Professional Documents
Culture Documents
Rumusan Masalah
Pembahasan
Dalam buku Melewati Perubahan yagng berisikan sekumpulan tulisan
dalam media Jawa Pos & Indopos, terdapat enam bahasan masalah pasca
reformasi ng masing-masing sub bahasannya terdiri sedikitnya 6-15 kasus pasca
rerormasi mulai dari periode Habibie hingga SBY. Mari kita soroti melalui
ekonomi. Menurut Kwik Kian Gie, ekonomi reformasi berubah menjadi anarki,
dan terjajah oleh kekuatan asing. Korupsi, sudah pasti. Internal maupun eksternal,
perekonomi Indonesia mengalami degradasi yang parah khususnya kasus korupsi
dan suap-menyuap. Sebut saja Akbar Tandjung, Jaksa Agung M.A Rahman,
anggota-anggoa DPR. Kasus korupsi ini biasanya dapat merembet ke berbagai
elemen pemerintahan lain seperti kasus yang terjadi pada DPRD Surabaya yaitu
anggotanya seakan-akan memiliki ideologi yang sama dalam mempraktikan
korupsi. Anggota DPRD seakan-akan bersatu dan bergotong-royong dalam
“memperlancar” aksinya untuk korupsi.
Berdasarkan laporan konferensi United Nations Support Facilit for
Indonesian Recovery, terjadi banyak perubahan mendasar pada sistem politik
selama reformasi diantaranya struktur politik telah berubah secara dramatis dari
monopoli ke persaingan. Ketika dibebaskan dalam berpartai, muncul partai-partai
yang berjubel. Mulai dari partai “sungguhan” hingga partai “bohong-bohongan”.
Timbulnya partai-partai ini membuat kasus sogok-menyogok menjadi
kemakluman. Peran militer juga telah berubah dengan cara mengherankan.
Masyarakat sipil dan pers pun banyak lebih bersemangat. Terbukti bahwa media
elektronik semacam TV lebih banyak berpengaruh. RUU tentang penyiaran
banyak mengalami revisi. Bahkan, terlalu bebas, budaya kesopanan Indonesia
sudah tidak lagi menjadi prioritas, demikian juga dengan pendidikan. TV lebih
banyak menyorot budaya luar negeri yang notabene terlalu bebas, tidak ada unsur
pendidikan. DPR seakan susah untuk mengendalikan politik TV dan Radio yang
dinilai terlalu bebas. Lebih parah, menurut Lembaga Survei Indonesia, kabar
terakhir mengenai problematika pasca reformasi ialah merosotnya popularitas
Presiden hingga 50%. Masyarakat benar-benar kehilangan kepercayaannnya
kepada Presiden, sang pemipin negara
Sektor pertahanan keamanan pasca reformasi juga mengalami penurunan.
kurangnya kesadaran dan kerjasama dari semua pihak. menurut Yudhoyono
(2004), tindakan hukum tidak jarang didiskreditkan bahkan dijadikan komoditas
politik. Hingga pemilihan Presiden keempat pasca reformasi pun, hukum di
Indonesia masih didiskreditan. Bukan hanya itu, konflik internal menjadi salah
satu problematika dalam pertahanan keamanan. Seperti yang terjadi di Aceh dan
Poso. Perpecahan makin meluas. Pertama di Ambon, Poso. Perpecahan antar
Muslin dan Kristen yang semula hidup berdampingan secara damai. Hingga
pemerintah memutuskan untuk Darurat militer di Poso. Begitu pula yang terjadi di
Aceh. Sebagian masyarakat menginginkan kebebasan dari NKRI. Namun, meski
pemerintah mengirimkan pasukannya ke daerah tersebut, penyelesaian kasus
tersebut belum terpecahkan. Poso masih bergolak, begitu pula dengan GAM di
Aceh.
Reformasi yang bertujuan untuk mensejahterakan bangsa, realitasnya
hingga kini bangsa Indonesia dililit berbagai masalah seperti yang disebutkan
sebelumnya. Mulai dari masalah persatuan bangsa yang sudah kacau seperti kasus
Ambon dan Poso, hingga masalah eksternal Indonesia seperti banyaknya investor
menarik sahamnya dari Indonesia. namun, di sisi lain, eksplorasi sumber daya
alam milik Indonesia dilakukan besar-besaran oleh pihak luar, seperti kasus
Freeport di Papua.
Nampaknya, masa pasca reformasi belum dapat memulihkan kondisi
Indonesia yang mengalami penurunan kualitas di berbagai sektor. Mungkinkah
akan adanya reformasi jilid 2?
Kesimpulan
Oleh :
Tania Perdana Putri