Professional Documents
Culture Documents
Jona Simanungkalit
Kalpin Sigalingging
Leo Simbolon
Patar Situmorang
Mata Kuliah : Agama Islam I
Dosen : Pdt. P.N.B. Pardede, M.Th
1 Pendahuluan
1
2. Isi
2. 1 Definisi Islam
2
Sistem pemerintahan Islam adalah sebuah sistem yang lain sama
sekali dengan sistem-sistem pemerintahan yang ada di dunia. Baik dari
aspek asas yang menjadi landasan berdirinya, pemikiran, pemahaman,
standar serta hukum-hukum yang dipergunakan untuk melayani kepentingan
umat, maupun dari aspek undang-undang dasar serta undang-undang yang
diberlakukannya, ataupun dari aspek bentuk yang menggambarkan wujud
negara tadi, maupun hal-hal yang menjadikannya beda sama sekali dari
seluruh bentuk pemerintahan yang ada di dunia.3
3
Rachman Budhy Mnawar, Islam Pluralis, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2004 ; hlm. 358
4 H. Madjid H. Abdulah, Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia “Mencari Format Studi Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam ,
”
Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2005 hlm. 208-210.
3
Sementara sistem pemerintahan Islam berdiri di atas pilar akidah Islam,
serta hukum-hukum syara'. Dimana kedaulatannya di tangan syara', bukan di
tangan umat. Dalam hal ini, baik umat maupun khalifah tidak berhak membuat
aturan sendiri. Karena yang berhak membuat aturan adalah Allah SWT.
semata. Sedangkan khalifah hanya memiliki hak untuk mengadopsi hukum-
hukum untuk dijadikan sebagai undang-undang dasar serta perundang-
undangan dari kitabullah dan sunah Rasul-Nya. Begitu pula umat tidak berhak
untuk memecat khalifah.
4
bentuk pemerintahan Islam yaitu syariat Islam diterapkan di Indonesia.
Karena Negara Indonesia bukanlah Negara Agama dan bukan hanya dimiliki
oleh satu agama yaitu Islam. Indonesia adalah Negara yang memiliki
beragam kepercayaan (agama) atau disebut juga pluralistik. Selain itu, kita
juga harus melihat kebelakang yaitu latar belakang sejarah Indonesia.
Orang-orang yang memperjuangkan bangsa Indonesia dari penjajahan
bukan hanya orang yang beragama Islam saja. Melainkan dari berbagai
latarbelakang agama seperti Kristen juga ikut ambil bagian dalam
mempertahankan dan memperjuangkan serta membela bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang bersatu dan berdaulat, sehingga akhirnya bangsa
Indonesia dapat merdeka. Oleh karena itu, bentuk pemerintahan Negara
Indonesia yang lebih cocok yaitu sistem Republik dan UUD 1945, yang
memberi kebebasan beragama. Apabila hukum atau syariat Islam diterapkan
sebagai sistem pemerintahan bangsa Indonesia, maka tidak tertutup
kemungkinan beberapa tahun kedepan bangsa Indonesia akan menjadi
Negara Islam. Hal ini yang kami khawatirkan akan terjadi. Oleh karena itu,
kami sangat setuju bahwa piagam Jakarta dihapuskan. Namun demikian, kita
juga dapat melihat bahwa Nangroh Aceh Darussalam menerapkan hukum
Islam di Jakarta tersebut. Hal ini terjadi karena Aceh merupakan daerah
istimewa sehingga dapat menerapkan hukum Islam di daerah tersebut dan
hukum Islam tersebut hanya berlaku bagi mereka yang mendiami Daerah
Istimewa Aceh Darussalam.
Pilar yang pertama ialah kedaulatan di tangan syara’. Pilar ini memiliki
fakta, yaitu berasal dari kata as siyadah atau kedaulatan. Dimana kata as
siyadah atau kedaulatan tersebut memiliki bukti, bahwa kedaulatan tersebut
adalah di tangan syara’ dan bukan di tangan umat, untuk lebih jelasnya
mengenai syara dapat kita lihat sebagaimana di bawah ini5:
55
Taqiyuddin Op.cit, hlm 49
5
a. Menjadikan pengendalian dan penguasa adalah hukum syarak.
b. Mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum syarak tanpa
membedakan penguasa {khalifah} maupun rakyat {umat}
“Hai orang yang beriman, taatlah Allah dan taatlah Rasul-Nya, dan ulil amri
(penguasa) diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah(Al Quran) dan rasul(sunnahnya),
jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian”
Adapun pilar kedua, yaitu kekuasaan di tangan umat, diambil dari fakta
bahwa syara’ telah menjadi pengangkatan khalifah oleh umat, dimana
seorang khalifah hanyan memiliki kekuasaan melalui bai’at. Dalil bahwa
syara’ telah menjadi pengankatan khalifah oleh umat adalah tegas sekali da
dalam hadis-hadis tentang bai’at6. Lebih rincinya penjelasan mengenai hal di
atas tertera di bawah ini:
6
Taqiyuddin op.cit, hlm 50-51
6
a. Tiada kekuasaan yang diperolehi oleh seorang muslim kecuali diberikan
oleh umat. Dengan cara bai’at itu, hukum fardhu untuk mengangkat khalifah.
Hukum fardhu ain untuk mentaati khalifah.
7
Pilar yang ketiga adalah mengangkat satu khalifah hukumnya fardlu
bagi seluruh kaum muslimin. Dimana hokum fardlu tersebut sebenarnya telah
ditetapkan di dalam hadits7.
4. 3. 1 Khalifah
8
memberi peluang untuk itu yakni : perempuan adalah pemimpin pemerintahan
bukan pemimpin agama.8
Khalifah tidak periodik. Dia tetap Khalifah selama dia mampu memikul
tanggungjawab khalifah dan selama mana dia menerapkan hukum Allah.
Tidak sama seperti Sistem Demokrasi yang menetapkan masa jabatan,
karena dianggap salah satu implikasi yang menggugat kestabilan Negara.
Tidak boleh ada lebih dari satu khalifah dalam satu zaman seperti pada
zaman Abbasiyah adalah kesalahan yang tidak dijadikan sebagai dasar
hukum syarak.
8
Said Al-Afghani, Pemimpin Wanita di Kancah Politik, Pustaka Pelajar, Jakarta 2001 ; hlm.7
9
4. 4. Khalifah mempunyai hak untuk mengambil dan menetapkan hukum
syarak untuk menjadi UU (li al Khalifah wahdah haq at tabanni)
Pilar yang keempat adalah, bahwa hanya khalifah yang berhak melakukan
tabanni (adopsi) terhadap hokum-hukum syara,. Pilar ini ditetapkan
berdasarkan dalil ijma’ sahabat. Ijma, sahabat telah menetapkan bahwa
hanya khalifah yang berhak untuk mengadopsi hokum-hukum syara9. Selain
hal ini kita juga dapat melihat penjelasan mengenai hak-hak seorang khalifah
di bawah ini:
a. Mengambil dan menetapkan hukum mestilah terikat dengan hukum syarak.
Hanya menggunakan Al Quran,Al hadis,Ijmak sahabat dan Qisas sebagai
landasannya.
b.Untuk menghilangkan perselisihan ditengah masyarakat.
c. Kepimpinan secara tunggal,tiada perlembagaan lain setanding kuasa
khalifah
d Tiada hak membuat undang-undang kecuali khalifah.termasuk majelis umat
tidak berhak membuat undang-undang dan tiada lembaga legislatif didalam
khalifah. Tiada konsep pengasingan kuasa seperti legislatif,eksekutif dan
judikatif. Hanya khalifah yang memiliki hak . Dalil ini diambil dalil ijimak
sahabat. Berdasarkan Ijimak Sahabat ini diambil kaidah ushul fiqih sangat
popular:
“Perintah Imam {khalifah} menghilang perselisihan” “Perintah Imam{khalifah}
harus dilaksanakan”
9
Taqiyuddin op.cit, hlm 54
10
berhaji. Sebagai hasil perjumpaan itu, mereka semua masuk Islam. Dan
mereka berjanji akan mengajak penduduk Yathrib untuk masuk Islam pula.
Pada musim haji berikutnya, dua belas laki-laki penduduk Yathrib menemui
Nabi di tempat yang sama, Aqabah. Mereka, selain masuk Islam, juga
mengucapkan janji setia (bai’at) kepada Nabi untuk tidak menyekutukan
Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berdusta, serta tidak mengkhianati
Nabi. Inilah Bai’at Aqabah Pertama. Kemudian pada musim haji berikutnya
sebanyak tujuh puluh lima penduduk Yathrib yang sudah masuk Islam
berkunjung ke Mekkah. Nabi menjumpai mereka di Aqabah. Di tempat itu
mereka mengucapkan bai’at juga, yang isinya sama dengan bai’at yang
pertama, hanya saja pada yang kedua ini ada isyarat jihad. Mereka berjanji
akan membela Nabi sebagaimana membela anak istri mereka, bai’at ini
dikenal dengan Bai’at Aqabah Kedua.
Kedua bai’at ini menurut Munawir Sadjali (Islam dan Tata Negara,
1993) merupakan batu pertama bangunan negara Islam. Bai’at tersebut
merupakan janji setia beberapa penduduk Yathrib kepada Rasulullah, yang
merupakan bukti pengakuan atas Muhammad sebagai pemimpin, bukan
hanya sebagai Rasul, sebab pengakuan sebagai Rasulullah tidak melalui
bai’at melainkan melalui syahadat. Dengan dua bai’at ini Rasulullah telah
memiliki pendukung yang terbukti sangat berperan dalam tegaknya negara
Islam yang pertama di Madinah. Atas dasar bai’at ini pula Rasulullah meminta
para sahabat untuk hijrah ke Yathrib, dan beberapa waktu kemudian
Rasulullah sendiri ikut Hijrah bergabung dengan mereka.
11
Madinah, yaitu Banu Nadlir, Banu Quaraizhah, dan Yahudi Khibar. Jadi
Madinah adalah masyarakat majemuk. Setelah sekitar dua tahun berhijrah
Rasulullah memaklumkan satu piagam yang mengatur hubungan antar
komunitas yang ada di Madinah, yang dikenal dengan Piagam (Watsiqah)
Madinah.Inilah yang dianggap sebagai konstitusi negara tertulis pertama di
dunia. Piadam Madinah ini adalah konstitusi negara yang berasaskan Islam
dan disusun sesuai dengan syariat Islam.
12
5.4. Hubungan Rakyat dan Negara
5.41. Peran Rakyat
Dalam Islam sesungguhnya tidak ada dikotomi antara rakyat dengan negara,
karena negara didirikan justru untuk kepentingan mengatur kehidupan rakyat
dengan syariat Islam. Kepentingan tersebut yaitu tegaknya syariat Islam
secara keseluruhan di segala lapangan kehidupan.10 Dalam hubungan antara
rakyat dan negara akan dihasilkan hubungan yang sinergis bila keduanya
memiliki kesamaan pandangan tentang tiga hal (Taqiyyudin An Nabhani,
Sistem Pemerintahan Islam, 1997), pertama asas pembangunan peradaban
(asas al Hadlarah) adalah aqidah Islam, kedua tolok ukur perbuatan (miqyas
al ‘amal) adalah perintah dan larangan Allah, ketiga makna kebahagiaan
(ma’na sa’adah) dalam kehidupan adalah mendapatkan ridha Allah. Ketiga
hal tersebut ada pada masa Rasulllah. Piagam Madinah dibuat dengan asas
Islam serta syariat Islam sebagai tolok ukur perbuatan.
Adapun peran rakyat dalam negara Islam ada tiga, pertama melaksanakan
syariat Islam yang wajib ia laksanakan, ini adalah pilar utama tegaknya
syariat Islam, yakni kesediaan masing-masing individu tanpa pengawasan
orang lain karena dorongan taqwa semata, untuk taat pada aturan Islam,
kedua, mengawasi pelaksanaan syariat Islam oleh negara dan jalannya
penyelenggaraan negara, ketiga, rakyat berperan sebagai penopang
kekuatan negara secara fisik maupun intelektual, agar menjadi negara yang
maju, kuat, disegani di tengah-tengah percaturan dunia. Di sinilah potensi
umat Islam dikerahkan demi kejayaan Islam (izzul Islam wa al Muslimin).
13
jelas maka tinggal melaksanakannya saja. Menjadi aspirasi rakyat dalam
masalah tasyri’ untuk mengetahui hukum syara’ atas berbagai masalah dan
terikat selalu dengannya setiap waktu. Menjadi aspirasi mereka juga agar
seluruh rakyat taat kepada syariat, dan negara melaksanakan kewajiban
syara’nya dengan sebaik-baiknya. Rakyat akan bertindak apabila terjadi
penyimpangan.
Di luar masalah tasyri’, Rasulullah membuka pintu musyawarah. Dalam
musyawarah kada Rasulullah mengambil suara terbanyak, kadang pula
mengambil pendapat yang benar karena pendapat tersebut keluar dari
seorang yang ahli dalam masalah yang dihadapi. Dan para sahabat pun tidak
segan-segan mengemukakan pendapatnya kepada Rasulullah, setelah
mereka menanyakan terlebih dahulu apakah hal ini wahyu dari Allah atau
pendapat Rasul sendiri.
14
Umum diketahui bahwa Islam merupakan agama monoteistik yanhg
disebarkan Nabi Muhammad Saw. Antara 610-632 Masehi manakala beliau
menyampaikan Al-Quran dan menguraikan makna-makna dan aplikasi-
aplikasi secara terperinci melalui apa yang kemudian diknal sebagai Sunnah
Nabi, merupakan dasar dari pengertian istilah Islam dan konsep-konsep
turunan serta ajektiva yang digunakan, khususnya di kalangan umat Islam. Al-
Quran dan Sunnah Nabi adalah sumber rukum iman yang dijunjung tinggi
oleh individu-individu Muslim, sumber praktik-praktik ritual yang mesti mereka
jalankan, serta ajaran-ajaran moral dan etika yang mereka hormati. Al-Quran
dan Sunnah Nabi juga adlaah pedoman bagi umat islam dalam
mengembangkan hubungan2 sosialdan politik, serya mengembangkan
norma-norman dan institusi2 hukumnya. Islam dalam artian pokok ajaran ini
adalah tentang bagaimana mewujudkan kekuatan yang membebaskan dari
sebuah kesaksian yang hidup dan proaktif akan Tuhan yang Maha Esa,
Mahakuasa, dan Mahaada (tauhid). 12
15
untuk melakukan kemaksiatan, maka demikian halnya keharaman untuk
memisahkan diri dari kekuasaan seorang penguasa, serta mengankat senjata
dalam rangka menentangnya juga dikecualikan dari suatu hal, yaitu adanya
kekufuran yang nyata. Kalau kekufuran yang nyata itu benar-benar telah
nampak maka wajib diperangi14.
6. Kesimpulan
2. Tidak ada dikotomi antara rakyat dengan negara. Keduanya adalah pilar
penopang tegaknya hukum Allah dan penentu tegaknya Izzul Islam wa al
muslimin
3. Yang disebut sebagai aspirasi rakyat dalam negara Islam adalah
terlaksananya serta terselenggaranya pemerintahan dengan sebaik-
baiknyademi tercapainya tujuan dakwah Islam. Di luar masalah tasyri’,
menjadi tuntunan Islam keputusan diambil dengan musyawarah baik
berdasarkan suara terbanyak atau pendapat yang paling benar. Demi
terselenggaranya praktek kenegaraan dengan baik, penting sekali peran
muhasabah (koreksi) dari rakyat kepada penguasa
4. Hukum Islam dijalankan atas semua warga, tanpa kecuali.
14
Taqiyuddin op.cit, hlm 347
15
Taqiyuddin op.cit, hlm 355
16
5. Bentuk Pemerintahan Islam yaitu :
Khalifah mempunyai hak untuk mengambil dan menetapkan hukum syarak
untuk menjadi UU, pengangkat satu khalifah untuk seluruh muslimin
hukumnya wajib, kekuasaan ditangan umat,kedaulatan ditangan syarak.
6. Landasan Politik di Masa Rasulullah : Bai’at Aqabah, piagam Madinah,
peran sebagai Kepala Negara.
7. Sistem pemerintahan Islam adalah sistem pemerintahan yang
menggunakan Al Quran dan Sunnah sebagai rujukan dalam semua aspek
hidup, seperti dasar undang-undang, mahkamah perundangan, pendidikan,
dakwah dan perhubungan, kebajikan, ekonomi, sosial, kebudayaan dan
penulisan, kesehatan, pertanian, sain dan teknologi, penerangan dan
peternakan.
17
P: Mengenai zaman Rasullah reka tidak mengikuti jejak sejarah
kegemilangan Islam di zaman Rasul dan Khulafaur Rasyidin serta
Salafussoleh. Pertanyaan, bagaimana sistem pemerintahan pada zaman itu?
Dan mengapa orang Islam zaman sekarang tidak mengikuti sistem
pemerintahan pada zaman itu?
18
P: Khalifah diangkat oleh umat. Selanjutnya kita melihat Negara kita
Republik Indonesia, dimana DPR dan MPR mengangkat Presiden. Apa
perbedaan pengangkatan presiden dengan khalifah?
J: Khalifah dipilih oleh umat dan umat tidak berhak untuk memecat
khalifah. Sedangkan Presiden memiliki batas periode tertentu, dan dipilih
oleh rakyat secara langsung dan dapat dipecat melalui jalur hukum formal.
Dan khalifah tidak dapat digantikan oleh orang lain sebelum dia
meninggal atau hilang ingatan atau bisa juga disandera pada saat
peperangan (Penjelasan Dosen Pdt. P. N. B. Pardede, M.Th pada tanggal 5
Maret 2010 di ruang 15).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullahi Ahmed An-Na’im, Islam dan Negara Sekular, Mizam Media Utama
Bandung 2007.
H. Akhmad Wardi Muslik, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta 2003.
19
H. Madjid H. Abdullah, Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia “Mencari
Format Studi Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam”, Pustaka Pelajaran,
Yogyakarta 2005 .
Rachman Budhy Mnawar, Islam Pluralis, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2004.
20