Professional Documents
Culture Documents
OLEH
MARWAN ZAM MILI
D621 07 015
Secondary
Mineralogi secondary adalah Pelindian (leaching)elemen-elemen tertentu dari bagi
an atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilk
an endapandengan konsentrasi yang lebih tinggi.
b. TEKSTUR
Tekstur Bijih adalah hubungan antar mineral dalam suatu endapan bijih. Dengan m
engetahuitekstur bijih maka dapat diperoleh gambaran tentang pembentukan awal b
ijih, metamorfosa,lingkungan pengendapan, kemungkinan pengolahannya, deformasi d
an pelapukan dari bijih.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan tekstur bijih adalah banyak
tekstur yang mempunyai kemiripan penampakan tapi proses pembentukannya mungkin s
aja berbeda
Secara umum PAUL RAMDOHR memberikan klasifikasi tekstur bijh menurut :
I. Tinjauan Geometris
II. Genesa
Tinjauan Geometris
1. Butiran tunggal
a. Zoning
Kenampakan struktur yang berlapis-lapis mengelilingi suatu inti. Zoning menunjuk
kan suatu pertumbuhan yang cepat, temperatur yang rendah dan impure solution. Di
akibatkan oleh :
Deposisi yang ridak menerus, ditandai oleh diskointinitas dalam struktur
butiran mineral
Perubahan dalam kecepatan pertumbuhan berhuungan dengan inklusi
Variasi dalam komposisi lapisan yang terendap
b. Twinning
Jenis-jenis kembaran : akibat pertumbuhan (growth/primary twinning), kem
bar inversi dan akibat deformasi (mechanical twinning :glide twinning, translati
on twinning). Kembar inversi umumnya terbentuk lurus-lurus, tidak pararel diseti
ap butir dan membentuk jaringan intergrowth. Kembar akibat deformasi biasanya di
tandai oleh parting, blending, rekahnya butiran mineral dan pemadaman bergelomba
ng.
c. Pertumbuhan radial
Pertumbuhan yang bebas dari kristal-kristal terbentuk kolom atau prismat
ik sering akan mengkristal dalam bentuk radial.
d. Struktur Mozaik
Terjadi jika bidang sisi kristalnya sedikit tergeser dari posisinya akib
at tekanan yang kecil, tapi tidak sampai menghambat pertumbuhannya. Hal ini dipe
ngaruhi oleh adanya bagian dengan defective orientation, inklusi yang tidak pas
dengan kisi kristal atau gangguan struktur lainnya.
e. Inklusi
Karateristik dari inklusi bergantung pada keadaan pembentukan inklusi da
n mineral induknya (mineral yang membungkus inklusi tersebut ), inklusi dapat be
rupa butiran mineral yang terperangkap selama pertumbuhan mineral induk atau be
rupa sisa dari mineral yang sudah terbentuk lebih dahulu kemudian digantikan ole
h mineral induk.
Tinjauan Geometris
2. Intergrowth
a. Intergrowth dengan orientasi
Yaitu intergrowth yang menunjukkan adanya kecocokan antara bidang-bidang
kristal dan mineral-mineral tersebut bergantung pada keselarasan sederhana dari
kisi-kisi dalam satu, dua, atau semua arah sebagai contoh sumbu enam dan bentuk
heksagonal kristal pentlandtit.
b. Tekstur emulsi
Distribusi merata dari butiran equigranular yang kecil dalam massa miner
al yang lebih besar, umumnya berbentuk bundar.
c. Mimerkitik / Graphic
Menunjukkan pertumbuhan yang saling memotong (inter-penetrating) oleh ad
anya butiran-butiran dua atau lebih mineral yang berbeda dalam jumlah yang seimb
ang.
3. Bentuk-bentuk Agregat
a. Oreintasi acak
Jenis-jenis orientasi dapat berupa akibat dari :
Bentuk butiran (misalnya bentuk oval dengan sumbu panjangnya yang terlet
ak pararel satu dengan lainnya.
Orientasi struktur.
Struktur yang berserat (fibrous).
b. Rhythmic Growth
Dapat diakibatkan oleh perubahan komposis mineral, perubahan komposisi k
imia mineral penyusunannya, perbedaan ukuran butir, perubahan porositas, perubah
an karakter kristalografis
c. Contact rims/Synantetic/intergranular film
Intergrowth dalam jumlah banyak yang terbatas hanya sebagai pengisi bata
s-batas butiran (boundary filling) dan umumnya mempunyai komposisi yang berkaita
n dengan butiran mineral didekatnya.
d. Reaction rims
Perbedaannya dengan contact rims adalah tekstur ini terbentuk akibat pro
ses replacement. Contoh Mineral A yang berbatasan dengan mineral B dapat dipisa
hkan oleh suatu lapisan tipis AxBy.
Genesa
1. Tekstur presipitasi primer
a. Growth
Tekstur hasil peleburan dan solutions dibagi menjadi tekstur granular, s
pheroidal, porfiritik, grafik, poikilitik, zonal, oolitik, dll.
b. Koloidal
Akibat presipitasi yang terdipersi secara intensif dalam massa batuan da
pat diklasifikasikan sebagai berikut :
• Botryodal - reniform / colloform.
• Spheroids / buble-like / vesicular.
• Concentrycally banded / spherulitic.
• Gelatinous.
• Reticulate / knitted.
• Feattherly - flowery form.
c. Sedimenter
Tekstur akibat proses sedimentasi termasuk juga alterasi yang dialami se
lama proses tersebut. Umumnya terdapat keseragaman dalam arah lateral.
2. Tekstur transformasi
a. Paramorph
Transorfmasi suatu senyawa yag tidak stabil/meta stabil ke dalam senyawa dalam b
entuk yang stabil misalnya markasit ke pirit.
b. Eksolusi
Terjadi pada solid solution yang mencapai keadaan supersaturasi. Faktor yang men
dukung eksolusi ini antara lain pendinginan perlahan,campuran yang tidak merata,
inklusi, tektonik, dll.
c. Dekomposisi
Struktur berkaitan erat dengan proses eksolusi yang mengakibatkan perubahan kom
posisi kimianya
d. Replacement – metasomatisme
Tekstur yang diakibatkan oleh suatu mineral yang menempai/menggantikan t
emapt dari mineral lain yang sudah ada terlebih dahulu. Proses yang menyebabkann
ya dapat berupa proses hidrotermal, metamorfosis dan pelapukan.
Secara geometris tekstur ini oleh GRIGORIEFF dibagi sebagai berikut :
• Filiform : Penggantian dalam bentuk jaring-jaring veinlets halus
• Cellular : Hanya terdapat sedikit sisa dari penggantian
• Shredded : Sisa penggantian dalam bentuk potongan angular, kadang sisin
ya cekung
• Skeleton shapped : Bagian dari pinggiran mineral terlihat dalam jumlah y
ang banyak
• Lattice shapped : Penggantian yang mengikuti orientasi kristalografis.
• Zonal : umumnya sebagai hasil dari proses eksolusi
• Dendritic : Mineral tergantikan sepanjang bidang belahan.
• Cement shapped : Semen intergranular telah tergantikan secara selektif,
biasanya pada batuan sedimen.
e. Transformasi Thermal
Perubahan struktur pada daerah kontak dengan larutan bersuhu tinggi. Umu
mnya dinding bijih yang kontak ini akan memberikan penampakan yan khusus.
f. Tekstur Oksidasi
Secara umum oksidasi akan menghilangkan senyawa sulfida, selenida, arsen
ik, antimony dan Sulfosalt. Bertambahnya volume akibat penambahan oksigen biasan
ya diimbangai pengurangan atau penghilangan bagian lain dari mineral seperti sen
yawa sulfida di atas. Hal inilah yang memberikan ciri untuk tekstur ini.
Klasifikasi SCHNEIDERHOHN
Klasisikasi ini dibedakan atas :
• Bentuk komponennya.
• Ukuran Butir.
• Pengisian Ruang (spatial arrangement).
• Packing.
Bentuk Komponennya
1. Tekstur butir sederhana
• Xenomorfic : Allotriomorfik/anhedral.
• Xenoblast : Butiran kristal yang tumbuh menjadi besar tapi bidang krista
lnya tidak jelas.
• Hipidiomorfik : Subhedral.
• Paniodiomorfick : Euhedral pada sebagian atau seluruh besar butir.
• Porfiritik : akibat presipitasi langsung dan kecendrungan mineral terten
tu untuk membentuk kristal euhedral mengakibatkan adanya butiran mineral yang be
sar pada massa dasar mineral lain
2.Tekstur akibat penetrasi
• Ofitik / intersertal : Khas untuk jenis bijih pneumatolitik dan subvolka
nik
• Mimerkitik-grafik : Menunjukkan pertumbuhan yang saling memotong (inter-
penetrating) oleh adanya butiran-butiran dua atau lebih mineral yang berbeda dal
am jumlah yang seimbang.
• Eksolusi : Terjadi pada solid solution yang mencapai keadaan supersatur
asi. Faktor yang mendukung eksolusi ini antara lain pendinginan perlahan,campura
n yang tidak merata, inklusi, tektonik.
• Poikilitik : Akibat kristalisasi simultan dari dua komponen, salah satun
ya mempunyai kelurusan / orientasi sehingga berbentuk jaring-jaring dan yang lai
n tertanam dalam mineral yang pertama disebut.
• Arteririk : Akibat penetrasi dari suatu mineral menembus mineral lainnya
.
• Diablastik-dialitik : Bentuk gabungan dari beberapa mineral fibrous tanp
a orientasi yang jelas
Ukuran Butir
1. Ukuran butir relatif terdiri dari :
i. Equigranular : Besar butir seragam.
ii. Inequigranular : Besar butir bervariasi.
2. Ukuran butir absolut
Pengisian Ruang (spatial arrangement)
I. Granular acak.
II. Struktur terorientasi secara sederhana.
• Fibrous : akibat komponen yang menyerat pada arah tertentu.
• Foliasi : adanya orientasi yang dapat diakibatkan oleh proses me
kanis.
• Butiran terorientasi.
• Struktur radial.
• Konsentris : termasuk golongan tekstur koloidal.
III. Struktur pita dan rhymic layer.
• Evenly layered : Lapisan yang terjadi secara merata dan lurus.
• Bent Layered : Lapisan yang menekuk.
• Konsentris : Lapisan yang berkeliling.
• Oolitik dan konkresi : Berbentuk bulat. terutama pada hasil sedimentas
i tapi dapat juga terjadi akibat kristalisasi hidrotermal pada suhu renda
h.
Packing
• Massive : Kenampakan yang sangat kompak dan tidak menunjukkan struktur
tertentu
• Porous granular : Butiran dengan lubang pori di atas batas butir
• Amygdaloidal : Pengisian bekas lubang akibat gas oleh mineral lain.
• Cellular
• Staddled
• Sacccharoidal
• Drusy
GAMBAR TEKSTUR
• Euhedral
Gambar 1
Arsenopyrite (putih, reflectance tinggi, bagian kanan) adalah fase utama, bebera
pa secara ekstensif retak dan dipererat dengan chalcopyrite (kuning, tengah kiri
), yang diubah untuk covelline dan berbingkai oleh stannite cokelat. Dua Kristal
euhedral cassiteritel. (Abu-abu, pusat) yang dikelilingi oleh stannite (cokela
t-abu-abu, pusat) dan covelline (biru, tengah, kiri). Sfalerit (pucat abu-abu, k
anan) adalah intergrown dengan arsenopyrite. Daerah hitam polishing lubang.
Dipoles blok, pesawat terpolarisasi cahaya, x 80, udara
Gambar 2
Euhedral belah ketupat arsenopyrite (putih, reflectance tinggi, pusat atas) adal
ah sebagian intergrown dengan euhedral equant kristal cassiterite (abu-abu, pusa
t bawah) yang menunjukkan samar bireflectance (bawah pusat). Sfalerit (menengah
cokelat-abu-abu, pusat) telah sangat baik dan menunjukkan chalcopyrite inklusi r
eflectance rendah daripada tennantite (biru-abu-abu, kanan), yang memiliki chalc
opyrite kecil (kuning) kristal pada marjin. Kristal kecil chalcopyrite (kiri ata
s) telah diubah untuk covelline (biru, kiri atas). Gangue utama adalah silikat (
abu-abu gelap) dengan polishing lubang (hitam). Aksesori mineral, zirkon, dengan
reflectance lebih tinggi daripada silikat (kiri tengah), terletak dekat dengan
salah satu lubang. Dipoles blok, Gambar 3
Euhedral arsenopyrite (putih, reflectance tinggi, kiri) adalah intergrown dengan
Galena (putih-biru muda dengan belahan dada lubang segitiga, pusat), chalcopyri
te (kuning, pusat) dan sfalerit (cahaya abu-abu, kanan tengah), dengan baik-baik
saja chalcopyrite inklusi (kiri atas ) atau submicroscopic chalcopyrite (abu-ab
u untuk cokelat-abu-abu, kanan tengah). Sebuah bilah yang kurang dipoles molybde
nite (cahaya abu-abu, pusat) yang terlampir dalam chalcopyrite dan Galena dan ib
u memiliki sebagian berbingkai arsenopyrite (kanan bawah). Minor jumlah Rutile (
abu-abu terang) acicular bentuk kristal dalam gangue (kanan tengah). Daerah hita
m polishing lubang. Dipoles blok, pesawat terpolarisasi cahaya, x 160, minyak.
Gambar 4
Euhedral kromit kristal (abu-abu) yang retak, beberapa fraktur adalah sepanjang
perpecahan didefinisikan buruk (bawah pusat) dan disertai dengan perubahan yang
baru jadi (reflectance tinggi daerah, kanan tengah). Silikat (abu-abu gelap) mem
bentuk matriks ke kromit dan menggantikan itu (kanan bawah). Dipoles blok, pesaw
at terpolarisasi cahaya, x 160, udara
• Kubik
Gambar 5
Euhedral, retak kristal kubik kromit (media abu-abu) adalah intergrown dengan si
likat (abu-abu gelap). Satu bilah dari Rutile (cahaya abu-abu, pusat) merupakan
sebagian ditutupi dengan kromit dan sebagian di silikat. Minor jumlah interstisi
al chalcopyrite (kuning, kiri tengah) yang hadir. Daerah hitam polishing lubang.
Dipoles blok, pesawat terpolarisasi cahaya, x 40, udara
• Fracture
Gambar 6
Sebuah euhedral kromit (hijau-abu-abu, pusat) adalah fraktur (hitam), yang frakt
ur kurang berkembang dengan baik dalam magnetit (coklat muda) berlebih. Dunite h
ost tetap randa olivin (abu-abu gelap, kanan bawah) dalam silikat sekunder (abu-
abu gelap, tanpa sifat). Daerah hitam polishing lubang. Perbedaan warna permukaa
n antara chromites dalam hal ini dan piring sebelumnya disebabkan oleh variasi k
omposisi. The kromit dalam bagian ini lebih dekat dengan komposisi ideal.Tipis d
ipoles bagian, pesawat terpolarisasi cahaya, x 160, o
Gambar 7
Euhedral pirit (cahaya kuning-putih, kanan tengah) kristal terjadi dalam chalcop
yrite (kuning, kanan tengah) dan sfalerit (abu-abu terang). patah dalam chalcopy
rite dan sfalerit adalah infilled dengan covelline (biru tua, pusat). Sfalerit m
enunjukkan penyakit chalcopyrite luas, dengan berorientasi inklusi chalcopyrite
kristal di sepanjang batas, kembar pesawat dan pertumbuhan zona (kanan atas). Sa
ngat halus untuk submicroscopic chalcopyrite (tengah) menyampaikan kuning-coklat
warna permukaan sfalerit. Daerah hitam polishing pits.Polished blok, pesawat te
rpolarisasi cahaya, x 80, udara
• Botroydal
Gambar 8
Botryoidal sfalerit (abu-abu terang) pertumbuhan terdiri dari band-band yang ber
beda ukuran butir; kristal yang kasar (kiri) dengan baik dan tumbuh terlalu cepa
t sebelumnya dipoles halus kristal band (tengah kiri) dengan banyak polishing lu
bang. Galena (putih) adalah baik kristalin dan euhedral (pusat), atau kurang bot
ryoidal dan kristalin (tengah kiri). Wilayah hitam polishing lubang, wilayah abu
-abu gelap karbonat (tengah kiri) butir.
Dipoles blok, pesawat terpolarisasi cahaya, x 80, udara
Gambar 9
Galena (biru-putih, kiri) adalah ditumbuhi oleh botryoidal sfalerit (abu-abu ter
ang), yang pada gilirannya memiliki pirit botryoidal lingkaran (kuning-putih, pu
sat). Tdk halus karbonat (abu-abu gelap, pusat) adalah gangue utama. Daerah hita
m polishing lubang.
Dipoles blok, pesawat terpolarisasi cahaya, x 80, udara
• Belahan
Gambar 10
Galena (putih, pusat) memiliki lubang berbentuk segitiga yang khas karena memeti
k sepanjang (100) belahan dada. Sfalerit (abu-abu terang, pusat atas) adalah euh
edral untuk intergrown dengan subhedral dan Galena. Minor jumlah covelline (biru
, kanan tengah) yang terkait dengan perubahan Galena dan menunjukkan aslinya uku
ran butir. Kristal kuarsa (abu-abu gelap, kiri, atas) telah euhedral pengakhiran
. Kristal kuarsa euhedral lebih kecil (kanan tengah) dalam acara Galena refleksi
internal yang kuat. Sebuah batu clast (abu-abu gelap, kanan bawah) terjadi di d
alam mengadu baryte berbutir kasar (medium abu-abu, bawah). Daerah hitam busur p
olishing lubang.
• Kilap
gambar 11
Inklusi-free magnetit (cokelat muda, bawah) adalah berbingkai dengan sangat buru
k dipoles valleriite (cokelat-abu-abu, reflectance rendah, bawah kiri dan kanan
atas) yang sulit untuk melihat. Bornite (oranye) dan chalcocite (biru) membentuk
seperti symplectite-intergrowth (tengah atas). Perbedaan kecil pada warna permu
kaan disebabkan chalcocite memoles. Wilayah abu-abu gelap gangue mineral
• Inklusi
Gambar 12
Magnetit (cahaya abu-abu, atas) membawa exsolved kecil, euhedral inklusi ulvöspi
nel (abu-abu gelap, kiri atas). Bornite (pink cokelat, reflectance tinggi, bawah
) digantikan oleh chalcopyrite (kuning, kiri bawah) yang membentuk lamel laths d
an tidak teratur. Valleriite (cokelat dan abu-abu menengah, reflectance rendah,
tengah bawah) bentuk rims lengkap di sekitar tembaga-besi sulphides.
MINERALISASI BIJIH DAN ALTERASI ( MINERAL UBAHAN)
a. Mineralisasi Bijih
Mineralisasi bijih merupakan proses pembentukan mineral-mineral dalam en
dapan bijih dalan suatu batuan. Dalam pembentukan mineral-mineral tersebut juga
berasosiasi dengan mineral mineral lainnya. Pembentukan mineral-mineral tersebut
memperlihatkan identitasnya seperti; bentuk, kenampakan belahan, twinning dan l
ain-lain.
Beberapa mineral membentuk kristal yang berkembang baik (euhedral) : pirit, hema
tit, wolframite, arsenopirit, cobalt, magnetit .
Standar bentuk kristal dalam mineralogi :
Kubik, octahedral, tabular, accicular, columnar, bladed, fibrous, colloform, mic
aceous, prismatik
Kalkopirit
Rutil
Gambar 15 : Kumpulan alterasi mineral pada batuan samping diplot pada diagram AC
F dan AKF: A = Al2O3 ; C = CaO ; K = K2O + Na2O dan F = FeO + MgO + MnO. Chl = k
lorit, (Meyer & Hemley, 1967)
Klasifikasi alterasi mineral pada endapan hidrotermal (Hedenquist, dkk, 1987)
Gambar 16: Magnetit memperlihatkan gejala Oksidasi menjadi Hematit pada tepi bu
tir, zoning dan belahan
Replacement textures
Ciri dari tekstur ini adalah :
Umumnya tidak ada atau hanya sedikit terjadi perubahan volume pada batua
n yang terubah
Tekstur ubahan selalu berpasangan dengan tekstur pengisian
Tidak mengubah tekstur batuan asal, kecuali silifikasi yang cenderung me
rusak
GAMBAR
s
HIMPUNAN MINERAL BIJIH DI INDONESIA.
Tubuh-tubuh bijih Grasberg dan ESZ, terdapat pada batuan beku sebagai batuan ind
uk, hadir dalam bentuk urat-urat (vein stockworks) dan diseminasi sulfida tembag
a yang didominasi oleh mineral chalcopirit dan sejumlah kecil berupa bornit. Tub
uh-tubuh bijih yang berinduk pada batuan sedimen terjadi pada batuan ubahan skar
n yang kaya akan unsur magnetit dan magnesium serta kalsium, yang mana lokasi ke
terdapatannya dan orientasinya sangat dikontrol oleh patahan-patahan besar (majo
r faults) dan oleh komposisi kimia batuan-batuan karbonat di sekitar tubuh-tubuh
instrusi tersebut. Mineralisasi tembaga pada batuan ubahan skarn tersebut didom
inasi oleh mineral chalcopirit, akan tetapi konsentrasi setempat dari mineral su
lfida bornit yang cukup banyak juga kadang terjadi. Mineral emas terdapat secara
merata disemua tubuh bijih dalam jumlah yang beragam. Di beberapa tempat konsen
trasinya cukup banyak, kehadirannya jarang bisa dilihat dengan mata telanjang. K
onsentrasi emas tersebut lazim terjadi sebagai inklusi di dalam mineral sulfida
tembaga, sedangkan pada beberapa tubuh bijih konsentrasi emas berkaitan erat den
gan keterdapatan mineral pirit.
Mineralisasi bijih besi di Kab. Lampung Selatan dan Lampung Timur, Bijih besi y
ang terdiri dari magnetit dan hematit ditemukan di bagian tengah Lembar Tanjungk
arang, terpusat di Pematang Burhan dan Pematang Kawat di sekitar kampung Lematan
g (Andi Mangga S., dkk., 1994). Kemungkinan bijih besi tersebut terbentuk sebaga
i endapan di dalam batuan malihan Kompleks Gunungkasih. Terobosan dasit Ranggal
di dekatnya, merupakan sumber cairan panas yang mengandung mineral pembawa besi
.
Mineralisasi Emas Berdasarkan Data Inklusi Fluida di Daerah Siulak Deras, Kabupa
ten Kerinci, Propinsi Jambi
Cebakan bijih besi di daerah Kusan Hulu terdiri dari dua jenis yaitu primer dan
laterit. Proses pembentukan bijih besi primer berhubungan dengan proses magma
tisme berupa gravity settling dari unsur besi dalam batuan dunit, kemudian diiku
ti dengan proses metamorfosisma/metasomatsma yang diakhiri oleh proses hidrother
mal akibat terobosan batuan beku dioritik.
KESIMPULAN
Kesimpulan Dari isi makalah ini yaitu :
a. Setiap mineral pada endapan bijih memiliki tekstur yang berbeda-beda yan
g diakibatkan karena proses pembentukannya
b. Dapat mengetahui pengelompokkan fluida pembawa bijih.
c. Dapat mengetahui proses-proses yang mempengaruhi pembentukan
endapan bijih.
d. Genesa pembentukan mineral dapat dilihat pola tekstur yang di perlihatka
n
e. Mengetahui himpunan mineral bijih pada suatu daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Irham, Muh., 2006, Petunjuk Praktikum Mikroskopi Bijih, Laboratorium Optik Jurus
an Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en US:offi
cial&channel=s&q=himpunan+mineral+bijih+pada+batuan+beku+terdapat+di+daerah&star
t=40&sa=N
Ulva Ria Irfan, Bahan Kuliah Mineragrafi. Unhas. Makassar
Supriadin. Alterasi batuan. Unhas Makassar