You are on page 1of 17

PERAN PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN

KETERAMPILAN MOTORIK
ANAK USIA DINI
Oleh:
Hannurofik

A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana yang termaktup dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan secara optimal, maka
pendidik mempunyai peranan yang sangat menentukan, artinya bagaimanapun baik dan
lengkapnya kurikulum, metoda, media, sumber, sarana dan prasarana pendidikan
lainnya, tanpa pendidik mustahil tujuan pendidikan dapat dicapai.
Undang-undang SPN tahun 2003 pasal 28 satuan pendidikan formal pertama
yang diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional adalah pendidikan
usia dini yang berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) ataupun
bentuk lain yang sederajat. Untuk itu TK, RA harus mampu mengembangkan potensi
anak didik, agar dapat mengembangkan diri baik sebagai invidu maupun sebagai
anggota masyarakat. Tujuan pendidikan TK, RA sebagaimana tercantum dalam
Kepmen Dikbub RI No. 0486/U/1992 Bab II Pasal 3 ayat 1 dalam Diknas (2003:143)
yaitu; Membantu meletakkkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri
di lingkungan dan tuntuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Sebagai dasar pendidikan tentunya guru merupakan titik sentral pendidikan di
sekolah, guru dituntut untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme dan
kompetensinya dalam menjalankan tugas sehari-hari baik sebagai tenaga pendidik,
pengjar, atau pembimbing yang senantiasa harus mampu membawa perubahan ke arah
yang lebih baik. Dimana masa usia dini dikatakan sebagai masa emas dalam rentang
perkembangan individu, pada masa ini anak usia dini mengalami tumbuh kembang yang
luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kogitif maupun psikososial.

1
Berbagai fenomena permasalahan di TK, RA ditemui guru dalam memberikan
pelayanan pendidikan di sekolah, khususnya dalam perkembangan motorik anak usia
dini sebagaimana diungkap Jamaris (2003) anak yang mengalami kesulitan belajar
motorik adalah lemahnya koordinasi gerak visual motorik yaitu anak yang mengalami
kesulitan dalam melakukan koordinasi antara gerakan visual (pandangan mata) dan
motorik (gerakan tangan, gerakan jari tangan atau kaki) secara serempak pada tujuan.
Berbagai permasalahan yang dialami anak seperti dalam kegiatan motorik kasar
anak tidak dapat menendang bola ke arah yang dituju. Tendangan selalu meleset
walaupun ia telah melakukan berulang kali. Kesulitan ini mengganggu proses belajar
menulis, membaca dan belajar lainnya. Hal ini ini dikarenakan kegiatan belajar atau
kegiatan lainnya membutuhkan kemampuan dalam mengkoordinasikan gerakan visual
motorik.
Perkembangan motorik tentu saja dipengaruhi oleh aspek perkembangan
lainnya, terutama dengan fisik dan intelektual anak. Dalam makalah ini dipaparkan
peranan pendidikan dalam pengembangan perkembangan keterampilan motorik anak
usia dini.

B. Pembahasan

1. Teori-Teori Perkembangan Motorik


Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik anak dibagi
menjadi dua:
1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun
tangga.
2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan
benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf
2002).

2
1) Motorik kasar anak usia dini

Keterampilan motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang


mencakup keterampilan otot-otot besar. Gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan
keseimbangan, seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang.
Pada usia dini diharapkan telah mampu melakukan gerakan-gerakan motorik
kasar seperti, menurunkan tangga langkah demi langkah, tetap seimbang ketika
berjalan mundur, berlari dan langsung menendang-nendang bola, melompat-lompat
dengan kaki bergantian, melompati selokan selebar setengah meter dengan satu kaki,
berjinjit dengan tangan di pinggul, melambungkan bola tenis dengan satu tangan dan
menangkapnya dengan menggunakan dua tangan, menyentuh jari kaki tanpa menekuk
lutut, mengendarai sepeda roda tiga dan membuat belokan tajam dengan sepeda roda
tiga, memanjat tangga-tangga di lapangan bermain.
Sesuai dengan perkembangan kemampuan melakukan gerakan motorik kasar
seperti contoh-contoh yang diuraikan di atas, maka sebagaimana yang sering kita
lihat, alat permainan yang umumnya disediakan di Taman Kanak-kanak yang akan
mendukung perkembangan kemampuannya tersebut lebih banyak berupa alat-alat
permainan yang menuntut keseimbangan dan kekuatan fisik serta kecekatan dan
kecepatan gerak.
Bila kita mengamati anak-anak yang sedang bermain di halaman sekolah
Taman Kanak-kanak terlihat bahwa sebagian besar dari mereka selalu bergerak,
berlari-lari dan seringkali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Mereka belum
terlalu mampu untuk memperkirakan kecepatan dan gerakan-gerakan yang tepat,
selain karena daya antisipasi (kemampuan memperkirakan) mereka belum
berkembang dengan baik, pengendalian emosi dan gerak merekapun belum cukup
memadai, sehingga peluang untuk mengalami resiko kecelakaan pada usia ini masih
cukup besar. Alat-alat permainan yang disediakan untuk mereka selain memang
bermanfaat, juga dapat menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan keamanan
dirinya. Kesadaran mereka terhadap bahaya juga masih kurang, sehingga
perilakunya seringkali tampak seolah-olah ia tidak takut akan bahaya dan terkesan
nekat. Oleh karena itu seharusnya guru AUD menyadari hal ini dan melakukan
upaya-upaya pengamanan dan pencegahan yang cukup matang. Cara yang dapat
dilakukan untuk itu, selain harus mengingatkan anak-anak untuk berhati-hati, juga

3
melakukan pengawasan langsung selama mereka bermain. Harus selalu ada beberapa
guru yang bertugas menemani dan mengawasi anak-anak selama mereka bermain di
halaman sekolah. Kecelakaan yang terjadi pada anak di sekolah sepenuhnya adalah
tanggung jawab guru, walaupun sebenarnya hal itu seringkali karena ulah mereka
sendiri. Dan orang tua sangat menekankan masalah keamanan dan kepercayaan
terhadap sekolah dalam menentukan pilhan sekolah bagi anaknya yang masih Taman
Kanak-kanak.

2) Motorik Halus anak Usia Dini

Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot -otot
kecil atau halus; gerakan ini lebih menuntut koordinasi mata dan tangan dan
kemampuan pengendalian yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-gerakannya. Yang termasuk gerakan
motorik halus ini antara lain adalah kegiatan mencoret, melempar, menangkap bola,
meronce manik-manik, menggambar, menulis, menjahit dan lain-lain.
Keterampilan ini berkembang lebih lambat dibandingkan dengan keterampilan
motorik kasar karena memang tuntutannya lebih tinggi.
Anak usia pra sekolah diharapkan sudah menguasai beberapa keterampilan yang
menuntut kemampuan motorik halus ini, seperti menggunakan gunting dengan baik
meskipun belum lurus, melipat kertas dan memasukkan surat ke dalam amplop,
membawa secangkir teh sejauh beberapa meter tanpa tumpah, memasukkan benang ke
dalam jarum, mengoleskan selai di atas roti, mengikat tali sepatu, membentuk
berbagai obyek dengan tanah liat, mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi
baju, membuka dan memasang kancing baju serta melepas ikat pinggang dan lain-lain.
Sesuai dengan perkembangan motorik halus yang sudah harus dicapainya
tersebut, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada anak usia dini harus diarahkan
untuk meningkatkan keterampilannya dalam hal itu. Hal ini penting, karena seperti
telah diuraikan sebelumnya, hanya kesempatan dan latihanlah yang diyakini akan
dapat meningkatkan keterampialan anak dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang
menuntut gerakan motorik halus tersebut.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali
pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan
atau benda-benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng.

4
Pengembangan motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis. Seperti
halnya pada kegiatan motorik kasar yang dilakukan oleh anak usia sekolah,
kegiatan motorik haluspun mengandung resiko kecelakaan tertentu. Tetapi kare na
untuk dapat melakukannya anak dituntut untuk lebih tenang dan lebih
memusatkan perhatian dan mengendalikan geraknya, maka resiko tersebut
diharapkan lebih kecil.
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang
perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti
orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini,
sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada
usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki,
tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak
laki-laki dari pada perempuan.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis
atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a
genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan
tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan
umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah
Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut
mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus
mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan
sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan
motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak melihat mainan
dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin
memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu
bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa
yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
“…….to develop motor skill, infants must perceive something in the environment
that motivates them to act and use their perceptions to fine-tune their movement.
Motor skills represent solutions to the infant’s goal.”
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan
sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru

5
tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf,
kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang
memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan
kemampuan motorik.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun
berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996)
menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang
memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia
dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik
berhubungan erat dengan self-esteem. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem
organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada
periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002)
mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1)
system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2)
otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)
kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti
pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang
sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi
tinggi, berat dan proposi.

2. Pentingnya Perkembangan Motorik

Ada 5 prinsip utama perkembangan motorik yaitu kematangan, urutan, motivasi,


pengalaman, dan praktik (Malina & Bouchard, 1991).

a. Kematangan

Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh


kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan,
syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum berkembang dan berfungsi
sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakan motorik. Pada usia ± 5
tahun syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan menstimulasi berbagai
kegiatan motorik. Otot-otot besar mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan,
berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan

6
otot-otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari-jari
tangan untuk menyusun puzzel, memegang pensil atau gunting membentuk dengan
plastisin atau tanah liat, dan sebagainya.

b. Urutan

Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat
kompleks, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan motorik dengan
seimbang seperti berlari sambil melompat, mengendarai sepeda.

c. Motivasi

Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang
datang dari luar. Misalnya, dengan memberikan kesempatan pada anak untuk
melakukan berbagai kegiatan gerak motorik serta menyediakan berbagai sarana dan
prasarana yang dibutuhkan anak.
Pengaruh kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia muda
mengandung implikasi terhadap pentingnya perkembangan keterampilan gerak anak.
Kurangnya kesadaran orang dewasa termasuk guru-guru akan hal ini mengakibatkan
langsung terhadap berkurangnya keuntungan yang dapat diperoleh, terutama untuk
mencegah pengaruh yang menghambat tumbuh-kembang anak secara keseluruhan.

d. Pengalaman

Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya.


Latihan dan pendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan
gerak, pemberian pengalaman yang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang
gembira anak.

e. Praktik

Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan


motoriknya perlu dipraktikkan anak dengan bimbingan guru. Kebutuhan anak-anak
tersebut menurut Bucher dan Reade (1959) adalah sebagai berikut.
1) Ekspresi melalui gerakan
2) Bermain, sebagai bagian dari perkembangan anak
3) Kegiatan yang berbentuk drama
4) Kegiatan yang berbentuk irama

7
5) Banyak latihan motorik kasar maupun motorik halus.

Kebutuhan untuk bergerak dan kebutuhan untuk mengungkapkan perasaan


terdapat pada tiap insan sejak dilahirkan. Kedua kebutuhan tersebut dapat disalurkan
dengan bermain, melalui prgoram pelatihan gerakan bagi anak usia dini.
Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan
individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan
memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat
mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya.
Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar,
anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain
atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan
terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)

4. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Secara umum tujuan pendidikan Anak USia dini adalah mengembangkan berbagai
potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Sedangkna berdasarkan tinjauan aspek didaktis psikologis
tujuan pendidikan anak usia dini yang utama adalah:
a. Menumbuhkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu menolong diri
sendiri (self help), yaitu mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri
seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya, mampu mengendalikan
emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang lain.

8
b. Meletakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar (learning how to
learn). Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia pendidikan
melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO, yaitu learning to
know, learning to do, learning to be dan learning to live yang dalam
implementasinya di lembaga PAUD dilakukan melalui pendekatan learning by
playing, belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta menumbuh-
kembangkan keterampilan hidup (life skills) sederhana sedini mungkin.

5. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

Program kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi,
yaitu: (1) untuk mengmebangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai
dengan tahap perkembangannya, (2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar, (3)
mengembangkan sosialisasi anak, (4) mengenalkan peraturan dan menanamkan
disiplin pada anak dan (5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati
masa bermainnya.
Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi
pendidikan anak usia dini, yaitu:

a. Fungsi Adaftasi

Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai


kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya.
Pendidik membantu mereka beradaptasi dari lingkungan rumah ke lingkungan
sekolah. Anak juga belajar mengenali dirinya sendiri.

b. Fungsi sosialisi

Berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-ketermapilan sosial


yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada. Di
lembaga pendidikan anak usia dini akan bertemu dengan teman sebaya lainnya.
Mereka dapat bersosialisasi, memiliki banyak teman dan mengenali sifat-sifat
temannya.

c. Fungsi pengembangan

Di lembaga pendidikan anak usia dini ini diharapkan dapat pengembangan


berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak

9
membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkan potensi
tersebut ke arah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang
bermamfaat bagi anak itu sendiri.

d. Fungsi bermain

Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada
hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang
kehidupannya. Mellui kegiatan bermain anak akan mengekplorasi dunianya serta
membangun pengetahuannya sendiri.

6. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini


Untuk memenuhi aspek-aspek dalam perkembangan anak baik aspek fisik, kognitif,
sosial emosional, sosial emosional dan bahasa serta aspek lainnya seperti agama dan
moral, kemandirian dan seni, maka perlu dilakukan berbagai prinsip yang meliputi:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-
upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik
perkembangan fisik maupun psikis.

b. Belajar melalui bermain


Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan
kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang (Piaget). Diharapkan melalui bermain
dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan
perasaan, berkereasi dan belajar secara menyenangkan.

c. Pendekatan berpusat pada anak

Pendekatan kelas yang berpusat pada anak (child centered approach) adalah
suatu kegiatan belajar dimana terjadi interaksi dinamis antara pendidik dan anak
atau anak dengan anak lainnya. Secara khsusus bertujuan: (1) agar anak mampu
mewujudkan dan mengakibatkan perubahan, (2) agar anak menjadi pemikir-
pemikir yang kritis, (3) anak mampu membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya,
(4) agar anak mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan secara
konstruktif dan inovatif, (5) agar anak menjadi kreatif, imajinatif dan kaya akan

10
gagasan, (6) agar anak memiliki perhatian terhadap masyarakat, Negara dan
lingkungannya.
d. Pendekatan Kontruktivisme
Aliran kontruktivisme merupakan salah satu aliran dari psikologi kognitif.
Konstrutivisme bertolak dari pendapat bahwa belajar adalah membangun (to
construct) pengetahuan itu sendiri, setelah dicernakan dan kemudian dipahami
dalam diri individu, dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang (from
within). Pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri
seseorang melalui pengamatan, pengalaman dan pemahamannya.

Aliran kontructivisme meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha


memahami dunia di sekeliling mereka, anak membangun pemahaman mereka
sendiri terhadap dunia sekitar dan pembelajaran menjadi proses interaktif yang
melibatkan teman sebaya, orang dewasa dan lingkungan.

e. Pendekatan kreatif dan inovatif


Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang
menarik dan membangkitkan rasa ingin tahu anak untuk berpikir kritis dan
menemukan hal-hal baru.
f. Lingkungan kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan
menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat
mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
g. Menggunakan pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu berdasarkan tema yang menarik dan dapat
membangkitkan minat anak. Penggunaan tema untuk mempermudah keterpaduan
berbagai kegiatan, bidang studi/mata pelajaran.
h. Pengembangan tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan
beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak.
Kekuatan pembelajaran tematik adalah; (1) pengalaman dan kegiatan belajar
relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, (2) menyenangkan
karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak, (3) hasil belajar akan bertahan

11
lama karena lebih berkesan dan bermakna, (4) mengembangkan keterampilan
berpikir anak dengan permasalahan yang dihadapi, dan (5) menumbuhkan
keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komonikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
i. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau
bahan-bahan yang sengaja disiapkan. Bahan yang ada di lingkungan sangat
mudah di dapat dan harganya murah.

j. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup


Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses
pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu menolong diri sendiri,
mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri, mampu bersosialisasi
dan memperoleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelansungan
hidup.

7. Peran Pendidik dalam Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini

Beberapa yang perlu diperhatikan dalam proses pengembangan keterampilan


motorik anak usia dini adalah:
a. Kesiapan belajar
b. Kesempatan belajar
c. Kesempatan berpraktik/latihan
d. Model yang baik
- Bimbingan, untuk dapat meniru suatu model anak membutuhkan bimbingan.
Dengan bimbingan membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum
kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan
kembali
- Motivasi, motivasi belajar untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan.
Beberapa macam teknik untuk meningkatkan motivasi anak usia dini;
 Memberikan pujian terhadap hasil yang telah dilakukan oleh anak dan
menjelaskan peranan dalam kelompok apabila dalam kegiatan kelompok. Hal
ini dilakukan agar anak mempunyai rasa percaya diri dan mampu
melakukannya dengan baik.

12
 Memberikan dorongan semangat. Setiap pembetulan gerak yang diberikan
harus bersifat membangun, evaluasi harus dilaksanakan secara objektif.
 Memberikan petunjuk dan pengertian tentang mamfaat kegiatan yang sedang
dilakukan. Dengan menggunakan ungkapan (bahasa yang mudah dipahami
oleh anak.
 Prilaku positif pembimbing atau guru yang baik hal ini akan memotivasi anak
untuk berprilaku positif.
Pendidik atau pembimbing anak usia dini di TK/RA, adalah orang yang bertugas
untuk mendidik dan membimbing anak kea rah tujuan yang dicita-citakan. Untuk
keberhasilan dalam kegiatan pengembangan motorik perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pendidik dianjurkan mengenakan pakaian yang sesuai dengan situasi yang
dihadapi. Sikap perwujudan dan pakaian merupakan salah satu syarat
menanamkan kewibawaan pendidik.
2. Fasilitas dan alat-alat pengembangan keterampilan mororik; dalam arti luas,
fasilitas pengembangan keterampilan motorik adalah kelengkapan yang harus
dipenuhi sekolah untuk melaksanakan kegiatan pengembangan keterampilan
motorik.
3. Susunan pengaturan dan tempat pendidik
Agar poses pengembangan keterampilan motorik dapat berjalan dengan lancer
dan tertib, perlu diperhatikan susunan anak dan tempat pendidik, diantaranya;
- Susunan barisan anak tidak menghadap sinar matahari, dan juga kea rah yang
mudah menarik perhatiannya misalnya kea rah jalan raya, tempat keramaian.
- Susunan barisan mudah diawasi, seperti barisan tidak terlalu panjang.
- Berdiri ditempat yang dapat melihat semua anak dan anak-anak dapat melihat
guru
- Ketika memberikan contoh suatu gerakan, tidak membelakangi anak. Hal
yang duperliahtkan harus jelas kelihatan dari tempat berdiri anak.
- Perubahan susunan barisan lain harus dapat berjalan dengan cepat karena
anak usia dini belum mampu mengatur sendiri maka dalam kegiatan di luar
kelas diperlukan adanya guru bantu lain.

13
- Dalam penyusunan dan pengaturan tempat anak juga perlu diperhatikan
jumlah anak, jumlah alat yang tersedia, macam kegiatan, keadaan halaman
(luas atau sempit).
4. Persiapan
Persiapan yang perlu dilakukan adalah :
 Persiapan mental: menguasai bahan kegiatan pengembangan yang akan
dilaksanakan.
 Persiapan kegiatan tertulis: segala persiapan yang akan dikembangkan
kepada anak-anak telah disusun secara tertulis. Kegiatan pengembangan
yang akan dilaksanakan direncanakan dan diperhitungkan dengan cermat.
Ini berbentuk program satuan kegiatan harian.
 Persiapan lapangan dan alat-alat: halaman yang akan dipakai harus diatur
dan dipersiapakan secukupnya. Untuk persiapan lapangan, perlengkapan
dan alat-alat disiapakan dibantu oleh guru bantu.
5. Teknik penyajian
Dalam memberikan penyajian kegiatan pengembangan ketermapilan motorik,
pendidik bukan berdiri di muka kelas, tetapi beridiri di antara anak-anak. Karena
dengan demikian maka kontak atau interaksi guru dengan anak-anak menjadi
kekhususan tersendiri.
Menurut Subagiyo (1998) yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan motorik agar dapat dipertanggung
jawabkan dan keberhasilannya perlu memenuhi syarat-syarat:
 Bahan kegiatan harus sesuai dengan tujuan pengembangan dan harus selalu
disesuaikan dengan karakteristik perkembangan dan keterlitbatan anak usia
dini.
 Jelaskan secara singkat dan terang tentang apa yang harus dikerjakan anak.
 Tentukan kebutuhan anak-anak atas dasar kemampuan dan pengalaman
yang telah dimilikinya.
 Tunjukkan atau berikan demontrasi yang benar dalam melakukan kegiatan-
kegiatan.
 Berikan koreksi terhadap pelaksanaan yang salah, tunjukkan pelaksanaan
yang benar.

14
 Berikan kesempatan berpraktik atau berlatih yang cukup sesuai dengan taraf
perkembangan fisik anak usia dini sampai mereka menguasai keterampilan
tersebut.
 Mengulang secara teratur bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan,
sehingga bentuk-bentuk gerakan tetap dapat dikuasai. Dan tambahlah
dengan hal-hal baru.
 Kegiatan pengembangan harus berjalan dalam suasana gembira dan
menyenangkan.
 Usahakan agar anak-anak mempunyai cita-cita yang tinggi
 Adakan analisa bagi anak-anak yang kurang berhasil.
 Bekerja dengan prinsip mengikut sertakan anak-anak secara keseluruhan
(sebanyak mungkin). Buat mereka sibuk, senang dan bermamfaat.
6. Nada Suara
Nada suara guru merupakan alat kontak dengan anak. Suasana kegiatan
pengembangan akan sangat dipengaruhi oleh nada guru. Kepandaian berbicara
harus dapat menjelaskan apa yang dimaksudkan, dan dapat pula memberikan
perintah yang tepat . hal ini berbeda dari sekolah satu dengan yang lain dan kelas
ke kelas berikutnya.
Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
 Nada suara harus memberi dorongan dan semangat
 Ramah. Bukan berarti suatu sikap yang tidak pasti. Tidak pernah menghardik
 Nada suara harus jelas
 Bebicara tidak keras
 Berbicara singkat dan jelas
 Nada suara harus sesuai dengan ruang pembicaraan atau luas ruangan.
7. Koreksi
Koreksi atau perbaikan dapat dilakukan dengan dua cara;
(1) koreksi serentak (klasikal)
koreksi serentak dilakukan bila sebagian besar anak-anak membuat
kesalahan, maka anak-anak dikumpulkan, selanjutnya guru menjelaskan
kesalahan yang banyak dilakukan dan mengadakan perbaikan. Ini disebut
koreksi tidak lansung.

15
(2) koreksi perorangan.
Koreksi perorangan dilakukan bila hanya satu dua anak melakukan keslahan
dan guru lansung melakukan koreksi secara perorangan terhadap anak-anak
yang masih membuat kesalahan itu.
8. Keamanan dan keselamatan
Selama kegiatan pengembangan keterampilan motorik berlansung, keamanan
dan keselamatan anak-anak harus benar-benar terjamin, untuk itu beberapa hal
yang mesti dilakukan:
 Sebelum kegiatan pengembangan keteramilan motorik khsususnya motorik
kasar dimulai, lapangan atau halaman bermain terlebih dahulu diperiksa
kalau-kalau ada hal yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak-anak,
seperti halaman tidak rat, berlubang, banyak batu menonjol, licin dll.
 Alat-alat bantu pengembangan yang dipakai diperiksa dengan teliti jangan
sampai apabila dipergunakan dapat menimbulkan kecelakaan karena
rusaknya alat-alat.
 Susunan dan pengaturan anak tidak membahayakan anak yang satu dengan
yang lain. Seperti pengaturan jarak (dalam kegiatan manipulatif atau
melempar).

C. Simpulan
Peran Pendidik dalam pengembangan Motorik anak sangat penting dengan
adanya pelayanan dari pendidik agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan
motorik anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak.
Selain itu Faktor gizi, pola pengasuhan anak, dan lingkungan ikut berperan
dalam perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik anak berlangsung secara
bertahap tapi memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda pada setiap anak.
Untuk itu pelayanan dalam perkembangan anak usia dini tidak hanya di serahkan pada
pendidik di sekolah, hendaknya orang tua ikut berpartisipasi dan bekerjasama dengan
pendidik untuk memberikan pelayanan terhadap perkembangan anak. Sehingga
perkembangan anak dapat dicapai secara optimal.

16
Referensi

Depdiknas, Dirjen PMPTK, Direktorat PTKPNF, 2006. Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Jakarta: Depdiknas, Dirjen PMPTK, Direktorat PTKPNF

Depdiknas, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD (Direktorat PAUD, 2006)


Depdiknas. Badan Penelitian dan Pengembangan Puskur, 2007. Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Badan Penelitian dan Pengembangan Puskur
Depdiknas. Dikti, Direktorat P2TK & KPT, 2005. Model Keterampilan Motorik Anak
Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Dikti, Direktorat P2TK & KPT
Direktorat PADU (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Pendidikan Anak Dini Usia
(Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Direktorat Padu.
Hurlock B. Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Jamaris, Martini (2003). Perkembangaan dan Pengembangan Anak Usia Taman


Kanak-kanak. Jakarta: UNJ

Patmonodewo,Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Petterson, Candida (1996) Looking forward through the Lifespan. Australia: Prentice
Hall

Santrock, John (2007) Child Development, New York: McGrow


Subagio (1985). Mengajar Praktek Olah raga. Jakarta: Ditdgutentis. Dikdasmen
Depdikbud.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia No. 78, 2003

Yusuf, Syamsu LN (2002) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

17

You might also like