka

6
c. Revolving L/C

L/C yang dapat dipakai berulang kali oleh penerima.

B. L/C sebagai alat penjaminan

Standby L/C atau Guarantee L/C: Untuk menjamin pembayaran kembali pada oblige jika

obligor wanprestasi. Standby L/C harus memuat persyaratan minimal yaitu bersifat tidak

dapat diubah atau dibatalkan (irrevocable), keterikatan bank penerbit untuk membayar

atas pengajuan keterangan atau pernyataan yang menyatakan wanprestasi, tanggal jatuh

tempo masa berlaku dan pernyataan tunduk pada UCP.

Standby L/C merupakan independent guarantee yang tidak tergantung pada kontrak

dasar.

III. Independensi L/C terhadap kontrak dasar

Secara hukum, L/C merupakan kontrak independen yang terpisah dari kontrak dasarnya,

yaitu kontrak penjualan, dan permintaan penerbitan L/C. Jadi secara hukum, hambatan

pelaksanaan kontrak penjualan tidak boleh menghalangi pelaksanaan L/C. Sepanjang

semua dokumen terpenuhi, L/C wajib dibayar terlepas dari kenyataan bahwa barang

impor tidak sesuai dengan kontrak penjualan. Berhasilnya pelaksanaan L/C tergantung

dari penerapan prinsip independensi. Prinsip independensi sejalan dengan Absolute

Payment Theory yang mengatakan bahwa dengan penerbitan L/C, maka pembeli telah

memenuhi kewajibannya berdasarkan kontrak penjualan untuk membayar penjual.

7
IV. Hubungan hukum dalam transaksi L/C

Terdapat hubungan-hubungan hukum dalam transaksi L/C sebagai berikut:

a. Hubungan hukum antara pembeli (pemohon) den penjual (penerima)

berdasarkan kontrak penjualan

Kontrak Penjualan memuat hak dan kewajiban pembeli dan penjual.

b. Hubungan hukum antara pemohon dan bank penerbit berdasarkan permintaan

penerbitan L/C sebagai kontrak

Hubungan hukum didasarkan pada kontrak yang dinamakan permintaan penerbitan L/C.

c. Hubungan hukum antara bank penerbit dengan penerima berdasarkan L/C

sebagai kontrak

Hubungan hukum timbul atas dasar L/C yang diterbitkan bank penerbit dan disetujui

penerima.

d. Hubungan hukum antara bank penerbit dan bank penerus berdasarkan kontrak

keagenan

8
Hubungan hukum berdasarkan pada instruksi bank penerbit kepada bank penerus yang

disetujui bank penerus.

e. Hubungan hukum antara bank penerus dan penerima berdasarkan kontrak

pembayaran L/C

Hubungan hukumnya tergantung dari fungsi yang dilakukan oleh bank penerus. Bank

penerus dapat berfungsi sebagai bank penerus semata-mata, bank pengkonfirmasi, bank

penegosiasi, bank pembayar, atau bank pengaksep.

V. L/C dalam Hukum Indonesia

Dalam praktek bank-bank umum Indonesia mengikuti definisi L/C menurut UCP. Hal ini

dikarenakan pada masa berlakunya Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 1970, Bank

Indonesia mengeluarkan Himpunan Ketentuan-ketentuan Prosedur Lalu Lintas Devisa

(HKPLLD) sebagai ketentuan pelaksanaan yang mengharuskan L/C yang diterima dari

luar negeri maupun yang diterbitkan di Indonesia ke luar negeri tunduk pada UCP.

Peraturan ini kemudian dicabut oleh Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1982. Sebagai

ketentuan pelaksanaannya, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.17/14/ULN tanggal 29 September 1984 yang mewajibkan L/C yang diterbitkan bank

devisa Indonesia tunduk pada ketentuan UCP 400. Kemudian muncul Surat Edaran Bank

Indonesia No.26/34/ULN yang mencabut surat No.17/14/ULN yang berisi memberikan

9
pilihan kepada bank devisa untuk menentukan L/C yang diterbitkannya tunduk atau tidak

pada UCP 500. Pada prakteknya bank devisa tetap menundukkan diri pada UCP 500.

Selain itu beberapa peraturan dari Bank Indonesia yang mengatur mengenai L/C dapat

dilihat di:

- Keputusan Presiden No.24 Tahun 1998 tentang Penerbitan Jaminan Bank Indonesia,

serta penerbitan jaminan bank untuk penerimaan pinjaman luar negeri oleh Bank

Persero dan Bank Pembangunan Daerah yang telah diizinkan melakukan kegiatan

dalam valuta asing

- Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Aktiva Bank Umum

- Peraturan Bank Indonesia No.7/8/PBI/2005 tentang Sistem Informasi Debitur

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.29/33/KEP/DIR/1996 tentang

Pelaksanaan Pembayaran Transaksi Impor

VI. Prosedur penerbitan L/C

A. Format permintaan penerbitan L/C

Format permintaan penerbitan L/C atau disebut dengan form of application atau

instruction to issue Letter of Credit yang umumnya baku secara internasional, meliputi

hal-hal berikut:

a. Nama dan alamat lengkap penerima

b. Jumlah dan mata uang L/C

10
c. Tipe L/C

d. Cara pembayaran L/C

e. Pihak tertarik wesel dan jangka waktu wesel

f. Uraian barang termasuk rincian jumlah dan harga per unit

g. Rincian dokumen-dokumen yang dipersyaratkan

h. Tempat pengiriman barang, tempat muat barang, dan tempat tujuan barang

i. Cara pembayaran biaya angkut barang

j. Alih kapal diperkenankan atau tidak

k. Pengiriman sebagian-sebagian diperkenankan atau tidak

l. Tanggal pengiriman terakhir

m. Batas waktu pengajuan dokumen untuk pembayaran, akseptasi, negosiasi,

dan pembayaran kemudian

n. Tanggal dan tempat jatuh tempo L/C

o. L/C dapat dialihkan atau tidak

p. Cara penerusan L/C.

Hal-hal yang dimuat dalam permintaan penerbitan L/C ini adalah juga hal-hal yang

dibuat dalam L/C karena L/C merupakan perwujudan dari permintaan penerbitan L/C.

Format ini tidak mengikat secara hukum, dan format dapat disesuaikan dengan

kepentingan khusus suatu negara. Contohnya, Bank Indonesia mengeluarkan Formulir

Permintaan Pembukuan L/C yang memuat klausul yang menyimpang dari format baku

ICC, yang ketentuannya mencantumkan keharusan untuk melakukan pemeriksaan oleh

surveyor di negara asal barang atau pelabuhan muat barang terhadap impor Indonesia

11
yang nilainya di atas US$5.000,00 dan pernyataan bahwa L/C yang diterbitkan oleh bank

penerbit di Indonesia hanya dapat dialihkan ke negara ketiga atas persetujuan dari bank

penerbit di Indonesia. Selain itu, semua L/C yang diterbitkan oleh bank penerbit di

Indonesia yang menyimpang dari format baku, baik itu formulir permintaan penerbitan

L/C dan juga dalam L/C sendiri tetap saja diterima secara Internasional.

B. Dokumen yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan L/C adalah:

1. Faktur dagang

2. Dokumen transportasi:

a. Marine/Ocean Bill of Lading

b. Non-negotiable Sea Waybill

c. Charter Party Bill of Lading

d. Multi modal Transport Document

e. Air Transport Document

f. Road, Rail or Inland Waterway Transport Document

g. Courier and Post Receipt

h. Transport Documents Issued by Freight Forwarders

i. On Deck, Shipper’s Load and Count, Name of Consignor

3. Dokumen Asuransi

4. Dokumen lainnya:

Surat keterangan, surat keterangan mutu, surat keterangan pemeriksaan, tanda

terima gudang, dan lain-lain.

12
C. Prosedur dasar pembentukan L/C:

Berikut adalah langkah-langkah dasar yang digunakan dalam transaksi L/C. Prosedurnya

sebagai berikut:5

1. Setelah pembeli dan penjual sepakat dengan syarat-syarat

penjualan, pembeli menyusun langkah untuk membuka L/C atas persetujuan

penjual (untuk kepentingan penjual). Dengan catatan pembeli membutuhkan

beberapa macam kredit yang dibuat di bank untuk memenuhi jaminan tunai untuk

L/C.

2. Bank penerbit pihak pembeli mempersiapkan L/C,

termasuk semua instruksi dari pembeli kepada penjual untuk hal yang

bersangkutan dengan pengiriman dan dokumen yang dibutuhkan pada saat

pengiriman.

3. Bank dari pihak pembeli mengirimkan L/C kepada bank

penasihat/penerus pihak penjual.

4. Bank penasihat/peneruh pihak penjual menyampaikan L/C

kepada penjual.

5. Penjual dengan teliti meninjau semua syarat yang

ditentukan di dalam L/C. Jika penjual tidak setuju dengan ketentuan yang ada,

maka penjual akan meminta kepada pembeli untuk mengubah L/C.

www.crfonline.org/orc.cro-9-2.html

13
6. Syarat-syarat yang telah disepakati, penjual mengirimkan

barang-barang pada pelabuhan yang dituju.

7. Setelah mengirimkan barang-barang, penjual memiliki

dokumen yang diperlukan. Perlu diingat, penjual harus memiliki beberapa

dokumen yang diperlukan sebelum mengirimkan barang.

8. Penjual memperlihatkan dokumen-dokumen ke bank

penasihat/penerus bersamaan dengan naskah pembayaran.

9. Bank penasihat/penerus pihak penjual meninjau semua

dokumen. Jika dokumen tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan,

maka bank penasihat akan menyampaikannya kepada bank penerbit pihak

pembeli. Jika L/C telah ditetapkan, maka bank penasihat/penerus akan membayar

penjual (tunai atau dengan penerimaan bankir).

10. Jika bank penerbit pihak pembeli telah menerima dan meninjau dokumen, baik itu

(1) akan membayar apabila tidak ada ketidakcocokan; atau (2) menyampaikan

dokumen-dokumen kepada pembeli jika ada ketidaksesuaian untuk ditinjau

kembali dan untuk disetujui.

D. Perubahan dalam L/C:6

ibid

14
Bagi penjual untuk mengubah syarat-syarat yang ada di dalam irrevocable L/C harus

mengajukan permintaan perubahan L/C dari si pembeli. Proses perubahan L/C adalah

sebagai berikut:

1. Penjual mengajukan permohonan

untuk merubah atau mengganti syarat-syarat yang diragukan dalam L/C.

2. Jika pembeli dan bank penerbit

sepakat untuk mengganti, maka bank penerbit akan mengganti L/C.

3. Bank penerbit dari pembeli akan

memberitahukan bank penasihat/penerus atas perubahan yang telah dibuat.

4. Bank penasihat/penerus dari penjual

akan memberitahukan penjual bahwa L/C telah diubah.

E. Ketentuan yang sebelumnya harus diperhatikan oleh pembeli dan penjual:7

a. Bagi penjual:

1. Sebelum menandatangani kontrak penjualan, penjual harus

mencari tahu tentang kemampuan membayar utang dan praktek bisnis

pihak pembeli. Bank dari pihak penjual akan mendampingi penjual dalam

penyelidikan tersebut.

ibid

15
2. Dalam banyak kasus, bank penerbit akan menentukan bank

penasihat. Penunjukan ini biasanya didasarkan atas hubungan

korespondensi yang terbentuk dengan bank penerbit. Penjual harus

memastikan bahwa bank penasihat adalah institusi yang kuat kondisi

keuangannya.

3. Penjual harus mengkonfirmasikan the good standing pada

bank penerbit pihak pembeli jika L/C belum dikonfirmasi.

4. Untuk L/C yang sudah dikonfirmasikan, bank penasihat

pihak penjual harus harus mau untuk memastikan L./C yang sudah

dikeluarkan oleh bank dari pihak pembeli. Jika bank penasihat menolak

untuk melakukannya, penjual harus meminta kepada bank penerbit lainnya

karena bank sebelumnya tidak mampu.

5. Penjual harus berhati-hati dalam meneliti isi L/C untuk

memastikan syarat-syarat yang ada. Semua dokument harus disesuaikan

dengan syarat L/C. Penjual harus memperhatikan setiap detil yang ada

dalam spesifikasi L/C, karena jika tidak teliti maka keamanan yang

diberikan dari jaminan kredit akan hilang.

6. Penjual harus memastikan bahwa L/C tidak dapat ditarik

kembali (irrevocable)

7. Jika perubahan diperlukan, penjual harus secepatnya

menghubungi pembeli agar penjual dapat meminta kepada bank penerbit

untuk melakukan perubahan yang diperlukan secepatnya. Penjual harus

16
tetap mengingat tanggal kadaluarsa L/C sewaktu proses merubah L/C

berjalan.

8. Penjual harus mengkonfirmasikan kepada pihak asuransi

bahwa perusahaan asuransi mampu menjamin apa yang ditanggungkan

dalam L/C dan tanggungan yang disebutkan dalam L/C adalah benar.

Biasanya asuransi menjamin CIF (cost, insurance and freight) dan harga

barang ditambah 10 persen.

9. Penjual harus memastikan bahwa barang-barang sesuai

dengan apa yang disebutkan di dalam L/C dan invoice.

10. Penjual harus mengerti tentang persyaratan pertukaran

valuta asing di negara pembeli yang dapat mempengaruhi proses

pembayaran.

b. Bagi pembeli:

1. Sewaktu memilih tipe L/C, pembeli

harus memperhatikan tata cara pembayaran di negara penjual.

2. Pembeli harus menyimpan perincian

singkat pembelian.

3. Pembeli harus siap untuk merubah

atau negosiasi ulang syarat-syarat yang ada dalam L/C dengan pihak

penjual. Ini adalah hal yang awam terjadi dalam perdagangan

internasional. Dengan L/C yang tidak dapat ditarik kembali (irrevocable),

17
tipe yang sering digunakan, semua pihak harus menyetujui untuk merubah

isi dokumen.

4. Pembeli dapat mengurangi resiko

devisa dengan membeli kontrak mata uang terusan (forward currency

contract)

5. Pembeli harus menggunakan bank

yang telah berpengalaman dalam perdagangan internasional sebagai bank

penerbit.

6. Waktu telah ditetapkan di dalam L/C

harus dapat memberikan waktu yang cukup bagi penjual untuk

memproduksi barang-barangnya atau untuk mengeluarkannya dari

persediaan.

7. L/C tidak kebal dari kelalaian. Bank

hanya bertanggung jawab untuk dokumen-dokumen yang dirubah dan

tidak bertanggung jawab terhadap barang yang dikirim. Dokumen-

dokumen yang disesuaikan dengan spesifikasi L/C tidak dapat ditolak

dengan dasar barang-barang yang dikirim tidak sesuai dengan apa yang

disebutkan dalam L/C, walaupun barang-barang yang dikirimkan bahkan

tidak sesuai dengan apa yang dipesan dan yang dibayar.

8. Kontrak pembelian dan perjanjian

lain yang berhubungan dengan penjualan antara pembeli dan penjual,

bukan urusan bank penerbit. Yang mengikat bank hanyalah L/C.

18
9. Dokumen yang ditetapkan di dalam

L/C harus dimasukkan pada izin bea cukai (custom clearance) yang

dibutuhkan pembeli.

VII. Kesimpulan

Letter of Credit telah digunakan oleh para pihak dari seluruh dunia yang melaksanakan

jual-beli barang ekspor-impor. L/C dipakai sebagai media pembayaran karena

memudahkan jalannya transaksi. Prosedur L/C yang berstuktur dan tidak bertele-tele

memberikan kemudahan bagi para pihak dalam berdagang. L/C akan memberikan

keuntungan penuh bagi pihak yang berkepentingan, jika mengikuti semua ketentuan yang

berlaku sebagai syarat dalam penerbitan L/C. Walaupun L/C bersifat independen, dan

terpisah dari kontrak dasarnya (yaitu kontrak penjualan antara penjual dengan pembeli),

jaminan pembayaran akan berjalan bila penjual telah melengkapi semua dokumen yang

menjadi syarat dalam L/C. Bank menjamin bahwa pihak yang mengirimkan barang

(penjual) telah mendapatkan pembayaran dari bank penerbit, berikut juga bank menjamin

pihak pembeli bahwa pembayaran L/C telah dilakukan sesuai prosedur dan dengan

jaminan bahwa dokumen yang diberikan oleh penjual ke bank adalah sebagai bukti

bahwa barang yang diperjanjikan telah dikirim.

19

You might also like