Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sudah lebih dari satu dekade televisi swasta hadir di Indonesia. Dan dalam
perjalanan waktu tersebut, industri televisi tumbuh berkembang dengan sangat
pesat. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, jika sebelumnya lebih banyak
aturan datang dari pemerintah, maka saat ini peranan pemerintah semakin
mengecil dalam pengawasan siaran televisi.
1
Sedangkan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang
untuk berperilaku buruk.
5. “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya
sekitar 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi.
6. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar
perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan
selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi,
selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak
aman.
Dari fakta tersebut dapat dilihat –utamanya pada poin 1- bahwa televisi
pada dasarnya memiliki potensi pemanfaatan yang sangat besar, utamanya dalam
membentuk karakter masyarakat. Jika yang disiarkan di televisi adalah kebaikan,
maka masyarakatpun akan baik insya ALLAH. Namun jika yang ditampilkan
adalah hal negatif, maka masyarakat pun akan cenderung berkarakter negatif.
Oleh karena itu kami mencoba “melihat” apa yang telah pemerintah –sebagai
2
pelindung masyarakat- lakukan dalam menyikapi hal ini dengan mengkaji
kebijakan yang telah mereka tetapkan serta implementasinya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
I. Isi Kebijakan
4
a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;
b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan
narkotika dan obat terlarang; atau
c. mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
6) Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan/atau
mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau
merusak hubungan internasional.
7) Isi siaran wajib mengikuti Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar
Program Siaran yang ditetapkan oleh KPI.
1) Materi siaran iklan harus sesuai dengan kode etik periklanan, persyaratan
yang dikeluarkan oleh KPI, dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Siaran iklan niaga yang disiarkan pada mata acara siaran untuk anak-
anak wajib mengikuti standar siaran untuk anak-anak.
3) Iklan rokok pada lembaga penyelenggara penyiaran radio dan televisi hanya
dapat disiarkan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu
setempat di mana lembaga penyiaran tersebut berada.
4) Lembaga Penyiaran Swasta wajib menyediakan waktu untuk siaran
iklan layanan masyarakat yang dilakukan dalam waktu yang tersebar
mulai dari pukul 05.00 sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat dengan
harga khusus, atau jika dalam keadaan darurat ditetapkan oleh
Pemerintah sesuai dengan keperluan.
5
5) Waktu siaran iklan niaga Lembaga Penyiaran Swasta paling banyak 20%
(dua puluh perseratus) dari seluruh waktu siaran setiap hari.
6) Waktu siaran iklan layanan masyarakat paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) dari siaran iklan niaga setiap hari.
7) Materi siaran iklan wajib menggunakan sumber daya dalam negeri.
1) Isi Siaran
KPI Pusat menetapkan 6 (enam) program bermasalah yang ditayangkan
oleh 5 (lima) stasiun televisi pada bulan Oktober 2009. Terhadap stasiun-
stasiun tersebut, kami menjatuhkan sanksi sesuai dengan tingkat
pelanggarannya terhadap UU Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3-SPS)
Pemantauan dilakukan terhadap 26 Program yang terdiri dari 509
episode. Berikut adalah program bulan Oktober yang mendapatkan teguran:
6
2. Sinetron Doa dan Karunia yang juga ditayangkan RCTI mendapat Teguran
Pertama karena menampilkan adegan kekerasan menggunakan senjata secara
close up dan disertai umpatan-umpatan. Sinetron ini sudah tidak tayang lagi,
untuk itu, RCTI harus memperbaiki isi programnya jika ingin menayangkannya
kembali.
3. Sinetron Tangisan Isabela yang ditayangkan Indosiar mendapat teguran
pertama karena menampilkan adegan kekerasan fisik dan verbal. Sinetron ini juga
sudah tidak tayang lagi, untuk itu, Indosiar harus memperbaiki isi programnya
jika ingin menayangkan kembali.
Selain itu, ada 3 (tiga) program yang mendapat himbauan, yaitu: program
Awas Ada Sule (Global TV) dihimbau untuk memindahkan jam tayang sesuai
dengan klasifikasinya yaitu D (Dewasa). Sinetron Cinta Fitri Season
Ramadhan (SCTV) dan program Rumah Susun Banyak Tawa (ANTV)
dihimbau untuk memperbaiki isi siarannya karena masih mengandung muatan
kekerasan dan seks. Meskipun kedua program tersebut sudah tidak tayang
lagi, himbauan ini harus dipatuhi terutama jika program tersebut akan
disiarkan kembali.
7
Program tersebut kami nilai telah melanggar UU Penyiaran pasal 36 ayat
5 huruf (b) serta Standar Program Siaran (SPS) Pasal 11, Pasal 13, Pasal 17,
Pasal 65, Pasal 19 ayat 3, serta Pasal 23 ayat 1 dan 3.
2) Periklanan
Persaingan bisnis yang begitu ketat kerap memicu perang iklan antar
pengiklan. Sayangnya, cara-cara yang dilakukan kerap mengabaikan etika
pariwara. Ketatnya kompetisi bisnis memicu para pelaku usaha untuk
menerapkan cara-cara pemasaran yang kreatif. Hal itu dilakukan demi
mencuri hati konsumen sehingga mereka menjadi pelanggan loyal dari
produk atau jasa yang dihasilkan produsen.
8
pengguna layanan telekomunikasi, para operator semakin gencar beriklan
menawarkan paket-paket layanan yang menggiurkan pelanggan
Jika dihubungkan dengan teori Edward III (1980) dalam Yousa (2007),
yang berkata ada 4 (empat) variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan, yaitu ; Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi atau
Sikap dan Struktur Birokrasi, maka kami berpendapat bahwa implementasi
kebijakan ini belum terlaksana dengan maksimal. Terutama dalam hal
komunikasi ke masyarakat serta disposisi/sikap implementor sendiri (stasiun
tv).
9
Selain itu, di luar teori yang telah disebutkan sebelumnya, kami juga
mengidentifikasi beberapa hal yang dianggap menjadi penyebab kurang
maksimalnya implementasi kebijakan ini, antara lain :
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Melihat potensi besar yang dimiliki oleh media penyiaran, saran pertama
yang kami sarankan adalah mengubah paradigma dan fungsi pokok media
penyiaran (khususnya televisi) sebagai media hiburan, menjadi media
pendidikan dan pembinaan.
12
2. Metode internalisasi nilai dalam masyarakat harus diperbaiki,
Pengangkatan nilai-nilai keagamaan dengan memanfaatkan berbagai
media harus digencarkan, ini penting untuk meningkatkan self awareness
(sikap mawas diri) masyarakat.
13