You are on page 1of 26

TUGAS

METODOLGI PENELITIAN
MATERI 3
”Sampling dan Teknik Pengambilan Sample”

Oleh :
Munirah (06334046)
Sri Muryati (06334050)
Roni Pandiaksa (06334051)
Upik Morita (06334052)
Wendy Sri Listiani (06334053)
Sri Monica Tarigan (06334054)
Nur Afifah ( 06334057)
Heni Indrasari (06334058)
Zulpakor Oktoba (06334059)
Fajri Akbar Yuni (06334060)
Atmi Jayanti (06334061)

Dosen Pembimbing:
Dra. Lili Musnelina., M.Si., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2010
i
KATA PENGANTAR

Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang
tiada batas sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Metodologi Penelitian dengan judul
“Sampling dan teknik Pengambilan Sample”.

Makalah ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan definisi/ konsep Sampling, populasi
sample, jenis/tipe sample beserta contoh-contoh variable, Metode/teknik pengambilan
sample, dan tahapan-tahapan/proses dalam menentukan sample.

Kami menyadari tugas ini belumlah dapat dikatakan sempurna dan perlu mendapat
perbaikan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaannya. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Februari 2010

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
1.4 Metode............................................................................................................. 2
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi............................................................................................................ 3
2.2 Syarat Sample Yang Baik................................................................................ 4
2.3 Petunjuk Pengambilan Sampel........................................................................ 5
2.4 Proses Pengambilan Sampel............................................................................ 6
2.5 Teknik Penentuan Sampel...............................................................................7-13
Bab III PEMBAHASAN
3.1 Teknik Pengambilan Sample........................................................................... 14
3.1.1 Probability Samle......................................................................................14-18
3.1.2 Non Probability Sample............................................................................ 18
3.2 Gambaran Tentang Pengambilan Sample......................................................18-20
Bab IV PENUTUP
4. 1 Kesimpulan..................................................................................................... 21
4.2 Saran-saran...................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu langkah dalam penelitian ilmiah adalah menentukan populasi dan
sample. Kesalahan dalam menentukan sample dapat berakibat fatal, karena sample
menjadi tidak representative, dan hasil penelitian tidak dapat mencerminkan keadaan
yang sebenarnya. Oleh karena itu memilih teknik penentuan sample yang tepat
menjadi sangat penting untuk mendapatkan sample yang representative. Dalam suatu
penelitian adakalanya peneliti meneliti semua sumber data yang direncanakan, agar
data dan informasi yang diperoleh banyak dan bervariasi sehingga diharapkan
hasilnya tidak jauh dari kenyataan. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua
populasi dapat diteliti karena suatu sebab yang tidak memungkinkan. Penelitian
ilmiah boleh dikata hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal
yang sebenarnya hendak diteliti.

Makin tidak sama sample itu dengan populasinya makin besar kemungkinan
kekeliruan dalam generalisasi. Oleh karena itu teknik penentuan sample (teknik
sampling) menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik
penentuan sample hakikatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan
generalisasi dari sample ke populasi sehingga diperoleh sample yang representative,
yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya. Agar hasil penelitian yang
dilakukan terhadap sample masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa
mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan samplenya harus dilakukan
secara seksama. Cara pemilihan sample dikenal dengan nama teknik sampling atau
teknik pengambilan sampel. Digunakannya sample dalam penelitian adalah untuk
mereduksi objek penelitian dan melakukan generalisasi hasil penelitian, sehingga
dapat dtarik suatu kesimpulan umum.

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mendapatkan sample dan menentukan metode/teknik


pengambilan sample yang paling baik.

1
I.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan memahami tentang sample serta teknik pengambilan sampling yang terbaik.

1.4 Metode
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi literatur-literatur yang
terkait dengan tema. Kemudian akan dicoba untuk menerapkan sedikit contoh yang
berhubungan dengan topik bahasan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sample adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada sample jika tidak
ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil
penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun
karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang
bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Elemen atau unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi
terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur
atau elemen penelitian, artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian.
Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam
populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang
dijadikan objek penelitian. Jika ingin diteliti adalah seluruh konsumen produk
tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan ”X”, maka
populasinya adalah keseluruahan laporan keuangan perusahaan ”X” tersebut, jika
yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen ”A” maka populasinya adalah
seluruh pegawai di departemen ”A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali
mutu (GKM) organisasi ”Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi ”Y”.

2.2 Syarat sample Yang Baik


Secara umum, sample yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak
mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sample harus
valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur
adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sample adalah hanya orang
Banten saja, maka sample tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur (orang Sunda). Sample yang valid ditentukan oleh dua
pertimbangan, meliputi :

3
1) Akurasi atau ketepatan

Yaitu tingkat ketidakadaan ”bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan


kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yanga ada dalam sample, makin akurat
sample tersebut. Tolak ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi.

Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “ there is no systematic


variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang
disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang
menyebabkan skor cenderung mengarah pada suatu titik tertentu. Sebagai contoh,
jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan
sample adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor
yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sample yang
diambil secara sistematis.

Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku


metode penelitian adalah jajak-pendapat (polling) yang dialakukan oleh Literary
digest (sebuah majalah yang terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936.
(copper & Emory, 1995, Nan Iin, 1976). Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan
tahun 1932 majalah ini berhasil memprediksi siapa yang akan jadi presiden dari
calon-calon presiden yang ada. Sample diambil berdasarkan petunjuk dalam buku
telepon dan dari daftar pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya salah.
Berdasarkan jajak pendapat, diantara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan
Franklin D. Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset
karena ternyata Roosevelt yang terpilih menjadi Presiden Amerika.

Setelah diperiksa secara seksama, ternyata literary digest membuat kesalahan


dalam menentukan sample penelitiannya. Karena semua sample yang diambil
adalah mereka yang memiliki telepon dan mobil, akibatnya pemilih sebagian
besar tidak memiliki telepon dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, pada
Roosevelt lebih banyak dipilih oleh masyarakat kelas rendah tersebut. Dari
kejadian tersebut ada dua pelajaran yang diperoleh :

1) Keakuratan prediktibilitas dari suatu sample tidak selalu bisa dijamin


dengan banyaknya jumlah sample;

4
2) Agar sample dapat memprediksi dengan baik populasi, sample harus
mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976).

2) Presisi

Kriteria kedua sample yang baik adalah memiliki tingkat presisi


estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Contoh : dari pegawai 300 pegawai produksi, diambil
sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang
menghasilkan 50 potong Produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian,
pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Makin kecil
tingkat perbedaan diantara rata-rata populasi dengan rata-rata sample, maka makin
tinggi presisi sample tersebut.

Belum pernah ada sample yang bias mewakili karakteristik populasi sepenuhnya.
Oleh karena itu dalam setiap penarikan sample senantiasa melekat kesalahan-
kesalahan, yang dikenal dengan nama “Sampling error” presisi diukur oleh
simpangan baku yang diperoleh dari sample (S) dengan simpangan baku dari
populasi, makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat
presisi mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan sample, karena
kesalahan mungkin bias berkurang kalau jumlah samplenya ditambah (Kerlinger,
1973). Dengan contoh diatas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata diantara
populasi dengan sample bisa lebih sedikit, jika sample yang ditariknya ditambah.
Katakanlah dari 50 menjadi 75.

Dibawah ini digambarkan hubungan antara jumlah sample dengan tingkat


kesalahan seperti diuraikan oleh kerlinger

besar
kesa-
lahan
kecil
kecil besarnya sample besar

2.3 Petunjuk Pengambilan Sample

5
Kesalahan dalam menentukan sampel akan mengakibatkan kesalahan fatal
pula dalam menarik kesimpulan hasil penelitian. Untuk itu sangat perlu dikatahui
bagaiamana cara mengambil sample yang representatif. Menurut Winarno Surachmad
yang dikutip oleh Agus Suradika (2000:39) “untuk mendapatkan sampel yang
representatif perlu dipahami langkah-langkah umum berikut, (1) Bagaimana peneliti
menetapkan sifat-sifat populasi, kemudian (2) Menetapkan perhitungan statistik untuk
pengolahan data sample dan akhirnya (3) menetapkan teknik penarikan sample.
Adapun menurut Sumadi Suryabana (1998:83) dan Margono (1997:87), ada 4
parameter yang bias dianggap menentukan representativness, yaitu :
a) Variabilitas Populasi
Dari keempat parameter tersebut, variabilitas populasi merupakan hal yang
“given”, artinya peneliti harus menerima sebagaimana adanya, tidak dapat
mengatur atau memanipulasinya. Sedangkan ke-empat variable yang lain dapat
diatur atau dimanipulasi oleh peneliti untuk mendapatkan sample yang
representatif.
b) Kecermatan untuk memasukkan ciri-ciri populasi
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi ke dalam sample menentukan tingkat
representatifnya sample.
c) Besar-kecilnya sample
Semakin besar sample yang diambil untuk populasi yang heterogen maka
semakin tinggi taraf representatifnya sample. Untuk populasi yang homogen
sempurna sample cukup kecil saja.
d) Teknik penentuan sample
Teknik penentuan sample (teknik sampling) adalah cara menentukan sample
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat penyebaran populasi agar
diperoleh sample yang representatif.
Menurut Aminuddin Rosyad (1987), penggunaan sample dalam penelitian, bila :
1) Jumlah populasi yang akan diteliti terlalu banyak
2) Daerah populasi amat luas dan terpencar-pencar sulit dijangkau
3) Waktu penelitian yang tersedia tidak memadai
4) Dana yang amat terbatas
5) Tenaga peneliti tidak mencukupi
6) Fasilitas yang tersedia tidak memadai

6
7) Sarana penelitian tidak mencukupi
8) Keamanan untuk melakukan penelitian tidak terjamin, misalnya keadaan
medan penelitian ganas.

Mengenai penggunaan sample dalam penelitian, Agus Suradika (2000: 37-38)


menjelaskan bahwa selain masalah biaya, waktu dan tenaga kondisi-kondisi dibawah
ini dapat dijadikan alasan mengapa penelitian perlu menggunakan sample. Kondisi
tersebut adalah :
1) Bila individu yang akan diselidiki tak terbatas jumlahnya
2) Bila penelitian yang dilakukan bersifat destruktif
3) Bila objek yang diteliti bersifat homogen
4) Bila tidak diperlukan ketelitian yang mutlak atau hasil penelitian segera
dibutuhkan.
Dari dua pendapat dapat digabungkan dan saling melengkapi, karena ada persamaan
dan perbedaannya, namun semuanya dapat dipakai sebagai alasan mengapa penelitian
perlu menggunakan sample.
Digunakannya sample dalam penelitian adalah untuk mereduksi obyek
penelitian dan melakukan generalisasi hasil penelitian, sehingga dapat ditarik
kesimpulan umum.

2.4 Proses Pengambilan Sample


Proses pengambilan sample merupakan cara-cara kita dalam memilih sample
untuk studi tertentu. Proses terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :
 Tahap 1 : Memilih populasi
Proses awal ialah menentukan populasi yang menarik untuk dipelajari. Suatu
populasi yang baik ialah mencakup rancangan eksplisit semua elemen yang
terlibat; biasanya meliputi empat komponen, yaitu : elemen, unit sampling,
keluasan skop dan waktu.
 Tahap 2 : Memilih unit-unit sampling
Unit-unit sampling adalah unit analisa dari mana sample diambil atau berasal.
Karena kompleksitas penelitian dan banyaknya desain sample, maka
pemilihan unit-unit sampling harus dilakukan dengan seksama.

7
 Tahap 3: Memilih kerangka sampling
Pemilihan kerangka sampling merupakan tahap yang penting karena jika
kerangka sampling yang dipilih secara memadai tidak mewakili populasi.
Maka generalisasi hasil penelitian meragukan. Kerangka sampling dapat
berupa daftar nama populasi seperti buku telepon atau database nama
lainnya.
 Tahap 4 : Memilih desain sample
Desain sample merupakan tipe metode atau pendekatan yang digunakan
untuk memilih unit-unit analisa studi. Desainsample sebaiknya dipilih sesuai
dengan tujuan penelitian.
 Tahap 5 : Memilih ukuranh sample
Ukuran sampel tergantung beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya
ialah :
1) Homogenitas unit-unit sample : secara umum semakin mirip unit-unit
sample; dalam suatu populasi semkain kecil sample yang dibutuhkan
untuk memperkirakan parameter-parameter populasi.
2) Kepercayaan: kepercayaan mengacu pada suatu tingkatan tertentu
dimana peneliti ingin merasa yakin bahwa yang bersangkutan
memperkirakan secara nyata parameter populasi yang benar. Semakin
tinggi tingkat kepercayaan yang diinginkan, maka semakin besar
ukuran sample yang diperlukan.
3) Presisi : presisi mengacu pada ukuran kesalahan standar estimasi.
Untuk mendapatkan presisi yang besar dibutuhkan ukuran sample
yang besar pula.
4) Kekuatan statistik: ialah ini mengacu pada adanya kemampuan
mendeteksi perbedaan dalam situasi pengujian hipotesis. Untuk
mendapatkan kekuatan yang tinggi, peneliti memerlukan sample yang
besar.
5) Prosedur analisa : tipe prosedur analisa yang dipilih untuk analisa
data dapat juga mempengaruhi seleksi ukuran sample.
6) Biaya, waktu dan personil : pemilihan ukuran sample juga harus
mempertimbangkan biaya, waktu dan personil. Sample besar akan
menuntut biaya besar, waktu banyak dan personil besar juga.

8
 Tahap 6 : Memilih rancangan sampling
Rancangan sampling menentukan prosedur operasional dan metode untuk
mendapatkan sample yang diinginkan. Jika dirancang dengan baik, rancangan
sampling akan menuntun peneliti dalam memilih sample yang digunakan
dalam studi, sehingga kesalahan yang akan muncul dapat ditekan sekecil
mungkin.

 Tahap 7 : Memilih sample


Tahap akhir dalam proses ini ialah penentuan sample untuk digunakan pada
proses penelitian berikutnya, yaitu koleksi data.

2.5 Teknik Penentuan Sample


Untuk memperoleh secara maksimal sample yang representatif yang tidak
didasari oleh keinginan peneliti, ada dua teknik sampling, yaitu :
1) Random sampling (propbiality sampling)
2) Nonrandom sampling (nonprobiality sampling)
Random sampling, adalah pengambilan sample secara acak. Dalam teknik random
sampling, semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama diberik kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sample. Teknik ini
sampai sekarang dipandang sebagian teknik yang paling baik. Untuk menentukan
anggota sample dalam random sampling dapat dilakukan dengan cara undian, ordinal,
randomisasi dari tabel bilangan random (Sutrisno Hadi, 1980 :76, dikutip oleh
Margono, 1997:125).
Sedangkan nonrandom sampling adalah teknik pengambilan sample dimana
tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sample. Teknik ini mempunyai kemungkinan lebih rendah dalam
menghasilkan sample yang representatif.
Jenis-jenis sample yang diperoleh dari teknik random sampling (probiality
sampling) ada tiga, yaitu simple random sampling, stratified random sampling dan
cluster random sampling. Sedangkan jenis-jenis sample non random sampling (non
probiality sampling) adalah : sampling sistematis, sampling kuota, sampling
aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling (Sugiyono,
2002; 61-63).

9
Penjelasan dari teknik-teknik sampling tersebut adalah sebagai berikut :
 Probability Sampling
a) Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena cara pengambilan sample dari semua
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam anggota populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen (Sugiyono, 2002:59). Mengenai simple random sampling
(Margono, 1997: 126) menjelaskan teknik ini untuk mendapatkan sample yang
langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling
sebagai unsur populasi yang terkecil memperoleh peluang yang sama untuk
menjadi sample atau untuk mewakili populasi. Teknik ini dapat dipergunakan
bilamana jumlah unit sampling didalam suatu populasi tidak terlalu besar.
Keuntungan menggunakan teknik ini adalah;
− peneliti tidak membutuhkan pengetahuan tentang populasi sebelumnya;
− bebas dari kesalahan-kesalahan klasifikasi yang kemungkinan dapat terjadi;
− dan dengan mudah data dianalisa serta kesalahan-kesalahan yang dapat
dihitung.
Kelemahan adalam teknik ialah;
− peneliti tidak dapat memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya tentang
populasi dan tingkat kesalahan dalam penentuan ukuran sample lebih besar.
b) Stratified random sampling
Dalam stratified random sampling dapat dipakai daua cara, yaitu proposionate
stratified random sampling dan disproportionate random sampling.
1) Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proposional. Suatu organisasi mempunyai
pegawai dilihat dari latar belakang pendidikannya, maka populasi
pegawai tersebut berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulusan S2=30,
S1= 40, STM=800, ST=900, SMEA=400, SD=300. Jumlah sample yang
harus diambil harus meliputi strata pendidikan tersebut yang diambil
secara proporsional.

10
Keuntungannya ialah aspek representatifnya lebih meyakinkan sesuai
dengan sifat-sifat yang membentuk dasar unit-unit yang
mengklasifikasikannya, sehingga mengurangi keanekaragamannya.
Karakteristik masing-masing strata dapat diestimasikan sehingga dapat
dibuat perbandingan.
Kerugiannya ialah membutuhkan informasi yang akurat pada proporsi
populasi untuk masing-masing strata. Jika hal tersebut diabaikan maka
kesalahan akan muncul.

2) Disproportionate random sampling


Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sample, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya populasi pegawai dari PT
tertentu berlatar pendidikan S3=3 orang, S2=4 orang, S1=90 orang,
SLTA=800 orang, SLTP=700, maka 3 orang S3 dan 4 orang S2 diambil
semuanya sebagai sample, karena dua kelompok ini terlalu kecil bila
dibandingkan dengan kelompok S1, SLTA, dan SLTP. Strategi
pengambilan sample sama dengan proporsional. Perbedaannya ialah
terletak pada ukuran sample yang tidak proporsional terhadap ukuran unit
sampling karena untuk kepentingan pertimbangan analisa dan kesesuaian.

c) Cluster Sampling (sampling daerah)


Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sample bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari
suatu Negara, Propinsi atau Kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang
akan dijadikan sumber data, maka pengambilan samplenya berdasarkan daerah
dari populasi yang telah ditetapkan. Misal di Indonesia ada 30 Propinsi dan
samplenya akan menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 Propinsi itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat karena Propinsi-propinsi di
Indonesia itu berstrata, maka pengambilan samplenya harus perlu menggunkan
stratified random sampling.
Teknik sampling daerah ini sering dilakukan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sample daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada di daerah itu secara random juga.

11
Keuntungan menggunakan teknik ialah jika kluster-kluster didasarkan pada
perbedaan geografis maka biaya penelitiannya menjadi lebih murah.
Karakteristik kluster dan populasi dapat diestimasi.
Kelemahannya ialah membutuhkan kemampuan untuk membedakan masing-
masing anggota populasi secara unik terhadap kluster, yang akan menyebabkan
kemungkinan adanya duplikasi atau penghilangan individu-individu tertentu.

 Non Probability sampling


a) Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sample berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut 1
sampai dengan 100 orang. Pengambilan sample dapat dilakukan dengan nomor
ganjil saja, atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan 5, maka yang dijadikan sample adalah anggota nomor 5, 10, 15, 20, 25
dan seterusnya.
Keuntungan menggunakan sample ini ialah peneliti menyederhanakan
proses penarikan sample dan mudah dichek; dan menekan keanekaragaman
sample. Kerugiannya ialah apabila interval berhubungan dengan pengurutan
perdiodik suatu populasi, maka akan terjadi keanekaragaman sample.
b) Sampling kuota
Teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sample dengan cara
menentapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam
pengambilan sample dri populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak
jelas), kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sample
secara sembarang asal memenuhi persyaratan sabagai sample dari populasi
tersebut. Sampling quota adalah teknik untuk menentukan sample dari populasi
yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Sebagai contoh akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II dan
penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah sample ditentukan umpamanya

12
100 orang, dan jumlah anggota peneliti 5 orang, maka setiap anggota peneliti
dapat memilih sample secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan
(golongan II) sebanyak 20 orang. Pada kuota sampling banyaknya sampleyang
ditetapkan itu hanya sekedar perkiraan aka relative memadai untuk mendapatkan
data yang diperlukan yang diperkirakan dapat mencerminkan populasinya, tidak
bisa diperhitungkan secara tegas proporsinya dari populasi, karena jumlah
anggota populasi tidak diketahui secara pasti tadi. Quota sampling pasti,
karenanya, nonrandom sampling.

c) Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sample berdsarkan kebetulan, yaitu
siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sample, bila dipandang ornag tersebut cocok sebagai sumber data.
d) Purposive sampling
Purposive smapling adalah teknik penentuan sample untuk tujuan tertentu saja.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sample yang
dipilih adalah orang yang ahli dalam kepegawaian saja.
e) Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan smaple yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian smaple ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan
sample. Begitu seterusnya sehingga jumlah sample semakin banyak. Ibarat bola
salju yang menggelinding, makin lama makin besar.
Dalam analisis kekeliruan ketika melakukan generalisasi dari sample ke populasi
itu disebut kekeliruan baku atau galat baku (standard error). Dasar teoritis yang
dipergunakan untuk memperkirakan kekeliruan baku itu ialah teori probabilitas.
Sampel-sample tunduk pada hokum probabilitas (Sumardi Surya Brata, 1998:84).
Keuntungannya ialah hanya digunakan dalam situasi-situasi tertentu.
Kelemahannya ialah keterwakilan dari karakteristik langka dapat tidak terlihat
disample yang sudah diplih.
Disetiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdpat beberapa teknik yang lebih
spesifik lagi. Pada sample acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple
random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic
13
sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa
teknik, antara lain adalah convience sampling, purposive sampling, quota
sampling, snowball sampling.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Teknik pengambilan sampel.


Tujuan Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif"
(mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi
populasinya. Pemilihan teknik pengarnbilan sample merupakan upaya penelitian
untuk mendapat sample yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan
populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar,
yaitu:
1) Probability Sampling (Random Sample)
2) Non Probability Sampling (Nonrandom Sample)

3.1.1 Probability Sampling


Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi,
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor
pemilihan atau penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata
atas pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias.
Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini
merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan pengambilan sample dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:

14
− Derajat kepercayaan terhadap sample dapat ditentukan.
− Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sample, dapat
diperkirakan.
− Besar sample yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.

a) Penyimpangan (Error)
Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sample diperoleh nilai-nilai
statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya.
Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan (Sampling Error) Sedangkan
pada non probability sampel, penyimpangan nilai sample terhadap populasinya tidak
mungkin diukur. Pengukuran penyimpangan ini merupakan salah satu bentuk
pengujian statistik. Penyimpangan yang terjadi pada perancangan kwisioner,
kesalahan petugas pengumpul data dan pengola data disebut Non Sampling Error.

b) Cara Pengambilan Sample


Ada 5 cara pengambilan sample yang termasuk secara random, yaitu sebagai berikut:
1) Sample Random Sederhana (Simple Random Sampling)
Proses pengambilan sample dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama
pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sample. Jadi disini proses
memilih sejumlah sample (n) dari populasi (N) yang dilakukan secara random.
Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a) Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi
"Cointoss".
b) Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang
prosedurnya adalah sebagai berikut:

− Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).


− tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
− tentukan besar sample yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
− tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari
3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers,
tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan
mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor

15
≤ 300, merupakan nomor sample yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ≥
300, tidak diambil sebagai sample (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah
sample belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada
nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya
mempunyai 1 nomor identifikasi.

Keuntungan : - Prosedur estimasi mudah dan sederhana


Kerugian : - Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
- Sample mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya
transportasi besar.

2) Sample Random Sistematik (Systematic Random Sampling)


Proses pengambilan sample, setiap urutan ke “K" dari titik awal yang dipilih secara
random, dimana:

Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil
sebagai sample (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
Cara ini dipergunakan :
Bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.
Keuntungan : - Perencanan dan penggunaanya mudah.
- Sample tersebar di daerah populasi.
Kerugian : - Membutuhkan daftar populasi.

3) Sample Random Berstrata (Stratified Random Sampling)


Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan sample
dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling, maupun secara
systematic random sampling. Misalnya kita meneliti keadaan gizi anak sekolah
Taman Kanak-kanak di Kota Madya Medan (≥ 4-6 tahun). Karena kondisi Taman
Kanak-kanak di Medan sangat berbeda (heterogen) maka buatlah kriteria yang
tertentu yang dapat mengelompokkan sekolah Taman Kanak-kanak ke dalam 3
kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang). Misalnya untuk Taman Kanak-
Kanak dengan kondisi A ada : 20 buah dari 100 Taman Kanak-Kanak yang ada di

16
Kota Madya Medan, kondisi B = 50 buah C = 30 buah. Jika berdasarkan
perhitungan besar sample, kita ingin mengambil sebanyak 25buah (25%), maka
ambilah 25% dari masing-masing sub populasi tersebut diatas.

Cara pengambilan sample 5 Kelompok A, 12-13 Kelompok B, dan 7 . 8. Kelompok C


adalah secara random karena sub populasi sudah homogen.
Keuntungan : - Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.
Kerugian : - Daftar populasi setiap strata diperlukan
- Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi.

4) Sampel Random Berkelompok (Cluster Sampling)


Pengambilan sample dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya
terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang
terpilih akan diambil sebagai sample. Cara ini dipakai : bila populasi dapat dibagi
dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam
setiap kelompok. Misalnya ingin meneliti gambaran karakteristik (umur, suku,
pendidikan dan pekerjaan) orang tua mahasiswa FK USU. Mahasiswa FK dibagi
dalam 6 tingkat (I s/d VI). Pilih secara random salah satu tingkat (misal tingkat II).
Maka orang tua semua mahasiswa yang berada pada tingkat II diambil sebagai
sample (Cluster).
Keuntungan : - Tidak memerlukan daftar populasi.
- Biaya transportasi kurang
Kerugian : - Prosudur estimasi sulit.

5) Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling)


Proses pengambilan sample dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun
lebih. Misalnya: Provinsi Kabupaten Kecamatan desa Lingkungan KK. Misalnya

17
kita ingin meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan
perhitungan, maka jumlah sample yang akan diambil ± 2000.

Cara ini dipergunakan bila:


- Populasinya cukup homogen
- Jumlah populasi sangat besar
- Populasi menempati daerah yang sangat luas
- Biaya penelitian kecil
Keuntungan : - Biaya transportasi kurang
Kerugian : - Prosedur estimasi sulit
- Prosedur pengambilan sample memerlukan perencanaan yang lebih
cermat

3.1.2 Non Probability Sample (Selected Sample)


Pemilihan sample dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip
probability. Pemilihan sample tidak secara random. Hasil yang diharapkan
hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan. Cara ini
dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit, hasilnya diminta segera, tidak
memerlukan ketepatan yang tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum
saja. Cara-cara yang dikenal adalah sebagai berikut :
1) Sample Dengan Maksud (Purposive Samping)
Pengambilan sample dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja
yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota
sample yang diambil.
2) Sample Tanpa Sengaja (Accidental Sampling)

18
Sample diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu.
Juga jumlah sample yang dikehenadaki tidak berdasarkan pertimbangan yang
dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan
yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.
3) Sample Berjatah (Quota Sampling).
Pengambilan sample hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya
disini besar dan kriteria sample telah ditentukan lebih dahulu. Misalnya
Sample yang akan di ambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki dan
50 perempuan yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunakan kalau
peneliti mengenal betul daerah dan situasi daerah dimana penelitian akan
dilakukan.

3.2 Gambaran tentang pengambilan sample.


Di dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut;
1) Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah
masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus
disajikan.
2) Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah
populasi yang hendak diteliti itu.
3) Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia,
misalnya sebagai hasil penelitian orang lain.
4) Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang
tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan.
5) Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk
menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya.
6) Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi
gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya.
7) Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap mungkin.
8) Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang final.
9) Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas
lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya.
10) Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual.
11) Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final.

19
12) Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan
pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan.
13) Susun analisa atau hasil-hasil tersebut.
14) Buat laporan penelitian.

Cara memperoleh sample yang representatif


Perhatikan :
1) Keacakan (randomness) sample
2) Ukuran sample

20
3) Teknik penarikan contoh (sampling) yang sesuai dengan kondisi populasi.
Sample random=contoh acak → jika dan hanya jika semua anggota populasi
memiliki peluang/kesempatan terpilih menjadi anggota contoh.

Beberapa teknik penarikan contoh


1) Penarikan contoh acak sederhana (simple random sampling) gunakan : table
random, undian
2) Penarikan contoh sistematik (systematic sampling)
Tentukan terlebih dahulu interval untuk anggota populasi yang terpilih sebagai
anggota sample
Contoh : ditentukan interval = 20
Anggota populasi ke-7 terpilih sebagai anggota ke-1 dalam sample
Anggota populasi ke-27 menjadi anggota ke-2 dalam sample
Anggota populasi ke-47 menjadi anggota ke-3 dalam sample, dst.
3) Penarikan contoh acak berlapis (stratified random sampling)
Populasi terlebih dahulu dibagi ke dalam kelas yang (cenderung) homogen.
Dalam setiap kelompok, ambil contoh acak.
Contoh :
dari 1000 orang mahasiswa/I GD akan diambil 200 orang sebagai sample
mahasiswa/i Kelas 1 = 50 orang
Kelas 2 = 50 orang
Kelas 3 = 50 orang
Kelas 4 = 50 orang
4) Penarikan contoh gerombol/kelompok (cluster sampling)
Contoh yang diambil berupa kelompok dan buka individu
Contoh : dari 500 orang karung beras, masing-masing berisi 100 kg akan diambil
contoh sebanyak 1000 kg. bagaimana caranya?
Lakukan pengacakan karungnya saja → ambil 10 karung (jadi tidak perlu seluruh
isi ke-5000 karung dituang, diacak baru diambil 1000 kg).
5) Penarikan contoh area (area sampling)
Prinsipnya sama dengan cluster sampling
Pengelompokkan ditentukan oleh lokasi geografis atau administratif.
Contoh : pengambilan contoh di daerah Jawa-Barat, maka dapat dilakukan
pengambilan contoh per Kotamadya. Berdasarkan ukuran sample, sample acak
dibedakan menjadi :
− Sample besar → jika ukuran sample (n) > 30
− Sample kecil → jika ukuran sample (n) ≤ 30
→ ada kondisi tertentu dimana distribusi sampling dan
estimasi didekati dengan distribusi t.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Jika kita ingin melakukan penelitian pada sesuatu populasi yang besar, kita
tidak perlu meneliti setiap unit dari populasi akan tetapi cukup hanya mengambil
sebagian saja sampel. Untuk mendapatkan suatu sampel yang refresentatif, perlu
diperhatikan cara-cara yang disebut dalam “Probability sample”. Jika kita hanya ingin
mengetahui sekadar gambaran umum dari suatu keadaan, sedang biaya dan waktu
sangat sedikit, dapat kita pergunakan “Non Probability sample”. Untuk menghindari
terjadinya non sampling error perlu diadakan perencanaan yang baik, dalam
pembuatan kwisioner, manual, penetapan definisi dan konsep serta pengumpulan dan
pengolahan data.

4.2 Saran-saran

Mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami dan mempelajari mengenai


sampling dan teknik-teknik pengambilan smapel agar dapat mengaplikasikan
pengetahuan tersebut jika kelak akan melakukan suatu penelitian

22
DAFTAR PUSTAKA

Gy, P (1992) Sampling of Heterogeneous and Dynamic Material Systems: Theories of


Heterogeneity, Sampling and Homogenizing
Sarndal, Swenson, and Wretman (1992), Model Assisted Survey Sampling, Springer-
Verlag.
Anggraini Sri., "Populasi dan Sampel", Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Jakarta,1979.
Duncan Robert et al. "Biostatistics For Health", Wiley Medical Publication, New
York (Terjemahan Oleh Rozaini Nasution, 1988) PSKM FK-USU,Medan.
Hertono,.Broto.R. "Cara-Cara Sampling", Fakultas Kesehatan MasyarakatUnivesitas
Indonesia, Jakarta, 1977.
Spiegel-R Murray. “Elementary Sampling Theory, Theory And Problems of Statistic",
Mc. Graw Hill Book, Company, C 1972.
http://asprosbinareka.com/info.php?act=artDet&id=128 teknik pengambilan sampling

23

You might also like