You are on page 1of 14

Perdukunan dalam Timbangan Islam

Date : October 18th, 2009Category : AqidahAuthor : abidunNo comments

Sesungguhnya di antara musibah besar yang masih melanda umat Islam adalah masalah perdukunan. Siapapun
dapat merasakannya dengan jelas dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kita sering melihat orang yang
kehilangan barang-barangnya lalu ia menanyakannya kepada orang yang dianggap tahu masalah-masalah gaib
atau mampu menerawang benda-benda dari jarak jauh yang tidak tembus oleh pandangan mata biasa. Kita juga
sering melihat orang yang sedang kebingungan dalam masalah pekerjaan, jodoh, atau tentang nasib hidupnya
yang lain lalu ia datang kepada dukun untuk mempertanyakan hal tersebut, apakah yang lebih cocok untuknya,
dengan berdasarkan anggapan atau keyakinan bahwa sang dukun tersebut mengetahui masa depan atau nasib
manusia yang rahasia. Atau yang sering kita lihat, yakni ketika akan mengadakan acara perkawinan atau acara
lain yang penting, bahkan yang tidak penting juga, mereka datang kepada orang yang dianggap tahu tentang
hari-hari tertentu yang baik menurut perhitungan primbon dan semacamnya.

Apakah pandangan Islam yang sebenarnya tentang masalah-masalah tersebut dan kenapa ia masih begitu
mengakar kuat dalam kehidupan umat Islam, terkhusus umat Islam Indonesia? Marilah kita bahasa bersama-
sama di bawah ini.

Hakikat Perdukunan (Kihanah)

Menurut bahasa, kihanah adalah pekerjaan seorang kahin atau dukun. Lalu apakah yang dimaksud dengan
kahin? Kahin adalah orang yang menyampaikan berita tentang hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang
dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia dan sesuatu yang gaib. Demikian definisi kahin yang terdapat dalam
kamus Lisanul Arab (13/362).

Arti kahin menurut istilah syara’ tidak jauh berbeda dengan artinya menurut bahasa. Menurut Imam Khathabi,
ada perbedaan antara kahin dan arraf. Kahin adalah orang yang melakukan pemberitaan tentang perkara-
perkara yang terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia. Sedangkan ‘arraf
adalah orang mengaku mengetahui benda yang dicuri, tempat sesuatu yang hilang, dan sejenisnya. (Nawawi,
Syarh Shahih Muslim, 5/22)

Dari penjelasan para ulama tentang makna kahin, kita dapat menyimpulkan bahwa kahin adalah orang yang
mengaku mengetahui masalah gaib tanpa melalui cara yang benar. Apapun istilahnya dan siapapun pelakunya,
jika seseorang termasuk dalam kategori definisi di atas disebut dengan kahin. (Lihat Fatawa al-Azhar, 7/374
dan Syarh Shahih Muslim, 18/48)

Lalu, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan gaib? Di dalam Fatawa al-Azhar (7/374) dijelaskan bahwa
gaib adalah sesuatu yang berada di luar pengetahuan manusia. Di antara gaib ada yang dapat diketahui dengan
cara-cara biasa, misalnya benda yang hilang diketahui dengan cara mencarinya dan ilmu yang belum diketahui
diketahui dengan cara mempelajarinya seperti masalah listrik, dunia virus dan sejenisnya. Dan ada juga gaib
tidak dapat diketahui dengan cara-cara biasa, melainkan harus dengan berita yang benar, misalnya masalah-
masalah akhirat dan sesuatu yang berada di balik materi (metafisika). Untuk gaib jenis yang kedua ini kita tidak
dapat mengetahuinya melainkan dengan penjelasan wahyu, yakni Al-Qur`an dan As-Sunnah. Demikianlah
penjelasan Syekh Athiyah Shaqr dalam Fatawa Al-Azhar tersebut.

Setelah kita memahami definisi kahin seperti di atas, kita dapat menilai bahwa orang yang mengaku
mengetahui masalah nasib, rezeki, perkara jodoh atau sejenisnya, hari naas dan hari yang tidak naas, ramalan
rasi bintang (horoskop dan sejenisnya), barang-barang yang dicuri, benda-benda yang hilang adalah termasuk
kahin. Dan kita dapat mengatakan bahwa orang yang mendatanginya untuk menanyakan hal-hal tersebut, baik
ia percaya atau tidak percaya adalah orang yang mendatangi kahin yang hukumnya akan dijelaskan sebentar
lagi.

Kita jangan tertipu dengan ucapan sebagian kahin yang memang sengaja untuk membodohi orang-orang awam.
Yaitu ketika ia mengatakan bahwa yang menentukan segala sesuatu adalah Allah swt, adapun dirinya hanyalah
sebatas memberikan bantuan. Hal itu karena ia jelas-jelas telah masuk dalam area yang sangat terlarang.
Sesungguhnya telah dikatakan, lisanul hal afshah min lisanil maqal, artinya: lisan keadaan (perbuatan) lebih
jelas daripada lisan ucapan.

Hukum Perdukunan

Hukum perdukunan dosa besar berdasarkan dalil-dalil Al-Qur`an, hadits, dan ijma’ ulama, bahkan sampai
kepada kekafiran. Dalam kitab az-Zawajir ‘an Iqtifaf al-Kaba`ir (2/498), al-Faqih Ibnu Hajar al-Haitami
memasukkan kihanah (perbuatan kahin) dan ‘irafah (perbuatan ‘arraf) sebagai dosa besar. Begitu juga
mendatangi kahin dan ‘arraf.

Di dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah (37/173-174) disebutkan bahwa para ahli fiqih telah
bersepakat (ijma’) untuk mengharamkan perdukunan dan menjadikannya sebagai profesi. Para ahli fiqih
menghukumi dukun sebagai orang yang kafir. Adapun orang yang mendatanginya untuk menanyakan sesuatu,
shalatnya tidak diterima empat puluh hari. Dan jika ia sampai membenarkan ucapan-ucapan dukun tersebut, ia
juga kafir alias keluar dari agama Islam.

Dalil-Dalil Terlarangnya Perdukunan

1. Dalil Al-Qur`an

Dalam banyak ayat, Allah swt menjelaskan bahwa hanya Allah lah yang mengetahui masalah gaib kecuali para
Rasul yang telah diberitahu tentang hal itu dengan jalan wahyu.

- Allah swt berfirman,


َ ‫غيب‬
‫ل‬
ٍ ‫و‬
ْ ‫س‬
ُ ‫ن ّر‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ضى‬
َ َ ‫ن اْرت‬ َ ّ ‫حدا ً إ ِل‬
ِ ‫م‬ َ ‫هأ‬ ِ ْ‫فل َ ي ُظ‬
ِ ِ ْ َ ‫هُر على‬ َ ‫ب‬
ِ ْ ‫م الغي‬
ُ ِ ‫عال‬
َ .

“Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya.” (al-Jinn: 26-27)

Ayat yang mulia ini mengatakan dengan tegas bahwa hanya Allah lah yang mengetahui perkara gaib dan tidak
ada manusia yang mengetahui masalah gaib kecuali Rasul yang Dia ridhai. Dengan kata lain, pengetahuan
tentang gaib yang dimiliki para Rasul bersumber dari wahyu. Hal ini berbeda dengan para dukun yang mengaku
mengetahui gaib berdasarkan terkaan dan kebohongan saja.

- Allah swt berfirman,

‫ر‬ َ ْ ‫ن ال‬
ِ ْ ‫خي‬ َ ‫م‬ ُ ‫ست َك ْث َْر‬
ِ ‫ت‬ ْ َ‫ب ل‬ َ ْ ‫م ال‬
َ ْ ‫غي‬ ْ َ‫ت أ‬
ُ َ ‫عل‬ ْ َ ‫ول‬
ُ ْ ‫و ك ُن‬ َ ‫ه‬ َ ّ ‫ضّرا إ ِل‬
َ ‫ما‬
ُ ‫شاءَ الل‬ َ َ ‫ول‬
َ ‫عا‬ ْ َ‫ي ن‬
ً ‫ف‬ ْ ‫س‬ ُ ِ ‫مل‬
ْ َ ‫ك ل ِن‬
ِ ‫ف‬
َ
ْ ‫ل لَ أ‬ ُ .
ْ ‫ق‬

“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak menolak kemudharatan kecuali
yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-
banyaknya.” (al-A’raf: 188)
Dari ayat ini, kita memahami bahwa Rasulullah saw tidak mengetahui gaib. Tetapi, para dukun dan sejenisnya
dengan sombong mengaku mengetahui masalah gaib. Pantas saja, jika para Fuqaha menyatakan bahwa para
dukun adalah kafir dan orang yang membenarkan mereka juga kafir.

Ayat ini tidak bertentangan dengan ayat sebelumnya dan hadits-hadits shahih yang menjelaskan bahwa
Rasulullah saw mengetahui sebagian dari hal-hal gaib, karena pengetahuan beliau tersebut bersumber dari
wahyu. Ayat ini berarti bahwa pada dasarnya para Rasul tidak mengetahui masalah gaib karena masalah gaib
hanya Allah yang memonopolinya, kemudian ayat yang sebelumnya mengecualikan ayat ini. Pendek kata,
sebagian dari masalah gaib yang diketahui para Rasul bersumber dariu wahyu Allah. Adapun sumber ilmu gaib
yang diakui para dukun adalah berdasarkan dugaan, terkaan, dan tebakan semata, tidak lebih!

- Allah swt berfirman,


َ
‫ن‬
ِ ‫هي‬ ُ ْ ‫ب ال‬
ِ ‫م‬ ِ ‫ذا‬ َ ْ ‫ي ال‬
َ ‫ع‬ ِ ‫ما ل َب ُِثوا‬
ْ ‫ف‬ َ ‫ب‬ َ ْ ‫ن ال‬
َ ْ ‫غي‬ َ ‫و‬ ُ َ ‫عل‬
ْ ‫م‬ ْ َ ‫كاُنوا ي‬ ْ َ‫ن ل‬
َ ‫و‬ ْ ‫نأ‬ ِ ْ ‫ت ال‬
ّ ‫ج‬ ِ َ ‫خّر ت َب َي ّن‬ ّ َ ‫فل‬
َ ‫ما‬ َ .

“Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib
tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba`: 14)

Jika sebagian dukun mengaku mengetahui hal gaib dengan bantuan jin, maka Allah swt melalui firman di atas
menegaskan bahwa jin tidak mengetahui yang gaib. Nabi Sulaiman sebenarnya telah lama meninggal dalam
keadaan berdiri dengan tongkatnya. Para jin yang bekerja tidak tahu bahwa Nabi Sulaiman telah wafat. Justru
mereka tahu setelah hewan rayap menggerogoti tongkatnya sampai akhirnya ia tersungkur. Dan mereka pun
menyesal, seandainya mereka tahu yang gaib, mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan, yakni
tidak terus bekerja atas perintah Sulaiman. Renungkanlah tentang pengakuan mereka ini, lalu bandingkan
dengan aksi-aksi para dukun!

2. Dalil Hadits

-Hadits Aisyah r.a.


ُ َ َ ‫ سأ‬:‫ة‬
‫ل‬ ُ ‫و‬ ْ ‫س‬ ُ ‫م َر‬ ْ ‫ه‬ُ َ‫ل ل‬ َ ‫قا‬ َ ‫ف‬
َ ‫ن‬ ِ ‫ها‬ ّ ُ ‫ن ال ْك‬ ِ ‫ع‬ َ – ‫ه – صلى الله عليه وسلم‬ ِ ‫ل الل‬ َ ‫و‬ ْ ‫س‬ُ ‫س َر‬ ٌ ‫ل أَنا‬ َ ُ ‫ش‬ َ ِ ‫عائ‬
َ ‫ت‬ ْ َ ‫قال‬ َ
‫حَياًنا‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ثو‬ُ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫إ‬‫ف‬َ ‫ه‬ ّ ‫ل‬ ‫ال‬ َ
‫ل‬ ‫سو‬ ‫ر‬ ‫يا‬ :‫لوا‬ ُ َ
‫قا‬ . « ‫ء‬
ٍ ‫ى‬ ‫ش‬َ ‫ب‬ ‫سوا‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ » :- ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫الله‬ ‫صلى‬ – ‫ه‬ ّ ‫ل‬ ‫ال‬
ْ َ ّ َ ُ ْ ُ ِّ ِ ُ َ َ ْ ِ ُ ْ ِ
‫ق‬
ّ ‫ح‬ َ ْ ‫ن ال‬ َ ‫م‬ ِ ‫ة‬ ُ ‫م‬َ ِ ‫ك ال ْك َل‬َ ْ ‫ » ت ِل‬:- ‫ه – صلى الله عليه وسلم‬ ِ ّ ‫ل الل‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ل َر‬ َ ‫قا‬ َ ‫ف‬َ .‫قا‬ ّ ‫ح‬
َ ‫ن‬ ُ ‫و‬ُْ ‫ء ي َك‬
ِ ‫ى‬ ْ ّ
‫ش‬ ‫بال‬ِ
َ ُ
‫ة‬ٍ َ ‫ة ك َذْب‬ ِ َ ‫مائ‬ِ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ها أك ْث ََر‬ َ ‫في‬ ِ ‫ن‬ َ ‫و‬ ْ ُ‫خل ِط‬ َ ،‫ة‬
ْ َ ‫في‬ ِ ‫ج‬
َ ‫جا‬ َ ّ‫قّر الد‬َ ‫ه‬ِ ّ ‫ول ِي‬ َ ‫ن‬ِ ُ‫فى أذ‬ ِ ‫ها‬ َ ‫قّر‬ ُ َ ‫في‬
َ ،‫ى‬ ّ ّ ‫جن‬ِ ْ ‫ها ال‬ َ ‫ف‬ ُ َ ‫خط‬ ْ َ‫» ي‬

Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah saw ditanya tentang para kahin, lalu beliau menjawab, ‘Mereka tidak bernilai
apa-apa!’ Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka terkadang memberitakan sesuatu
dengan benar.’ Beliau bersabda, ‘Kalimat yang benar itu berasal dari pencurian jin, lalu jin menyuarakannya
di telinga walinya (dukun) seperti suara ayam betina yang berkokok (sehingga menggugah teman-temannya)),
lalu para setan (yang mendengarnya) mencampurinya dengan seratus kedustaan.’” (HR Bukhari dan
Muslim)

Imam Nawawi berkata, “Qadhi (Iyadh) mengatakan bahwa dukun Arab itu ada tiga macam; salah satunya
seseoang yang memiliki teman dari jin yang memberikan kabar kepadanya dari hasil pendengarannya secara
diam-diam dari langit. Jenis yang pertama ini telah batal sejak diutusnya Rasulullah saw” Selanjutnya Qadhi
Iyadh menyebutkan jenis dukun yang kedua, yakni dukun yang memberitahu apa yang sedang terjadi di tempat
lain, dan dukun yang ketiga, yakni ahli nujum. (Syarah Shahih Muslim, 14/223)

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Imam Qurthubi mengatakan bahwa orang-orang Arab pada masa jahiliah suka
mengajukan masalah-masalah dan hukum-hukum kepada para dukun dan mereka menjadikan perkataan para
dukun tersebut sebagai pegangan. Perdukunan telah terputus dengan diutusnya Rasulullah saw. Namun, masih
tetap ada orang-orang yang menyerupai mereka. Padahal, larangan mengenai mereka telah ada. Karena itu,
siapapun tidak boleh mendatangi mereka dan tidak boleh membenarkan mereka.” (Fathul Bari, 16/294)

Tentang ketidakmampuan jin untuk menyadap kabar langit seperti pada masa jahiliah juga ditegaskan oleh
firman Allah swt,

‫ع‬
ِ ‫م‬
ْ ‫س‬
ّ ‫عدَ ِلل‬
ِ ‫قا‬ َ ‫م‬
َ ‫ها‬
َ ْ ‫من‬ ِ ُ‫عد‬
ُ ‫ق‬ْ َ ‫وأ َّنا ك ُّنا ن‬ َ (8) ‫هًبا‬ ُ ‫ش‬ ُ ‫و‬
َ ‫دا‬
ً ‫دي‬ َ ‫سا‬
ِ ‫ش‬ ً ‫حَر‬ ْ َ ‫مل ِئ‬
َ ‫ت‬ ُ ‫ها‬
َ ‫جدَْنا‬
َ ‫و‬ َ َ‫ماء‬
َ ‫ف‬ َ ‫س‬
ّ ‫سَنا ال‬
ْ ‫م‬
َ
َ َ ‫وأّنا ل‬َ
9) ‫دا‬ ‫ص‬ ‫ر‬ ‫با‬
ً َ َ ً َ ‫ها‬ ‫ش‬
ِ ‫ه‬ َ ‫ل‬
ُ ْ ِ َ‫د‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ن‬
َ َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫م‬
ِ َ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ن‬
ْ َ ْ َ‫م‬‫ف‬َ )
ِ

“Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan
penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat
di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”
(al-Jin: 8-9)

- Hadits Jabir r.a.

Jabir r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

َ ّ ‫سل‬
‫م‬ َ ‫و‬ ِ ْ ‫عل َي‬
َ ‫ه‬ ُ ‫صّلى الل‬
َ ‫ه‬ َ ‫د‬
ٍ ‫م‬
ّ ‫ح‬ ُ ‫عَلى‬
َ ‫م‬ َ ‫ز‬
َ ‫ل‬ ِ ْ ‫ما أن‬ َ َ ‫قدَ ك‬
َ ِ ‫فَر ب‬ َ ‫ف‬
َ ‫ل‬ َ ‫ما‬
َ ‫قا‬ َ ِ‫ه ب‬ َ ّ‫صد‬
ُ ‫ق‬ َ ‫هًنا‬
َ ‫ف‬ َ ‫ن أ ََتى‬
ِ ‫كا‬ ْ ‫م‬
َ .

“Barangsiapa yang mendatangi dukun, lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir dengan
apa yang diturunkan kepada Muhammad saw” (HR Bazzar)

- Hadits Abu Hurairah r.a.

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

َ ‫ر‬ َ ‫ف‬َ ‫ها‬ َ َ َ ‫ضا أ‬ َ َ َ‫ل أ‬ ُ َ ‫ما ي‬ َ ّ‫صد‬ َ ‫هًنا‬ َ ‫ن أ ََتى‬


‫ما‬ّ ‫م‬ِ ‫ئ‬ ِ َ ‫قدْ ب‬ َ ‫ر‬ ِ ُ ‫ن دُب‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ه‬
ُ َ ‫مَرأت‬
ْ ‫و أَتى ا‬
ْ ً ِ ‫حائ‬
َ ‫ه‬
ُ َ ‫مَرأت‬ ْ ُ ‫و‬
ْ ‫و أَتى ا‬ ْ ‫ق‬ َ ِ‫ه ب‬
ُ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ِ ‫كا‬ ْ ‫م‬
َ
‫د‬ َ َ ‫ز‬ ُ
ٍ ‫م‬ّ ‫ح‬َ ‫م‬ُ ‫على‬ َ ‫ل‬ ِ ْ ‫ن‬ ‫أ‬.

“Barangsiapa yang mendatangi dukun, lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, atau ia menyetubuhi
istrinya ketika sedang haid, atau menyetubuhi istrinya melalui duburnya, maka ia telah berlepas diri dari apa
yang diturunkan kepada Muhammad saw” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

- Hadits Ibnu Mas’ud r.a.

‫صّلى‬ ُ َ ‫ف‬ َ َ َ ‫ن أ ََتى‬


َ ‫د‬ ٍ ‫م‬ ّ ‫ح‬ َ ‫م‬ ُ ‫عَلى‬َ ‫ل‬َ ‫ز‬
ِ ْ ‫ما أن‬ َ َ ‫قدْ ك‬
َ ِ ‫فَر ب‬ َ ‫ف‬
َ ‫ل‬
ُ ‫و‬ ُ َ ‫ما ي‬
ْ ‫ق‬ َ ِ‫ه ب‬ َ ّ‫صد‬
ُ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ُ َ ‫سأل‬
َ ‫ه‬ َ َ ً ‫هنا‬
ِ ‫كا‬ ْ ‫حرا ً أ‬
َ ‫و‬ ِ ‫سا‬ ْ ‫عّرافا ً أ‬
َ ‫و‬ ْ ‫م‬
َ
‫م‬
َ ّ ‫ل‬ ‫س‬
َ ‫و‬
َ ‫ه‬
ِ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ه‬
ُ ‫الل‬.

“Barangsiapa yang mendatangi ‘arraf, tukang sihir, atau kahin, lalu bertanya kepadanya dan membenarkan
apa yang diucapkannya, maka ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad saw” (HR
Bazzar)

- Hadits Shafiyah binti Abi Ubaid

Shafiyah binti Abi Ubaid meriwayatkan dari sebagian istri Rasulullah saw bahwa beliau bersabda,

ً َ ‫ن ل َي ْل‬
‫ة‬ ِ َ ‫صل َةٌ أ َْرب‬
َ ْ ‫عي‬ ُ َ‫ل ل‬
َ ‫ه‬ ْ َ ‫قب‬ ْ َ‫ء ل‬
ْ ُ‫م ت‬ ٍ ‫ى‬ َ ‫ن‬
ْ ‫ش‬ ْ ‫ع‬
َ ‫ه‬ َ ‫ف‬
ُ َ ‫سأل‬
َ َ ‫فا‬ َ ‫ن أ ََتى‬
ً ‫عّرا‬ ْ ‫م‬
َ .
“Barangsiapa yang mendatangi ‘arraf, lalu menanyainya tentang sesuatu, shalatnya tidak diterima selama
empat puluh malam.” (HR Muslim)

- Hadits Ibnu Mas’ud r.a.


َ ْ ‫عن‬ َ َ
‫ن‬ َ َ‫ن ث‬
ِ ‫م‬ ْ ‫ع‬
َ ‫هى‬ َ ّ ‫سل‬
َ َ‫م ن‬ َ ‫و‬ ِ ْ ‫عل َي‬
َ ‫ه‬ ُ ‫صّلى الل‬
َ ‫ه‬ َ ‫ه‬ َ ‫و‬
ِ ‫ل الل‬ ْ ‫س‬
ُ ‫ن َر‬
ّ ‫هأ‬ُ َ ‫ه‬ ُ ّ ‫ي الل‬َ ‫ض‬ِ ‫ي َر‬ ّ ‫ر‬ ِ ‫صا‬َ ْ ‫عوٍد اْلن‬ ُ ‫س‬ْ ‫م‬ َ ‫ن أِبي‬ ْ ‫ع‬ َ
‫ن‬ َ ْ ْ ْ ْ َ ْ
ِ ‫ه‬ ِ ‫ن الكا‬ ِ ‫وا‬َ ‫حل‬ ُ ‫و‬َ ،‫ي‬ ّ ‫غ‬ ِ َ ‫ر الب‬
ِ ‫ه‬ْ ‫م‬َ ‫و‬َ ،‫ب‬
ِ ‫الكل‬.

“Ibnu Mas’ud r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw melarang harga anjing, upah pelacur, dan upah dukun.”
(HR Bukhari dan Muslim)

3. Dalil Ijma’

Selain dalil-dalil Al-Qur`an dan hadits, ijma’ ulama juga telah menetapkan haramnya perdukunan. Imam
Nawawi mengatakan,

‫ن‬ّ َ ‫ه ِل‬ِ ِ ‫هان َت‬َ َ ‫عَلى ك‬


َ ‫ن‬ُ ‫ه‬ ّ َ ‫مت َك‬ َ َ ‫ما أ‬
ُ ْ ‫خذَهُ ال‬ َ ‫و‬َ ‫ه‬ُ ‫و‬ َ ‫ن‬ِ ‫ه‬
ِ ‫كا‬َ ْ ‫ن ال‬ َ ْ ‫حل‬
ِ ‫وا‬ ُ ِ ‫ري ْم‬
ِ ْ َ ‫عَلى ت‬
‫ح‬ َ ِ ‫عل ْم‬
ِ ْ ‫ل ال‬ ْ َ‫ق أ‬
ُ ‫ه‬ َ ّ ‫ ا ِت‬:‫ي‬
َ ‫ف‬ ّ ‫و‬ َ َ ‫ل ال ْب‬
ِ ‫غ‬ َ
َ ‫قا‬
َ ُ ْ َ ْ
‫ه‬
ِ ْ ‫علي‬َ ‫ة‬ ِ ‫جَر‬ ْ ‫خذُ ال‬ ْ ‫وُز أ‬
ْ ‫ج‬ ُ َ‫ل ل َ ي‬ ٌ ِ‫ة َباط‬ ِ َ ‫هان‬
َ ِ ‫ل الك‬ َ ‫ع‬ْ ‫ف‬ِ .

“Imam al-Baghawi berkata, ‘Para ulama telah sepakat atas haramnya hulwanul-kahin, yaitu imbalan yang
diambil oleh dukun atas perdukunannya, karena perdukunan adalah batil dan mengambil upah atasnya adalah
tidak boleh.” (Syarah Shahih Muslim, 5/22)

Di dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah (37/173-174) sebagaimana yang telah saya singgung
sebelumnya juga terdapat keterangan bahwa para ahli fiqih telah sepakat atas haramnya perdukunan.

Haramnya Praktek Perdukunan, Mendatangi dan Membenarkan Perkataannya

1. DALIL AL QUR'AN

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka
percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah),
bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. (Q.S. An Nisaa' : 51)

2. DALIL AS SUNNAH

Diriwayatkan dari Mu'awiyah bin Al Hakam as Sulami, ia berkata : " Ketika aku mengerjakan
shalat bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba ada seseorang yang bersin.
Aku berkata: 'Yarhamukallaah (semoga Allah
merahmatimu) '. Orang-orang memandang ke arahku. Aku berkata: 'Malangnya ibuku ! Mengapa
kalian memandangku seperti itu ? '. Mereka pun menepukkan tangan ke paha. Setelah mengerti
bahwa mereka menyuruhku diam, maka aku pun diam. Setelah Rasulullah menyelesaikan
shalat, maka demi Allah, tidak pernah aku melihat seorang mu'allim sebelum dan sesudahnya
yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah, beliau tidak membentakku, tidak
memukulku dan tidak mencelaku. Beliau hanya berkata: 'Sesungguhnya ibadah shalat tidak
boleh dicampuri percakapan manusia. Ibadah shalat hanya boleh diisi dengan ucapan tasbih,
takbir dan bacaan Al Qur'an'. Atau sebagaimana yang dikatakan beliau.
Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru saja masuk Islam. Allah telah
menurunkan dienul Islam kepada kami. Sesungguhnya di antara kami masih ada yang
mendatangi dukun '. Beliau menjawab: 'Jangan datangi dukun ! '. ' Di antara kami masih ada
yang suka bertathayyur* ', lanjutku. Rasulullah menjawab: 'Itu hanyalah sesuatu yang terlintas
dalam hati mereka, maka janganlah sampai mereka menangguhkan niat karenanya '. Kemudian
aku lanjutkan: 'Sesungguhnya di antara kami masih ada yang mempraktekkan ilmu ramal '.
Rasulullah menjawab: 'Dahulu ada Nabi yang menggunakan ilmu ramal. Apabila yang terjadi
sesuai dengan ramalannya, maka itu hanyalah kebetulan saja '. ............ (HR Muslim)
Tathayyur adalah anggapan sial karena melihat atau mendengar sesuatu, misalnya melihat
burung tertentu atau mendengar suara binatang tertentu. Tathayyur adalah sesuatu yang
terlintas dalam hatimu, yang demikian itu bukanlah cela atasmu, namun yang tercela itu adalah
apabila tathayyur itu menahanmu dari beraktifitas.

Diriwayatkan dari Shafiyyah binti Abi Ubaid radhiyallaahu 'anha, dari salah seorang istri Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "
Barangsiapa mendatangi tukang ramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu lalu ia
membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam " (HR Muslim)

3. FAWAID / KANDUNGAN BAB

a. Imam al-Baghawi berkata dalam Syarhus Sunnah: " Kahin adalah orang yang meramal apa
yang bakal terjadi, mengaku mengetahui perkara ghaib dan menguasai ilmu ghaib. Dahulu, di
kalangan bangsa Arab terdapat dukun-dukun yang mengaku mengetahui perkara ghaib. Ada
yang mengaku menguasai pemimpin jin dan ada pula yang mengaku memiliki 'pembisik' yang
menyampaikan berita-berita kepadanya. Di antara mereka ada yang mengaku dapat
mengetahui banyak hal melalui 'kepintaran' yang dimilikinya. 'Arraf adalah orang yang mengaku
mengetahui banyak perkara dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan tempat
barang curian atau barang hilang. Misalnya, ada wanita yang berzina lalu orang-orang bertanya
kepadanya siapakah yang berzina dengannya ? Lalu ia memberitahu mereka. Dan beberapa
perkara sejenis. Di antara mereka ada yang menyebut ahli nujum itu dukun ".

Saya katakan: " Termasuk perkara yang diharamkan adalah meramal dengan melempar kerikil,
ilmu astrologi (ilmu nujum/perbintangan), ilmu ramal dengan melihat garis tangan, meramal
dengan garis-garis, meramal dengan melihat air dalam mangkuk atau gelas atau sejenisnya,
semua itu termasuk praktek perdukunan ".

b. Ancaman dan hukuman yang dijatuhkan berbeda-beda, ada yang tidak diterima shalatnya dan
ada yang dihukumi kafir. Semua itu menurut perincian berikut ini : Jika ia mendatangi dukun
tanpa membenarkan ucapannya, maka hukumannya adalah tidak diterima shalatnya selama
empat puluh malam. Jika ia membenarkan perkataan dukun itu, maka ia telah kafir dan terlepas
dari agama yang diturunkan kepada Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. Karena tidak
akan bertemu antara keimanan dengan membenarkan ucapan dukun (kekufuran).

c. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Fat-hul Baari menukil ucapan al-Khaththabi sebagai berikut:
"Para dukun adalah orang-orang yang punya otak yang tajam, hati yang jahat dan tabiat yang
keras. Syaitan suka berteman dengan mereka
karena memiliki kesamaan dalam perkara-perkara tersebut. Dan syaitan suka membantu
mereka dengan sedaya upayanya ".
d. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang sebab berita-berita yang
disampaikan oleh para dukun itu adakalanya benar, tujuannya agar orang-orang tidak tertipu
dengan mereka.

Diriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anha, ia berkata: "Orang-orang bertanya kepada


Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tentang berita-berita yang disampaikan para dukun ".
Beliau menjawab: " Berita-berita itu bohong belaka !
". Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya berita-berita yang mereka sampaikan itu
terkadang sesuai dengan kenyataan ?". Rasulullah menjawab: " Itulah kebenaran yang dicuri
oleh jin, lalu dibisikkannya* ke telinga pengikutnya, lalu ia mencampuradukkannya, dengan
seratus kebohongan ". (HR Bukhari dan Muslim)
*Yaitu disampaikan dan dibisikkannya kepada pengikut-pengikutnya lalu didengar oelh syaitan,
sebagaimana ayam saling berkomunikasi dengan pasangan sesamanya.

Diringkas-kutip dari ENSIKLOPEDIA LARANGAN jilid-1, Pustaka Imam Asy Syafi'I Mausuu'ah al-
Manaahiyyiys Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyah Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali Daar
Ibnu 'Affan Th. 1419 H

Mistik dan Khurafat, Perdukunan - Misteri Paranormal - , Mengundi


Nasib, Sihir - Masalah Kepercayaan dan Tradisi

Kepercayaan adl landasan pokok bagi masyarakat Islam. Tauhid inti daripada kepercayaan tersebut dan jiwa
daripada Islam secara keseluruhannya. Oleh krn itu melindungi kepercayaan dan tauhid adl pertama-tamayang
dilakukan oleh Islam dalam perundang-undangan maupun da’wahnya. Begitu juga memberantas kepercayaan
jahiliah yg dikumandangkan oleh polytheisme yg sesat itu suatu perintah yanq harus dikerjakan demi
membersihkan masyarakat Islam dari noda-noda syirik dan sisa-sisa kesesatan.

Nilai Sunatullah dalam Alam Semesta Pertama kali aqidah yg ditanamkan Islam dalam jiwa pemeluknya yaitu
bahwa alam semesta yg didiami manusia di permukaan bumi dan di bawah kolong langit tidak berjalan tanpa
aturan dan tanpa bimbingan. dan tidak juga berjalan mengikuti kehendak hawa nafsu seseorang. Sebab hawa
nafsu manusia krn kebutaan dan kesesatannya selalu bertentangan.Firman Allah SWT yg artinya “Andaikata
kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka niscaya akan rusaklah langit dan bumi serta seluruh makhluk yg
ada di dalamnya.” Namun perlu dimaklumi bahwa alam ini dikendalikan dgn undang-undang dan hukum yg
tetap tidak pernah berubah dan berganti sebagaimana telah dinyatakan oleh Al-Qur’an dalam beberapa ayat
antara lain sebagai berikut “Kamu tidak akan menjumpai sunnatullah itu berganti.” Kaum muslimin telah
belajardari kitabullah dan sunnah Rasul supaya menjunjung tinggi sunnatullah yg berbentuk alam semesta ini
dan mencari musabab yg diperoleh dari sebab-sebab yg telah diikatnya oleh Allah serta supaya mereka menolak
apa yg dikatakan sebab yg sekedar dugaan semata yg biasa dilakukan oleh para biksu ahli-ahli khurafat dan
pedagang agama. Memberantas Mistik dan Khurafat Nabi Muhammad SAW datang dan dijumpainya di tengah-
tengah masyarakat ada sekelompok manusia tukang dusta yg disebut dukun dan arraf . Mereka mengaku dapat
mengetahui perkara-perkara ghaib baik utk masa yg telah lalu maupun yg akan datang dgn jalan mengadakan
hubungan dgn jin dan sebagainya.Justru itu Rasulullah SAW kemudian memproklamirkan perang dgn
kedustaan yg tidak berlandaskan ilmu petunjuk maupun dalil syara. Rasulullah SAW membacakan kepada
mereka wahyu Allah yg artinya “Katakanlah! Tidak ada yg dapat mengetahui perkara ghaib di langit dan di
bumi melainkan Allah semesta.” Bukan Malaikat bukan jin dan bukan manusia yg mengetahui perkara-perkara
ghaib. Rasulullah SAW juga menegaskan tentang dirinya dgn perintah Allah SWT sebagai berikut “Kalau saya
dapat mengetahui perkara ghaib niscaya saya dapat memperoleh kekayaan yg banyak dan saya tidak akan
ditimpa suatu musibah tidak lain saya hanyalah seorang yg membawa khabar duka dan membawa khabar
gembira utk kaum yg mau beriman.” Allah memberitakan tentang jinnya Nabi Sulaiman sebagai berikut
“Sungguh andaikata mereka itu dapat mengetahui perkara ghaib niscaya mereka tidak kekal dalam siksaan
yanghina.” Oleh krn itu barangsiapa mengaku dapat mengetahui perkara ghaib yg sebenarnya berarti dia
mendustakan Allah mendustakan kenyataan dan mendustakan manusia banyak. Sebahagian utusan pernah
datang ke tempat Nabi mereka menganggap bahwa Nabi adl salah seorang yg mengaku dapat mengetahui
perkara ghaib. Kemudian mereka menyembunyikan sesuatu di tangannya dan berkata kepada Nabi Tahukah
tuan apakah ini? Maka Nabi menjawab dgn tegas “Aku bukan seorang tukang tenung sebab sesungguhnya
tukang tenung dan pekerjaan tenung serta seluruh tukang tenung di neraka.” Percaya Kepada Tukang Tenung
Kufur Secara umum profesi “dukun” sebenarnya telah memiliki konotasi buruk sejak zaman jahiliyah sehingga
tatkala orang-orang musrik jahiliyah ingin menjauhkan manusia dari Nabi mereka sebarkan isu dan mereka
memberikan gelar “kahin” atau “sihir” agar orang-orang manjauh dari Nabi. Begitu pula tatkala datangnya
cahaya Islam tukang sihir dan dukun menempati track record yg buruk dalam pandangan Islam. Di jaman
modern ini dukun lbh dikenal dgn istilah ngetrennya “paranormal” dan keberadaan mereka mendapat tempat
terhormat dalam masyarakat baik yg berprofesi sebagai tukang ramal tukang sulap pemimpin adat sampai pada
dukun yg melakukan pengobatan alternatif yg menggunakan jin sebagai prewangan . Islam tidak membatasi
dosa hanya kepada tukang tenung dan pendusta saja tetapi seluruh orang yg datang dan bertanya serta
membenarkan mistake dan kesesatan mereka itu akan bersekutu dalam dosa. Sebagaimana sabda Nabi SAW
“Barangsiapa datang ke tempat juru ramal kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yg
dikatakan maka sembahyangnya tidak akan diterima selama 40 hari.” “Barangsiapa datang ke tempat tukang
tenung kemudian mempercayai apa yg dikatakan maka sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yg diturunkan
kepada Muhammad SAW.” Wahyu yg diturunkan kepada Nabi Muhammad itu mengatakan bahwa hanya
Allahlah yg mengetahui perkara ghaib sedang Muhammad sendiri tidak mengetahuinya apalagi orang lain.
Firman Allah “Katakanlah! Saya tidak berkata kepadamu bahwa saya mempunyai perbendaharaan Allah dan
saya tidak dapat mengetahui perkara ghaib dan saya tidak berkata kepadaku bahwa saya adl maaikat tetapi
saya hanyalah mengikuti apa yg diwahyukan kepadaku.” Para Dukun Mendapat Informasi dari Jin “Telah
mengabarkan kepada kami Ali bin Abdillah dari Hisyam bin Yusuf dari Ma’mar dari Az-Zuhri dari Urwah bin
Zubeir dari Aisyah r.a. berkata “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para dukun” beliau
bersabda “Tidak ada apa-apanya.” Para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah mereka kadang-kadang bisa
menceritakan sesuatu yg benar kepada kami. Maka Rasulullah SAW bersabda “Kalimat tersebut berasal dari
kebenaran yg dicuri oleh jin kemudian dibisikkan ke telinga para walinya . Maka para dukun tersebut
mencampurkan kalimat yg benar tersebut dgn seratus kedustaan.” Hadits tersebut sejara jelas membuka kedok
dan rahasia “keampuhan” dukun yg banyak mengecoh orang-orang yg menyandarkan harapan keselamatan dan
kebahagiaan hidupnya kepada selain Allah. Dalam hadits ini terungkap pula teka-teki di balik kemampuan
dukun yg terkadang dapat menebak peristiwa yg akan terjadi. Dijelaskan pula dalam hadits ini dari mana
sumber ilmu paranormal . Pelajaran yg dapat dipetik dari petunjuk Rasulullah SAW tersebut diatas adalah

Terkadang dukun mendapat kabar yg benar dari jin. Akan tetapi kedustaan yg dibawa sebenarnya jauh
lbh besar dan lbh sering

Imam Bukhari meriwayatkan pula dalam bab lain dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Apabila Allah memutuskan perkara di langit para malaikat memukul-mukulkan sayapnya dalam
keadaan tunduk mendengarkan firman Allah laksana gemerincingnya rantai besi yg terjatuh pada batu
yg licin. Maka rasa takut telah hilang dari hati malaikat mereka bertanya Apa yg telah ditetapkan oleh
Rabbmu? Malaikat menjawab kepada yg lain “Allah berfirman tentang kebenaran sedangkan Dia Maha
Tinggi lagi Maha Besar. Maka di saat ada setan-setan pencuri dgn membentuk formasi demikian Sufyan
memperagakan dgn menyusun telapak tangannya dan membentangkan jari-jarinya. Kemudian setan
pencuri dengar itu berhasil mencuri dengar kalimat yg benar lalu ia sampaikan kepada setan di
bawahnya setan yg dibawahnya tersebut mengabarkan lagi kepada yg dibawahnya lagi sampai akhirnya
yg paling bawah menyampaikan hingga sampai ke lidah tukang sihir atau dukun. Bisa jadi sebelum
setan sempat menyampaikan berita yg benar tersebut keburu disambar oleh bintang api. Tetapi boleh
jadi pula setan berhasil menyampaikan hasil curiannya sebelum disambar api. Kemudian setan
menambahi kalimat yg benar tersebut dgn seratus kedustaan. Lalu dikatakan oleh orang-orang
“Bukankah ia telah mengatakan kita hari begini dan begini demikian dan demikian? Maka dukun pun
dipercaya krn kalimat yg benar yg dicuri dari langit.” .

Kebanyakan manusia cenderung lbh mudah tergoda utk menerima kebatilan. Jika sekali saja dukun
terbukti benar maka jiwa akan terpengaruh utk selalu menganggap tiap apa yg dikatakan dukun adl
benar sementara mereka melupakan kedustaan-kedustaan yg telah mereka perbuat

Taruhlah seorang dukun meramal sebanyak seratus kali lalu jin yg bekerja untuknya berhasil mencuri
dengar sekali saja hingga dia memberitahukan sesuatu yg benar. Maka hal ini mengandung ketakjuban
banyak orang higga dikiranya tiap kali dia ngomong mesti benar. Padahal yg benar hanya satu persen
sekian persennya “kebetulan” benar dan sekian persen lagi salah. Contoh yg sangat mudah mendekati
tanggal 9-9-1999 yg lalu para dukun tukang ramal atau paranormal mensosialisasikan besar-besaran
diantaranya lewat tabloid posmo bahwa hari itu adl hari kiamat. Ada pula yg meramalkan Soeharto
meninggal ditembak pada tahun 2000 dan sebagainya yg ternyata jauh dari kenyataan. Namun alangkah
anehnya orang-orang belum merasa jera dan kapok dikibuli oleh para penipu itu.

Tepatnya ramalan dukun bukanlah indikasi benarnya perbuatan tersebut secara syar’iDari pintu inilah
banyak orang-orang jahil tergelincir jika apa yg mereka usahakan yakni dgn mendatangi dukun jika
kebetulan terwujud mereka menyangka bahwa hal itu merupakan indikasi keridlaan Allah karen
tercapainya cita-citanya. Hal ini pula yg menggeincirkan banyak orang yg berdo’a dgn cara-cara bid’ah
dan syirik seperti berdo’a kepada Allah melalui perantara penghuni kuburan nenek moyangnya atau
orang shaleh. Ketika kebetulan tercapai mereka menyangka bahwa apa yg mereka tempuh berarti benar
dan diridlaai Allah padahal bisa jadi hal itu adl istidraj Allah SWT berfirman yg artinya “Apakah
mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yg kami berikan kepada mereka itu berarti Kami
bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak sesungguhnya mereka tidak sadar.”
Kesimpulannya bahwa tepatnya ramalan dukun tercapainya tujuan melalui perantaraan dukun ataupun
terkabulnya do’a bukanlah merupakan indikasi keridlaan Allah dan lurus di atas syare’at. Kalau seorang
muslim telah mengetahui persoalan ini dari Al-Qur’an yg telah menyatakan begitu jelas kemudian dia
percaya bahwa sementara manusia ada yg dapat menyingkap tabir qadar dan mengetahui seluruh rahasia
tersembunyi maka berarti telah kufur terhadap wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sisi
Kelam Kehidupan Para Dukun Tidak banyak orang yg tahu bahwa di balik keampuhan dan kesaktian
para dukun ternyata ada sisi kelam dalam kehidupan mereka di dunia dan juga di akherat . Bagaimana
tidak utk dapat bernego dgn para jin yg menjadi mitra kerjanya itu mereka harus rela menggadaikan
kebahagiaan akheratnya dgn cara menanggalkan tauhid. Bukan rahasia lagi bahwa utk memperoleh
kapasitas ilmu klenik yg tinggi mereka harus melakukan bentuk kesyirikan kezaliman ataupun
kemaksiatan kepada Allah. Ada yg menyembelih utk jin ada yg menjadikan para gdis sebagai tumbal
ada yg harus melakukan puasa-puasa bid’ah dan bahkan ada yg harus menjadikan mushaf Al-Qur’an
sebagi alas kaki tatkala buang air besar inna lillaahi wa inna ilaihi raji’uun. Mengadu Nasib dgn Azlam
Dengan hikmah yg telah kami sebutkan di atas Islam mengharamkan mengadu nasib dgn azlam.Azlam
disebut juga qadah yaitu semacam anak panah yg biasa dipakai oleh orang-orang Arab jahiliah sebanyak
tiga buah Pertama tertulis aku diperintah Tuhan.Kedua tertulis aku dilarang Tuhan.Ketiga kosong.
Kalau mereka bermaksud akan bepergian atau kawin dan sebagainya mereka pergi ke tempat berhala yg
di situ ada azlam kemudian mereka mencari utk mengetahui apa yg akan diberikan kepada mereka itu
dalam hal bepergian peperangan dan sebagainya dgn jalan mengundi tiga batang anak panah tersebut.
Kalau yg keluar itu panah yg tertulis aku diperintah Tuhan maka dia laksanakan kehendaknya itu. Dan
jika yg keluar itu anak panah yg tertulis aku dilarang Tuhan maka mereka bekukan rencananya itu.
Tetapi kalau yg keluar anak panah kosong maka mereka ulangi beberapa kali sehingga keluarlah anak
panah yg memerintah atau yg melarang. Yang sama dgn ini yaitu apa yg kini berlaku masyarakat kita
seperti bertenung dgn menggaris-garis tanah pergi ke kubur membuka Al-Qur’an membaca piring dan
sebagainya. Semua ini perbuatan mungkar yg oleh Islam diharamkan. Setelah menyebutkan beberapa
macam makanan yg diharamkan kemudian Allah berfirman sebagai berikut ” kamu mengetahui nasib
dgn mengundi bahwa yg demikian itu perbuatan fasik.” Dan sabda Nabi “Tidak akan mencapai derajat
yg tinggi orang yg menenung atau mengetahui nasib dgn mengundi atau menggagalkan bepergiannya
krn percaya kepada alamat .” Mengenai hal ini telah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia
bahwa tiap melaksanakan sesuatu yg penting maka menggunakan perhitungan hari baik dan hari nahas.
Jika hari nahas maka pantang baginya melakukan sesuatu kegiatan tertentu yg penting. Dan jika hendak
bepergian tetapi mendengar bacaan kitab yg menyatakan banyak halangan kemudian tidak jadi pergi ini
bagian tradisi masyarakat yg masih kental. Dan tentunya tradisi semacam ini perlu ditinggalkan demi
kemurnian tauhid dalam beragama. Sihir Islam menentang keras perbuatan sihir dan tukang sihir.
Tentang orang yg belajar ilmu sihir Allah SWT telah berfirman “Mereka belajar suatu ilmu yg
membahyakan diri mereka sendiri dan tidak bermanfaat buat mereka.” Rasulullah SAW menilai sihir
sebagai salah satu dari pada dosa besar yg bisa merusak dan menghancurkan sesuatu bangsa sebelum
terkena kepada pribadi seseorang dan dapat menurunkan derajat pelakunya di dunia ini sebelum pindah
ke akhirat Justru itu Nabi bersabda “Jauhilah tujuh perkara besar yg merusak. Para sahabat bertanya
Apakah tujuh perkara itu ya Rasulullah? Jawab Nabi yaitu 1} menyekutukan Allah; 2} sihir; 3}
membunuh jiwa yg oleh Allah diharamkan kecuali krn hak; 4} makan harta riba; 5} makan harta anak
yatim 6} lari dari peperangan; 7} menuduh perempuan-perempuan baik terjaga dan beriman.”
Sebahagian ahli fiqih menganggap bahwa sihir itu berarti kufur atau membawa kepada kufur. Sementara
ada juga yg berpendapat ahli sihir itu wajib dibunuh demi melindungi masyarakat dari bahaya sihir. AI-
Qur’an juga telah mengajar kita supaya kita suka berlindung diri kepada Allah dari kejahatan tukanq
sihir yaitu firman-Nya ” dari kejahatan tukang meniup simpul.” Peniup simpul salah satu cara dan ciri
yg dilakukan ahli-ahli sihir. Dalam salah satu hadis dikatakan “Barang siapa meniup simpul maka
sungguh ia telah mensihir dan barang siapa mensihir maka sungguh ia telah berbuat sirik.”
Sebagaimana halnya Islam telah mengharamkan pergi Ke tempat dukun utk menanyakan perkara-
perkara ghaibmaka begitu juga Islam mengharamkan perbuatan sihir atau pergi ke tukang sihir utk
mengobati suatu penyakit yg telah dicubakan kepadanya atau utk mengatasi suatu problema yg
dideritanya. Cara-cara semacam ini tidak diakuinya oleh Nabi sebagai golongannya. Sebagaimani
sabdanya “Tidak termasuk golongan kami barangsiapa yg mengangap sial krn alamat atau minta
ditebak kesialannya dan menenung atau minta ditenungkan atau mensihir atau minta disihirkan.” lbnu
Mas’ud juga pernah berkata “Barangsiapa pergi ke tukang ramal atau ke tukang sihir atau ke tukang
tenung kemudian ia bertanya dan percaya terhadap apa yg dikatakannya maka sungguh dia telah kufur
terhadap apa yg diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.” Dan bersabda pula Rasulullah SAW
“Tidak akan masuk syorga pencandu arak dan tidak pula orang yg percaya kepada sihir dan tidak pula
orang yg memutuskan silaturrahmi.” Haramnya sihir di sini tidak hanya terbatas kepada si tukang
sihirnya saja bahkan meliputi tiap yg percaya kepada sihir dan percaya kepada apa yg dikatakan oleh si
tukang sihir itu. Lebih hebat lagi haram dan kejahatannya apabila sihir itu dipergunakan utk tujuan-
tujuan yg haram seperti menceraikan antara suami-isteri mengganggu seseorang dan sebagainya yg
biasa dikenal di kalangan ahli-ahli sihir. Sumber
Al-Halal Wal Haram Fil Islam Syaikh Muhammad Yusuf Qardhawi
Rahasia Keampuhan Dukun dan Pandangan Islam Terhadapnya Abu Umar Abdillah

Bila Kuburan Diagungkan

penulis Al Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An Nawawi


Syariah Aqidah 11 - November - 2004 10:07:14

dlm perjalanan hidup manusia terkadang perlu utk kembali menengok ke sejarah masa lampau masa-masa
sebelum datang cahaya Islam. Sebuah masa yg penuh dgn perilaku kejahilan dan semangat hawa nafsu di mana
di dlm terdapat tatanan kehidupan yg didasarkan hanya pada pandangan baik akal dan “kesepakatan” orang
banyak. Bukan tatanan kehidupan yg dibimbing oleh wahyu dari Dzat Yang Maha Benar.
Kita perlu menengok kepada kehidupan di masa jahiliyyah itu krn realita kehidupan kita di masa ini ternyata
banyak memiliki kesamaan dgn realita di masa jahiliyyah. Padahal dgn diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yg membawa cahaya Islam berbagai konsep kemasyarakatan ala masyarakat jahiliyyah itu semesti
terhapuskan krn bertentangan dgn nilai-nilai Islam. Dengan demikian menggali kembali hakikat alam
kehidupan jahiliyyah bukan suatu keterbelakangan dan kejumudan berfikir namun merupakan langkah utk lbh
maju ke depan.
Merupakan suatu keterbelakangan bila kita tdk mau mempelajari berbagai praktek kehidupan jahiliyyah
sehingga disadari atau tdk kita telah terjatuh kepada perilaku kehidupan jahiliyyah itu. Tanpa sadar kita telah
menjadi pendukung utk menghidupkan syi’ar-syi’ar mereka. Telah digambarkan oleh banyak sastrawan
bagaimana kejahatan dan kebiadaban ala hewan dlm alam jahiliyyah. Yang kuat berkuasa dan yg lemah diinjak-
injak bahkan menjadi budak.
Penggambaran dgn bahasa yg indah tentang kehidupan jahiliyyah sesungguh tdk mewakili pengupasan akar
kejahatan tersebut lebih-lebih jika ingin mencabutnya. Cikal bakal kehidupan jahiliyyah memunculkan segala
wujud kejahatan berupa kerusakan dlm bentuk pemerkosaan hati tiap insan dgn perbuatan kedzaliman yg
terbesar yaitu “Kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Penghambaan yg keluar dari aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala penghambaan yg diiringi dgn penghinaan diri
kepada sesuatu yg lbh rendah darinya. Penghambaan kepada batu kuburan pohon tempat-tempat keramat dan
sebagai merupakan pembunuhan terhadap fitrah yg suci di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan
tiap hamba dengannya. Juga merupakan perusakan terhadap akal manusia yg Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memuliakan dan membedakan dgn makhluk-makhluk lain. Penjajahan terhadap kemerdekaan tiap insan utk
bisa langsung berhubungan dgn Rabb- dan perbudakan diri yg tdk pada tempatnya. Inilah kejahatan yg hakiki.
Menelaah kembali prinsip-prinsip hidup jahiliyyah bukan berarti ingin mengembang-biakkan namun semata-
mata utk membentengi diri dan memperingatkan umat utk tdk terjatuh padanya.
Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu menyatakan:
َ ً َ‫خاف‬ َ َ ‫ل الله صّلى الله عل َيه وسل ّم عن ال ْخير وك ُنت أ‬ َ ‫كان الناس ي‬
‫ن ي َد ْرِك َِني‬
ْ ‫ةأ‬ َ ‫م‬ ّ ‫ن ال‬
َ ‫شّر‬ ُ ُ ‫سأل‬
ِ َ‫ه ع‬ ْ ُ ْ َ ِ ْ َ ِ َ َ َ َ ِ ْ َ ُ َ ِ َ ْ ‫سو‬ َ ْ‫سأل ُو‬
ُ ‫ن َر‬ ْ َ ُ ّ َ َ
“orang2 berta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan aku berta kepada tentang
kejahatan khawatir menimpa diriku.”
‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguh ikatan Islam akan putus seikat demi seikat
apabila muncul di dunia Islam orang2 yg tdk mengetahui jahiliyyah.”
Seorang penyair mengatakan:
Aku mengetahui kejahatan bukan utk melakukannya
melainkan utk menjaga diri darinya
Barangsiapa yg tdk mengenal kebaikan
dari kejahatan
Khawatir dia terjatuh padanya
Semoga dgn menelaah prinsip-prinsip hidup yg rusak itu kita bisa mewanti-wanti diri anak dan generasi
muslimin darinya1.
Di antara sekian praktek hidup jahiliyyah adl mengagungkan kuburan.

Hakekat Kematian
Kematian merupakan suatu kepastian yg telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada tiap yg
bernyawa. Ketentuan yg tdk bisa dimajukan dan dimundurkan yaitu berpisah ruh dari jasad. Perpisahan ini
menggambarkan sesuatu yg tdk bisa berbicara lagi berpikir bergerak melihat mendengar sebagaimana tabiat
kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ ْ ‫ما ال‬
ُ‫حَياة‬ َ َ‫قد ْ َفا ََز و‬
َ َ‫ة ف‬ َ ْ ‫ل ال‬
َ ّ ‫جن‬ ِ ْ ‫ن الّنارِ وَأ ُد‬
َ ‫خ‬ ِ َ‫ح ع‬
َ ِ‫حز‬
ْ ‫ن ُز‬ َ َ‫مةِ ف‬
ْ ‫م‬ ِ ْ ‫م ال‬
َ ‫قَيا‬ ْ ُ ‫جوَْرك‬
َ ْ‫م ي َو‬
ُ ‫ة ال ْموت وإنما توفّو‬
ُ ‫نأ‬َ ْ َ ُ َ ِّ َ ِ ْ َ ُ ‫ق‬ َ ‫س‬
َ ِ ‫ذائ‬ ٍ ‫ف‬ ّ ُ‫ك‬
ْ َ‫ل ن‬
ْ
‫مَتاع ُ الغُُروِْر‬َ ّ ‫الد ّن َْيا إ ِل‬
“Tiap-tiap yg bernyawa akan merasakan mati dan sesungguh pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dlm surga sungguh dia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tdk lain hanyalah kesenangan yg memperdayakan.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan tentang sesuatu yg akan
menimpa seluruh makhluk bahwa tiap yg bernyawa akan mengalami kematian seperti firman Allah: “Sesuatu
yg ada di bumi itu akan binasa dan tetap kekal Wajah Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan” .
Dia Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yg Esa dan tdk akan mengalami kematian manusia dan jin yg akan
mengalami kematian demikian juga seluruh malaikat dan para pemikul ‘Arsy Allah.”
Manusia telah bersepakat bahwa bila ruh berpisah dgn jasad mk jasad tersebut tdk bisa bergerak berbicara
mendengar bekerja berdiri dan tanda-tanda kehidupan lainnya. Namun kerusakan aqidah mereka menyebabkan
terbalik keyakinan tersebut. Sehingga mereka meyakini bahwa orang mati itu bisa muncul lagi ke dunia bisa
berbuat sesuatu di luar perbuatan orang yg hidup mendatangi keluarga lalu menyapa mereka muncul di atas
kubur menarik kaki orang2 yg berjalan di atas dan sebagainya. Ini semua adl cerita-cerita khurafat yg didalangi
oleh Iblis dan tentara-tentara utk merusak aqidah orang2 Islam.
Bisakah si mayit mendengar dan berbuat sesuatu sehingga kita bisa menjadikan dia sebagai perantara dgn Allah
atau kita bisa meminta sesuatu kepadanya?
Bisakah si mayit membantu orang yg mengalami malapetaka dan kesulitan hidup?
Tentu tiap orang akan menjawab bahwa mayit tdk akan sanggup melakukan yg demikian. Namun keyakinan
banyak manusia sekarang justru sebaliknya. Begitulah bila kuburan telah diagungkan dan fitrah telah rusak.

Kerusakan Fitrah krn Cerita dan Dongeng


Perusakan fitrah tiap insan tdk akan berhenti dan terus akan berlangsung sampai hari kiamat hingga tiap orang
akan bisa menjadi santapan seruan Iblis. Oleh krn itu mari kita melihat bahaya cerita dan dongeng yg
mengandung khurafat-khurafat di antaranya:
a. Menyebabkan seseorang memiliki keyakinan yg berbeda dgn kesucian fitrah dan memiliki keyakinan yg
bertolak belakang.
b. Menyebabkan seseorang memiliki sifat penakut.
c. Melemahkan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
d. Menjatuhkan seseorang kepada kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dlm Al Qur’an:
َ ُ ‫خو‬ َ ْ ‫شي‬
‫ن‬ ِ ْ ‫مؤ‬
َ ْ ‫من ِي‬ ْ ُ ‫ن ك ُن ْت‬
ُ ‫م‬ ِ ْ‫خافُو‬
ْ ِ‫ن إ‬ َ َ‫م و‬ َ َ ‫ه فَل َ ت‬
ْ ُ‫خافُوْه‬ ُ َ ‫ف أوِْليآئ‬ ّ َ ُ‫ن ي‬
ُ ‫طا‬ ُ ُ ‫ما ذ َل ِك‬
ّ ‫م ال‬ َ ّ ‫إ ِن‬
“Sesungguh mereka itu tdk lain hanyalah setan yg menakut-nakuti kamu dgn kawan-kawannyas. Karena itu
janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yg beriman.”
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah di dlm Tafsir- mengatakan: “Di dlm ayat ini terdapat pelajaran tentang
wajib takut hanya kepada Allah semata dan itu termasuk dari tuntutan keimanan. Oleh krn itu seseorang
memiliki rasa takut berdasarkan tinggi rendah imannya. Dan takut yg terpuji adl ketakutan yg menjaga
seseorang dari segala keharaman Allah.”
Sesuatu yg tadi hanya berbentuk cerita-cerita khurafat kemudian diwujudkan dlm bentuk film-film hidup
gambar-gambar dan kengerian kuburan. Semua itu memperkuat perusakan fitrah sehingga menjadi fitrah yg
mati dan kaku hidup di hadapan cerita-cerita takhayul dan khurafat.

Jahiliyah dan Kuburan


Kuburan merupakan salah satu ajang kekufuran dan kesyirikan di masa jahiliyah. Terbukti hal yg demikian dgn
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ْ ‫ه ا ْل ُن َْثى ت ِل‬ َ ْ ُ ‫ة ا ْل‬ َ َ
‫ضي َْزى‬
ِ ‫ة‬
ٌ ‫م‬
َ ‫س‬ ً ِ‫ك إ‬
ْ ِ‫ذا ق‬ ُ َ ‫م الذ ّك َُر وَل‬
ُ ُ ‫خَرى أل َك‬ َ َ‫ت َوال ْعُّزى و‬
َ َ ‫مَناة َ الّثال ِث‬ َ ّ ‫م ال‬
ُ ُ ‫أفََرأي ْت‬
“Apakah patut kamu menganggap Al-Lata dan Al-’Uzza dan Manat yg ketiga yg paling terkemudian . Apakah
patut utk kamu laki2 dan utk Allah anak perempuan. Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yg tdk adil.”
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mencerca kaum musyrikin dgn
peribadatan mereka kepada patung-patung tandingan-tandingan bagi Allah dan berhala-berhala di mana mereka
memberikan rumah-rumah utk menyaingi Ka’bah yg telah dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Bagaimana pendapat kalian tentang Al-Lata”. Al-Lata adl sebutan utk
batu yg terukir di mana di atas dibangun rumah dan berada di kota Thaif. Ia memiliki kelambu dan juru kunci
dan di sekitar terdapat halaman yg diagungkan oleh penduduk Thaif yaitu kabilah Tsaqif dan yg mengikuti
mereka. Mereka berbangga-bangga dengan di hadapan seluruh kabilah Arab kecuali Quraisy.”
Kemudian beliau berkata: “Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma Mujahid Rabi’ bin Anas
mereka membaca dgn ditasydidkan taa dan mereka menafsirkan dengan: “Seseorang yg mengadoni gandum utk
para jamaah haji di masa jahiliyyah. Tatkala dia meninggal mereka i’tikaf di kuburan lalu menyembahnya.”
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan: Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma
berkata tentang firman Allah “Al-Latta dan Al-’Uzza.”: “Al-Latta adl seseorang yg menjadikan gandum utk
para jamaah haji.”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Al-Latta dgn bacaan ditasydidkan
huruf taa adl bacaan Ibnu ‘Abbas berdasarkan bacaan ini berarti isim fa’il dari kata ‘latta’ patung ini asal adl
seseorang yg mengadoni tepung utk para jamaah haji yg dicampur dgn minyak samin lalu dimakan oleh para
jamaah haji. Tatkala dia mati orang2 i’tikaf di kubur lalu mereka menjadikan sebagai berhala.”

Metode Penyesatan Setan


Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: “Termasuk dari tipu daya setan yg telah menimpa mayoritas orang
sehingga tdk ada seorangpun yg selamat-kecuali orang2 yg dipelihara oleh Allah- yaitu “Apa-apa yg telah
dibisikkan para setan kepada wali-wali berupa fitnah kuburan.”
Yang mengawali terjadi fitnah besar ini adl kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam sebagaimana telah diberitakan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang mereka:
َ ‫م وَل‬ ْ ُ ‫ن آل ِهَت َك‬ ْ ُ ‫مك ًْرا ك ُّباًرا وََقال‬
ّ ‫وا ل َ ت َذ َُر‬ َ ‫مك َُرْوا‬َ َ‫ساًرا و‬َ ‫خ‬َ ّ ‫ه وَوَل َد ُه ُ إ ِل‬
ُ ُ ‫مال‬َ ُ ‫م ي َزِد ْه‬ْ َ‫ن ل‬ْ ‫م‬
َ ‫وا‬ ْ ُ‫صوِْني َوات ّب َع‬
َ َ‫م ع‬
ْ ُ‫ب إ ِن ّه‬
ّ ‫ح َر‬ َ ‫َقا‬
ٌ ْ‫ل ن ُو‬
ً ‫ضل َل‬ ّ ّ َ َ ّ َ َ َ
َ ‫ن إ ِل‬ َ ْ ‫مي‬
ِ ِ ‫وا كث ِي ًْرا وَل ت َزِد ِ الظال‬ ْ ‫ضل‬ َ ‫سًرا وَقَد ْ أ‬ْ َ ‫ث وَي َعًوْقَ وَن‬ َ ْ‫عا وَل ي َغُو‬ ً ‫وا‬َ ‫س‬ُ ‫دا وَل‬ ّ َ‫ن و‬ ّ ‫ت َذ َُر‬
“Nuh berkata: Ya Rabbku sesungguh mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang2 yg harta dan
anak-anak tdk menambah kepada melainkan kerugian belaka. Dan melakukan tipu daya yg amat besar. Dan
mereka berkata jangan sekali-kali kamu meninggalkan tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian
meninggalkan Wadd dan jangan pula Suwa’ Yaghuts Yauq dan Nasr. Dan sesungguh mereka menyesatkan
kebanyakan manusia. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang2 yg zalim itu selain kesesatan.”
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dlm riwayat Al-Bukhari menyatakan: “Mereka adl nama-nama orang shalih
dari kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam. Ketika orang2 shalih itu mati tampillah setan menyampaikan kepada orang2
agar mendirikan di majelis-majelis mereka gambar orang2 shalih tersebut dan namakanlah dgn nama-nama
mereka! orang2 pun melakukan hal tersebut dan belum disembah sampai ketika mereka meninggal dan ilmu
semakin dilupakan mk gambar-gambar itu pun disembah.”
Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan: “Bukan hanya satu ulama salaf yg mengatakan: ‘Mereka adl orang2
shalih dari kaum Nuh. Tatkala mereka meninggal orang2 i’tikaf di kubur-kubur mereka lalu membuat patung-
patung tersebut hingga masa yg sangat panjang lalu menjadi sesembahan.” Kemudian beliau mengatakan:
“Mereka telah menghimpun dua fitnah yaitu fitnah kubur dan fitnah menggambar.”
Tahapan dan metode penyesatan Iblis dan tentara-tentara terhadap penyembah kubur sebagai berikut:
Tahapan pertama Bahwa membangun kuburan i’tikaf di samping termasuk wujud kecintaan kepada para nabi
dan orang2 shalih serta berdoa di sisi cepat diterima.
Tahapan kedua tawassul dlm berdoa dan bersumpah dgn penghuni kubur tersebut.
Tahapan ketiga berdoa dan menyembah kepadanya.
Tahapan keempat menyeru orang utk berdoa dan beribadah kepada dan menjadikan sebagai tempat utk
merayakan hari raya.
Tahapan kelima membela dan berjihad dlm membela perbuatan tersebut terhadap tiap orang yg mengingkari
perbuatan dan menganggap bahwa orang yg mengingkari perbuatan tersebut tdk memiliki kehormatan dan
kedudukan.
Demikianlah sepak terjang Iblis dan tentara-tentara dlm menyusun metode penyesatan tiap insan dgn memulai
dari yg paling kecil menuju yg paling besar. Program yg mereka canangkan dan jaringan yg mereka siapkan
telah memakan banyak korban. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Haram Membangun Kubur


Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dlm kitab beliau yg berjudul Tahdzir As-Sajid membawakan hadits-hadits
yg semua melarang membuat bangunan di atas kuburan. Di antara hadits tersebut antara lain:
1. Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika di ranjang
menjelang wafat beliau:
َ
َ ‫جد‬
ِ ‫سا‬
َ ‫م‬ ْ ِ‫خذ ُْوا قُب ُوَْر أن ِْبيآئ ِه‬
َ ‫م‬ َ ّ ‫ه ال ْي َهُوْد َ َوالن‬
َ ّ ‫صاَرى ات‬ َ َ‫ل َع‬
ُ ‫ن الل‬
“Allah melaknat orang2 Yahudi dan Nashrani krn mereka menjadikan kuburan nabi mereka sebagai sebagai
masjid-masjid.”
Hadits yg semakna dgn hadits di atas diriwayatkan dari banyak shahabat di antara dari Abu Hurairah yg
diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari shahabat Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma
yg diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim dari Jundub bin Abdullah Al-Bajali diriwayatkan
oleh Al-Imam Muslim dari Harits An-Najrani dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan sanad shahih di atas
syarat Muslim dari Usamah bin Zaid diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi di dlm Musnad- dan Ahmad dari Abu
‘Ubaidah ibnul Jarrah dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad Ath-Thahawi di dlm Musykilul Atsar Abu Ya’la dan
selainnya. Juga dari Zaid bin Tsabit diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah Ibnu Hibban dan selainnya. Dari ‘Ali bin Abi Thalib dikeluarkan oleh Ibnu
Sa’d dan Ibnu ‘Asakir dan dari Abu Bakar diriwayatkan oleh Ibnu Zanjawaih .
2. Hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma:
َ َ َ ّ ‫ل الله صّلى الله ع َل َيه وسل‬
ِ ْ ‫ن ي ُب َْنى ع َل َي‬
‫ه‬ ْ ‫قعَد َ ع َل َي ْهِ وَأ‬
ْ ُ‫ن ي‬ َ ْ ‫ص ال‬
ْ ‫قب ُْر وَأ‬ َ ‫ص‬
ّ ‫ج‬
َ ُ‫ن ي‬
ْ ‫مأ‬َ َ َ ِ ْ ُ َ ِ ُ ْ ‫سو‬
ُ ‫ن ََهى َر‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang utk mengapur kuburan duduk di atas dan membuat
bangunan di atasnya.” .
Hadits yg semakna datang dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu diriwayatkan oleh Abu Ya’la
di dlm Musnad- . Asy-Syaikh Al-Albani di dlm kitab Tahdzir As-Sajid mengatakan: “Sanad shahih.” Al-
Haitsami mengatakan: “Semua rawi terpercaya.” Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan: “Maka
jelaslah dari hadits-hadits yg telah lewat tentang bahaya menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid dan akibat
bagi orang2 yg berbuat demikian berupa ancaman yg pedih dari sisi Allah.”
Kemudian beliau berkata: “Keumuman hadits mencakup pembangunan masjid di atas kubur sebagaimana pula
mencakup pembangunan kubah di atasnya. Dan tentu yg pertama larangan lbh keras sebagaimana telah jelas.”
.
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: “Hadits ini menunjukkan haram membangun masjid di atas
kubur-kubur orang shalih dan menggambar mereka di dlm masjid tersebut sebagaimana dilakukan orang2
Nashrani dan tdk ada keraguan bahwa masing-masing dari kedua adl haram. Menggambar anak Adam adl
haram dan membangun masjid di atas kuburan juga diharamkan sebagaimana ditunjukkan oleh nash-nash lain
dan akan datang penyebutan sebagiannya.”
Beliau selanjut berkata: “Gambar-gambar yg ada di banyak gereja yg disebutkan oleh Ummu Habibah dan
Ummu Salamah berada di dinding dan tdk berdimensi. mk menggambar para nabi dan orang shalih utk
bertabarruk dengan dan meminta syafaat kepada adl diharamkan dlm agama Islam dan termasuk bentuk
peribadatan kepada berhala. Inilah yg telah diberitakan oleh Rasulullah bahwa pelaku termasuk makhluk
terjahat pada hari kiamat. Membuat gambar dgn tujuan ketika melihat gambar tersebut bisa mengambil contoh
atau utk mensucikan diri dgn cara seperti itu atau utk sesuatu yg tdk ada manfaat adl perbuatan yg diharamkan
dan termasuk dosa besar. Pelaku termasuk orang yg mendapat adzab paling keras pada hari kiamat. Ia telah
melakukan kezaliman dan menyerupai perbuatan-perbuatan Allah yg para makhluk-Nya tdk sanggup utk
melakukan. Tidak ada sesuatupun yg menyerupai Allah baik pada Dzat-Nya sifat-sifat-Nya dan perbuatan-
perbuatan-Nya.”

Makna Menjadikan Kuburan sebagai Masjid


Menjadikan kuburan sebagai masjid memiliki tiga makna:
1. Shalat di atas kuburan arti sujud di atasnya.
2. Sujud menghadap kepada dan menjadikan sebagai kiblat di dlm shalat dan berdoa.
3. Membangun masjid di atas dan berniat utk melaksanakan shalat padanya.
Wallahu a’lam bish shawab.

1Sebagaimana doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:


َ َ ِ ‫واجنبِني وبن‬
‫م‬ ْ ‫ن ن َعْب ُد َ ا ْل‬
َ ‫صَنا‬ ْ ‫يأ‬ّ ََ ُْ ْ َ

“Dan jauhkan diriku dan anakku dari menyembah patung-patung.”

Sumber: www.asysyariah.com

You might also like