You are on page 1of 14

Peranan faktor Host, Agent dan Lingkungan

pada terjadinya Penyakit Flu Babi


Perjalanan Alamiah dan Tahap-tahap Pencegahannya

OLEH:

NAMA: I PUTU ADI SURYADI PUTRA

NIM: 0820025026

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2009

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia beliau tugas paper yang berjudul”
Peranan faktor Host, Agent dan Lingkungan pada terjadinya Penyakit Flu Babi
Perjalanan Alamiah dan Tahap-tahap Pencegahannya” dapat selesai tepat pada
waktunya

Tersusunnya paper ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan
berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:

1. Dosen pengajar mata kuliah dasar – dasar epidemiologi di Program Studi


Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2. Keluarga serta rekan-rekan mahasiswa PS IKM yang telah turut
memberikan bantuan moral dalam penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh kesempurnaan, maka dari itu
penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam penulisan paper ini. Penulis
juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan paper ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Denpasar, September 2009

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Flu Babi ............................................................................................ 4

2.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Flu Babi................................................ 5

2.3 Perjalanan Ilmiah Penyakit Flu Babi.............................................................. 7

2.4 Tahap-Tahap Pencegahan Flu Babi.................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 10

3.2 Saran ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Swine influensa atau flu babi adalah penyakit saluran pernafasan akut
yang menyerang babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A, namun kini
virus tersebut telah mengalami perubahan sehingga sekarang dapat menyerang
manusia. Gejala klinis penyakit ini terlihat secara mendadak, yaitu berupa batuk,
dispnu, demam dan sangat lemah. Penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke
dalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu, umumnya penyakit ini dapat
sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia,
akan berakibat pada kematian.

Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat
itu didunia sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada
manusia yang menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia. Kasus
tersebut terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi
wabah penyakit epizootik pada babi di Amerika tengah bagian utara yang
mempunyai kesamaan gejala klinis dan patologi dengan influensa pada manusia.
Karena kejadian penyakit ini muncul bersamaan dengan kejadian penyakit
epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut flu pada babi.

Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan
dari manusia. Selanjutnya dapat terungkap bahwa apabila manusia berhubungan
dengan babi sakit, maka akan dapat menjadi terinfeksi dan menderita penyakit
pernafasan akut. Walaupun disebut demikian, namun setelah kejadian penyakit flu
babi di Meksiko ternyata para ahli menemukan bahwa strain baru ini tidak
menginfeksi babi dan tidak pernah ditemukan pada babi.

4
Namun, virus ini mengandung materi genetik yang mirip dengan virus
influenza unggas, babi, serta manusia, termasuk elemen dari virus flu babi Eropa
serta Asia. Hipotesis yang diajukan sekarang ini menyatakan bahwa babi berperan
sebagai tempat percampuran materi genetik virus influenza unggas, babi, serta
manusia dengan menghasilkan virus dengan karakter baru. Virus tersebut
kemudian tertular ke manusia yang berada di sekitar babi, mengalami adaptasi di
dalam sel-sel saluran pernapasan manusia sampai akhirnya dapat menular antar
manusia.

Sebetulnya, terdapat binatang lain yang menjadi tempat reservoir virus


influenza, seperti anjing, hewan laut, dan kuda. Istimewanya, hanya babi yang
dapat berperan sebagai mixing vessel, terutama virus influenza unggas serta
manusia. Oleh sebab itu penulis disini ingin mengkaji proses tersebut terjadi,
bagaimanakah perjalanan ilmiah dari penyakit flu babi, faktor risiko dari flu babi
serta bagaimana pencegahan baik itu primer, sekunder maupun tersier terhadap
penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa faktor-faktor penyebab terjadinya flu babi?

1.2.2 Bagaimana perjalanan alamiah penyakit flu babi?

1.2.3 Bagaimana upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit flu babi?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mengetahui sejarah flu babi.

1.3.2 Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya flu babi.

1.3.3 Mengetahui perjalanan ilmiah penyakit flu babi.

5
1.3.4 Mengetahui apa saja upaya pencegahan serta penanggulangan flu babi.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Mengetahui tentang faktor-faktor penentu penyakit Flu Babi.

1.4.2 Mengetahui tentang perjalanan alamiah penyakit Flu Babi.

1.4.3 Mengetahui tentang tahap-tahap pencegahan penyakit Flu Babi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Flu Babi

H1N1 flu merupakan salah satu turunan flu Spanyol yang menyebabkan
pandemi pada manusia yang terjadi dalam kurun tahun 1918-1919. Seperti halnya
virus yang menyerang babi, keturunan virus ini juga menyerang manusia di abad
ke-20, kontribusi terhadap wabah musiman biasa dari influenza. Namun, transmisi
langsung dari babi kepada manusia adalah jarang, dengan hanya 12 kasus di AS
sejak 2005. Setiap dua atau tiga tahun virus mengalami perubahan kecil, tetapi
pada interval kira-kira satu dekade banyak muncul tipe-tipe baru dari virus
tersebut, sebagian besar dari populasi dunia telah mengembangkan beberapa
tingkat perlawanan terhadap perubahan kecil ini, ia perubahan besar yang
memungkinkan untuk dengan mudah menyerang populasi di seluruh dunia, sering
menjangkiti ratusan juta orang yang memiliki antibodi yang lemah. Virus
influenza yang juga telah dikenal mampu mengubah bentuk yang lebih singkat
selama jangka waktu tertentu. Sebagai contoh, selama pandemi flu Spanyol,
gelombang awal penyakit relatif ringan, sedangkan gelombang kedua dari satu
tahun kemudian penyakit ini sangat mematikan. Di tahun 1957, sebuah pandemi
flu Asia terinfeksi beberapa 45 juta orang Amerika tewas dan 70.000. Itu
disebabkan sekitar 2 juta kematian secara global. Sebelas tahun kemudian, selama
1968-1969, Hong Kong pandemi flu Amerika menderita 50 juta dan 33.000
menyebabkan kematian, biaya sekitar 3,9 miliar dolar. Pada tahun 1976, sekitar
500 prajurit menjadi terinfeksi flu babi selama beberapa minggu. Namun, pada
akhir bulan penyidik menemukan bahwa virus itu rata-rata selama satu tahun, ada
sekitar 50 juta kasus normal yang mengarah ke flu sekitar 36.000 kematian,
sebagian besar berisiko pada anak yang terlalu muda, tua, atau orang lemah.
Peneliti medis di seluruh dunia, mengakui bahwa babi virus flu mungkin lagi
mengubah menjadi sesuatu sebagai mematikan sebagai flu Spanyol, yang
kemungkinan terbaru tahun 2009 wabah flu babi kemungkinan akan pandemi

7
global. Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah pencegahan untuk
mengurangi kemungkinan untuk pandemi global dari penyakit flu babi.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Flu Babi

2.2.1 Faktor Host

Faktor host pada penyakit flu babi adalah manusia dalam hal ini
contohnya peternak babi serta orang-orang yang tinggal disekitar
peternakan dan sering kontak langsung dengan babi, penularan virus flu
babi bisa melalui manusia dengan manusia atau melalui hewan ke
manusia. Faktor antibodi juga berpengaruh dalam masuknya virus ke
tubuh karena kondisi tubuh yang kurang sehat rentan terserang virus flu
babi. Virus H1N1 dapat merusak sistem pernafasan pada manusia.
Penularan virus ini dari manusia ke manusia terjadi karena terkena
langsung percikan bersin atau batuk dari penderita virus ini atau secara
tidak langsung terinfeksi melalui alat-alat yang tercemar.

2.2.2 Faktor lingkungan (ekstrinsik)

Faktor lingkungan dikelompokkan menjadi tiga yaitu : lingkungan


biologis, fisik, dan sosial.

1. Lingkungan biologis

a) Faktor Agent

Faktor utama penyebab penyakit flu babi (agent) adalah virus


Orthomyxoviridae atau virus influenza tipe A (H1N1). Penyakit ini
termasuk penyakit zoonosis, karena selain dapat menginfeksi babi
penyakit ini juga dapat menginfeksi manusia. Virus ini erat
kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan
avian influenza (fowl plaque). Pergeseran antigenik tersebut sangat
berhubungan dengan sifat penularan secara pandemik dan

8
keganasan penyakit. Hal ini dapat terjadi seperti adanya genetic
reassortment antara bangsa burung dan manusia.

b) Reservoir

adalah tempat dimana penyakit tersebut dapat hidup dan


berkembang biak. Untuk flu babi sebagian besar reservoir-rnya
adalah manusia dan babi. Karena flu babi dapat berkembang di
manusia maupun babi.

2.2.3 Lingkungan fisik

Pada kondisi cuaca yang terlalu dingin maupun yang terlalu panas biasanya
kondisi tubuh menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit, selain itu virus
H1N1 ini akan cepat mati pada musim panas dan mungkin tidak akan sulit untuk
menyebar. Virus H1N1 biasanya dapat hidup pada musim dingin dan gugur.
Sesuai dengan sifat virus yang tidak tahan panas, maka pada saat musim dingin
penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan saat musim panas. Sedangkan suhu
lingkungan berpengaruh tidak langsung terhadap penyebaran virus H1N1 yaitu
mobilitas seseorang. Selain itu orang yang berternak babi memiliki risiko terkena
penyakit flu babi. Flu babi ini juga biasanya terjadi di daerah empat musim.

2.2.4 Lingkungan sosial

Yang sangat mempengaruhi penularan flu babi adalah perilaku tidak sehat
masyarakat contohnya perilaku peternak yang rentan terkena infeksi seperti tetap
bekerja meskipun kondisi tubuh kurang sehat, bersin secara sembarangan
ditempat umum, tidak mencuci tangan setelah memengang benda-benda ditempat
umum, hal tersebut dikarenakan virus flu babi sangat mudah menyebar melalui
droplet yang berasal dari tangan seorang yang terkena bersin kemudian
memegang benda-benda ditempat umum.

9
2.3 Perjalanan alamiah penyakit Flu babi

Perjalanan alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu
fase suseptibel, fase presimtomatis, dan fase klinis.

2.3.1 Fase Suseptibel

Pada fase ini penyakit belum terjadi, tetapi sudah muncul beberapa
factor risiko yang memudahkan timbulnya penyakit. Para orang-orang
seperti peternak, pedagang yang melakukan kontak langsung dengan babi
yang berisiko terjangkitnya penyakit flu babi, tetapi tidak semua babi
dapat menularkan virus tersebut. Virus ini mudah sekali menyerang
manusia apalagi jika kondisi badan seseorang sedang tidak baik, apalagi
didukung dengan kondisi cuaca yang kurang baik.

2.3.2 Fase Presimtomatis

Pada fase ini penyakit sudah terjadi tetapi secara klinis belum
tampak, namun sudah terjadi perubahan patologis. Pada fase ini
merupakan masa inkubasi atau dimana agent mulai melakukan
perkembangan dalam tubuh (host), namun belum menunjukan gejala
anatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah menderita virus
H1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum mununjukan gejala
salah satu cara mengetahuinya adalah dengan memeriksa ada tidaknya
antibodi karena ubuh akan selalu membentuk antibodi apabial ada benda
asing yang masuk ke dalam tubuh.

2.3.3 Fase Klinis

Pada fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsi


dari, sehingga sudah memberikan gejala yang sudah mulai timbul. Gejala
influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk,
sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan
lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan
muntah-muntah. Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu

10
melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru
mengenai pasien. Selain itu diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan
adanya uji makmal bagi contoh pernapasan agar hasil diagnosa menjadi
lebih akurat.

2.3.4 Fase Ketidak Mampuan

Pada fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasi
agar virus tidak mengalami penyabaran keluar, selain itu para petugas
kesehatan juaga mengguanakan alat pelindung agar virus yang ada
diruangan pasien tersebut tidak keluar. Pada fase ini penderita hanya
memiliki dua kemungkinan yaitu sembuh total atau meninggal ini
dikarenakan masa inkubasi virus flu babi yang sangat cepat.

2.4 Tahap-tahap pencegahan pada penyakit Flu babi

2.4.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan segala usaha yang dilakukan supaya


masyarakat tidak akan terjangkit dari penyakit flu babi. Pencegahan
primer dilakukan pada fase suseptibel. Pada penyakit ini pencegahan
primer bisa dilakukan dengan;

1. Melakukan penyuluhan mengenai bahaya penyakit flu babi,


pencegahannya, serta penanganan penderita kepada peternak babi melalui
promosi kesehatan masyarakat selain itu orang yang sering kotak dengan
ternak maupun tinggal disekitar daerah peternakan babi juga perlu
mendapatkan penyuluhan.
2. Mengajak masyarakat untuk melakukna PHBS (Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat), contohnya dengan mencuci tangan setelah memegang benda-
benda ditempat umum.
3. Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar kepada
pekerja peternakan.
4. Menyediakan tempat untuk mencuci tangan di tempat-tempat umum.

11
5. Mengajak masyarakat umum untuk memakai masker apabila mengalami
gangguan pernafasan atau demam dan segera menghubungi dokter.
6. Penyemprotan disinfektan pada setiap babi dan kandang babi agar risiko
penyebaran virus menjadi berkurang.

2.4.2 Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan pengobatan


tepat. Pengobatan atau tindakan yang tepat bisa mencegah terjadinya
komplikasi atau memperlambat perjalanannya. Pencegahan sekunder
dilakukan pada fase presimtomatis yakni dengan jalan mengidentifikasi
sedini mungkin terjadinya penyakit dengan jalan melakukan deteksi
terhadap perubahan patologis pada tubuh yang pada fase tersebut sudah
terjadi. Misalnya; jika seseorang sudah menderita penyakit flu sebaiknya
menggunakan masker jika melakukan bepergian. Melakukan pemeriksan di
tempat-tempat umum seperti bandara, pertokoan dan tempat-tempat umum
lainnya.

2.4.3 Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ialah semua usaha untuk membatasi


ketidakmampuan dan rehabilitasi. Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadi
dan bahkan meninggalkan cacat. Pada penyakit flu babi pencegahan
sekunder dilakukan denga memberikan pengobatan secara tepat, mengisolasi
pederita penyakit flu babi, dan melakukan rehabilitasi kepada para penderita
penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib menghimbau masyarakat agar
mau menerima kembali penderita flu babi yang sudah sembuh agar tidak ada
tindakan pengucilan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyakit flu babi
memiliki tiga faktor penyebabnya diantaranya factor Host yaitu manusia,
faktor Agent yaitu virus H1N1, dan faktor lingkungan yaitu keadaan cuaca,
iklim serta geografis di suatu daerah. Dan terjadi tiga fase dalam perjalanan
alamiah Flu Babi yaitu; fase suseptibel, fase presimtomatis, fase klinis. serta
untuk mencegah penyakit flu babi ini perlu dilakuna tiga tahap pencegahan
yaitu:

1. Pencegahan primer, misalnya; dengan melakukan penyuluhan mengenai


bahaya penyakit flu babi kepada orang-orang yang berisiko terjangkit flu
babi.
2. Pencegahan sekunder, misalnya; melakukan pemeriksaan ditempat-tempat
umum seperti bandara, dan tempat-tempat umum lainya.
3. Pencegahan tersier, misalnya; pemberian obat yang tepat pada penderita
dan melakukan rehabilitasi.

3.2 Saran

Saat ini kasus flu babi di Indonesia tergolong rendah, untuk mencegah
terjangkit penyakit flu babi ini, oleh karena itu sebaiknya kita membudayakan
pola hidup PHBS ( Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat ). Kemudian diwajibkan
pada semua orang yang demam serta sedang mengalami gangguan pernafasan
agar memakai masker agar penyebaran Flu Babi melalui droplet dapat
dicegah. Selain itu perlu adanya alat penditeksi panas tubuh ditempat-tempat
seperti bandara serta tempat yang kemungkinan penularan flu babi dari luar
negeri sangat tinggi. Ini dimaksudkan guna mencegah datangnya wisatawan
asing yang membawa virus flu babi ke Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

• Anonim. 19 juni 2009. Flu Babi Pada Manusia, www. Chp.gop.hk, 21


september 2009

• Anonim. 27 juni 2009. Flu Babi (Swine Flu), www. Fullsehat.com, 20


september 2009.

• Sutrisna, Bambang. 1994. Pengantar Metoda Epidemiologi. Dian Rakyat

• Syafriati, Tatty. ( t.t ). Mengenali Penyakit Influenza Babi, Lokakarya


Nasional Penyakit Zoonosis, 20 september 2009

• Wirawan, Nyoman. 1997. Epidemiologi Dasar. Laboratorium


Epidemiologi Jurusan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana.

14

You might also like