You are on page 1of 37

POSISI DAN DAYA SAING INDONESIA DALAM

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA SERTA


IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD JAMIL AL ZAIN (A11107063)

BURHANUDDIN (A11107106 )

ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, dan
hidayahnya-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berjudul ‘POSISI
DAN DAYA SAING INDONESIA DALAM ASEAN CHINA FREE
TRADE AREA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap

kemajuan perekonomian Indonesia terutama pada sifat optimisme yang Indonesia dalam

menghadapi pasar bebas dalam hal ini ACFTA.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Ilham Tajuddin sebagai dosen

perekonomian Indonesia serta seluruh pihak yang telah membantu penyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

guna perbaikan dimasa yang akan datang, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi

kita semua.

Makassar , 21 Mei 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………I

Daftar Isi………………………………………………………………………….II

Daftar Gambar dan Tabel…………..…………………………………………….III

Abstraksi………………………………………………………………………….IV

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang….…………………………………………………....1

1.2. Perumusan Masalah………….………………………………………..5

1.3. Tujuan Penulisan…………………………………….………………...6

1.4. Manfaat penulisan……………..………………………………………7

2.1. Penelitian Terdahulu…………………………………………………14

Bab III Metode Penulisan

3.1. Lokasi Dan Waktu………..….………………………………………16

3.2. Jenis Dan Sumber Data……….…………………………………......16

3.3. Metode Pengelolaan Dan Analisis Data…….………………….…....16

Bab IV Pembahasan……………………………………………………………..17

4.1.Kondisi real UKM sulsel saat ini .…...………………………………19

4.2. Langkah langkah yang telah diambil oleh pemerintah dalam mengembangkan

UKM untuk menghadapi AFTA…….……………………………..…….20

4.3. Langkah strtegis yang mesti diambil dalam menghadapi AFTA

Kedepan……………………………..………………….……………26
4.4.Membenahi industry UKM di sulsel dengan berkaca dinegara lain yang telah sukses

dari segi ekonominya.………………………………................................28

Bab V Penutup

5.1 . Kesimpulan…………………………………………………34

5.2. Saran ………………………………………………………..35

III.DAFTAR GAMBAR

DAN TABEL

No.

1. Gambar 1 : Bagan kerangka berfikir…………...................................15

2. Gambar 2 : Garfik perkembangan UKM……………………………17

3. Tabel Posisi kredit sulsel…………….………………………………L*

4. Tabel : Data industry dan perdagangan SulSel………………..……L*

Catatan:

*lampiran
Abstraksi

ACFTA (Asean China Free Tread Agreement) yaitu sebuah perjanjian yang di gagas oleh

negara- negara ASEAN bersama China. Seperti yang diketahui sejak 1 Januari 2010, produk-

produk China resmi bebas masuk ke Indonesia. Artinya,Indonesia sebagai negara ASEAN dan

masuk kepada bagian dari kesepakatan itu mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus tunduk

dan patuh terhadap apa yang telah disepakati bersama antara Cina dan negara ASEAN. Yang

menjadi pertanyaan besarnya adalah bagaimana kita meresponnya dengan sikap optimis dan

mempersiapkan langkah- langkah riil dengan segala potensi kelimpahan yang dimiliki oleh

bangsa kita. Gagasan CAFTA yang disepakati bersama China dengan ASEAN untuk diawali

implementasinya tahun 2010 saat akan terjadi integrasi perekonomian yang meliputi sebanyak

1,8 miliar konsumen (1,29 miliar dari China dan 550 juta dari ASEAN) dan belum lagi kalau

disertakan Jepang (berpenduduk 127 juta) dan Korea Selatan (berpenduduk 48 juta). Hal ini

tercatat dalam 2004 Economic Outlook for East Asia Institute of Developing

Economies/JETRO,Japan.

Sikap optimis kita sangat beralasan, hal ini karena Indonesia sebagai sebuah negara yang

memiliki kelimpahan sumber daya (resources endowment) bukan negara yang miskin dan

terbelakang. Hal ini dibuktikan dengan data- data riil yang menyebutkan posisi ekspor Indonesia

sejak tahun 2003- 2005 mampu setara dengan China yang berhasil menduduki angkaa 24%.
Tentu fakta- fakta ini sedikitnya bisa memberikan meyakinkan kita bahwa Indonesia mampu

bersaing dengan China khususnya dan negara- negara ASEAN pada umumnya.

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Masuknya Indonesia dalam ACFTA menjadi perdebatan kaum elit, Anggota Dpr,

Mahasiswa, Masyarakat biasa, tukang becak, pedagang, pengusaha dan masih banyak yang lain

hal ini disebabkan banyak yang menilai bahwa masuknya Indonesia dalam CAFTA tersebut

mengancam stabilitas perekonomian kita karena belum sanggup bersaing di dunia internasional

pada umumnya dan ASEAN pada khusunya.

Dari kalangan yang kontra terutama prktisi, dosen, dan mahasiswa menganggap akan

menggangu perekonomian nasional sehingga produksi dalam negeri menurun akibat kalah dalam

bersaing, maka produksi produksi dalam negeri akan sangat banyak yang menutup ataupun

gulung tikar disebabkan ketidak mampuanya bersaing dengan dunia luar, sebagai contoh nyata

kekuatan China yang telah masuk di Indonesia dan mengacaukan produksi nasional karena harga

yang sangat murah sehingga produsen tidak bisa bersaing dengan China. Masuknya produk

China seperti pada tekstil yang terjadi pada tahun 2004 sampai 2007 terjadi penurunan drastic

pasokan tekstil dalam negeri secar signifikan yaitu dari jumlah 74 % pada tahun 2004 menjadi 22

% pada tahun 2007 sehingga banyak industry local yang tutup disebabkan oleh banyaknya tekstil

china yang mengincar negeri ini. Begitu juga dengan produk elektronik, mainan anak anak, dan

lain lain. Agar lebih jelas silakan pembaca cek sendiri di pasar.
Dalam buku ekspose ekonomika mewaspadai globalisasi dan pasar bebas yang ditulis

oleh Sri-Edi-Swasono dalam bukunya pada bab III kekaguman pada globalisasi menuliskan

bahwa globalisasi terbukti telah menumbuhkan inequality yang makin parah, telah melahirkan “

the winner take all society, disempowerment dan impoverishment terhadap si lemah, sehingga

diungkapkan secara luas dan popular bahwa the gap between the haves and the have-nots.

Terus bagaimana dengan kalangan yang pro atau setuju dengan perdagangan bebas

tersebut dalam hal ini ACFTA ?. dari pihak ini mengatakan bahwa kita harus memnfaatkan

peluang ini agar kita bisa berkembang, memanfaatkan potensi local yang ada, memanfaatka

sumber daya yang ada untuk bersaing di dunia global tersebut. Bangsa ini punya banyak sumber

daya alam, ada batu bara, minyak bumi, emas, hutan hasil pertanian, hasil laut dan masih sangat

banyak yang bisa diajdikan komoditas internasional. Dengan adanya CAFTA ini membuat

Negara kita untuk lebih kretaif dalam mengembangkan produksi dalam negeri, tidak lagi santai

seperti sebelumnya karena kita di tangtang untuk maju dan bersaing kapan tidak bisa bersaing

maka akan digilas oleh produk luar negeri.

Dalam buku membangun bangsa dengan kemandirian ekonomi yang di edit oleh

Muhammad saleh mude dan mukhtar Al shodiq yang memuat seri pemikiran jusuf kalla, dalam

buku iti JK mengatakan bahwa kita harus mengahadpi pasar bebas dengan kemandiriran ekonomi

yang kita miliki, dalam buku tersebut jk juga member beberapa solusi untuk Indonesia agar bisa

bersaing dalam kancah internasional, antara lain : memenangkan globalisasi dengan kekuatan

bangsa sendiri, membangun kultur saudagar, Indonesia harus ekspansi pasar, dan alin lain.

Sehingga jusuf kalla sangat optomis dengan pasar bebas maupun CAFTA itu sendiri.
Jika perdebatan ini terus dilanjutkan dan tidak mengambil solusi kongkrit maka kita tak

akan pernah maju apalagi bisa bersaing dengan Negara Negara lain dalan hal ini Negara Negara

asean dan China. Olehh karena itu penulis mengaggap bahwa kita harus bisa melihat peluang kita

dalam menghadapi china dan Negara negar ASEAN lainnya dalam CAFTA. Kita bisa lihat data

bahwa ekspor Indonesia dan china merupakan ekspor yang tertinggi jika dibandingkan dengan

Negara negar lain.

Data dibawah ini bisa kita jadika sebagai rujukan bahwa kita bisa mmenjadikan ACFTA

adalah peluang perekonomian Indonesia. Pada gambar tersebut kita melihat bahwa ekspor dari

tahu ketahun meningkat sehingga bisa dikatakan bahwa ternyata Indonesia punya komoditas

ekspor yang sangat banyak, silakan di lihat di grafik bahwa perkembangan sangat signifikan,

pada tahun 2003 indonesia mempunyai ekspor 7 %, kemudian meningkat pada tahun 2004

menjadi 12 % yang hanya mengalahkan Filipina saat itu yang hanya mencapai 10 % dan pada

tahun 2005 indonesia tiba tiba melonjak ekspornya menjadi 24 % ekspornya mengalahkan semua

Negara Negara ASEAN termasuk juga Negara negara maju seperti Amerika Serikat (11%),

Jepang (5%), Jerman(8%), Inggris(9%), Italia(6%), Perancis(4%), Kanada(18%), Korsel(12%),

Hongkong(12%), Singapura(18%), Malaysia(12%), Thailand(14%), Filipina(1%),

Argentina(17%), Brasil(23%) dan Meksiko(13%). Hanya China yang berad diatas Indonesia

yang mencapai 24 %, sehingga dari sini kita sangat optimis bahwa Indonesia sangat mampu

bersaing dengan Negara lain jika kita lihat dari segi ekspornya.

Selain itu pada tahun 2005 sampai pada tahun 2007 yang ada diatas Indonesia hanya

Negara China saja sedangkan yang lain ada dibawah Indonesia seperti Negara Negara yang

tergabung dalam CAFTA ataupun Negara Negara industry lain yang ada didunia ini.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan ekspor Asean Dan China

Dari gambar diatas kita bisa lihat ekspor Indonesia menurun akan tetapi tidak berada

dibawah Negara negar lain, hanya sejajar dalam hal ini sama dengan Indonesia, dalam grafik

diatas diperlihat yang sama dengan Indonesia pada angka 19 % adalah Negara singapur, dan

Thailand, serta hanya satu Negara diatasnya yaitu China, sampai pada tahun 2007 indonesia

kembali mengambil posisi kedua dalam ekspor dari china semntara Negara Negara lain

mengalami penurunan dari segi ekspor seperti singapura dan Thailand.

Dari data ini kita bisa melihat bahwa Indonesia bisa memiliki peluang dalam

memenangkan persaingan global dalam hal ini ACFTA.


Dari latar belakang ini kami mengambil kesimpulan untuk menarik judul : POSISI DAN DAYA
SAING INDONESIA DALAM ASEAN CHINA FREE TRADE AREA SERTA
IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari pembahasan diatas yang memperlihatkan melalui grafik bahwa Indonesia mempunyai

peluang dalam menghadapi pasar bebas dalam hal ini ACFTA untuk ASEAN.

Jadi berdasarkan kondisi pada latar belakang tersebut yang menggambarkan pro kontra

yang terjadi pada kalangan masyarakat Indonesia tentang dampak positif dan negative ACFTA.

Maka penulis menarik kesimpulan untuk menjawab pro kontra dan peluang perkonomian

Indonesia, maka kami merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi perekonomian Indonesia saat ini dari segi Ekspor dan Impor ?

2. Faktor Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan Ekspor Indonesia ?

3. Bagaimana menjadikan berimplikasi baik pada perekonomian Indonesia ?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang diinginkan dalam tulisan ini adalah penelitian tentang jawaban dari

rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi perekonomian Indonesia saat ini dari segi ekspor dan

Impor

2. Untuk mengetahui Faktor factor apa saja yang mempengaruhi peningkatan ekspor dan

impor

3. Untuk mengetahui langkah yang dilakukan agar ACFTA berimplikasi baik bagi

perekonomian Indonesia
BAB 11

METODE PENULISAN

2.1 Lokasi dan Waktu

Penulisan dan analisis karya tulis ini, dilakukan pada bulan Maret dari tanggal 16 maret

sampai 21 Maret, 2010 di kampus Universitas Hasanuddin dan di rumah penulis dalam hal ini

perumahan dosen UNHAS Makassar.

2.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Yang kami dapatkan dari situs bank

Indonesia, Badan pusat statistic, dan juga dari berbagai buku, internet, Koran, majalah, dan

literature lainnya yang dianggap valid data yang disajika.

2.3 Metode Pengelolan dan Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan untuk data sekunder dalam karya tulis ini merupakan analisis

deskriptif dari pengamatan suatu permasalahan. Penulis melakukan pengamatan terhadap

perekonomian regional, nasional, dan internasional melalui media massa baik cetak maupun

elektronik. Hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis untuk menjelaskan dan mencari solusi

terhadap permasalahan yang sedang terjadi pada saat itu.

2. Analisis Eksploratif
Analisis makalah ini juga menggunakan metode eksploratif. Metode tersebut sangat

fleksibel dan tidak terstruktur sehingga memudahkan pencarian ide serta petunjuk mengenai

situasi permasalahan. Pendekatan penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini

adalah pendekatan kualitatif dalam analisis.

3. Analisis Regresi Dan Korelasi

Analisis yang dilakukan melalui koefisen korelasi berganda, yang menunjukkan arah dan

kuatnya hubungan antar variable terikat dan sejumlah variable bebas secara simultan.
BAB 111

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI DARI SEGI EKSPOR

DAN IMPOR

China Asean free trade area tak bisa lagi ditunda, walaupun kita masih menolak tetapi itu

berarti kita sangat takut bersaing dengan Negara lain baik yang ada diatas kita maupun yang ada

dibawah kita. Seakan akan tak punya nyali untuk menghadapinya karena rasa pesimis yang

begitu tinggi terhadap pasar bebas tersebut. Tak perlu lagi ada pro dan kontra, yang harus

dilakukan adalah berfikir agar Indonesia ini mampu bersaing di ACFTA, dan melupakan

perdebatan.
Sumber : penulis (dikelolah dari data international financial statistic & www.cbc.gov.tw(data

Taiwan) statistic ekonomi keuangan Indonesia (Bank Indonesia)

Disini penulis akan membahas perekonomian Indonesia saat ini dari segi ekspor dan impor.

Dari data diatas kita bisa melihat bahwa perkembangan dan penurunan ekspor kita dan China

tidak terlalu berbeda, dimana saat Indonesia pelan pelan mengalami keanaikan pada tahun

2003(7%) sampai 2005 (24%) China mengalami penurunan sedikit dari 35 % pada Tahun 2004

menjadi 28% pada tahun 2005, turun sekitar 7 %, lalu kembali mengalami penurunan sebesar 1

% pada saat beralih ke 2006. Indonesia mengalami penurunan sebesar 5% pada Tahnu 2006

sedangkan China hanya 1 %, akan tetapi Hal yang membanggakan bagi Indonesia ketiak tetap

sebagai eksportir pada posisi kedua serelah China, dimana Negara lain mengalami penuruna yang

sangat jauh termasuk negar negar maju, sehingga bisa dikalahkan oleh Indonesia. Untuk lebih

jelasnya silakan dilihat Tabel yang ada Dibawah ini !


Sumber : penulis (dikelolah dari data international financial statistic & www.cbc.gov.tw(data

Taiwan) statistic ekonomi keuangan Indonesia (Bank Indonesia)

Dari data ini kita bisa melihat bahwa ekspor kita mengalami peningkatan secara rata sekitar

1,4 % selama lima tahun. Pada tahun 2003 indonesia hanya berada di posisi kedua setelah

Filipina dan sejajar dengan Malaysia pada saat itu 7 %, dan yang ada diatas adalah china,

Thailand, dan singapura akan tetapi pada tahun 2007 indonesia telah meraih peringkat dua

setelah China, dan keempat Negara Asean lainnya ada di bawah Indonesia.

Ini membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing dengan Negara Negara lain banga

Indonesia harus optimis dalam menghadai ACFTA ini, penulis tidak hanya melihat pada

indicator peningkatan ekspor saja akan tetapi juag kita harus lihat bagaiman peningkatan impor

kita di Indonesia dan negara lainnya, karena dengan mengetahui Impor Negara lain kita bisa

mencari peluang dinegara tersebut dengan memasarkan barang barang produksi kita di Negara

yang bersangkutan. Dibawah ini adalah gambar Grafik perkembangan Impor Negara Negara

Asean Dan China.


Sumber : penulis (dikelolah dari data international financial statistic &

www.cbc.gov.tw(data Taiwan) statistic ekonomi keuangan Indonesia (Bank Indonesia)

Dari gambar grafik diatas kita melihat bahwa perkembangan impor yang digambarkan

grafik diatas. Yang memperlihatkat bahwa pengimpor terbesar adalah Indonesia pada tahun 2005

sampai 2006 dan juga china pada taun 2003, 2004, dan 2007 secra rata rata kita melihat bahwa

china dan Indonesia masih menjadi pengimpor terbesar sehingga ini bisa dijadikan sebagai

landasan bahwa sebuah peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor terhadap china kedepan,

yang penting adalah kita bisa menyediakan bahan ekspor yang dibutuhkan China.

Terus yang mejadi pertanyaan adalah barang barang apa saja dijadikan Indonesia sebagai

andalan barang ekspor ??? karena kita tahu bahwa Indonesia sangat kaya akan kekayaan alam,

sehingga peluang kekayaan alam tersebut bisa dijadikan sebagai basis dalam ekspor. Terus
barang barang apa saja yang dijadikan ekspor sehingga menunjang perekonomian Indonesia.

Berikut ini adalah table ekspor kita .

Disini kita lihat bahwa sangat banyak potensi ekspor kita baik dari segi migas maupun non
migas, dari table ini kita bisa melihat bahwa jenis ekspor kita yang terdiri non migas yaitu
Binatang Hidup, Produk Hewani, Produk Nabati, Lemak, Minyak, dan Malam, Makanan,
Minuman, Minuman Keras,dan Tembakau, Produk Mineral, Produk Industri Kimia dan Industri
Sejenis, Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet, Kulit dan Barang dari Kulit, Kayu,

Barang dari Kayu, dan Barang, Anyaman, Pulp, Kertas, dan Barang dari Kertas, Tekstil dan

Barang dari Tekstil, Alas Kaki, Tutup Kepala, Payung, dan Bunga Tiruan, Barang dari Batu,

Semen, Gips, Asbes, Kaca, Mika, Produk Keramik, Mutiara, Batu Permata, Logam Mulia,

dan Perhiasan Imitasi, Logam Tidak Mulia dan Barang, Terbuat dari Logam Tidak Mulia,

Mesin dan Pesawat Mekanik, Perlengkapan Elektonik dan Bagiannya, Kendaraan, Pesawat
Terbang, Kendaraan dan Perlengkapannya, Alat Optik, Fotografi, Musik, Kedokteran, Bedah,

dan Jam Senjata dan Amunisi, Bagian dan Perlengkapannya, Berbagai Barang Hasil Pabrik,

Karya Seni, Barang Koleksi, dan Barang Antik berapa banyak nilai ekspornya pertahun telah

digambarkan secra rinci pada table diatas. Kita juga melihta bahwa kebanyakan dari barang

ekspor kita merupakan kekayaan alam, tetapi juga sudah banyak yang merupakan hasil hasil

produksi melalui mesin produksi.

Bagaimana dengan ekspor kita yang migas ??? untuk lebih jelasnya silakan dilihat pada

table berikut ini:


Kita bisa lihat dari data diatas, jenis jenis apa saja yang masuk dalam migas, dari tabel kita

lihat bahwa yang termasuk dalam non migas adala sebagai berikut Minyak, Minyak Mentah,

Produk Pengilangan, Gas, LNG, LPG, Natural Gas. Diatas juga kita bisa lihat bagaiaman

perkembangan ekspornya dengan nilai masing masing.

Untuk lebih jelasnya juga kita bisa melihat dalam bentuk grafik sehingga mempermudah kita

dalam menganalisa. Untuk lebih jelasnya silakan dilihat tabel berikut.

Sumber : Penulis

Kita bisa melihat gambar diatas yang memperlihatkan perkembangan ekspor di Negara kita

dalam hal ini ekspor migas, dari data diatas kita melihat bahwa secara rata rata mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2003 sampai denga tahun 2008. Dan yang

mengalami penurunan yang signifikan hanya pada LPG sedangkan yang lain terus meningkat.

Terus bagaimana perbandingan antara ekspor miga dan non migas ? untuk lebih jelasnya

dapat diamati pada grafik berikut :

Sumber : penulis

Dari data diatas dilihat bahwa perkembangan ekspor baik migas maupun non migas

mengalami peningkatan yang terus menerus, dari tahun 2003 sampai dengan 2008 yang

mengalami peningkatan secara signifikan adalah pada tahun 2007 ke 2008 sebagaimana dalam

tabel diatas memperlihatkan kenaikan pada grafik diatas yang sangat signifikan. Jika dilihat dari
sector migas kenaikannya statis, tidak mengalami peningkatan yang drastic tetapi tetap terus

meningkat.

Kita juga bisa membandingkan tingkat peningkatan ekspor Negara Negara industry yang

sudah terkenal sebagai Negara Negara maju jika di bandingkan dengan tingkat ekspor kita dari

Indonesia kepada Negara lain, untuk lebih jelasnya silakan dilihat pada grafik dibawah ini :

Sumber : Penulis

Dari grafik diatas memperlihatkan kepada kita bahwa, jika dibandingkan Indonesia dengan

Negara negara maju ternyata Indonesia bisa mengalahkan Negara negara maju dari segi ekspor,

lihat saja pada tahun 2003 hanya mencapai sekita 7 % meningkat menjadi 12 % l pada tahun

2004, pada tahun 2005 menjadi 24 %, berada di bahwah sampai dengan tahun 2007, Indonesia

berada pada posisi kedua setelah china. Sedangkan Negara negar lainnya terus mengalami

penurunan, lihat saja pada tabel bahwa singapura pada tahun 2004 sangat tinggi, sedangkan pada

tahun 2005, 2006, 2007 mengalami penurunan yang terus menerus hingga berada di bawah
Indonesia, begitupun dengan negar negar lain seperti Malaysia, Amerika Serikat, Korsel,

Maupun Hongkong dan juga Negara Negara lain yang terdaftar di grafik.

3.2. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR INDONESIA

Inilah pertanyaan factor factor apa saja yang mempengaruhi peningkatan ekspor kita di

Indonesia. Kami dari menulis membatasi 2 hal yang mempengaruhi ekspor yaitu investasi dan

pertumbuhan ekonomi. Disini penulis mencoba melihat hubungan investasi tersebut dan

bagaimana pengaruhnya terhadap ekspor kita. Yang menjadi pembahasan dari penulis adalah

sebagai berikut .

1. Suku bunga

Ada beberapa ahli mengemukakan definisi suku bunga, :

Suku bunga adalah harga atas penggunaan bunga, atau sebagai sewa atas

penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu” (jafar, 1993). Sedangkan menurut

Krugman, Paul R. dan Obstfelt, Maurice (1996), definisi suku bunga adalah sewa atau

imbalan yang diterima seseorang atas kesediannya meminjamkan sejumlah uang dalam

waktu tertentu. “Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa

kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga

ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran.


Grafik di atas memperlihatkan suku bunga Bank Sentral (BI), pada tahun 2005 – tahun

2008 yang berfluktuasi. Pada tahun 2005, suku bunga BI sebesar 12,75%, tahun 2006(9,75%),

2007(8%), dan tahun 2008(9,25). Hal ini menggambarkan secara rata- rata suku bunga yang

ditetapkan oleh BI masih relative tinggi dibandingkan dengan negara- negara maju seperti China.

Padahal salah satu factor penentu untuk menarik investor adalah menurunkan suku bunga. Inilah

yang menyebabkan salah satu penghambat pertumbuhan ekononmi di Indonesia dan sangat perlu

dibenahi oleh pemerintah, apalagi memasuki free trade area.

2. Investasi

Investasi (penanaman modal atau pembentukan modal asing) digunakan dalam

penghitungan pendapatan nasional disebut sebagai pembentukan modal dalam negeri, terjadi dari

tabungan dari sector rumah tangga, melalui instansi- instansi keuangan akan mengalir ke sector

perusahaan yang digunakan oleh para pengusaha untuk membeli barang- barang modal.

Penambahan jumlah barang modal memungkinkan umtuk menghasilkan lebih banyak barang dan

jasa di masa yang akan datang. Investasi (sebagai salah satu komponen penting dalam agregat
demand) merupakan suatu factor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi

(sustainable development), peningkatan PDRB atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan- kegiatan produksi barang dan jasa di semua sector

ekonomi. Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan

masyarakat meningkat , yang selanjutnya akan menciptakan peningkatan permintaan pasar

domestic maupun internasional, sehingga volume ekspor juga meningkat. Dengan demikian hal

ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa

investasi berkorelasi positif denagn pertumbuhan ekonomi, dimana ketika investasi di dalan

negeri tinggi , maka semakin mudah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (economic growth).

Grafik di atas memberikan gambaran bahwa kredit investasi di Indonesia baik yang

disalurkan oleh Bank Umum, maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dari tahun ke tahun

semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seperti yang terlihat pada tahun 2003( 59,962),

2004(75,475), 2005(92,2200, 2006(105,441), 2007(124,429), dan tahun 2008(163,940). Hal ini


menggambarkan bahwa jumlah permintaan dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun, ini

karena tak dinafikkan bahwa investasi merupakan salah satu factor utama penggerak

pertumbuhan ekonomi.

3.Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang

terjadi melalui kenaikan tabungan produksi. Perkembangan ekonomi ini dapat digunakan untuk

menggambarkan factor factor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan

dalam teknik produksi, masyarakat dalam lembaga lembaga, yang mengakibatkan perubahan

pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan suatu daerah diukur dari adanya perkembangan ekonomi dapat dilihat dari

pertumbuhan keseluruhan sector ekonomi, atau masing masing sector yang ada.

Jadi pertumbuhan ekonomi adalah proses bukan gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini

kita lihat aspek dinamis dari suatu perekonomian yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian

yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu kewaktu.

Pertumbuhan Ekonomi
6
5.7
5.5 5.4
5 5.1

4.5

4 3.9

3
Pertumbuhan Ekonomi

0
2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber : penulis
Dari grafik diatas kita bisa melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2003

sampai denagan 2008, dari data diatas pada tahun 2003 sebanyak 3.9 %, 2004 (5.1%),

2005(5.5%), 2006(5.4), 2007(5,7%) pada tahun 2008 turun drastic menjadi 4.5 % yang

diakibatkan oleh krisis global. Pertumbuhan ekonomi ini juga mempengaruhi pertumbuhan

ekspore kita. Untuk lebih jelas kaitannya denga ekspor silakan dilihat hubunganya pada

pembahasan hasil regresi.

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.180E15 2 3.090E15 1.719E5 .002a

Residual 1.797E10 1 1.797E10

Total 6.180E15 3

2 Regression 6.180E15 3 2.060E15 . .b

Residual .000 0 .

Total 6.180E15 3

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Predictors: (Constant), X2, X1, X3

c. Dependent Variable: Y
Dari data data diatas kami melakukan analisis regresi dan korelasi melalui spss dengan

hasil sebagai berikut.

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.111E8 1.742E6 63.771 .010

X1 1.125E6 4237.635 .767 265.585 .002

X2 -2.328E7 246600.913 -.273 -94.386 .007

2 (Constant) 1.073E8 .000 . .

X1 1.134E6 .000 .773 . .

X2 -2.291E7 .000 -.268 . .

X3 86508.348 .000 .004 . .

a. Dependent Variable: Y

Dari data diatas maka, sangat jelas pengaruh ketiganya terhadap peningkatan ekspor kita.

Oleh karena itu sangat wajar jika kita optimis terhadap ACFTA.

2.3. MENJADIKAN ACFTA BERIMPLIKASI BAIK PADA PEREKONOMIAN

INDONESIA .
Dari hasil analisis tadi memberikan bukti bahwa, ekspor kita dipengaruhi oleh suku bunga,

yang berefek pada investasi, dan tentu saja juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan

tentunya sangat berefek pada perkembangan ekspor dan impor kita.

Dengan data data yang telah ada bahwa ekspor kita telah banyak akan tetapi perlu kita
ketahui bahwa ekspor kita kebanyakan dari bahan mentah oleh karena itu perlu juga
pengembangan ekspor yang tidak berorientasi pada bahan mentah saja. Oleh karena itu untuk
mengembangkannya perlu banyak belajar dari Negara Negara lain walupun kita kalahkan dari
segi jumlah ekspornya, akan tetapi perlu diketahui juga apa yang kita ekspor dan apa yang
ekspor, jangan sampai kita menang dari segi kuantitas tapi kalah dalam segi nilai. Nmaka dari
sini penulis mengharapkan bangsa ini untuk belajar pada negar lain dari segi pengembangan
ekonominya. Adapun yang mesti kita pelajari dari Negara lain adalah sebagai berikut :

1. Berkaca pada China


Pemerintah Cina merasa negaranya perlu melakukan transfomasi ekonomi yang bersifat
terbuka. Hal itu ditunjukan dengan banyaknya kemudahan-kemudahan bagi pendirian usaha dan
investasi.
Salah satu kemudahan itu berupa rendahnya tingkat suku bunga yang hanya berkisar lima
sampai enam persen. Biaya angkutan di pelabuhan bagi industri yang melakukan ekspor juga
ditekan semurah mungkin. Dengan pemberian kemudahan-kemudahan itu diharapkan industri
Cina mampu membuat produk yang berkualitas, murah, dan berdaya saing tinggi di pasar eskpor
Internasional. Dan diharapkan pasar akan mulai melirik produk Cina karena mampu berperan
sebagai cost leader.
Usaha pemerintah Cina ini pelan-pelan mulai membuahkan hasil. Pada tahun 1996 Cina
yang masih berada diposisi 10 sebagai negara pengekspor terbesar dunia telah mencapai posisi
keempat pada tahun 2003. Pada tahun itu Cina berhasil mencapai volume pedagangan ekspor
sebesar 5,88 miliar dollar AS.
Ada dua penting yang digaris bawahi disini yaitu bunga rendah dan kemudahan di
pelabuhan yang menarik para investor untuk berinvestasi lebih banyak dan bisa berkembang.
Sehingga bisa memajukan perekonomian China.
Jadi penulis menyimpulkan bahwa kebijakan bunga dan pelabuhan juga bisa dilaksanakan
oleh pemerintah Indonesia dalam memajukan ekonominya dan juga memajukan daya saing
Barang barang ekspor Indonesia ke kancah international.

2. Berkaca pada Korea Selatan

Dari segi usia dan sejarah pahit masa-masa pra dan pasca kemerdekaan, Indonesia tidak
jauh berbeda dengan Korea Selatan (Korsel).  Indonesia dan Korsel sama-sama menjadi negara
miskin setelah lama dijajah. Namun, ada satu hal yang sangat mencolok antara Indonesia dan
Korsel pada saat itu (dan sekarang). Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam dan tanah
yang subur, sementara Korea sangat miskin dengan sumber daya alamnya. Dalam kondisi yang
bertolakbelakang ini, ternyata dalam beberapa dekade kemudian justru Indonesia tertinggal jauh
dibanding Korea. Bukan sebaliknya.

Dari awalnya adalah negara pertanian tradisional paling miskin, Korsel bangkit menjadi
negara industri modern  yang disegani dunia. Bayangkan, diawal-awal Korsel harus bergantung
pada utang luar negeri hanya sekadar bertahan, bukan berkembang. Saking begitu miskinnya, AS
juga sampai memutuskan mengurangi bantuan karena mengira Korsel tidak akan pernah bisa
tumbuh.

Dalam beberapa dekade kemudian, Korsel mencetak prestasi yang sangat luar biasa
sekaligus menjungkirkan semua pandangan rendah terhadap bangsa Korea. Pada saat yang sama,
bangsa Korea bertekad untuk menyalip negara yang pernah menjajah dan negara yang pernah
memandang sebelah mata. Perihnya penjajahan Jepang membuat bangsa Korea harus
mengalahkan bangsa Jepang (dalam pengertian soft-power). Ditambah dengan sikap AS yang
awalnya memandang rendah justru membuat bangsa Korsel bangkit dan sadar bahwa hanya
kebijakan radikal dan semangat kebangsaan tinggi ( national and character building) yang bisa
membebaskan perekonomian dari stagnasi dan kemiskinan.

Bagaimana dari negara miskin sumber daya, Korsel bisa membangun kekuatan industri
yang begitu dahsyat? Kasus Korsel menunjukkan kunci sukses suatu pembangunan ekonomi
bukan terletak pada ada atau tidaknya SDA, tetapi pada ada tidaknya kemauan dan kemampuan
manusianya, terutama level pemimpinnya, dan pada pilihan pilihan strategi kebijakan.

Keberhasilan Korsel, menurut ekonom Korea Institut for International Economic Policy,
Chuk Kyo Kim, adalah karena negara ini memberikan perhatian besar pada pendidikan,
pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif di kegiatan penelitian dan
pengembangan.

Sukses Korsel juga ditopang oleh tumbuh suburnya jiwa kewiraswastaan, tenaga kerja
yang sangat terlatih, pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang relatif bersih,
iklim perdagangan dunia yang liberal, makroekonomi yang solid, dan kondisi sosial-politik yang
relative bebas dari konflik.
(http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/18/01342191/belajar.dari.korea.selatan)

Dan yang menjadi kata kunci disini adalah perubahan dari sector pertanian yang miskin
menjadi Negara industry modern padahal tidak punya sumber daya alam apa apa tapi kemajuan
sangat tinggi dan masuk 15 negara perekonomiannya baik. Dan masuk 4 besar untuk asia
tenggara setelah jepang dan china.( Oleh Sri Hartati Samhadi

Untuk Indonesia sendiri sangat banyak sumber daya yaitu karet, nikel batu bara dan lain
lain. Juga kalau berkaca dari korea walaupun kita kebanyakan agraris kita tetap bisa mebangun
pada sector industry, seperti industri tekstil, meubel, makanan dan lain lain yang dikelolah oleh
para perusahaan Dan inti yang paling penting dari korea adalah perubahan dari sector agraris ke
sector industry.

Contoh sukses peran pemerintah dalam mendukung dunia usaha saat ini telah terjadi di
Korea Selatan. Presiden Korea Selatan di masa tahun 1960-an, Park Chung Hee, menyadari
perlunya transformasi ekonomi dari masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Hasilnya,
di akhir abad ke-20 Korea telah menjadi salah satu raksasa industri di dunia.

3. Berkaca pada jepang


Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom sekutu (Amerika),
Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus diakui saat ini Jepang bersama
China dan Korea Selatan sudah menjelma menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan
ekonomi. Ada sepluh point yang bisa diiukti oleh para pelaku UKM yang ada disulel ini agar
UKM bisa ditingkat dan beradaya saing tinngi, adapun yang patut di ikuti itu adalah a). kerja
keras, b). malu, c). hidup hemat, d).loyalitas ,e). inovasi, f). pantang menyerah, g).budaya baca,
h).kerja sama kelompok, i).mandiri ,dan j).jaga tradisi

Hal hal yang merupakan budaya orang jepang yang membuat mereka maju dan disini
lebih kepada sikap rakyatnya yang memiliki budaya tersebut sehingga sehingga berpengaruh
pada kemajuan bangsanya. Kalau di kaitkan dengan pengusaha Indonesia maka ini akan mejadi
spirit untuk mengikuti jejak jepang agar suatu saat ekonomi Indonesia bisa menyerupai
perekonpomian jepang yang diawali dari pemnerdayaan produksi produksi besar dan kecil di
Negara kita ini.

Kemudian dari pihak pemerintah dalam mendukung kemajuan jepang , (Morihiko


Hiramatsu, Gubernur Oita, Jepang menjadi semboyan kerja “One-village, One Product
Movement” (gerakan satu desa satu pruduk) yang digunakan sebagai frame untuk
mengembangkan keunggulan lokal yang berorientasi pasar global). sehingga semangat yang
dimilki rakyat jepang terwadahi oleh pemerintahnya dengan mengampanyekan bahwa satu desa
harus mepunyai satu produk. Sehingga bisa menciptakan produk yang lebih banyak sesuai
dengan keunggulan yang ada didaerah masing masing.

4. Berkaca pada Amerika Serikat.

Yang menjadi kunci kemajuan amerika saat ini adalah penguasaan tehnologi informasih
sehingga hampir menguasai perekonomian dunia. Sejarah membuktikan bahwa teknologi
informasi mampu membawa suatu negara menuju perkembangan yang pesat. Contohnya
Amerika yang kembali menjadi leader dalam kemajuan ekonomi berkat dukungan banyak
perusahaan di bidang Information Technology.(Yuki Kuncoro).
BAB 1V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari data data diatas yang telah diungkapkan, telah Nampak jelas bahwa saatnya
perdebatan itu dihentikan untuk masuk bersaing di ACFTA maupun WTO karena kita telah
melihat ekspor kita juga besar dan bisa bersaing dengan Negara lain. Kita telah melihat sangat
banyak kurva yang meperlihatkan bagaiman keunggula indenesia dala perdangan china dengan
Indonesia, Indonesia dengan Negara Negara asean ataupun dengan Negara Negara yang sudah
maju seperti amerika, jerman, England, maupun Negara Negara yang lainnya.

Adapun yang berkontribusi besar dalam ekspor menurut penulis setelah melakukan analisis
dengan menggunakan analisis regresi yaitu tingkat suku bunga, tingkat investasi, dan
pertumbuhan ekonomi terhadap peningkatan ekspor dan impor. Sehingga hal ini harus menjadi
perhatian dalam mengembangkan ekspor kita, ini sangat cocok dengan apa yang telah dilakukan
China sehingga merajai perekonomian internasional hingga saat ini, bahkan telah mengancam
keberadaan Negara Negara Eropa , dan Amerika.

Tentu saja kita tidak boleh sombong dengan apa yang telah terlihat pada data data yang
ada, bahwa kita telah melakukan ekspor terbanyak setelah China, akan tetpi juga kita perlu tahu
kita ekspor apa yang banyak tersebut, jangan sampi kita hanya menyediakan factor factor
produksi Negara lain setelah itu dikembalikan kepada kita dengan harga yang sangat mahal, oleh
karena itu kita meski melakukan pembelajaran terhadap Negara lain dalam mengembangkan
perekonmian nasionalnya. Disini penulis merekomendasi untuk belajar kepada China, Jepang,
Korsel, dan Amerika.

2. SARAN

1) Saran ini kepada pemerintah agar menurunkan tingkat suku bunga sehingga
berefek pada investasi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan ekspor
sebgaimana yang telah dilakukan oleh China.

2) Pemerintah harus belajar terhadap Negara negar yang penulis sebutkan , dan
juga Negara negara yang lainnya yang dianggap baik sehingga bisa
mengembangkan perekonomian yang akan datang.
3) . Untuk masyarakat Indonesia, marilah bersama sama mencari solusi untuk
pengembangan ekonomi Indonesia kedepan dalam menghadapi ACFTA,
jangan biarkan pemerintah jalan sendiri.

Daftar Pustaka

You might also like